Anda di halaman 1dari 9

PENYARINGAN AIR LAUT

Waktu Praktikum : 14 Maret 2020


Tujuan : 1. Untuk mengetahui cara penyaringan air laut yang baik dan benar
2. Untuk memisahkan partikel-partikel dengan air laut

Air laut merupakan zat pelarut yang bersifat sangat berdaya yang mampu

melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair ain. Air

laut berasa asin karena megandung garam yang disebut salinitas. Salinitas adalah

bilangan yang menunjukkan berapa gram garam-garaman yang larut dalam air

laut tiap-tiap kilogram biasanya dinyatakan dalam persen. menutupi hampir 71%

permukaan bumi. Faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya salinitas

meliputi penguapan, curah hujan, air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut dan

kelembabapan udara. Penjernihan air merupakan proses pengolahan air kotor

menjadi air bersih dan sehat.  Penjernihan air didasarkan pada sifat-sifat koloid

yaitu koagulasi dan adsorpsi. Koagulasi terjadi akibat tidak setabilnya sistem

koloid yang disebabkan penambahan zat elektrolit kedalam sistem koloid tersebut.

adsorpsi adalah proses penyerapan zat dipermukaan lain.

Praktikum ini penyaringan air laut dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui cara penyaringan air laut yang baik dan benar guna mendapatkan air

laut murni. Sampel air laut pada praktikum ini diambil di daerah kecamatan mata

dinas perikanan dan kelautan Sulawesi Tenggara tepatnya di Balai Benih Udang.

Pemilihan tempat ini dilakukan karena sampel airnya sudah steril sehingga tidak

perlu lagi mensterilkannya. Proses penyaringan air laut dapat dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya saringan kain katun, saringan kapas, aerasi, saringan

pasir lambat (SPL), saringan pasir cepat (SPC), saringan arang, saringan air
sederhana, saringan keramik dan saringan cadas. Praktikum ini menggunakan

teknik saringan kapas disamping sederhana juga karena dapat membersihkan air

dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air. Penunjangan kegiatan

praktikum tidak akan lepas dengan namanya alat dan bahan. Alat yang digunakan

pada praktikum ini meliputi botol aqua, kain kasa, kapas, galon, botol UC dan

aluminum foil. Bahan yang digunakan meliputi air laut dengan salinitas 25-30

PSU. Kinerja penyaringan air laut dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan,

selanjutnya buatlah corong dengan memotong bagian bawah botol aqua. Tujuan

pembuatan corong ini memudahkan menyimpan kapas. Setelah corong selesai

dibuat, langkah selanjutnya ikat bagian atas corong tersebut dengan kain kasa.

Pengikatan kain kasa bertujuan untuk melindungi air dari kontaminasi dari luar

selama proses penyaringan. Setelah pengikatan kain kasa ini, selanjutnya corong

ditaruh diatas mulut galon. Menghubungkan corong dengan mulut galon ini

bertujuan agar air saringan dapat masuk kedalam galon tanpa meleset. Langkah

selanjutnya corong tersebut disi kapas yang bertujuan untuk menghilangkan

kotoran pada air tersebut. Terakhir, tuangkan air kedalam corong dengan posisi

tutup botol berada di bawah sehingga penyaringan berjalan dan setelah selesai

tutup mulut galon tersebut dengan alumunium foil. Penutupan dengan alumunium

foil bertujuan untuk menjaga air hasil penyaringan agar tidak terkontaminasi dari

kotoran yang berasal dari luar.


LAMPIRAN

A. Pembuatan Corong
Corong

Kapas

Kain kasa

B. Proses Filtrasi Air Laut

Proses pemasukkan larutan


(air laut) ke dalam corong.

Proses pemisahan zat, dimana zat


yang tidak dapat lolos melewati
corong akan mengendap pada
kapas

Sabtu, 14 Maret 2020


Asisten Pembimbing

Nurriecqy Bil Hidayah A.


PEMBUATAN MEDIA WALNE UNTUK KULTUR MIKROALGA

Waktu Praktikum : 14 Maret 2020


Tujuan : 1. Untuk mengetahui cara pembuatan media walne dengan baik da
benar
2. Untuk mengetahui senyawa apa yang terkandung dalam media walne
untuk kultur mikroalga.

Mikroalga merupakan mikroorganisme dengan tingkat organisasi sel

termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah yang dapat ditemukan pada habitat

perairan laut maupun perairan tawar. Mikroalga memiliki ukuran sel 3-30 µm,

dengan bentuk yang beragam seperti bulat, ellips, silinder. Mikroalga tidak

memiliki akar, batang dan daun sejati, sehingga mikroalga termasuk dalam filum

Thallophyta. Mikroalga memiliki kemampuan fotosintesis karena adanya

kandungan pigmen klorofil maupun karotenoid di dalam selnya sehingga berperan

sebagai mikoorganisme autotrof yang mampu menghasilkan biomassa. Biomassa

mikroalga yang melimpah didapat dengan cara mengkultivasi mikroalga tersebut

pada kondisi yang sesuai dengan jenisnya.

Praktikum pembuatan media kultur mikroalga ini menggunakan media

walne. Media Walne merupakan media kultur yang baik bagi pertumbuhan

mikroalga terhadap densitas, kandungan protein, lemak, karbohidrat dan air.

Kelebihan media walne dibanding media lain adalah kelimpahan sel dan

kandungan nutrisinya diantaranya protein, lemak dan air.

Praktikum ini merupakan kelanjutan dari penyaringan air laut yakni akan

dibuat media untuk kultur mikroalga. Keberhasilan praktikum ini tentu melibatkan

penyiapan alat dan bahan. Adapun alat dan bahan ada praktikum ini meliputi
autoclave, Erlenmeyer, alumunium foil, timbangan analitik, spatula, pupuk walne,

sodium metasilicate dan air laut yang telah difilter. Proses kinerja pada praktikum

ini pertama dimulai dengan penyiapan alat dan bahan, kemudian autoclave air laut

yang telah steril. Pengautoclave dilakukan dengan tujuan untuk mensterilkan

kembali air laut filteran. Tahap selanjutnya, siapkan botol UC dengan catatan

harus dibersihkan dahulu dengan alkohol agar botol UC tersebut dapat steril dari

mikroorganisme. Proses selanjutnya mengisi botol UC dengan air laut sebanyak

100 ml dan suntikkan juga pupuk walne sebanyak 1 ml yang kemudian lakukan

penghomogenan. Terakhir, tutup botol UC dan diinkubasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kultivasi mikroalga secara

umum yaitu media, derajat keasaman (pH), temperatur, intensitas cahaya dan

salinitas (konsentrasi garam).

1. Media

Media merupakan tempat hidup bagi mikroalga dengan menyediakan

sumber nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Media ini harus disesuaikan

dengan jenis mikroalga yang akan dikultivasi. Media harus memiliki kandungan

nutrien yang sesuai agar kelangsungan hidup mikroalga dapat tumbuh dengan

optimal. Nutrien yang dibutuhkan mikroalga terdiri atas makronutrien dan

mikronutrien. Unsur makronutrien seperti karbon (C), posfor (P), nitrogen (N),

magnesium (Mg), Natrium (Na) dan silikon (S) sedangkan mikronutrien seperti

Fe, Cu, Zn, Mn, B dan Mo.


2. Intensitas cahaya

Mekanisme mikroalga melakukan fotosintesis yaitu mengasimilasi karbon

anorganik untuk dikonversi menjadi materi organik. Cahaya menjadi sumber

energi yang dibutuhkan mikroalga, baik berupa sinar matahari langsung ataupun

dari pencahayaan lampu. Cahaya memiliki pengaruh terhadap sel mikroalga,

sebagian besar dalam proses fotosintesis dan photoadaptation. Proses ini, sel-sel

alga akan mengalami perubahan dinamis dalam komposisi biokimia sel, biofisik

maupun sifat fisiologis untuk meningkatkan fotosintesis dan pertumbuhan

mikroalga itu sendiri.

3. Temperatur

Temperatur optimal untuk kultivasi mikroalga antara 24-30 oC akan tetapi

dapat berubah sesuai dengan jenis mikroalga yang dikultivasi. Sebagian besar
o o
mikroalga dapat mentoleransi antara 16-35 C. Temperatur <16 C dapat

memperlambat pertumbuhan mikroalga. Sedangkan temperatur >35 oC dapat

menyebabkan kematian pada beberapa spesies mikroalga tertentu

4. Salinitas

Salinitas termasuk dalam salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

mikroalga karena dapat mempertahankan tekanan osmotik yang baik antara

protoplasma organisme dengan air sebagai lingkungan hidupnya. Beberapa jenis

mikroalga yang mengalami perubahan salinitas pada media kultivasinya dari

lingkungan bersalinitas rendah ke tinggi akan memperlambat laju

pertumbuhannya. Jenis mikroalga ini memiliki kemampuan mengumpulkan

molekul kecil sebagai zat osmoregulatory atau osmoticants dalam menanggapi


peningkatan salinitas atau tekanan osmotik lingkungan. Osmoticants yang

ditemukan dalam mikroalga.


LAMPIRAN

Proses Pembuatan Media Walne untuk Kultur Mikroalga

Botol Uc (Wadah media walne)


disterilkan menggunakan alkohol

Air laut yang telah difilter dan


ditambahkan pupuk walne serta
disterilisasi menggunakan autoklaf
dimasukkan kedalam gelas ukur
untuk diukur jumlah larutan yang
akan digunakan.

Larutan (media walne) yang telah


diukur yaitu sebanyak 100 mL
dimasukkan kedalam botol UC
(wadah media walne).

Media walne siap digunakan untuk


kultur mikroalga.
Sabtu, 14 Maret 2020
Asisten Pembimbing

Nurriecqy Bil Hidayah A.

Anda mungkin juga menyukai