Anda di halaman 1dari 13

VARIABILITAS PADA KACANG MERAH

Dosen Pengampu: Dr. Noor Aini Habibah, S.Si., M.Si.

Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M.Si.

Nama Kelompok:

Slawa Nurafifah (4401416004)

Sella Ingesti (4401416024)

Dyah Arum (4401416028)

Kelompok 6

3 September 2018

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2018

Variabilitas Pada Kacang Merah

A. Tujuan
1. Mengetahui adanya variasi sifat pada kacang merah
2. Mengetahui adanya variasi jumlah pada biji kacang merah
B. Latar Belakang
Variabilitas adalah sifat beda dari organism dalam satu spesies atau
populasi. Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman
organism dalam satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen,
populasi, atau komunitas. Keanekaragaman dipengaruhi baik factor dari dalam
(gen) dan factor luar (pengaruh lingkungan). Factor lingkungan seperti
makanan,suhu, cahaya, kelembaban, curah hujan, derajat keasaman tanam (pH)
bersama factor keturunan (gen) sangat berpengaruh terhadap fenotip. Fenotip
merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungan. Jika kita
mengamati sifat-sifat yang ada pada makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan,
atau manusia akan terlihat adanya persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan. Hal ini terjadi karena genotip yang dimiliki individu berbeda,
adanya penetrasi dan ekspresivitas, adanya rekombinasi gen dan liannya.
Keanekaragaman sifat genetic ini sangat penting, karena tanpa adanya variasi
sifat pada makhluk hidu, ilmu genetika tidak mungkin berkembang. Berbagai
pola pewarisan sifat dapat ditemukan dan diketahui karena adanya variasi sifat
pada makhluk hidup. Kacang merah sebagai bagian dari tumbuhan juga
mempunyai variasi atar lain dalam bentuk maupun ukurannya (Widianti 2015).
Secara teoritis diketahui bahwa sifat keragaman tumbuhan dapat
diidentifikasi berdasarkan sifat fenotipe dan genotipe. Identifikasi tanaman
berdasarkan sifat fenotipe dapat dilakukan dengan cara pengamatan pada tinggi
tanaman dan pertumbuhan diameter batang, namun cara ini memiliki
kelemahan yaitu adanya pengaruh lingkungan di sekitarnya, sehingga hasil
identifikasi kurang akurat.(Sumiyati,dkk.2013).
Pada jurnal (Prastyono dan Susanto,2015) pertumbuhan tanaman pada
uji keturunan ulin sampai umur 54 bulan lebih dipengaruhi oleh faktor non
genetik atau lingkungan daripada faktor genetik yang ditunjukkan oleh
besarnya varian komponen sisa. Nilai heritabilitas individu ulin untuk sifat
tinggi tanaman tergolong tinggi (0,37) sedangkan untuk sifat diameter termasuk
sedang (0,25). Dari hasil penelitian ini juga diketahui adanya korelasi genetik
yang kuat antara sifat pertumbuhan diameter dengan tinggi tanaman yaitu
sebesar 0,95.

Faktor-faktor memengaruhi frekuensi gen dan keanekaragamannya


(variabilitas) genetik yang lain diantaranya adalah mutasi, seleksi alam,
migrasi, rekombinasi dan hanyutan genetik. Apabila ada satu atau lebih gen
yang bermutasi maka akan terjadi perubahan keseimbangan gen-gen dalam
populasi. Individu-individu yang tidak dapat menghadapi seleksi alam akan
mengurangi alel dalam populasi karena individu itu tidak memiliki keturunan
yang mewariskan alel tersebut. Individu yang meninggalkan populasi
(emigrasi) akan membawa alel keluar dan oindividu yang masuk ke dalam
populasi (imigrasi) akan membawa alel yang berpotensi menjadi alel baru.
Rekombinasi gen adalah munculnya keturunan yang mempunyai kombinasi
gen yang tidak terdapat pada kedua induknya. Rekombinasi gen terjadi karena
perkawinan dan memungkinkan terbentuknya varietas baru. Hanyutan genetika
merupakan perubahan frekuensi alel akibat adanya populasi kecil yang
memisah dari populasi besar. Penyebab terjadinya hanyutan genetik antara lain
penyebab yang mengacu kepada sekelompok individu yang menempati tempat
baru dan membentuk koloni sendiri. Koloni baru ini dapat memiliki frekuensi
alel yang berbeda dari populasi induknya karena mereka menikah dengan
sesama anggota koloninya. Penyebab yang berasal dari hal yang mengacu
kepada kondisi di mana banyak anggota populasi yang mati dan sisanya saling
kawin hingga jumlah populasinya kembali seperti semula, tetapi memiliki
variasi alel yang lebih sedikit (Dwisang 2008).
Sifat fisiologis dan morfologis dari keanekaragaman biologi reproduksi
akan menimbulkan suatu keanekaragaman genetik di dalam populasi ataupun
menjelang terjadinya evolusi tanaman. Setiap perubahan pada sifat reproduksi
baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan budidaya tanaman yang
mengarah perbaikan kultivar akan menyebabkan keragaman dalam populasi
(Bresnick 2004).
Keragaman individu memunculkan variasi. Dan sifat individu ditentukan
oleh gen. Faktor genotife yang berinteraksi dengan faktor lingkungan
memunculkan sifat yang tampak atau fenotipe. (Ruchjaniningsih 2015).
Varietas pada kacang ercis yang memiliki bunga ungu, sementara
varietas lain ada yang memiliki bunga berwarna putih. Yang biasa disebut
kararakter oleh ahli genetika. Penggunaan kacang ercis juga membuat mendel
dapat melakukan control yang ketat dengan tanaman mana saja yang akan
saling dikawinkan. Mendel hanya memilih untuk menelusuri karakter-karakter
yang bervariasi dengan pendekatan apakah karakter tersebut ”ada atau tidak
ada” dan bukan dengan jumlah karakter. (Campbell 2002).
Dari teori-teori yang telah dipaparkan diatas, maka dilakukan praktikum
ini untuk mengetahui variasi sifat dan juga mengetahui variasi panjang dari biji
kacang merah.
C. Alat dan Bahan
- Alat: penggaris atau jangka sorong, alat tulis
- Bahan: kacang merah 100 biji
D. Cara Kerja

Mengambil 5 biji Membuat tabel


distribusi frekuensi Mengukur panjang ke
kacang yang tampak 100 biji kacang merah,
paling pendek dan 5 berdasarkan hasil
perhitungan yang mencatat hasilnya
biji yang tampak pada tabel distribusi
paling panjang diperoleh pada langkah
3,4, dan 5, frekuensi yang ada,

Mengukur panjang Menentukan interval


(i) antara kelompok Membuat histogram
kesepuluh biji kacang
tersebut dan mencatat yang satu dengan untuk dapat melihat
ukuran kacang yang lainnya dengan secara jelas
paling pendek dan menggunakan rumus i variabilitas panjang
panjang, = R/K-1 kacang merah.

Menentukan range Menentukan kelompok


(sebaran) dari ukuran dari 100 biji kacang
panjang kacang Bila
ukuran terpanjang = b
dengan menggunakan
milimeter dan ukuran rumus K = 3,3 log N,
terpendek = a millimeter, (N= banyaknya biji
maka R = b – a, kacang),

E. Hasil percobaan
1. Data kuantitatif

5 kacang merah terpanjang 5 kacang merah terpendek


14, 15, 13, 15, 15 (mm) 10, 11, 11, 11, 12 (mm)

 Tabel frekuensi

No Kelas Tally frekuensi


1 10 - 10,83 II 2
2 10,84 - 11,67 IIII 4
3 11,68 - 12,51 IIII IIII IIII II 17
4 12,52 - 13,35 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 40
5 13,36 - 14,19 IIII IIII IIII IIII IIII IIII III 33
6 14,20 - 15,03 IIII 4
2. Data kualitatif

warna permukaan corak bentuk


gelap terang kasar halus sedikit banyak gepeng berisi
15 85 35 65 37 63 21 79
100 100 100 100

F. Analisis Data Hasil Percobaan


1. Analisis kuantitatif
 Kacang merah terpanjang dan terpendek

5 kacang merah
5 kacang merah terpanjang terpendek
14, 15, 13, 15, 15 (mm) 10, 11, 11, 11, 12 (mm)

 Range= kacang terpanjang – kacang terpendek

= 15-10 mm

= 5 mm

 K = 3,3 log 100 = 7


𝑅 5
 I = 𝐾−1 = = 0,83
7−1

 Table distribusi frekuensi

No Kelas Tally frekuensi X f.x


1 10 - 10,83 II 2 10,415 20,83
2 10,84 - 11,67 IIII 4 11,245 44,98
3 11,68 - 12,51 IIII IIII IIII II 17 12,095 205,615
4 12,52 - 13,35 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 40 12,935 517,4
5 13,36 - 14,19 IIII IIII IIII IIII IIII IIII III 33 13,775 454,575
6 14,20 - 15,03 IIII 4 14,615 58,46
 Nilai tengah (X)=
𝐼
=
0,83
+  Nilai F.X
2 2
1. F1.X1 = 2 X 10,415 =
NB
20,83
1. X1 = 10 + 0,415 = 10,415
2. F2.X2 = 4 X 11,245 =
2. X2 = 10,84 + 0,415 =
44,98
11,245
3. F3.X3 = 17 X 12,095 =
3. X3 = 11,68 + 0,415 =
205,615
12,095
4. F4.X4 = 40 X 12,935 =
4. X4 = 12,52 + 0,415 =
517,4
12,935
5. F5.X5 = 33 X 13,775 =
5. X5 = 13,16 + 0,415 =
454,575
13,775
6. F6.X6 = 14,20 X 14,615 =
6. X6 = 14,20 + 0,415 =
58,46
14,615
 Histogram

HISTOGRAM KACANG MERAH


50
40
40 33
Frekuensi

30

20 17

10 4 4
2
0
10.415 11.245 12.095 12.935 13.775 14.615
Nilai Tengah
2. Analisis kualitatif

warna permukaan corak Bentuk


gelap terang kasar halus sedikit banyak gepeng berisi
15 85 35 65 37 63 21 79
100 100 100 100

 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kacang merah yang memiliki warna
gelap adalah sebanyak 15 biji dari 100 biji sampel dan yang berwarna terang
sebanyak 85 biji. Kacang merah dengan permukaan kasar sebanyak 35 dan
dengan permukaan halus sebanyak 65 biji. Kacang merah dengan corak sedikit
sebanyak 37 biji dan yang bercorak banyak ada 63 biji. Serta kacang merah
dengan bentuk gepeng sebanyak 21 biji dan yang berisi sebanyak 79 biji. Jadi
rata –rata sifat kualitatif dari 100 sample kacang merah adalah berwarna terang
dengan permukaan halus bercorak banyak serta dengan bentuk berisi.
G. Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan mengenai variabilitas pada kacang
merah, didapatkan data mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif. Dari data
kuantitatif diperoleh hasil bahwa biji kacang merah terpanjang adalah 15 mm
sedangkan yang terpendek adalah 10 mm. Dari data tersebut didapatkan range
yaitu 5 mm dengan interval 0,83. Setelah dimasukkan dalam table frekuensi
didapatkan rata-rata panjang biji kacang merah adalah antara 12 - 13 mm.
Adanya variasi ukuran panjang pada kacang merah ini disebabkan karena
adanya beberapa factor, yaitu factor internal (gen) dan eksternal (lingkungan).
Dalam hal ini meskipun gen yang mengatur panjang kacang merah itu sama,
akan tetapi karena habitat hidupnya berbeda maka menyebabkan tidak ada
satupun biji yang memiliki sifat yang sama. Jadi gen yang sama menampakkan
sifat yang berbeda karan alingkungannya yang berbeda, hal ini sesuai dengan
pendapat (Syamsuri, 2002). Selain itu adanya variasi yang dihasilkan oleh
factor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun
dari satu sel ke sel yang lainnya (Suryati, 2008). Sedangkan factor eksternal
dalam lingkungan yaitu ditentukan oleh : intesitas cahaya, kelembaban, pH,
temperatur, kesuburan tanah dan lain-lain, dimana variasiyang terjadiyang
terjadi karena factor lingkungan ini, tidak diwariskan ke keturunannya.
Terjadinya variasi panjang pada kacang merah dikarenakan beberapa
pasang gen yang efek-efeknya digabung bersama atau lebih dikenal dengan
teori pewarisan pilogenik. Hal ini diperkuat oleh (Campbell 2002), bahwa
apabila dua tipe ekstrim disilangkan maka keturunannya bersifat intermediet
juga. Apabila tipe intermediet tersebut disilangkan,maka akan didapatkan hasil
beberapa tipe ekstrim dari hasil persilangan acak. Apabila dalam populasi besar
akan mendapatkan kisaran luas tipe-tipe dengan jumlah terbesar dalam kisaran
tengah dan jumlah yang terkecil pada ekstrim-ekstrimnya. Ketika efek ini
sebenarnya diamati terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada
mahluk hidup. Variasi kuantitatif adalah variasi yang berdasarkan jumlah dari
varietas,sedangkan variasi kulitatif berdasarkan kualitas dari varietas.
Kemudian data kualitatif mengenai variasi sifat pada kacang merah
yang dapat teramati oleh kelompok kami yaitu, variasi bentuk (gepeng vs
berisi), corak (sedikit vs banyak), permukaan (halus vs kasar), warna (gelap vs
terang) . Hal ini juga diengaruhi karena factor gen dan lingkungan.
Dari praktikum ini data dimasukkan dalam tabel frekuensi yang nanti
akan digunakan untuk membuat histogram. Berdasarkan histogram yang telah
dibuat, didapatkan hasil dimana panjang kacang terpendek dan terpanjang
sedikit ddibandingkan jumlah rata-rata. Sehingga data yang didapatkan
merupakan data distribusi yang normal.
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat variasi sifat pada biji kacang merah, yaitu sebagai berikut:
- Bentuk: gepeng >< berisi
- Warna: terang >< gelap
- Corak : sedikit >< banyak
- Permukaan: kasar >< halus
2. Terdapat variasi panjang dari biji kacang merah, yaitu panjang kacang
merah terpanjang adalah 15 mm dan yang terpendek adalah 10 mm,
sedangkan panjang rata-rata berada pada angka 12-13 mm.

I. Daftar Pustaka
Bresnick, Stephen. 2003.Intisari Biologi. Jakarta : Hipokrate
Campbell,Reece Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Dwisang, E L. 2008. Inti Sari Biologi. Tangerang. Scientific Press.
Pratyono dan Susanto. 2015. Variasi Sifat Pertumbuhan Ulin (Eusideroxylon
zwageri T. Et B.) Pada Uji Keturunan Di Bondowoso. Yogyakarta:
Jurnal WASIAN Vol.2 No.2, 79 -86.
Ruchjaniningsih, A. Imaran, M. Thamrin dan M.Z. Kanro.,2015. Penmpilan
Fenotipik dan Beberapa Parameter Genetik Kultivar Kacang
Merah.Zuriat Vol. 11, No. 1, Hal 10.
Sumiyati,dkk.2013. Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman
Palahlar Gunung (Dipterocarpus retusus blume.) dan Palahlar
(Dipterocarpus hasseltii blume.) Berdasarkan Penanda RAPD. Bogor:
JMHT Vol. XV, (3): 109–116. ISSN: 2087-0469.
Suryati, Dotti. 2008. Penuntukan Genetika Dasar. Bengkulu : Lab Agronomi
Universitas Bengkulu.
Syamsuri, Istamar. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Widianti T. 2015. Buku Ajar Genetika. Semarang: Fakultas MIPA UNNES

J. Jawaban Pertanyaan
1. Perbedaan antara variasi tingkat gen, tingkat spesies, tingkat populasi
dengan tingkat komunitas.
Jawaba:
- Variasi tingkat gen yaitu variasi yang masih dalam satu spesies dengan
nama lain yang sama.
- Variasi tingkat spesies yaitu adanya perbedaan yang bias ditemukan
pada kelompok atau komunitas pada berbagai spesies yang hidup di
suatu habitat makhluk hidup. Genus sama tetapi spesiesnya sudah
beda.
- Variasi tingkat populasi adalah perbedaan yang biasa ditemukan dalam
satu lingkup lingkungan yang memiliki banyak speseies yang berbeda.
- Variasi tingkat komunitas yaitu sifat beda dari organisme dalam satu
komunitas.
2. Variasi yang ditemui pada kacang merah termasuk variasi tingkat ….
Karena ….
Jawab:
Variasi pada kacang merah termasuk variasi tingkat gen karena masih
dalam nama spesies yang sama.
K. Dokumentasi

kasar halus gelap terang

Bentuk gepeng >< berisi bercorak sedikit >< banyak


kacang 5 terpanjang & 5 pendek mengukur panjang

Anda mungkin juga menyukai