Daun Mint. Dari kiri ke kanan pepermint, Eau de Cologne mint (M. citrata ),
Japanese mint (M. arvensis var. piperascens, yang juga dikenal sebagai var. japonica
), horsemint atau silver mint (M. longifolia ), Moroccan green mint (M. spicata ),
pineapple mint (M. suaveolens ) dan Carinthian mint (M. carinthiaca = M. arvensis x
M. suaveolens ).
PEMBAHASAN
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Mentha
Spesies: Mentha piperita L.
a. Diskripsi
Batang : tegak, lunak, bercabang, halus, dan berwarna ungu. Tinggi
berkisar antara 30-70 cm. Mempunyai cabang kecil yang tumbuh
menjalar, berbuku-buku, batang tajam, berbentuk segi 4.
Daun : tunggal ,bersilang berhadapan, sisi atas dan sisi bawah
berwarna hijau tua, bertulang daun menyirip, memiliki panjang berkisar
4-9cm dan lebarnya 1,5-4cm. Ujung runcing, pangkalnya tumpul, dan
tepi daun kasar bergigi.
Buah dan Biji : termasuk buah buni, kecil, berbentuk bulat telur,
halus, berwarna coklat tua.
c. Nama Lain
Indonesia : Bijanggut , janggot, janggat, mint, daun poko, menthol, bujanggut,
cora mint, marah mint
English : Marah mint, Pepermint, bo he (Cina)
Komponen utama
Minyak esensial pepermint (sampai 2.5% di daun yang kering) kebanyakan
dibentuk dari menthol (ca. 50%), menthone (10 - 30%), menthyl esters (sampai
10%) dan turunan monoterpene lainnya (pulegone, piperitone, menthofurane) .
Sedikit jasmone (0.1%) dapat meningkatkan kualitas minyak.
Menthol dan menthyl acetate yang berperan dalam memberikan rasa pedas
dan aroma yang menyegarkan, kebanyakan terdapat di daun yang lebih tua. Di
sisi yang lain, ketones menthone dan pulegon mempunyai aroma yang kurang
enak. Komponen-komponen ini muncul dalam jumlah yang besar pada daun
yang muda.
Bagaimanapun sumber menthol yang paling penting di dunia ‘field mint '.
‘Field mint' merupakan satu-satunya jenis mint yang tumbuh secara natural di
daerah tropis Asia. Ada berbagai macam tanaman, beberapa diantaranya ditanam
untuk dikonsumsi langsung dan yang lainnya untuk distilasi minyak esensial.
Saat ini varietas ‘ field mint ' dari Jepang (Mentha arvensis var. piperascens
Malinv. ex Holmes), ditanam di banyak negara Asia, bagian ujung tanamannya
mengandung minyak esensial sampai 5%, namun pada umumnya 1 - 2%.
Komponen utama dari minyaknya adalah menthol (50 - 70%, jarang mencapai
90%). Setelah bagian menthol dihilangkan dari minyak, minyaknya dipasarkanl
sebagai minyak (yang dementholisasi, dimurnikan) pepermint Jepang,
mengandung 30 - 45% menthol, 17 - 35% menthone, 5 - 13% menthyl acetate, 2
- 5% limonene dan 2.5 - 4% neomenthol. Jenis terpene yang lain juga muncul,
tapi dalam jumlah yang sangat kecil (piperitone, pulegone, β-caryophyllene, β-
caryophyllene- epoxide, α-pinene, β-pinene, germacrene D, 1,8-cineol, linalool,
menthofurane, camphene). Komponen dalam jumlah kecil yang memberikan
karakter pada jenis mint ini dan tidak terdapat pada jenis mint yang lain adalah β-
hexenyl phenylacetate.
Struktur senyawa menthol:
Biosintesis Menthol
Menthol merupakan salah satu senyawa monoterpen yang ada pada
tanaman Mentha piperita L. Menthol dan minyak menthol didapat dari
penyulingan hasil terna (batang, daun dan bunga) tanaman M. piperita. Senyawa
ini terbentuk dari Geranil pirofosfat (Vickery dan Vickery, 1981) yang
merupakan precursor dari terpen. Geranil pirofosfat akan menjadi senyawa
monoterpen seperti terpinolen, piperitenon, pulegon yang selanjutnya menjadi
menthon, isomenthon dan menthol (Tyler et al., 1988). Pulegon selain terbentuk
melalui isopulegol dapat juga melalui piperitenol dan α terpineol. Menurut Paul
(1950) pulegon terbentuk melalui pembentukan senyawa isopulegol, sedangkan
Geissman dan Grout (1969) melalui piperitenol. Reitsema (1958) menguraikan
bahwa menthon dapat terbentuk dari piperiton, sedangkan Geissman dan Grout
(1969) menguraikan bahwa piperitenon terbentuk melalui piperitenol. Uraian
biosintesis menthol dapat dilihat Gambar 2.7.1
.
Biosintesis menthol yang terpapar pada Gambar 1, maka diduga terdapat 2 model
lintasan sintesis menthol yang berpengaruh terhadap mutu minyak yaitu lintasan
yang menghasilkan menthol di bawah persyaratan mutu (kadar menthol < 45%)
dan sesuai persyaratan mutu (kadar menthol di atas 45%) (Tabel 2.4.3).
Minyak mentha mengandung beberapa unsure pokok yaitu menthol, menthon,
menthofuran, pulegon dan methyl asestat yang dikelompokkan dalam
monoterpen (Vickery dan Vickery, 1981). Reitsema (1958) melaporkan bahwa
biosinthesis minyak mentha, pulegon berperan sebagai prekusor menthofuran.
Pulegon penting dalam membedakan kualitas minyak. Oksidasi pulegon menjadi
menthofuran menghasilkan minyak berkualitas rendah sedangkan reduksi dari
pulegon ke menthon yang merupakan prekusor menthol menghasilkan minyak
berkualitas tinggi (Clark dan Menary,1980).
Tempat utama penghasil minyak adalah daun yang mensuplai 99% minyak
(Horner, 1955). Burboot dan Loomis mengindikasikan bahwa komponen minyak
berubah secara kualitatif dengan umur tanaman. Menthufuran dihasilkan di
bagian-bagian tanaman yang masih muda, yang metabolismenya masih aktif.
Secara kuantitatif kandungan menthofuran maksimum pada daun-daun muda
(Virmani dan Datta, 1970).
Tanaman mentha merupakan tanaman hari panjang sehingga menghendaki hari
panjang untuk inisiasi dan perkembangan bunga. Oleh karena itu diperlukan
penyesuaian pola penanaman dan penambahan penyinaran agar dapat
menghasilkan minyak dengan kandungan mentho tinggi sekaligus untuk
menentukan kriteria panen.
Pertumbuhan dan produksi minyak mentha dipengaruhi oleh fotoperiodisitas.
Pada hari pendek tanaman berdaun kecil dan banyak stolon, sedangkan pada hari
panjang dihasilkan tanaman yang tegak, berdaun lebar, berbunga dan produksi
minyak atsirinya tinggi (Langston dan Leopold, 1954). Fotoperiodisitas juga
dilaporkan mempengaruhi kualitas minyak mentha. Suhu siang tinggi, suhu
malam tinggi, dan hari pendek menghasilkan menthofuran tinggi dan menthon
rendah. Reduksi dari menthon ke menthol dan dari menthol ke methyl
asetatditentukan oleh level fotosintat dan setiap reaksi diperlukan kofaktor yaitu
NADPH.NADPH merupakan kofaktor penting dalam mengubah pulegon
menjadi menthon, isomenthon, dan menthol. Kekurangan kofaktor ini akan
membatasi komposisi minyak (Cropteau et al, 1972; Burbot dan Loomis, 1976).
McConkey et al. (2000) menguraikan bahwa beberapa enzim berperan dalam
berbagai perubahan komponen minyak. Enzim yang berperan merubah
geranilpirofosfat menjadi limonene yaitu (4-s)-(-)-limonen synthase. Enzim yang
berperan dalam mengubah isomenthon menjadi menthon yaitu pulegon
reduktase, serta enzim yang berperan mengubah menthon menjadi menthol dan
neo menthol yaitu menthon reduktase
Terpenoid
Terpen-terpen adalah suatu golongan senyawa yang sebagian besar terjadi
dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Hanya sedikit sekali terpen-terpen yang
diperoleh dari sumber-sumber lain.
Monoterpen-monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama dari
minyak menguap atau minyak atsiri. Minyak menguap ini diperoleh dari daun
atau jaringan-jaringan tertentu dari tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan.
Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap, sehingga ia mudah dipisahkan
dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Salah satu cara
yang paling popular untuk memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuh-
tumbuhan ialah penyulingan. Senyawa-senyawa di dan triterpen tidak dapat
diperoleh dengan jalan destilasi uap, tapi diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan
tanaman karet atau resin dengan jalan isolasi serta metoda pemisahan tertentu.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus
molekul umum (C5H8)n.
Biosintesis
pengovenan pada suhu 45 oC. Hal ini sesuai dengan Cara pembuatan
Simplisia (Anonim, 1989) yang menyebutkan bahwa bahan simplisia
yang mengandung senyawa aktif mudah menguap dan tidak tahan
Gambar 1.
(a) Kromatogram Minyak Atsiri M. piperita dengan Larutan Pembanding
Mentol
(b) Kromatogram Minyak Atsiri M. piperita pada Berbagai Suhu
Pengeringan
Keterangan gambar :
No. 1 : minyak atsiri dari daun segar
No. 2 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan angin-angin
std : larutan standar mentol (10.000 ppm)
o
No. 3 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (45 C)
o
No. 4 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (60 C)
o
No. 5 : minyak atsiri dari simplisia pengeringan oven (75 C)
OPP
O O O
O OH
Menton Mentol
Gambar 2. Biosintesis Senyawa Mentol dari M. piperita (Rios-Estepa dkk,
2008)
Dari Gambar 2 dapat diketahui adanya kemungkinan bahwa
minyak permen tidak hanya mengandung mentol, tetapi juga senyawa –
senyawa pembentuknya. Menurut Wagner dkk (1984), senyawa yang
dapat teridentifikasi menggunakan pereaksi penampak VS dengan Rf
berurutan adalah mentol (biru), piperiton (jingga), sineol (biru),
isomenton (hijau kebiruan), menton (hijau kebiruan), mentil asetat
(biru). Sehingga dari Gambar 1.b dapat diduga bahwa bercak biru
keunguan (II) di atas mentol adalah sineol, bercak tipis berwarna jingga
(III) adalah piperiton dan bercak hijau (IV) adalah isomenton atau menton.
Sedangkan bercak tebal berwarna merah merupakan senyawa lain.
Gambar 1 menunjukkan bahwa kromatogram minyak atsiri
dari berbagai suhu pengeringan tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Masing – masing kromatogram minyak permen (No.1
hingga No.5) memiliki bercak yang sama pada Rf yang sama pula.
Akan tetapi, jika dilihat dari ketebalan bercaknya (Gambar 1.b), terdapat
kemungkinan bahwa komponen – komponen tersebut memiliki kadar yang
berbeda untuk setiap suhu pengeringan.
Daun mint dikenal sebagai penyegar napas, dan sering dapat dirasakan
pada permen. Tak jarang, daun mint juga digunakan sebagai perasa dalam
konsumsi lain, seperti minuman es, kue, bahkan lalap. Namun, siapa sangka,
daun kecil nan wangi ini juga memiliki fungsi lain untuk tubuh kita. Ini di
antaranya:
Resep ini datang dari Resort Spa Lake Austin, Texas. Masukkan batang
mint dan rosemary dalam 8 ons cuka apel, diamkan seminggu agar benar-
benar keluar sarinya, lalu gunakan setelah keramas seperti menggunakan
kondisioner. Mint akan meningkatkan sirkulasi di kulit kepala untuk
mencegah ketombe, sementara cuka apelnya akan mengeringkan ketombe.
Kram perut bisa diatasi dengan segelas mint panas (tambahkan satu sendok
teh daun mint segar ke dalam air panas). Mint membantu otot pencernaan
untuk rileks dan mengatasi keram, demikian menurut Walt Coyle, MD,
gastroenterology director di Scripps Medical Center, La Jolla, California.
3. Penghilang Rasa Lapar
Kesimpulan:
M. piperita, biasa disebut dengan tanaman menta, merupakan
tanaman berbentuk semak dengan tinggi 10 – 40 cm dan tepi daunnya
bergerigi. Kandungan kimia tanaman ini,antara lain miyak atsiri (konstituen
utamanya adalah mentol dan menton), flavonoida, asam fenolat dan
triterpen. Bagian tanaman yang didestilasi untuk mendapatkan minyak
permen adalah bagian ujung (batang dan daun), terutama bagian daun yang
mengandung minyak atsiri yang cukup tinggi.
Pengambilan minyak atsiri dari tanaman menta dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara destilasi (penyulingan) dengan uap air. Penyulingan
uap air merupakan suatu proses pemisahan komponen – komponen suatu
campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Minyak atsiri yang terdapat di dalam bahan yang disuling
akan terikut keluar oleh uap air dan campuran yang dihasilkan akan
membentuk dua lapisan, sehingga minyak atsiri dapat dipisahkan dengan
mudah.
Daun mint dikenal sebagai penyegar napas, dan sering dapat dirasakan
pada permen. Namun, siapa sangka, daun kecil nan wangi ini juga memiliki
fungsi lain untuk tubuh kita. Ini di antaranya: Mengatasi Ketombe , penghilang
Sakit Perut dan penghilang Rasa Lapar.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
KELOMPOK III
KIMIA VII C
1. LUSIANA (08.231.099)
2. MAS’AH (08.231.104)
3. MUSTAHIDATUN RAODIAH (08.231.122)
4. NURAENI (08.231.129)
5. RAHMAWATI (08.231.138)
6. RIA ULTARI (08.231.141)