Anda di halaman 1dari 22

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden


Responden dalam penelitian ini adalah petani tebu di Desa Wonokusumo
Kecamatan Tapen. Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 50 orang
petani tebu, profil responden terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, luas
lahan, dan lama berusahatani.

6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


jenis kelamin dalam penelitian ini digolongkan dalam dua golongan yaitu
laki-laki dan perempuan, dapat di lihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa


Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Profil Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 41 82,00
2. Perempuan 9 18,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel petani tebu di Desa
Wonokusumo terdapat 41 orang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase
sebesar 82,00% dan 9 orang dengan jenis kelamin perempuan sebesar 18,00%,
mayoritas sampel petani tebu di Desa Wonokusumo adalah laki-laki yang
kemudian disusul oleh berjenis perempuan.

6.1.2 Umur
Umur menentukan kekuatan fisik petani dan dapat mempengaruhi terhadap
kinerja petani sehingga perlu diketahui karakteristik responden berdasarkan
kelompok umur. Kelompok umur dalam penelitian ini dikelompokan kedalam 5
katagori yaitu antara 32-42 tahun, 43-53 tahun, 54-64 tahun, 65-75 tahun, dan 76-
86 tahun dengan ditribusi frekuensi sebagai berikut :

1
Tabel 6.2 Karakteristik Responden Petani Tebu Berdasarkan Umur di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 32-42 9 18,00
2. 43-53 13 26,00
3. 54-64 19 38,00
4. 65-75 8 16,00
5. 76-86 1 2,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Tabel 6.2 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel petani yang melakukan
usahatani tebu terdapat 9 responden (18,00%) berumur antara 32-42 tahun, 13
responden (26,00%) berumur 43-53 tahun, 19 responden (38,00%) berumur 54-
64, 8 responden (16,00%) berumur 65-75, 1 responden (2,00%) berumur 76-86
tahun, dari data tersebut dapat dilihat responden terbanyak yaitu berada pada
rentang umur produktif yaitu 54-64 tahun sebesar 38,00%. Sesuai dengan
pernyataan Zulfahri (2019) bahwa rentang umur produktif 54-64 tahun bisa
mempengaruhi pemikiran petani dalam mengelolah usahatani tebu sehingga dapat
mempengaruhi pendapatan.

6.1.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden diukur melalui pendidikan yang pernah
ditempuh oleh responden. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden
digolongkan dalam 4 golongan yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
dengan data sebagai berikut :

Tabel 6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa


Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Pendidikan Jumlah (orang) persentase (%)
1. SD 20 40,00
2. SMP 15 30,00
3. SMA 12 24,00
4. Perguruan Tinggi 3 6,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Tabel 6.3 memperlihatkan bahwa 50 sampel petani yang diperoleh dari
wawancara dan kusioner, 20 orang dengan persentase (40,00%) berpendidikan
SD, 15 orang (30,00%) berpendidikan SMP, 12 orang (24,00%) berpendidikan
SMA, 3 orang (6,00%) pendidikan terakhir Perguruan Tinggi, dari data tersebut
bisa kita ketahui bahwa petani di Desa Wonokusumo yang melakukan usahatani
tebu terbanyak yaitu berada pada tingkat pendidikan SD sebesar 20 orang
(40,00%), dan tingkat pendidikan terendah yaitu di perguruan tiggi sebesar 3
orang (6,00%). Hal tersebut mengambarkan bahwa responden petani tebu lebih
banyak yang berpendidikan rendah yaitu di tingkat SD, sehingga masyarakat
masih kurang dalam menerima inovasi dan teknologi dalam melakukan usahatani
tebu.

6.1.4 Luas Lahan


Luas lahan dikatakan luas oleh petani di Desa Wonokusumo ketika
seseorang mempunyai lahan dengan luas diatas 2 ha, sedangkan petani yang
memiliki lahan di bawah satu hektar dikatakan sempit oleh petani. Adapun luas
lahan petani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso
yang di peroleh melalui wawancara dan kusioner digolongkan kedalam 3
golongan yaitu <1 ha, 1-2 ha dan > 2 ha, dapat di lihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Karakteristik Responden Usahatani Tebu Berdasarkan Luas Lahan di


Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun
2022.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. <1 18 36,00
2. 1-2 14 28,00
3. >2 18 36,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Dioalah (2022).
Tabel 6.4 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel petani yang di dapat dari
wawancara dan kusioner, mayoritas petani yang melakukan usahatani tebu di
Desa Wonokusumo mempunyai lahan <1 ha sebanyak 18 orang dengan persentase
sebesar 36,00% dan >2 ha sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 36,00%,
kemudian petani yang mempunyai lahan 1-2 ha hanya sebnayak 14 orang dengen
persentase 28,00%.

6.1.5 Pengalaman Berusahatani


Pengalama dalam berusahatani merupakan hal penting dan sebuah
penambah wawasan terhadap para petani di Desa Wonokusumo. Adapun
pengalaman berusahatani pada penelitian ini dihitung berdasarkan lamanya petani
melakukan usahatani tebu dan di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu 5-15
tahun, 16-26 tahun, dan 27-37 tahun. Dapat kita lihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Tebu di


Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun
2022.
No Pengalaman (Thn) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 5-15 20 40,00
2. 16-26 16 32,00
3. > 26 14 28,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Tabel 6.5 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel petani yang di peroleh
dari hasil wawancara dan kusioner, 20 orang (40,00%) berpengalaman dalam
usahatani tebu selama 5-15 tahun, 16 orang (32,00%) berpengalaman 16-26 tahun,
dan 14 orang (28,00%) berpengalaman 27-37 tahun. Mayoritas peatni tebu di
Desa Wonokusumo berpengalaman 5-15 tahun sebnyak 20 orang (40,00%).

6.2 Struktur Biaya Usahatani


Biaya-biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh petani tebu dalam melakukan usahatani di Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso, yang meliputi biaya yang berubah secara dinamis
bergantung pada proses produksi (Biaya Variabel) maupun biaya tetap yang
dikeluarkan tanpa memperdulikan seberapa banyak atau sedikit produksi (Biaya
Tetap). Dari perincian biaya – biaya tersebut nantinya akan dapat diketahui total
dari keseluruhan biaya dalam melakukan usahatani tebu.
a. Biaya usahatani berdasarkan hubungannya dengan jumlah produksi dapat di
lihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6 Rata – Rata Biaya Usahatani Tebu Per Hektar Berdasarkan Produksi di
Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun
2022.
Jumla Harga Nilai Persenta
No Satua
Uraian h (Rp/satuan) (Rp) se
. n
(unit) (%)
A. Biaya Variabel
(VC)
1. Bibit Ku 87,66 75.000,00 6.574.500,00 16,38
2. Pupuk
a. Urea Kg 200, 2.250,00 450.900,00
b. ZA kg 40 2.250,00 1.473.750,00
c. Phonska kg 655,00 2.500,00 869.166,67
34,67
Jumlah 2.793.816,67 6,96
3. Herbisida
a. Sidamin L 3,03 60.000,00 181.630,10
b. Amigras l 2,07 90.000,00 186.416,07
c. Gramoxone l 2,42 120.000,00 290.194,68
Jumlah 658.240,85 1,64
4. tenaga kerja
a. Pengolahan Rp/ha 2,19 2.574.697,19 2.574.697,19
b. Penanaman HOK 60,19 25.000,00 1.504.697,67
c. Penyiangan HOK 6,58 30.000,00 197.386,73
d. Pemupukan I HOK 8,37 25.000,00 209.249,32
e. Pemupukan II HOK 9,60 25.000,00 239.918,69
f. Pembubunan I HOK 20,59 25.000,00 514.853,12
g. Pembubunan HOK 17,57 25.000,00 439.342,57
II HOK 30,23 25.000,00 755.824,87
h. Klentek I HOK 23,06 25.000,00 576.440,26
i. Klentek II 25.000,00 375.897,50
j. Klentek siap HOK 15,04 5.748.000,0
tebang Rp/ha 5.748.000,00 0
k. Tebang Rp/ha 5.724.000,00 5.724.000,00
l. Angkut
Jumlah 18.860.307,91 47,01
Sub Total A 28.886.865,42 72,01
B. Biaya Tetap (FC)
5. Penyusutan alat Rp/ha 1 146.480,47 146.480,47
6. Sewa Lahan ha. 1 10,000,000,00 10,000,000,00
Sub Total B 10.146.480,47 27,99
Total Cost (TC) 39.033.345,89 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Berdasarkan Tabel 6.6 dapat diketahui bahwa total rata-rata biaya
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso
Tahun 2022 adalah Rp. 39.033.345,89/ha. Rata rata biaya variabel (variable cost)
yang dikeluarkan dalam usahatani tebu adalah Rp. 28.886.865,42/ha atau 72,01%
dari biaya keseluruhan, sedangkan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan dalam
usahatani tebu adalah Rp. 10.146.480,47/ha atau 27,99% dari biaya kesluruhan.
Biaya terbesar dalam melakukan usahatani tebu di Desa Wonokusumo yaitu biaya
tenaga kerja, dimana memerlukan biaya sebesar Rp. 18.860.307,91/ha atau
47,01% dari biaya keseluruhan yang terdiri dari biaya tenaga kerja pengolahan
lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pembubunan, klentek, dan biaya
tebang angkut. Besarnya biaya tenaga kerja dikarenakan dalam ushatani tebu
memerlukan perawatan yang intensif dan membutuhkan tenaga kerja yang
banyak. Biaya terendah dalam usahatani tebu adalah penyusutan alat dengan biaya
Rp. 146.480,47/ha rendahnya biaya penyusutan alat dikarenakan alat dapat
digunakan berkali-kali dalam jangka waktu yang cukup lama.

