Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PUPUK

ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT


TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg)
KLON PB 260 ASAL STUM MATA TIDUR
DI POLYBAG

ARTIKEL ILMIAH

IDIYANSYAH PUTRA
RRD1A013002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK CAIR
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea
brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ASAL STUM MATA TIDUR DI
POLYBAG

Idiyansyah Putra1, Asrul Anwar2, Zul Fahri Gani3


Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Email : Idiansyahputra@gmail.com
1)
Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRAK

Rendahnya produktivitas karet disebabkan masih adanya petani


menggunakan bibit karet cabutan yang berasal dari hutan atau kebun karet tua
yang bukan dari klon unggul. Salah satu jenis klon unggulan untuk Provinsi Jambi
adalah klon PB 260 yang memberikan hasil yang baik dan pertumbuhan yang
cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai
jenis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet (Hevea
brasiliensis Muell Arg) klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag. Penelitian
dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun
2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor
yaitu jenis pupuk organik cair dengan 5 perlakuan yaitu J0 = Kontrol (Tanpa
Pupuk Organik Cair), J1 = Pupuk Organik Cair Urine Sapi 20 ml/liter air, J2 =
Pupuk Organik Cair NASA 2 ml/liter air, J3 = Pupuk Organik Cair DI Grow 3
ml/liter air, J4 = Pupuk Organik Cair GDM 25 ml/liter air. Variabel yang diamati
meliputi tinggi tunas, diameter tunas, luas daun total, bobot kering tunas dan
bobot kering akar. Berdasarkan hasil penelitian pemberian beberapa jenis pupuk
organik cair berpengaruh nyata terhadap diameter tunas, luas daun total, berat
kering tajuk dan berat kering akar bibit karet Klon PB 260 asal stum mata tidur di
polybag. Pemberian pupuk organik cair DI Grow memberikan hasil terbaik
terhadap diameter tunas, luas daun total, berat kering tajuk dan berat kering akar
bibit karet Klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag.

Kata Kunci : Karet, Stum Mata Tidur, Pupuk Organik Cair

PENDAHULUAN

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) memberikan peranan penting


bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku
industri sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan perekonomian dan berperan dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup (Akbar et al., 2013).

1
Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Nasional Periode Tahun
2012-2016.
Luas Areal Produksi Produktivitas
Tahun
(ha) (ton) (ton/ha/tahun)
2012 3.506.201 3.012.254 1,073
2013 3.555.946 3.237.433 1,083
2014 3.606.245 3.153.186 1,053
2015* 3.621.587 3.108.260 1,036
2016** 3.639.695 3.157.785 1,045
Ket : * : Angka Sementara
** : Angka Estimasi
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015

Provinsi Jambi merupakan salah satu sentra produksi karet Nasional. Luas
areal, produksi dan produktivitas tanaman karet di Provinsi Jambi dari tahun
ketahun mengalami fluktuasi. Data mengenai luas areal dan produktivitas karet di
Indonesia dari tahun 2012-2016 disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet di Provinsi Jambi Periode
Tahun 2012-2016.
Luas Areal Produksi Produktivitas
Tahun
(ha) (ton) (ton/ha/tahun)
2012 450.868 322.381 0,879
2013 384.776 270.247 0,854
2014 378.004 262.173 0,856
2015* 379.866 256.061 0,837
2016** 380.230 259.553 0,845
Ket : * : Angka Sementara
** : Angka Estimasi
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015

Berdasarkan Tabel 2, produktivitas karet di Provinsi Jambi masih sangat


rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional dan produktivitas dari klon
unggul yang mencapai 1,5-2,5 ton/ha/tahun. Rendahnya produktivitas karet ini
disebabkan masih adanya petani menggunakan bibit karet cabutan yang berasal
dari hutan atau kebun karet tua yang bukan dari klon unggul (Lasminingsih dan
Hendra, 2012). Maka, ketersediaan bibit klon unggul merupakan salah satu
penentu dalam meningkatkan produktivitas perkebunan karet.
Menurut Hadi (2010) peran bibit unggul dalam peningkatan produktivitas
tanaman karet cukup tinggi, yaitu sekitar 60%, selebihnya 40% dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan pengelolaan kebun. Semakin baik mutu bibit yang
digunakan, minimal 60% potensi produksi dapat dicapai. Sebaliknya, bila mutu
bibit rendah, maka produktivitasnya akan tetap rendah meskipun dilakukan
pemeliharaan yang maksimal.
Berdasarkan rekomendasi Badan Litbang Pertanian (2010), salah satu jenis
klon unggulan untuk Provinsi Jambi adalah klon PB 260 yang memberikan hasil
yang baik dan pertumbuhan yang cepat. Klon PB 260 merupakan klon penghasil
lateks, pertumbuhan jagur, produktivitas mencapai 1,5-2,5 ton/Ha/tahun dan tahan

2
terhadap serangan penyakit Corynospora sp, Colletotrichum sp dan Oidium sp.
Menurut Salah satu jenis bibit karet unggul adalah bibit karet stum mata tidur.
Stum mata tidur adalah bibit okulasi yang mata okulasinya belum tumbuh.
Keuntungan penggunaan stum mata tidur antara lain waktu penyediaan lebih
mudah dan cepat, serta harga lebih murah.
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit karet yang baik
perlu didukung dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan
merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat
tumbuh optimal dan berproduksi maksimal (Redaksi Agromedia, 2007).
Sebagian besar pupuk organik berbentuk padat. Namun dengan teknologi,
pupuk organik dapat dibuat dalam bentuk cair (Parnata, 2004). Pupuk organik cair
adalah pupuk organik yang berbentuk ekstraksi berbagai limbah organik (limbah
ternak, limbah tanaman, dan limbah alam lainnya) yang diproses berdasarkan
teknologi berwawasan lingkungan.
Saat ini banyak jenis pupuk organik cair dipasaran dan ditemukan di
lingkungan sekitar. Pupuk organik cair yang dapat ditemukan yaitu seperti
Biourine Sapi, POC NASA, POC DI Grow dan POC GDM.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian


Universitas Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan
Mei tahun 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu faktor yaitu jenis pupuk organik cair dengan 5 perlakuan yaitu J0 = Kontrol
(Tanpa Pupuk Organik Cair), J1 = Pupuk Organik Cair Urine Sapi 20 ml/liter air,
J2 = Pupuk Organik Cair NASA 2 ml/liter air, J3 = Pupuk Organik Cair DI Grow 3
ml/liter air, J4 = Pupuk Organik Cair GDM 25 ml/liter air. Setiap perlakuan
diulang 5 kali, sehingga terdapat 25 plot percobaan. Setiap plot percobaan terdiri
dari 4 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 100 tanaman. Setiap
plot percobaan diambil 2 tanaman yang dijadikan sampel. Perlakuan dalam
percobaan ini didasari oleh konsentrasi anjuran pada pupuk organik cair (NASA,
DI Grow, GDM) dan hasil penelitian (Biourine sapi). Variabel yang diamati
meliputi tinggi tunas, diameter tunas, luas daun total, bobot kering tunas dan
bobot kering akar. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis
ragam (Anova), yang dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test
(DMRT) dengan taraf α = 5 %.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Pertumbuhan tinggi tunas, diameter tunas dan luas daun total

Tabel 3. Rata-rata tinggi tunas, diameter tunas dan luas daun total bibit karet Klon
PB 260 asal stum mata tidur berdasarkan jenis pupuk organik cair.
Tinggi Diameter Luas Daun
Perlakuan
Tunas (cm) Tunas (mm) Total (cm2)
Kontrol (Tanpa Pupuk Organik Cair) 21,38 a 5,08 b 498,81 b
Pupuk Organik Cair Biourine Sapi 25,38 a 5,87 ab 578,83 ab
Pupuk Organik Cair NASA 22,00 a 5,29 b 536,57 b
Pupuk Organik Cair DI Grow 22,63 a 6,38 a 660,32 a
Pupuk Organik Cair GDM 22.96 a 5,79 ab 543,42 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak nyata pada uji Duncan
taraf α = 5%.
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas tetapi berpengaruh
nyata terhadap diameter tunas dan luas daun total bibit karet Klon PB 260 asal
stum mata tidur.
Pertumbuhan tanaman karet dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti curah hujan dan suhu. Berdasarkan data curah hujan kumulatif bunanan
dan suhu rata-rata bulanan yang diperoleh dari Badan Mateorologi, Klimatologi
dan Geofisika Stasiun Klimatologi Jambi. Kondisi cuaca selama penelitian pada
bulan Maret menunjukkan curah hujan kumulatif bunanan 287 mm, April 612 mm
dan Mei 308 mm. Suhu rata-rata pada bulan Maret 26,70C, April 26,90C dan Mei
27,30C. Kondisi curah hujan dan suhu menununjukan bahwa kondisi tersebut
masih optimal bagi pertumbuhan tanaman karet.
Hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa perlakuan Pupuk Organik
Cair Bio Urine Sapi memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas karena
pemberian Pupuk Organik Cair Biourine Sapi diberikan dengan interval Setiap 1
kali seminggu sehingga serapan hara yang dibutukan tanaman dapat terpenuhi
dengan cepat dan dapat menghasilkan rata-rata tunas tertinggi. Sedangkan pada
perlakuan tanpa pupuk organik cair memberikan rata-rata tinggi tanaman
terendah, hal tersebut dikarenakan suplai unsur hara yang terdapat dalam media
tanam sangat terbatas sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
Hasil analisi tanah awal kandungan hara N 0,16 %, P 2,24, K 0,20%.
Hasil analisis ragam diameter tunas menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit karet Klon
PB 260 asal stum mata tidur di polybag. Perlakuan Pupuk Organik Cair DI Grow
menghasilkan diameter tunas tertinggi (6,38 mm) dan Perlakuan Kontrol tanpa
Pupuk Organik Cair menunjukkan diameter tunas terendah (5,08 mm).
Pertumbuhan diameter batang erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Gardner et al (1991), hasil fotosintesis terutama
karbohidrat, protein dan lemak akan merangsang pertumbuhan batang, jumlah
daun dan cabang tanaman. Sementara itu menurut Harjadi (1996), pada
pertumbuhan tanaman apabila terdapat karbohidrat, maka akan digunakan dalam
pembesaran diameter batang.

4
Perlakuan tanpa pupuk organik cair memberikan hasil diameter tunas
terendah. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan tanpa penambahan unsur hara
yang dapat dimanfaatkan oleh pertumbuhan bibit karet tidak ada sehingga
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sesuai dengan pendapat Gardner
et al (1991), yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara tanaman yang
rendah akan diikuti dengan penurunan proses fotosintesis sehingga perkembangan
tanaman untuk menghasilkan sel-sel baru seperti pembentukan daun dan
memperluas diameter batang akan terhambat.
Hasil analisis ragam diameter tunas menunjukkan bahwa pemberian Pupuk
Organik Cair NASA dan Pupuk Organik Cair GDM berbeda tidak nyata dengan
perlakuan Kontrol tanpa Pupuk Organik Cair hal ini karena kandungan hara pupuk
tersebut rendah sehingga pembesaran pada diameter belum mampu memberikan
pertumbuhan yang optimal pada bibit tanaman karet Klon PB 260 asal stum mata
tidur di polybag.
Hasil analisis ragam luas daun total menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun total bibit karet Klon PB 260
asal stum mata tidur di polybag. Perlakuan Pupuk Organik Cair DI Grow
menghasilkan luas daun total tertinggi (660,32 cm2) dan Perlakuan Kontrol tanpa
Pupuk Organik Cair menunjukkan luas daun terendah (498.81 cm2). Hal ini
disebabkan unsur N yang tinggi pada pupuk DI Grow yang cukup untuk
menunjang pertumbuhan bibit tanaman karet.
Menurut Wahyudi (2010) bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur hara
yang sangat berperan pada pertumbuhan daun, sehingga daun tanaman menjadi
lebih lebar, berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas. Salisbury dan Ross (1995)
menyatakan semakin banyak daun yang dihasilkan dengan luas daun yang besar
maka fotosintat yang dihasilkan juga tinggi. Menurut Sitompul dan Guritno
(1995) kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh
produktivitas per satuan luas daun dan luas total daun.
Pengamatan visual pada akhir penelitian daun bibit karet dengan perlakuan
pupuk organik cair DI Grow menghasilkan warna daun hijau tua dibandingankan
dengan pelakuan lainnya. Warna daun yang merupakan indikator status N
tanaman berkaitan erat dengan tingkat fotosintesis (Fairhurst et.al., 2007).
Menurut Lingga (2002), pembentukan hijau daun dalam proses fotosintesis,
nitrogen sangat berperan penting dan dapat berfungsi membentuk persenyawaan
yang diperlukan oleh tanaman.
Luas daun sangat berpengaruh terhadap terbentuknya tunas selanjutnya.
Pengamatan secara visual pada akhir penelitian beberapa tanaman dengan
perlakuan pupuk organik cair DI Grow membentuk tunas baru. Menurut Karintus
(2011) daun pada payung pertama yang luas maka cahaya matahari yang diterima
semakin besar yang digunakan untuk menghasilkan cadangan makanan. Cadangan
makanan inilah yang digunakan untuk pembentukan tunas selanjunya.

5
Parameter bobot kering tunas dan bobot kering akar

Tabel 4. Rata-rata bobot kering tunas dan bobot kering akar bibit karet Klon PB
260 asal stum mata tidur berdasarkan jenis pupuk organik cair.
Bobot Kering Tunas Bobot Kering Akar
Perlakuan
(g) (g)
Kontrol (Tanpa Pupuk Organik Cair) 2,91 b 0,98 b
Pupuk Organik Cair Biourine Sapi 4,26 ab 1,42 b
Pupuk Organik Cair NASA 3,55 b 1,29 b
Pupuk Organik Cair DI Grow 5,34 a 2,25 a
Pupuk Organik Cair GDM 3,74 b 1,55 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak nyata pada uji Duncan
taraf α = 5%.
Hasil analisis ragam bobot kering tunas menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot kering tunas dan bobot
kering Akar bibit karet Klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag. Perlakuan
Pupuk Organik Cair DI Grow menghasilkan bobot kering tunas tertinggi (5,34 g)
dan Perlakuan Kontrol tanpa Pupuk Organik Cair menunjukkan bobot kering
tunas terendah (2,91 g). Berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang
dihasilkan oleh sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang
tergantung pada laju fotosintesis tanaman tersebut, sedangkan fotosintesis
dipengaruhui oleh kecepatan penyerapan unsur hara di dalam tanaman melalui
akar (Lakitan, 2004). Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa, et al., (1986),
bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan dengan pertambahan berat kering tanaman.
Peningkatan diameter dan luas daun menyebabkan peningkatan pada bobot
kering tunas. Menurut Junaidi (1999), peningkatan luas daun dapat meningkatkan
laju pembentukan dan alokasi fotosintat keseluruh bagian tanaman yang kemudian
diubah ke dalam bentuk karbohidrat, protein, selulosa dan subtansi organik
lainnya sehingga meningkatkan bobot kering tanaman. Desiana et al., (2013)
menyatakan Bobot kering tanaman merupakan hasil akumulasi karbohidrat yang
tersedia untuk pertumbuhan tanaman selama masa hidupnya. Sehingga apabila
proses fisiologis yang terjadi pada tanaman berjalan dengan baik dan didukung
dengan penerapan pemupukan yang efisien mampu meningatkan bobot kering
tanaman.
Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang
diberikan jika pH dalam tanah sedang (cenderung netral). Hasil analisis tanah
awal pH tanah 6,16 hal ini menunjukkan bahwa media tanah yang digunakan
sudah cukup netral untuk pertumbuhan bibit karet. Menurut Tisdale, et al., (1990)
dan Zainar (2003) yang mengatakan bahwa unsur hara berada dalam keadaan
tersedia jika pH tanah berada pada kisaran 5.5 - 6.5. Oleh sebab itu dengan
kondisi pH tanah yang netral, memberikan ketersediaan unsur hara K dan P bagi
tanaman, sehingga aktivitas metabolisme dalam tanaman dapat berjalan dengan
baik, dan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Hasil analisis ragam bobot kering akar menunjukkan bahwa pemberian
Pupuk Organik Cair DI Grow memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering
akar bibit karet Klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag. Perlakuan Pupuk
Organik Cair DI Grow menghasilkan bobot kering akar tertinggi (2,25 g) dan

6
Perlakuan Kontrol Tanpa Pupuk Organik Cair menunjukkan bobot kering akar
terendah (1,59 g).
Akar tanaman memiliki peranan yang sama pentingnya dengan tajuk.
Akar merupakan penunjang pertumbuhan tajuk tanaman, sehingga potensi
pertumbuhan akar harus dicapai optimal untuk mencapai potensi pertumbuhan
tajuk yang optimal pula (Sitompul dan Guritno, 1995). Hal ini selaras dengan
pertumbuhan pada tinggi tunas, diameter tunas, luas daun total, dan bobot kering
tajuk pada perlakuan pemberian pupuk organik cair memberikan hasil tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik. Menurut Admaja
et al., (2014) Pertumbuhan dan perkembangan akar yang baik akan menyebabkan
akar lebih mudah menyerap air dan hara, akibatnya pertumbuhan vegetatif
meningkat.

KESIMPULAN

Pemberian beberapa jenis pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap


diameter tunas, luas daun total, berat kering tajuk dan berat kering akar bibit karet
Klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag. Pemberian pupuk organik cair DI
Grow memberikan hasil terbaik terhadap diameter tunas, luas daun total, berat
kering tajuk dan berat kering akar bibit karet Klon PB 260 asal stum mata tidur di
polybag.

DAFTAR PUSTAKA

Admaja, W., Sulistyowati, H., dan Sarbino. 2014. Pengaruh Campuran Hormon
Organik dan Pupuk Organik Cair Terhadap Peningkatan Daya Tumbuh
Bibit Stum Mata Tidur Tanaman Karet
Akbar T, Kardinata EH, dan Woelan S. 2013. Seleksi Projeni Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis Muell Arg) dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003
Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu.Agroekoteknologi,1(3):655-667.
Badan Litbang Pertanian. 2010. Potensi Karet Unggul PB 260 dan IRR 39 di
Provinsi Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (BPTP),
Jambi.
Desiana, C. Banuwa, I.S. Evizal, R. dan Yusnaini, S. 2013. Pengaruh Pupuk
Organik Cair Urine Sapi dan Limbah Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao. Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Direktorat Jenderal Perkebunan 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Fairhurst, T., C. Witt, R. Buresh, & A. Dobermann. 2007. Padi, Panduan Praktis
Pengelolaan Hara. Diterjemahkan oleh A. Widjono, IRRI.

7
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H. Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Hadi, H. 2010. Meningkatkan Produktivitas Berbasis Mutu Fisiologis Bahan
Tanam. Majalah Hevea 2(II): 42-44.
Junaidi M. 1990. Respon Bibit Kakao (Theobroma cacao L). terhadap
penggunaan Dekamon 22,45 L pada berbagai Konsentrasi di Polybag.
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Karintus. 2011. Pengaruh macam entres dan konsentrasi BAP pada pertumbuhan
okulasi karet (Hevea brasiliensis Muell Arg). Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Solo.
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Lasminingsih, M dan Hendra, HS. 2012. Petunjuk Praktis Pembibitan Karet.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Lingga. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Nyakpa, M.Y., N. Hakim, A.M. Lubis, M.A. Pulung, G.B. Hong, A.G. Amrah, A.
Musnawar. 1986. Kesuburan tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Parnata, 2004. Pupuk Organik Cair : Aplikasi dan manfaatnya. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Salisbury, F. B, dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.


Sitompul, M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta.
GMU Press.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson, J. D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer
Macmillan Pub. Co. New York. 00 p.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Jakarta
Zainar, K. 2003. Pengaruh populasi tanaman dan pengairan terhadap hasil kacang
tanah pada musim kemarau. Risalah Seminar. 10: 90-96, BPTP. Sukarami,
Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai