Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan Sayuran Organik Merbabu (SOM)

Perusahaan sayur organik merbabu (SOM) di Dusun Sidomukti Desa


Kopeng merupakan perusahaan sayuran yang bergerak dibidang organik. Shofyan
Adi Cahyono, merupakan pemilik usaha SOM yang pada awalnya dijalankan oleh
orang tuanya. Pada mulanya usaha ini hanya mempekerjakan anggota keluarga
sejak tahun 2007 kemudian karena berpikir bahwa sayuran organik ini memiliki
peluang usaha yang berprospek jangka panjang maka pemilik usaha mulai
mengajak beberapa petani tentunya petani sayuran organik yang mau serius dan
berkomitmen untuk menjalankan usaha organiknya.

Perusahaan SOM ini juga berkembang pesat berkat pemilik SOM yang
juga berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Sofyan memilih untuk fokus
pada bidang pertanian yang kemudian ilmu yang didapat dipraktekan langsung
pada kebun yang dimiliki sehingga Shofyan juga mengajak petani yang bermitra
untuk terus mengikuti perkembangan dengan tetap menjaga kesehatan tanah dan
sayur yang dihasilkan juga akan tetap sehat bila dikonsumsi oleh manusia.

Modal yang dimiliki dalam melakukan usaha ini yaitu dari pinjaman
dibank dan juga modal pribadi, lalu tempat yang dijadikan balai pertemuan
kemitraan dan tempat pengumpulan saur-sayur organik ini adalah rumah orang tua
Shofyan.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang diambil secara keseluruhan berjumlah 30 orang yang


merupakan petani sayuran, dari 30 responden tersebut 15 merupakan petani
sayuran organik yang merupakan mitra dari SOM dan 15 lainnya merupakan
petani non mitra atau dapat dikatakan petani anorganik yang juga berdomisili di
Desa Kopeng Kecamatan Getas. Beberapa indikator digunakan untuk mengetahui
karakteristik responden, sehingga dapat diketahui latar belakang masing-masing
responden. Karakteristik responden tersebut meliputi: Usia, Jenis kelamin,
pendidikan, dan pengalaman berusaha tani.

4.2.1. Jenis Kelamin

Petani yang mengelola usahataninya di Desa Kopeng dikelompokan


menurut jenis kelamin.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Mitra SOM Petani non Total


Kelamin mitra
Orang % Orang % Orang %
1 Laki-laki 9 60,0 15 100,0 24 80
2 Perempuan 6 40,0 0 0 6 20
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa jenis kelamin dengan
frekuensi tertinggi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 24 orang atau 80% dengan
jenis kelamin laki-laki. Sedangkan frekuensi terendah yaitu sebanyak 6 orang atau
20% dengan jenis kelamin perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah
petani di Dusun Sidomukti didominasi oleh laki- laki.

4.2.2. Usia

Petani sayuran memiliki usia yang berbeda-beda baik yang bermitra


dengan SOM maupun petani non mitra. Umur petani merupakan faktor penting
dalam menjalankan usahataninya, petani usia produktif dianggap memiliki
kemampuan fisik yang baik dalam mengelola usahataninya dibandingkan dengan
petani usia tidak produktif karena dianggap kemampuan fisiknya sudah menurun,
golongan usia produktif yakni mulai dari usia 15-64 tahun (Wiyono, 2015). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Petani Berdasarkan Usia


No Usia Mitra SOM Petani Non Total
(Tahun) Mitra
Orang % Orang % Orang %
1 21-30 2 13,3 2 13,3 4 13,3
2 31-40 5 33,3 1 6,7 6 20
3 41-50 4 26,7 8 53,3 12 40
4 >50 4 26,7 4 26,7 8 26,7
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa petani secara
keseluruhan yang berusia produktif relatif lebih banyak di Dusun Sidomukti
sejumlah 22 orang petani yang berusia dari 21 tahun hingga 50 tahun yang
tersebar rata di petani mitra (11 orang) dan petani non mitra (11 orang). Namun
rentang usia muda yaitu antara 21 tahun hingga 40 tahun, petani non mitra lebih
banyak jumlah petani mudanya dibandingkan dengan petani non mitra yaitu 7
orang.

4.2.3. Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima


informasi dan inovasi teknologi. Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi
pola berfikir petani, semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin
mudah menerapkan inovasi teknologi (Wiyono, 2015) khususnya yang berkaitan
dengan inovasi dalam berbudidaya sayuran baik organik maupun non organik.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Mitra SOM Petani Non Total


Pendidikan Mitra
Orang % Orang % Orang %
1 Tidak Sekolah - - - - - -
2 SD 3 20,0 9 60,0 12 40
3 SMP 6 40,0 3 20,0 9 30
4 SMA/SMK 4 26,7 3 20,0 7 23,3
5 Sarjana 2 13,3 - - 2 6,7
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pendidikan terendah Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 12 orang atau 40%, kemudian pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 9 orang atau 30%, kemudian Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan sebanyak 7 orang atau 23,3%, kemudian Sarjana sebanyak 2 orang
atau 6,7%, sehingga frekuensi petani tertinggi berada pada tingkat pendidikan
sekolah dasar (SD) dan terendah pada petani dengan pendidikan terakhir sarjana.
Petani yang bermitra dengan SOM memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan petani non mitra yang mana petani mitra memiliki petani
dengan latar belakang sarjana 2 orang.

4.2.4. Pengalaman Berusaha Tani

Dalam menjalankan suatu usaha baiklah seseorang yang akan mendirikan


usaha memiliki pengalaman sehingga sudah memiliki gambaran tentang jalannya
usaha yang akan dikembangkan.

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani.


No Pengalaman Mitra SOM Petani Non Total
Usaha Tani Mitra
Orang % Orang % Orang %
1 <5 13 88,71 1 6,7 14 46,67
3,3
2 5-10 1 6,7 2 13,3 3 10
3 11-15 - - 1 6,7 1 3,33
4 16-20 - - 3 20,0 3 10
5 >21 1 6,7 8 53,3 9 30
Total 15 100 15 100 30 100
Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa pengalaman berusahatani dengan
frekuensi tertinggi adalah 14 orang atau (46,67%), dan pengalaman terendah 1
orang (3,33%). Petani yang tidak bermitra dengan SOM memiliki pengalaman
berusahatani lebih lama dibandingkan dengan petani yang bermitra dengan SOM
yang mana petani non mitra sudah memiliki pengalaman usahatani lebih dari 21
tahun ada 8 orang sedangkan petani mitra dengan SOM hanya 1 orang petani.

4.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian

4.3.1. Hasil Uji Regresi

Hasil analisis diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani


bermitra dengan SOM.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani yang


Bermitra Dengan SOM
Variabel Koefisien T-hitung Signifikansi Keterangan
Pendidikan -0.466 0.371 0.718ns Tidak Signifikan
Pengalaman 0.172 0.464 0.653ns Tidak Signifikan
Berusahatani
Motivasi 0.745 0.587 0,000s Signifikan
Berusahatani
Kompetensi 0.228 0.449 0.663ns Tidak Signifikan

Tabel 4.5. menunjukan bahwa variabel independen seperti tingkat


pendidikan, pengalaman berusaha tani, dan kompetensi tidak signifikan terhadap
variabel dependen atau motivasi bermitra, sedangkan variabel motivasi berusaha
tani signifikan terhadap motivasi bermitra.

Berdasarkan uji t dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan, pengalaman


berusaha tani dan kompetensi tidak berpengaruh terhadap motivasi bermitra
sedangkan motivasi berusaha tani berpengaruh terhadap motivasi bermitra.

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani Bermitra Dengan SOM dan
Petani non mitra

4.4.1 Pengaruh Tingkat Pedidikan (X 1) terhadap Keputusan Bermitra


dengan SOM (Y)

Tabel 4.16. Pengaruh Tingkat Pedidikan terhadap Keputusan Bermitra


dengan SOM

Variable Status Coefficient t- Probabillity Keterangan


Kemitraan statistic
Pendidikan Petani -.466 -.729 .483 Tidak
Mitra Signifikan
Petani Non .149 .244 .812 Tidak
Mitra Signifikan
Menurut tabel 4.16 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi motivasi petani dalam bermitra. Pendidikan petani berpengaruh
tidak nyata terhadap motivasi petani dalam bermita dengan SOM dimana dapat
dilihat t hitung = -0,729 dengan tingkat signifikansi 0,406 % hal ini disebabkan
oleh semakin tinggi orang memiliki pendidikan maka orang akan memilih untuk
bekerja sendiri atau bekerja pada bidang lain. Hal ini sesuai dengan Tobing (1994)
dalam Setiawan (2007) bahwa semakin terdidik seseorang, harapan untuk
mendaapatkan pekerjaan yang diinginkan juga semakin tinggi.

Pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani


dalam mengelola usaha tani (Mardikanto 1990: 213). Pernyataan menguatkan
hasil dari penelitian ini sebab semakin tinggi pendidikan petani maka akan
mempengaruhi pola pikir dan juga cara dalam menjalankan usahataninya, pada
klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa
presentase pendidikan pada tingkat SMP lebih banyak jumlahnya hal ini
menjelaskan bahwa pendidikan yang dimiliki petani mitra sudah cukup untuk
memahami dan mengetahui manfaat dari berbudidaya organik dan manfaat yang
akan diterima ketika bermitra meski pada kalisifikasi pendidikan ada dua
diantaranya yang sarjana hal ini juga disebabkan oleh semakin banyak lulusan
sarjana dan minimnya kesempatan yang diberikan dunia kerja dibidang yang
tertentu.

Hal lain yang menjadi penyebab variabel pendidikan petani tidak


berpotensi mempengaruhi motivasi petani dalam bermitra adalah pada jaman
moderen banyak hal yang dapat dilakukan tanpa harus melihat tingkat pendidikan
manusi namun dapat menjadi peluang usaha bahkan dapat menambah keuntungan
bagi orang tersebut yakni dengan melihat peluang-peluang yang ada seperti
memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan SOM meruapan peluang yang
dapat membantu kebutuhan petani tersebut baik dari segi finansial ataupun sosial.

Untuk masalah berusahatani organik memang belum banyak dilakukan


oleh petani sehingga kebanyakan petani yang memilih bermitra dengan SOM
merupakan petani sekitar Desa Kopeng yang kebanyakan pendidikan terakhirnya
adalah SMP sehingga dari hasil yang diperoleh menyatakan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi petani dalam bermitra
dengan SOM.

Pada saat mewawancarai petani mitra SOM, peneliti mengamati setiap


petani yang diwawancarai semuanya menggunakan hand phone (HP) android dan
mampu menggunakannya dengan baik sehingga peneliti berangapan bahwa
pendidikan yang dimiliki petani mitra SOM memang tergolong rendah namun
dengan adanya alat bantu seperti media-media elektronik online mampu
mengembangkan pola pikir dan membuka pemahaman petani untuk menjalin
relasi dengan SOM terutama bagi petani mitra yang mungkin kesulitan dalam hal
modal atau juga belum memiliki pasar sehingga menjalin kemitraanlah yang dapat
membantu petani-petani tersebut. SOM juga tidak mempersyaratkan pendidikan
dalam merektrut petani yang ingin bermitra karena beranggapan bahwa dengan
bergabungnya petani akan memudahkan SOM dalam membimbing serta
memprotokolkan bagimana manfaat dari bertani organik bagi manusia dan
lingkungan.

Dengan melihat hal-hal yang didapat dilapangan maka dapat disimpulkan


hipotesis ditolak, bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh signifikan
terhadap motivasi petani dalam bermitra dengan SOM.

Pada variabel pengaruh tingkat pendidikan yang dilakukan terhadap


motivasi petani nonmitra untuk berusaha tani juga mendapatkan hasil yang sama
dengan petani mitra SOM yakni tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata
terhadap motivasi petani dalam melakukan usaha taninya sendiri.

Untuk khasus petani nonmitra mengapa tingkat pedidikan tidak signifikan


dalam motivasi petani untuk tidak bermitra, pada umumnya petani non mitra
merukapan petani yang usianya berkisar dari 41-50 tahun dan berpendidikan SD
menurut Soekartawi (1988:71) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi
dalam kemampuan adopsi–inovasi, begitu pula sebaliknya. Namun pada
penelitian ini tingkat pendidikan juga tidak berpengaruh dalam hal keputusan
tidak bermitra, hal ini dikarenakan oleh faktor lain seperti kurang percaya pada
organ lain, tidak membuka diri terhadap orang lain dan juga kurang Untuk khasus
petani individual mengapa tingkat pedidikan tidak signifikan dalam motivasi
petani untuk tidak bermitra, hal ini disebabkan oleh pada umumnya petani
individual merukapan petani yang usianya berkisar dari 41-50 tahun dan
berpendidikan SD menurut Soekartawi (1988:71) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan berkorelasi dalam kemampuan adopsi–inovasi, begitu pula sebaliknya.
Namun pada penelitian ini tingkat pendidikan juga tidak berpengaruh dalam hal
keputusan tidak bermitra, hal ini dikarenakan oleh faktor lain seperti kurang
percaya pada organ lain juga lebih.

Dari kedua hasil yang didapatkan dari petani yang bermitra dengan SOM
maupun petani non mitra ini tidak perpengaruh nyata terhadap motivasi petani
untuk bermitra maupun motivasi petani dalam menjalankan usaha tani secara
individual hal ini disebabkan oleh rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
mitra SOM dan petani non mitra ini adalah SD.

4.4.2 Pengaruh Pengalaman Berusaha Tani (X 2) terhadap Keputusan


Bermitra dengan SOM (Y)

Tabel 4.17. Pengaruh Pengalaman Berusaha Tani terhadap Keputusan


Bermitra dengan SOM

Variable Status Coefficient t- Probabillity Keterangan


Kemitraan statistic
Pengalaman Petani -0.172 0.464 0.653 Tidak
Berusaha Mitra Signifikan
Petani Non 0.301 0.907 0.386 Tidak
Tani
Mitra Signifikan
Menurut tabel 4.17 menjelaskan bahwa pengalaman berusaha tani
berpengaruh tidak signifikan terhadap motivasi petani bermita dengan SOM. Hasil
analisis yang didapat bertolak belakang dengan apa yang di kemukakan Ahmadi
(1991) dalam penelitianya yang menyatakan bahwa pengalaman berusaha tani
seperti telah bertahun-tahun membudidayakan sayuran organik maka telah
melewati berbagai macam masalah dan tahu bagaimana cara pemecahannya
sehingga pengalaman berusaha tani mempengaruhi keberhasilan usaha tani yang
dijalankan.

SOM merupakan perusahaan sayuran organik yang sudah berdiri lebih dari
sepuluh tahun sehingga sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat sekitar
bahkan produk-produk sayuran dari SOM ini sudah dikenal diberbagai pasar
mulai dari dalam negeri bahkan luar negeri, dari wawancara yang diperoleh dari
beberapa mitra yang bergabung bersama SOM mengatakan bahwa memang
pengalaman yang mereka miliki belum banyak karena baru bergabung dua sampe
tiga tahun untuk berusaha tani secara organik namun dengan bermitra mereka
memiliki pengalaman baru yang awalnya belum diketahui contohnya dalam hal
pemasaran kalau biasanya memasarkan ke tengkulak dan akan dibawa kepasar
tradisional maka sekarang pemasaranya ke supermarket dan hotel-hotel sehingga
produk sayuran yang awalnya hanya dikeranjang mulai dikemas dengan tampilan
yang berbeda atau diberi kemasan dan label.

Pada data karakteristik responden berdasarkan pengalaman dapat dilihat


bahwa pengalaman yang dimiliki mitra SOM hanya sekitar dua sampai tiga tahun,
namun dalam menjalankan usaha tani dapat dilihat bahwa petani mitra SOM
sudah melewati enam sampai sembilan musim tanamam dan juga pada wawancara
yang dilakukan petani mitra mengatakan bahwa hasil yang didapat selalu
meningkat sehingga meski pengalaman yang dimiliki belum lama namun petani
mitra terus fokus pada bidang yang dimiliki sehingga membuat petani mitra
semakin giat dalam menjalani usaha organiknya.

Petani yang memiliki pengalaman usaha tani lebih banyak dibading


dengan petani yang baru memulai usaha tani sehingga pengambilan keputusan
dalam bekerja sama akan lebih muda diambil petani yang sudah lama, dengan kata
lain petani yang mempunyai banyak pengalaman akan lebih mantap untuk
berusaha tani sendiri dibanding dengan petani yang baru memulai berusaha tani.
Seperti yang sudah dijelaskan ditabel bahwa variabel pengalaman berusaha tani
pada taraf 1% (sig 0,653) sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan bermita dengan SOM sehingga hipotesis ditolak, menurut petani
berusaha tani adalah kegiatan sehari-hari yang ditekuni sehingga tanpa
bermitrapun petani tetap memiliki pengalaman.

Pada variabel pengalaman berusaha tani petani nonmitra juga tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan bermitra hal ini dapat dilihat
dari tabel bahwa nilai signifikansi sebesar 0,386 sehigga hasil penelitian sama
dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan
dan pengalaman usahatani berpengaruh terhadap kecenderungan petani untuk
mengadopsi inovasi, dimana petani yang berusia tua, berpendidikan rendah dan
memiliki pengalaman usahatani yang lama cenderung sulit untuk menerapkan
sebuah inovasi (Adesope et al, 2011; Singh et al, 2015).

Dari hasil yang diperoleh pengalaman berusaha tani yang dimiliki petani
individual juga tidak berpengaruh secara signifikan padahal jika dilihat dari
presentase pengalaman berusaha tani petani individual lebih lama dalam hal
menjalankan usaha taninya, variabel pengalaman usaha tani tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel keputusan tidak bermitra tingkat signifikansi bernilai
0,386>0,05 dapat disimpulkan bahwa pengalaman berusaha tani yang lama juga
belum tentu mempengaruhi petani dalam hal pengambilan keputusan untuk
bermitra hal ini disebabkan oleh petani yang memiliki pengalaman usaha tani
puluhan tahun cenderung memiliki banyak pengalaman, pengalaman baik dan
pengalaman buruk sehingga banyak mempelajari berbagai hal dalam hal usaha
tani dan juga pada saat diwawancara kebanyakan dari petani individual
mengatakan lebih memiliki untuk usaha sendiri karena dari awal memang sudah
usaha sendiri, adapun petani yang mengatakan bahwa yang menjadi alasan utnuk
tidak bermitra juga karenah lahan yang dikerjakan bukan milik pribadi atau
disewa. Sehingga petani nonmitra cederung melakukan usahanya sendiri.

4.4.3 Pengaruh Motivasi Berusaha Tani (X 3) terhadap Keputusan Bermitra


dengan SOM (Y)

Tabel 4.18. Pengaruh Motivasi Berusaha Tani terhadap Keputuusan


Bermitra dengan SOM

Variable Status Coefficient t- Probabillity Keterangan


Kemitraan statistic
Motivasi Petani 0.745 5.897 0.000 Signifikan
Berusaha Mitra
Petani Non 0.706 5.473 0.000 Signifikan
Tani
Mitra
Tabel 4.18 menjelaskan bahwa motivasi berusaha tani berpengaruh
signifikan terhadap variabel keputusan bermitra dengan SOM. Variabel motivasi
berusaha tani berpengaruh nyata pada keputusan petani dalam bermitra dengan
SOM pada taraf 10% (sig 0,000). Koefisien regresi motivasi berusaha tani bernilai
0.745 yang berarti jika motivasi berusaha tani naik sebesar 1% maka volume
keputusan bermitra akan naik sebesar 0,745% dengan asumsi variabel
independenya lainya tetap. Motivasi berusahatani bersifat inelastis terhadap
volume keputusan dalam bermitra dengan SOM, karena setiap kenaikan motivasi
berusaha tani 1% diikuti dengan kenaikan keputusan dalam bermitra dengan
presentase lebih kecil yaitu 0,745%. Dengan demikian variabel motivasi berusaha
tani berpengaruh positif terhadap keputusan petani dalam bermitra dengan SOM,
sehingga jika motivasi bermitra naik atau meningkatkan tingkat keputusan dalam
bermitra juga akan mengalami peningkatan.

Pihak SOM mengatakan permintaan sayur organik terus meningkat dan


juga dapat diketahui dikalangan masyarakat dunia, sayuran organik memiliki
harga jual yang tinggi sehingga memacu petani mitra SOM untuk terus
memproduksikan sayuran organik mereka dan menjaga kualitas karena sayuran
organik yang memiliki kualitas baik akan tetap dibutuhkan tentunya hal inilah
yang memacu motivasi petani sehingga terus termotivasi untuk usaha taninya.
selain harga jual produk organik ini juga selalu memiliki permintaan baik harian
atau mingguan hal ini juga yang mengacu petani mitra untuk memproduksikan
produknya terus menerus. Hasil analisis ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat
bahwa motivasi berusaha tani mempengaruhi keputusan petani dalam bermitra
dengan SOM secara signifikan.

Dari hasil yang diperoleh pengalaman berusaha tani yang dimiliki petani
nonmitra juga tidak berpengaruh secara signifikan padahal jika dilihat dari
presentase pengalaman berusaha tani petani non mitra lebih lama dalam hal
menjalankan usaha taninya, variabel pengalaman usaha tani tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel keputusan tidak bermitra tingkat signifikansi bernilai
0,386>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman berusaha tani yang lama
juga belum tentu mempengaruhi petani dalam hal pengambilan keputusan untuk
bermitra hal ini disebabkan oleh petani yang memiliki pengalaman usaha tani
puluhan tahun cenderung memiliki banyak pengalaman, pengalaman baik dan
pengalaman buruk sehingga banyak mempelajari berbagai hal dalam hal usaha
tani dan juga pada saat diwawancara kebanyakan dari petani nonmitra
mengatakan lebih memiliki untuk usaha sendiri karena dari awal memang sudah
usaha sendiri, adapun petani yang mengatakan bahwa yang menjadi alasan utnuk
tidak bermitra juga karenah lahan yang dikerjakan bukan milik pribadi atau
disewa. Sehingga petani nonmitra cederung melakukan usahanya sendiri.

4.4.4. Pengaruh Kompetensi (X 4) terhadap Keputusan Bermitra dengan


SOM (Y)

Tabel 4.19. Pengaruh Kompetensi terhadap Keputusan Bermitra dengan


SOM

Variable Status Coefficient t- Probabillity Keterangan


Kemitraan statistic
Kompetensi Petani 0.188 0.262 0.666 Tidak
Mitra Signifikan
Petani Non 0.382 0.718 0.489 Tidak
Mitra Signifikan
Tabel 4.19 menjelaskan bahwa variabel kompetensi berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel kepuasan dalam bermitra. Salah satu faktor yang
mendorong keberhasilan usaha adalah kompentensi, Wibowo (2007:324)
menyatakan kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan
serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Untuk
menjadi wirausahawan, hal yang harus dimiliki pertama kali adalah modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan
modal, baik uang maupun waktu, dan kecukupan tenaga serta pikiran seehingga
dapat disimpulkan kompentensi adalah salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan usaha tani organik.

Seperti yang telah ditunjukan pada tabel bahwa kompetensi memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.663 yang berarti tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan bermitra dalam menjalin kerja sama dengan SOM sehingga kompetensi
yang dimiliki petani tidak menjamin petani dalam pengambilan keputusan untuk
bermitra.

Kompetensi merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan


usaha tani, namun pada penelitian ini kompetensi tidak menjadi faktor yang
mempengaruhi motivasi petani untuk bermitra dengan SOM, hal ini disebabkan
oleh pada umumnya petani yang bermitra dengan SOM berprovesi sebagai petani
sehingga dalam hal berbudidaya mereka sudah memahami namun yang perlu
diterapkan adalah tidak menggunakan bahan kimia pada tanaman yang
diusahakan. Petani yang bermitra dengan SOM ini juga mengakui pada saat
memutuskan untuk beruaha tani organik dengan SOM agar mendapatlan pasar dan
keuntungan karena pasar sayuran organik memang sudah ada namun untuk
mendapatkan akses kepasar, pasar tersebut agak susah sehinga dengan cara
beritralah petani dapat menembus pasar-pasaar sayuran orgaanik dalam dan luar
kota bahkan luar negeri.

Dengan melihat pandangan petani akan pentingnya akses ke pasar dan


bagaimana cara petani agar dapat menembus pasar organik maka peneliti
menyimpulkan bahwa pada jaman yang semakin maju petani tidak lagi melihat
hal-hal utama yang menjadi faktor peningkatan kualitas diri namun petani lebih
fokus pada pendapatan dan bagaimana menjagkau pasar-pasar yang menjadi
pasar bagi usaha organik.

Pada variabel kompetensi yang dilakukan pengujian pada petani nonmitra


juga tidak berpengaruh signifikan terhadap variable motivasi petani tidak
bermitra, dengan nilai signifikansi sebesar 0,489% >0,05 dan nilai koefisien
sebesar 0,382. Sama halnya dengan variabel pendidikan dan pengalaman berusaha
tani variabel kompetensi juga tidak signifikan. Hasil yang didapat dari penelitian
ini bahwa jika seseorang bekerja sendiri maka tidak ada tuntutan yang didapat dari
pekerjaanya atau dalam bekerja sendiri tingkat toleransi sangat besar sehingga
petani cenderung merasa bahwa jika bekerja sendiri tidak ada sangsi yang
diberikan atau didapat dari keperjaanya jika tidak sesui dengan yang ditargetkan
maka petani cenderung memilih untuk bekerja sendiri.

Petani nonmitra cenderung mengulangi setiap proses dalam berbudidaya


atau berusaha tani dan juga sukar dalam berpindah ke proses yang berbeda dengan
proses yang biasa dilakukan karena beranggapan akan beresiko karenah belum
pernah menggunakan cara atau metode yang lain, atau lebih baik mengikuti cara
yang mereka tahu karena sudah ada bayangan bahwa hasil yang didapat akan
seperti pengalaman sebelumnya dibanding mencoba cara lain. Hal inilah yang
menyebabkan kompetensi petani non mitra tidak nampak berpengaruh nyata pada
motivasi petani untuk berusaha tani secara nonmitra

4.4.5. Pengaruh Motivasi Bermitra Dengan SOM (Y) Terahadap Manfaat


yang Diterima Setelah Bermitra (Z)

Tabel 4.19. Pengaruh Motivasi Bermitra Dengan SOM Terhadap Manfaat


yang Diterima Setelah Bermitra

Variable Status Coefficient t- Probabillity Keterangan


Kemitraan statistic
Motivasi Petani 1.152 0.090 0.000 Signifikan
Bermitra Mitra
Petani Non 1.032 8.415 0.000 Signifikan
Mitra
Variabel motivasi bermitra dengan SOM berpengaruh signifikan pada
variabel manfaat yang diterima, hal ini disebabkan oleh petani mitra telah
merasakan manfaat atau hasil dari proses kemitraan yang terjalin setelah beberapa
tahun bekerja sama baik dari segi budidaya hingga produksi dan pasar yang juga
berkaitan langsung dengan pendapatan petani sehingga menjadi alasan mengapa
petani terus bermitra. Adapun manfaat lain yang diterima adalah pengetahuan
serta pengalaman yang bertambah banyak hal ini juga menjadi acuan mengapa
petani tetap loyal terhadap kemitraan dengan SOM.

Motivasi petani dalam menjalin kerja sama dengan SOM juga


medatangkan keuntungan dari segi sosial bagi petani mitra, dalam melakukan
kerja sama SOM juga mengajak petani untuk melakukan beberapa pelatihan pada
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian organik, menjalin
kerjasama dengan banyak pihak yang dapat menambah pengembangan usaaha
organik juga dilakukan oleh SOM sehingga petani mitra merasa selalu ada
informasi baru dalam usahataninya.

Motivasi petani nonmitra terhadap manfaat yang diterima ketika tidak


bermitra juga mendapatkan hasil signifikan, hal ini dirasakan langsung oleh petani
dengan melihat relasi yang dimiliki petani nomitra yang tidak banyak sehingga
penjualan hasil usahanya masi melalui tengkulak dan juga ke pasar-pasar
tradisional

Anda mungkin juga menyukai