b. Struktur biaya berdasakan pengeluaran tunai dan non tunai


Analisis struktur biaya berdasarkan pengeluaran tunai dan non tunai pada
usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso
dapat di lihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7 Rata – Rata Biaya Usahatani Tebu Per Hektar Berdasarkan Biaya Tunai
dan Non Tunai di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso Tahun 2022.
No. Jenis Biaya Satuan Nilai Persentase(%)
A. Biaya Tunai
1. biaya bibit Rp. 6.574.500,00 16,38
2. biaya pupuk Rp. 2.793.816,67 6,96
3. biaya herbisida Rp. 658.240,85 1,64
5. biaya TKLK Rp. 18.735.476,18 46,70
Sub Total A Rp. 28.762.033,69 74.37

B. Biaya Non Tunai


6. Penyusutan alat Rp. 146.480,47 0,36
7. Sewa Lahan Rp. 10,000,000,00 24,92
8. TKDL Rp. 124.831,73 0,31
Sub Total B 10.271.312,19 25,63
Total Biaya 39.033.345,89 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).

Berdasarkan Tabel 6.7 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya usataha tani
tebu di desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022
adalah Rp. 39.033.345,89/ha. Rata rata biaya tunai yang dikeluarkan dalam
usahatani tebu adalah Rp. 28.762.033,69/ha atau 74.37% dari biaya keseluruhan,
sedangkan biaya non tunai yang dikeluarkan dalam usahatani tebu adalah Rp.
10.271.312,19/ha atau 25,63% dari biaya kesluruhan. Dari Tabel tersebut dapat
diketahui bahwa biaya yang paling besar adalah biaya tunai sebesar
28.762.033,69/ha atau sebesar 74.37% dari biaya keseluruhan dalam usahatani
tebu.

6.3 Pendapatan Usahatani Tebu


Pendapatan usahatani tebu di desa wonokusumo dapat diketahui melalui
analisis pendapatan. Analisis pendapatan dari usahatani tebu di desa wonokusumo
dihitung dari pengurangan total penerimaan usahatani tebu dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam produksi tebu selama satu musim.
Penerimaan dari usahatani tebu di desa wonokusumo (total revenue)
diperoleh dari mengalikan hasil produksi tebu dengan harga jual tebu. Total biaya
produksi (total cost) usahatani tebu di desa wonokusumo terdiri dari biaya yang
dibayarkan (Biaya Tunai) dan biaya yang diperhitungkan (Biaya Non Tunai) yang
meliputi penyusutan alat, sewa lahan, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya
yang dibayarkan (Biaya Tunai) adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan pada
saat proses produksi berlangsung, meliputi biaya bibit, pupuk, herbisida, pajak,
dan biaya tenaga kerja luar keluarga.

Tabel 6.8 Rata – Rata Pendapatan Usahatani Tebu Per Hektar (ha) di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Uraian Satuan Jumlah
1. Penerimaan Rp. 55.996.000,00
2. Biaya tunai Rp. 28.762.033,69
Total Pendapatan Rp. 27.233.966,31
Sumber : Data Primer Diolah (2022)

Tabel 6.8 menunjukkan rata-rata penerimaan yang di terima oleh petani


tebu di Desa Wonukusumo Kecamatan Tapen kabupaten Bondowoso sebesar Rp.
55.996.000,00/ha, dengan biaya tunai yang di keluarkan oleh petani tebu sebesar
28.762.033,69/ha, sehingga petani tebu memperoleh pendapatan sebesar Rp.
27.233.966,31/ha. Pendapatan usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso bisa dikatakan rendah jika melihat penelitian
(Widyawati, 2018) hasil penelitiannya diempat wilayah diantaranya kabupaten
malang, pasuruan, lumajang, dan situbondo rata-rata pendapatan usahatani tebu
yaitu sebesar Rp. 43.581.714,29/ha. Rendahnya pendapatan disebabkan karena
membengkaknya biaya – biaya input usahatani sehingga bisa mempengaruhi
pendapatan petani.

6.4 Keuntungan Usahatani Tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen


Kabupaten Bondowoso
Keuntungan didapat dari penerimaan di kurangi dengan total biaya yang
meliputi biaya tunai dan non tunai yang dikeluarkan oleh petani saat melakukan
usahatani tebu. Adapun keuntungan rata-rata usahatani tebu di Desa Wonokusumo
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada Tabel 6.9
Tabel 6.9 Rata – Rata Keuntungan Usahatani Tebu Per Hektar (ha) di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Uraian Satuan Jumlah
1. Produksi ku. 1090,00
2. Harga Jual Rp/ku. 51.300,00
3. Penerimaan Rp. 55.996.000,00
4. Total Biaya Rp. 39.033.345,89
Keuntungan Rp. 16.962.654,11
Tabel : Data Primer Diolah (2022).

Tabel 6.9 menunjukan bahwa rata-rata keuntungan yang di terima oleh


petani di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso dalam
satu kali musim tanam adalah sebesar Rp. 16.962.654,11/ha. Sehingga didapat
hasil bahwa TR > TC artinya usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso menguntungkan. Sesuai dengan pernyataan Khoir
(2016) ketika TR > TC berarti usahatani menguntungkan.

6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Tebu di


Desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tebu di desa
Wonokusumo Kabupaten Bondowoso diketahui dengan memnggunakan analisis
regresi model Cob Douglas. Produksi petani merupakan variabel terikat
(dependent) dalam model persamaan regresi (Y) yang diduga diperngaruhi oleh
tujuh variabel bebas (independent) yaitu Luas Lahan (X1), tenaga kerja (X2),
pupuk (X3), herbisida (X4), pengalaman usaha tani (X5), umur petani (X6), dan
pendidikan petani (X7). Pengujian Analisis regresi ini ditujukan untuk mengetahui
pengaruh yang variabel bebas (independent) sebagai penyebab terhadap variabel
terikat (dependent) sebagai akibat. Pengujian asumsi klasik meliputi uji
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berikut uji
asumsi klasik pada data yang diperoleh usahatani tebu di desa Wonokusumo
Kabupaten Bondowoso:
1. Uji Normalitas
Pengujian terhadap uji asumsi klasik yang pertama adalah uji normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual dari model regresi linier ini memiliki distribusi
normal atau tidak. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji
statistik menjadi tidak valid atau bias untuk jumlah sampel kecil. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Pengujian uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji one sample
Kolmogorov-smirnov test. Apabila nilai signifikansi yang didapatkan melebihi
dari 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi. Berdasarkan uji normalitas dalam
penelitian ini secara statistik mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,509 dan
melebihi dari 0,05. hal ini dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini
berdistribusi normal atau tidak terkena gejala normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian uji asumsi klasik yang kedua adalah uji multikolinearitas yang
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independent saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Uji multikoliniearitas hanya dapat diuji apabila
dalam model regresi terdapat lebih dari satu variabel independent (bebas). Pada
peneliltian ini cara yang digunakan untuk menguji multikoliniearitas adalah
melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflaction Factor). Berikut hasil
perhitungan nilai tolerance dan VIF disetiap variabel bebas.

Tabel 6.10 Nilai Tolerance Dan VIF Dari Model Persamaan Regresi Semua
Variabel.
Korelasi
Variabel Bebas
Toleransi VIF
X1 = Luas Lahan 0,131 7,623
X2 = Tenaga Kerja 0,045 22,466
X3 = Pupuk 0,060 16,603
X4 = Herbisida 0,131 7,610
X5 = Pengalaman 0,551 1,813
X6 = Umur 0,513 1,950
X7 = Pendidikan 0,684 1,463
Sumber : Data Primer Diolah (2022).

Pada Tabel 6.10 dapat menampilkan bahwa nilai VIF dan Toleransi dari
variabel bebas Luas lahan (X1) sebesar 7,623 dan 0,131, Tenaga kerja (X2) sebesar
22,466 dan 0,045, Pupuk (X3) sebesar 16,603 dan 0,060, Herbisida (X4) sebesar
7,610 dan 0,131, Pengalaman (X5) sebesar 1,813 dan 0,551, umur (X6) sebesar
1,950 dan 0,513, serta pendidikan (X7) sebesar 1,463 dan 0,684. Pedoman suatu
model regresi yang bebas multikolinieraitas adalah mempunyai angka nilai VIF
dibawah 10 dan toleransi diatas 0,10. Pada peneliitian ini dapat dilihat bahwa
variabel bebas memiliki nilai VIF dibawah dari 10 dan diats 0,10 adalah variabel
Luas lahan (X1), Herbisida (X4) , Pengalaman (X5), umur (X6) , serta pendidikan
(X7) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami gejala
multikoliniearitas. Sedangkan variabel tenaga kerja (X2) dan Pupuk (X3) terkena
multikolinieritas. Untuk mengatasi gejala ini, banyak cara salah satunya adalah
mengihilangkan variabel bebas dengan VIF tertinggi serta toleransi terendah dan
juga mentransformasi data Gujarati & Porter (2013). Pada penelitian ini yang
dilakukan adalah menghilangkan variabel bebas tenaga kerja yang merupakan
variabel dengan VIF terbesar dan toleransi terkecil. Berikut adalah hasil uji
multikolinieritas tanpa variabel tenaga kerja.
Tabel 6.11 Nilai Tolerance dan VIF Dari Model Persamaan Regresi Tanpa
Variabel Tenaga Kerja.
Korelasi
Variabel Bebas
Toleransi VIF
X1 = Luas Lahan (X1) 0,166 6,022
X3 = Pupuk (X3) 0,139 7,211
X4 = Herbisida (X4) 0,135 7,430
X5 = Pengalaman (X5) 0,552 1,811
X6 = mur (X6) 0,526 1,902
X7 = Pendidikan (X7) 0,694 1,441
Sumber : Data Primer Diolah (2022).

