Anda di halaman 1dari 7

PERANAN PEMUPUKAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KARET DI POLYBAG

1
Try Koryati ,1Mazlina dan 1Mujiburrahim

1
Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah, Medan
Email : atikmarno@yahoo.co.id

Abstrak

Salah satu keberhasilan pada perkebunan karet adalah bibit yang berkualitas. Penggunaan
bibit unggul dan bermutu untuk komoditas karet terutama pada perkebunan karet merupakan
kendala yang harus diperhatikan dalam meningkatkan produktivitas karet. Untuk
memeperoleh dan menjamin bibit yang unggul maka perlu dilakukan pemupukan. Selain itu
dengan bibit atau bahan tanam yang unggul akan dapat mencegah terjadinya serangan hama
dan penyakit yang akhirnya akan menyebabkan penurunan produks.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui respon pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk majemuk terhadap
pertumbuhan bibit karet. . Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Amir Hamzah, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut
topografi datar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial,
dengan dua faktor yang diteliti yaitu faktor pemberian Kompos (K) dengan 3 taraf : K0 = 0
ton/ha, K1 = 5 ton/ha, K2 = 10 ton/ha dan faktor pupuk majemuk (M) dengan 4 taraf : M 0 = 0
g/polibek, M1 = 2 g/polibek, M2 = 4 g/polibek, M3 = 6 g/polibek, dengan tiga ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi
bibit dan perlakuan terbaik terdapat pada K2 (10 ton/ha), sedangakan pemberian pupuk
majemuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dan total
luas daun bibit karet. Perlakuan terbaik terdapat pada M3 (6 g/polybag).

Kata kunci ; Pemupukan, Kompos, Pupuk majemuk, Bibit Karet.

PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu tanaman perkebunan penting, baik sebagai pendapatan
individu, pendapatan daerah, devisa negara serta sebagai sumber lapangan pekerjaan. Selain
itu tanaman karet juga berfungsi untuk pelestarian lingkungan. Direktorat Jenderal
Perkebunan,(2015) menyatakan selama tujuh tahun terakhir perkembangan luas areal
tanaman karet Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan, namun
peningkatan luas areal karet tidak diikuti peningkatan produktivitas, pada tahun 2014 dan
2015 terjadi penurunan produktivitas karet. Menurut Charloq dan Hot (2005), produktivitas
dan mutu hasil dikendalikan oleh faktor genetis tanaman, oleh karena itu diperlukan tindakan
pengelolaan mutu setiap jenis bahan tanaman yang digunakan.
Bahan tanam yang bagus berasal dari okulasi berupa stum mata tidur, stum mini, stum
tinggi dan bibit okulasi di polybag. Bahan tanam yang paling sering digunakan adalah stum
mata tidur. Stum mata tidur adalah bibit okulasi yang mata okulasinya masih belum tumbuh.
Keuntungan penggunaan stum mata tidur antara lain: waktu penyiapan lebih mudah dan
26
cepat, serta harganya relatif lebih murah, lebih mudah diangkut untuk pengiriman jarak jauh,
namun stum mata tidur memiliki kekurangan antara lain persentase tingkat kematian yang
tinggi berkisar 15%-25% (Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa, 2014). Salah
satu upaya untuk menekan angka kematian bibit dapat dilakukan dengan cara mengatur
persentase naungan dan pemberian air pada stum.
Kebutuhan bibit karet terus meningkat sejalan dengan peningkatan luas areal
perkebunan karet rakyat dan pemerintah. Bibit yang bermutu menjadi kebutuhan masyarakat,
sehingga perlu pengembangan bibit yang berasal dari balai-balai penelitian. Selain sumber
bibit yang baik maka usaha untuk memperoleh bibit yang baik adalah dengan penggunaan
pupuk organik, baik pupuk organik cair maupun padat. Pupuk organik memiliki fungsi dalam
meningkatkan kesuburan tanah, baik fisik maupun biologi tanah. Penggunaan pupuk
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk didefinisikan
sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau ke tajuk tanaman dengan tujuan untuk
melengkapi ketersediaan unsur hara. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik (Novizan,
2010). Penggunaan pupuk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
Menurut Novizan (2010) menyatakan bahwa pupuk didefinisikan sebagai material
yang ditambahkan ke tanah atau ke tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi
ketersediaan unsur hara. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik.Selain pupuk organik
maka perlu ditambahkan unsur hara makro dan mikro yang terdapat dalam pupuk majemuk.
Pupuk majemuk merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan produksi yang
mengandung unsur hara yaitu N, P, K dan Mg yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk ini diperkaya dengan bahan-bahan alamiah yang
mampu menyuburkan tanah, mempercepat penunasan, pembungaan dan pembuahan,
mencegah kelayuan dan kerontokan bunga dan buah serta mampu membuat tanaman lebih
cepat tumbuh dan meningkatkan hasil panen (Anonimus, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengadakan penelitian
mengenai “Peranan Pemupukan terhadap Pertumbhan Bibit Karet (Havea brasiliensis
L.) di Polybag. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pemberian pupuk organik
(kompos) dan pupuk majemuk terhadap pertumbuhan bibit karet.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Amir Hamzah, Medan,
dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut dengan topografi datar.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai dengan Desember 2017. Bahan
dan alat yang digunakan adalah, bibit karet hasil okulasi klon PB 260 dari Pusat penelitian
Karet Medan, kompos, pupuk majemuk, polibek warna hitam ukuran 40 x 50 cm tebal 0,2
mm, Insektisida Sevin 85 SP, Fungisida Dithane M-45, meteran, gembor, handsprayer,
scalipper.
Rancangan penelitian yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan
dua faktor yang diteliti yaitu faktor pemberian Kompos (K) dengan 3 taraf : K0 = 0 ton/ha,
K1 = 5 ton/ha, K2 = 10 ton/ha dan faktor pupuk majemuk (M) dengan 4 taraf : M 0 = 0
g/polibek, M1 = 2 g/polibek, M2 = 4 g/polibek, M3 = 6 g/polibek, dengan tiga ulangan.
Varibel yang diamati berupa tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dan total lua daun.
Pengamatn dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam dengan interval 4 minggu sekali
selama 4 bulan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis secara statistik

