Anda di halaman 1dari 26

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu, Kecamatan

Kepenuhan Hulu, Desa Pekan Tebih, RW 03 RT 04 di kebun percobaan SMK

Negeri 1 Kepenuhan Hulu.

Gambar 16. Lokasi Penelitian


Lahan penelitian dikebun percobaan SMK Negeri 1 kepenuhan hulu

memiliki pH awal 6,7 dengan kondisi topografi tanar yang mendatar, dikelilingi

pohon sawit, karet dan gedung sekolah.

Penelitian berlangsung pada bulan Februari hingga April 2021, bulan

Februari melakukan pengolahan tanah dan penanaman dilakukan pada tanggal 01

di awal bulan Maret Tahun 2021 saat curah hujan 93 mm (Tabel 1). Curah hujan

pada saat penelitian tercatat, yaitu 93 mm pada bulan Maret dan 148 pada bulan

April (Anonymous, 2021).

Tabel 1. Data curah hujan bulan Maret-April 2021


PENGAMATAN
BULAN
Temperatur (0C) Curah Hujan (mm)
Maret 23,6 93
April 23,6 148
Sumber: Anonymous, 2021

24
Hama yang menyerang tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) yaitu

hama belalang (Dissosteira carolin) dan ulat penggulung daun (Lamprosema

indicata) terlihat pada (Gambar 17).

a b c
Gambar 17. Hama Belalang (a) dan Hama Penggulung Daun (b) Penyakit bercak
daun (c)
Menyebabkan daun sobek pada ujung daun atau tepi daun kacang hijau,

sehingg pada daun terdapat lubang-lubang bekas gigitan penyebab hama belalang.

Intensitas dan jenis serangan hama tersebut antara lain belalang hijau, belalang

coklat dan belalang lancip (Tarigan, 2006). Sedangkan menggulung daun

kemudian memakan daun dari dalam adalah ciri hama penggulung daun.

Pengendalian terhadap hama belalang (Dissosteira carolin) dan ulat penggulung

daun (Lamprosema indicata L.) dilakukan dengan menyemprotkan insektisida

merek produksi Convidor 5 WP dengan konsentrasi 1,5 ml per liter.

Penyakit yang meyerang tanaman kacang hijau yaitu bercak daun yang

disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens (Gambar 17). Pada awal

serangan penyakit bercak daun terjadi pada daun tua, lalu bercak menyebar ke

seluruh daun, bercak berbentuk bulat dan tidak beraturan dan menyerang pada

saat tanaman berumur 45-70 HST. Pengendalian dilakukan dengan

menyemprotkan fungisida merek produksi antracol 70 WP dengan konsentrasi 2 g

per liter air.

25
4.2. Keragaman dan Nilai Tengah

4.2.1. Daya Tumbuh (%)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan nilai tengah

daya tumbuh tanaman kacang hijau antara induk dengan progeni M7-18-3-1-6,

M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.a). Besarnya rata-

rata daya tumbuh disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase rata-rata daya tumbuh tanaman kacang hijau induk dan
progeni M7.
Populasi Jumlah Tanaman yang Tumbuh Rata-rata Daya Tumbuh (%)
Induk 455 90,91 a
M7-18-3-1-6 2.127 85,08 a
M7-18-3-1-
2.255 86,73 a
17
M7-18-3-1-
2.194 84,38 a
18
M7-18-3-1-
1.662 83,10 a
19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2. menunjukan bahwa persentase daya tumbuh pada tanaman induk

tidak berbeda nyata dengan progeni M7. Tanaman induk yang dapat bertahan

hidup hingga masa panen berjumlah 455 tanaman dari 500 biji kacang hijau yang

ditanam. Tanaman hasil progeni M7 dari 9.700 biji kacang hijau yang ditanam

hanya 8.238 tanaman yang mampu tumbuh dan bertahan hidup hingga masa

panen. Kisaran daya tumbuh tanaman progeni memiliki kemampuan tumbuh

83,10% - 86,73%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tanaman kacang

hijau galur Kampar asli mampu 90.91% lebih baik dari tanaman kacang hijau

progeni M7 hasil radiasi gamma.

Fiatin (2014), menyatakan bahwa penurunan pesentase daya tumbuh dapat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak optimum seperti cekaman, curah

26
hujan yang tinggi, suhu siang dan malam yang ekstrem, dan pengaruh radiasi sinar

gamma. Penerapan teknologi radiasi pada benih-benih tersebut kemungkinan

dapat diterapkan karena elektron dari radiasi dapat meningkatkan metabolisme

yang diperlukan selama perkecambahan, radiasi ionisasi juga dapat merubah

struktur molekul lemak pada membran sel sehingga perkecambahan dapat

diperbaiki (Sianipar, 2013).

4.2.2. Waktu Berbunga (HST)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah umur

berbunga antara Induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-

18 dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.b). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai

tengah dan koefisien keragaman umur berbunga disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV waktu
berbunga tanaman kacang hijau induk dan progeni M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (HST) 32.90 c 31.18 a 32.58 b 32.60 b 32.60 b


Kisaran (HST) 30-33 31-32 32-33 32-33 32-33
Keragaman 0.00 0.03 0.06 0.02 0.03
KK (%) 0.17 0.57 0.77 0.48 0.56
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV  17,70*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 3 menunjukkan bahwa ada perubahan rata-rata umur berbunga

tanaman kacang hijau induk dengan progeni M7. Genrasi M7-18-3-1-6 lebih cepat

berbunga rata-rata hari ke 31 dibandingkan M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan

M7-18-3-1-19. Nilai keragaman pada progeni M7-18-3-1-17 besar dibandingkan

dengan induk, walaupun kisaran umur berbunga pada empat progeni relatif

hampir sama. Uji HOV menunjukkan Fhit signifikan yang memberikan indikasi

27
bahwa variabilitas tanaman induk dengan empat progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-

1-17, M7-18-3-1-18, M7-18-3-1-19 berbeda antara populasi progeni disebut tidak

homogen / beragam.

Damayanti (2020), melaporkan bahwa progeni M6 (M6-18-3-1-19, M6-18-

3-1-18, M6-18-3-1-17 dan M6-18-3-1-6) menghasilkan waktu muncul bunga pada

tanaman kacang hijau lebih cepat dari tanaman induk. Hasil yang sama juga

dilaporkan Herman et al. (2015), bahwa radiasi sinar gamma menyebabkan

tanaman kacang hijau progeni kedua galur G1, G2 dan G6 mengalami umur

berbunga yang lebih cepat dihari 31 HST.

Umur berbunga tanaman kacang hijau dapat digunakan sebagai indikasi

lamanya waktu polong tanaman akan masak, semakin cepat bunga muncul maka

dapat diperkirakan bahwa waktu polong masak juga akan semakin cepat.

Sumpena et al. (2013), menyatakan bahwa umur berbunga dapat dipengaruhi oleh

faktor genetik, kondisi lingkungan dan interaksi antara lingkungan serta varietas

yang telah ditanam.

Data ini menyatakan bahwa karakter umur berbunga dapat dijadikan

sebagai kriteria seleksi, kegiatan seleksi efektif dilakukan pada progeni lanjut

(M7-18-3-1-6). Keragaman yang luas memberikan peluang yang baik dalam

proses seleksi terhadap sifat yang diharapkan bagi pemuliaan tanaman. Semakin

beragam nilai populasi maka semakin tinggi frekuensi gen yang diinginkan

pemuliaan, sehingga kesempatan untuk mendapatkan genotipe yang lebih baik

melalui seleksi semakin besar. Sebaliknya bila nilai ragam genetik sempit, maka

individu dalam populasi cenderung seragam, sehingga seleksi untuk perbaikan

sifat menjadi kurang efektif.

28
4.2.3. Jumlah Cabang Per Tanaman (cabang)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai

tengah jumlah cabang per tanaman Induk dengan tanaman progeni M7-18-3-1-6,

M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.c). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah cabang primer

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV


jumlah cabang per tanaman tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (cabang) 2.84 a 4.86 b 4.57 b 4.37 b 3.22 a


Kisaran (cabang) 2,13-3,30 3,98-7,83 3,54-6,24 3,50-6,63 2,36-4,19
Keragaman 0.24 0.69 0.51 0.44 0.23
KK (%) 17.32 17.11 15.68 15.20 14.93
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 175,38*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah cabang tanaman kacang hijau hasil

induk berbeda nyata dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18

kecuali M7-18-3-1-19. Nilai keragaman dan koefisien keragaman (KK) pada

tanaman kacang hijau progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17 dan M7-18-3-1-18

cendrung lebih besar dibanding M7-18-3-1-19 dan induk. Analisis HOV

memperlihatkan nilai F hit lebih kecil dari F tabel yang signifikan menunjukkan

keragaman induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18, M7-18-

3-1-19 dan induk adalah heterogen antara satu populasi dengan yang lain. Hal ini

memberikan indikasi tanaman M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19 relatif beragam, sehingga memerlukan seleksi lanjut.

29
Keragaman hampir sama nilainya tetapi koefisien keragaman cukup besar

antara populasi progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18, hal ini

memberikan kesempatan kepada pemulia untuk melanjutkan seleksi terhadap

tinggi tanaman kacang hijau sesuai dengan keinginan. Kisaran nilai juga

menunjukkan bahwa jumlah cabang pada progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17 dan

M7-18-3-1-18 lebih tinggi dibanding progeni M7-18-3-1-19 dan induk.

Meningkatnya jumlah cabang tanaman akan menyebabkan jumlah polong

per tanaman diharapkan akan meningkat. Jumlah cabang diduga berpengaruh

terhadap hasil yang berkaitan dengan jumlah bunga yang terbentuk tetapi hal ini

akan ditentukan oleh jumlah cabang produktif dan persentase bunga yang

membentuk polong. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Hanafiah et al. (2011),

bahwa populasi M1 hasil radiasi dengan sinar gamma memiliki rata-rata jumlah

cabang yang lebih banyak dibandingkan dengan populasi tanaman yang tidak

diradiasi dan ini sangat menentukan jumlah polong yang akan terbentuk.

