Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia


(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya. Hal ini memacu
dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder
yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode analisis, dan uji
farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh dari
tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat (Hariana, 2004; Anonim, 2006).
Pepermint merupakan hasil hibridisasi dari water mint (M. aquatica ) dan
spearmint (M. spicata ). Pepermint kadang ditemukan liar di Eropa Tengah dan
Selatan, tetapi pertama kali untuk penggunaan manusia mungkin di Inggris,, dimana
pengembangannya kemudian menyebar ke benua Eropa dan Afrika. Saat ini, Afrika
Utara merupakan daerah pengembangan utama.
Karakter aromanya murni dan menyegarkan, berasa pedas dan membakar.
`Mint scent' yang khas merupakan paling murni di pepermint, Japanese mint (Mentha
arvensis var. piperascens ) dan beberapa jenis green mint (Mentha spicata, tapi tidak
spearmint), dimana di kebanyakan mint yang lain didapat komponen aroma dan rasa
tambahan, seperti, crispate mint (Mentha crispa ), Sedangkan aroma dan rasa
doublemint dari spearmint sangat sulit untuk dideskripsikan; minty tapi tidak pedas.

Daun Mint. Dari kiri ke kanan pepermint, Eau de Cologne mint (M. citrata ),
Japanese mint (M. arvensis var. piperascens, yang juga dikenal sebagai var. japonica
), horsemint atau silver mint (M. longifolia ), Moroccan green mint (M. spicata ),
pineapple mint (M. suaveolens ) dan Carinthian mint (M. carinthiaca = M. arvensis x
M. suaveolens ).
PEMBAHASAN

 Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Mentha
Spesies: Mentha piperita L.
a. Diskripsi

Akar                :  akar tunggang dan berwarna putih

Batang            : tegak, lunak, bercabang, halus, dan berwarna ungu.     Tinggi
berkisar antara 30-70 cm. Mempunyai cabang           kecil yang      tumbuh
menjalar, berbuku-buku, batang         tajam, berbentuk segi 4.

Daun                : tunggal ,bersilang berhadapan, sisi atas dan sisi bawah
berwarna hijau tua, bertulang daun         menyirip, memiliki panjang berkisar
4-9cm dan lebarnya        1,5-4cm. Ujung runcing, pangkalnya       tumpul, dan
tepi daun kasar bergigi.

Bunga                  : majemuk ,  berupa  tandan  yang  terdiri  dari  karangan


karangan semu bertangkai pendek hingga           seluruhnya    menyerupai
bentuk bulir, pangkal   kelopak gundul,       bertulang. Mahkota bunga
berwarna putih keunguan             panjang 4-5 mm,    berbentuk tabung dengan
panjang 2-2,5 mm, di bagia             dalam berpusar dengan rambut-rambut
panjang.

Buah dan Biji : termasuk buah buni, kecil, berbentuk bulat telur,
halus, berwarna coklat tua.

b. Asal dan Persebaran


Asal :  Eropa, Mediterania (Laut Tengah)

Persebaran :  Jawa Barat, terutama di Kabupaten Sukabumi,               


Cianjur, Bandung dan Garut; Jawa Timur, di              Kabupaten Jombang
dan Tulungagung.

c. Nama Lain
Indonesia : Bijanggut , janggot, janggat, mint, daun poko, menthol, bujanggut,
cora mint, marah mint
English : Marah mint, Pepermint, bo he (Cina)     
 Komponen utama
Minyak esensial pepermint (sampai 2.5% di daun yang kering) kebanyakan
dibentuk dari menthol (ca. 50%), menthone (10 - 30%), menthyl esters (sampai
10%) dan turunan monoterpene lainnya (pulegone, piperitone, menthofurane) .
Sedikit jasmone (0.1%) dapat meningkatkan kualitas minyak.
Menthol dan menthyl acetate yang berperan dalam memberikan rasa pedas
dan aroma yang menyegarkan, kebanyakan terdapat di daun yang lebih tua. Di
sisi yang lain, ketones menthone dan pulegon mempunyai aroma yang kurang
enak. Komponen-komponen ini muncul dalam jumlah yang besar pada daun
yang muda.
Bagaimanapun sumber menthol yang paling penting di dunia ‘field mint '.
‘Field mint' merupakan satu-satunya jenis mint yang tumbuh secara natural di
daerah tropis Asia. Ada berbagai macam tanaman, beberapa diantaranya ditanam
untuk dikonsumsi langsung dan yang lainnya untuk distilasi minyak esensial.
Saat ini varietas ‘ field mint ' dari Jepang (Mentha arvensis var. piperascens
Malinv. ex Holmes), ditanam di banyak negara Asia, bagian ujung tanamannya
mengandung minyak esensial sampai 5%, namun pada umumnya 1 - 2%.
Komponen utama dari minyaknya adalah menthol (50 - 70%, jarang mencapai
90%). Setelah bagian menthol dihilangkan dari minyak, minyaknya dipasarkanl
sebagai minyak (yang dementholisasi, dimurnikan) pepermint Jepang,
mengandung 30 - 45% menthol, 17 - 35% menthone, 5 - 13% menthyl acetate, 2
- 5% limonene dan 2.5 - 4% neomenthol. Jenis terpene yang lain juga muncul,
tapi dalam jumlah yang sangat kecil (piperitone, pulegone, β-caryophyllene, β-
caryophyllene- epoxide, α-pinene, β-pinene, germacrene D, 1,8-cineol, linalool,
menthofurane, camphene). Komponen dalam jumlah kecil yang memberikan
karakter pada jenis mint ini dan tidak terdapat pada jenis mint yang lain adalah β-
hexenyl phenylacetate.
Struktur senyawa menthol:

 Biosintesis Menthol
Menthol merupakan salah satu senyawa monoterpen yang ada pada
tanaman Mentha piperita L. Menthol dan minyak menthol didapat dari
penyulingan hasil terna (batang, daun dan bunga) tanaman M. piperita. Senyawa
ini terbentuk dari Geranil pirofosfat (Vickery dan Vickery, 1981) yang
merupakan precursor dari terpen. Geranil pirofosfat akan menjadi senyawa
monoterpen seperti terpinolen, piperitenon, pulegon yang selanjutnya menjadi
menthon, isomenthon dan menthol (Tyler et al., 1988). Pulegon selain terbentuk
melalui isopulegol dapat juga melalui piperitenol dan α terpineol. Menurut Paul
(1950) pulegon terbentuk melalui pembentukan senyawa isopulegol, sedangkan
Geissman dan Grout (1969) melalui piperitenol. Reitsema (1958) menguraikan
bahwa menthon dapat terbentuk dari piperiton, sedangkan Geissman dan Grout
(1969) menguraikan bahwa piperitenon terbentuk melalui piperitenol. Uraian
biosintesis menthol dapat dilihat Gambar 2.7.1

.
Biosintesis menthol yang terpapar pada Gambar 1, maka diduga terdapat 2 model
lintasan sintesis menthol yang berpengaruh terhadap mutu minyak yaitu lintasan
yang menghasilkan menthol di bawah persyaratan mutu (kadar menthol < 45%)
dan sesuai persyaratan mutu (kadar menthol di atas 45%) (Tabel 2.4.3).
Minyak mentha mengandung beberapa unsure pokok yaitu menthol, menthon,
menthofuran, pulegon dan methyl asestat yang dikelompokkan dalam
monoterpen (Vickery dan Vickery, 1981). Reitsema (1958) melaporkan bahwa
biosinthesis minyak mentha, pulegon berperan sebagai prekusor menthofuran.
Pulegon penting dalam membedakan kualitas minyak. Oksidasi pulegon menjadi
menthofuran menghasilkan minyak berkualitas rendah sedangkan reduksi dari
pulegon ke menthon yang merupakan prekusor menthol menghasilkan minyak
berkualitas tinggi (Clark dan Menary,1980).
Tempat utama penghasil minyak adalah daun yang mensuplai 99% minyak
(Horner, 1955). Burboot dan Loomis mengindikasikan bahwa komponen minyak
berubah secara kualitatif dengan umur tanaman. Menthufuran dihasilkan di
bagian-bagian tanaman yang masih muda, yang metabolismenya masih aktif.
Secara kuantitatif kandungan menthofuran maksimum pada daun-daun muda
(Virmani dan Datta, 1970).
Tanaman mentha merupakan tanaman hari panjang sehingga menghendaki hari
panjang untuk inisiasi dan perkembangan bunga. Oleh karena itu diperlukan
penyesuaian pola penanaman dan penambahan penyinaran agar dapat
menghasilkan minyak dengan kandungan mentho tinggi sekaligus untuk
menentukan kriteria panen.
Pertumbuhan dan produksi minyak mentha dipengaruhi oleh fotoperiodisitas.
Pada hari pendek tanaman berdaun kecil dan banyak stolon, sedangkan pada hari
panjang dihasilkan tanaman yang tegak, berdaun lebar, berbunga dan produksi
minyak atsirinya tinggi (Langston dan Leopold, 1954). Fotoperiodisitas juga
dilaporkan mempengaruhi kualitas minyak mentha. Suhu siang tinggi, suhu
malam tinggi, dan hari pendek menghasilkan menthofuran tinggi dan menthon
rendah. Reduksi dari menthon ke menthol dan dari menthol ke methyl
asetatditentukan oleh level fotosintat dan setiap reaksi diperlukan kofaktor yaitu
NADPH.NADPH merupakan kofaktor penting dalam mengubah pulegon
menjadi menthon, isomenthon, dan menthol. Kekurangan kofaktor ini akan
membatasi komposisi minyak (Cropteau et al, 1972; Burbot dan Loomis, 1976).
McConkey et al. (2000) menguraikan bahwa beberapa enzim berperan dalam
berbagai perubahan komponen minyak. Enzim yang berperan merubah
geranilpirofosfat menjadi limonene yaitu (4-s)-(-)-limonen synthase. Enzim yang
berperan dalam mengubah isomenthon menjadi menthon yaitu pulegon
reduktase, serta enzim yang berperan mengubah menthon menjadi menthol dan
neo menthol yaitu menthon reduktase

 Terpenoid
Terpen-terpen adalah suatu golongan senyawa yang sebagian besar terjadi
dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Hanya sedikit sekali terpen-terpen yang
diperoleh dari sumber-sumber lain.
Monoterpen-monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama dari
minyak menguap atau minyak atsiri. Minyak menguap ini diperoleh dari daun
atau jaringan-jaringan tertentu dari tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan.
Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap, sehingga ia mudah dipisahkan
dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Salah satu cara
yang paling popular untuk memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuh-
tumbuhan ialah penyulingan. Senyawa-senyawa di dan triterpen tidak dapat
diperoleh dengan jalan destilasi uap, tapi diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan
tanaman karet atau resin dengan jalan isolasi serta metoda pemisahan tertentu.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus
molekul umum (C5H8)n.

 Biosintesis

M. piperita, biasa disebut dengan tanaman menta, merupakan


tanaman berbentuk semak dengan tinggi 10 – 40 cm dan tepi daunnya
bergerigi. Kandungan kimia tanaman ini,antara lain miyak atsiri
(konstituen utamanya adalah mentol dan menton), flavonoida, asam
fenolat dan triterpen. Bagian tanaman yang didestilasi untuk
mendapatkan minyak permen adalah bagian ujung (batang dan daun),
terutama bagian daun yang mengandung minyak atsiri yang cukup tinggi
(Mnimh, 1996).

Pengambilan minyak atsiri dari tanaman menta dalam penelitian ini


dilakukan dengan:
1. cara destilasi (penyulingan) dengan uap air. Penyulingan uap air
merupakan suatu proses pemisahan komponen – komponen suatu
campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Minyak atsiri yang terdapat di dalam
bahan yang disuling akan terikut keluar oleh uap air dan campuran
yang dihasilkan akan membentuk dua lapisan, sehingga minyak atsiri
dapat dipisahkan dengan mudah (Hardjono, 2004).
2. Selain dari bahan segar, minyak atsiri juga dapat diperoleh dari bagian
tanaman yang telah dikeringkan (simplisia). Pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia tidak rusak dan
dapat disimpan, menghentikan reaksi enzimatis dan mencegah
pertumbuhan kapang, jamur dan jasad renik lain. Dengan matinya sel
tanaman, maka proses metabolisme terhenti sehingga senyawa aktif
yang terbentuk tidak diubah secara enzimatis (Anonim, 1989).
Proses pengeringan ada 2 macam, yaitu pengeringan secara
alamiah (dengan sinar matahari, kering angin – angin) dan
pengeringan buatan (menggunakan alat pengering, misal : oven, uap
panas). Hal – hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan
adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, lama
pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu pengeringan yang
digunakan tergantung pada bahan simplisia dan cara pengeringan.

Pada umumnya bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu ≤ 60 oC,


sedangkan untuk bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif
mudah menguap dan tidak tahan panas (termolabil) sebaiknya

dikeringkan pada suhu rendah, yaitu antara 30 – 40 oC selama


waktu tertentu (Anonim, 1989).
Tanaman menta termasuk salah satu bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif, sehingga suhu pengeringan merupakan hal yang
perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas simplisia. Pada penelitian
ini digunakan beberapa suhu pengeringan yang berbeda. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap
minyak atsiri tanaman menta, sehingga diperoleh suhu pengeringan
optimum, yang ke depannya dapat digunakan sebagai standar suhu
pengeringan tanaman menta.

 Bahan dan Metoda


Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu - Jawa Tengah.
Tanaman M. piperita diambil dari kebun B2P2TO-OT di
Tlogodlingo, Tawangmangu. Tanaman menta dicuci bersih dan
ditiriskan kemudian diambil daunnya. Bagian daun ini kemudian
dikeringkan dengan empat cara, yaitu : dengan angin – angin (dalam ruang
terbuka dengan suhu 25 oC), dengan pengovenan suhu 45 oC, 60 oC,

75 oC dan satu bagian tanpa pengeringan (daun segar).

Pengambilan minyak atsiri dilakukan dengan cara penyulingan uap


air, yang dilakukan dengan menggunakan heating mantel dan alat
destilasi Stahl. Daun segar yang digunakan untuk proses penyulingan
adalah sebanyak 100 gram, sedangkan untuk simplisia (daun menta yang
sudah dikeringkan) masing – masing sebanyak 25 gram. Proses
penyulingan dilakukan selama 1 – 1,5 jam.
Minyak atsiri (minyak permen) yang diperoleh dianalisis
dengan metoda KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk mengetahui
profilnya. Metoda KLT dilakukan dengan menggunakan Plat
Aluminium Silika Gel 60 F. Larutan standar yang digunakan sebagai
pembanding adalah larutan mentol 10.000 ppm sebanyak 25 µL.
Sedangkan untuk membandingkan perbedaan kadar komponen minyak
permen secara kualitatif, digunakan volume minyak permen masing –
masing sebanyak 0,5 µL. Cairan eluasi yang digunakan adalah toluena –
etil asetat (93 : 7) dengan pereaksi penampak vanilin – asam sulfat.

 Hasil dan Pembahasan


Minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah perlakuan pasca panen, yang salah
satunya adalah proses pengeringan. Berikut ini adalah hasil dari proses
penyulingan yang telah dilakukan :
Tabel 1. Hasil Penyulingan Minyak Atsiri Tanaman M. piperita (minyak
permen)
Kadar Air Volume Destilat Rendemen
No Jenis Pengeringan
(%) (mL (%)
1. Tanpa )
75,39 ± 0,977 0,40 ± 0 0,40 ± 0
2. Angin – angin 19,00 ± 0,673 0,40 ± 6,8.10-17 1,60 ± 2,72.10-17
3. Oven suhu 45 oC 9,97 ± 0,209 0,40 ± 6,8.10-17 1,60 ± 2,72.10-17
4. Oven suhu 60 oC 9,88 ± 0,381 0,23 ± 0,058 0,93 ± 0,231
5. Oven suhu 75 oC 9,74 ± 0,379 0,20 ± 3,4.10-17 0,80 ± 1,36.10-17

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume destilat dari daun


segar hanya 0,4 mL dan merupakan volume destilat terkecil
dibandingkan dengan volume destilat yang didapatkan dari simplisia
(daun yang telah dikeringkan). Hal ini disebabkan karena tanaman menta
segar memiliki kandungan air embun yang tinggi, sehingga minyak yang
terkandung di dalamnya tidak dapat dilepaskan secara sempurna dengan
cara penyulingan (Hardjono, 2004). Sedangkan volume destilat tertinggi
didapatkan dari simplisia yang dikeringkan dengan angin – angin dan

pengovenan pada suhu 45 oC. Hal ini sesuai dengan Cara pembuatan
Simplisia (Anonim, 1989) yang menyebutkan bahwa bahan simplisia
yang mengandung senyawa aktif mudah menguap dan tidak tahan

panas, sebaiknya dikeringkan pada suhu rendah, yaitu 30 – 40 oC.