27
dengan menggunakan sidik ragam, sedangkan untuk mengamati perbedaan antar perlakuan
maka dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakukan pemberian kompos hanya berpangaruh
nyata pada tinggi tanaman, sedangkan pupuk majemuk berpengaruh nyata, terhadap tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun dan total luas daun. Tidak terdapat interaksi antara
kedua faktor perlakuan terhadap semua parameter yang diamati.pada umur 4 bulan. Rata-rata
tinggi bibit , diameter batang, jumlah daun dan total luas daun pada pemberian kompos dan
pupuk majemuk dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Bbit, Diameter Batang, Jumlah daun dan Luas daun berdasarkan
perlakuan pemberian Kompos dan pupuk majemuk pada umur 4 bln
Perlakuan Tinggi Bibit Diameter Jumlah daun Total Luas
(cm) Batang (mm) (helai) Daun (cm2)
Dosis Kompos
Ko 36.87 b 0.76 17.40 36.20
K1 37.55 ab 0.77 18.32 39.20
K2 39.24 a 0.79 18.38 39.92

Dosis Pupuk
Majemuk
Mo 35.29 b 072 b 16.61 b 35.75 b
M1 37.87 a 0.78 a 17.27 b 36.32 b
M2 38.54 a 0.79 a 18.45 ab 40.70 a
M3 39.85 a 0.80 a 19.79 a 4199 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang sama
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT dan yang tidak bernotasi
menunjukkan tidak berbeda nyata.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan Kompos K2 (10 ton/ha) menunjukkan tinggi
tanaman karet tertinggi pada pertumbuhan bibit karet (39.24 cm) dan berpengaruh nyata
pada perlakuan Ko dan tidak nayat terhadap perlakuan K1. Walaupun perlakuan kompos
tidak menunjukkan berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, jumlah daun dan
total luas daun, namun perlakuan K2 cendrung menunjukkan perlakuan yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pada Tabel 1 juga terlihat perlakuan dosis Pupuk Majemuk berpengaruh nyata
terhadap semua parameter yang diamati. Dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit karet. Bibit tertinggi diperoleh pada perlakuan M3 (6 g/polibek) yaitu 39,85 cm,
yang berbeda nyata pada perlakuan M0 (kontrol), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
M2 (4 g/polibek) dan perlakuan M1 (2 g/polibek)..
Dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit karet.
Diameter batang terbesar diperoleh pada perlakuan M3 (6 g/polibek) yaitu 0,80 mm, yang

28
berbeda nyata pada perlakuan M0 (kontrol), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M 2
(4 g/polibek) dan perlakuan M1 (2 g/polibek).
Dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit karet. Daun
terbanyak diperoleh pada perlakuan M3 (6 g/polibek) yaitu 19,79 helai, yang berbeda nyata
pada perlakuan M0 (kontrol) dan perlakuan M1 (2 g/polibek), tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan M2 (4 g/polibek).Dosis pupuk majemuk juga berpengaruh nyata terhadap
total luas daun bibit karet. Daun terluas diperoleh pada perlakuan M3 (6 g/polibek) yaitu
41,00 cm2, yang berbeda nyata pada perlakuan M0 (kontrol) dan perlakuan M1 (2 g/polibek),
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2 (4 g/polibek).(Tabel 1)

PEMBAHASAN

A.Pengaruh Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Karet

Kompos berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap diameter batang, jumlah daun dan total luas daun bibit karet.Pada penelitian ini diuji
pemberian kompos yaitu 0, 5 dan 10 ton/ha. Pemberian kompos sampai 10 ton/ha (K2) nyata
meningkatkan tinggi bibit, dengan meningkatnya dosis kompos yang diberikan dari 5 ton/ha
(K1) sampai 10 ton/ha (K2), meskipun tidak nyata tetapi meningkatkan diameter batang,
jumlah daun dan luas daun bibit karet.

Hasil penelitian Sudirja, dkk., (2007) bahwa media kompos dapat meningkatkan pH
dan C-organik tanah secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kompos dapat digunakan
sebagai media tanam. Pemberian pupuk organik ternyata dapat memberikan kenaikan
kandungan C-organik tanah karena salah satu dekomposisi dan humifikasi dari bahan organik
adalah “humic substances” yang terbentuk dari hasil degradasi kimia dan biologi dari sisa-
sisa tanaman maupun hewan, serta aktivitas sintesa mikroorganisme.

Pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi bibit, jumlah daun diameter batang dan luas daun
lebih tinggi pada pemberian kompos 10 ton/ha diikuti 5 ton/ha dan 0 ton/ha. Pupuk kompos
meskipun berasal dari tumbuhan banyak mengandung unsur hara terutama N, P, K,
disamping Ca, Mg , Suk, B, Cu , Fe, Mn, Mo dan Zn (Rosmarkam dan Yuwono, 2010).
Unsur hara N dalam kompos sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif, karena
pertumbuhan tanaman didominasi pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman sangat
membutuhkan unsur hara terutama N. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2010) unsur hara
N merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan vegetatif yaitu
membentuk akar, batang dan daun. Nitrogen merupakan komponen dari penyusun asam
amino dan protein yang banyak terdapat sel-sel vegetatif.

Kompos merupakan bahan yang berasal dari sisa organik apa saja (sampah dan sisa
hijauan, dll) yang ditumpuk akan mengalami perubahan, sehingga dapat dipakai sebagai
pupuk. Pembuatan kompos merupakan suatu proses dekomposisi sisa-sisa tanaman. Hasil
analisa kompos menunjukkan pH 7,08%, C (karbon) 7,78%, N 0,75%, C/N 10,37%, P2O5
0,697%, K2O 0,462%, MgO 0,820%.Aplikasi kompos secara langsung sebagai pupuk
dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik, dan KTK tanah. Kompos digunakan
sebagai penambahan unsur hara tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pemanfaatan kompos sebagai pupuk juga dapat menjaga kelembapan tanah yang
bertahan lebih lama, merangsang pertumbuhan akar dan mengurangi suhu tanah

29
(Handayanto, 2008).

B. Pengaruh Pemberian Pupuk Majemuk terhadap Pertumbuhan Bibit Karet

Pemberian dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter
batang, jumlah daun dan total luas daun bibit karet. Pada penelitian ini diuji empat taraf dosis
pupuk majemuk yaitu 0, 2, 4 dan 6 g/polibek. Pemberian pupuk majemuk sampai 6 g/polibek
(M3) nyata meningkatkan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dan total luas daun,
dengan meningkatnya dosis pupuk majemuk yang diberikan dari 2 g/polibek (M 1) sampai 6
g/polibek (M3).

Pemberian pupuk menunjukkan pengaruh yang nyata, semakin meningkat dosis pupuk
majemuk maka semakin meningkat pertumbuhan vegetatif bibit karet. Pertumbuhan tertinggi
diperoleh pada perlakuan 6 g/polibek, yang diikuti 4 g/polibek dan 2 g/polibek. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk 6 g/polibek dapat
menghasilkan pertumbuhan tertinggi, karena dengan pemberian pupuk majemuk maka
tanaman akan memperoleh unsur hara makro yaitu N, P dan K. Menurut Novizan (2010)
tanaman membutuhkan unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur makro dibutuhkan
dalam jumlah banyak, yang tergolong unsur makro adalah N, P, K dan Mg, dan S. Selain itu
pupuk majemuk merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan produksi yang
mengandung unsur hara yaitu N, P, K dan Mg yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk ini diperkaya dengan bahan-bahan
alamiah yang mampu menyuburkan tanah, mempercepat penunasan, pembungaan dan
pembuahan, mencegah kelayuan dan kerontokan bunga dan buah serta mampu membuat
tanaman lebih cepat tumbuh dan meningkatkan hasil panen (Anonimus, 2010)

Unsur N, P dan K dibutuhkan dalam jumlah banyak. Pupuk majemuk


menyumbangkan unsur hara. Unsur ini digunakan tanaman dalam proses pertumbuhan yaitu
N untuk pembentukan protein, dan sangat penting untuk tanaman yang didominasi
pertumbuhan vegetatif. Unsur Kalium berperan dalam translokasi senyawa-senyawa organik
dari daun menuju ke bagian-bagian tanaman yang lain. Posfat berperan dalam proses transfer
energi (Lakitan, 2010).Peningkatan pertumbuhan terjadi karena adanya peningkatan dosis
pupuk karena unsur hara makro dalam berbagai proses yang terdapat dalam proses
metabolisme sel dalam tanaman berperan. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2010) peranan
utama unsur makro tidak dapat digantikan unsur lain.
C. Pengaruh Interaksi Dosis Kompos dan Pupuk Majemuk terhadap Pertumbuhan
Bibit Karet
Interaksi dosis kompos dan pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit karet. Hal ini menunjukkan bahwa baik kompos akan meningkatkan
pertumbuhan karet bila diberi dosis pupuk majemuk yang lebih tinggi yaitu sampai 6
g/polibek. Bibit karet memberikan respon yang baik terhadap pemberian pupuk majemuk.
Tanaman tersebut akan lebih meningkat pertumbuhan bila diberi pupuk majemuk dengan
dosis yang lebih tinggi, sebaliknya pemberian dosis yang lebih rendah maka pertumbuhan
lebih rendah pada dosis kompos yang diberikan, yaitu 10 ton/ha.

30
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahawa perlakuan kompos berpengaruh
nyata terhadap tinggi bibit, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, jumlah
daun dan total luas daun bibit karet. Perlakuan terbaik terdapat pada K2 (10 ton/ha).
Pemberian dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang,
jumlah daun dan total luas daun bibit karet. Perlakuan terbaik terdapat pada M3 (6
g/polybag).Interaksi dosis kompos dan pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit karet.
Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkandengan penelitian dosis masing-masing pupuk yang lebih
tinggi dari penelitian yang sudah dilakukan, karena belum terdapat dosis yang optimum dari
perlakuan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Brosur Pupuk NPK. CV. Berkat Jaya. Medan.


________. 2011. Vademikum. Budidaya Karet. PT. Perkebunan Nusantara III. Medan.
Charloq dan H. Setiado. 2005. Analisis Stres Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Unggul
(Hevea brasiliensis Muell Arg.). Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal
Komunikasi Penelitian 17 (6) : 52-56.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2014 – 2016 Karet.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2010. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Rajawali
Press. Jakarta.
Handayanto, S. 2008. Pengelolaan Kesuburan Tanah secara Biologi untuk Menuju Sistem
Pertanian Sustainable. Habitat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Lakitan, B. 2010. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
Novizan. 2010. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa. 2014. Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa, Sumatera Selatan.
Rosmarkam, dan N. W. Yuwono. 2010. Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

31
Sudirja, R., A. Solihin., S. Rosniawaty dan Novi. 2007. Respons Beberapa Sifat Kimia
Fluventic Eutrudepts Melalui Pendayagunaan Limbah Kakao dan Berbagai Jenis Pupuk
Organik. Prosiding PERAGI, 15-17 Nov, Bandung.
Suherman, C. 2007. Pengaruh Campuran Tanah Lapisan Bawah (Subsoil) dan Kompos
sebagai Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Kultivar Sungai Pancur 2 (SP 2) di Pembibitan Awal. Prosiding PERAGI, 15-17
Nov, Bandung.
Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai