Ekstraktif :
• Sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari
kayu menggunakan pelarut polar dan non polar
• Pada bagian tertentu : pangkal batang, kayu teras, akar dan bagian
luka mengandung konsentrasi yang tinggi
• Pada daerah tropika lebih tinggi daripada sub tropika
• Spesifik pada tiap spesies
• Dapat digunakan sebagai kunci determinasi
Ekstraktif kayu lunak dan kayu teras
• Kayu lunak (Soft wood)
• Terpena dan terpenoid
• Lemak , lilin dan komponen komponen nya
• Senyawa Fenolat
Ekstraktif kayu daun jarum : semua jenis terpena, dari monoterpena sampai tri
dan tetraterpena, kecuali seskuiterpena yang tergolong sangat langka.
Ekstrak kayu daun lebar : mengandung terpena yang lebih tinggi, monoterpena
ditemukan hanya pada beberapa kayu tropis saja (Fengel dan Wegener 1995).
Terpena yang paling penting adalah α-pinena dan limonena yang terdapat pada
semua kayu daun jarum. Beberapa monoterpena merupakan unsur pokok
oleoresin dari beberapa kayu tropika.
:.
3.Senyawaan fenolat Golongan ini sangat heterogen, penggolongannya dibuat menurut
lima kelas, yaitu
1. Tanin terhidrolisis : produk hidrolisisnya adalah asam galat dan elagat serta gula,
biasanya glukosa sebagai produk utama.
2. Tanin terkondensasi (flavonoid) : polifenol yang mempunyai rantai karbon C6C3C6,
contohnya krisin dan taksifolin.
3.Lignan : dimer dari dua unit fenilpropana (C6C3), contoh konidendrin, pinoresinol, dan
asam plikatat.
4.Stilbena (1,2-difeniletilena) : mempunyai ikatan ganda terkonjugasi sehingga
komponen-komponennya bersifat sangat reaktif, contohnya pinosilvin.
5. Tropolon : mempunyai kekhasan berupa cincin karbon beranggota tujuh yang tidak
jenuh, contoh α,β, dan τ-tujaplisin yang diisolasi dari Thuja plicata. Meskipun fenolat
terkondensasi terdapat dalam jumlah sedikit di dalam kayu teras, kulit dan xilem, namun
fenolat ini mempunyai fungsi sebagai fungisida dan secara efektif melindungi kayu dari
serangan organisme perusak kayu. Selain itu juga meningkatkan pewarnaan pada kayu.
Harborne (1974) dalam Rinawati et al. (1996) mengemukakan bahwa flavanoid merupakan
kelompok fenol yang tersebar di alam. Hampir semua bagian tumbuhan yaitu daun, akar,
kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah, dan biji dapat mengandung flavanoid.
Senyawa yang tergolong flavanoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antidiare,
antikanker, antiinflamasi, antialergi, pengawet makanan, dan penurun tekanan darah tinggi
• Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif
• Syafii (2000b) zat ekstraktif dari kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.)
mempunyai sifat anti rayap
• Ganapaty et al (2004) enam jenis kuinon telah diisolasi dari ekstrak
kloroform akar Diospyros sylvatica dan diidentifikasi sebagai 2-metil-
antrakuinon, plumbagin, diosindigo, diospyrin, isodiospyrin dan mikrofillon.
• Komponen anti rayap utama diidentifikasi sebagai plumbagin, isodiospyrin
dan mikrofillon sementara diospyrin tidak toksik terhadap rayap
(Odontotermes obesus) pada konsentrasi yang diuji.
• Peters dan Fitzgerald (2004) Ketahanan Pinus terhadap serangan rayap
tanah Coptotermes acinaciformis(Froggat) dan Mastotermes darwiniensis
Froggat.
• Kayu teras Maritime Pine (Pinus pinaster Aiton) dan F1 hybrid of slash pine
(P. Elliottii Englem. var elliottiiL. & D.) x Carribean pines (P. Caribaea
Morelet) memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kerusakan akibat
serangan rayap tanah C. acinaciformisdan M. darwiniensis, jika digunakan
pada keadaan bahaya kelas 2/Hazard Class 2 (H2 : internally above-ground)
• Flavonoid dari kayu Japanese larch (Larix leptolepis) memperlihatkan sifat
penolak yang tinggi terhadap aktivitas makan rayap tanah Coptotermes
formosanus pada kertas uji yang digunakan dalam bio-assay test dan
berpotensi menghambat aktivitas makan rayap tanah (Chen et al. 2004).
• Kartal et al (2004) sifat anti rayap dan anti jamur filtrat BSF (Biomass slurry
fuel) kayu Sugi (Cryptomeria japonica) dan Acacia (Acacia mangium) : kayu
yang diberi perlakuan meningkat ketahanannya terhadap serangan jamur
brown-rot(Fomitopsis palustris).
• Filtrat kayu sugi yang mengandung senyawa fenolik efektif terhadap
serangan jamur white-rot (Trametes versicolor). Senyawa fenolik
mempunyai peranan dalam ketahanan terhadap kerusakan contoh uji,
namun tidak meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes formosanus).
• Walaupun kandungan asam asetat dan asam laktat dalam filtrat cukup
tinggi, vanilin yang terkandung dalam filtrat mungkin menjadi tambahan
makanan yang menarik bagi rayap.
• Aktivitas anti rayap minyak esensial dari daun yang diperoleh dari dua
klon Cinnamomum osmophloeum (A dan B) dan kandungan kimia
terhadap Coptotermes formosanus Shiraki menunjukkan bahwa
minyak esensial daun kayu manis lokal B memiliki aktivitas anti rayap
yang lebih efektif daripada kayu manis lokal A.
• Selanjutnya ketika cinnamaldehid, eugenol, dan α–terpineol diekstrak
dari minyak esensial daun kayu manis lokal dan digunakan pada dosis
kuat 1mg/g, efektifitas anti rayapnya jauh lebih tinggi daripada ketika
menggunakan minyak esensial daun kayu manis lokal. Di antara ketiga
komponenyang diuji tersebut, cinnamaldehid memperlihatkan sifat
anti rayap yang paling kuat (Chang dan Cheng 2002)
• Mitsunaga (2007), tanaman memproduksi metabolit sekunder
sebagai perlindungan terhadap serangan dari luar, misalnya serangan
rayap. Senyawa polifenol dari kayu tropika mempunyai efek anti
rayap, anti jamur dan anti bakteri.
• Sari dan Syafii (sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu jati, hasil bahwa
ekstrak aseton kulit kayu jati memiliki sifat anti rayap rendah,
sedangkan hasil fraksinasinya menunjukkan bahwa fraksi n-heksan
6% dan fraksi etil eter 8-10% memiliki sifat anti rayap sedang, fraksi
n-heksan 10% memiliki anti rayap yang tinggi dan fraksi etil asetat
dan residu memiliki sifat anti rayap yang sangat rendah.
• Hal tersebut disebabkan oleh zat ekstraktif yang spesifik dari tiap jenis
kayu. Kayu jati (Tectona grandis) terdapat senyawa tektokuinon dan pada
kayu eboni (Diospyros virginia) mengandung senyawa 7-methyl juglone
sebagai anti rayap (Carter et al. 1978) dalam Pari dan Sumarni (1990)