6.1.2 Umur
Umur menentukan kekuatan fisik petani dan dapat mempengaruhi terhadap
kinerja petani sehingga perlu diketahui karakteristik responden berdasarkan
kelompok umur. Kelompok umur dalam penelitian ini dikelompokan kedalam 5
katagori yaitu antara 32-42 tahun, 43-53 tahun, 54-64 tahun, 65-75 tahun, dan 76-
86 tahun dengan ditribusi frekuensi sebagai berikut :
1
Tabel 6.2 Karakteristik Responden Petani Tebu Berdasarkan Umur di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 32-42 9 18,00
2. 43-53 13 26,00
3. 54-64 19 38,00
4. 65-75 8 16,00
5. 76-86 1 2,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Tabel 6.2 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel petani yang melakukan
usahatani tebu terdapat 9 responden (18,00%) berumur antara 32-42 tahun, 13
responden (26,00%) berumur 43-53 tahun, 19 responden (38,00%) berumur 54-
64, 8 responden (16,00%) berumur 65-75, 1 responden (2,00%) berumur 76-86
tahun, dari data tersebut dapat dilihat responden terbanyak yaitu berada pada
rentang umur produktif yaitu 54-64 tahun sebesar 38,00%. Sesuai dengan
pernyataan Zulfahri (2019) bahwa rentang umur produktif 54-64 tahun bisa
mempengaruhi pemikiran petani dalam mengelolah usahatani tebu sehingga dapat
mempengaruhi pendapatan.
6.1.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden diukur melalui pendidikan yang pernah
ditempuh oleh responden. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden
digolongkan dalam 4 golongan yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
dengan data sebagai berikut :
Tabel 6.7 Rata – Rata Biaya Usahatani Tebu Per Hektar Berdasarkan Biaya Tunai
dan Non Tunai di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso Tahun 2022.
No. Jenis Biaya Satuan Nilai Persentase(%)
A. Biaya Tunai
1. biaya bibit Rp. 6.574.500,00 16,38
2. biaya pupuk Rp. 2.793.816,67 6,96
3. biaya herbisida Rp. 658.240,85 1,64
5. biaya TKLK Rp. 18.735.476,18 46,70
Sub Total A Rp. 28.762.033,69 74.37
Berdasarkan Tabel 6.7 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya usataha tani
tebu di desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022
adalah Rp. 39.033.345,89/ha. Rata rata biaya tunai yang dikeluarkan dalam
usahatani tebu adalah Rp. 28.762.033,69/ha atau 74.37% dari biaya keseluruhan,
sedangkan biaya non tunai yang dikeluarkan dalam usahatani tebu adalah Rp.
10.271.312,19/ha atau 25,63% dari biaya kesluruhan. Dari Tabel tersebut dapat
diketahui bahwa biaya yang paling besar adalah biaya tunai sebesar
28.762.033,69/ha atau sebesar 74.37% dari biaya keseluruhan dalam usahatani
tebu.
Tabel 6.8 Rata – Rata Pendapatan Usahatani Tebu Per Hektar (ha) di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun 2022.
No Uraian Satuan Jumlah
1. Penerimaan Rp. 55.996.000,00
2. Biaya tunai Rp. 28.762.033,69
Total Pendapatan Rp. 27.233.966,31
Sumber : Data Primer Diolah (2022)
Tabel 6.10 Nilai Tolerance Dan VIF Dari Model Persamaan Regresi Semua
Variabel.
Korelasi
Variabel Bebas
Toleransi VIF
X1 = Luas Lahan 0,131 7,623
X2 = Tenaga Kerja 0,045 22,466
X3 = Pupuk 0,060 16,603
X4 = Herbisida 0,131 7,610
X5 = Pengalaman 0,551 1,813
X6 = Umur 0,513 1,950
X7 = Pendidikan 0,684 1,463
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Pada Tabel 6.10 dapat menampilkan bahwa nilai VIF dan Toleransi dari
variabel bebas Luas lahan (X1) sebesar 7,623 dan 0,131, Tenaga kerja (X2) sebesar
22,466 dan 0,045, Pupuk (X3) sebesar 16,603 dan 0,060, Herbisida (X4) sebesar
7,610 dan 0,131, Pengalaman (X5) sebesar 1,813 dan 0,551, umur (X6) sebesar
1,950 dan 0,513, serta pendidikan (X7) sebesar 1,463 dan 0,684. Pedoman suatu
model regresi yang bebas multikolinieraitas adalah mempunyai angka nilai VIF
dibawah 10 dan toleransi diatas 0,10. Pada peneliitian ini dapat dilihat bahwa
variabel bebas memiliki nilai VIF dibawah dari 10 dan diats 0,10 adalah variabel
Luas lahan (X1), Herbisida (X4) , Pengalaman (X5), umur (X6) , serta pendidikan
(X7) sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami gejala
multikoliniearitas. Sedangkan variabel tenaga kerja (X2) dan Pupuk (X3) terkena
multikolinieritas. Untuk mengatasi gejala ini, banyak cara salah satunya adalah
mengihilangkan variabel bebas dengan VIF tertinggi serta toleransi terendah dan
juga mentransformasi data Gujarati & Porter (2013). Pada penelitian ini yang
dilakukan adalah menghilangkan variabel bebas tenaga kerja yang merupakan
variabel dengan VIF terbesar dan toleransi terkecil. Berikut adalah hasil uji
multikolinieritas tanpa variabel tenaga kerja.
