Praktikum II
MORFOLOGI TANAMAN SAWIT DAN SEX RATIO BUNGA
Tanaman kelapa sawit memiliki batang, pelepah/daun, bunga dan buah yang sangat khas.
Batang tanaman kelapa sawit merupakan kumpulan pelepah dan di bagian dalamnya terdapat
batang yang sesungguhnya. Pada umum batang yang besar menandakan tertumbuhan yang baik.
Tanaman kelapa sawit memiliki phylotaxi daun 3/8 yang artinya setiap 3 lingkaran akan terdapat
8 daun. Daun-daun/pelepah ini tersusun secara spiral ke arah kanan atau kiri.
Secara umum setiap bulan tanaman kelapa sawit menghasilkan 2 pelepah (24 pelepah per
tahun) dan pelepah ini tersusun dalam phylotaxi dengan rumus 3/8 yang artinya setiap 3
lingkaran/putaran akan terdapat 8 pelepah. Dengan susunan pelepah seperti ini maka daun
pertama (daun yang paling muda) akan sejajar dengan daun ke 9, 17 dan seterusnya. Daun ke 17
biasanya digunakan untuk menentukan status hara daun pada tanaman.
Daun tanaman kelapa sawit merupakan daun majemuk dengan panjang pelepah dapat
mencapai 5-6 meter dengan jumlah anak daun sekitar 100-120. Selama daun/pelepah masih
berwarna hijau, sebaiknya tidak dipangkas, terutama pada tanaman belum menghasilkan. Jumlah
daun/pelepah yang ada di tanaman juga diatur sampai jumlah tertentu saja agar fotosintesis dapat
berjalan dengan baik.
Setiap daun/pelepah kelapa sawit akan terdapat bunga jantan atau bunga betina. Bentuk
bungan betina bulat dan besar sedangkan bunga jantan berbentuk agak lonjong dan agak kecil.
Komposisi bunga jantan dan betina pada satu tanaman sangat diperngaruhi oleh iklim dan tingkat
pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan. Pada kondisi normal, ratio bunga jantan dan
betina adalah 1: 1.
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengamati morfologi tanaman kelapa sawit (batang, daun dan bunga).
2. Mempelajari bentuk dan komposisi bunga dalam 1 tanaman
Alat :
1. Meteran
Metode Kerja
Tiap kelompok mendapatkan 5 tanaman TM 6 (Tahun tanam 2010) untuk melaksanakan
kegiatan:
1. Ukur lilit batang pada ketinggian 25 cm dari permukaan tanah
2. Hitung jumlah bekas pelepah yang telah dipangkas dan jumlah pelepah yang masih ada di
tanaman.
3. Ukur panjang pelepah dan jumlah anak daun pada pelepah paling bawah.
4. Ukur panjang dan lebar anak daun di bagian pangkal pelepah, bagian tengah pelepah dan
bagian ujung pelepah.
5. Hitung jumlah bunga jantan dan bungan betina yang ada dalam 1 tanaman
6. Amati dan Gambar bunga betina dan bunga jantan kelapa sawit pada berbagai fase (masih
tertutup seludang, muncul dari seludang tapi belum mekar, dan bunga mekar).
1. Berapa rata jumlah daun/pelepah yang ada di tanaman? Apakah jumlah itu tergolong berlebih
atau kurang?
2. Apakah jarak tanaman 9m x 9m x 9m tidak terlalu padat untuk tanaman yang saudar ukur?
Hambatan apa yang dirasakan pada saat kegiatan pemupukan TBM sawit
3. Berapa ratio bunga jantan dan bungan betina yang saudara amati? Apa kesimpulan suadara?
Praktikum III
PEMUPUKAN TANAMAN SAWIT BELUM MENGHASILKAN (circle Weeding
dan DAK di gawangan)
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memerlukan waktu hampir 3 tahun untuk dapat menghasilkan
tandan buah segar. Selama masa 3 tahun tersebut tanaman diklasifikasikan sebagai tanaman
belum menghasilkan (TBM). Tahap ini merupakan tahap yang sangat menentukan untuk
pertumbuhan selanjutnya dan produksi yang akan dihasilkan. Kegiatan pelemiharaan pada
tahapini tidak boleh diabaikan.
Salah satu kegiatan pemeliharaan TBM yang penting adalah pemupukan. Pada tahap ini
dosis dan jenis pupuk yang diberikan biasanya berdasarkan dosis rekomendasi umum dan tidak
berdasarkan hasil analisis daun dan analisis tanah seperti pada TM. Jenis dan dosis pupuk yang
akan digunakan pada praktikum (pada tanaman TBM 2) ini adalah : Urea 500 g, SP-36 600 g,
KCl 750 g dan Kies 500 g per tanaman (PPKS, 2005).
Sebelum kegiatan pemupukan dilakukan, daerah di sekitar proyeksi tajuk tanaman
(bokoran) dibersihkan dari gulma. Semua gulma dan tanaman penutup tanah harus dibersihkan
dari daearah bokoran. Pemupukan dilakukan dengan menebarkan pupuk di dalam alur melingkar
yang dibuat kira-kira 1 m dari pangkal tanaman. Semua pupuk dapat dicampur dan segra
ditaburkan.
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
3. Melakukan pemeliharaan TBM sawit terutama pemupukan.
4. Mengendalikan gulan di sekitar bokoran TBM sawit.
5. Menentukan kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pemeliharaan TBM kelapa sawit.
Alat :
2. Sabit (2 buah)
3. Cangkul (2 buah)
4. Golok (1 buah)
5. Timbangan
6. Batu asahan (1 buah)
7. Ember 1 buah
Metode Kerja
Tiap kelompok mendapatkan 2-3 tanaman TBM 2 (Tahun tanam 2017) untuk
melaksanakan kegiatan:
4. Ukur tinggi dan jumlah pelepah pada semua tanaman yang akan dipupuk!
5. Hitung kebutuhan pupuk untuk 10 ha tanaman kelapa sawit TBM 2 dengan dosis seperti di
atas.
6. Hambatan apa yang dirasakan pada saat kegiatan pemupukan TBM sawit
Praktikum IV
PEMUPUKAN TANAMAN SAWIT MENGHASILKAN (Circle weeding dan penyusunan
pelepah)
Latar Belakang
Penentuan dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan biasanya didasari oleh
hasil analisis daun dan analisis tanah. Pengambilan contoh daun dilakukan setelah ditetapkan
Leaf Sampling Unit (LSU, unit contoh daun). Satu LSU memiliki luasan berkisar 16 - 50 ha
dengan persyaratan: seragam umur dan varietas tanaman, seragam tindakan kultur teknis
(topografi dan kesuburan). Contoh daun diambil dari anak daun pada nomor pelepah daun ke-9
untuk tanaman umur 3-4 tahun atau nomor pelepah daun ke-17 untuk tanaman umur lebih dari 4
tahun. Waktu pengambilan contoh pukul 07-12 pagi dan tidak boleh sedang hujan lebih dari 20
mm atau 36 jam setelah turun hujan. Syarat pohon contoh antara lain: tumbuhan normal, bukan
tanaman sisipan, bebas hama penyakit, bukan tanaman yang terletak di pinggir atau tempat
kosong. Pohon contoh diambil selang 10 tanaman baris dan lajur.
Pemupukan pada fase TM diarahkan untuk pempertahankan pertumbuhan vegetatif dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Selain penggunaan pupuk buatan, saat ini telah banyak
dilakukan pemanfaatan janjang kosong dan decanter solid yang merupakan limbah dari pabrik
pengolahan kelapa sawit. Pelaksanaan pemupukan tahun ini berdasarkan hasil analisis daun
tahun lalu. Pemupukan dilakukan dua kali setahun (untuk N dan K) dan jenis pupuk lainnya
sekali setahun. Pedoman umum dosis pemupukan kelapa sawit di tanah mineral seperti pada
Tabel 1. (PPKS, 2005).
Pada tanaman kelapa sawit TM juga perlu dilakukan pengaturan atau penempatan
pelepah yang telah dipangkas untuk mendapatkan jumlah pelepah yang ideal untuk umur
tanaman tertentu. Pelepah-peepah ini disusun secara rapih di gawangan mati dan merupakan
bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
6. Melakukan pemeliharaan tanaman terutama pemupukan.
7. Merapihkan pelepah yang terdapat di sekitar tanaman.
8. Menentukan kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pemeliharaan TM kelapa sawit.
Alat :
8. Sabit (2 buah)
9. Cangkul (2 buah)
10. Golok (1 buah)
11. Timbangan
12. Batu asahan (1 buah)
13. Ember 1 buah
Metode Kerja
Tiap kelompok mendapatkan 7 tanaman TM 6 (Tahun tanam 2010) untuk melaksanakan
kegiatan:
1. Apa saja “rambu-rambu” atau kriteria agar pemupukan dapat efisien (uraikan istilah 5 tepat
dalam pemupukan)?
2. Hitung jumlah pelepah yang saudara pindahkan ke gawangan mati!
7. Apa manfaat dilakukan analisis daun? Mengapa dilakukan pada pelepah daun ke-17?
Praktikum V
MORFOLOGI BUNGA, TAKSASI PRODUKSI DAN AKP
Latar Belakang
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Tanaman ini termasuk berumah
satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Sebelum bunga mekar, bunga
masih diselubungi seludang, sudah dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina. Bunga
betina bertudung lebih bulat dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bunga jantan.
Seludang bunga pecah 15-30 hari sebelum reseptif (anthesis). Seks rasio ialah angka
perbandingan jumlah bunga betina dibagi total jumlah bunga. Angka seks rasio akan menentukan
produksi tandan buah yang akan dihasilkan.
Taksasi produksi merupakan kegiatan menghitung tandan buah atau bunga betina kelapa
sawit yang dilaksanakan untuk membuat perkiraan produksi 6 bulan atau 1 bulan yang akan
datang bahkan perkiraan produksi yang akan dipanen esok hari. Untuk dapat menyusun
perkiraan produksi harus diketahui perkembangan bunga betina dan tandan kelapa sawit mulai
seludang bunga pecah-terbuka sampai dengan matang panen (Tabel 1) dan rata-rata bobot tandan
(RBT) pada masing-masing umur tanaman (Tabel 2).
Umur Setelah
Keadaan Bunga Atau Tandan Daging Buah
Seludang Terbuka
10 hari Bunga anthesis Belum ada
1 bulan Buah kecil terbentuk pada tandan Putih kehijauan lunak berair
2 bulan Tandan muda Putih kehijauan
3 bulan Tandan mentah Kuning kehijauan
4 bulan Tandan mentah Kuning kemerahan
5 bulan Hampir masak Kuning kemerahan
a. Taksasi Buah
Untuk membuat perkiraan produksi 6 bulan mendatang diambil minimal sekitar 2.5 - 4 %
dari populasi secara cross diagonal. Perhitungan bunga dilaksanakan pada minggu terakhir
dimana pada blok tersebut tidak dipanen lagi. Pada setiap pohon sampel semua bunganya
dihitung mulai dari bunga anthesis sampai tandan yang hampir masak, selanjutnya perhitungan
bunga+buah tersebut dijumlahkan dan dibuat rata-ratanya per pohon.
Untuk memperoleh angka berapa produksi selama 6 bulan mendatang maka cukup
mengalikan rata-rata bunga+buah per pohon dengan rata-rata berat tandan pada umur tanaman
tersebut. Apabila diperlukan perhitungan perkiraan produksi per bulan maka hasil sensus bunga
dan buah dibedakan menurut keadaannya dengan cara sebagai berikut: misal sensus dilaksanakan
pada bulan Desember maka akan diperoleh perhitungan sbb:
- Bunga anthesis untuk produksi bulan Juni
- Buah umur 1 bulan untuk produksi Mei
- Buah umur 2 bulan untuk produksi April
- Buah umur 3 bulan (tandan muda) untuk produksi Maret
- Buah umur 4 bulan (tandan merah) untuk produksi Februari
- Buah umur 5 bulan (hampir masak) untuk produksi Januari
Tujuan
Kegiatan praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan taksasi produksi meliputi : taksasi untuk 6 bulan dan taksasi bulanan, taksasi
untuk 3 bulan, taksasi untuk 1 bulan dan taksasi panen.
2. Menghitung AKP dan perkiraan hasil panen
3. Menghitung kebutuhan tenaga kerja panen.
Alat :
1. Kored 5. Timbangan
2. Cangkul 2 buah
3. Golok 1 buah
4. Ember
Metode Kerja
a. Pengamatan Bunga
1. Hitung jumlah masing-masing fase bunga pada 5 tanaman contoh.
2. Cari pustaka dan amati ciri-ciri bunga betina kelapa sawit yang siap diserbuki.
3. Cari pustaka dan amati ciri-ciri bunga jantan kelapa sawit yang siap menyerbuki.
3. Tentukan nilai AKP dengan cara = Jumlah TBS yang masak : jumlah tanaman yang
diamati.
Pertanyaan
1. Gambarkan filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kanan dan arah spiral ke kiri.
2. Dengan mempelajari pustaka yang tersedia, tunjukkan gambarkan dan sebutkan kriteria
buah umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan buah siap dipanen.
3. Apa perbedaan mendasar dari buah tipe Dura, Psifera dan Tenera.
4. Apa pengertian sex rasio?
5. Hitunglah sex rasio dari hasil pengamatan Saudara (dari hasil pengamatan keseluruhan).
6. Mengapa sex ratio mempengaruhi produktivitas kelapa sawit?
7. Hitunglah angka kerapatan panen
8. Hitunglah kebutuhan tenaga kerja panen pada satu blok kebun seluas 30 ha yang dipanen
dalam satu hari kerja jika basis tugas pemanenan 100 janjang/HOK.
PRAKTIKUM VI
PEMELIHARAAN PRASARANA PANEN
Latar Belakang
Kegiatan panen akan berjalan baik jika prasarana panen seperti jalan panen (pasar pikul)
dan tempat pengumpulan hasil (TPH) tersedia dan terpeliharan dengan baik. Selain kondisi
prasarana panen, jumlah yang harus tersedia juga harus mencukupi.
Jalan panen merupakan jalan yang terdapat di dalam blok di antara barisan tanaman
kelapa sawit. Jalan ini berfungsi untuk mengangkut TBS yang telah dipanen oleh pemanen.
Lebar jalan panen sekitar 1 m dengan panjang sesuai dengan lebar blok (250-300 m). Selain jalan
panen, di dalam blok juga terdapat jalan mati (gawangan mati) yang berfungsi untuk
menempatkan pelepah yang telah dipangkas, sehigga pelapah dapat tersusun dengan baik dan
rapih tanpa mengganggu kegiatan panen. Tata letak jalan panen dan gawangan mati selalu
berselingan.
Prasarana yang lain adalah TPH yang merupakan tempat dikumpulkannya TBS yang
telah dipanen sebelum diangkut ke dalam truk. TPH ini terletak di kiri dan kanan jalan koleksi.
Biasanya satu TPH akan menampung TBS dari tiga jalan panen. Ukuran THP tidak ada standar
yang baku tetapi biasanya berukuran 3 m x 4 m atau bahkan lebih
Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan antara lain :
1. Membuat dan merapihkan jalan panen di kebun TM
2. Membuat/merapikan THP yang seharusnya ada di kebun
Metode Kerja
1. Setiap kelompok akan membuat dan merapihkan jalan panen sepanjang 25 m. Jalan
dibuat dengan ukuran lebar 1 m. Gulma di sepanjang jalan yang akan digunakan sebagai
jalan panen dibersihkan dengan cara dicangkul tipis.
2. Setiap 2 kelompok akan membuat TPH dengan ukuran 3m x4m. Tanah hanya dicangkul
tipis dengan membuang seluruh gulma yang ada di lahan calon TPH.
PRAKTIKUM VII
KUNJUNGAN KE TEACHING FARM KELAPA SAWIT JONGGOL
Latar Belakang
Areal tanaman perkebunan yang terdapat di Kebun Teaching Farm Kelapa Sawit IPB
Cargill memiliki luas 58 ha dengan pertumbuhan tanaman yang hampir seragam serta dibawah
pengelolaan langsung Satuan Usaha Akademik Farm AGH Dept AGH Faperta IPB. Pada saat ini
tanaman sudah mencapai umur 5 tahun. Sementara itu, mahasiswa peserta kuliah Ilmu Tanaman
Perkebunan diharapkan berkompeten untuk mengelola suatu perkebunan yang umumnya
berskala luas, kondisi umur dan pertumbuhan beragam, serta melibatkan berbagai pihak dalam
pengelolaannya.
Sehubungan dengan keterbatasan fasilitas Kebun Percobaan IPB untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan maka mahasiswa perlu memperoleh wawasan tentang kondisi
perkebunan yang sebenarnya, baik dari aspek pengelolaan maupun aspek teknis budidayanya.
Kunjungan ke perkebunan dapat dilakukan di sekitar kampus IPB Darmaga yaitu perkebunan
kelapa sawit PTPN VIII Kebun Cimulang atau Kebun Cikasungka, Kabupaten Bogor. Objek
lain yang bisa dikunjungi adalah Teaching Farm Perkebunan Kelapa Sawit Jonggol.
Tujuan
Mengenalkan kepada mahasiswa tentang aspek pengelolaan dan teknis budidaya tanaman
pada perkebunan kelapa sawit.
Tempat
Kebun Pendidikan dan Penelitian Teaching Farm Kelapa Sawit IPB Cargill di Kecamatan
Jonggol Jawa Barat
Prosedur Kerja
Tugas
Mahasiswa secara berkelompok menyusun laporan yang berisikan aspek pengelolaan
kebun yang disampaikan oleh pihak Kebun Pendidikan dan Penelitian Teaching Farm IPB
Cargill Jonggol dan teknis budidaya serta panen dari hasil kunjungan lapang.
Praktikum VIII
PEMBIBITAN KELAPA DALAM
Latar Belakang
Pembibitan kelapa dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembibitan pendahuluan (pre-
nursery) dan pembibitan utama (main-nursery). Pre-nursery dilakukan dengan sistem
pengecambahan di tanah atau dengan sistem gantung. Main-nursery dilakukan dengan
memindahkan kecambah pada media polybag dan bibit dipelihara sampai siap tanam atau
menjadi bibit siap salur.
Pelaksanaan pembibitan kelapa harus disesuaikan dengan rencana waktu penanaman bibit
di lapang. Lama kegiatan pembibitan kelapa tergantung jenisnya: kelapa genjah berlangsung 9-
10 bulan, kelapa hibrida 10-11 bulan, dan kelapa dalam 11-12 bulan. Benih kelapa harus
memenuhi persyaratan: berasal dari pohon induk yang terpilih, matang (umur buah 12-13 bulan),
minimal 4/5 kulit berwarna cokelat, kandungan air cukup (bila diguncang nyaring), ukuran buah
sedang-seragam, dan bobotnya berat.
Pre-nursery sistem tanah dilakukan dengan membuat bedengan. Setelah lahan
dibersihkan dari gulma, lahan diolah dengan kedalaman 20-25 cm kemudian dibuat bedengan
tinggi 15 cm, lebar 2 m dan panjang tergantung kondisi lahan dengan maksimum 25 m. Luas
bedengan berukuran 2 m x 25 m dapat menampung 1500 benih. Pada buah kelapa dibuat sayatan
pada bagian dekat tangkai buah yaitu pada tonjolan yang berhadapan dengan sisi buah terlebar.
Sayatan tersebut berfungsi untuk mempermudahkan peresapan air dan mempermudah jalannya
pertumbuhan plumula. Kemudian benih direndam dalam larutan pestisida.
Main-nursery kelapa menggunakan polybag berukuran 40 cm x 50 cm dengan sekitar 48
lubang perforasi. Media yang digunakan adalah tanah gembur yang diayak. Bibit disusun dengan
jarak segi tiga sama sisi 1 m arah barisan Utara-Selatan. Tiap ukuran lahan 26 m x 10 m dibuat
jalan dan parit keliling. Pemeliharaan main-nursery meliputi: penyiraman, penyiangan gulma,
pemupukan (setelah terbentuk 1 daun penuh) dan pengendalian hama penyakit. Bibit diseleksi
mulai umur 4 bulan dan selanjutnya tiap 2 bulan. Bibit yang afkir yaitu bibit yang mati, off type,
dan yang rusak berat terserang hama penyakit. Bibit siap tanam kelapa (bibit siap salur) memiliki
kriteria telah terjadi pemisahan anak daun.
Pada praktikum ini mahasiswa melakukan kegiatan pembibitan pre-nursery sistem tanah
dan melakukan pemindahan kecambah ke main-nursery serta pemeliharaan nursery.
Tujuan
Kegiatan praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Menilai kriteria benih kelapa bermutu.
2. Melaksanakan pembibitan pendahuluan (pre-nursery) di tanah.
3. Menilai bibit kelapa yang siap salur.
4. Menentukan lahan, kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pembibitan pendahuhuluan
dan utama pada kelapa.
Metode Kerja
a. Pre-nursery kelapa
3. Setiap kelompok mendapatkan 5 butir benih kelapa.
4. Buatlan bedengan untuk pembibitan pre-nursery, bersihkan dari gulma dan lakukan
penggemburan tanah/di sekeliling bedengan dibuat parit.
5. Buah kelapa disayat pada bagian dekat tangkai buah yaitu pada tonjolan yang berhadapan
dengan sisi buah terlebar. Cara untuk mengetahui bagian terlebar yaitu dengan
menggelindingkan buah.
6. Benih kelapa yang sudah disayat kemudian dicelup dalam larutan fungisida.
7. Susunlah benih kelapa tersebut dengan rapat dalam bedengan pre-nursery.
Praktikum IX
PEMELIHARAAN TANAMAN KELAPA MENGHASILKAN
Latar Belakang
Pemeliharaan tanaman kelapa bertujuan untuk mengkondisikan tanaman agar sehat,
memiliki pertumbuhan yang normal dan mencapai tingkat pruduktivitas yang optimal. Fase
pemeliharaan tanaman tahunan digolongkan menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pada fase TBM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi
pertumbuhan tanaman yang normal serta secepat mungkin memasuki fase TM. Pada fase TM,
pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pencapaian produktivitas yang optimal sesuai dengan
potensi produksinya dan diusahakan agar memiliki masa umur ekonomi yang panjang. Kegiatan
pemeliharaan tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok (kelapa) melainkan juga pada areal di
sekitar tanaman (gawangan).
Kegiatan pemeliharaan kelapa meliputi: pengendalian gulma, sanitasi tanaman,
pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pengendalian gulma meliputi:
pembentukan dan pemeliharaan “bokoran” (kondisi W0) dan pemeliharaan gawangan (kondisi
W1 atau W2). Kegiatan sanitasi meliputi pembersihan kelapa dari pelepah tua dan tandan buah
kering serta mengumpulkan sisa-sisa tanaman dan sampah organik pada gawangan mati, serta
membebaskan areal dari sampah plastik. Kegiatan pemupukan harus memperhatikan jenis pupuk,
dosis pupuk, waktu memupuk serta tempat dan cara memupuk.
Tujuan
Bahan:
1. Tanaman kelapa (3-5 tanaman per kelompok)
2. Pupuk: Urea, SP-36, KCl dan Kieserit
Alat:
1. Parang (2 buah)
2. Cangkul (2 buah)
3. Ember (1 buah)
4. Timbangan
Metode Kerja
a. Sanitasi tanaman
1. Bersihkan tanaman kelapa dari pelepah kering dan tandan buah kering.
2. Tempatkan sisa-sisa tanaman tersebut pada gawangan mati atau tempat antara dua
tanaman kelapa. Pelepah yang panjang dipotong menjadi 3 bagian.
b. Pengendalian gulma
1. Buat bokoran radius jari-jari 1.5 m dari pokok tanaman.
2. Bersihkan gulma pada bokoran (W0).
3. Pada gawangan, gulma ”dibabat dempes” dan ”anak kayu” di-dongkel (kondisi W1 atau
W2)
c. Pemupukan
1. Tanaman kelapa TM di pupuk dengan dosis : Urea 200 g, SP-36 200 g dan KCl 250 g
pertanaman
2. Aplikasi urea diberikan dalam bokoran dengan cara disebar merata.
3. Aplikasi pupuk SP-36, KCl dan Kieserit diberikan bersamaan (dicampur) dan disebar
merata dalam bokoran.
1. Apa saja kandungan utama masing-masing pupuk dan berapa banyak (%) kandungannya
dari masing-masing pupuk yang digunakan?
2. Apa beda pupuk majemuk dengan pupuk tunggal?
3. Mengapa pemupukan kelapa tidak dilakukan pada alur pada ujung bokoran?
4. Apa yang dimaksud dengan W0, W1 dan W2 pada penendalian gulma?
5. Perhatikan phylotaxy daun kelapa yang saudara pelihara!
Praktikum X
PENANAMAN BATANG BAWAH KARET
Latar Belakang
Benih karet dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu illegitim, propelegitim dan legitim.
Benih illegitim adalah benih yang diperoleh dari penyerbukan secara alami yang tidak diketahui
kedua induknya (benih sapuan). Benih propelegetim juga merupakan benih hasil penyerbukan
alami, tetapi hanya induk betina saja yang diketahui, sedangkan benih legitim adalah benih dari
hasil persilangan yang kedua induknya diketahui dengan pasti.
Pada penanaman karet, benih yang telah dikecambahkan akan dipindahkan ke pembibitan
untuk dijadikan sebagai batang bawah. Pada praktikum ini tidak dilakukan persemaian langsung,
tetapi memungut bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah di sekitar pertanaman
karet. Benih yang telah berkecambah tersebut dinamakan ’kongkoak’ (Sunda).
Selain dengan ’kongkoak’, bibit batang bawah juga dapat dipersiapkan langsung dengan
menanam benih di dalam polybag, yang disebut dengan istilah ’Tabela’, tanaman benih langsung.
Pengembangan ’Tabela’ ini dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan penyiapan batang
bawah dan bibit, serta ternyata dapat mengurangi biaya penyediaan bibit.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Melaksanakan pekerjaan pembibitan batang bawah karet.
2. Menghitung kebutuhan lahan untuk pembibitan.
3. Menentukan kebutuhan waktu dan HOK untuk pekerjaan pembibitan batang bawah.
Tempat
Bahan:
1. Bibit karet cabutan (kongkoak) yang sehat serta perakarannya lurus (20 bibit)
Alat:
1. Cangkul
2. Garpu
3. Kored,
4. Rafia,
5. Meteran
6. Ajir.
Metode Kerja
5. Pupuk diberikan secara larikan atau bobokor sekitar 7 cm dari batang (dilakukan setelah
bibit tumbuh, sekitar 2 minggu setelah transplanting).
1. Jelaskan alasan mengapa jarak tanam yang digunakan adalah pagar ganda dengan ukuran
40 cm x 40 cm x 60 cm.
2. Menurut anda apakah pengaruh negatif pemotongan akar bibit karet tersebut ?
3. Jika dalam 1 ha, lahan yang efektif untuk pembibitan 80 %, maka hitunglah populasi bibit
per hektar dengan jarak tanam tersebut pada nomor 1.
4. Jika Saudara diminta melakukan pembibitan batang bawah untuk informasi teknis
sebagai berikut: jumlah benih 100000 butir, daya kecambah 90%, kecambah afkir 10%.
Berapa banyak kecambah yang siap ditanam di areal pembibitan batang bawah? Berapa
luas areal pembibitan bawah yang harus disiapkan jika lahan efektif untuk pembibitan
80%?
Praktikum XI
PEMELIHARAAN BATANG BAWAH DAN KEBUN ENTRES KARET
Latar Belakang
Pemeliharaan batang bawah dan kebun entres karet ditujukan untuk memperoleh
pertumbuhan bibit batang bawah dan batang atas yang cepat matang okulasi dan sehat. Kegiatan
pemeliharaan untuk mendapatkan kondisi bibit tersebut meliputi penyiraman, pengendalian
gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan. Pengendalian gulma bisa dilakukan setiap
saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet.
Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk menghemat
tenaga dan biaya
Hama yang sering menyerang pembibitan karet antara lain jangkrik, rayap, dan tungau.
Hama-hama tersebut dapat diberantas dengan menggunakan insektisida yang tepat seperti Sevin
85S. Penyakit yang sering menyerang bibit batang bawah adalah penyakit gugur daun
Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora. Penyakit-penyakit ini dapat menunda pelaksanaan
okulasi.
Pemliharaan lain pada batang bawah sebelum dilakukan okulasi adalah pemberian pupuk
Urea 10 gram, SP-36 12 gram dan KCl 5 gram per tanaman untuk membantu meningkatkan
persentase tanaman yang mudah dilepas kulitnya. Dengan demikian kapasitas okulasi tiap tenaga
okulasi akan meningkat.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa terampil dalam :
1. Melaksanakan pekerjaan pemeliharaan bibit batang bawah karet dan kebun entres karet.
2. Menghitung kebutuhan pupuk untuk bibit batang bawah dan kebun entres karet.
3. Menentukan kebutuhan waktu dan HOK untuk pekerjaan pemeliharaan bibit batang bawah
dan kebun entres karet.
Tempat
Bahan:
1. Pembibitan batang bawah karet.
2. Kebun entres karet
3. Pupuk Urea, SP 36, KCL, dolomit
Alat:
1. Cangkul
2. Kored
3. Gergaji pangkas
Metode Kerja
6. Buatlah alur pupuk di sebelah kanan atau kiri barisan tanaman dengan kored pada jarak
lebih kurang 10 cm dari barisan dan kedalaman lebih kurang 7 cm.
7. Tentukan dosis pupuk per pohon kemudian hitung kebutuhan pupuk untuk bedengan
kelompok Saudara. Jarak tanam pembibitan adalah 40 cm x 40 cm x 60 cm.
8. Taburkan pupuk sesuai dosis ke dalam alur pupuk secara merata kemudian alur pupuk
ditutup tanah.
1. Tentukan dosis pupuk per bibit batang bawah jika jarak tanam yang digunakan (a) 40 cm
x 40 cm x 60 cm, dan (b) 25 cm x 25 cm x 50 cm.
2. Tentukan kriteria bibit batang bawah yang siap diokulasi untuk okulasi coklat.
3. Mengapa bibit batang bawah yang berdiameter > 5 cm perlu dimusnahkan.
4. Mengapa pada pohon entres dipertahankan maksimal 2 cabang/batang entres?
5. Tentukan kriteria batang entres yang memenuhi syarat untuk okulasi coklat.
6. Jika jarak tanam pohon entres 1 m x 1 m, 60% pohon menghasilkan 2 cabang/batang dan
sisanya 1 cabang/batang, panjang cabang/batang rata-rata 2 meter, dan tiap meter
cabang/batang menghasilkan 10 mata entres prima per tahun. Tentukan produksi mata
entres per hektar per tahun bila luas lahan efektif 80%.
Praktikum XII
OKULASI KARET
Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet pada umumnya dilakukan secara vegetatif dengan teknik
okulasi. Perbanyakan melalui benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani
tradisional maupun oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetik selanjutnya.
Bibit asal okulasi terdiri atas batang atas dan bawah yang biasanya berasal dari dua klon
yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menggabungkan sifat unggul kedua klon dalam
satu individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomi yang tinggi. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta
kompatibilitas kedua calon batang tersebut.
Calon batang bawah yang dapat diokulasi mempunyai diameter batang berukuran 0,6-1,3
cm. Bila batang bawah dipelihara dengan baik, ukuran tersebut dapat dicapai pada usia 9-12
bulan. Teknik okulasi karet yang umum dilakukan adalah metode Forket. Okulasi sebaiknya
dilakukan pada fase pertumbuhan pucukyang helai daunnya sudah berwarna hijau tua dan kaku
atau full grown.
Tujuan
Lokasi
Bahan :
1. Tanaman batang bawah,tiap kelompok 10 tanaman
2. Mata entres
3. Tali rafia
Alat :
1. Pisau okulasi (2 buah per kelompok)
Metode Kerja
1. Bersihkan batang bawah dari kotoran dengan mengerok secara halus. Batang diiris
dengan bentuk irisan semacam jendela berukuran 5 cm x 2 cm pada ketinggian 10 cm
dari permukaan tanah. Sambil menunggu getah kering, buat jendela sekaligus beberapa
buah (misal 10 buah).
2. Siapkan mata entres, mata yang digunakan adalah mata tunas, bukan branch bud atau
tunas bakal bunga. Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut disayat
dengan pisau okulasi yang tajam.
3. Setelah getah pada irisan jendela berhenti menetes, maka jendela boleh dibuka secara
perlahan.
4. Kayu yang menempel pada mata entres dilepas secara hati-hati (pastikan bahwa mata
entres tidak hilang).
5. Mata entres dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup dan diikat dengan tali rafia
hingga terbungkus rapat. Cara mengikatnya menggunakan simpul kuat. Pengikatan
dimulai dari bagian atas ke arah bawah. Mengapa demikian?
6. Hitung rata-rata jam kerja anda dalam menyelesaikan satu kesatuan kerja mulai persiapan
entres, menunggu kering, menempel dan mengikat.
7. Setelah dua minggu kemudian, ikatan dibuka. Okulasi dikatakan berhasil jika warna
mata entres yang diokulasi tetap hijau.
8. Setelah pemeriksaan pertama dan dinyatakan berhasil, mata okulasi tidak perlu diikat
lagi. Mata entres akan tetap dorman selama bagian atas tanaman yang dijadikan induk
belum dipotong.
Praktikum XIII
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET MENGHASILKAN
Latar Belakang
Tanaman karet memasuki periode Tanaman Menghasilkan (TM) setelah lilit batangnya
mencapai ukuran minimal 45 cm pada ketinggian 1 m di atas pertautan (kaki gajah). Kriteria
tersebut umumnya dicapai pada umur sekitar 6 tahun setelah tanam, tergantung kondisi
pemeliharaan bdan jenis klon yang akan menentukan laju pertambahan lilit batang per tahun.
Pemeliharaan tanaman karet TM ditujukan untuk menjaga pertumbuhan vegetatif
tanaman selalu dalam kondisi optimal sehingga dapat berproduksi tinggi secara
berkesinambungan dengan umur ekonomi yang lama. Pada umumnya umur ekonomi tanaman
karet sekitar 30 tahun.
Pemeliharaan tanaman karet TM ini difokuskan pada tanamannya selain juga terhadap
kondisi lahan agar lahan dapat terus mendukung pertumbuhan tanaman karet. Kegiatan
pemeliharaan TM karet meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit dan konservasi lahan.
Pemupukan dan pengendalian gulma merupakan dua kegiatan pemeliharaan yang sangat
dominan pada pertanaman karet TM. Pengendalian gulma sebelum pemupukan bertujuan agar
pupuk yang diberikan sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman karet. Pengendalian gulma
dilakukan secara periodik agar jalur tanam selalu dalam kondisi bebas gulma dan gawangan
hanya ditumbuhi oleh gulma lunak dan bebas dari gulma berkayu dan alang-alang.
Pada praktikum ini, areal karet TM akan diukur lilit batangnya. Pengukuran lilit batang
dilakukan pada ketinggian 1 m di atas pertautan. Dengan pengukuran lilit batang tanaman
ini, mahasiswa juga dapat menentukan apakah semua tanaman di lokasi karet TM sudah
memenuhi kriteria matang sadap. Secara umum diperkirakan setiap tahun terjadi pertambahan
ukuran lilit batang tanaman karet sebesar 9 cm. Hal ini didasarkan pada waktu yang diperlukan
untuk mencapai lilit batang sebesar 45 cm tersebut baru dapat dicapai pada tanaman setelah
berumur 5 tahun.
Tujuan
Tempat
Bahan:
1. Tanaman karet menghasilkan, tiap kelompok 5-10 tanaman.
2. Pupuk: Urea, SP-18, dan KCl
Alat:
1. Cangkul,
2. Parang
3. Meteran
Metode Kerja
1. Gulma yang ada di 1 meter kiri kanan tanaman barisan tanaman dibersihkan dengan
menggunakan cangkul dan parang. Seluruh permukaan tanah di daerah ini harus
dibersihkan dari gulma.
2. Pemupukan dilakukan dengan cara menyebar pupuk secara merata padadaerah yang telah
dibersihkan. Dosis pupuk yang digunakan adalah : 175 g Urea, 300 g SP-36, dan 300 g
KCl per tanaman.
3. Setelah pupuk tersebar merata, tanah dicangkul sedikit agar pupuk menyatu dengan
tanah.
4. Lakukan pengukuran lilit batang tanaman karet (5-10 tanaman per kelompok) pada
ketinggian 1 m di atas permukaan pertautan.
Praktikum XIV
PENYADAPAN KARET
Latar Belakang
Tanaman karet dikatakan sudah memasuki matang sadap jika memenuhi kriteria sebagai
berikut : (a) lilit batang > 45 cm, diukur setinggi 1 m dari pertautan okulasi; (b) sekitar 60% dari
populasi telah memenuhi kriteria a. Pada kondisi normal, karet dapat mulai di sadap 5-6 tahun
setelah penanaman. Irisan sadap pertama biasanya dilakukan pada ketinggi 130 cm dari
permukaan tanah
Kulit merupakan modal utama bagi tanaman karet. Oleh karena itu pengirisan kulit harus
dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh mengenai kambium. Bila mengenai kambium akan
terjadi recovery kulit yang tidak merata. Konsumsi kulit adalah ketebalan kulit yang terbuang
setiap kali menyadap (sekitar 2 mm/kali sadap). Ada 3 sistem sadap yaitu :
1. Sadap Bawah = DTS (Downward Tapping System), menggunakan bisang sadap bawah
2. Sadap Atas = UTS (Upward Tapping System), menggunakan bidang sadap atas
3. Sadap Gabungan = ATS (Alternate Tapping System), menggunakan bidang sadap bawah
dan atas dalam satu tahun secara bergantian.
Kulit yang pertama kali disadap diberi simbol ’O’. Kulit pulihan diberi simbol ‘I’
(pulihan pertama), ‘II’ (pulihan kedua), dst. Bidang sadap bawah diberi kode B,sedang bidang
sadap atas diberi kode H. Contoh : bidang sadap BO-1 : artinya menggunakan bidang sadap
bahanh, kulit pertama kali disadap pada bagian depan. BO-2 : artinya bidang sadap bawah, kulit
pertama kali disadap pada bagian belakang. Urutan penggunaan bidang sadap (a) BO-1, (b) BO-
2, (c) BI-1, (kulit pulihan depan), selama 8 bulan dan dikombinasikan dengan HO-2 selama 4
bulan, (d) BI-2 selama 8 bulan dan dikombinasikan dengan HO-1 selama 4 bulan.
a. Notasi eksploitasi
1. Jenis Irisan, pada umumnya : S (spiral)
2. Panjang Irisan : ½ S (setengah lingkaran)
3. Frekuensi Sadap : d (day), w (week), m (month), dan y (year)
contoh : ½ S d/3 9m/y artinya tanaman disadap setengah lingkaran, 3 hari sekali selama 9
bulan istirahat 3 bulan..
Pada sistem DTS, pemberian ethepon dilakukan dengan cara Grove Application (Ga),
dioleskan pada alur sadap. Digunakan etrel cair karena pelarutnya menggunakan air. Pada sistem
UTS, pemberian ethepon dengan Bark Application (Ba). Ethepon dioleskan pada kulit di atas
alur sadap yang telah dikerok terlebih dahulu.
Contoh : ½S d/3 8m/y ET 2.5% Ga .1. 8/y (m) ; artinya tanaman disadap setengah lingkaran,tiga
hari sekali selama 8 bulan istirahat 4 bulan, menggunakan ethepon dengan konsentrasi
2.5%, cara Grove Application, dosis 1 gram per pohon, frekuensi 8 kali per tahun
dengan interval 1 bulan sekali.
Tujuan
Metode Kerja