Jadi jika bahan dikeringkan pada suhu di atas suhu optimum tersebut,
maka sebagian dari minyak atsirinya akan ikut menguap.

Minyak atsiri yang dihasilkan dianalisis dengan metode


Kromatografi Lapis Tipis (KLT), untuk mengetahui profilnya. Cairan
eluasi yang digunakan adalah toluena – etil asetat (93 : 7) dengan pereaksi
penampak vanilin – asam sulfat (Wagner dkk, 1984).
(a) (b)

Gambar 1.
(a) Kromatogram Minyak Atsiri M. piperita dengan Larutan Pembanding
Mentol
(b) Kromatogram Minyak Atsiri M. piperita pada Berbagai Suhu
Pengeringan
Keterangan gambar :
No. 1 : minyak atsiri dari daun segar
No. 2 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan angin-angin
std : larutan standar mentol (10.000 ppm)
o
No. 3 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (45 C)
o
No. 4 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (60 C)
o
No. 5 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (75 C)

Gambar 1.a menunjukkan bahwa minyak permen mengandung senyawa


mentol. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak berwarna biru pada
Rf yang sama dengan larutan standar mentol (Rf = 0,45).
Senyawa mentol terbentuk dari geranil pirofosfat (Vickery dan
Vickery, 1981) yang merupakan prekursor dari terpen. Geranil
pirofosfat akan menjadi senyawa monoterpen seperti terpinolen,
piperitenon, pulegon yang selanjutnya menjadi menton, isomenton
dan mentol (Tyler dkk, 1988). Biosintesis mentol secara ringkas dapat
dilihat pada Gambar 2.

OPP
O O O

Geranil pirofosf at Piperitenon


Pulegon Isomenton

O OH

Menton Mentol
Gambar 2. Biosintesis Senyawa Mentol dari M. piperita (Rios-Estepa dkk,
2008)
Dari Gambar 2 dapat diketahui adanya kemungkinan bahwa
minyak permen tidak hanya mengandung mentol, tetapi juga senyawa –
senyawa pembentuknya. Menurut Wagner dkk (1984), senyawa yang
dapat teridentifikasi menggunakan pereaksi penampak VS dengan Rf
berurutan adalah mentol (biru), piperiton (jingga), sineol (biru),
isomenton (hijau kebiruan), menton (hijau kebiruan), mentil asetat
(biru). Sehingga dari Gambar 1.b dapat diduga bahwa bercak biru
keunguan (II) di atas mentol adalah sineol, bercak tipis berwarna jingga
(III) adalah piperiton dan bercak hijau (IV) adalah isomenton atau menton.
Sedangkan bercak tebal berwarna merah merupakan senyawa lain.
Gambar 1 menunjukkan bahwa kromatogram minyak atsiri
dari berbagai suhu pengeringan tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Masing – masing kromatogram minyak permen (No.1
hingga No.5) memiliki bercak yang sama pada Rf yang sama pula.
Akan tetapi, jika dilihat dari ketebalan bercaknya (Gambar 1.b), terdapat
kemungkinan bahwa komponen – komponen tersebut memiliki kadar yang
berbeda untuk setiap suhu pengeringan.

Secara kualitatif, minyak permen dari daun segar memiliki


komponen dengan kadar yang lebih besar dibandingkan dengan daun yang
telah dikeringkan (simplisia).
 Khasiat Daun Mint
Daun mint (Mentha Cordifolia) mempunyai aroma wangi dan cita rasa
dingin menyegarkan. Aroma wangi dan semriwing daun mint disebabkan
kandungan minyak asiri berupa minyak menthol. Daun ini mengandung
vitamin C, provitamin A, fosfor, besi, kalsium dan potasium.

Daun mint dikenal sebagai penyegar napas, dan sering dapat dirasakan
pada permen. Tak jarang, daun mint juga digunakan sebagai perasa dalam
konsumsi lain, seperti minuman es, kue, bahkan lalap. Namun, siapa sangka,
daun kecil nan wangi ini juga memiliki fungsi lain untuk tubuh kita. Ini di
antaranya:

1.  Mengatasi Ketombe

Resep ini datang dari Resort Spa Lake Austin, Texas. Masukkan batang
mint dan rosemary dalam 8 ons cuka apel, diamkan seminggu agar benar-
benar keluar sarinya, lalu gunakan setelah keramas seperti menggunakan
kondisioner. Mint akan meningkatkan sirkulasi di kulit kepala untuk
mencegah ketombe, sementara cuka apelnya akan mengeringkan ketombe.

2.  Penghilang Sakit Perut

Kram perut bisa diatasi dengan segelas mint panas (tambahkan satu sendok
teh daun mint segar ke dalam air panas). Mint membantu otot pencernaan
untuk rileks dan mengatasi keram, demikian menurut Walt Coyle, MD,
gastroenterology director di Scripps Medical Center, La Jolla, California.
3.  Penghilang Rasa Lapar

Menurut sebuah studi yang dilangsungkan di Wheeling Jesuit University,


West Virginia, mereka yang menghirup minyak esensial mint setiap 2 jam,
berkurang konsumsi kalorinya hingga 23 persen ketimbang mereka yang
tidak. Siapkan mint atau permen mint untuk membantu mengatasi rasa
lapar. Namun, batasi konsumsi permennya.

Menthol dipergunakan pada berbagai produk dngan berbagai alasan


meliputi:

1. Mengurangi iritasi ada tenggorokan misalnya sebagai obat batuk


2. Untuk perlakuan pada luka bakar atau kena panas karena dapat
menimbulkan rasa dingin
3. Umumnya dipergunakan pada kesehatan mulut untuk mengilangkan
bau mulut seperti obat kumur, odol, dll.
PENUTUP

Kesimpulan:
M. piperita, biasa disebut dengan tanaman menta, merupakan
tanaman berbentuk semak dengan tinggi 10 – 40 cm dan tepi daunnya
bergerigi. Kandungan kimia tanaman ini,antara lain miyak atsiri (konstituen
utamanya adalah mentol dan menton), flavonoida, asam fenolat dan
triterpen. Bagian tanaman yang didestilasi untuk mendapatkan minyak
permen adalah bagian ujung (batang dan daun), terutama bagian daun yang
mengandung minyak atsiri yang cukup tinggi.
Pengambilan minyak atsiri dari tanaman menta dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara destilasi (penyulingan) dengan uap air. Penyulingan
uap air merupakan suatu proses pemisahan komponen – komponen suatu
campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Minyak atsiri yang terdapat di dalam bahan yang disuling
akan terikut keluar oleh uap air dan campuran yang dihasilkan akan
membentuk dua lapisan, sehingga minyak atsiri dapat dipisahkan dengan
mudah.

Daun mint dikenal sebagai penyegar napas, dan sering dapat dirasakan
pada permen. Namun, siapa sangka, daun kecil nan wangi ini juga memiliki
fungsi lain untuk tubuh kita. Ini di antaranya: Mengatasi Ketombe , penghilang
Sakit Perut dan penghilang Rasa Lapar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1989), “Cara Pembuatan Simplisia”, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta
Hardjono Sastrohamidjojo (2004), “Kimia Minyak Atsiri”, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
http://warungmuslimah.multiply.com/journal/item/49/Daun_Peppermint
http://www.blogsehat.com/search/manfaat+daun+menthol/
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?
option=com_content&view=article&id=76:tanaman-perkebunan-5-
&catid=6:iptek&Itemid=47
http://bahanalamanalisismenthol.blogspot.com/
TUGAS KIMIA BAHAN ALAM
DAUN MINT (Mentha piperita L.)

OLEH :

KELOMPOK III

KIMIA VII C

1. LUSIANA (08.231.099)
2. MAS’AH (08.231.104)
3. MUSTAHIDATUN RAODIAH (08.231.122)
4. NURAENI (08.231.129)
5. RAHMAWATI (08.231.138)
6. RIA ULTARI (08.231.141)

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA


IKIP MATARAM
2010

Anda mungkin juga menyukai