Anda di halaman 1dari 6

MATERI III.

PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa, L) merupakan tanaman penghasil beras
yang menjadi sumber pangan utama bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk
Indonesia berkaitan dengan ketersediaan pangan terutama beras.
Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa perkiraan kebutuhan
dan ketersediaan beras nasional yaitu 139,15 kg/tahun dengan
perkiraan jumlah penduduk 252 juta jiwa (Deptan, 2014).
Ketersediaan benih bermutu menyebabkan tanaman yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tinggi tingkat
produksinya. Benih merupakan bahan tanam yang menentukan
awal keberhasilan suatu proses produksi. Sebelum menjadi
tanaman, benih harus melalui proses perkecambahan terlebih
dahulu. Beberapa hal yang dapat menyebabkan turunnya mutu
benih adalah kadar air yang tidak tepat selama periode
penyimpanan. Hal ini akan meningkatkan laju deteriorasi, sehingga
viabilitas dan vigor benih cepat menurun (Hendarto, 2005).
Benih bermutu tinggi dapat dicirikan dari viabilitas dan
vigoritas yang tinggi. Sebagian besar ahli teknologi benih
mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk
berkecambah dan menghasilkan kecambah secara normal
(Copeland and McDonald, 1995). Viabilitas benih adalah daya
hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme
dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah
benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks
dari viabilitas benih (Sadjad, 1994). Vigor benih adalah kemampuan
benih untuk tumbuh normal dalam keadaan lapang suboptimum
(Sadjad, Murniati, dan Ilyas, 1999). Benih dengan vigoritas tinggi
akan mampu berproduksi normal pada kondisi sub optimum dan di
atas kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh serempak dan
cepat. Menurut Leisolo et al., (2013), kecepatan tumbuh
mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena benih yang
cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang
suboptimal.
Menurut Schmidt (2000), ukuran benih berkorelasi dengan
viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang berat cenderung
mempunyai vigor yang lebih baik. Sorensen dan Campbell (1993),
menyatakan ukuran benih dalam bentuk berat dan ukuran dimensi
yang lebih besar lebih banyak dipilih karena umumnya
berhubungan dengan kecepatan berkecambah dan perkembangan
semai yang lebih baik, tetapi ini akan membuang benih berukuran
lebih kecil yang mungkin mempunyai genetik lebih baik.
Suita et al. (2011), menyatakan bahwa benih yang besar dan
sedang telah menghasilkan pertumbuhan tinggi bibit yang lebih
baik daripada benih berukuran kecil. Benih berukuran besar lebih
cepat berkecambah sehing ga lebih cepat pertumbuhan tingginya.
Hal ini, terjadi karena ukuran benih berkorelasi dengan vigor
(Schmidt, 2000). Benih berukuran besar cenderung berkecambah
lebih cepat dan meng hasilkan semai yang lebih besar daripada
benih yang berukuran kecil. Hal ini dikarenakan benih yang besar
memiliki ukuran embrio dan cada ngan makanan yang lebih besar,
sehingga benih besar lebih cepat berkecambah dan mempenga
ruhi kecepatan pertumbuhan tinggi pada saat awal pertumbuhan.
Begitu juga menurut Hawkins (1996), bahwa benih yang lebih berat
mem punyai pertumbuhan yang lebih baik, hal ini disebabkan
kecepatan berkecambah pada ukuran yang lebih berat lebih baik
dibandingkan dengan benih ringan, sehingga energi
pertumbuhannya masih berlangsung. Dengan demikian, benih ber
ukuran lebih berat memiliki potensi yang lebih baik untuk
perkembangan bibit siap tanam. Dengan demikian, parameter
tinggi sebagai salah satu kriteria morfologi bibit perlu diperhatikan,
selain diameter, penampakan daun, batang dan bentuk tunas,
bentuk dan volume akar, dan po tensi pertumbuhan akar.
Menurut Kuswanto (1996), proses perkecambahan benih
dapat dirangsang dengan penambahan atau perlakuan dengan zat
tertentu sebelum benih dikecambahkan atau pada saat proses
perkecambahan sedang berlangsung. Rangsangan yang diberikan
dapat meningkatkan laju imbibisi, respirasi dan metabolisme benih
pada proses perkecambahan. Menurut Sadjad et al. (1999), daya
berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial. Menurut
Sadjad (1994), Tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan
vigor kekuatan tumbuh, karena benih yang cepat tumbuh lebih
mampu menghadapi kondisi lapang yang sub-optimum. Salah satu
tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui vigor kekuatan
tumbuh (Vkt) adalah kecepatan tumbuh (KcT).

2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pengujian Viabilitas Dan Vigor
Benih, yaitu: untuk menentukan viabilitas dan vigor benih tanaman
melalui pengujian daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
first count test dan index valuetest.
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum dasar-dasar teknologi benih
mengenai Pengujian Viabilitas Dan Vigor Benih ini dilaksanakan
pada hari Kamis, 15 Oktober 2020 di rumah mahasiswa/i masing-
masing karena terkendala keadaan yang sedang terjadi yang
mengharuskan mahasiswa/i tidak dapat melakukan aktivitas kuliah
seperti bisanya.

2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu
kertas stensil segi empat panjang, kotak plastik, dan hand sprayer
sedangkan bahan yang digunakan, yaitu benih padi.

3. Metode
Metode yang digunakan, yaitu diawali dengan disiapkan 3 lembar
kertas stensil yang telah dilembabkan, lalu diletakkan terhampar diatas
meja kerja (2 lembar untuk alas dan 1 untuk penutupbenihnya). Benih
diletakkan diatas kertas yang telah dibasahi terlebih dahulu.Banyak benih
yang dikecambahkan untuk masing- masingnya sebanyak 50 biji, benih
disusun secara teratur sebanyak 5 baris. Selanjutnya, benih tadi ditutup
dengan satu lembar kertas stensil yang telah dilembabkan. Sampel itu
digulung kearah panjang kertas, lalu ditempatkan gulungan kertas itu
dalam kotak/wadah pengecambahan. Dilakukan pengamatan kecambah
normal mulai dari penetapan hitungan pertama hingga hitungan kedua
(hari terakhir) pengamatan sebagaimana ketentuan ISTA untuk masing-
masing jenis benih. Benih padi diamati pada hari ke-5 danke-14 (dengan
catatan sudah dilakukan pematangan dormansi sebelumnya). Dalam waktu
yang sama juga, diamati bentuk-bentuk kecambah yang abnormal,
perhitungan IVT yang dimulai sejak 1 hari setelah dikecambahkan dan
pengamatan kecambah normal hitungan pertama(FCT). Terakhir, jangan
lupa disemprot kecambah dengan air setiap hari (1-2 alisehari).
C. Hasil dan Pembahasan

D. Daftar Pustaka

Copeland, L. O. and McDonald, M. B. 1995. Principles of seed science


and technology. 3nd Eds. Chapman & Hall. New York. p409

Deptan [Departemen Pertanian]. 2014. Rencana strategis Kementerian


Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Hawkins, B.J. 1996. Planting Stock Quality Assessment. Yapa,A.C., ed.


1996. Proc. Intl. Symp. Recent Advances in Tropical Tree Seed Technol.
and Planting Stock Production. ASEAN Forest Tree Seed Centre,
Muaklek, Saraburi, Thai-land

Hendarto, K. 2005. Dasar-dasar Teknologi dan Sertifikasi Benih. Andi


Offset : Yogyakarta.

Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih.


Andi Offset. Yogyakarta.

Leisolo, M. K., Riry, J. dan Matatula, E. A. 2013. Pengujian Viabilitas dan


Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota
Ambon. Jurnal Agrologia, 2(1), 1-9.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT. Gramedia


Widisarana Indonesia. Jakarta. 145 hal.

Sadjad, S. Murniati, E. dan Ilyas, S. 1999. Parameter Pegujian Vigor


Benih dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta: Grasindo. 185 hal.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis


dan Subtropis. Terjemahan. Kerjasama Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial dengan Indonesia Forest Seed Project. PT.
Gramedia Jakarta.

Suita, E. dan Nurhasybi. 2008. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap


Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung ( L.). Jurnal Manajemen
Hutan Tropika. Vol. XIV (1). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai