memiliki pH awal 6,7 dengan kondisi topografi tanar yang mendatar, dikelilingi
di awal bulan Maret Tahun 2021 saat curah hujan 93 mm (Tabel 1). Curah hujan
pada saat penelitian tercatat, yaitu 93 mm pada bulan Maret dan 148 pada bulan
24
Hama yang menyerang tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) yaitu
a b c
Gambar 17. Hama Belalang (a) dan Hama Penggulung Daun (b) Penyakit bercak
daun (c)
Menyebabkan daun sobek pada ujung daun atau tepi daun kacang hijau,
sehingg pada daun terdapat lubang-lubang bekas gigitan penyebab hama belalang.
Intensitas dan jenis serangan hama tersebut antara lain belalang hijau, belalang
kemudian memakan daun dari dalam adalah ciri hama penggulung daun.
Penyakit yang meyerang tanaman kacang hijau yaitu bercak daun yang
serangan penyakit bercak daun terjadi pada daun tua, lalu bercak menyebar ke
seluruh daun, bercak berbentuk bulat dan tidak beraturan dan menyerang pada
25
4.2. Keragaman dan Nilai Tengah
daya tumbuh tanaman kacang hijau antara induk dengan progeni M7-18-3-1-6,
Tabel 2. Persentase rata-rata daya tumbuh tanaman kacang hijau induk dan
progeni M7.
Populasi Jumlah Tanaman yang Tumbuh Rata-rata Daya Tumbuh (%)
Induk 455 90,91 a
M7-18-3-1-6 2.127 85,08 a
M7-18-3-1-
2.255 86,73 a
17
M7-18-3-1-
2.194 84,38 a
18
M7-18-3-1-
1.662 83,10 a
19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama, maka
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
tidak berbeda nyata dengan progeni M7. Tanaman induk yang dapat bertahan
hidup hingga masa panen berjumlah 455 tanaman dari 500 biji kacang hijau yang
ditanam. Tanaman hasil progeni M7 dari 9.700 biji kacang hijau yang ditanam
hanya 8.238 tanaman yang mampu tumbuh dan bertahan hidup hingga masa
hijau galur Kampar asli mampu 90.91% lebih baik dari tanaman kacang hijau
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak optimum seperti cekaman, curah
26
hujan yang tinggi, suhu siang dan malam yang ekstrem, dan pengaruh radiasi sinar
Tabel 3. Rata-rata, kisaran, keragaman, koefisien keragaman dan F hitung HOV waktu
berbunga tanaman kacang hijau induk dan progeni M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19
tanaman kacang hijau induk dengan progeni M7. Genrasi M7-18-3-1-6 lebih cepat
dengan induk, walaupun kisaran umur berbunga pada empat progeni relatif
hampir sama. Uji HOV menunjukkan Fhit signifikan yang memberikan indikasi
27
bahwa variabilitas tanaman induk dengan empat progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-
homogen / beragam.
tanaman kacang hijau lebih cepat dari tanaman induk. Hasil yang sama juga
tanaman kacang hijau progeni kedua galur G1, G2 dan G6 mengalami umur
lamanya waktu polong tanaman akan masak, semakin cepat bunga muncul maka
dapat diperkirakan bahwa waktu polong masak juga akan semakin cepat.
Sumpena et al. (2013), menyatakan bahwa umur berbunga dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik, kondisi lingkungan dan interaksi antara lingkungan serta varietas
sebagai kriteria seleksi, kegiatan seleksi efektif dilakukan pada progeni lanjut
proses seleksi terhadap sifat yang diharapkan bagi pemuliaan tanaman. Semakin
beragam nilai populasi maka semakin tinggi frekuensi gen yang diinginkan
melalui seleksi semakin besar. Sebaliknya bila nilai ragam genetik sempit, maka
28
4.2.3. Jumlah Cabang Per Tanaman (cabang)
tengah jumlah cabang per tanaman Induk dengan tanaman progeni M7-18-3-1-6,
keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah cabang primer
memperlihatkan nilai F hit lebih kecil dari F tabel yang signifikan menunjukkan
3-1-19 dan induk adalah heterogen antara satu populasi dengan yang lain. Hal ini
29
Keragaman hampir sama nilainya tetapi koefisien keragaman cukup besar
tinggi tanaman kacang hijau sesuai dengan keinginan. Kisaran nilai juga
terhadap hasil yang berkaitan dengan jumlah bunga yang terbentuk tetapi hal ini
akan ditentukan oleh jumlah cabang produktif dan persentase bunga yang
membentuk polong. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Hanafiah et al. (2011),
bahwa populasi M1 hasil radiasi dengan sinar gamma memiliki rata-rata jumlah
cabang yang lebih banyak dibandingkan dengan populasi tanaman yang tidak
diradiasi dan ini sangat menentukan jumlah polong yang akan terbentuk.
1-17 dan M6-18-3-1-19 memiliki jumlah cabang utama yang tidak berbeda nyata
sedikit lebih banyak dari cabang utama tanaman induk (2,32). Fiatin (2014),
tanaman M1 tetapi terdapat banyak cabang yang tidak produktif karena polong
tidak terbentuk dan bunga tidak berkembang. Penurunan jumlah cabang pada
yang banyak, hal ini diuga karena pengaruh dari genetik tanaman.
30
4.2.4. Tinggi Tanaman (cm)
tinggi tanaman antara Induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17 dan M7-
nilai tengah dan koefisien keragaman tinggi tanaman disajikan pada Tabel 5.
(KK) antar ke empat progeni hampir setara walaupun kisaran nilai cenderung
lebih besar pada populasi tanaman progeni M7. Analisis keseragaman varians
(HOV) menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel yang mengindikasikan
Walaupun keragaman hampir sama nilainya tapi kisaran nilai cukup besar
pada induk dan progeni M7. Rata-rata tinggi tanaman progeni M7 seluruh populasi
menunjukkan angka paling rendah 80,41 cm, hal ini disebabkan galur induk lokal
riau kampar memiliki sifat tanaman yang tinggi (Yanti, 2019). Hal ini
31
tinggi tanaman kacang hijau sesuai dengan keinginan dengan mempertimbangkan
karakter yang ingin diperbaiki, seperti komponen hasil dan waktu panen. Tinggi
tanaman yang diinginkan yaitu tidak terlalu tingi karena akan berhubungan
dibandingkan dengan induk setelah adanya radiasi sinar gamma (Fiatin, 2014).
meningkatkan tinggi tanaman kacang hijau mutan M1 dibanding tetua sekitar 3,5
cm. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Triyaningsih (2017), dimana radiasi sinar
Meliala et al., (2016) tanaman yang tidak terlalu tinggi merupakan sasaran
Kacang dan Umbi (2016) melaporkan bahwa tinggi tanaman varietas unggul
kacang hijau: 30-80 cm. Hasil penelitian Hakim (2007), menunjukkan bahwa
kacang hijau galur mutan M4 tinggi tanamannya berkisar antara 21-95 cm dengan
rata-rata 58 cm, dimana genotipe kacang hijau yang tanamannya tidak terlalu
tinggi atau sedang disarankan untuk dijadikan sebagai tujuan seleksi dalam
32
4.2.5. Umur Panen (HST)
panen antara tanaman kacang hijau Induk dengan progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-
keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman umur panen disajikan
pada Tabel 6.
keragaman antar induk dan empat progeni lainnya juga hampir setara, berbeda
dengan progeni M7-18-3-1-6 umur panen lebih cepat (60,24 HST). Sedangkan
angka sedikit tinggi dari pada induk demikian pula dengan nilai kisaran cenderung
sama antar empat progeni. Nilai koefisien keragaman (KK) juga hampir setara.
panen lebih cepat antara kacang hijau progeni M6 hasil radiasi sinar gamma galur
33
M6-18-3-1-19 dan M6-18-3-1-6 dengan induk, umur panen tanaman mutan lebih
cepat dibandingkan dengan tanaman induk. Umur panen tanaman progeni M6-
18-3-1-19 dan M6-18-3-1-6 yaitu 66,46 – 67,43 HST sedangkan pada tanaman
induk 68,53 HST. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik (varietas) dan
(Fachruddin, 2000).
Kacang hijau progeni M7 telah memiliki sifat umur polong masak yang
hampir serempak dalam satu populasi namun tidak serempak dengan progeni
populasi lainnya. Hal ini disebabkan karena masa pematangan antar polong dalam
satu tanaman kacang hijau yang tidak sama sehingga memerlukan beberapa kali
panen. Umur panen 50% adalah keadaan 50% polong dalam satu plot penelitian
sudah matang. Polong yang matang ditandai dengan warna kulit yang hitam atau
cokelat kehitaman. Progeni M7 kacang hijau ini juga telah memiliki sifat polong
yang tidak mudah pecah ketika masak, sehingga pemanenan dapat dilakukan
keturunan sebelumnya (M6), dimana pada penelitian ini umur panen tanaman
(67,43 HST) yang diteliti oleh (Damayanti, 2020). Hal ini terjadi karena pada fase
pembungaan dan umur polong masak, kondisi lingkungan dengan suhu dingin
atau panas akan mempengaruhi penundaan pembungaan dan umur polong masak,
34
4.2.6. Warna Polong
berwarna hitam, (Gambar 18). Warna polong terbentuk dari hasil ekspresi warna
a b
a b
c d
a b
Gambar 18. Warna polong tanaman: (a) M7-18-3-1-6, (b) M7-18-3-1-17, (c) M7-
18-3-1-18 dan (d) M7-18-3-1-19 (e) Induk
35
Berikut ini adalah jumlah hasil pengamatan warna polong tanaman kacang
Tabel 7. Rata-rata warna polong tanaman kacang hijau induk dengan M7.
Warna Polong Masak (%)
Progeni
Coklat Coklat Tua Hitam
M7-18-3-1-6 0 0 100
M7-18-3-1-17 0 0 100
M7-18-3-1-18 0 0 100
M7-18-3-1-19 0 0 100
Induk 0 0 100
berwarna hitam. Hal ini menyatakan keseragaman warna polong progeni M7 telah
seragam. Menurut Desnilia (2014), karakteristik warna polong salah satu karakter
yang penting dalam petani walaupun tidak mempengaruhi daya hasil tanaman,
progeni M7 tidak ditemukan lagi polong berwarna cokelat dan coklat tua seperti
yang telah dilaporakan oleh Triyaningsih (2017), bahwa pada keturunan galur M2
variasi warna yang meliputi warna cokelat jerami, cokelat berbelang hitam,
cokelat berbintik hitam, cokelat kehitaman dan hitam. Pengurangan jumlah variasi
warna ini diduga karena adanya pemulihan mutasi atau reverse mutation sehingga
gen tanaman mutan mendekati gen aslinya. Reverse mutation biasanya dapat
memperbaiki mutasi titik atau mutasi yang hanya merubah urutan nukleotida dan
36
4.2.7. Jumlah Polong Per Tanaman (buah)
dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.f). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah
berbeda. Nilai keragaman dan kisaran jumlah polong tanaman populasi induk
M7-18-3-1-19 selain itu, koefisien keragamannya (KK) lebih besar pada induk
induk. Uji homogenitas juga menunjukkan nilai F hitung yang sangat signifikan.
Hal ini memberikan informasi ketidak homogenan varians antara induk dengan
progeni M7.
per tanaman yang berbeda nyata dengan tanaman induk dengan progeni M6-18-3-
37
pengaruh radiasi sinar gamma menyebabkan rata-rata jumlah polong kedelai yang
peningkatan yang bervariasi. Pada rata-rata jumlah biji, populasi hasil radiasi
Menurut Garg et al. (2017), Karakter hasil penen, jumlah polong per
tanaman, panjang polong, dan hasil panen merupakan salah satu kriteria seleksi
yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan hasil pada
perlakuan radiasi sinar gamma yang diberikan dan kegiatan seleksi yang telah
Walaupun jumlah cabang lebih banyak pada tanaman hasil progeni mutasi
(Tabel 3) namun jumlah polong tidak ikut bertambah pada progeni mutan
tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh partisi asimilat ke polong untuk pengisian
jika terjadi dominasi vegetatif maka pertumbuhan generatif akan terhambat. Pola
distribusi fotosintat bukan hanya ditentukan secara genetik akan tetapi faktor
al. (2014), menyatakan bahwa nilai keragaman genetik sering dikaitkan dengan
ukuran suatu populasi dimana populasi yang ukurannya lebih kecil dapat menjadi
salah satu faktor penyebab rendahnya nilai keragaman genetik populasi tersebut.
38
4.2.8. Panjang Polong (cm)
17, M7-18-3-1-18 dan M7-18-3-1-19. Nilai kisaran panjang polong sempit pada
F hitung yang signifikan. Hal ini menandakan keragaman induk dan progeni M7
relatif beragam, sehingga masih perlu seleksi yang ketat terhadap karakter panjang
39
gamma tidak menambah ukuran panjang polong pada kacang hijau M 2. Panjang
11,81 cm. Hakim (2007), memiliki panjang polong pada galur mutan M4 berkisar
9,5 cm. Dengan demikian panjang polong pada progeni M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-
sebelumnya.
jumlah biji per polong tanaman kacang hijau Induk dengan progeni M7-18-3-1-6,
keragaman, kisaran, nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah biji per polong
18-3-1-19 tidak berbeda. Nilai kisaran jumlah biji per polong sempit pada
40
tanaman induk dibanding M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-
1-19 lebih besar dibanding M7-18-3-1-17. Koefisien keragaman jumlah biji per
F hitung yang signifikan. Hal ini menandakan keragaman populasi induk, M7-18-
biji per polong pada tanaman kacang hijau tinggi pada progeni M7-18-3-1-18
dan M7-18-3-1-19. Yanti (2017), melaporkan bahwa jumlah biji per polong
tanaman kacang hijau pada progeni M2 dan M3 lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman induk. Hanafiah et al. (2011), melaporkan bahwa radiasi sinar gamma
nyata terhadap jumlah biji per polong yang dihasilkan tanaman kedelai. Jumlah
biji yang dihasilkan tanaman kedelai yang diberi sinar gamma lebih tinggi
jumlah biji per polong yang lebih sedikit tetapi ukuran biji yang lebih besar
radiasi sianr gamma menyebabkan penuruan jumlah biji per polong pada tanaman
41
Pengamatan warna biji dilakukan pada saaat setelah panen dengan kriteria
meliputi warna biji, kilau kusam dan kilau. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa warna biji seluruh generasi induk dan progeni M7 seragam berwarna kilau,
(Gambar 19).
a b
a b
c d
a b
e
Gambar 19. Warna biji tanaman: (a) M7-18-3-1-6, (b) M7-18-3-1-17, (c) M7-18-
3-1-18 dan (d) M7-18-3-1-19 (e) Induk.
42
warna kilau antara induk dan progeni M7, hal ini merupakan karakter yang sangat
pemuliaan tanaman. Pengamatan warna biji pada induk dan progeni M7 (M7-18-
homogen/seragam.
Berikut ini adalah jumlah hasil pengamatan karakter kualitatif warna biji
Tabel 11. Rata-rata warna biji tanaman kacang hijau induk dengan M7.
Warna biji (%)
Progeni
Kilau Kusam Kilau
M7-18-3-1-6 0 100
M7-18-3-1-17 0 100
M7-18-3-1-18 0 100
M7-18-3-1-19 0 100
Induk 0 100
Tanaman induk dan progeni M7 warna biji kacang hijau 100% berwarna
kilau. Hal ini telah dilihat dari penelitian sebelumnya, variasi keseragaman warna
Selanjutnya penelitian Herman (2016) yang melaporkan bahwa warna kulit biji
berwarna kilap kusam dan G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7 dan G8 berwarna kilap.
Keseragaman warna biji kacang hijau induk dan progeni M7 berwarna kilau
diduga terjadi karena pemulihan mutasi atau reverse mutation sehingga gen
43
Analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah
dan M7-18-3-1-19 (Lampiran 2.i). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah
dan koefisien keragaman jumlah biji per polong disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman kacang hijau M7-
M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan induk. Nilai kisaran jumlah biji per tanaman
3-1-19 lebih tinggi dibanding induk. Berdasarkan analisis HOV terlihat bahwa
Kisaran jumlah biji per tanaman cukup besar pada progeni M7-18-3-1-6.
44
terhadap jumlah biji per tanaman kacang hijau untuk progeni M8. Namun begitu,
perlu mempertimbangkan karakter lain dari tanaman kacang hijau, karena jumlah
biji yang dihasilkan tanaman berkaitan dengan panjang polong, sehingga harus
Hastuti et al. (2018), melaporkan bahwa jumlah biji per tanaman kacang
hijau tergantung pada jumlah polong yang dihasilkan, semakin banyak polong
maka biji yang dihasilkan semakin banyak. Menurut Garg et al. (2017) Karakter
hasil penen, jumlah polong per tanaman merupakan salah satu kriteria seleksi
yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan hasil pada
komoditas kacang hijau. Alfarisi et al. (2018) melaporkan bahwa radiasi sinar
gamma berpengaruh terhadap jumlah biji per tanaman tanaman kedelai mutan M3.
jumlah biji per tanaman yang diberikan radiasi sinar gamma menunjukkan hasil
produksi.
nilai tengah dan koefisien keragaman jumlah biji per tanaman disajikan pada
Tabel 13.
45
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19
Tabel 13 menunjukkan bahwa berat biji per tanaman kacang hijau induk
dan M7-18-3-1-19 berat biji per tanaman ringan dibanding tanaman kacang hijau
per tanaman sempit pada tanaman induk dan M7-18-3-1-19 dibanding M7-18-3-1-
terlihat bahwa keragaman populasi tanaman kacang hijau tanaman induk, M7-18-
tanaman induk (tetua). Populasi induk memiliki rata-rata bobot biji per tanaman
13,10 g, sedangkan mutan progeni M2 memiliki rata-rata bobot biji per tanaman
18,83 g. Alfarisi et al. (2018), menyatakan bahwa rataan bobot biji per tanaman
46
tertinggi pada tanaman kedelai terdapat pada tanaman hasil radiasi sinar gamma.
Hal ini dapat dilihat dari ukuran biji yang dihasilkan pada tanaman radiasi lebih
besar, sehingga bobot yang dihasilkan semakin berat. Peningkatan yang sama juga
terjadi pada tanaman M1 yang diteliti oleh Tah (2006), dimana peningkatan
dipengaruhi oleh banyak faktor genetik. Komponen hasil yang turut berpengaruh
terhadap hasil biji kacang hijau antara lain jumlah polong, ukuran biji, dan jumlah
biji per polong. Pada kasus tertentu, tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah
tangkai bunga juga berpengaruh terhadap hasil biji per tanaman, walaupun tidak
selalu konsisten. Wirnas et al. (2006), menyatakan bahwa bobot biji per tanaman
dipengaruhi langsung oleh karakter jumlah cabang, jumlah polong dan persentase
polong berisi penuh. Menurut Sutjahjo et al. (2007), bobot biji pertanaman dan
selang panen merupakan kriteria seleksi untuk memperoleh varietas berdaya hasil
tinggi dan serempak panen. Bobot biji (hasil) serta selang panen merupakan
berat biji 100 antara Induk, M7-18-3-1-6, M7-18-3-1-17, M7-18-3-1-18 dan M7-
18-3-1-19 (Lampiran 2.k). Besarnya nilai keragaman, kisaran, nilai tengah dan
koefisien keragaman jumlah biji per polong disajikan pada Tabel 14.
47
homogeneity berat 100 biji per tanaman kacang hijau induk dan progeni
M7.
Progeni
Parameter
Induk M7-18-3-1-6 M7-18-3-1-17 M7-18-3-1-18 M7-18-3-1-19
Tabel 14 menunjukkan bahwa berat 100 biji kacang hijau induk dan M7-
3-1-6 dan M7-18-3-1-19. Nilai kisaran berat 100 biji sempit pada tanaman induk
18-3-1-19 relaitf sama. Koefisien keragaman berat 100 biji induk, M7-18-3-1-6,
19 tidak seragam dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa berat 100 biji tanaman kacang hijau pada progeni M7-18-1-
3-19 menghasilkan berat yang paling tinggi, sehingga progeni ini perlu di teliti
lebih lanjut. Bobot biji berkaitan erat dengan ukuran biji semakin besar ukuran
Bobot biji berkaitan dengan ukuran biji yang dihasilkan semakin besar
ukuran biji maka semakin berat bobot biji yang dihasilkan (Triyaningsih, 2017).
Dewi (2015), menyatakan bahwa kualitas kacang hijau yang baik apabila
48
memiliki bobot diatas 6,5 g per 100 biji. Hakim (2008) melaporkan bahwa biji
kacang hijau dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berbiji besar (>6,1 g/100 biji),
sedang (5−6 g/ 100 biji), dan kecil (<5 g/100 biji). Hakim (2006) menyatakan
bahwa semakin besar ukuran biji dari suatu varietas kacang hijau, makin sedikit
biji keras, dan sebaliknya. Dengan demikian ukuran biji M2 dan M3 pada
penelitian ini tergolong biji yang berukuran besar dan berkualitas baik.
hijau seluruh populasi M2 tergolong besar karena memiliki bobot 100 biji besar
dari 6,5 g. Rata-rata bobot 100 biji tanaman kacang hijau mutan M2 yaitu 6,66 g
– 7,63 g dan tanaman kontrol 7,47 g. Farisa (2015), melaporkan bahwa dosis
radiasi berpengaruh terhadap berat 100 biji tanaman kacang hijau. Sulistyo dan
Yuliasti (2013), melaporkan bahwa pengaruh radiasi sinar gamma pada tanaman
kacang hijau lebih terlihat pada karakter ukuran biji (berat 100 biji).
49