Anda di halaman 1dari 22

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lahan


Dusun Kuntul Utara, Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Kabupaten
Pasuruan Kecamatan Tutur memiliki kelerengan 5-45%, ketinggian 500-1000 meter
diatas permukaan laut (Pemerintah Kabupaten Pasuruan, 2019).Temperatur suhu pada
sebagian besar wilayah berkisar antara 24-32oC. Secara umum Kecamatan Tutur
memiliki jenis tanah Andosol yang memiliki pH antara 5,8-7. Selain itu Kecamatan
Tutur memiliki topografi pengunungan dengan curah hujan 2500-3000 mm (Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, 2013). Tanah andosol yang
terletak pada kawasan budidaya pertanian sebagian besar dimanfaatkan untuk
tanaman perkebunan, tanaman pangan lahan kering terutama padi gogo dan jagung,
dan beberapa tanaman holtikultura lainnya (Sukarman, et al., 2015). Tanah Andosol
memiliki humus dengan kandungan c-organik berkisar antara 1,24%-22%. Tanaman
holtikultura dataran tinggi sebagian besar dibudidayakan di tanah Andosol. Media
tanam yang cocok untuk pertumbuhan Pakcoy antara lain tanah yang gembur,
mengandung humus, subur, serta memiliki pembungan air yang baik. Derajat
kemasaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan Pakcoy berkisar antara pH 5
sampai pH 7 (Ernanda, 2017). Berdasarkan analisis tersebut maka kondisi lahan
sudah sesuai untuk syarat tumbuh tanaman pakcoy.
4.2 Parameter Pertumbuhan
4.2.1 Persentase Tumbuh
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
setiap perlakuan memiliki nilai persentase tumbuh yang sama, data persentase
tanaman timun pada setiap perlakuan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Tabel Pengaruh Media Tanam Terhadap Persentase Tumbuh
Perlakuan Persentase Tumbuh (%)
M1 (Tanah) 100 %
M2 (Tanah + Cocopeat) 100 %
M3 (Tanah + Sekam bakar) 100 %

Berdasarkan data hasil pengataman (Tabel 1) menunjukkan bahwa data


presentase tumbuh tanaman pokcoy memiliki nilai yang sama. Pada perlakuan
M1 (tanah) sebagai kontrol, perlakuan M2 (Tanah + Cocopeat) dan perlakuan
M3 (Tanah + Sekam bakar) memiliki pesentase tumbuh yang sama yakni 100%.

Presentase Tumbuh (%)


120%
Persentase Tumbuh (100%)

100%
M1 (Tanah)
80% M2 (Tanah + Co-
copeat)
60% M3 (Tanah + Sekam
bakar)
40%

20%

0%

Gambar 1. Grafik Pengaruh Media Tanam Terhadap Persentase Tumbuh


Berdasarkan hasil diagram diatas (Gambar 1) dapat diketahui bahwa ketiga
perlakuan yakni tanah (kontrol), tanah + cocopeat dan tanah + sekam bakar memiliki
persentasi tumbuh tanaman pokcoy yang baik yakni 100%. Hal ini menujukkan
bahwa ketiga media tanam memiliki kondisi yang mendukung untuk perkecambahan
dan pertumbuhan tanaman pakcoy. Kemampuan tanaman dalam bertahan hidup
depengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, biotik dan abiotik (Andy,
2017). Ketika jaringan tanaman memiliki system metabolisme yang baik dalam
mengabsorbsi unsure hara ke bagian untuk di asimilasi dan diolah secara maksimal
maka pertumbuhan tanaman dapat berlangsung secara optimal. Selain itu
pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi iklim seperti cuaca, beberapa
jenis tanaman memiliki syarat tumbuh dan kondisi tertentu yang dibutuhkan untuk
menunjang pertumbuhan yang optimal (Sopadie, 2013).
4.2.2 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang dilakukan dengan
cara mengukur tanaman dari ujung batang yang sejajar dengan tanah hingga
ujung tanaman yang tumbuh paling atas (titik tumbuh) menggunakan alat ukur
berupa meteran. Berikut ini merupakan data tinggi tanaman pada setiap
perlakuan media tanam yang berbeda.
Tabel 2. Tabel Pengaruh Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman (cm) pada Umur Tanaman
Perlakuan (MST)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
M1 (Tanah) 1 1,5 2 6 7,5
M2 (Tanah + Cocopeat) 1 2 2,5 5,3 6,5
M3 (Tanah + Sekam bakar) 1 1,5 2,5 3 3
Hasil pengamatan diatas (Tabel 3) menunjukkan terdapat tiga variabel
pengamatan terdiri dari perlakuan tanah sebagai kontrol, tanah + cocopeat dan
tanah + sekam bakar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap jenis
perlakuan memiliki peningkatan tinggi tanaman yang berbeda-beda. Pada 4
MST peningkatan tinggi tanaman tertinggi terjadi pada tanaman dengan
perlakuan tanah + cocopeat dengan persentase 50% sedangkan perlakuan tanah
dan tanah + sekam bakar memiliki persentase peningkatan sebesar 33%.
Selanjutnya pada 5 MST peningkatan tinggi tanaman tertinggi terjadi pada
perlakuan tanah + sekam bakar dengan persentase 40% dan peningkatan
terendah terdapat pada perlakuan tanah + cocopeat dengan persentase 20%.
Pada 7 MST peningkatan tinggi terbesar terdapat pada perlakuan tanah dengan
persentase 20% dan peningkatan tinggi terendah terdapat pada perlakuan tanah
+ sekam bakar dengan persentase 0%.
Grafik Tinggi Tanaman
8
7
Tinggi Tanaman (cm) 6
5 M1 (Tanah)
M2 (Tanah + Cocopeat)
4 M3 (Tanah + Sekam bakar)
3
2
1
0
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

Gambar 2. Grafik Pengaruh Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa


setiap perlakuan media tanaman memiliki pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman. Berdasarkan data menunjukkan peningkatan tinggi tanaman terbesar
terdapat pada perlakuan tanah (kontrol) dengan rata-rata persentase peningkatan
tinggi tanaman 36,25%, kemudian tanah + cocopeat 3532,% dan tanah + sekam
bakar 22,25%. Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tinggi tanaman yakni biotik dan abiotik. Tanah Andosol memiliki lapisan
humus dengan kandungan c-organik berkisar antara 1,24%-22% dengan pH
yang netral (Sukarman, et al., 2015) yang mana kondisi tersebut sudah cukup
untuk memenuhi syarat tumbuh tanaman Pakcoy tanpa perlu campuran media
tanam lainnya. Sedangkan pada perlakuan tanah+cocopeat dan tanah+sekam
bakar memiliki peningkatan tinggi tanaman yang rendah dibandingkan control
disebabkan oleh adanya serangan hama lalat penggorok daun (Liriomyza sp.)
yang menyerang bagian daun tanaman. Gejala serangan lalat pengorok daun
pada tanaman dapat dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih
bening pada bagian mesofil daun. Pada serangan lebih lanjut, warna liang
korokan akan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur (Baliadi, et al.,
2010) . Aktivitas larva dapat menurunkan kapasitas fotosintesis tanaman.
Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan palisade daun saat larva membuat liang
korokan serpentin. Selain itu hama ini juga menyerang daun muda dan pucuk
tanaman sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
4.2.3 Jumlah Daun
Jumlah daun dapat diketahui dengan cara menghitung daun sehat yang
telah tumbuh atau membuka sempurna pada tanaman sampel. Daun yang
terserang penyakit dan tidak dapat tumbuh dengan baik, tidak perlu dihitung.
Berikut ini merupakan tabel data pengamatan pengaruh media tanam terhadap
jumlah daun.
Table 3. Tabel Pengaruh Media Tanam Terhadap Jumlah Daun
Jumlah Daun pada Umur Tanaman (MST)
Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
M1 (Tanah) 1 3 1 3 3
M2 (Tanah + Cocopeat) 1 4 2 2 4
M3 (Tanah + Sekam bakar) 1 3 1 3 2
Berdasarkan tabel data pengamatan jumlah daun (tabel 3) menunjukkan
bahwa jumlah daun tanaman pada ketiga perlakuan berbeda. Selain itu terjadi
peningkatan dan penurunan pada setiap MST yang berbeda. Pada 4 MST terjadi
peningkatan jumlah daun sebanyak 66,66% pada perlakuan tanah dan tanah +
sekam bakar sedangkan pada perlakuan tanah + cocopeat memiliki persentase
peningkatan sebanyak 75%. Selain itu juga terjadi penurunan jumlah daun pada
6 MST sebanyak 200% pada perlakuan tanah dan sekam bakar dan tanah+
sekam bakar. Sedangkan pada perlakuan tanah + cocopeat terjadi penurunan
jumlah daun sebanyak 100%.
Grafik Jumlah Daun
4.5
4
3.5
M1 (Tanah)
3
Jumlah Daun M2 (Tanah + Co-
2.5 copeat)
2 M3 (Tanah + Sekam
1.5 bakar)
1
0.5
0
3 4 5 6 7
MST MST MST MST MST
Gambar 3. Gambar Pengaruh Media Tanam Terhadap Jumlah Daun
Secara umum setiap perlakuan media tanam menunjukkan data jumlah
daun tanaman pakcoy yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis data
pengamatan terjadi peningkatan dan penurunan jumlah daun pada MST yang
berbeda. Hal ini utamanya disebabkan oleh adanya serangan OPT. Secara
umum daun yang terhitung merupakan daun yang sehat dan telah terbuka
sempurna. Maka dari itu bagian daun yang terserang Liriomyza sp. tidak
dihitung sebagai data pengamatan. Gejala serangan lalat pengorok daun pada
tanaman dapat dikenali dengan adanya liang korokan beralur warna putih
bening pada bagian mesofil daun. Pada satu helaian daun kedelai dapat
dijumpai lebih dari satu liang korokan (Baliadi, et al., 2010) . Selain itu juga
terjadi pengendalian OPT mekanis dengan cara membuang bagian tanaman
yang terserang sehingga jumlah daun berkurang.
4.2.4 Intensitas Penyakit
Intensitas penyakit merupakan parameter pengamatan yang dilakukan
dengan mengamati kondisi tanaman secara langsung. Ketika penyakit
ditemukan, selanjutnya dilakukan skoring keparahan penyakit yang terdapat di
tanaman tersebut, kemudian dihitung menggunakan rumus, dan ditabulasikan
pada tabel dibawah ini.
Table 4. Tabel Intensitas Penyakit Tanaman Pakcoy
Intensitas Penyakit pada Umur Tanaman
Perlakuan (MST)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
M1 (Tanah) 0 0 0 0 0
M2 (Tanah + Cocopeat) 0 0 0 0 0
M3 (Tanah + Sekam bakar) 0 0 0 0 0
Berdasarkan data hasil pengamatan intensitas penyakit tanaman
menujukkan tidak ditemukannya penyakit pada tanaman pakcoy sehingga data
perhintungan intensitas penyakit tanaman pakcoy pada tiap minggunya bernilai
0.

Grafik Intenstitas Penyakit


1
0.9
0.8
0.7
Intensitas Penyakit

M1 (Tanah)
0.6 M2 (Tanah + Cocopeat)
0.5 M3 (Tanah + Sekam
bakar)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

Gambar 4. Grafik Intensitas Penyakit Tanaman Pakcoy


Berdasarkan data pengamatan intensitas penyakit pada tanaman pakcoy
tidak ada ditemukan penyakit. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkunga
sudah mendukung syarat tumbuh tanaman pakcoy. Tanaman Pakcoy dapat
dibudidayakan pada daerah yang memiliki ketinggian 5 meter hingga 1200
meter diatas permukaan laut. Pada beberapa proses budidaya, pertumbuhan
tanaman pakcoy lebih baik jika ditanam pada dataran tinggi . Kecamatan Tutur
memiliki kelerengan 5-45%, ketinggian 500-1000 meter diatas permukaan laut
(Pemerintah Kabupaten Pasuruan, 2019).Temperatur suhu pada sebagian besar
wilayah berkisar antara 24-32oC. Kondisi pertumbuhan yang sesuai dapat
menghambat pertumbuhan patogen. Adapun beberapa patogen yang
menyebabkan penyakit pada tanaman famili Brassicae antara lain Alternaria
brassicae, A. brassicola, Peudocercosporella capsella, Mycosphaerella
brassiciola dan Curvularia sp. (Suganda, et al., 2018)

4.2.5 Keragaman Arthropoda


Berikut hasil pengamatan arthropoda secara langsung pada area
penanaman pakcoy. Dokumentasi yang telah didapat, akan di identifikasi dan
ditabulasi di tabel berikut.
Table 5. Tabel Keragaman Arthropoda
Nama Serangga Peran Dokumentasi
Nama Umum Nama Ilmiah
Lalat Penggorok Liriomyza spp. Hama
Daun

Laron/Rayap Nasutitermes Serangga lain


matangensis

Belalang Gesonula mundata Hama

Berdasarkan pengamatan anthropoda ditemukan beberapa serangga yang


ditemukan di area sekitar penanaman pakcoy antara lain lalat penggorok daun
Liriomyza spp., rayap (Nasutitermes matangensis) dan belalang (Gesonula mundata).
Liriomyza sp. menjadi hama baru pada beberapa jenis tanaman sayuran di beberapa
sentra sayuran dataran tinggi (Nonci, et al., 2011). Genus Liriomyza terdiri dari
banyak spesies. Liriomyza merupakan lalat yang memiliki tipe makan polifag dan
dapat ditemukan pada banyak tananman. Hal ini dapat mengakibatkan Liriomyza
terbentuk menjadi banyak spesies akibat adaptasi, mutasi, dan evolusi. Liriomyza
Brassicae bersifat polifag terutama pada family Brassicaceae, Capparacecae dan
Tropacolaceae. Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman dapat dikenali
dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun.
Jika liang korokan dibuka maka akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup
dan makan di dalam liang korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai
lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lebih lanjut, warna liang korokan akan
berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur (Baliadi, et al., 2010).
Rayap (Nasutitermes matangensis) berperan sebagai serangga lain pada
tanaman. Rayap termasuk ke dalam ordo Isoptera, famili Termitidae, subfamili
Nasutitermitinae, genus Nasutitermes dan spesies Nasutitermes matangensis
Haviland. Famili termitidae Berdasarkan kunci identifikasi rayap spesies rayap
tingkat tinggi, mayoritas anggota dari rayap family Termitidae memakan kayu,
rumput dan termasuk lumut. Selain itu ditemukan pula belalang yang mana di alam,
peran dari spesies-spesies ordo Orthoptera di agroekosistem dan ekosistem hutan
tanaman berperan sebagai herbivora. Orthoptera herbivora di agroekosistem dan
ekosistem tanaman terdiri dari Famili Acrididae, Tetrigidae dan Pyrgomorphidae
(Prakoso, 2017).
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
penambahan media tanam campuran tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy. Penggunaan campuran media tanam tidak
memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Selain itu tidak
ditemukan adanya penyakit yang menyerang tanaman pakcoy. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh aktivitas hama yakni lalat penggorok daun yang
menyerang tanaman pakcoy. Selain itu juga ditemukan beberapa serangga lainnya
seperti belalang (Gesonula mundata) dan rayap (Nasutitermes matangensis).

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum lapang yang telah dilakukan, maka perlu
dilakukan pengendalian OPT secara. Selain itu perlu dilakukan pemupukan agar
tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga dapat tumbuh dengan optimal
dan tahan terhadap serangan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Andreleilee B F, Santoso, M. and Nugroho, A. 2013. Pengaruh jenis Kotoran Ternak
dan Waktu Penyiangan Terhadap Produksi Tanaman Pakcoy (Brassisca rapa
sub. chinensis). Artikel Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian Universitas
Brawijaya,

Andy, Junaedy. 2017. Tingkat Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Nusa Indah


(Mussaenda Frondosa) dengan Penyungkupan dan Lama Perendaman Zat
Pengatur Tumbuh Auksi yang dibudidayakan pada Lingkungan Tumbuh
Shading Paranet. Agrovital. Juranl Ilmu Pertanian 2(1):7-15

Baliadi Y. and Tengkano W. 2010. Lalat Penggorok Daun Liriomyza sp. (Diptera:
Agromizydae), Hama Baru pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian, 29(1):1-9.

Baliadi Y. Fluktuasi populasi lalat pengorok daun, Liriomyza sp. pada tanaman
kedelai di kebun percobaan Kendalpayak dan pengaruh serangannya terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai. 2009.  Malang : Laporan Hasil Penelitian.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Deptan Impor Ekspor Buah dan Sayuran di Indonesia. 2015.

Dominiko T. A., Setyobudi L. and Herlina N. 2018 Respon Tanaman Pakcoy


(Brassica rapachinensis) terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Biourin
Kambing. Jurnal Produksi Tanaman 6(1): 188-193.

Ernanda M. Y. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica


rapa L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Kandang Ayam dan Pupuk
Organik Cair (POC) Urin Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Medan.
Gustia, Helfi. 2013. Pengaruh Penambahan Sekam Bakar pada Media Tanam
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). E-
Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan 1(1):12-18, 2013.

Irawan A. and Hidayah H. N. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat Sebagai Media


Sapih pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia elegans). Jurnal
Wasian 1(2):73-76.

Istomo and Valentino, N. 2012. Pengaruh Perlakuan Kombinasi Media Terhadap


Pertumbuhan Anakan Tumrih (Combretocarpus rotundatus (Miq) Danser).
Jurnal Silvikultur Tropika 3(2):81-84.

Musliman. 2014. Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dan Kosong
Kelapa Sawit ada Panen Pertama dan Kedua dengan Pemberian Bokashi dan
Kompos Tana. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2014.

Nonci N. and Muis A. 2011. Biokeologi dan Pengedalian Penggorok Daun Liriomyza
chinensis Kato (Diptera: Agromizydae) Pada Bawang Merah. Jurnal Litbang
Pertanian 30(4):148-156.

Onggo T. M., Kusumiyati and Nurfitriana A. 2017. Pengaruh Penambahan Arang


Sekam dan Ukuran Polybag Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Tomat Kultivar 'Valouro' Hasil Sambung Batang. Jurnal Kultivasi 16(1): 298-
305.

Prakoso, Bagas. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: ordo Orthoptera) pada


Agroekosistem (zea mays l.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di Kebun Raya
Baturaden, Banyumas. Biosfera 34 (2) : 80-88.

Prasasti, Diwyacitta, Prihastanti, Erma and Izzati, Munifatul. 2014. Perbaikan


Kesuburan Tanah Liat dan Pasir dengan Penambahan Kompos Limbah Sagu
untuk Pertumbuhan Produktivitas Pakcoy. Buletin Anatomi dan Fisiologi
2 (12).

Ramadhan D., Riniarti M. and Santoso T. 2018. Pemanfaatan Cocopeat sebagai


Media Tumbuh Sengon Laut (Paraserianthes falcataria) dan Merbau Darat
(Intsia palembanica). Jurnal Sylva Lestari 6(2):22-31.

Shahabuddin A. A. and Gellang A. Tingkat Serangan dan Jenis Lalat Penggorok


Daun pada Tiga Varietas Bawang Merah di Sulawesi Tengah J. HPT Tropika
12(2):153-161, 2012.

Shahabuddin A. A., Flora P. and Hasriyanty. 2013. Penggorok Daun dan Potensi
Parasitoidnya pada Berbagai Jenis Tanaman Sayuran di Lembah Palu
Sulawesi Tengah. J. HPT Tropika 13(2):133-140.

Simanjuntak P. G. and Heddy Y. B. S. 2018. Respon Tanaman Horenso (Spinacia


Oleraceae L.) Terhadap Media Sebuk Sabut Kelapa (Cocopeat) dan Pupuk
Cair Kotoran Kelinci Jurnal Produksi Tanaman 6(5): 723-728.

Sopadie, Didy. 2013. Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada
Agroekosistem Tropika. Bogor : PT. Perenbit IPB Press.

Suganda Tarkus and Wulandari D. Y. 2018. Curvularia sp. Jamur Patogen Baru
Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Sawi. Jurnal Agrikultura
29(3):119-123.

Sukarman and Dariah, Ai. 2015. Tanah Andosol di Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

UPTH. 2012. Laporan Tahunan UPT Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian
Daerah Sulawesi Tengah

Vivonda Tri., Armaini. and Yoseva Sri. 2016. Optimalisasi Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa. L) Melalui Beberapa Aplikasi
Pupuk Bokashi. JOM Faperta 3(2):1-11, 2016.
Yuliani. 2015. Pemanfaatan MOL (Mikroorganisme Lokal) Keong Mas (Pomoceae
canaliculata) dan Pupuk Organik Untuk Peningkatan Produksi Sawi (Brassica
rapa L.). Jurnal Agroscience 5(2): 7-13, 2015.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas

Deskripsi Pak Choy Varietas Nauli


Asal : PT. East West Seed`Thailand
Silsilah : PC-201 (F) x PC-186 (M)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman : tegak
Tinggi tanaman : 25 – 28 cm
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 8,0 – 9,7 cm
Warna daun : hijau
Bentuk daun : bulat telur
Panjang daun : 17 – 20 cm
Lebar daun : 13 – 16 cm
Bentuk ujung daun : bulat
Panjang tangkai daun : 8 – 9 cm
Lebar tangkai daun : 5 – 7 cm
Warna tangkai daun : hijau
Kerapatan tangkai daun : rapat
Warna mahkota bunga : kuning
Warna kelopak bunga : hijau
Warna tangkai bunga : hijau
Umur panen : 25 – 27 hari setelah tanam
Umur sebelum pembungaan
(bolting) : 45 – 48 hari setelah tanam
Berat per tanaman : 400 – 500 g
Rasa : tidak pahit
Warna biji : hitam kecoklatan
Bentuk biji : bulat
Tekstur biji : halus
Bentuk kotiledon : bulat panjang melebar
Berat 1.000 biji : 2,5 – 2,7 g
Daya simpan pada suhu kamar
(29 – 31 oC siang, 25 – 27 oC malam) : 2 – 3 hari setelah panen
Hasil : 37 – 39 ton/ha
Populasi per hektar : 93.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 350 – 450 g

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi dengan


ketinggian 900 – 1.200 m dpl
Pengusul : PT. East West Seed`Indonesia
Peneliti : Gung Won Hee (PT. East West Seed`Thailand),
Tukiman Misidi, Abdul Kohar (PT. East West
Seed`Indonesia)
Lampiran 2. Denah Lahan

M3 M2 M1
m m m

10 cm 10 cm
Lampiran 3. Perhitungan Pupuk

Persiapan larutan ab mix 1 Liter

¿ 5 ml stok A+5 ml stok B+1 liter air

¿ 1300 ppm

Lampiran 4. Data Pengamatan Semua Parameter dan Perhitungannya

a. Persentase Tumbuh
Perlakuan Persentase Tumbuh (%)
M1 (Tanah) 100 %
M2 (Tanah + Cocopeat) 100 %
M3 (Tanah + Sekam bakar) 100 %
b. Jumlah Daun
Jumlah Daun pada Umur Tanaman (MST)
Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
M1 (Tanah) 1 3 1 3 3
M2 (Tanah + Cocopeat) 1 4 2 2 4
M3 (Tanah + Sekam bakar) 1 3 1 3 2
c. Intensitas Penyakit
Intensitas Penyakit pada Umur Tanaman
Perlakuan (MST)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
M1 (Tanah) 0 0 0 0 0
M2 (Tanah + Cocopeat) 0 0 0 0 0
M3 (Tanah + Sekam bakar) 0 0 0 0 0
d. Keragaman Arthropoda
Nama Serangga Peran Dokumentasi
Nama Umum Nama Ilmiah
Lalat Penggorok Liriomyza spp. Hama
Daun

Laron/Rayap Nasutitermes Serangga lain


matangensis

Belalang Gesonula mundata Hama

Lampiran 5. Logbook Kegiatan

No. Hari, tanggal DeskripsiKegiatan Dokumentasi


1. Minggu, Penanaman
11 Oktober2020
2. Minggu, Perawatan (Penyiraman)
18 Oktober
2029

3. Minggu, Perawatan (Penyiraman


25 Oktober 2020 dan penyiangan)
Minggu, Pengamatan dan
1 November perawatan
2020

5. Minggu, Pemupukan dengan


8 November menggunakan pupuk ab
2020 mix (1300 ppm) pada
pagi hari, penyiraman
dilakukan dua hari sekali
di pagi atau sore hari,
dan pengamatan setiap 3
hari sekali.

6. Minggu, Pemupukan dengan


15 November menggunakan pupuk ab
2020 mix (1300 ppm) pada
pagi hari, penyiraman
dilakukan dua hari sekali
di pagi atau sore hari,
dan pengamatan setiap 3
hari sekali.
7. Minggu, Penyiangan gulma yang
22 November ada pada tiap polybag,
2020 penyiraman dilakukan
dua hari sekali di pagi
atau sore hari, dan
pengamatan setiap 3 hari
sekali.

8. Minggu, Penyiangan gulma yang


29 November ada pada tiap polybag,
2020 penyiraman dilakukan
dua hari sekali di pagi
atau sore hari, dan
pengamatan setiap 3 hari
sekali. Selain itu
dilakukan pengamatan
anthropoda.

Lampiran 6. Dokumentasi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

3 MST
4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

Anda mungkin juga menyukai