Anda di halaman 1dari 8

SELEKSI DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN BEBERAPA

VARIETAS TIMUN

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN
Dosen Pengampu: Yuliawati, SP., M.Si.

Nurvi Selvi Arviani


A.2010976

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mentimun merupakan tanaman rambat yang berasal dari India selatan dan sudah
dibudiayakan lebih dari 3000 tahun. Tanaman ini juga menyebar di Mesir Kuno, Yunani Kuno
dan Roma yang mana dijadikan obat untuk gigitan kalajenking, obat mata, dan pengusir tikus
(Bacon et al. 2018). Di Indonesia timun seringkali dijadikan bahan makanan atau minuman.
Produksi timun di Indonesia mengalami penurunan produksi dengan selisi 27.884 ton pada
tahun 2022 (BPS 2022). Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak unggul.
Kusuma dan Supriyanti (2012) mengatakan bahwa pada setiap varietas ketimun memliki susun
genetik yang berbeda sesuai dengan sifat induknya.
Penyeleksian tanaman menjadi salah satu cara untuk mendapatkan karakter tanaman
yang diinginkan. Penyeleksian merupakan dasar dari perbaikan suatu tanaman untuk varietas
baru sebagai upaya perbaikan genetik untuk merakit varietas unggul. Variablitas genetik
memiliki peranan yang penting karena semakin tinggi ragam genetik maka semakin tinggi pula
peluang untuk mendapatkan sumber gen bagi karakter yang akan diperbaiki dalam kegiatan
seleksi (Sugianto et al 2015).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menyeleksi dan mengevaluasi kemajuan genetik harapan
pada beberapa varietas timun
BAB II METODELOGI
2.1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan praktikum dilakukan pada bulan Maret-April 2023 di CipayungKabupaten
Bogor Jawa Barat.
2.2 Alat dan bahan
Bahan yang dibutuhkan adalah benih buncis tegak varietas semi F1, bandana, benih
putih, dan vanesa, pupuk kandang, pupuk urea, fungisida dan insektisida. Alat yang digunakan
saat praktikum, yaitu peralatan budidaya, alat tulis, label, kantong plastik bening dan
timbangan.
2.3 Metode pelaksanaan
Kegiatan praktikum diawali dengan pengolahan lahan dan pemberian pupuk dasar
menggunakan pupuk kandang. Pemasangan mulsa dilakukan setelah 2 minggu dari pemupukan
dasar. Pemupukan dilakukan dengan dosis 2,5 gram per lubang tanam. Data yang diamati
selama praktikum, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diamater batang, jumlah cabang, bobot
buah, panjang buah dan diamater buah.
2.4 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 4 ulangan menggunakan
4 varietas tanaman. Analisis ragam dan heritabilitas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Ragam
Sumber db Kuadrat Tengah Nilai Harapan
Keragaman
Kelompok (r-1) M3 σ²e + 21σu²
Genotipe/perlakuan (g-1) M2 σ²e + 3σu²
Galat (r-1)(g-1) M1 σ²e

Berdasarkan tabel analisis ragam, diperoleh perhitungan:


σ²e = M1

σ²g = M2-M1/r
σ²p = σ²e + σ²g
h2bs = σ²g / σ²p x 100%
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman genetik adalah besaran yang mengukur variasi fenotipe yang disebabkan
oleh faktor-faktor genetik. Keragaman genetik dapat dapat dilakukan dengan pendugaan
parameter genetik, seperti koefiesien genotipe dan heritabilitas (Widyapangesthi et al. 2022).
Tabel 1. Ragam genetik, standar deviasi ragam genetik, ragam fenotipe dan standar deviasi
ragam fenotipe
Karakter σ² e σ² g 2σσ²g Kriteria σ² f 2σσ²f Kriteria
Jumlah Daun 16,9 132,3 11,5 Luas 149,1 12,2 Luas
Jumlah Cabang 0,2 0,1 0,3 Sempit 0,4 0,5 Sempit
Diameter Batang 0,1 0,0 0 Sempit 0,1 0,3 Sempit
Tinggi 61,4 146,6 12,1 Luas 208,1 14,4 Luas
Bobot 579,3 1378,5 37,1 Luas 1957,8 44,2 Luas
Panjang Buah 3,1 3,1 1,7 Luas 6,1 2,4 Luas
Diameter Buah 0,3 1,1 1,05 Luas 1,4 1,1 Luas
Keterangan: σ2g = Ragam genetik, 2σσ2 g = Standar deviasi genetik, σ2p = Ragam fenotip, 2σσ2P = Standar
deviasi fenotip

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa karakter jumlah daun, tinggi, bobot, panjang buag, dan
diameter buah memiliki kriteria keragaman yang luas baik pada ragam genotipe maupun
fenotipe. Menurut Albugis et al. (2008) keragaman genotip yang luas memiliki peluang
perbaikan sifat pada karakter tersebut melalui seleksi sehingga dapat diperoleh genotipe yang
unggul. jumlah cabang dan diamater batang baik pada ragam genetik maupun ragam fenotip
memiliki kriteria keragaman yang sempit. Sugianto et al. (2015) mengatakan bahwa keragaman
geneti yang sempit menunjukkan bahwa seleksi pada karakter tersebut tidak efektif sehingga
perlu dilakukan hibridisasi dengan populasi lain yang memliki hubungan genetik yang berbeda
untuk meningkatkan keragaman genetik.

Tabel 2. Heritabilitas dan Koefisien Keragaman Genotipe (KKG)


Karakter Nilai Kategori KKG
Heritabilitas (%)
(%)
Jumlah Daun 89 Tinggi 30
Jumlah Cabang 33 Sedang 16
Diameter Batang 11 Rendah 3
Tinggi Tanaman 70 Tinggi 9
Bobot Buah 70 Tinggi 18
Panjang Buah 50 Sedang 11
Diameter Buah 81 Tinggi 7
Pengelompokan nilai heritabilitas termasuk kategori rendah apabila nilai <20%, kategori
sedang apabila nilai 20-50% dan kategori tinggi apabila nilai <50% (Sobir dan Syukur 2015).
Pada tabel (2) dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas tinggi diperoleh pada karakter jumlah daun,
tinggi tanaman, bobot buah, dan diamater buah, sedangkan dan nilai heritabilitas terendah
diperoleh pada karakter diamater batang sebesar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Shah et al. (2018) yang menyatakan bahwa heritabilitas tertinggi timun
diperoleh pada karakter bobot buah dan diamater buah. Tingginya nilai heritabilitas
mengindikasi bahawa faktor genetik lebih besar dibandingkan dengan faktor lingkungannya
(Widyapangesthi et al. 2022).
Koefisien keragaman genotipe (tabel 3) menunjukkan hasil tertinggi pada karakter
jumlah daun. Nilai koefisien genotipe sedang terdapat pada karakter bobot buah, jumlah cabang
dan panjang buah. Hasil koefisien keragaman genotipe terendah terdapat pada karakter tinggi
tanaman, diamater buah, dan diamater batang. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pushpalatha N et al (2016) yang menyatakan bahwa karakter jumlah
cabang dan bobot buah memiliki nilai koefisien genotipe yang tinggi sedangkan diamater buah
memiliki nilai koefisien genotipe yang sedang.

Tabel 3 Nilai Rata-Rata dan Kisaran


Karakter Kisaran Rata-rata
Jumlah Daun 22,25-56,63 37,6
Jumlah Cabang 1,50-3,50 2,17
Diameter Batang 3,00-4,00 3,4
Tinggi Tanaman 114,90-160,90 135,9
Bobot Buah 140,80-280,90 204,9
Panjang Buah 12,20-20,90 15,8
Diameter Buah 12,90-16,90 15,1

Pada tabel (3) dapat dilihat bahwa karakter timun memiliki rata-rata yang bervariasi.
Karakter jumlah daun memiliki rata-rata sebesar 37,6 helai (22,25-56,63), karakter jumlah
cabang dengan rata-rata 2,17 cabang, karakter dimater batang dengan rata-rata 3,4 cm, karakter
tinggi tanaman dengan rata-rata 135,9 cm (114,90-160,90), karakter bobot buah 204,9 gram
(140,80-280,90), karakter panjang buah dengan rata-rata 15,8 cm (12,20-20,90) dan diameter
batang 15,1 cm (12,90-16,90). Pada penelitian Keshari et al. (2020) karakter panjang buah
(15,57 cm), diameter buah (5,19 cm) dan bobot buah (147,74) memiliki rata-rata yang lebih
kecil akan tetapi memliki rata-rata yang lebih besar pada karakter jumlah cabang dengan nilai
rata-rata sebesar 3,26 cabang. Hal ini dapat terjadi diduga karena adanya perbedaan varietas
yang digunakan.

Tabel 4. Seleksi varietas dan Kemajuan Genetik Harapan (KGH)


Karakter Varietas KKG
Semi F1 Bandana Benih Putih Vanesa
Jumlah Daun 53,29 38,46 33,21 25,46 15,2
Jumlah Cabang 2,80 1,76 2,00 2,13 1,27
Diameter Batang 3,20 3,31 3,67 3,47 0,04
Tinggi Tanaman 149,17 139,62 136,63 118,27 14,13
Bobot Buah 150,5 211,24 245,67 212,20 43,36
Panjang Buah 12,90 15,84 17,12 17,23 1,73
Diameter Buah 13,53 15,00 15,83 15,87 1,32

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa kemajuan genetic harapan tertinggi diperoleh dari rata-
rata pada karakter bobot buah (43,36). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bartaula et al. (2019) yang menyatakan bahwa karakter bobot buah pada mentimun
mendapatkan hasil kemajuan genetik harapan tertinggi diantara karakter lainnya. Pada seleksi
(tabel 3) diperoleh hasil bahwa varietas semi F1 memiliki keunggulan pada karakter jumlah
daun (52,29), jumlah cabang (2,80), dan tinggi tanaman (149,17). Varietas benih putih memiliki
keunggulan pada karakter diamater batang (3,67) dan bobot buah (245,67) sedangkan varietas
vanesa memiliki keunggulan pada karakter panjang (17,23) dan diamater buah (15,87). Melihat
dari segi produksi, varietas benih putih dan vanesa dapat dijadikan varietas yang unggul karna
memiliki keunggulan pada karakter bobot, panjang dan diameter buah yang tentunya
dibutuhkan oleh pasar.
BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa ragam genotipe dan
fenotipe memiliki keragaman yang luas pada semua karakter kecuali jumlah cabang dan
diameter batang. Heritabilitas dan KKG tertinggi diperoleh pada karakter jumlah daun. Nilai
rata-rata tertinggi diperoleh pada karakter bobot dengan rata-rata 204,9 gram. Kemajuan
genetik harapan tertinggi diperoleh pada karakter bobot buah dengan rata-rata 43,36 gram.
Pada seleksi varietas didapatkan hasil bahwa varietas semi F1 dan benih putih memiliki
keunggulan dalam menunjang faktor produksi mentimun
DAFTAR PUSTAKA

Albugis F, Mandang P, Pinaria A, Doodoh B. 2008. Keragaman genetik dan heritabilitas 12


genitope kedelai. Eugenia 14(2): 121-128.

Bacon J, Black A, Smith C, Garton J, Harwood J, Westcott P. 2018. The Story of Food. New
York: DK Publishing.

Hermanti R, Syukur M, Widodo. Pendugaan ragam genetik dan heritabilitas karakter hadil dan
komponen tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) di dua lokasi. Jurnal Hort. Indonesia 8(1):
31-38.

Keshari D, Singh B, Singh R, Singh K, Gangwar K, Vaishali, Alam K. 2020. Studies on genetic
variability, heritability and genetic advance in cucumber (Cucumis sativus L.). International
Journal of Chemical Studies 8(5): 641-643.

Kusuma B, Supriyanto B. 2012. Respon beberapa varietas mentimun (Cucumis sativus L.)
terhadap pemberian air kelapa tua. Jurnal Ziraa’ah 35(3): 197-203.

Pushpalatha N, Anjanappa M, Devappa V, Pitchaimuthu M. 2016. Genetic variability and


heritability fot growth and yield in cucumber (Cucumis sativus L.). Journal Horticultura
Science 11(2): 33-36.

Shah N, Rana K, Singh V. 2018. Evaluation of genetic variability, heritability and genetic
advance in cucumber (Cucumis sativus L.) for various quantitative qualitative and seed
characters. International Journal of Current Microbilogy and Applied Sciences 7: 3296-3303.

Sugianto, Nurbaiti, Deviona. 2015. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter agronomis
beberapa genotipe sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) koleksi Batan. Jurnal Faperta
2(1): 1-13

Widyapangesthi A, Moeljani R, Soedjarwo P. 2022. Keragaman genetik heritabilitas M1


mentimun (Cucumin sativus L.) lokal Madura hasil iradiasi sinar gamma 60 CO. Jurnal Agrium
19(2): 191-196.

Anda mungkin juga menyukai