Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

ACARA VIII. PEMATAHAN ATAU PEMECAHAN DORMANSI BENIH

Oleh

NAMA : NABILA RATU AZIFAH

NIM : C1M017094

KELOMPOK : 15

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti praktikum selanjutnya dan untuk memenuhi kelengkapan
tugas pada mata kuliah Ilmu dan teknologi Benih.

Mataram, 12 November 2019

Asisten Praktikum Praktikan

(Rosyita Sholihatun) (Nabila Ratu Azifah)


NIM : C1M016160 NIM : C1M07094
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dunia pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, dan benih. Biji (bahasa
Latin : semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak.
Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang
termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk
pertumbuhan. Biji merupakan bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan
berbunga dan dikenal sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Sedangkan
benih merupakan biji yang dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui proses
seleksi, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar
menjadi tanaman dewasa.

Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat
terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji. Dormansi
benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga
waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses
tersebut. Sebelum menjadi tumbuhan baru, biji mengalami fase berupa suatu proses
perkecambahan. Perkecambahan merupakan suatu proses awal aktifnya suati embrio
yang menyebabkan pecahnya kulit biji dan menghasilkan tanaman baru yang mampu
memenuhi kebutuhan nutrisinya sendiri.

Metode pematahan dormansi yang efektif dibedakan berdasarkan penyebabnya,


sebab metode yang satu belum tentu bisa digunakan untuk metode pematahan
dormansi penyebab yang lain. Metode pematahan dormansi yang disebabkan faktor
fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan nutrisi bisa masuk ke
dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi faktor fisiologis pada kasus after-
ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa kimia tertentu. Oleh kerena itu
perlu dilakukan praktikum ini untuk dapat mengetahui cara pematahan dormansi yang
paling efektif untuk digunakan.

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mempelajari beberapa cara
yang dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi
benih tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi digambarkan sebagai peristiwa benih yang berkecambah, tidak akan


berkecambah walaupun faktor lingkungan mendukung untuk terjadinya
perkecambahan. Istilah dormansi mempunyai aplikasi yang luas dalam fisiologi
tanaman yang mengacu pada ketidak adaan pertumbuhan di dalam bagian tanaman
yang dipengaruhi faktor dalam dan luar. Dormansi pada biji merupakan salah satu
penyebab gagalnya perkecambahan walaupun biji dapat menyerap air dan berada
dalam temperatur dan tingkat oksigen yang baik (Edmon et al., 2000).
Dormansi biji primer lebih umum dari dormansi biji sekunder. Dapat dalam
bentuk dormansi eksogen atau endogen. Dormansi primer eksogen adalah suatu
kondisi dimana input lebih penting (Misalnya: air, cahaya, dan suhu) tidak tersedia
untuk benih dan perkecambahan tidak terjadi. Genetika dan faktor lingkungan juga
memodifikasi ekspresi dormansi eksogen. Dormansi endogen primer juga
dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan selama biji dalam kondisi pengembangan
atau pematangan (Siregar dan Utami, 2001). Faktor eksternal perkecambahan
meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu
yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Mayer, 2005).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan
berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak
(dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan (impermeabel), atau adanya penghambat
tumbuh. Kekerasan kulit biji merupakan hambatan fisik terhadap perkembangan
embrio sehingga menyebabkan embrio kurang mampu menyerap air dan oksigen
serta karbon dioksida tidak dapat keluar secara baik yang berakibat proses respirasi
tidak sempurna. Berbagai cara untuk memperpendek dormansi dapat dilakukan
dengan meretakkan kulit biji, perendaman dalam zat kimia seperti kalium nitrat pada
konsentrasi tertentu atau dengan pemanasan (Harjadi, 2002).
Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan hambatan
mekanis. Benih yang impermeable terhadap air dikenal sebagai benih keras (hard
seed). Metode pematahan dormansi eksogen yaitu: (1) Skarifikasi mekanis untuk
menipiskan testa, pemanasan, pendinginan (chilling), perendaman dalam air
mendidih, pergantian suhu drastic, namun tempertur tinggi jarang digunakan untuk
memecahkan dormansi benih, karena biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan
dormansi benih daripada memperbaiki perkecambahannya (2) Skarifikasi kimia untuk
mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk testa yang mengandung senyawa tak
larut air yang menghalangi masuknya air kebenih, maka pelarut organic seperti
alcohol dan aseton dapat digunakan untuk melarutkan dan memindahkan senyawa
tersebut sehingga benih dapat berkecambah (Soejadidan 2002).
Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam
proses perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang
berasal dari yang masih muda, kualitasnya akan jelek karena benih akan menjadi
tipis, ringan, dan keriput, serta apabila dikeringkan daya hidupnya sangat rendah.
Dalam hal itu, kemungkinan embrio blum berkembang sempurna dan cadangan
makanan dalam endosperma belum lengkap (Santosa, 2004).
Perlakuan skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi biji, sedangkan
skarifikasi adalah salah satu upaya perlakuan pada benih yang ditujukan untuk
mematahkan dormansi. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan dengancara
fisik, mekanis dan khemis. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi
pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah
(Esmaeili, 2009).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini di laksanakan pada hari jum’at 1 oktober 2019. Pada pukul
12.00-13.30 WITA. Bertempat di laboratoriumagronomi dan hortikultura, Fakultas
petanian, Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun Alat-alat yang di gunakan dalam Praktikum ini adalah gunting atau
pemotongan kuku, kertas amplas, stopwatch, komppor listrik, pinset, cawan petri,
panci, dan gelas beaker. Sedangkan bahan-bahan yang di gunakan adalah substrat
kertas merang, benih tanaman, alcohol 70%, H2SO4, HCl, dan air panas.

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun langkah-langkah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut ;
1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir. Lakukan pengguntingan pada
bagian ujung kulit benih (cliping), pengikisan kulit biji (scratching) dengan
mengunakan kertas amplas.
2. Benih dengan perlakuan (1) diuji daya kecambah dengan metode UDK masing-
masing perlakuan 4 ulangan.
3. Pengamatan dilakukan setiap hari.

Perlakuan dengan perendaman H2SO4


1. Benih contoh uji diambil masing-masing 25 butir. Masukan contoh uji kedalaman
gelas beaker kemudian masukan ke dalam larutan H2SO4 Selama 15 menit
kemudian diangkat dan diletakkan dalam mangkok atau wadah selama beberapa
menit, kemudian dicelupkan ke dalam air dingin atau di cuci.
2. Benih dengan perlakuan (1) diuji daya kecambah dengan metode UDK masing-
masing perlakuan 4 kali ulangan
3. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih telah berkecambah atau
setelah waktu tertentu.
4. Pengamatan dan pendalaman sama seperti pengamatan pada UDK - Buat grafik
persentase perkecambahan untuk masing – masing kriteria normal, abnormal dan
mati.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Jumlah benih yang berkecambah

Perlakuan ulang Hari pengamatan Rata-


an 1 2 3 4 5 6 7 rata
kontrol U1 0 0 0 0 0 0 0 0
U2 0 0 0 0 0 0 0 0
U3 0 0 1 0 0 0 0 0.33
Pemotonga U1 0 17 19 20 26 28 0 4.67
n U2 0 17 20 23 0 0 0 5.75
U3 0 21 22 23 25 0 0 5
pengampla U1 2 5 15 28 29 0 0 5.8
san U2 0 1 3 19 20 0 0 4
U3 0 2 3 9 19 0 0 3.8
Alkohol U1 0 0 0 3 0 0 0 0
95% U2 0 2 3 0 4 0 0 0.8
U3 0 0 2 0 0 0 0 0.6
HCl U1 0 0 1 0 0 0 0 0.33
U2 0 2 0 0 0 0 0 1
U3 0 2 0 0 0 0 0 1
H2SO4 U1 0 12 15 19 25 0 0 5
U2 0 12 13 22 23 0 24 3.43
U3 0 12 25 0 0 0 0 8.33
Air 70 ◦ 𝐶 U1 0 0 1 2 4 5 0 0.8
U2 0 0 1 3 8 10 12 1.71
U3 0 0 0 2 7 9 10 1.42
Air 50 ◦ 𝐶 0 0 0 2 2 2 0 0.3
0 0 0 0 0 1 2 0.28
0 0 0 0 0 0 1 0.14

Tabel 2. Persentase jumlah benih berkecambah dan tidak berkecambah


Rata-rata jumlah benih berkecambah (%)
perlakuan Hidup (%) mati (%)
1 2 3 X 1 2 3 X
Kontrol 0 0 4 1 100 100 86 95
Pemotongan 93 100 100 98 3 0 0 1
Pengamplasan 96 80 76 84 4 20 24 16
Alkohol 90% 0 16 8 8 84 92 0 59
Hcl 4 8 8 7 96 92 92 93
H2SO4 100 96 100 99 0 4 0 1
Air 70°C 20 48 40 36 80 52 40 57
Air 50°C 8 8 4 7 92 92 96 93

4.1.2 Grafik
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%

Axis Title
4.2 Pembahasan
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu
biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi
lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji
berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan yang
tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidakmampuan sumbu embrio untuk
mengarendatasi hambatan. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari,
semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari
dormansinya
Pada praktikum ini untuk melakukan pematahan atau pemecahan dormansi
pada benih lamtoro dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan
metode pengguntingan biji lamtoro 1/3 dipilih dari sisi kiri, kanan, atas, maupun
bawah biji. Pengguntingan bertujuan untuk mempercepat dan mematahkan dormansi
dari benih tersebut. Sehingga dapat mempercepat proses imbibisi atau masuknya air
pada benih. Proses imbibisi ini akan memacu pengaktifan enzin-enzim yang ada
dalam benih kemudian akan merangsang proses perkecambahan yanng ditandai
dengan munculnya plumula dan radikula.
Uji pemecahan dormansi dengan perlakuan perendaman biji lamtoro pada
H2S04 merupakan perlakuan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang
lainnya. Seperti pada tabel 1. yang disajikan di atas dapat di lihat perlakuan dengan
cara pemotongan dapat menumbuhkan biji lamtoro dengan cepat dalam waktu tiga
hari dengan rata-rata petumbuhan masing-masing ulang yaitu 5, 3,43, dan 8,33
tanaman per perlakuan dan semua biji mampu tumbuh secara serentak dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan cara pemotongan lebih efektif dan
efisien dalam memechkan dormansi benih atau biji yang memiliki lapisan kulit biji
yang tebal dan keras seperti lamtoro, kemiri dan lainnya.
Dengan demikian perlakuan uji pemecahan dormansi pada biji lamtoro,
metode yang efektif dalam memecahkan dormansi benih yaitu dengan metode
perendaman dengan H2S04 yaitu dengan persentase perkecambahan 99%, yang
kemudian diikuti oleh metode perlakuan pengamplasan dengan presentase
perkecambahan 98%, pengamplasan dengan presentase perkecambahan 84%, air 700
c dengan presentase perkecambahan 8, alkohol 90 % dengan presentase
perkecambahan 8%, HCL dan air 500 c dengan presentase perkecambahan 7%, dan
terakhir yang paling tidak efektif yaitu pada perlakuan kontrol dengan presentase
perkecambahan 1%.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pemecahan dormansi
ini yaitu:
1. Dalam melakukan proses memecahkan dormansi benih atau biji tanaman
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan metode perendaman
dengan air pada suhu 50OC, perendaman dengan air pada suhu 70OC,
perendaman dengan larutan alkohol 90 %, HCl, H2SO4, perlakuan dengan
pemotongan dan perlakuan dengan pengamplasan.
2. Dari semua metode diatas metode yang paling efektif dan efisien dalam
memecahkan dormansi benih lamtoro yaitu dengan metode perendaman
biji lamtoro dengan H2SO4,.

5.2 Saran
Seperti yang diketahui bahwa metode yang paling efektif yang di gunakan
untuk memecahkan dormansi pada benih tanaman ini yaitu metode perendaman
dengan H2SO4,, maka dari pada itu saya menyarankan untuk menggunakan metode
tersebut karena metode ini dapat menumbuhkan benih dengan sangat cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Edmond, J. B., T. L. Senn, and F. S. Andrew. 2000. Fundamentals of Holticulture.


McGraw-Hill Book Company, New York.
Esmaeili, M. 2009. Ecology of seed dormancy and germination of Carex divisa huds:
effects of stratification, temperature and salinity. International Journal
of Plant Production, New York.
Harjadi, Sri Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Mayer, Lynn.2005. Biology. Harper & Raws Publishers, New York.
Santoso. 2004. Perkecambahan dan pertumbuhan palem Jepang (Actinophloeus
mochorturii) akibat perendaman dalam lumpur. Jurnal Natur Indonesia
6: 99-100.
Siregar dan N. W. Utami. 2001. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Soejadidan U.S. Nugraha. 2002. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi
Terhadap Daya Berkecambah Padi, hal 155-162.Pada 291 hal. Dalam E.
Murniatiet al. (Eds.): IndustriBenih di Indonesia. Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih IPB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai