Anda di halaman 1dari 12

MENGGALI POTENSI GENETIKA PADA

TANAMAN KACANG BOGOR (Vigna subterranea L.


Verdc.)

Dosen Pengampu:
Yuliawati SP., M.Si.

Disusun oleh:
Syahrul Muharam
A.1810490

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2


BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
BAB III. METODELOGI..................................................................................... 4
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 4
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 4
3.3 Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 4
3.4 Analisis Data ................................................................................................. 4
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 6
4.1 Hasil dan Pembahasan................................................................................... 6
BAB V. PENUTUP ................................................................................................ 9
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan namanya, Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdc.)
banyak ditemukan di sekitar Bogor dan daerah di Jawa Barat Lainnya. Kacang
Bogor dibudidayakan petani secara tradisional. Varietasnya juga beragam dan
berasal dari benih hasil tanaman sendiri.
Menurut Departement of Agriculture, Forestry and Fishery Republic of
South Africa (2016), Kacang Bogor berasal dari benua Afrika dan telah
dibudidayakan selama berabad-abad lamanya. Di tempat asalnya kacang ini
dinamakan kacang Bambara. Penyebaran kacang ini bermula dari dibawanya
kacang ini ke Madagaskar oleh bangsa Arab. Pada awal abad ke 17 kacang ini
sampai di Brazil dan Suriname dan kemudian menyebar sampai ke Filipina dan
Indonesia.
Di Indonesia, kacang bogor telah lama beradaptasi dengan baik di wilayah
Bogor dan bagian timur Jawa Barat, sehingga lebih dikenal sebagai kacang bogor.
Saat ini, kacang bogor telah menyebar ke Sukabumi, Majalengka, Tasikmalaya,
Bandung, Jawa Tengah (Pati dan Kudus), Jawa Timur (Gresik), Lampung, NTB
dan NTT (Kuswanto dkk., 2012).
Di Indonesia, Kacang bogor banyak ditemui dalam bentuk kacang rebus
atau kacang goreng. Potensi untuk pengembangan produk dari kacang bogor
masih terbuka lebar seperti susu dan yogurt (Pahane et. al., 2017), keju lunak
(Gozali, 2017), Roti Gulung, Kukis, Keik, Muffin, Donat, Pie Pastri, Roti, dan
masakan tradisional lainnya (Nti, 2004)
Dalam 100 gram, kacang bogor mengandung nutrisi yaitu protein 20,6%,
lemak 6,6%, serat 6,3%, abu, 3,25%, dan karbohidrat 56,61% (Mazahib et al.,
2013). Kacang bogor direkomendasikan sebagai makanan sehat karena kandungan
lemaknya sebagian besar terdiri atas asam lemak tak jenuh (palmitat, oleat,
linoleat dan kaprilat) yang sangat penting untuk kesehatan tubuh (Hidayah, 2005).
Kacang bogor tahan terhadap kekeringan dan dapat menghasilkan pada
tanah yang kurang subur. Kacang bogor juga banyak dikembangkan di daerah
hutan tropis dan dataran tinggi yang lembab (Departement of Agriculture,
Forestry and Fishery Republic of South Africa, 2016). Berdasarkan daya adaptasi
tersebut, kacang bogor berpotensi untuk dikembangkan di Kalimantan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan daya hasil kacang bogor.
Produksi kacang bogor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor genetik, lingkungan dan interaksi genotipe dan lingkungan (Chahal dan
Gosal 2002). Peningkatan hasil kacang bogor dapat dilakukan dengan memperbaiki
teknik budidaya dan faktor genetik melalui pemuliaan (Yuliawati et al., 2018).
Perbaikan dengan teknik budidaya dapat diusahakan dengan cara pemupukan,
pengaturan jarak tanam serta pemeliharaan tanaman yang tepat. Perbaikan dengan
cara ini akan tepat, apabila telah terdapat galur-galur unggulan yang merupakan
hasil dari perbaikan genetik kacang bogor. Perbaikan secara genetik pada kacang
bogor masih belum banyak dilakukan di Indonesia.
BAB III. METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Oktober - Januari 2022 di lahan
percobaan yang berlokasi di Kampung Sukaresmi, Desa Cipayung, Kecamatan
Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang dibutuhkan adalah benih kacang bogor, pupuk kandang, pupuk
NPK, insecktisida dan fungisida. Alat yang digunakan saat praktikum meliputi
Peralatan yang digunakan adalah alat budi daya, alat tulis, label, kantong plastik
bening, kantong jaring (seed bag), seed box, kamera digital, thermohgyrometer dan
timbangan analitik.

3.3 Metode Pelaksanaan


Kegiatan pengolahan lahan dan petak-petak percobaan dilakukan pada awal
percobaan. Masing-masing benih per galur ditanam dalam dua baris, tiap baris
terdiri atas 10 tanaman dan jarak tanam 60 x 40 cm. Dosis pupuk kandang yang
diaplikasikan adalah 10 ton/ha dan NPK 200 kg/ha. Penyulaman dilakukkan pada
saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST). Penyemprotan insektisida
berbahan aktif deltrametrin 25 g/L dilakukan pada 30, 46, 61 dan 73 HST dan
fungisida berbahan aktif mankozeb 80% hanya diaplikasikan pada populasi kacang
bogor yang ditanam di Cipayung pada 62 HST. Panen dilaksanakan secara serentak
pada umur 112 HST, setelah itu diamati dan dikeringkan selama ± 14 hari.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar
kanopi, bobot brangkasan basah, bobot polong basah, bobot polong kering, jumlah
polong bernas, jumlah polong cipo dan jumlah polong total.

3.4 Analisis Data


Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) tiga ulangan
menggunakan 10 aksesi tanaman dengan model Linier Aditif. Analisis ragam tiap
karakter galur-galur kacang bogor (Tabel 1.) dilakukan tabel sidik ragam.
Yij = +i + j + ij

Keterangan:
i = 1, 2, …, p dan j=1, 2,…,r
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
 = Rataan umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i
j = Pengaruh kelompok ke-j
ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Tabel 1. Analisis ragam dan kuadrat tengah harapan kacang bogor


Nilai
Sumber Keragaman Db JK KT F-hit
Harapan
Kelompok r-1 JKK KTK KTK/KTG
Perlakuan p-1 JKP KTP (M2) σ2e + r(σ2g) KTP/KTG
Galat (p-1) (r-1) JKG KTG (M1) σ2 e
Total pr-1 JKT
Keterangan: Db = Derajat bebas, Jk =Jumlah kuadrat, KT = Kuadrat tengah, σ 2 e= ragam lingkungan, σ2 =g
ragam genetic

Berdasarkan kuadrat tengah dan nilai harapan pada Tabel 1, dapat diduga nilai
komponen ragam sebagai berikut:

σ2 e = M1

σ2 g = M2-M1
r

σ2 p = σ2 g + σ2 e

h2bs = σ2g x 100%


σ2 p

Keterangan:
M1 : kuadrat tengah galat
M2 : kuadrat tengah genotipe
σ2 g : ragam genetik
σ2 e : ragam lingkungan
σ2 p : ragam fenotipe
r : banyaknya ulangan pada percobaan
h2bs : heretabilitas arti luas
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses seleksi.
Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas
dan heritabilitas yang tinggi. Nilai heretabilitas hasil analisis per aksesi tanaman
tertera pada (Tabel 2.). Nilai dugaan heritabilitas suatu karakter perlu diketahui
untuk menduga apakah karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor genetik
atau lingkungan karena heritabilitas dalam arti luas merupakan proporsi ragam
genetik terhadap ragam fenotipiknya (Nasution, 2018).

Tabel 2. Komponen Ragam Aksesi Lokal Kacang Bogor


Karakter σ2 g 2σσ2g Kriteria σ2 p 2σσ2P Kriteria
Tinggi Tanaman (cm) 2,19 1,59 Luas 3,78 1,94 Luas
Jumlah Daun 19,05 4,37 Luas 58,83 7,67 Luas
Jumlah Cabang -0,03 -0,17 Sempit 1,33 1,15 Luas
Diameter Kanopi (cm) 11,02 3,32 Luas 15,61 3,95 Luas
Bobot Polong Basah (gr) -50,26 -7,09 Sempit 440,17 20,98 Luas
Bobot Polong Kering (gr) -14,40 -3,79 Sempit 59,65 7,72 Luas
Jumlah Polong Bernas 14,37 3,79 Luas 44,99 6,71 Luas
Jumlah Polong Cipo 1,84 1,36 Luas 9,24 3,04 Luas
Jumlah Polong Total 31,55 5,62 Luas 58,90 7,67 Luas
Keterangan: σ2 g= Ragam genetik, 2σ 2 =σ gStandar deviasi genetik, σ2 = Ragam
p fenotip, 2σ 2 = Standar
σP
deviasi fenotip

Keragaman genetik dan fenotip dikelompokkan menurut formulasi Pinaria et


al. (1995), diantaranya σ2g<2σσ2g (sempit), σ2g>2σσ2g (luas), dan σ2p<2σσ2P (sempit),
σ2p>2σσ2P (luas). Terdapat beberapa karakter yang memiliki duga ragam genetik
luas, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter kanopi, jumlah polong bernas,
jumlah polong cipo dan jumlah polong total. Nilai variasi genetik yang luas dapat
memberikan kesempatan luas untuk memilih karakter tanaman unggul berdasarkan
karakter tersebut, sehingga dapat digunakan pada kegiatan seleksi untuk perakitan
varietas unggul baru (Sobari dan Wicaksana, 2017). Pengetahuan tentang latar
belakang genetik populasi sangat penting untuk memulai seleksi. Menurut Saadah
(2019) Keragaman genetik yang tinggi untuk beberapa karakter pada populasi ini
disebabkan karena latar belakang genetik populasi yang berbeda.
Data tabel menunjukkan keragaman genetik yang sempit meliputi jumlah
cabang, bobot polong basah dan bobot polong kering. Kemudian, keragaman
fenotip untuk semua karakter memiliki kriteria luas. Pendapat Syukur et al. (2010)
bahwa karakter yang memiliki keragaman genetik yang luas akan memiliki
keragaman fenotipe yang luas, akan tetapi keragaman yang memiliki keragaman
genetik yang sempit belum tentu memiliki keragaman fenotipe yang sempit pula.
Diduga keragaman genetik yang sempit akan menyebabkan hasil yang tidak efektif.
Menurut Sugandi et al. (2012) Karakter berdasarkan beberapa varietas dan galur
dengan keragaman genetik yang sempit sudah tidak efektif.

Tabel 3. Heritabilitas Aksesi Lokal Kacang Bogor


Karakter h2bs (%) Kategori
Tinggi Tanaman (cm) 58,00 Tinggi
Jumlah Daun 32,39 Sedang
Jumlah Cabang 0,00 Rendah
Diameter Kanopi (cm) 70,59 Tinggi
Bobot Polong Basah (gr) 0,00 Rendah
Bobot Polong Kering (gr) 0,00 Rendah
Jumlah Polong Bernas 31,94 Sedang
Jumlah Polong Cipo 19,91 Rendah
Jumlah Polong Total 53,57 Tinggi
Keterangan: h2bs= Heritabilitas arti luas

Fehr (1991) membagi nilai duga heritabilitas menjadi tiga kategori, yaitu
rendah (H<20%), sedang (20%<H<50%) dan tinggi (H>50%). Nilai dugaan
heribilitas pada (Tabel 2.) hasil evaluasi aksesi-aksesi lokal dalam kategori rendah
sampai tinggi dengan interval 0 – 70,59%.
Dari data yang diperoleh (Tabel 3.) karakter yang memiliki heritabilitas
rendah, yaitu jumlah cabang, bobot polong basah, bobot polong kering dan jumlah
polong cipo. Heritabilitas jumlah cabang tidak sejalan dengan Febriani (2011) yang
memperoleh heritabilitas tinggi. Hasil penelitian Fitriani (2018) karakter bobot
polong menghasilkan nilai heritabilitas rendah.
Karakter yang memiliki heritabilitas sedang meliputi jumlah daun, dan
jumlah polong bernas. Heritabilitas sedang pada karakter jumlah daun sesuai
dengan penelitian Onwubiko et al. (2019) yang mengasilkan hasil yang sama. Hasil
heritabilitas jumlah polong bernas tidak sejalan dengan penelitian Khan et al.
(2021) memperoleh hasil nilai heritabilitas tinggi pada karakter jumlah polong
bernas.
Selanjutnya, tinggi tanaman, diameter kanopi, dan jumlah polong total
tergolong karakter dalam heritabilitas tinggi. Hasil penelitian Fatimah et al. (2020)
Nilai heritabilitas tinggi pada karakter jumlah polong total. Selanjutnya, riset
Fitriani (2018) menunjukkan tinggi tanaman dan diameter kanopi dengan kriteria
heritabilitas tinggi. Menurut Jameela et al. (2014) Nilai heritabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa sebagian besar variasi total berada pada kendali pengaruh
genetik dibandingkan lingkungan, sebaliknya penampilan fenotipik karakter
dengan nilai duga heritabilitas rendah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dibandingkan faktor genetik. Nilai duga seleksi akan efektif jika
populasi tersebut mempunyai heritabilitas yang tinggi, sehingga hasil seleksi
diharapkan akan memperoleh kemajuan genetik yang tinggi pula (Wulandari et al.
2016).
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter kanopi, jumlah polong bernas, jumlah polong cipo dan jumlah
polong total, sedangkan keragaman genetik sempit terdapat terdapat pada karakter
jumlah cabang, bobot polong basah dan bobot polong kering. Karakter yang
memiliki heritabilitas tinggi meliputi tinggi tanaman, diameter kanopi, dan jumlah
polong total. Tinggi tanaman diameter kanopi dan jumlah polong total diduga
memiliki keterkaitan satu sama lain serta karakter tersebut dapat dijadikan seleksi
pada generasi awal yang efektif untuk perakitan varietas unggul baru.
DAFTAR PUSTAKA

Department of Agriculture, Forestry and Fishery Republic of South Africa. 2016.


Production Guidelines of Bambara Groundnut (Vigna subterranea).
Directorate of Plant Production, Pretoria
Kuswanto, B. Waluyo, R. A. Pramantasari, S. Canda. 2012. Koleksi dan Evaluasi
Galur-Galur Lokal Kacang Bogor (Vigna subterranea). Seminar Nasional
Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI) tahun 2012. Institut
Pertanian Bogor
Mazahib, A.M., M.O. Nuha, I.S. Salawa, and E.E. Babiker. 2013. Some
Nutritional Atributes of Bambara Groundnut as Influenced bay Domestic
Processing. International Food Research Journal vol 20(3): 1165-1171
Nti, C.A. 2004. New Recipes For Enhanced Bambara Utilization in Ghana.
Department of Home Science, University of Ghana, Legon.
Fehr W. 1991. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique.
Agronomy Books. 1.
Garfansa MP dan Sukma KPW. 2021. Translokasi asimilat tanaman jagung (Zea
mays L.) hasil persilangan varietas Elos dan Sukmaraga pada cekaman garam.
Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi. 14(1): 61-65.
Jameela H, Sugiharto AN dan Soegianto A. 2014. Keragaman Genetik Dan
Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Pada Populasi F2 Buncis (Phaseolus
vulgaris L.) Hasil Persilangan Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal.
Jurnal Produksi Tanaman (2)4: 324-329.
Khan MdMH, Rafli M, Ramlee SI, Jusoh M, dan Mamun MdAl. 2021. Genetic
Analysis and Selection of Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L.]
Verdc.) Landraces for High Yield Revealed by Qualitative and Quantitative
traits. Scientific Reports. 11: 7597
Makanda I, Tongoona P, Icishahayo D, and Derera J. 2009. Evaluation of Bambara
Groundnut Varieties for Off Season Production in Zimbabwe. African Crop
Science Jurnal. 16(3). 175-183.
Nasution NA. 2018. Evaluasi Keragaan Karakter Kuantitatif Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) Berkulit Biji Warna Terang Asal Lanras
Sumedang. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peratanian Institut Pertanian Bogor.
Onwubiko NC, Uhuru MI, and Chimdi GO. 2019. Estimates of Genetic Parameters
in Bambara Groundnut {Vigna subterranea (L.) VERDC.}. Plant Breed,
Biotech. 7(4): 295-301.
Pinaria S, A. Baikhi, R. Setiamihardja, dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas
genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomassa 53 genotipe kedelai.
Zuriat. 6 (2): 88-92.
Redjeki ES. 2007. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Bogor (Vigna
subtteranea (L.) Verdcourt) Galur Gresik dan Bogor pada Berbagai Warna
Biji. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian. Bogor: Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. hlm
114-118.
Saadah N. 2019. Keragaman Genetik Tanaman Pearl Millet (Pennisetum glaucum)
pada Generasi M3. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sobari E dan Wicaksana N. 2017. Keragaman Genetik dan Kekerabatan Genotip
Kacang Bambara (Vigna subteranea L.) Lokal Jawa Barat. Jurnal Agro. 4(2):
90-96.
Sugandi R, Nurhidayah T dan Nurbaiti. 2012. Variabilitas Genetik Dan
Heritabilitas Karakter Agronomis Beberapa Varietas Dan Galur Sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench). [Skripsi]. Riau: Fakultas Pertanian
Universitas Riau.
Suwanprasert J, Toojinda T, Srivines P, dan Chanprame S. (2006). Hybridization
technique for bambara groundnut. Breeding Science 56: 125-129
Yuliawati, EK YW, Surahman M, dan Rahayu A. 2018. Keragaman Genetik Dan
Karakter Agronomi Galur-Galur Kacang Bogor (Vigna subterranea L.
Verdc.) Hasil Seleksi Galur Murni Asal Lanras Sukabumi. Jurnal Agronida.
4(1): 56-63.
Yuliawati. 2019. Evaluasi Galur-Galur Hasil Seleksi Galur Murni Kacang Bogor
(Vigna subterranea L. Verdc.) Asal Lanras Sukabumi. [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai