PUSKESMAS SIBUHUAN
KECAMATAN BARUMUN
TAHUN 2021
INFORMASI DASAR
Kecamatan : Barumun
Puskesmas : Sibuhuan
1. INFORMASI BIOGRAFI
Puskesmas Sibuhuan terletak di Kecamatan Barumun yang terdiri dari 24 Desa dan 1 kelurahan
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Barumun, Kecamatan Ulu Barumun
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sosa
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sosa, Kecamatan Barumun Selatan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulu Barumun
Wilayah Kerja Puskesmas Sibuhuan terdiri dari 1 kelurahan dan 24 Desa yang masing-
masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, Kondisi geografis wilayah memberikan
gambaran tentang lokasi, luas wilayah, keadaan wilayah (dataran tinggi, dataran rendah, pantai),
kepadatan wilayah yang dihuni, dan bagaimana kondisi fisik wilayah (berbukit, lembah).
2. INFORMASI DEMOGRAFI
Pada Tahun 2020 jumlah penduduk wilayah Puskesmas Sibuhuan sebanyak 47.585 jiwa.
Sedangkan jumlah Rumah Tangga (RT) pada tahun 2020 sebanyak 10804 RT.
Jumlah
Laki-laki
49,42 % 50,58% Perempuan
Gambar diatas menunjukkan penduduk Kecamatan Barumun terdiri dari 23.529 jiwa (49,42%)
penduduk perempuan dan 24.056 jiwa (50,58%) penduduk laki-laki.
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN KETERGANTUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN
KELOMPOK USIA PRODUKTIF (15-64 TAHUN) DAN NON PRODUKTIF (0-14 TAHUN DAN 65 TAHUN
KEATAS)
DI PUSKESMAS SIBUHUAN
3. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai
kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik,
lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi bersama. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan terdapat indikator-indikator seperti : akses air minum berkualitas,
akses terhadap sanitasi layak, rumah tangga kumuh dan rumah sehat. Tahun 2020 telah diperoleh data
tentang penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) yaitu 72% dan data
tentang akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) yaitu 62% sedangkan data desa yang
telah Stop Buang Air Besar Sembarangan yaitu masih 1 desa sampai tahun 2020.
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
1. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang
diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang
disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka
Kematian Ibu/Maternal (AKI).
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan
indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.
Untuk melihat gambaran AKB di wilayah kerja Puskesmas Sibuhua dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
3 3
3
2
2
1 1 1 1
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian bayi di wilayah kerja puskesmas
Sibuhuan tahun 2020 sebanyak 12 0rang, dimana di kelurahan pasar sibuhuan terdapat 3 orang
laki-laki, handis julu 1 orang perempuan, hasahatan jae 1 orang laki-laki, siolip 2 orang laki-laki,
binabo jae 1 orang laki-laki, hasahatan julu 3 orang laki-laki, dan di desa pagaran baringin 1
orang perempuan.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA
merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, AKABA di wilayah Puskesmas Sibuhuan tahun 2020
adalah 0 (nihil)
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan
dan nifas. Berdasarkan kondisinya, di wilayah Puskesmas Sibuhuan tahun 2020 tidak terdapat
angka kematian ibu nifas.
2. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu
penyakit.
1. Penyakit Menular
1. Tuberkulosis Paru
Jumlah Suspek TB Paru tahun 2020 adalah sebanyak 161 orang. Sedangkan kasus
baru BTA+ 115 orang yaitu 74 orang laki-laki dan 41 orang perempuan.
UPAYA KESEHATAN
Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah ibu
hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua
kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil.
Pada Tahun 2020, capaian inikator kinerja “Persentase Ibu hamil yang melakukan
kunjungan pertama kali ke fasilitas kesehatan (K1) yaitu 92%, sedangkan capaian indicator
kinerja “ Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal (cakupan K4) yaitu sekitar 89%
dari 24 desa dan 1 kelurahan yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Sibuhuan.
2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (PN)
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2020 di Puskesmas Sibuhuan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
mencapai 95%.
4. Kunjungan Neonatus
Pelayanan Kesehatan neonatal terbagi menjadi kunjungan ke-1 pada 6-24 jam setelah
lahir (KN1). Sedangkan KN Lengkap merupakan pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi
ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1
injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan
pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali,
pada jam 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir.
Cakupan kunjungan neonatus (KN1) Pada tahun 2020 jumlah kunjungan neonates (KN1)
100% dan kunjungan neonates 3 kali (KN Lengkap) sebanyak 100%.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani masalah gizi yang dihadapi
masyarakat.Berdasarkan pemantauan yang telah dilaksanakan, ditemukan beberapa permasalahan gizi
yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi.
1. Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap vitamin A. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi
dan balita diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun dan pada ibu nifas diberikan satu kali.
Pada tahun 2020 persentase bayi (usia 6-11bulan) yang mendapatkan vitamin A sebesar
100%, anak balita (usia 12-59 bulan) sebesar 99,7% dan balita (usia 6-59 bulan) sebesar 99,8%.
1. ANALISA MASALAH
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat. Salah satunya melalui program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran setiap lapisan masyarakat sehingga dapat menolong individu sendiri
dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat. Hidup bersih
dan sehat masih menjadi salah satu dampak timbulnya berbagai macam penyakit atau masalah
kesehehatann lainnya. Dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, maka tingkat kesehatan masyarakat
semakin tinggi.
Perilaku masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat, tidak terkecuali
masyarakat Kecamatan Barumun sebagai masyarakat yang masih kental adat dan budaya yang masih
dipegang erat oleh masyarakatnya, tidak lepas dari berbagai macam masalah kesehatan yang
berdampak dari kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat yang tidak baik.
Lingkungan yang sehat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakt, lingkungan yang tidak sehat
merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting . Begitu juga dengan status gizi yang sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kekurang gizi dapat menyebabkan stuntin).
Masih rendahnya cakupan akses sanitasi termasuk jamban sehat dan masih ditemukan gizi
kurang/gizi buruk diwilayah kerja Puskesmas Sibuhuan sehingga membutuhkan penanganan secara
cepat dan tepat.
Beberapa masalah yang terdapat di Kecamatan Barumun di Wilayah kerja Puskesmas Sibuhuan
sebelum dilaksanakan program MARKAHANGGI adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya cakupan jamban sehat diwilayah kerja Puskesmas Sibuhuan
2. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap BAB di jamban dan masih terbiasa
dengan budaya BAB disungai yang beranggapan lebih bersih daripada BAB di jamban.
3. Masih ditemukan gizi kurang dan gizi buruk diwilayah kerja Puskesmas Sibuhuan
4. Kurangnya pengetahuan ibu dalam mengolah makanan untuk bayi dan anak
5. Masih kurang komunikasi yang efektif antara masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor
lainnya.
2. PENDEKATAN STRATEGIS
”MARKAHANGGI” adalah ide kreatif dari tenaga kesehatan Puskesmas Sibuhuan Kecamatan
Barumun untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khusunya ibu yang mempunyai balita tentang
pengolahan makan sehat untuk bayi dan anak melalui kegiatan PMBA dan meningkatkan akses
masyarakat terhadap lingkungan yang sehat melaui kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasi
Masyarakat), karena diwilayah kerja Puskesmas Sibuhuan masih ada ditemukan gizi kurang/gizi buruk
dan kualitas lingkungan yang belum memenuhi sayrat lingkungan sehat,dan tidak menjaga kebiasaan
hidup bersih dan sehat sehingga dikhawatirkan akan semakin banyak timbulnya masalah kesehatan.
”MARKAHANGGI” adalah akronim dari MARI BERSAMA KITA KELOLA KETAHANAN
PANGAN DAN LINGKUNGAN SECARA INOVATIF. Sehingga dengan adanya inovasi tersebut
diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas kesehatannya dengan menurunnya angka kejadian
gizi kurang/gizi buruk dan stunting, serta terciptanya lingkungan yang sehatt.
Strategi yang digunakan dalam menerapkan program MARKAHANGGI adalah sebagai berikut :
1. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang jamban sehat
2. Melaksanakan STBM didesa dengan memberdayakan masyarakt untuk akses sanitasi yang layak
dengan mengadakan arisan jamban di desa.
3. Mengajak masyarakat dan kader kesehatan untuk membuat kreasi makanan bagi bayi dan anak juga
ibu hamil, dengan mengutamakan pangan lokal untuk menaikkan status gizi pada balita dan ibu
hamil.
4. Mengajak masyarakat dan lintas sektor terkait untuk mempromosikan germas di desa dan
mendukung program inovasi Puskesmas Sibuhuan ”MARKAHANGGI” untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
5. Mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dengan 5 pilar germas.
Dalam melaksanakan suatu program seringkali ditemukan suatu kendala ataupun hambatan
baikminternal maupun eksternal. Namun secara umum, konsep ”MARKAHANGGI” dapat
dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Sibuhuan dengan baik. Komunikasi, Koordinasi, dan Kerjasama
merupakan suatu kerja nyata dalam melaksanakan program tersebut. Mengatasi setiap masalah yang
ada merupakan strategi dalam pemecahan masalah yang muncul pada saat pelaksanaan program
kegiatan.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan ”MARKAHANGGI” adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak BAB`S, sebagian masyarkat
beranggapan bahwa BAB di sungai lebih bersih daripada BAB di jamban.
2. Rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan yang sehat untuk bayi dan anak, sebagian
besar ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan beranggapan bahwa anak tidak dikatakan
makan kalau belum makan nasi.
3. Tingkat ekonomi sebagian masyarakat masih rendah sehingga belum bisa untuk membangun
jamban dirumah.
4. Masih rendahnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap pola hidup sehat
1. Program Inovasi ”MARKAHANGGI” pada acara koordinasi penetapan desa germas dihadiri
oleh Camat, polsek, Danramil, Kepala Puskesmas, Kepala Desa dan kader kesehatan.
2. Program Inovasi ”MARKAHANGGI” pada acara pergerakan germas tingkat kecamatan
germas dihadiri oleh Camat, polsek, Danramil, Kepala Puskesmas, Kepala Desa dan kader
kesehatan