Anda di halaman 1dari 14

OLEH

Ari Wijaya
NPM : 1841008
I. PENDAHULUAN

Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan


tanaman daerah tropis, termasuk ke dalam famill iles-iles dengan hasil
utamanya berupa umbi yang dapat di jadikan bahan industry pangan,
obat ,maupun kosmetik. (Wijayanto dan Pratiwi, 2011).Glukomanan
pada tanaman porang sangat potensial dalam berbagai aspek gizi, baik
pangan fungsional, pangan tambahan maupun turunannya (Safitri
et.,al 2021).
Glukomanan pada porang merupakan senyawa polisakarida dari jenis
hemiselulosa yang terdiri dari ikatan rantai galaktosa, glukosa, dan
mannosa.Ikatan rantai utamanya adalah glukosa dan mannosa
sedangkan cabangnya adalah galaktosa.Ada dua cabang polimer yang
berbeda dengan kandungan galaktosa yang berbeda.Glukomanan
mempunyai karakteristik yang unik.Larutan 1% glukomannan
mempunyai viskositas yang sangat tinggi (30.000 cP), merupakan
viskositas tertinggi diantara 12 jenis polisakarida yang di uji (Yaseen et
al., 2005).
Pertumbuhan porang memiliki beberapa siklus,siklus pertama dari bibit
sampai siklus dorman.Siklus kedua dari dorman sampai muncul tunas
kedua,pertumbuhan ini sangat di pengaruhi oleh intensitas cahaya dan berat bulbil.
Budidaya porang dapat dilakukan secara generatif, vegetatif, dan kultur
jaringan. Budidaya porang secara vegetatif, menggunakan bahan tanam berupa
bulbil dan umbi batang namum petani lebih menyukai bahan tanam bulbil karena
bulbil dapat langsung ditanam di lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Saleh
et.al.,2015; Sari dan Suhartati,2015; Ibrahim, 2019).
Perbanyakan tanaman dengan bulbil ditentukan oleh intensitas cahaya
bulbil. Kondisi bulbil mentis atau dorman akan menentukan kecepatan pertumbuhan
bulbil. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya porang
adalah berat bulbil dan intensitas cahaya (Puslitbang Tanaman Pangan, 2015).
Ukuran benih berhubungan dengan jumlah makanan yang dikandungnya.
Benih yang memiliki bobot lebih besar memiliki kualitas yang lebih baik, karena
cadangan makanan yang dikandungnya jauh lebih banyak sehingga akan
menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik (Sumarwoto dan Maryana, 2011;
Soedarjo, Baliadi, dan Djufry, 2020). Kendala umum yang dihadapi dalam
pembenihan porang yakni bahwa jumlah bulbil yang berukuran besar tidak sebanyak
bulbil yang berukuran sedang dan kecil, sementara masyarakat yang menanam
porang semakin tinggi sehingga kebutuhan benih semakin meningkat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan berat bulbil dan
intensitas cahaya yang lebih baik untuk pertumbuhan
tanaman porang pada siklus kedua tanaman kedua.

C. Hipotesis
1.Diduga kombinasiberat bulbil 4,0 - 5,9 g dan kondisi
ternaungi berpengaruh terhadap pertumbuhan porang
tanaman kedua siklus ke 2.
2.Diduga berat bibit bulbil 4,0 – 5,9 g berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman porang pada siklus kedua tanaman ke
2
3.Diduga penanaman bibit bulbil dalam kondisi ternaungi
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman porang pada
siklus kedua tanaman ke 2.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

B. Bahan dan Alat


C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial,


perlakuan terdiri dari berat bulbil (B) dan intensitas cahayanaungan dan
tanpa naungan (M). Berat bulbil terdiri dari 3 taraf , dan tingkat cahaya
terdiri dari 2 yaitu ternaungi dan tanpa naungan. Setiap Perlakuan
diulang sebanyak 6 kali.

Perlakuan berat bulbil pada tanaman siklus pertama :


B1 = Berat bulbil dengan 2,0 – 3,9 g
B2 = Berat bulbil dengan 4,0 – 5,9 g
B3 = Berat bulbil dengan 6,0 – 15,9 g
Perlakuan Intensitas Cahaya :
M1 = Naungan ( 40-45 % )
M2 = Tanpa Naungan( 100 % )

Data dianalis dengan menggunakan sidik ragam (uji F), apabila ragam
berpngaruh nyata maka pengujian dilanjutkan dengan uji BNT 5%
(Hanafiah, 2014).
D. CARA KERJA

1. Persiapan Lahan

2. Persiapan Bibit

3. Penyemaian

4. Penanaman Pada siklus


Tanaman Pertama

5. Pemupukan Pada
Tanaman Siklus Pertama
E. Parameter yang Diamati

1. Waktu Muncul Tunas (hari) 5. Jumlah Anak Daun (helai)

2. Waktu Pecah selubung 6. Pertambahan Panjang


petiole (hari) Midrib (cm/minggu)

3. Pertambahan Panjang 7. Pertambahan Lebar Daun


Petiole (cm/minggu) Utama (cm/minggu)

4. Pertambahan Diameter
8. Lebar kanopi (cm2)
Petiole (mm/minggu)
Tabel 1. Hasil analisis ragam Uji-F pengaruh intensitas cahaya (M) dan
berat bulbil (B) terhadap pertumbuhan bibit porang pada semua peubah
yang diamati.

Interaksi Intensitas Cahaya Berat Bulbil


No Peubah KK%
F.Tab F.Hit F.Tab F.Hit F.Tab F.Hit

1 Tumbuh tunas (hst) 2,60 3,41* 2,60 0,20tn 2,60 2,41tn 4


Pecah selubung petiole
2 2,60 17,64* 2,60 2,19tn 2,60 4,04tn 1
(hst)
Pertambahan Panjang
3 2,60 2,62* 2,60 73,43* 2,60 42,89* 13
petiole (cm/minggu)
Pertambahan Diameter
4 2,60 1,89tn 2,60 15,02* 2,60 13,38* 15
petiole (mm/minggu)
Jumlah daun
5 2,60 1,78tn 2,60 76,43* 2,60 36,93* 16
(helai)
Pertambahan Panjang
6 2,60 0,92tn 2,60 93,15* 2,60 22,95* 12
midrib (cm/minggu)
Pertambahan lebar daun
7 2,60 2,62* 2,60 56,38* 2,60 2,95* 19
utaman(cm/minggu

8 Lebar Kanopi (cm2) 2,60 3,72* 2,60 92,65* 2,60 35,31* 13


Tabel 2. Uji BNT 5 % dan nilai rerata intensitas cahaya
dan berat bulbil terhadap pertumbuhan bibit porang pada semua
peubah yang diamati.

Peubah

Pertambah Pertambah
Pecah Pertambah Pertambahan
Perlakuan an Luas an Lebar
Tumbuh selubung an Panjang Jumlah helai Panjang
Diameter kanopi helai
tunas (hari) petiole petiole daun midrib
petiole (cm2) daun/midri
(hari) (cm/mg) (cm/mg)
(mm/mg) b (cm)

M0B1 33.55a 39.78ab 6,68a 3,77 6,67 6,02 39,56a 2,53a

M0B2 36.07ab 41.75a 11,36bc 6,28 8,00 7,89 127,92c 2,87b

M0B3 34.48b 39.87b 11,88cd 6,27 11,83 9,74 119,26d 3,31c

M1B1 35.12c 40.72c 11,29b 5,75 12,17 10,25 133,92cd 3,89d

M1B2 34.88d 39.68d 14,34e 6,80 11,67 11,48 181,15e 4,21d

M1B3 35.21ab 40.06f 17,79f 7,37 18,17 12,73 230,15f 3,94e

BNT 5 % 6,20 3,14 0,76 13,03 0,21


Tabel 3. Uji BNT % dan nilai rerata intensitas cahaya
terhadap pertumbuhan bibit porang pada semua peubah yang
diamati.

Rerata peubah
No Peubah BNT 5%
M0 M1

1 Tumbuh tunas (hst) 31,70 32,07

2 Pecah selubung petiole (hst) 37,47 37,15


Pertambahan Panjang petiole
3 9,97a 14,47b 0,76
(cm/mg)
Pertambahan Diameter petiole
4 5,44a 6,64b 0,45
(mm/mg)
5 Jumlah daun (helai) 8,83a 14,00b 0,86
Pertambahan Panjang midrib
6 7,88a 11,49b 0,54
(cm/mg)
7 Luas Kanopi (cm2) 95,57a 181,74b 13,03
Pertambahan Lebar helai daun
8 2,90a 4,01b 0,21
(cm/mg)
Tabel 4. Uji BNT 5% dan nilai rerata Tunas Bulbil terhadap
pertumbuhan bibit porang pada semua peubah yang diamati.

Rerata peubah
BNT
No Peubah
B1 B2 B3 5%

1 Tumbuh tunas (hst) 31,33 32,48 31,84


Pecah selubung petiole
2 37,27 37,71 36,98
(hst)
Pertambahan Panjang
3 8,98a 12,85b 14,83c 0,76
petiole (cm/mg)
Pertambahan Diameter
4 4,76a 6,54ab 6,82ab 0,45
petiole (mm/mg)
5 Jumlah daun (helai) 9,42a 9,83a 15,00b 0,86
Pertambahan Panjang
6 8,14a 9,69b 11,23c 0,54
midrib (cm/mg)
7 Luas kanopi (cm2) 86,74a 154,52b 174,70c 13,03
Pertambahan Lebar helai
8 3,21a 3,54a 3,62ab 0,21
daun (cm/mg)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan maka dapat di simpulkan
bahawa :
1.Kombinasi perlakuan tanpa naungan dan berat bulbil 6,0-15,9 g merupakan
kombinasi perlakuan lebih baik dari perlakuan lain terhadap pertumbuhan
bibit porang.
2.Perlakuan berat bulbil 6,0-15,9 g menunjukkan pertumbuhan yang cepat dan
menghasilkan nilai rerata tertinggi dalam setiap peubah yang diamati.
3.Perlakuan tanpa naungan menghasikan nilai rerata tertinggi dalam
pertambahan pertumbuhan dan perkembangan tunas bulbil tanaman porang.

Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan bulbil tanaman
porang dengan range yang lebih besar, serta menggunakan zat
pengatur tumbuh agar cepat memecahkan dormansi pada bulbil
sebagai perlakuan untuk penelitian selanjutnya.
Oleh : Ari Wijaya

Anda mungkin juga menyukai