G' r
Arara Abadi
PENDAHULUAN
Pengembangan tanaman hutan guna meningkatkan produktivitas tegakan
memerlukan perbaikan mutu benih, baik secara genetik maupun fisik dan fisiologis.
Mutu fisik dan fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan
benih mulai dari proses perkembangan benih, pengunduhan buah, sampai
pengecambahan benih. Mutu genetik diperoleh dari rangkaian kegiatan pemuliaan
pohon.
Kegiatan pengadaan benih mencakup pemanenan/pengunduhan,
pengumpulan, ekstraksi benih, pembersihan, seleksi, dan penyimpanan.Ekstraksi
benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus
benih lainnya. Metode ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari
buah. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan dan
pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan,
pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah
menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum. Metode ekstraksi
benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Ada 2 macam
ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering dan ekstraksi basah.
Sortasi benih dapat dilakukan berdasarkan pada sifat-sifat morfologi atau
fisiologi benih, misalnya dimensi (kecil, sedang, dan besar) atau berat benih (Suita
2008; Yuniarti et al. 2013). Sortasi benih meliputi kegiatan pemilahan fraksi
berdasarkan karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan karakteristik biologis.
Kemurnian benih Eucalyptus pellita dapat ditingkatkan dengan sortasi benih.
Penggunaan ukuran ayakan yang sesuai dengan ukuran benih masing-masing jenis,
dalam kegiatan sortasi, dapat meningkatkan kemurniaan benih (Yuniarti et al.
2015).
Pengujian benih merupakan salah satu tahap yang penting untuk menunjang
program pengadaan benih bermutu, dan untuk mengurangi resiko kegagalan
penanaman di lapangan (Yuniarti et al. 2015). Aturan yang dipakai dalam pengujian
benih tanaman hutan adalah berdasarkan (1) aturan internasional yaitu: Association
of Official Seed Analyst (AOSA) dan International Seed Testing Association
(ISTA), dan (2) aturan nasional: Keputusan Direktur Perbenihan Tanaman Hutan
Nomor: SK. 36/PTH-3/2015 tentang Standar Mutu Fisik-Fisiologis Benih dan Mutu
Bibit Tanaman Hutan.
Berdasarkan aturan nasional, standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman
hutan, data yang perlu dihasilkan dari pengujian suatu lot benih adalah daya
kecambah (%), berat 1.000 butir benih (g), kemurniaan (%), dan kadar air benih
(%). Data-data tersebut harus sudah ada sebelum benih dikemas dan disebarkan.
Informasi mengenai mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan dicantumkan pada
label benih yang dikemas. Pengemasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutan.
Uji viabilitas benih dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
kemampuan berkecambah dari suatu kelompok benih pada suatu kondisi tertentu.
Uji dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: uji daya kecambah benih, uji
belah, uji eksisi embrio, uji tetrazolium, dan uji hidrogen peroksida.
TUJUAN
Praktikum bertujuan untuk
1. Mempraktikkan kegiatan ekstraksi, sortasi dan seleksi benih.
2. Mempraktikan teknik uji cepat viabilitas benih (metode uji belah).
3. Menguji daya kecambah benih.
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
Tabel 3 Uji viabilitas benih ... dengan metode uji daya kecambah
Hari ke- Jumlah benih yang berkecambah % kecambah
1
2
3
4
5
6
7
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
(Gambar + keterangan)
gompus
G' r
Arara Abadi