Pada Tabel 6.11 dapat menampilkan bahwa nilai VIF dan Toleransi dari
variabel bebas Luas lahan (X1) sebesar 6,022 dan 0,166, Pupuk (X3) sebesar 7,211
dan 0,139, Herbisida (X4) sebesar 7,430 dan 0,135, Pengalaman (X5) sebesar
1,811 dan 0,552, umur (X6) sebesar 1,902 dan 0,526, serta pendidikan (X7)
sebesar 1,441 dan 0,694. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieraitas adalah mempunyai angka nilai VIF dibawah 10 dan toleransi
diatas 0,10. Pada peneliitian ini dapat dilihat bahwa semua variabel bebas
memiliki nilai VIF dibawah dari 10 dan nilai tolransi diatas 0,10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami gejala multikoliniearitas
3. Uji Heteroskadistisitas
Pengujian uji asumsi klasik adalah uji heteroskadistisitas yang bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejser.

Tabel 6.12 Nilai Hasil Uji Heteroskedastisitas


Variabel Bebas t Sign.
(X1) Luas Lahan 0,512 0,611
(X3) Pupuk 0,167 0,868
(X4) Herbisida -0,247 0,806
(X5) Pengalaman 0,553 0,583
(X6) Umur -0,246 0,807
(X7) Pendidikan 0,496 0,623
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Pada Tabel 6.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dari variabel
bebas Luas lahan (X1) sebesar 0,611, Pupuk (X3) sebesar 0,868, Herbisida (X4)
sebesar 0,806, Pengalaman (X5) sebesar 0,583, umur (X6) sebesar 0,807, serta
pendidikan (X7) sebesar 0,623. Apabila hasil probabilitas pada di atas 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas namun jika berada dibawah 0,05 terjadi gejala
heteroskedastisitas. Dari nilai yang diperoleh pada penelitian ini, semua variabel
bebas tidak mengalami gejala heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Pengujian terhadap asumsi klasik autokorealasi bertujuan untuk mengetahui
apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada data observasi satu
pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi linear dengan variabel
dummy. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi. Cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi pada model
regresi yaitu dengan melakukan uji statistik Durbit-Watson. Tidak terjadi
autokorelasi jika DW berada di antara -2 dan 2 atau -2 < DW. Nilai DW pada
penelitian ini yaitu memiliki nilai DW statistik 1,792, sehingga data dikatakan
tidak mengalami autokorelasi.
5. Uji Hipotesis (Uji f dan Uji t)
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan didapatkan tidak adanya data
yang terhjadi masalah asumsi klasik atau semua data memiliki distribusi normal,
selanjutnya dapat dilakukan pengujian regresi cob douglas mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten
Bondowoso. Uji f dilakukan untuk mengetahui bagaimana variabel bebas
(independent) seperti yaitu Luas Lahan (X1), pupuk (X3), herbisida (X4),
pengalaman usaha tani (X5), umur petani (X6), dan pendidikan petani (X7). secara
serentak mempengaruhi pendapatan sebagai variabel terikat (dependent) pada
model persamaan regresi cob douglas. faktor faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.dapat dilihat pada
Tabel 6.13.
Tabel 6.13 Hasil analisis uji F variabel bebas yang mempegaruhi produksi.
Model JK F Rata-rata Kuadrat F hit Sig.
Regresi 36,661 6 6,110 178,971 0,000
Sisa 1,468 3 0,034
Total 38,129 9
Adjusted R2 0.990
Sumber : Data Primer Diolah (2022).

Tabel 6.13 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 178,971 dengan


signifikansi 0,000 atau tidak lebih besar dari 0,05 yang artinya model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi produksi usahatani tebu di desa
Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dapat
berarti bahwa secara simultan variabel bebas independent (Luas Lahan, pupuk,
herbisida , pengalaman usaha tani , umur petani , dan pendidikan petani) secara
serentak mempengaruhi produksi. Pada Tabel 6.13 juga dijelaskan nilai koefisien
determinan yaitu nilai Adjusted R2 pada model persamaan regresi tersebut sebesar
0,990 yang artinya 99,0% produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo
Kabupaten Bondowoso dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas (independent)
dalam model, sedangkan sisanya sebesar 1,0% dipengaruhi oleh variabel-variabel
lain di luar model persamaan regresi.
Pengujian selanjutnya yang dilakukan pada model persamaan regresi adalah
uji parsial (Uji-t) yang berguna untuk mengetahui besarnya pengaruh parsial
disetiap variabel independent (Luas Lahan, pupuk, herbisida , pengalaman usaha
tani , umur petani , dan pendidikan petani) terhadap variabel dependent yakni
produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Jika nilai
signifikansi pada uji-t kurang dari 0,05 maka variabel independen secara parsial
berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Sebaliknya, jika nilai signifikansi
pada uji-t lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent
secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap variabel dependent produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.

Tabel 6.14 Hasil Analisi Uji t Variabel Bebas Yang mempengaruhi Produksi.
Variabel Bebas Koefisien Regresi t-hit Sig.
Luas Lahan (X1) 0,268 3,579* 0,001
Pupuk (X3) 0,593 7,313* 0,000
Herbisida (X4) 0,147 1,915 0,062
Pengalaman (X5) -0,049 0,687 0,496
Umur (X6) 0,229 1,283 0,206
Pendidikan (X7) 0,154 1,593 0,118
Konstanta 1,413 1,601 0,117
Keterangan: *) Berpengaruh Signifikan Berdasarkan Taraf Kepercayaan 95%

Tabel 6.14 menjelaskan hasil analisis regresi yang mempengaruhi produksi


usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Variabel
independent luas lahan (X1) dan pupuk (X3) secara parsial berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.
Variabel tersebut dikatakan berpengaruh nyata karena memiliki nilai signifikansi
kurang dari 0,05, dan varibael herbisida (X4) secara parsial berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso
dengan taraf signifikan 0,10. Variabel- variabel independen yang memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05 dan 0,10 secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.
Variabel-variabel tersebut meliputi variabel pemgalman (X5), umur (X6), dan
pendidikan petani (X7). Berdasarkan hasil analisi fungsi produksi maka persamaan
fungsi produksi linier usaha tani tebu sebagai berikut:
lnY = ln1,413 + 0,268lnX1 + 0,593lnX3 + 0,147lnX4 – 0,049lnX5 + 0,229lnX6 +
0,154lnX7 + u

Hasil analisi regresi linier tersebut dimasukkan ke dalam fungsi


produksi Cobb Douglass, persamaan fungsi produksi Cobb Douglass usahatani
tebu dirumuskan sebagai berikut:

Y= 4,108 X1 0.268 X3 0.593 X4 0.147 X5 -0.049 X6 0.229 X7 0.154 eu

Jika dilihat nilai koefisien regresi, maka faktor produksi luas lahan, pupuk,
dan herbisida berpengaruh nyata, sedangkan faktor umur, pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani tebu. Adapun
penjelasan dimasing masing faktor dapat dilihat pembahasan berikut :
1. Luas Lahan (X1)
Faktor luas lahan mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif artinya
terdapat pengaruh positif antara variabel independen luas lahan dengan produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai koefisien
regresi yang diperoleh adalah 0,268 artinya bahwa setiap penambahan luas lahan
sebesar 1% maka akan menambahkan produksi sebesar 0,268 kuwintal dengan
asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor luas lahan
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf
kepercayaan 95% karena signifikansi 0,001 < 0,05 dan nilai T hitung 3,579 > T
Tabel 2,017.
Hal Ini membuktikan bahwa sebagai salah satu faktor produksi, luas lahan
mempunyai peranan penting dalam menentukan jumlah produksi. Lahan tersebut
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan usahatani tebu. Besarnya produksi
yang diterima petani dapat dipengaruhi oleh luas lahan yang ditanami semakin
besar luas lahan yang ditanami tentunya semakin besar pula peluang untuk
menghasilkan produksi yang dihasilkan Rozi et.al (2020). Hal ini sesuai dengan
temuan Mujiburrahmad et.al (2019) yang menemukan bahwa luas lahan pertanian
memiliki pengaruh paling responsif terhadap produksi. Penggunaan input luas
lahan berada pada daerah II yaitu daerah rasional, dimana pada daerah tersebut
petani masih bisa menambah input luas lahan untuk meningkatkkan produksi.

Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

TPP
0.268
Daerah I Daerah III

Daerah II

4,108
Luas lahan

Gambar 6.1 Hubungan Antara Faktor Luas Lahan Dengan Produksi.


2. Pupuk (X3)
Faktor pupuk mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif artinya
terdapat pengaruh positif antara variabel independen pupuk dengan produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai koefisien
regresi yang diperoleh adalah 0,593 artinya bahwa setiap penambahan pupuk
sebesar 1% maka akan menambahkan produksi sebesar 0,593 kuwintal dengan
asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor pupuk
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf
kepercayaan 95% karena signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai T hitung 7,313 > T
Tabel 2,017.
Hal Ini membuktikan bahwa sebagai salah satu faktor produksi, pupuk
mempunyai peranan penting dalam menentukan jumlah produksi. Pemupukan
tanaman tebu yang dilakukan oleh petani meliputi pupuk ure yang mangandung
unsur hara berupa N (nitrogen) sebanyak 200kg/ha, ZA unsur hara N dan S
( nitrogen dan sulfur) 600kg/ha, dan phonska unsur hara N,P,K (nitrogen, posfat,
dan kalium), sedangkan menurut Kementan (2019) penggunaan pupuk untuk
tanaman tebu yaitu menggunakan pupuk ZA 800kg/ha, SP 36 yang terdapat unsur
hara berupa P (Posfat) 200 kg/ha dan phonska 200kg/ha. Pupuk yang digunakan
oleh petani berbeda dengan rekomendasi dari kementan (Kementrian Pertanian),
yaitu pada penggunaan pupuk ZA rekomendasi dari kementan sebesar 800kg/ha
sedangkan petani menggunakan pupuk ZA sebanyak 600kg/ha.
Pupuk merupakan input produksi yang mempengaruhi jumlah tebu yang
dihasilkan. Penggunaan pupuk yang tepat menghasilkan hasil pendapatan yang
maksimal Syathori & Verona (2020). Pupuk adalah zat yang ditambahkan ke
dalam tanah untuk memberikan nutrisi penting bagi pertumbuhan tanaman.
Kesuburan tanah harus dijaga dan ditingkatkan dengan menambah dan mengisi
kembali unsur hara buatan agar produksi tanaman tetap normal atau meningkat
menurut Indriyani (2022). Penggunaan input pupuk berada pada daerah II yaitu
daerah rasional, dimana pada daerah tersebut penambahan input pupuk
memberikan pengaruh positif.

Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

TPP
0,593
Daerah I Daerah III
Daerah II

4,108
Pupuk

Gambar 6.2 Hubungan Antara Faktor Pupuk Dengan Produksi

3. Herbisida (X4)
Faktor herbisida mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif artinya
terdapat pengaruh positif antara variabel independen herbisida dengan produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai koefisien
regresi yang diperoleh adalah 0,147 artinya bahwa setiap penambahan herbisida
sebanyak 1% maka akan menambahkan produksi sebesar 0,147 kuwintal dengan
asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor herbisida
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf
kepercayaan 90% karena signifikansi 0,062 < 0,10) dan nilai T hitung 1,915 > T
Tabel 1,681.
Herbisida disebut dengan penyiang gulma yang berupa senyawa atau
material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas
gulma pengganggu tanaman utama yang menyebabkan penurunan hasil pertanian
tebu Indriyani (2022). Penggunaan input herbisida berada pada daerah II yaitu
daerah rasional, dimana pada daerah tersebut dengan penambahan input herbisida
akan memberikan pengaruh positif

Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

0.147
TPP
Daerah II Daerah III
Daerah I

4,108
Herbisida

Gambar 6.3 Hubungan Antara Herbisida Dengan Produksi

4. Pengalaman Petani (X5)


Faktor pengalman petani mempunyai koefisien regresi yang bernilai negatif
artinya terdapat pengaruh negatif antara variabel independen pengalaman petani
dengan produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.
Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah -0,049 artinya bahwa setiap
penambahan pengalaman petani sebanyak 1% maka akan menunrunkan produksi
sebesar 0,049 kuwintal dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa faktor pengalaman petani berpengaruh tidak nyata dan tidak
signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf kepercayaan 95%
karena nilai signifikansi 0,496 > 0,05 dan nilai T hitung 0,687 < T tabel 2,018.
Berdasarkan hasil analisis data mengunakan SPSS hubungan pengalaman
kerja dengan produksi usahatani tebu bernilai negatif dikarenakan pengalaman
kerja dan produksi petani tidak sebanding, hal tersebut disebabkan karena semua
petani, baik yang memiliki pengalaman panjang maupun pendek dalam usahatani
tebu memperoleh keuntungan yang signifikan selama musim tanam tebu 2022.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Unud &
Bendesa (2017) yang menyatakan bahwa hubungan negatif pengalaman tenaga
kerja terhadap produksi disebabkan karena perbandingan tidak proposional antara
pengalaman terhadap produksi dimana pengalama kerja petani tergolong lama
sedangkan produksi berfluktuatif. Nilai faktor produksi pengalaman petani berada
pada daerah III yaitu daerah irasional, dimana bertambahnya pengalaman petani
akan memeberikan dampak negatif terhadap produksi
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

