PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika
melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang
Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn (saenong et all , 1988)
Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
s`umber utama karbohidrat dan protein setelah beras (Purwanto, 2008). Namun,
upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi berbagai masalah sehingga
produksi jagung dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan nasional
(Soerjandono, 2008). Satu tanaman berumur 80 150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Memiliki ketinggian rata-rata
antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6
meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan (Suprapto,2011).
Keragaman genetik tanaman merupakan salah satu upaya untuk mendukung
pemuliaan tanaman. Perbedaan tanaman dapat diketahui melalui beberapa penanda,
antara lain dengan pola pita DNA (Lamadji,1998), yang sering disebut sebagai
penanda dalam molekuler. Penanda molekuler berperan penting dalam konservasi dan
pengelolaan sumber daya genetic tanaman (Karp et al. 1997).
Perkembangan biologi molekuler yang pesat sejak akhir abad ke-20 ikut
mendukung berkembangnya penelitian-penelitian di bidang biologi termasuk
biodiversitas
dan
sistematika
tumbuhan.
Penggunaan
penanda
molekuler.
Tahapan
dalam proses analisis keragaman genetik yaitu isolasi DNA genom, pemurnian dan
penetapan kualitas dan kuantitas DNA, seleksi primer, dan analisis polimorfisme
(Dwiatmini et al., 2003).
Isolasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakterisasi Jagung secara umum
Jagung (Zea mays L) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Jagung dimanfaatkan sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah, juga bagi beberapa daerah di Indonesia. Di
Indonesia pemanfaatan jagung tidak hanya terbatas sebagai sumber pangan utama
saja namun juga telah dimanfaatkan untuk pakan unggas. Menurut Tangendjaja
(2007), jagung ialah bahan baku utama pakan unggas (sekitar 50% dari ransum.
Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) dimana produksi jagung pada tahun
2013 diperkirakan sebesar 18,84 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 2,83
persen dibanding tahun 2012 (BPS, 2013).
Berdasarkan informasi tersebut, maka peningkatan produktivitas jagung pakan
sangat perlu dilakukan, mengingat masih terdapat beberapa kendala yang masih
menghambat produktivitas tanaman jagung itu sendiri baik dari pengaruh
lingkungan maupun secara genetik. Upaya peningkatan produktivitas yang dapat
dilakukan yaitu melalui salah satu program pemuliaan tanaman dengan perakitan
varietas jagung yang unggul. Upaya mendapatkan varietas jagung unggul yang
spesifik sesuai keinginan pengguna diperlukan dukungan ketersediaan plasma
nutfah yang informatif diantaranya melalui kegiatan karakterisasi. Adapun pada
kegiatan penelitian kali ini ada 4 populasi jagung yang di gunakan yaitu Lamuru ,
Bisma , Srikandi kuning , dan Srikandi putih . Adapun varietas varietas jagung
yang diteliti pada penelitian kali ini adalah : Varietas Bisma , Varietas Lamuru ,
Varietas srikandi putih , Varietas Srikandi kuning .
Biologi Sel dan Molekuler merupakan bidang ilmu yang terus menerus
berkembang. Ilmu ini bermanfaat hampir di semua bidang. Baik dalam bidang
medis untuk menangani kelainan-kelainan genetik dan penemuan obat-obat baru,
pada bidang pertanian, peternakan, kehutanan untuk meningkatkan produkproduk baik tanaman maupun hewan unggul maupun di bidang lingkungan dalam
hal mengatasi polutan serta perannya dalam kemajuan produksi pangan.
Isolasi DNA merupakan teknik yang penting dalam pengembangan ilmu ini.
Derajat kemurnian dan kualitas dalam isolasi DNA sangat mempengaruhi hasil
yang akan diperoleh. Secara umum, prosedur ekstraksi yang baik untuk isolasi
DNA mencakup tiga hal penting, yaitu harus bisa dihasilkan DNA dengan
kemurnian yang tinggi, DNAnya harus utuh, dan jumlahnya mencukupi
(konsentrasi tinggi) (Clark, 1997).
Isolasi DNA juga merupakan langkah pertama dalam studi sekuen DNA dari
populasi DNA kompleks dan dalam analisis struktur genom dan ekspresi gen.
Kuantitas, kualitas dan integritas DNA akan mempengaruhi hasil yang diperoleh
secara langsung (Surzycki,2000).
Dengan adanya teknik isolasi DNA yang lebih murah, mudah dan cepat,
serang dosen diharapkan dapat memberikan bekal ketrampilan kepada mahasiswa
mengenai suatu teknik dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan
sumber daya hayati negara kita yang sangat kaya, agar mahasiswa tersebut dapat
mulai berpikir obyektif dan benar dalam mengembangkan teknologi, sehingga
penelitian di bidang ini dapat berkembang.
2.3 Marka Mikrosatelit atau SSR
Mikrosatelit atau simple sequence repeat (SSR) adalah sekuens DNA yang
mengandung motiv pendek yang diulang secara tandem dengan ukuran biasanya
2-5 bp dan terdapat dalam jumlah banyak menyelimuti seluruh genom . Akhir ini ,
mikrosatelit merupakan marka yang umum digunakan untuk pemetaan genetic
pada tanaman. Mikrosatelit berevolusi lebih cepat dibandingkan dengan DNA
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
UV Transilluminator , oven/
Lamuru, Varietas Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dan juga telah memiliki kondisi
benih jagung yang baik tentunya agar penampakan hasil dapat sesuai yang diinginkan
berdasarkan schedule yang telah dibuat sebelumnya. Adapun cara penyiapan materi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan yang digunakan untuk ekstraksi DNA adalah daun tanaman jagung
empat varietas yang telah berumur 10 15 hari setelah tanam. Untuk mendapatkan
daun tersebut, Benih jagung pulut dikecambahkan pada trey 30 x 50 cm dengan
terdapat 5 baris (5 tanaman/baris tiap varietas) menggunakan media tanah, pasir dan
pupuk kandang. Benih dipelihara hingga berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman
jagung dan dengan menyiram pada saat media tanam terlihat kering. Setelah tanaman
berumur 10 15 hari, daun dari tiap tanaman diambil sebagai sampel dengan
memotong daun menjadi potongan potongan kecil. Setiap tanaman yang telah
ditimbang sebanyak 0,4 gram per varietas dan dibuat cadangan dengan berat yang
sama kemudian dimasukkan ke dalam tube. Daun dari tiap dalam satu dijadikan satu
(bulk) dan disimpan dalam kantong. Kantong disimpan dalam frezzer -200C.
3.3.2 Isolasi DNA dari daun yang telah disediakan mengikuti protocol CIMMYT
yang telah dimodifikasi.
Bahan:
Sampel
daun
sebanyak
0,4
gram,
buffer
ekstraksi
CTAB,
Uji
kuantitas
dan
kualitas
DNA menggunakan
alat
nanodrop
nanoPhotometer IMPLEN.
Bahan : 3 l DNA
Metode : DNA diteteskan diatas nanoPhotometer dengan volume 3-4 l per sample.
NanoPhotometer secara otomatis akan menghasilkan data berupa konsentrasi DNA
(ng/mikroL) dan kemurnian DNA dalam optical dencity (OD) pada gelombang
cahaya 260/280. Kemurnian yang bagus untuk marka SSRs adalah OD 1,7 2 murni.
3.3.4 Uji kualitas DNA dengan Elektroforesis Horizontal
No
Larutan stok
Volume
.
1 GoTagGreen Master Mix (Biorad)
2 Primer
3 DNA
4 Nonapure (ddH2O) 2,25
Volume total
Metode :
6,25
0,5
1
2,25
10
10
Pemisahan
pita
DNA
hasil
PCR
dilakukan
dengan
elektroforesis
Larutan Stok
o
1 Acrrylamide
2 10x Tris-borate-EDTA (TBE)
3 ddH2O
Total Volume
Volume
100
50
350
500
Bahan
Volume
o
1
2
3
4
8% PAGE
Red Safe
N,N,N,N-tetrametil-etiled-diamin (TEMED)
Ammonium persulfat (APS)
50 ml
5 l/palte
50 l
500 l
Larutan Stok
Volume
1 L Silverstining
Silvernitrat
ddH2O
1 L NaOH
1 gr
1L
11
NaOH
Formaldehid
ddH2O
20 gr
3 l
1L
13
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Kuantitas dan kualitas DNA berdasarkan Nanospektrometer
Menurut teori , sampel DNA yang dianggap cukup murni memiliki perbandingan
A260 / A280 (Purity) = 1,80 2,0. Menurut Sambrook et al. (1989), kisaran angka
tersebut telah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan dalam analisis molekuler.
Tingkat tinggi rendahnya kemurnian dalam pengujian kuantitas DNA dengan
spektrofotometer dapat dipengaruhi pada saat pengambilan supernatant tidak
maksimal sehingga DNA genom banyak yang terbuang. Selain itu, tinggi rendahnya
nilai kemurnian yang dimiliki oleh DNA menunjukkan bahwa DNA tergolong masih
kotor. Dalam proses isolasi dan purifikasi DNA tanaman adalah terjadinya degradasi
DNA oleh enzim endonuklease, tingginya kandungan polisakarida, senyawa inhibitor
seperti polifenol dan metabolit sekunder lain yang dapat mengganggu reaksi
enzimatis (Padmalatha & Prasad, 2006).
Hasil pengecekan kualitas dan kuantitas dengan spektrofotometer pada grup A
konsentrasi DNA berkisar antara 158 ng/ul hingga 196,3 ng/ul . Konsentrasi sampel
tertinggi berada pada sampel L-A-16 yaitu 851 ng/ul . Dan konsentrasi sampel
terendah berada pada sampel L-A-21 158 ng/ul.
Adapun hasil pengecekan kualitas dan kuantitas dengan spektrofotometer
pada grop B konsentrasi DNAnya berkisar antara 142 ng/ul hingga 239 ng/ul .
14
Konsentrasi DNA tertinggi berada pada sampel L-B-11 yaitu 239ng/ul dan
konsentrasi sampel yang paling rendah berada pada sampel L-B-16 yaitu 142 ng/ul.
Hasil kuantifikasi dengan menghitung konsentrasi dan tingkat kemurnian
DNA menggunakan alat spektrofhotometer dapat dilihat pada tabel. 4 :
Konsentrasi DNA
ng/ul
177
177
228
208
213
222
226
201
242
851
180
220
230
217
162
196,3
169
203
197
208
158
225
Group B
Purity
(260/280)
1,031
1,055
1,127
1,024
1,120
1,043
1,151
0,986
1,367
0,920
1,043
1,069
1,090
1,270
0,973
1,252
1,217
1,097
0,993
1,074
1,109
1,381
Konsentrasi DNA
ng/ul
186
211
237
201
219
204
223
196
212
210
239
207
219
212
148
200
142
201
206
196
196
193
Purity
(260/280)
1,035
1,275
1,214
0,998
1,125
1,122
1,106
0,998
1,226
0,933
1,098
1,083
1,266
1,289
0,935
0,990
0,942
1,347
0,998
1,037
1,344
1,104
15
23
24
25
192
208
227
1,018
1,046
1,199
203
228
126
0,989
1,083
1,976
hasil
elektroforesis
gel
agarosa
setelah
visualisasikan
di
16
17
18
beberapa DNA yang memiliki konsentrasi yang tinggi adapun di antranya yaitu L-1,
L-14 , L-24 akan tetapi masih dapat teramplifikasi dengan baik dan memunculkan
visualisasi pita DNA yang bagus. Pada beberapa visualisasi pita DNA bervariasi ada
pita DNA yang tipis dan tebal , dikarenakan oleh beberapa hal seperti pada proses
pengisian DNA yang lebih ataupun kurang dari standar yang telah di tetapkan
sebelumnya sehingga visualisasi DNA tidak seragam.
Adapun hasil yang di peroleh dari perhitungan berat molekul ada beragam . Pada
visualisasi hasil amplifikasi PCR menggunakan marka SSR phi233376 ( Gambar 4 ) berkisar
antara 28 bp hingga 533,5 bp . Berat molekul yang tertinggi ialah 533,5 bp yang berada pada
marker g3 . Dan berat molekul terendah yaitu 28 bp yang berada pada marker I 2 . Adapun
rinciannya sebagai berikut G1 = 159.9 ; G2 = 186,6 ; G3 = 533,5 ; H =142.75 ; I1= 233,5 ; I2
= 28 .
Dan hasil yang diperoleh dari perhitungan berat molekul pada phi093 ( Gambar 5)
juga beragam . Berat molekul berkisar antara 266,71 bp hingga 451 bp . Berat molekul
tertinggi yaitu 266,71 bp pada marker E. Dan berat molekul terendah yaitu 451 bp berada pad
marker C . Adapun rinciannya ialah sebagai berikut : C = 451 bp ; D1 = 360,71 ; D2=
377,28 ; E = 266,71 bp . Data data tersebut menunjukkan karakter yang disandikan memiliki
variasi yang tinggi karena berasal dari tetua yang bersari bebas .
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari proses isolasi DNA 25 individu varietas jagung lamuru bersari bebas dapat
disimpulkan hasil isolasi DNA, rata rata diperoleh DNA dengan kuantitas
dan
kualitas yang cukup tinggi. Adapun dari hasil visualisasi dari proses amplifikasi PCR
ada beberapa DNA yang tidak murni karena mengandung kotoran kotoran seperti
protein. Hasil PCR menunjukkan dari 2 primer yang digunakan menampilkan gambar
pita DNA dengan heterozigositas yang tinggi dan juga letak posisi alel yang
bervariasi hal ini bisa menjadi bukti bahwa varietas jagung lamuru merupakan
varietas jagung yang bersari bebas.
20
21
Daftar Pustaka
Clark, M.S. (1997). Plant Molecular Biologi . Lab Fox. BIOS Scientific Publisher
Limited. UK.
BPS. 2010-2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Dwiatmini, K., Mattjik, N.A., Awidinnor, H., & Toruan-Matius, N.L. 2003. Analisis
pengelompokan dan hubungan kekerabatan spesies anggrek Phalaenopsis
berdasarkan kunci
determinasi fenotipik dan marka molekuler RAPD.
Jurnal Hortikultura, 3(1), 16-17
Devereux, R. & S.S. Wilkinson. 2004. Amplification of Ribosomal RNA Sequences.
Kluwer Academic Publisher, Netherlands.
Karp A., S. Kresnovich, K.V. Bhat, W.G. Ayad, and T. Hodgkin. 1997. Moleculer
tools in plant genetic resources
conservation:
a
guide
to
the
technologies. IPGR. Teechnical Bulletin no.2.
Khosravinia, H., H.N.N. Murthy, D.T. Parasad, & N. Pirany. 2007. Optimizing
Factors Influencing DNA Extraction from Fresh Whole Avian Blood. African
Journal of Biotechnology. 6 (4): 481-486.
Mondini, L., A. Noorani, M,A. and Pagnotta. 2009. Assesing Plant Genetic Diversity
byMolecular Tools. Diversity. 2009(1): 19-35
22
dan
dan
23