Tabel 6.11 Nilai Tolerance dan VIF Dari Model Persamaan Regresi Tanpa
Variabel Tenaga Kerja.
Korelasi
Variabel Bebas
Toleransi VIF
X1 = Luas Lahan (X1) 0,166 6,022
X3 = Pupuk (X3) 0,139 7,211
X4 = Herbisida (X4) 0,135 7,430
X5 = Pengalaman (X5) 0,552 1,811
X6 = mur (X6) 0,526 1,902
X7 = Pendidikan (X7) 0,694 1,441
Sumber : Data Primer Diolah (2022).
Pada Tabel 6.11 dapat menampilkan bahwa nilai VIF dan Toleransi dari
variabel bebas Luas lahan (X1) sebesar 6,022 dan 0,166, Pupuk (X3) sebesar 7,211
dan 0,139, Herbisida (X4) sebesar 7,430 dan 0,135, Pengalaman (X5) sebesar
1,811 dan 0,552, umur (X6) sebesar 1,902 dan 0,526, serta pendidikan (X7)
sebesar 1,441 dan 0,694. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieraitas adalah mempunyai angka nilai VIF dibawah 10 dan toleransi
diatas 0,10. Pada peneliitian ini dapat dilihat bahwa semua variabel bebas
memiliki nilai VIF dibawah dari 10 dan nilai tolransi diatas 0,10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami gejala multikoliniearitas
3. Uji Heteroskadistisitas
Pengujian uji asumsi klasik adalah uji heteroskadistisitas yang bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejser.
Tabel 6.14 Hasil Analisi Uji t Variabel Bebas Yang mempengaruhi Produksi.
Variabel Bebas Koefisien Regresi t-hit Sig.
Luas Lahan (X1) 0,268 3,579* 0,001
Pupuk (X3) 0,593 7,313* 0,000
Herbisida (X4) 0,147 1,915 0,062
Pengalaman (X5) -0,049 0,687 0,496
Umur (X6) 0,229 1,283 0,206
Pendidikan (X7) 0,154 1,593 0,118
Konstanta 1,413 1,601 0,117
Keterangan: *) Berpengaruh Signifikan Berdasarkan Taraf Kepercayaan 95%
Jika dilihat nilai koefisien regresi, maka faktor produksi luas lahan, pupuk,
dan herbisida berpengaruh nyata, sedangkan faktor umur, pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani tebu. Adapun
penjelasan dimasing masing faktor dapat dilihat pembahasan berikut :
1. Luas Lahan (X1)
Faktor luas lahan mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif artinya
terdapat pengaruh positif antara variabel independen luas lahan dengan produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai koefisien
regresi yang diperoleh adalah 0,268 artinya bahwa setiap penambahan luas lahan
sebesar 1% maka akan menambahkan produksi sebesar 0,268 kuwintal dengan
asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor luas lahan
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf
kepercayaan 95% karena signifikansi 0,001 < 0,05 dan nilai T hitung 3,579 > T
Tabel 2,017.
Hal Ini membuktikan bahwa sebagai salah satu faktor produksi, luas lahan
mempunyai peranan penting dalam menentukan jumlah produksi. Lahan tersebut
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan usahatani tebu. Besarnya produksi
yang diterima petani dapat dipengaruhi oleh luas lahan yang ditanami semakin
besar luas lahan yang ditanami tentunya semakin besar pula peluang untuk
menghasilkan produksi yang dihasilkan Rozi et.al (2020). Hal ini sesuai dengan
temuan Mujiburrahmad et.al (2019) yang menemukan bahwa luas lahan pertanian
memiliki pengaruh paling responsif terhadap produksi. Penggunaan input luas
lahan berada pada daerah II yaitu daerah rasional, dimana pada daerah tersebut
petani masih bisa menambah input luas lahan untuk meningkatkkan produksi.
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0
TPP
0.268
Daerah I Daerah III
Daerah II
4,108
Luas lahan
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0
TPP
0,593
Daerah I Daerah III
Daerah II
4,108
Pupuk
3. Herbisida (X4)
Faktor herbisida mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif artinya
terdapat pengaruh positif antara variabel independen herbisida dengan produksi
usahatani tebu di desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso. Nilai koefisien
regresi yang diperoleh adalah 0,147 artinya bahwa setiap penambahan herbisida
sebanyak 1% maka akan menambahkan produksi sebesar 0,147 kuwintal dengan
asumsi variabel lain tetap. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor herbisida
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi usahatani tebu dengan taraf
kepercayaan 90% karena signifikansi 0,062 < 0,10) dan nilai T hitung 1,915 > T
Tabel 1,681.
Herbisida disebut dengan penyiang gulma yang berupa senyawa atau
material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas
gulma pengganggu tanaman utama yang menyebabkan penurunan hasil pertanian
tebu Indriyani (2022). Penggunaan input herbisida berada pada daerah II yaitu
daerah rasional, dimana pada daerah tersebut dengan penambahan input herbisida
akan memberikan pengaruh positif
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0
0.147
TPP
Daerah II Daerah III
Daerah I
4,108
Herbisida
-0,049
TPP
4,108
Pengalaman
TPP
0,229
Daerah I Daerah III
Daerah II
4,108
Umur
Produksi (ku) Ep = 1 Ep = 0
TPP
0,154
Daerah I Daerah III
Daerah II
4,108
Pendidikan
7.1 Kesimpulan