-0,049
TPP

Daerah I Daerah II Daerah III

4,108
Pengalaman

Gambar 6.4 Hubungan Antara Faktor Pengalaman Petani Dengan Produksi

5. Umur Petani (X6)


Faktor umur petani mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif
artinya terdapat pengaruh positif antara variabel independen umur petani dengan
produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai
koefisien regresi yang diperoleh adalah 0,229 artinya bahwa setiap penambahan
umur petani sebanyak 1 tahun maka akan menambahkan produksi sebesar 0,229
kuwintal dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
faktor umur petani berpengaruh nyata dan tidak signifikan terhadap produksi
usahatani tebu dengan taraf kepercayaan 95% karena nilai signifikansi 0,118 >
0,05 dan nilai T hitung 1,283 < T Tabel 2,018.
Umur petani dapat menggambarkan tentang kedewasaan petani dalam
berusaha tani sehingga bisa menjadi tolak ukur dalam mengambil keuputusan.
Semakin bertambah umur petani maka bertambah juga pengetahuannya tentang
usahatani Astuti et.al (2021). Nilai faktor produksi umur petani berada pada
daerah II atau daerah rasional dimana faktor produksi memberikan pengaruh yang
positif terhadap produksi.
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

TPP
0,229
Daerah I Daerah III
Daerah II

4,108
Umur

Gambar 6.5 Hubungan Antara Faktor Umur Dengan Produksi

6. Pendidikan Petani (X7)


Faktor pendidikan petani mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif
artinya terdapat pengaruh positif antara variabel independen pendidikan petani
dengan produksi usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso.
Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah 0,154 artinya bahwa setiap
penambahan Pendidikan petani maka akan menambahkan produksi sebesar 0,154
kuwintal dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
faktor pendidikan petani berpengaruh nyata dan tidak signifikan terhadap
produksi usahatani tebu dengan taraf kepercayaan 95% karena signifikansi 0,117
> 0,05) dan T hitung 1,593 < T Tabel 2,018.
Usahatani tebu yang dilakukan oleh petani swadaya mayoritas
berdasarkan keinginan petani dikarenakan mengikuti petani lain baik itu
saudara, tetangga maupun teman bahkan banyak petani yang tertarik untuk
berusahatani tebu karena melihat keberhasilan usaha tani tebu sekitar. Sehingga
pengetahuan petani berkaitan dengan budidaya dan pengusahaan tebu lebih di
dasari oleh pengalaman dan pengetahuan dari pihak lain bukan
dari kemampuan pendidikan petani tersebut. Hal ini merupakan salah satu
penyebab rendahnya produktivitas tebu Bakce (2021). Nilai faktor produksi
pendidikan petani berada pada daerah rasional atau daerah II, dimana semakin
tinggi pendidikan petani maka memberi pengaruh positif terhadap produksi tebu.

Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0

TPP
0,154
Daerah I Daerah III
Daerah II

4,108
Pendidikan

Gambar 6.6 Hubungan Antara Faktor Pendidikan Dengan Produksi


KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisi data usahatani tebu di Desa


Wonokusumu Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur biaya usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen


Kabupaten Bondowoso adalah :
a. Struktur biaya berdasarkan variabel (variabel cost) sebesar Rp.
28.886.865,42/ha atau 72,01% dari biaya keseluruhan, dan biaya tetap
(fixed cost) sebesar Rp. 10.146.480,47/ha atau 27,99% dari biaya
kesluruhan. Sehingga total biaya uasahatani sebesar Rp.
39.033.345,89/ha/MT
b. Struktur biaya berdasarkan biaya tunai sebesar Rp. 28.762.033,69/ha
atau 74,37% dan non tunai sebesar Rp. 10.71.312,19/ha atau 25,63%.
Sehingga total biaya sebesar Rp. 39.033.345,89/ha/MT
2. Pendapatan usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso sebesar Rp. 27.233.966,31/ha/MT.
3. Keuntungan usahatani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso Sebesar Rp. 16.962.654,11/ha/MT.
4. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi
usahatani tebu di Desa wonokusumo kecamatan tapen kabupaten
bondowoso yaitu luas lahan dan pupuk dengan taraf kepercayaan 95%,
serta herbisida dengan taraf kepercayaan 90%, dan faktor yang
berpengaruh nyata tetapi tidak signifikan yaitu faktor umur, dan
pendidikan, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata dan tidak
signifikan yaitu pengalaman tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai