Anda di halaman 1dari 26

Ekstraktif

Ekstraktif :
• Sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari
kayu menggunakan pelarut polar dan non polar
• Pada bagian tertentu : pangkal batang, kayu teras, akar dan bagian
luka mengandung konsentrasi yang tinggi
• Pada daerah tropika lebih tinggi daripada sub tropika
• Spesifik pada tiap spesies
• Dapat digunakan sebagai kunci determinasi
Ekstraktif kayu lunak dan kayu teras
• Kayu lunak (Soft wood)
• Terpena dan terpenoid
• Lemak , lilin dan komponen komponen nya
• Senyawa Fenolat

• Kayu keras (Hardwood)


• Terpena dan terpenoid
• Lemak lilin dan komponen komponennya
• Fenol lignan dan kuinon
• Tanin dan Flavonoid
• Fengel dan Wegener (1995) di samping komponen-komponen dinding sel,
terdapat juga sejumlah zat-zat yang disebut bahan tambahan atau
ekstraktif kayu.
• Meskipun kandungannya hanya beberapa persen saja dari massa kayu,
memberikan pengaruh yang besar pada sifat-sifat dan kualitas pengolahan
kayu.
• Kandungan dan komposisi berbeda di antara jenis kayu, tempat tumbuh
dan musim.
• Sejumlah kayu mengandung senyawa ekstraktif yang bersifat racun atau
mencegah bakteri, jamur dan rayap.
• Banyaknya zat ekstraktif bergantung pada berbagai macam faktor yaitu
jenis kayu, jenis pelarut, proses ekstraksi, ukuran serbuk dan kadar air
serbuk (Syafii 2000a).
• Kandungan zat ekstraktif kayu tropika berkisar antara 0,9%-6,2% ekstrak air
panas dan 1,0% -13,8% ekstrak etanol benzena (Rowe dan Conner 1978)
dalam Syafii (2000).
Penggolongan ekstraktif :
• Fraksi lipofilik meliputi lemak, lilin, terpena, terpenoid dan alkohol
alifatik tinggi
• fraksi hidrofilik : meliputi senyawaan fenolik (tanin, lignan, stilbena),
karbohidrat

• Pengaruh positif terhadap keawetan kayu antara lain senyawa fenol,


terpena, alkaloid, saponine, flavonoid, stilbene, terpenoid, glikosida,
chinone, tanin dan lain-lain
• Pengaruh negatif dalam arti mengurangi daya tahan kayu, misalnya
zat gula, zat tepung dan lain-lain (Rudi et al. 2003) protein, vitamin,
garam anorganik (Achmadi 1990).
Pengaruh zat ekstraktif pada kayu
• Meningkatkan ketahanan pada pohon hidup terhadap agen-agen
perusak meskipun sangat bervariasi pada berbagai habitat (Hillis
1987)
• Daya tahan, warna, bau dan rasa. Dalam beberapa jenis, ekstraktif
fenol mempengaruhi ketahanan kayu terhadap kerusakan dan
serangan serangga.
• Fenolik juga berpengaruh terhadap warna kayu. Minyak esensial atau
volatil menimbulkan bau dan bersifat menolak serangga atau sebagai
insektisida (Bodig dan Jayne 1992)
Penggolongan zat ekstraktif
Fengel dan Wegener (1995) terpena, lignan, stilbena, flavonoid, aromatik
lain, lemak, lilin, asam lemak, alkohol, steroid dan hidrokarbon tinggi.
Sjostrom (1993) secara kimiawi ekstraktif kayu dapat digolongkan ke dalam
tiga bagian, yaitu :
1.Komponen-komponen alifatik
Berbagai macam senyawa alifatik yang terdapat dalam resin seperti :
n-alkana, alkohol lemak, asam lemak, lemak (ester gliserol), lilin (ester dari
alkohol), suberin (poliestolida).
Asam lemak umumnya terdapat sebagai ester dan merupakan komponen
utama resin parenkim di dalam kayu daun jarum maupun daun lebar. Ester
dan alkohol lainnya, biasanya berupa alkohol alifatik atau terpenoid alami,
yang dikenal sebagai lilin.
2.Terpena dan terpenoid
Terpena merupakan hasil kondensasi dari dua atau beberapa unit isoprena
(C5H8) yang menghasilkan dimer dan oligomer yang lebih tinggi.
Menurut jumlah unit isoprena (n), terpena dikelompokkan lagi menjadi
monoterpena (n=2), seskuiterpena (n=3), diterpena (n=4), triterpena (n=6),
tetraterpena (n=8) dan politerpena (n>8).
Terpenoid : Terpena yang mengandung mengandung gugus fungsi seperti
hidroksil, karbonil, karboksil dan ester.
Contoh dari terpenoid adalah poliprenol.

Ekstraktif kayu daun jarum : semua jenis terpena, dari monoterpena sampai tri
dan tetraterpena, kecuali seskuiterpena yang tergolong sangat langka.

Ekstrak kayu daun lebar : mengandung terpena yang lebih tinggi, monoterpena
ditemukan hanya pada beberapa kayu tropis saja (Fengel dan Wegener 1995).
Terpena yang paling penting adalah α-pinena dan limonena yang terdapat pada
semua kayu daun jarum. Beberapa monoterpena merupakan unsur pokok
oleoresin dari beberapa kayu tropika.
:.
3.Senyawaan fenolat Golongan ini sangat heterogen, penggolongannya dibuat menurut
lima kelas, yaitu
1. Tanin terhidrolisis : produk hidrolisisnya adalah asam galat dan elagat serta gula,
biasanya glukosa sebagai produk utama.
2. Tanin terkondensasi (flavonoid) : polifenol yang mempunyai rantai karbon C6C3C6,
contohnya krisin dan taksifolin.
3.Lignan : dimer dari dua unit fenilpropana (C6C3), contoh konidendrin, pinoresinol, dan
asam plikatat.
4.Stilbena (1,2-difeniletilena) : mempunyai ikatan ganda terkonjugasi sehingga
komponen-komponennya bersifat sangat reaktif, contohnya pinosilvin.
5. Tropolon : mempunyai kekhasan berupa cincin karbon beranggota tujuh yang tidak
jenuh, contoh α,β, dan τ-tujaplisin yang diisolasi dari Thuja plicata. Meskipun fenolat
terkondensasi terdapat dalam jumlah sedikit di dalam kayu teras, kulit dan xilem, namun
fenolat ini mempunyai fungsi sebagai fungisida dan secara efektif melindungi kayu dari
serangan organisme perusak kayu. Selain itu juga meningkatkan pewarnaan pada kayu.
Harborne (1974) dalam Rinawati et al. (1996) mengemukakan bahwa flavanoid merupakan
kelompok fenol yang tersebar di alam. Hampir semua bagian tumbuhan yaitu daun, akar,
kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah, dan biji dapat mengandung flavanoid.
Senyawa yang tergolong flavanoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antidiare,
antikanker, antiinflamasi, antialergi, pengawet makanan, dan penurun tekanan darah tinggi
• Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif
• Syafii (2000b) zat ekstraktif dari kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.)
mempunyai sifat anti rayap
• Ganapaty et al (2004) enam jenis kuinon telah diisolasi dari ekstrak
kloroform akar Diospyros sylvatica dan diidentifikasi sebagai 2-metil-
antrakuinon, plumbagin, diosindigo, diospyrin, isodiospyrin dan mikrofillon.
• Komponen anti rayap utama diidentifikasi sebagai plumbagin, isodiospyrin
dan mikrofillon sementara diospyrin tidak toksik terhadap rayap
(Odontotermes obesus) pada konsentrasi yang diuji.
• Peters dan Fitzgerald (2004) Ketahanan Pinus terhadap serangan rayap
tanah Coptotermes acinaciformis(Froggat) dan Mastotermes darwiniensis
Froggat.
• Kayu teras Maritime Pine (Pinus pinaster Aiton) dan F1 hybrid of slash pine
(P. Elliottii Englem. var elliottiiL. & D.) x Carribean pines (P. Caribaea
Morelet) memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kerusakan akibat
serangan rayap tanah C. acinaciformisdan M. darwiniensis, jika digunakan
pada keadaan bahaya kelas 2/Hazard Class 2 (H2 : internally above-ground)
• Flavonoid dari kayu Japanese larch (Larix leptolepis) memperlihatkan sifat
penolak yang tinggi terhadap aktivitas makan rayap tanah Coptotermes
formosanus pada kertas uji yang digunakan dalam bio-assay test dan
berpotensi menghambat aktivitas makan rayap tanah (Chen et al. 2004).
• Kartal et al (2004) sifat anti rayap dan anti jamur filtrat BSF (Biomass slurry
fuel) kayu Sugi (Cryptomeria japonica) dan Acacia (Acacia mangium) : kayu
yang diberi perlakuan meningkat ketahanannya terhadap serangan jamur
brown-rot(Fomitopsis palustris).
• Filtrat kayu sugi yang mengandung senyawa fenolik efektif terhadap
serangan jamur white-rot (Trametes versicolor). Senyawa fenolik
mempunyai peranan dalam ketahanan terhadap kerusakan contoh uji,
namun tidak meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes formosanus).
• Walaupun kandungan asam asetat dan asam laktat dalam filtrat cukup
tinggi, vanilin yang terkandung dalam filtrat mungkin menjadi tambahan
makanan yang menarik bagi rayap.
• Aktivitas anti rayap minyak esensial dari daun yang diperoleh dari dua
klon Cinnamomum osmophloeum (A dan B) dan kandungan kimia
terhadap Coptotermes formosanus Shiraki menunjukkan bahwa
minyak esensial daun kayu manis lokal B memiliki aktivitas anti rayap
yang lebih efektif daripada kayu manis lokal A.
• Selanjutnya ketika cinnamaldehid, eugenol, dan α–terpineol diekstrak
dari minyak esensial daun kayu manis lokal dan digunakan pada dosis
kuat 1mg/g, efektifitas anti rayapnya jauh lebih tinggi daripada ketika
menggunakan minyak esensial daun kayu manis lokal. Di antara ketiga
komponenyang diuji tersebut, cinnamaldehid memperlihatkan sifat
anti rayap yang paling kuat (Chang dan Cheng 2002)
• Mitsunaga (2007), tanaman memproduksi metabolit sekunder
sebagai perlindungan terhadap serangan dari luar, misalnya serangan
rayap. Senyawa polifenol dari kayu tropika mempunyai efek anti
rayap, anti jamur dan anti bakteri.
• Sari dan Syafii (sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu jati, hasil bahwa
ekstrak aseton kulit kayu jati memiliki sifat anti rayap rendah,
sedangkan hasil fraksinasinya menunjukkan bahwa fraksi n-heksan
6% dan fraksi etil eter 8-10% memiliki sifat anti rayap sedang, fraksi
n-heksan 10% memiliki anti rayap yang tinggi dan fraksi etil asetat
dan residu memiliki sifat anti rayap yang sangat rendah.

• Minyak nilam yang diperoleh dari Pogostemon cablin (Blanco) Benth


dan konstituen utamanya, alkohol nilam, telah diuji sifat penolak dan
toksisitasnya terhadap rayap tanah Formosan (Coptotermes
formosanus Shiraki). Ditemukan bahwa keduanya bersifat menolak
dan toksik terhadap rayap (Zhu et al. 2003).
Minyak esensial dari 29 jenis tanaman telah diuji aktivitas
insektisidanya terhadap rayap Jepang (Reticulitermes speratus Kolbe)
menggunakan bioassay fumigasi. Aktivitas insektisida yang baik
terhadap rayap Jepang diperoleh dari minyak esensial Melaleuca
dissitiflora, M. uncinata, Eucalyptus citriodora, E. polybractea, E.
radiata, E. dives, E. globulus, Orixa japonica, Cinnamomum cassia,
Allium cepa, Illicium verum, Evodia officinalis, Schizonepeta tenuifolia,
Cacalia roborowskii, Juniperus chinensis var. horizontalis, Juniperus
chinensis var. kaizuka, clove bud dan garlic diaplikasikan pada 7,6 μL/L
dari udara (Park dan Shin 2005)
• Jalaluddin et al. (1995) respon rayap tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren) terhadap zat ekstraktif dari 6 jenis kayu tropika komersial di
Malaysia yaitu cengal (Neobalnocarpus hemeii), merbau (Intsia
palembanica), kempas (Koompasia malaccensis), keruing (Dipterocarpus
sp.), meranti (Shorea sp) dan jelutung (Dyera costulata). Kehilangan berat
kertas terkecil terjadi pada contoh uji yang diberi perlakuan zat ekstraktif
dari kayu cengal dibandingkan dengan zat ekstraktif kayu lain.

• Hal tersebut disebabkan oleh zat ekstraktif yang spesifik dari tiap jenis
kayu. Kayu jati (Tectona grandis) terdapat senyawa tektokuinon dan pada
kayu eboni (Diospyros virginia) mengandung senyawa 7-methyl juglone
sebagai anti rayap (Carter et al. 1978) dalam Pari dan Sumarni (1990)

• Ekstrak tanin yang mengandung senyawa polifenol tinggi tahan terhadap


serangan rayap dan jamur (Milie 1972) dalam Pari dan Sumarni (1990).
Hasil penelitian Harun (1984) dalam Pari dan Sumarni (1990) yang
mengekstrak kulit kayu Pinus resinosa, Quercus rubra dan Acer rubrum
menunjukkan daya tahan terhadap serangan rayap Reticulitermes flavipes
dan menghambat pertumbuhan jamur Lenzites trabea
• Salahsatu sumberdaya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengawet alami adalah resin damar mata kucing yang diperoleh sebagai eksudat
dari pohon S. javanica K. et V.
• Resin ini dapat dikembangkan sebagai bahan baku pengawet alami, karena
diduga memiliki aktivitas insektisida yang efektif.
• Hal ini dipertegas oleh beberapa hasil penelitian yang membuktikan bahwa resin
yang berasal dari tumbuhan famili Dipterocarpaceae menunjukkan aktivitas anti
rayap yang tinggi.
• Resin dari Dipterocarpus kerii, D. retusus, D. intricatus, D. haseltii dan
D.grandiflorius diketahui mengandung senyawa bioaktif yang bersifat anti rayap
Neutermes spp. dan anti-jamur Cladosporium cucumerinum seperti humelene,
caryophyllene, caryophylene oxide, α-gurjunene, alloaromadendrene dan
calarene (Messer et al. 1990 dan Richardson et al. 1989) dalamSariet al. (2004).
Setiawati et al. (2001) dalam Sariet al. (2004) jugamelaporkan bahwa ekstrak
kloroform dan ekstrak petroleum eter dari damar mata kucing memiliki sifat anti
rayap yang cukup tinggi.
• Dari fraksi n-heksana diperoleh senyawa tunggal yang identik dengan senyawa
friedelin, sedangkan dari fraksi dietil eter diperoleh 4 senyawa yangdiduga
masing-masing adalah vulgarol B; 3,4-Secodamar-4c(28)-en-3-oic acid;(7R,10S)-
2,6,10-Trimethyl-7,10–epoxy-2,11dode-cadien;danjunipene(Sariet al. 2004).
• Ekstrak dari tumbuh-tumbuhan, seperti dari kayu,kulit, daun, bunga,
buah atau biji, diyakini berpotensi mencegah pertumbuhan jamur
ataupun menolak kehadiran serangga perusak.
• Beberapa contoh misalnya nikotin dari daun tembakau, rotenoid
dengan bahan aktif rotenon dari banyak spesies dari genus Tephrosia,
Derris, Lonchocarpus, Miletia dan Mundilea, kemudian ekstrak dari
biji Schoenocaulonofficinale. Veratrine dari biji S. drummondii dan
S.texanum adalah bahan-bahan beracun dari grupalkaloid. Ryania dari
akar dan batang Ryania speciosafamilia Flacourtiaceae, dengan bahan
aktif alkaloid ryanodine, merupakan racun perut dan
• kontak bagi serangga, sifatnya lebih stabil daripada rotenon dan
veratrin (Sari dan Hadikusumo2004).
Fraksinasi Zat ekstraktif
Uji Fitokimia
• Uji Alkaloid
• Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak metanol dilarutkan dengan 5 × 103 µL kloroform dan
5 × 103 µL amoniak dan hasilnya dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
ditambahkan dengan 10 tetes asam sulfat (H2SO4) 2 M. lapisan asam dipisahkan,
dibagi dalam 2 tabung reaksi dan masing-masing tabung dilakukan pengujian
dengan menggunakan pereaksi Wagner dan Dragendorff. Hasil positif (+) alkaloid
untuk pereaksi Wagner ditunjukkan endapan coklat dan dengan pereaksi
Dragendorff menunjukkan endapan jingga.

• Uji Saponin
• Ekstrak kental metanol yang diperoleh pada tahap ekstraksi ditimbang sebanyak 1
× 105 µg dilarutkan dengan air panas sebanyak 15 × 103 µL kemudian dipanaskan
selama 5 menit. Selanjutnya disaring dan filtratnya diambil sebanyak 10 × 103 µL
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan kemudian di kocok-kocok. Uji
positif adanya saponin pada larutan ditandai dengan terbentuknya busa/buih.
Uji Tanin
• Uji Tanin

• Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak metanol dimasukkan ke dalam 10 × 103 µL akuades
panas kemudian didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan
disaring. Filtrat dibagi 2 bagian A dan B. Filtrat A digunakan sebagai blangko, ke
dalam filtrat B ditambahkan garam gelatin. Endapan putih menunjukkan hasil
positif uji tanin.

• Uji Polifenol

• Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak metanol dimasukkan ke dalam 2 × 103 µL etanol 96%
dalam tabung reaksi. Campuran tersebut ditambahkan 5 × 103 µL akuades dan 5
× 102 µL reagen Follin-Ciocalteau (50% v/v), kemudian didiamkan selama 5 menit.
Selanjutnya ditambahkan 1 × 103 µL larutan natrium karbonat (7,5% b/v),
dihomogenasi dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1 jam dalam kondisi tanpa
cahaya (gelap). Hasil uji yang positif mengandung polifenol ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru gelap.

• Uji Flavonoid

• Ekstrak kental metanol sebanyak 1 × 105 µg dilarutkan dalam 10 ×


103 µL metanol kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi.
Tabung pertama digunakan sebagai tabung kontrol, tabung kedua,
ketiga, dan keempat berturut-turut ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat,
dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada masing-masing tabung
dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi perubahan warna
maka positif mengandung flavonoid.
• Uji Kuinon

• Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak ditambah 5 × 103 µL KOH 0,5 M dan 1 × 103
µL hidrogen peroksida 5% dipanaskan selama 10 menit, kemudian disaring,
diasamkan dengan asam asetat, dan diekstraksi dengan 5 × 103 µL
benzena. Lapisan benzena dipisahkan dan ditambahkan ammonia. Hasil
positif ditunjukkan jika pada lapisan ammonia terbentuk warna merah dan
lapisan benzena tidak berwarna.

• Uji Steroid

• Sebanyak 1 × 105 µg ekstrak metanol ditambahkan 2 × 103 µL kloroform
kemudian ditambahkan lagi 5 tetes H2SO4 6 M. Uji positif adanya steroid
pada larutan dengan perubahan warna larutan menjadi cokla
• Uji Triterpenoid

• Untuk uji terpenoid, ekstrak kental metanol yang diperoleh pada tahap
ekstraksi ditimbang sebanyak 1 × 106 µg kemudian ditambahkan 20 × 103
µL etanol, 2 × 103 µL kloroform dan 3 × 103 µL H2SO4 pekat. Uji positif
adanya terpenoid ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi
merah.

• Uji Identifikasi Senyawa

• Uji identifikasi dilakukan dengan menggunakan FTIR. Instrumen ini
digunakan untuk memprediksi senyawa organik aktif dengan
mengidentifikasi gugus fungsi melalui serapan sinar inframerah. Ekstrak
metanol sebanyak 1 × 105 µg dikeringkan di atas penangas air hingga
mengering. Sebanyak 1 × 103 µg ekstrak yang telah dikeringkan dibuat
lempeng dengan menambahkan KBr sebanyak 1 × 105 µg. Lempeng
tersebut dibaca dengan spektrofotometer inframerah.

Fenol
Stilbene
Lignan
Flavonoid Terpene dan Terpenoid
Politerpene

Anda mungkin juga menyukai