Damayanti (2020), menunjukkan bahwa progeni M6-18-3-1-6, M6-18-3-

1-17 dan M6-18-3-1-19 memiliki jumlah cabang utama yang tidak berbeda nyata

dengan tanaman induk, rata-rata jumlah cabang tanaman progeni M6 (2,39),

sedikit lebih banyak dari cabang utama tanaman induk (2,32). Fiatin (2014),

melaporkan bahwa perlakuan radiasi sinar gamma meningkatkan jumlah cabang

tanaman M1 tetapi terdapat banyak cabang yang tidak produktif karena polong

tidak terbentuk dan bunga tidak berkembang. Penurunan jumlah cabang pada

progeni M7 disebabkan karena tidak semua tanaman menghasilkan percabangan

yang banyak, hal ini diuga karena pengaruh dari genetik tanaman.

30
4.2.4. Tinggi Tanaman (cm)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah

tinggi tanaman antara Induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17 dan M7-

18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19. (Lampiran 2.d). Besarnya nilai keragaman, kisaran,

nilai tengah dan koefisien keragaman tinggi tanaman disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV


tinggi tanaman kacang hijau induk dan progeni M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (cm) 92.18a 85.14bc 80.91c 80.41c 89.13ab


Kisaran (cm) 83,6-103,3 63,4-104,1 68,1-90,2 71,3-91,4 75,8-103,4
Keragaman 79.98 134.27 33.66 26.75 65.55
KK (%) 9.70 13.61 7.17 6.43 9.08
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV  112,93*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 5. Menunjukkan bahwa tinggi tanaman rata-rata induk berbeda

dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17 dan M7-18-3-1-18. Namun tidak

berbeda pada progeni M7-18-3-1-19. Nilai keragaman dan koefisien keragaman

(KK) antar ke empat progeni hampir setara walaupun kisaran nilai cenderung

lebih besar pada populasi tanaman progeni M7. Analisis keseragaman varians

(HOV) menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel yang mengindikasikan

keragaman populasi progeni M7 dan induk relatif tidak seragam.

Walaupun keragaman hampir sama nilainya tapi kisaran nilai cukup besar

pada induk dan progeni M7. Rata-rata tinggi tanaman progeni M7 seluruh populasi

menunjukkan angka paling rendah 80,41 cm, hal ini disebabkan galur induk lokal

riau kampar memiliki sifat tanaman yang tinggi (Yanti, 2019). Hal ini

memberikan kesempatan kepada pemulia untuk melanjutkan seleksi terhadap

31
tinggi tanaman kacang hijau sesuai dengan keinginan dengan mempertimbangkan

karakter yang ingin diperbaiki, seperti komponen hasil dan waktu panen. Tinggi

tanaman yang diinginkan yaitu tidak terlalu tingi karena akan berhubungan

dengan pelaksanaan panen.

Besarnya kisaran antara tanaman tinggi dengan tanaman rendah pada

progeni M2 dan M3 adalah karena mutasi menggunakan radiasi sinar gamma

bersifat merusak bahagian dalam sel sehingga menimbulkan ketidakseragaman

pertumbuhan tanaman yang dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya

parameter tinggi tanaman (Gitaputri et al., 2018). Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman kacang hijau

dibandingkan dengan induk setelah adanya radiasi sinar gamma (Fiatin, 2014).

Roslim et al. (2015), melaporkan bahwa radiasi sinar gamma mampu

meningkatkan tinggi tanaman kacang hijau mutan M1 dibanding tetua sekitar 3,5

cm. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Triyaningsih (2017), dimana radiasi sinar

gamma menyebabkan tinggi tanaman kacang hijau mutan M2 lebih tinggi

dibanding tetua sekitar 13 cm.

Meliala et al., (2016) tanaman yang tidak terlalu tinggi merupakan sasaran

dari kebanyakan seorang pemulia tanaman. Balai Penelitian Tanaman Aneka

Kacang dan Umbi (2016) melaporkan bahwa tinggi tanaman varietas unggul

kacang hijau: 30-80 cm. Hasil penelitian Hakim (2007), menunjukkan bahwa

kacang hijau galur mutan M4 tinggi tanamannya berkisar antara 21-95 cm dengan

rata-rata 58 cm, dimana genotipe kacang hijau yang tanamannya tidak terlalu

tinggi atau sedang disarankan untuk dijadikan sebagai tujuan seleksi dalam

program perakitan kacang hijau.

32
4.2.5. Umur Panen (HST)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah umur

panen antara tanaman kacang hijau Induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-

1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.e). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman umur panen disajikan

pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV


umur panen tanaman kacang hijau induk dan progeni M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (HST) 66.13 a 60.24 c 65.65 b 65.65 b 65.65 b


Kisaran (HST) 66-67 60-61 65-66 65-66 65-66
Keragaman 0.04 0.19 0.24 0.24 0.24
KK (%) 0.30 0.72 0.74 0.74 0.75
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 27,98*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 6 menunjukkan bahwa umur panen tanaman induk berbeda dengan

progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19.. Nilai

keragaman antar induk dan empat progeni lainnya juga hampir setara, berbeda

dengan progeni M7-18-3-1-6 umur panen lebih cepat (60,24 HST). Sedangkan

progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 memilki

angka sedikit tinggi dari pada induk demikian pula dengan nilai kisaran cenderung

sama antar empat progeni. Nilai koefisien keragaman (KK) juga hampir setara.

Hal ini menandakan keragaman progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-

18 dan M7-18-3-1-19 relatif seragam namun berbeda dengan induk.

Hasil penelitian Damayanti (2020), menunjukkan terjadi percepatan umur

panen lebih cepat antara kacang hijau progeni M6 hasil radiasi sinar gamma galur

33
M6-18-3-1-19 dan M6-18-3-1-6 dengan induk, umur panen tanaman mutan lebih

cepat dibandingkan dengan tanaman induk. Umur panen tanaman progeni M6-

18-3-1-19 dan M6-18-3-1-6 yaitu 66,46 – 67,43 HST sedangkan pada tanaman

induk 68,53 HST. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik (varietas) dan

lingkungan, seperti perbedaan iklim lingkungan dan ketinggian tempat

(Fachruddin, 2000).

Kacang hijau progeni M7 telah memiliki sifat umur polong masak yang

hampir serempak dalam satu populasi namun tidak serempak dengan progeni

populasi lainnya. Hal ini disebabkan karena masa pematangan antar polong dalam

satu tanaman kacang hijau yang tidak sama sehingga memerlukan beberapa kali

panen. Umur panen 50% adalah keadaan 50% polong dalam satu plot penelitian

sudah matang. Polong yang matang ditandai dengan warna kulit yang hitam atau

cokelat kehitaman. Progeni M7 kacang hijau ini juga telah memiliki sifat polong

yang tidak mudah pecah ketika masak, sehingga pemanenan dapat dilakukan

ketika polong dalam satu tangkai yang sama telah masak.

Umur panen pada tanaman progeni M7 telah terjadi percepatan dari

keturunan sebelumnya (M6), dimana pada penelitian ini umur panen tanaman

progeni M7 (60,24 HST) lebih cepat dibandingkan dengan tanaman progeni M6

(67,43 HST) yang diteliti oleh (Damayanti, 2020). Hal ini terjadi karena pada fase

pembungaan (Tabel 2) lebih cepat, sehingga pematangan buah tanaman progeni

M7 cepat masak. Pasaribu (2020) menyatakan bahwa suhu mempengaruhi

pembungaan dan umur polong masak, kondisi lingkungan dengan suhu dingin

atau panas akan mempengaruhi penundaan pembungaan dan umur polong masak,

sebaliknya suhu hangat akan mempercepat.

34
4.2.6. Warna Polong

Pengamatan warna polong dilakukan setelah panen meliputi warna polong

hitam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna polong masak seragam

berwarna hitam, (Gambar 18). Warna polong terbentuk dari hasil ekspresi warna

yang dihasilkan oleh plastida yang terdapat di dalam sel tanaman.

a b

a b

c d

a b

Gambar 18. Warna polong tanaman: (a) M7-18-3-1-6, (b) M7-18-3-1-17, (c) M7-
18-3-1-18 dan (d) M7-18-3-1-19 (e) Induk

35
Berikut ini adalah jumlah hasil pengamatan warna polong tanaman kacang

hijau induk dan progeni M7 (M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18, M7-18-

3-1-19) yang diamati pada saat panen (Tabel 7).

Tabel 7. Rata-rata warna polong tanaman kacang hijau induk dengan M7.
Warna Polong Masak (%)
Progeni
Coklat Coklat Tua Hitam
M7-18-3-1-6 0 0 100
M7-18-3-1-17 0 0 100
M7-18-3-1-18 0 0 100
M7-18-3-1-19 0 0 100
Induk 0 0 100

Warna polong induk dan progeni M7 terlihat secara keseluruhan polong

berwarna hitam. Hal ini menyatakan keseragaman warna polong progeni M7 telah

seragam. Menurut Desnilia (2014), karakteristik warna polong salah satu karakter

yang penting dalam petani walaupun tidak mempengaruhi daya hasil tanaman,

namun menentukan selera konsumen. Polong pada tanaman kacang hijau

sebelumnya progeni M6 memiliki warna yang bervariasi dan berbeda dengan

induk yang berwarna hitam.

Perubahan warna polong dari keturunan sebelumnya progeni M6 ke

progeni M7 tidak ditemukan lagi polong berwarna cokelat dan coklat tua seperti

yang telah dilaporakan oleh Triyaningsih (2017), bahwa pada keturunan galur M2

variasi warna yang meliputi warna cokelat jerami, cokelat berbelang hitam,

cokelat berbintik hitam, cokelat kehitaman dan hitam. Pengurangan jumlah variasi

warna ini diduga karena adanya pemulihan mutasi atau reverse mutation sehingga

gen tanaman mutan mendekati gen aslinya. Reverse mutation biasanya dapat

memperbaiki mutasi titik atau mutasi yang hanya merubah urutan nukleotida dan

tidak merubah jumlah kromosom (Warmadewi, 2017).

36
4.2.7. Jumlah Polong Per Tanaman (buah)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tengah jumlah

polong antara induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18

dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.f). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah

dan koefisien keragaman jumlah polong disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV


jumlah polong per tanaman tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (buah) 20,51 a 18,80 ab 18,22 ab 16,94 b 16,40 b


Kisaran (buah) 15,3-24,7 15,1-31,0 13,9-29,0 13,6-25,6 13,1-20,5
Keragaman 15,83 11,56 12,24 6,51 3,82
KK (%) 19,40 18,08 19,20 15,06 11,92
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV  197,41*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah polong tanaman kacang hijau induk

dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19

berbeda. Nilai keragaman dan kisaran jumlah polong tanaman populasi induk

lebih besar dibanding progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan

M7-18-3-1-19 selain itu, koefisien keragamannya (KK) lebih besar pada induk

dan progeni M7, kecuali progeny M7-18-3-1-6 menunjukkan angka mendekati

induk. Uji homogenitas juga menunjukkan nilai F hitung yang sangat signifikan.

Hal ini memberikan informasi ketidak homogenan varians antara induk dengan

progeni M7.

Damayati (2020), menunjukkan bahwa progeni M6 dengan jumlah polong

per tanaman yang berbeda nyata dengan tanaman induk dengan progeni M6-18-3-

1-17, M6-18-3-1-18 dan M6-18-3-1-19. Hanafiah et al. (2011) melaporkan bahwa

37
pengaruh radiasi sinar gamma menyebabkan rata-rata jumlah polong kedelai yang

tinggi pada populasi hasil radiasi dibandingkan populasi induk dengan

peningkatan yang bervariasi. Pada rata-rata jumlah biji, populasi hasil radiasi

memiliki rata-rata tertinggi dibandingkan dengan populasi induk.

Menurut Garg et al. (2017), Karakter hasil penen, jumlah polong per

tanaman, panjang polong, dan hasil panen merupakan salah satu kriteria seleksi

yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan hasil pada

komoditas kacang hijau. Sulistyo dan Yuliasti (2013) melaporkan bahwa

perlakuan radiasi sinar gamma yang diberikan dan kegiatan seleksi yang telah

dilakukan hanya mampu menghasilkan galur-galur mutan dengan produktivitas

yang setara dengan tetua asal.

Walaupun jumlah cabang lebih banyak pada tanaman hasil progeni mutasi

(Tabel 3) namun jumlah polong tidak ikut bertambah pada progeni mutan

tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh partisi asimilat ke polong untuk pengisian

polong berkurang karena sebagian besar telah digunakan untuk pembentukan

cabang. Sarawa dan Baco (2014), mengemukakan bahwa pesatnya pertumbuhan

vegetatif dapat menyebabkan terjadi persaingan dalam memperoleh fotosintat, dan

jika terjadi dominasi vegetatif maka pertumbuhan generatif akan terhambat. Pola

distribusi fotosintat bukan hanya ditentukan secara genetik akan tetapi faktor

hormonal maupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Nurtjahjaningsih et

al. (2014), menyatakan bahwa nilai keragaman genetik sering dikaitkan dengan

ukuran suatu populasi dimana populasi yang ukurannya lebih kecil dapat menjadi

salah satu faktor penyebab rendahnya nilai keragaman genetik populasi tersebut.

38
4.2.8. Panjang Polong (cm)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah

panjang polong Induk dengan M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan

M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.g). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah

dan koefisien keragaman panjang polong disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung


homogeneity panjang polong tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (cm) 8,60 a 10,16 a 10,94 a 10,79 a 9,79 a


Kisaran (cm) 5,8-10,4 7,2-13,3 7,2-15,8 7,8-16,0 6,6-13,8
Keragaman 3,44 2,68 5,77 4,20 4,05
KK (%) 21,56 16,11 21,95 18,98 20,55
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 86,62*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 9 menunjukkan bahwa panjang polong tanaman kacang hijau induk

lebih pendek dibanding tanaman kacang hijau progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-

17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19. Nilai kisaran panjang polong sempit pada

tanaman induk dibanding M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19. Keragaman tanaman induk, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-

3-1-19 lebih besar dibanding M7-18-3-1-6. Koefisien keragaman panjang polong

induk, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 lebih tinggi dibanding

M7-18-3-1-18. Nilai uji homogenitas varians induk dan progeni M7 menunjukkan

F hitung yang signifikan. Hal ini menandakan keragaman induk dan progeni M7

relatif beragam, sehingga masih perlu seleksi yang ketat terhadap karakter panjang

polong tanaman kacang hijau.

Hasil penelitian Triyaningsih (2017), menunjukkan bahwa radiasi sinar

39
gamma tidak menambah ukuran panjang polong pada kacang hijau M 2. Panjang

polong yang dihasilkan tanaman M2 berkisar antara 9,39-11,29 cm lebih pendek

dibandingkan dengan polong tanaman induk dengan rata-rata panjang polong

11,81 cm. Hakim (2007), memiliki panjang polong pada galur mutan M4 berkisar

9,5 cm. Dengan demikian panjang polong pada progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-

17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 lebih panjang dari hasil penelitian

sebelumnya.

4.2.9. Jumlah Biji Per Polong (biji)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan nilai tengah

jumlah biji per polong tanaman kacang hijau Induk dengan progeni M7-18-3-1-6,

M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.h). Besarnya nilai

keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah biji per polong

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung


homogeneity jumlah biji per polong tanaman kacang hijau induk dan
progeni M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (biji) 8,70 a 10,30 a 10,64 a 10,76 a 9,93 a


Kisaran (biji) 6,0-10,4 7,6-13,3 8,4-13,4 7,9-15,1 7,2-13,5
Keragaman 3,32 2,22 2,06 3,04 3,34
KK (%) 20,95 14,46 13,47 16,21 18,41
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 62,04*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah biji per polong tanaman kacang

hijau induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19 tidak berbeda. Nilai kisaran jumlah biji per polong sempit pada

40
tanaman induk dibanding M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19. Keragaman tanaman induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-

1-19 lebih besar dibanding M7-18-3-1-17. Koefisien keragaman jumlah biji per

polong induk, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 lebih tinggi

dibanding M7-18-3-1-6. Nilai uji homogenitas varians progeni M7 menunjukkan

F hitung yang signifikan. Hal ini menandakan keragaman populasi induk, M7-18-

3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 relatif beragam.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kisaran jumlah

biji per polong pada tanaman kacang hijau tinggi pada progeni M7-18-3-1-18

yaitu 7,9-15,10 dibandingkan dengan tanaman induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17

dan M7-18-3-1-19. Yanti (2017), melaporkan bahwa jumlah biji per polong

tanaman kacang hijau pada progeni M2 dan M3 lebih tinggi dibandingkan dengan

tanaman induk. Hanafiah et al. (2011), melaporkan bahwa radiasi sinar gamma

nyata terhadap jumlah biji per polong yang dihasilkan tanaman kedelai. Jumlah

biji yang dihasilkan tanaman kedelai yang diberi sinar gamma lebih tinggi

dibandingkan tanaman induk.

Fiatin (2014), melaporkan bahwa radiasi sinar gamma menaikkan jumlah

polong tetapi menghasilkan ukuran polong yang pendek sehingga menghasilkan

jumlah biji per polong yang lebih sedikit tetapi ukuran biji yang lebih besar

dibandingkan dengan tanaman induk. Triyaningsih (2017), menjelaskan bahwa

radiasi sianr gamma menyebabkan penuruan jumlah biji per polong pada tanaman

kacang hijau progeni M2.

4.2.10. Warna Biji

41
Pengamatan warna biji dilakukan pada saaat setelah panen dengan kriteria

meliputi warna biji, kilau kusam dan kilau. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa warna biji seluruh generasi induk dan progeni M7 seragam berwarna kilau,

(Gambar 19).

a b

a b

c d

a b

e
Gambar 19. Warna biji tanaman: (a) M7-18-3-1-6, (b) M7-18-3-1-17, (c) M7-18-
3-1-18 dan (d) M7-18-3-1-19 (e) Induk.

Warna biji yang diamati pada penelitian ini menunjukkan keseragaman

42
warna kilau antara induk dan progeni M7, hal ini merupakan karakter yang sangat

penting untuk dipertimbangkan guna didapatkannya varietas yang diinginkan

pemuliaan tanaman. Pengamatan warna biji pada induk dan progeni M7 (M7-18-

3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19) rata-rata keseluruhan

homogen/seragam.

Berikut ini adalah jumlah hasil pengamatan karakter kualitatif warna biji

tanaman kacang hijau induk dan progeni M7 (M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-

18-3-1-18, M7-18-3-1-19) yang diamati pada saat panen (Tabel 11).

Tabel 11. Rata-rata warna biji tanaman kacang hijau induk dengan M7.
Warna biji (%)
Progeni
Kilau Kusam Kilau
M7-18-3-1-6 0 100
M7-18-3-1-17 0 100
M7-18-3-1-18 0 100
M7-18-3-1-19 0 100
Induk 0 100

Tanaman induk dan progeni M7 warna biji kacang hijau 100% berwarna

kilau. Hal ini telah dilihat dari penelitian sebelumnya, variasi keseragaman warna

biji ditemukan sejak keturunan M6 yang diteliti oleh Damayanti (2020).

Selanjutnya penelitian Herman (2016) yang melaporkan bahwa warna kulit biji

pada tanaman G4 yaitu kilau kusam dan kilau.

Pratiwi (2015), melaporkan warna biji pada tanaman G3 yaitu galur G0

berwarna kilap kusam dan G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7 dan G8 berwarna kilap.

Keseragaman warna biji kacang hijau induk dan progeni M7 berwarna kilau

diduga terjadi karena pemulihan mutasi atau reverse mutation sehingga gen

tanaman mutan mendekati gen aslinya.

4.2.11. Jumlah Biji Per Tanaman (biji)

43
Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah

jumlah biji per tanaman antara Induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18

dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.i). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah

dan koefisien keragaman jumlah biji per polong disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung


homogeneity jumlah biji per tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (biji) 174,14 ab 193,17 a 191,68 a 180,86 ab 161,48 b


Kisaran (biji) 140,3-215,2 140,7-328,5 143,8-295,2 134,9-252,5 120,9-226,0
Keragaman 871,33 1840,15 1071,86 980,21 817,87
KK (%) 16,95 22,21 17,08 17,31 17,71
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 96,47*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 12. Menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman kacang hijau M7-

18-3-1-19 lebih sedikit dibanding tanaman kacang hijau progeni M7-18-3-1-6,

M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan induk. Nilai kisaran jumlah biji per tanaman

sempit pada tanaman induk dibanding M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-

18 dan M7-18-3-1-19. Keragaman tanaman induk, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18

dan M7-18-3-1-6 lebih besar dibanding M7-18-3-1-19. Koefisien keragaman

jumlah biji per tanaman M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-

3-1-19 lebih tinggi dibanding induk. Berdasarkan analisis HOV terlihat bahwa

keragaman populasi tanaman kacang hijau tanaman induk, M7-18-3-1-6, M7-18-

3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 tidak seragam dengan nilai F hitung

lebih besar dari F tabel.

Kisaran jumlah biji per tanaman cukup besar pada progeni M7-18-3-1-6.

Hal ini memberikan kesempatan kepada pemulia untuk melakukan seleksi

44
terhadap jumlah biji per tanaman kacang hijau untuk progeni M8. Namun begitu,

perlu mempertimbangkan karakter lain dari tanaman kacang hijau, karena jumlah

biji yang dihasilkan tanaman berkaitan dengan panjang polong, sehingga harus

melihat karakter lain pada tanaman.

Hastuti et al. (2018), melaporkan bahwa jumlah biji per tanaman kacang

hijau tergantung pada jumlah polong yang dihasilkan, semakin banyak polong

maka biji yang dihasilkan semakin banyak. Menurut Garg et al. (2017) Karakter

hasil penen, jumlah polong per tanaman merupakan salah satu kriteria seleksi

yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan hasil pada

komoditas kacang hijau. Alfarisi et al. (2018) melaporkan bahwa radiasi sinar

gamma berpengaruh terhadap jumlah biji per tanaman tanaman kedelai mutan M3.

jumlah biji per tanaman yang diberikan radiasi sinar gamma menunjukkan hasil

yang positif, dimana ada beberapa tanaman yang mengalami peningkatan

produksi.

4.2.12. Berat Biji Per Tanaman (g)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah

berat biji per tanaman antara Induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18

dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.j). Besarnya nilai rata-rata, keragaman, kisaran,

nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah biji per tanaman disajikan pada

Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung


homogeneity berat biji per tanaman tanaman kacang hijau induk dan
progeni M7.

45
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (g) 12,99 c 15,98 ab 17,20 a 15,83 ab 13,77 bc


Kisaran (g) 10,7-15,7 11,7-25,8 12,7-26,6 11,5-22,5 9,9-19,7
Keragaman 3,94 12,35 9,33 8,80 7,33
KK (%) 15,27 22,00 17,76 18,74 19,66
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 80,74*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 13 menunjukkan bahwa berat biji per tanaman kacang hijau induk

dan M7-18-3-1-19 berat biji per tanaman ringan dibanding tanaman kacang hijau

progeni M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-6 dan M7-18-3-1-18. Nilai kisaran berat biji

per tanaman sempit pada tanaman induk dan M7-18-3-1-19 dibanding M7-18-3-1-

6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18. Keragaman tanaman M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-

17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 lebih besar dibanding induk. Koefisien

keragaman berat biji per tanaman M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan

M7-18-3-1-19 lebih tinggi dibanding tanaman induk. Berdasarkan analisis HOV

terlihat bahwa keragaman populasi tanaman kacang hijau tanaman induk, M7-18-

3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 tidak seragam dengan

nilai F hitung lebih besar dari F tabel.

Rata-rata jumlah biji progeni M7 menunjukkan lebih tinggi dari pada

tanaman induk kecuali progeni M7-18-3-1-19 memliki rata-rata yang rendah

13,77 gram. Triyaningsih (2017), melaporkan bahwa radiasi sinar gamma

meningkatkan bobot biji per tanaman kacang hijau mutan M2 dibandingkan

tanaman induk (tetua). Populasi induk memiliki rata-rata bobot biji per tanaman

13,10 g, sedangkan mutan progeni M2 memiliki rata-rata bobot biji per tanaman

18,83 g. Alfarisi et al. (2018), menyatakan bahwa rataan bobot biji per tanaman

46
tertinggi pada tanaman kedelai terdapat pada tanaman hasil radiasi sinar gamma.

Hal ini dapat dilihat dari ukuran biji yang dihasilkan pada tanaman radiasi lebih

besar, sehingga bobot yang dihasilkan semakin berat. Peningkatan yang sama juga

terjadi pada tanaman M1 yang diteliti oleh Tah (2006), dimana peningkatan

jumlah polong akibat adanya radiasi sinar gamma mencapai 15-23%.

Virmani et al. (1983), melaporkan bahwa hasil biji per tanaman

dipengaruhi oleh banyak faktor genetik. Komponen hasil yang turut berpengaruh

terhadap hasil biji kacang hijau antara lain jumlah polong, ukuran biji, dan jumlah

biji per polong. Pada kasus tertentu, tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah

tangkai bunga juga berpengaruh terhadap hasil biji per tanaman, walaupun tidak

selalu konsisten. Wirnas et al. (2006), menyatakan bahwa bobot biji per tanaman

dipengaruhi langsung oleh karakter jumlah cabang, jumlah polong dan persentase

polong berisi penuh. Menurut Sutjahjo et al. (2007), bobot biji pertanaman dan

selang panen merupakan kriteria seleksi untuk memperoleh varietas berdaya hasil

tinggi dan serempak panen. Bobot biji (hasil) serta selang panen merupakan

karakter yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

4.2.13. Berat 100 Biji (g)

Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah

berat biji 100 antara Induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19 (Lampiran 2.k). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah dan

koefisien keragaman jumlah biji per polong disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung

47
homogeneity berat 100 biji per tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19

Rata-rata (g) 7,46 b 7,90 b 8,57 a 8,60 a 8,63 a


Kisaran (g) 7,2-7,7 7,5-8,1 8,3-8,8 8,1-8,6 8,2-9,7
Keragaman 0,04 0,03 0,02 0,07 0,09
KK (%) 2,51 2,04 1,56 3,00 3,53
Jumlah Individu 455 2.127 2.255 2.194 1.662
F Hitung HOV 2,40*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, KK (Koefisien Keragaman),
(HOV) homogeneity of varian.

Tabel 14 menunjukkan bahwa berat 100 biji kacang hijau induk dan M7-

18-3-1-6 ringan dibanding tanaman kacang hijau progeni M7-18-3-1-17, M7-18-

3-1-6 dan M7-18-3-1-19. Nilai kisaran berat 100 biji sempit pada tanaman induk

dibanding M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19.

Keragaman tanaman induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-

18-3-1-19 relaitf sama. Koefisien keragaman berat 100 biji induk, M7-18-3-1-6,

M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19 lebih tinggi dibanding tanaman M7-18-3-1-17.

Berdasarkan analisis HOV terlihat bahwa keragaman populasi tanaman kacang

hijau tanaman induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-

19 tidak seragam dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Hal ini

menunjukkan bahwa berat 100 biji tanaman kacang hijau pada progeni M7-18-1-

3-19 menghasilkan berat yang paling tinggi, sehingga progeni ini perlu di teliti

lebih lanjut. Bobot biji berkaitan erat dengan ukuran biji semakin besar ukuran

biji maka menghasilkan bobot biji yang tinggi.

Bobot biji berkaitan dengan ukuran biji yang dihasilkan semakin besar

ukuran biji maka semakin berat bobot biji yang dihasilkan (Triyaningsih, 2017).

Dewi (2015), menyatakan bahwa kualitas kacang hijau yang baik apabila

48
memiliki bobot diatas 6,5 g per 100 biji. Hakim (2008) melaporkan bahwa biji

kacang hijau dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berbiji besar (>6,1 g/100 biji),

sedang (5−6 g/ 100 biji), dan kecil (<5 g/100 biji). Hakim (2006) menyatakan

bahwa semakin besar ukuran biji dari suatu varietas kacang hijau, makin sedikit

biji keras, dan sebaliknya. Dengan demikian ukuran biji M2 dan M3 pada

penelitian ini tergolong biji yang berukuran besar dan berkualitas baik.

Hasil Penelitian Triyaningsih (2017), menunjukkan ukuran biji kacang

hijau seluruh populasi M2 tergolong besar karena memiliki bobot 100 biji besar

dari 6,5 g. Rata-rata bobot 100 biji tanaman kacang hijau mutan M2 yaitu 6,66 g

– 7,63 g dan tanaman kontrol 7,47 g. Farisa (2015), melaporkan bahwa dosis

radiasi berpengaruh terhadap berat 100 biji tanaman kacang hijau. Sulistyo dan

Yuliasti (2013), melaporkan bahwa pengaruh radiasi sinar gamma pada tanaman

kacang hijau lebih terlihat pada karakter ukuran biji (berat 100 biji).

49

Anda mungkin juga menyukai