5.1.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu produktif atau tidak nya
seseorang, dan juga dapat mempengaruhi sikap, cara berfikir serta kemampuan fisik
dalam mengelola usaha nya. Mantra (2004) menyatakan bahwa umur produktif secara
ekonomi dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu kelompok umur 0-14 tahun merupakan
usia belum produktif, kelompok 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif,
dan kelompok umur diatas 65 tahun merupakan kelompok usia tidak produktif lagi.
Petani yang berumur produktif kemampuannya untuk bekerja akan lebih baik
dibandingkan dengan petani yang tidak produktif. Petani yang berumur relatif muda
pada umumnya lebih cepat mengadopsi inovasi baru serta lebih dinamis dan tanggap
berumur tua. Karakteristik petani cabai merah berdasarkan kelompok umur di Kota
2019.
Berdasarkan Tabel 11 diatas dapat di lihat bahwa kelompok umur petani cabai
merah di Kota Pekanbaru yang terbanyak adalah pada kelompok umur berkisar 40-45
yaitu berjumlah 15 orang dengan persentase (37,5%), kemudian umur 34-39 yaitu 11
orang dengan persentase (27,5%) umur 46-51 yaitu 7 orang kemudian umur 52-57
berjumlah 4 orang dengan persentase (10%) untuk umur 58-63 berjumlah 1 orang
dengan persentase (2,5%) ini jumlah paling sedikit diantara kelompok umur petani
yang lain dan 64-70 berjumlah 2 orang dengan persentase (5%) dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa, petani cabai merah di daerah penelitian masih tergolong
kedalam kelompok usia produktif dimana hanya ada 2 orang saja dengan persentase
80
5.1.2. Tingkat Pendidikan
paling banyak dicapai olah petani adalah tamat sekolah dasar sebanyak 21 orang
(52,5%). Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2019.
memiliki jenjang pendidikan tinggi pada umum nya akan lebih cepat menguasai dan
orang yang pendidikan nya hanya sampai di bangku sekolah dasar saja, sehingga
penyuluh agak sulit memberikan informasi dan penyuluhan mengenai usahatani cabai
merah. Di daerah penelitian tingkat pendidikan yang paling rendah adalah tamat
sekolah SMP atau setara dengan MTS yaitu berjumlah SMP 7 orang dan MTS 2
81
5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
dalam suatu rumah yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga. Jumlah
tanggungan keluarga petani responden cabai merah di Kota Pekanbaru dapat dilihat
Tabel 13. Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tahun
2019.
Tanggungan Keluarga
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Orang)
1-2 7 17,5 %
3-4 24 60 %
5-6 9 22,5 %
Jumlah 40 100 %
petani responden dominan 3-4 orang (60%) yang bearti bahwa jumlah anggota yang
harus di tanggung oleh petani responden tidak terlalu banyak. Besarnya jumlah
82
salah satu indikator yang secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan usahatani
cabai merah yang dilakukan petani secara keseluruhan. Petani yang berpengalaman
dan didukung oleh sarana produksi yang lengkap akan lebih mampu meningkatkan
oleh petani responden di kategorikan sedang yaitu sebesar 42,5%. Mayoritas petani
tahun.14-17 tahun, 18-21 tahun, dan 22-25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa petani
83
5.2. Manajemen Usahatani
petani di kota Pekanbaru sudah mempunyai tahapan kegiatan yang sama dengan
Adapun teknologi budidaya cabai merah yang diterapkan dalam kegiatan SL-
PTT dan teknologi budidaya yang dilakukan petani di Kota Pekanbaru dapat dilihat
84
Tabel 15. Perbandingan Teknologi Budidaya Menurut SL-PTT dengan Teknologi Budidaya Petani Cabai Merah Di
Koata Pekabaru
No Teknologi Budidaya Teknologi Budidaya SL-PTT Teknologi Budidaya Petani di Lapangan
Penyiapan Bibit
Varietas unggul antara lain: Tanjung 1, Varietas yang digunakan adalah Gada, tit
1 Tanjung 2, Tit Segitiga, Lambang 1, segitiga.
a. Varietas
Branang, Gantari, Gada, dan Varietas lokal
lainnya
Lahan terbuka dan tidak ternaungi Daerah penelitian merupakan lahan
sehingga matahari dapat langsung terbuka yang tidak ternaungi sehingga
menyinari tanaman. Lokasi lahan cabai merah langsung mendapatkan
diusahakan dekat dengan mata air untuk penyinaran penuh matahari. Terdapat
Persiapan lahan
memenuhi ketersediaan irigasi. Cabai irigasi yang memudahkan jangkauan air
merah dapat tumbuh dan berproduksi menjadi lebih dekat
dengan baik didaratan rendah sampai
daratan tinggi 1.100 m (ideal o-800 m) dpl
Adapun Alat yang digunakan dalam Adapun Alat yang digunakan petani
2
budidaya antara lain: Cangkup, Parang, antara lain: Cangkup, Parang, Polybag,
Polybag, Plastik Musla, Ajir Bambu, Plastik Musla, Ajir Bambu, Pembolong
a. Alat Pembolong Musla, Drum, Ember, Mesin Musla, Drum, Ember, Mesin Air, Mesin
Air, Mesin Rumput, Arit, Selang Gip, Tali Rumput, Arit, Selang Gip, Tali Rapia,
Rapia, Terpal, Selang, Pompa, Pompa Terpal, Selang, Pompa, Pompa Mesin.
Mesin.
Pengolahan tanah diawali dengan Pengolahan tanah diawali dengan
b. Pengolahan
pembuatan parit sedalam 50 cm dan lebar pembuatan parit sedalam 50 cm dan
Tanah
50 cm. lebar 50 cm.
85
No Teknologi Budidaya Teknologi Budidaya SL-PTT Teknologi Budidaya Petani di Lapangan
Tanah dibentuk menjadi bedengan, Tanah dibentuk menjadi bedengan,
diantara bedengan dibuat parit untuk diantara bedengan dibuat parit untuk
c. Pembuatan
saluran air. Bedengan dibuat dengan lebar saluran air. Bedengan dibuat dengan
Bedenggan dan
1,5 m. dan lebar parit 50 cm dengan lebar 1,5 m. dan lebar parit 50 cm
parit
kedalam parit 50 cm. tanah diatas dengan kedalam parit 50 cm. tanah diatas
bedengan dicangkul sampai gembur. bedengan dicangkul sampai gembur.
Jarak tanam cabai merah bervariasi, yang
sering digunakan antara lain 50x40 cm. Jarak tanam 50x40 cm. pada tiap
3 Penanaman
pada tiap bedengan dapat ditanami 2-4 bedengan ditanami 2-4 baris tanaman.
baris tanaman.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah: Dolomite,
Pupuk dasar yang terdiri atas NPK Pupuk Kandang, NPK, Urea, KNO,
(15:15:1) sebanyak 550 kg/ha + Urea 40- Kotoran Ayam, Dedak, Trikoderma, gula
80 Kg/ha + Kamas 70-140 kg/ha merah, Borat, Serabut Kelapa,
Jika digunakan pupuk kandang atau SsAmosfros, ZA, TSP, Trikogen, KCL,
4 kompos (2,5-5,0 t/ha), jumlah pupuk NPK Komisit, Bonggol Pisang, Xtracall,
1. Jenis (16:16:16) dapat dikurangi menjadi 250 Gandasit B, Gndasi Daun, Supergrip, SP
kg/ha. 36.
86
No Teknologi Budidaya Teknologi Budidaya SL-PTT Teknologi Budidaya Petani di Lapangan
Pupuk susulan pertaman berupa Urea untuk lahan 0,1 ha penggunaan pupuk
sebanyak 180 kg/ha atau ZA Dolomite 100 kg, Pupuk Kandang 875 kg,
sebanyak 400 kg/ha, yang diberikan NPK 25 kg, Urea 10 kg, KNO 2 kg, ZA10 kg,
10-15 hari setelah penanaman diatas TSP 10 kg, KCL 10 kg. untuk lahan 0,12 ha
bedengan Pupuk susulan kedua Dolomite 150 kg, Pupuk Kandang 1.500 kg,
berupa Urea sebanyak 180 kg/ha NPK 50 kg, Urea 50 kg, ZA 50 kg, TSP20 kg,
diatas bedengan. KCL 20 kg, Supergrip 0,10 kg. untuk lahan
0,14 ha Dolomite 10 kg, Pupuk Kandang 1.250
kg, NPK 50 kg, ZA 10 kg,Trikogen 1 kg, KCL
15 kg. untuk lahan 0,24 ha Dolomite 200 kg,
Pupuk Kandang 150 kg, Urea250, TSP 150 kg,
KCL 25 kg. untuk lahan 0,25 ha Dolomite 250
kg, Pupuk Kandang 3.750 kg, NPK 25 kg, Urea
2. Dosis
25 kg, ZA 10 kg, Trikogen 1 kg. untuk lahan
0,5 ha Dolomite 1.500 kg, Pupuk Kandang
10.000 kg , NPK 200 kg, KNO 50 kg, Dedak 5
kg, Trikoderma 1 kg, gula merah 10 kg,
SsAmosfros 50 kg, ZA 100 kg, Bonggol Pisang
30 kg, Xtracall 2 kg, Gandasit B 0,60 kg. untuk
lahan 1,25 ha Dolomite 5.000 kg, Pupuk
Kandang 15.000 kg, NPK 250 kg, Urea 500 kg,
Kotoran Ayam 2.500 kg, TSP 500 kg, KCL
500 Gndasi Daun 7 kg. untuk lahan 2 ha
Dolomite 2.250 kg, Pupuk Kandang 40.000 kg,
NPK 1.000 kg, ZA 500 kg, TSP 500 kg, KCL
800 kg.
87
No Teknologi Budidaya Teknologi Budidaya SL-PTT Teknologi Budidaya Petani di Lapangan
Diletakkan didalam lubang diantara dua Diletkakan didalam lubang diantara dua
3. Cara
tanaman lalu ditutup dengan tanah tanaman lalu ditutup dengan tanah
Pemeliharaan
Penyiramanan dilakukan 3-4 hari sekali Penyiramanan dilakukan 3-4 hari sekali
1. Penyiraman apabila tidak ada hujan apabila tidak ada hujan
Penyiangan dan pendagiran pertama cabai Penyiangan dan pendagiran hanya dilakukan
merah dilakukan 60 atau 75 hari setelah dengan pengontrolan dan memastikan bahwa
2. Penyiangan dan
5 menanam cabai. lahan cabe tidak ditumbuhi gulma dalam
Pendagiran
jumlah yang banyak, karena petani cabai
merah sudah menggunakan plastik musla
Pemasangan OPT bertujuan untuk Petani membersihkan rumput/gulma
3. Pengendalian menekan populasi awal OPT agar bersamaan dengan penyiraman cabai merah.
Hama dan Penyakit perkembangannya tidak menimbulkan
kerugian.
Panen cabai merah dilakukan pada umur Panen cabai merah dilakukan pada umur 60-
60-70 hari setelah tanam, dengan interval 70 hari setelah tanam, dengan interval 3-7
3-7 hari. Tempat penyimpanan harus hari. Tempat penyimpanan harus kering,
kering, sejuk dan mempunyai sirkulasi sejuk dan mempunyai sirkulasi udara yang
udara yang cukup baik. Karakteristik cabai cukup baik.
Panen dan Pasca merah yang dikehendaki konsumern rumah
6 tangga adalah: warna buah merata dan tua,
Panen
kekerasan buah sedang-keras, bentuk buah
memanjang kurang lebih 10 cm, diameter
buah sedang kurang lebih 1,5 cm dan
permukaan buah harus mengkilap.
88
Berdasarkan Tabel 17 adapun teknologi budidaya yang dilakukan oleh petani adalah
sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
struktur tanah dengan suatu alat pertanian sehingga sifat fisik, kimia dan biologis
2. Penanaman
Setelah bibit siap untuk ditanam dilapangan, penanaman itu dilakukan petani
dengan cara menanam dilubang tanam yang telah disediakan, jumlah bibit yang
ditanam dalam satu lubang berjumalah 2-4 biji dalam satu lubang tanam dengan
kedalaman kurang lebih 5 cm dan jarak tanam 50x40 cm. petanai memahami bahwa
penanaman dengan biji yang terlalu bamyak dalam satu lubang akan mengurangi
anakan dan mudah terserang hama dan penyakit serta produktivitas menjadi rendah.
3. Pemupukan
Dolomite, Pupuk Kandang, NPK, Urea, KNO, Kotoran Ayam, Dedak, Trikoderma,
gula merah, Borat, Serabut Kelapa, SsAmosfros, ZA, TSP, Trikogen, KCL, Komisit,
89
Dosis yang di gunakan petani adalah untuk lahan 0,1 ha penggunaan pupuk Dolomite
100 kg, Pupuk Kandang 875 kg, NPK 25 kg, Urea 10 kg, KNO 2 kg, ZA10 kg, TSP
10 kg, KCL 10 kg. untuk lahan 0,12 ha Dolomite 150 kg, Pupuk Kandang 1.500 kg,
NPK 50 kg, Urea 50 kg, ZA 50 kg, TSP20 kg, KCL 20 kg, Supergrip 0,10 kg. untuk
lahan 0,14 ha Dolomite 10 kg, Pupuk Kandang 1.250 kg, NPK 50 kg, ZA 10
kg,Trikogen 1 kg, KCL 15 kg. untuk lahan 0,24 ha Dolomite 200 kg, Pupuk Kandang
150 kg, Urea250, TSP 150 kg, KCL 25 kg. untuk lahan 0,25 ha Dolomite 250 kg,
Pupuk Kandang 3.750 kg, NPK 25 kg, Urea 25 kg, ZA 10 kg, Trikogen 1 kg. untuk
lahan 0,5 ha Dolomite 1.500 kg, Pupuk Kandang 10.000 kg , NPK 200 kg, KNO 50
kg, Dedak 5 kg, Trikoderma 1 kg, gula merah 10 kg, SsAmosfros 50 kg, ZA 100 kg,
Bonggol Pisang 30 kg, Xtracall 2 kg, Gandasit B 0,60 kg. untuk lahan 1,25 ha
Dolomite 5.000 kg, Pupuk Kandang 15.000 kg, NPK 250 kg, Urea 500 kg, Kotoran
Ayam 2.500 kg, TSP 500 kg, KCL 500 Gndasi Daun 7 kg. untuk lahan 2 ha
Dolomite 2.250 kg, Pupuk Kandang 40.000 kg, NPK 1.000 kg, ZA 500 kg, TSP 500
kg, KCL 800 kg. Diletkakan didalam lubang diantara dua tanaman lalu ditutup
dengan tanah.
4. Pemeliharaan
penyiraman, (2) penyiangan dan pendagiran, (3) pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Dalam budidaya cabai merah ini petani tidak melakukan penyulaman, yang
90
berarti apabila ada tanaman cabai merah mati maka tidak akan ada penganti untuk
Petani cabai merah melakukan pemanenan pada umur 60-70 hari setelah
tanam, dengan interval 3-7 hari. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan
Usaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu dengan menghasilkan barang dengan
biaya yang paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dari proses
faktor produksi itu tergantung dari proporsi faktor produksi yang digunakan dan
1998). Adapun faktor atau sarana produksi yang digunakan oleh petani cabi merah di
Kota Pekanbaru adalah luas lahan garapan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan
alat.
Mubyarto (1989) Menjelasakan lahan sebagai salah satu faktor produksi yang
mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari
usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan. Namun bukan
91
berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Luas lahan
garapan cabai merah di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Distribusi Luas Lahan Garapan Petani Pada Usahatani Cabai Merah di
Pekanbaru
No Luas Lahan Garapan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0,1 2 5,00
2 0,12 4 10,00
3 0,14 3 7,50
4 0,24 1 2,50
5 0,25 22 55,00
6 0,5 6 15,00
7 1,25 1 2,50
8 2 1 2,50
Jumlah 40 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa luas lahan garapan petani untuk usahatani cabai
merah yang terbanyak adalah 0,25 ha yakni sebanyak 22 jiwa dengan persentase
55,00%, kemudian diikuti luas lahan 0,5 ha sebanyak 6 jiwa dengan persentase
15,00%, selanjutnya luas lahan 0,12 ha sebanyak 4 jiwa dengan persentase 10,00%,
untuk luas lahan 0,14 ha sebanyak 3 jiwa dengan persentase 7,50%, luas lahan 0,1 ha
sebanyak 2 jiwa dengan persentase 5,00% dan luas lahan yang terendah ada 3
diantaranya 0,24 ha, 1,25 ha, 2 ha masing-masing sebanyak 1 jiwa dengan persentase
masing-masing 2,50%. Luas dan sempitnya lahan garapan yang ditanami cabai merah
ini dipengaruhi oleh tanaman yang lainnya yang ditanam pada lahan yang sama atau
92
petani melakukan diversifikasi tanaman artinya petani menanam beraneka ragam
tanaman.
5.2.2.2 Bibit
produksi. Penggunaan bibit yang terlalu banyak akan berdampak pada penurunan
jumlah produksi karena jarak tanam menjadi rapat sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh dengan baik (Rahayu dan Nur, 2004). Untuk distribusi penggunaan bibit pada
usahatani cabai merah di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Distribusi Penggunaan Bibit Pada Usahatani Cabai Merah di Kota
Pekanbaru.
Jumlah Petani Penggunaan Bibit Perluas
No Persentase (%)
(Jiwa) Garapan (Gr)
1 4 20 1,99
2 1 23 2,29
3 2 24 2,39
4 5 25 2,49
5 9 28 2,78
6 2 30 2,98
7 1 34 3,38
8 3 35 3,48
9 3 40 3,98
10 2 50 4,97
11 1 56 5,57
12 2 67 6,66
13 1 70 6,96
14 1 79 7,85
15 1 105 10,44
16 1 110 10,93
17 1 210 20,87
Jumlah 40 1.006 100
Rata-rata 2,35 59,18 5,88
93
Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah bibit yang paling banyak digunakan
oleh petani yakni sebanyak 28 gr, jumlah petani yang menggunakan sebanyak 12
petani dengan persentase 2,78%. Jumlah tersebut banyak di gunakan oleh petani yang
memiliki lahan seluas 0,25 Ha. Jumlah bibit terendah yakni sebanyak 23 gr, 34 gr, 56
gr, 70 gr, 79 gr, 105 gr, 110 kg dan 210 kg, petani yang menggunakan hanya 1 orang.
Penggunaan bibit dibawah standar SL-PTT, hal ini dikarenakan luas lahan budidaya
cabai merah dalam skala kecil dan tinggginya harga bibit yang diterima petani.
Selain lahan, tenaga kerja dan modal juga merupakan sumberdaya usahatani
yang turut berperan didalam kegiatan produksi, karena tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang sangat penting didalam peningkatan produki. Tenaga kerja yang
sumberdaya terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.,
menurut jenisnya tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja anak. Karena usahatani dianggap sebagai suatu perusahaan maka semua
tenaga kerja baik dari dalam maupun dari luar keluarga dihitung sebagai biaya
produksi.
efisiensinya dalam ketertibannya pada suatu proses produksi. Dari biaya persentase
yang dikeluarkan petani, maka tenaga kerja merupakan faktor biaya terbesar. Tenaga
94
kerja dalam keluarga merupakan unsur penentu dalam usahatani keluarga, karena
Penggunaan tenaga kerja ditentukan oleh pasar tenaga kerja yang dipengaruhi
upah tenaga kerja dan harga hasil produksi.pengusaha cenderung menambah tenaga
kerja selama produk marjinal (nilai tambah output yang diakibatkan oleh
bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi biaya yang dikeluarkan (Nopirin,
1996). Untuk distribusi tenaga kerja pada usahatani cabai merah di Kota Pekanbaru
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa tenaga kerja untuk perluas garapan
penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih sedikit digunakan dibandingkan dengan
tenaga kerja dalam keluarga, yaitu masing masing 3,95 (TKLK) dan 9 (TKDK).
Karena dalam usahatani cabai merah tidak membutuhkan tenaga kerja yang cukup
95
banyak, tenaga kerja dalam keluargapun mencukupi dalam usahatani cabai merah
5.2.2.4 Pupuk
Pupuk merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang besar
kekurangan unsur hara tanaman dalam tanah, sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi
untuk tumbuh subur dan diukuti dengan meningkatnya produksi persatuan luas lahan.
langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan tanaman yang
tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk merupakan usaha untuk pemenuhan dan
kebutuhan unsur hara tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan produksi yang
optimal (Kasirah, 2007). Untuk distribusi pupuk pada usahatani cabai merah di Kota
96
Tabel 19. Jumlah Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Cabai Merah (Kg/Ltr/Luas
Garapan/Musim Tanam) di Kota Pekanbaru.
Per Luas Garapan
No Jenis Pupuk
Jumlah (Kg) Persentase (%)
1 Dolomite 20.300 8,47
2 Pupuk Kandang 200.900 83,86
3 NPK 4.185 1,75
4 Urea 2.320 0,97
5 KNO 126 0,05
6 Kotoran Ayam 2.500 1,04
7 Dedak 34 0,01
8 Trikoderma 8 0,00
9 Gula Merah 55 0,02
10 Borat 11 0,00
11 Serabut Kelapa 55 0,02
12 SsAmosfros 100 0,04
13 ZA 1.950 0,81
14 TSP 3.560 1,49
15 Trikogen 5 0,00
16 KCL 2.760 1,15
17 Komisit 400 0,17
18 Bonggol Pisang 90 0,04
19 Xtracall 2 0,00
20 Gandasil B 8 0,00
21 Gndasi Daun 8 0,00
22 Supergrip 0,6 0,00
23 SP 36 200 0,08
Jumlah 239.578 100
paling banyak yakni pupuk kandang paling banyak, hal ini dikarenakan pupuk
97
kandang paling banyak digunakan oleh petani pada awal akan melakukan budidaya
cabai merah. Jumlah penggunaan pupuk untuk luas pergarapan yaitu 239.578 kg.
5.2.2.5 Pestisida
hama dan penyakit perlu adanya pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini merupakan cara yang
paling banyak digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit. Hal ini
dikarenakan, penggunaan pestisida merupakan cara yang mudah dan efektif, dengan
penggunaan pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan. Namun,
negatifnya dapat dihindari dengan penggunaan pestisida dengan dosis yang tepat
(sulisitiyono, 2004). Untuk distribusi pestisida pada usahatani cabai merah di Kota
Tabel 20. Jumlah Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Cabai Merah (Kg/Ml/Luas
Garapan/Musim Tanam) di Kota Pekanbaru.
Per Luas Garapan Per Luas Garapan
Jenis Perse
No Jumlah No Jenis Pestisida Jumlah
Pestisida Persent ntase
(Ml) (Ml)
ase (%) (%)
1 Bamex 1.400 0,35 22 Kuproxak 4.000 0,99
2 Baypolan 11.500 2,84 23 Seprint 15.600 3,85
3 Antonik 1.700 0,42 24 Stadium 6.000 1,48
98
4 Curacron 57.000 14,08 25 Primaton 6.000 1,48
5 Amistratrop 800 0,20 26 Gramaxon 10.000 2,47
6 Pegasus 15.000 3,70 27 Simit 200 0,05
7 Decis 150 0,04 28 Dupont 1.000 0,25
8 Buldog 1.000 0,25 29 Madu 2.000 0,49
9 Marshal 2.000 0,49 30 Air Kencing 2.000 0,49
10 Perekat 3.000 0,74 31 Susu 7.400 1,83
11 pp2 4.000 0,99 32 Xtracail 20 0,00
12 e-4 96.000 23,71 33 Rondap 146.500 36,19
13 Indodan 400 0,10 34 Buion m 21 0,01
14 Nazole 500 0,12 35 Agrimycin 6 0,00
15 Dimacide 1.000 0,25 36 Curator 11 0,00
16 Santriono 3.000 0,74 37 Nordok 0,4 0,00
17 BomFlower 1.000 0,25 38 Antrakol 9 0,00
18 Agrimek 900 0,22 39 Dithane 4 0,00
19 Siganta 2.000 0,49 40 Fidusial Code88 2 0,00
20 Privathon 500 0,12 41 Lannate 33 0,01
21 Demolis 1.200 0,30 42 Telur 2 0,00
Jumlah 404.858 100,00 Jumlah 404.858 100
luas per garapan yaitu 404.858 ml. penggunaan sarana produksi pestisida juga
banyak yakni rondap. Hal ini dikarenakan rondap paling banyak digunakan oleh
petani pada awal akan melakukan budidaya cabai merah untuk mengusir berbagai
Dithane, Fidusial Code88, Telur, tetapi dalam jumlah yang tidak telalu banyak.
99
5.2.2.6 Alat dan Mesin
Alat dan mesin merupakan alat yang digunakan petani untuk mempermudah
petani dalam melakukan budidaya tanaman cabai merah. Alat mesin pertanian
distribusi alat dan mesin pada usahatani cabai merah di Kota Pekanbaru dapat dilihat
Tabel 21. Jumlah Penggunaan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Cabai Merah di
Kota Pekanbaru
No Jenis Alat Jumlah (Unit) Persentase (%)
1 Cangkul 109 0,07
2 Parang 69 0,05
3 Polybag 109 0,07
4 Plastik Musla 169 0,11
5 Ajir Bambu 147.500 98,97
6 Pembolong Musla 86 0,06
7 Drum 78 0,05
8 Ember 261 0,18
9 Mesin Air 42 0,03
10 Mesin Rumput 14 0,01
11 Arit 67 0,04
12 Selang Gip 30 0,02
13 Tali Rapia 285 0,19
14 Terpal 41 0,03
15 Selang 41 0,03
16 Pompa 88 0,06
17 Pompa Mesin 42 0,03
Jumlah 149.031 100
cabai merah. Rata-rata peralatan yang digunakan petani berjumlah 149.41 unit.
100
Sehingga penyusutan alat pemakaian selama setahun akan mempengaruhi pendapatan
usahatani cabai merah. Sedangkan pemakaian paling banyak adalah penggunaan ajir
bambu yaitu 147.500 unit dengan pesentase 98,97% dan penggunaan paling sedikit
tentang apa, kapan, dimana dan beberapa besar usahatani itu di jalankan. Masalah apa
menurut (Rivai, 1980). Suatu usahatani dikatakan menguntungkan atau tidak dapat
dilihat pada pendapatan akhir yang diperoleh bernilai positif dan sebaliknya dianggap
Analisis usahatani adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegitatan usahatani. Hasil analisis ini
menerima atau menolak dari suatu gagasan usahatani. Pengertian layak dalam
penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usahatani yang akan
dilaksanakan dapat memberi manfaat dalam arti finansial. Dengan adanya analisis
101
usaha ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari
(Soekartawi, 1995).
Tabel 22. Rincian Biaya Rata-Rata Usahatani Cabai Merah di Kota Pekanbaru
(Rp/Musim Tanam)
No Uraian Satuan Jumlah Harga Nilai Per Garapan
A Biaya Tetap
1 Sewa Lahan Ha 0,33 604.500,00 604.500,00
2 Penyusutan/Mt 2.134.584,00
Total Biaya Tetap 2.739.084,00
B Biaya Variabel
1 Bibit Cabai Merah Gr 43 9.437,50 399.100,00
2 Biaya TKDK HKP 14 90000 11.062.983,00
3 Biaya TKLK HKP 15.449.344,00
Biaya Pupuk
4 Dolomite Kg 508 901 443.775,00
5 Pupuk Kandang Kg 5023 581 29.366.000,00
6 NPK Kg 107 8.400 918.974,00
7 Urea Kg 97 5.704 56.146,00
8 KNO Kg 25 15.500,0 398,00
9 Kotoran Ayam Kg 2500 300 750.000,00
10 Dedak Kg 4 8.250 3.250,00
11 Trikoderma Kg 1 110.000,0 110.000,00
12 Gula Merah Kg 7 20.000 137.500,00
13 Borat Kg 1 30.000,0 41.250,00
14 Serabut Kelapa Kg 7 5.000 34.375,00
15 SsAmosfros Kg 50 9.000 450.000,00
16 ZA Kg 61 5.556 298.281,00
17 TSP Kg 123 3.821 501.103,00
18 Trikogen Kg 1 143.750,0 187.500,00
19 KCL Kg 99 6.243 581.804,00
20 Komisit Kg 400 1.750 700.000,00
21 Bonggol Pisang Kg 23 5.000 112.500,00
22 Xtracall Kg 2 20.000,0 400.000,00
23 Gandasil B Kg 4 150.000,0 570.000,00
24 Gndasi Daun Kg 3 126.667,0 267.000,00
25 Supergrip Kg 0,15 500.000,00 75.000,00
102
26 SP 36 Kg 100 30.000 500.000,00
Biaya Pestisida
27 Bamex Kg 280,00 1.000,00 280,00
28 Baypolan Kg 2.300,00 60,00 138.000,00
29 Antonik Kg 340,00 300,00 102.000,00
30 Curacron Kg 3.000,00 253,00 759.474,00
31 Amistratrop Kg 160,00 1.000,00 160.000,00
32 Pegasus Kg 1.875,00 100,00 300.000,00
33 Decis Kg 75,00 450,00 33.750,00
34 Buldog Kg 500,00 330,00 165.000,00
35 Marshal Kg 1.000,00 170,00 170.000,00
36 Perekat Kg 1.500,00 40,00 60.000,00
37 pp2 Kg 1.333,00 120,00 160.000,00
38 e-4 Kg 32.000,00 25,00 800.000,00
39 Indodan Kg 133,00 250,00 33.333,00
40 Nazole Kg 250,00 180,00 45.000,00
41 Dimacide Kg 500,00 140,00 70.000,00
42 Santriono Kg 1.500,00 110,00 165.000,00
43 Bom Flower Kg 333,00 240,00 80.000,00
44 Agrimek Kg 450,00 1.900,00 855.000,00
45 Siganta Kg 1.000,00 340,00 340.000,00
46 Privathon Kg 500,00 560,00 280.000,00
47 Demolis Kg 600,00 120,00 80.000,00
48 Kuproxak Kg 4.000,00 170,00 680.000,00
49 Seprint Kg 7.800,00 67,00 522.600,00
50 Stadium Kg 6.000,00 270,00 1.620.000,00
51 Primaton Kg 3.000,00 40,00 120.000,00
52 Gramaxon Kg 3.333,00 333,00 1.500.000,00
53 Simit Kg 200,00 360,00 72.000,00
54 Dupont Kg 1.000,00 15.000,00 1.500.000,00
55 Madu Kg 2.000,00 50,00 100.000,00
56 Air Kencing Kg 2.000,00 50,00 100.000,00
57 Susu Kg 7.400,00 54,00 399.600,00
58 Xtracail Kg 20,00 20.000,00 400.000,00
59 Rondap Kg 3.663,00 70,00 256.375,00
60 Buion m Kg 2,00 360.000,00 608.750,00
61 Agrimycin Kg 1,00 11.800,00 141.600,00
62 Curator Kg 2,00 30.000,00 55.000,00
63 Nordok Kg 0,40 250.000,00 100.000,00
64 Antrakol Kg 1,00 120.000,00 145.714,00
65 Dithane Kg 1,00 100.000,00 150.000,00
66 Fidusial Code 88 Kg 1,00 80.000,00 571.429,00
67 Lannate Kg 2,00 312,00 638.625,00
68 Telur Kg 2,00 22.000,00 35.200,00
Total Biaya Variabel 77.930.013,00
Total Biaya 83.408.181,00
Produksi Kg 4.563
103
Pendapatan Kotor 91.250.000,00
Pendapatan Bersih 7.841.819
Efisien Usahatani 1,09
Analisis usahatani adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani. Hasil analisis ini
menerima atau menolak dari suatu gagasan usahatani. Pengertian layak dalam
penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan usahatani yang akan dilaksanakan
dapat memberikan manfaat dalam arti finansial. Dengan adanya analisis usahatani ini
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau tanpa
Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha atau produsen
produk. Faktor-faktor produksi itu sendiri adalah barang ekonomis (barang yang
harus dibeli karena mempunyai harga) dan termasuk barang langka (scarce) sehingga
104
untuk mendapatkannya membuthkan pengorbanan berupa pembelian dengan uang.
Biaya produksi yang dilakukan pada usahatani cabai merah selama satu kali Musim
Tanam.
dikeluarkan selama satu kali musim tanam atau per musim tanam cabai merah untuk
luas rata-rata lahan 0,33 ha adalah sebesar Rp 77.930.013 dan rata-rata biaya tetap
yang dikeluarkan sebesar Rp2.739.084. Dari hasil analisis yang dikeluarkan diketahui
bahwa total biaya produksi usahatani cabai merah per satu kali musim tanam atau
permusim tanam dengan jumlah rata-rata luas lahan petani cabai merah 0,33 ha
5.2.3.2 Produksi
Produksi cabai merah dalam penelitian ini diukur dalam Kg/Musim Tanam.
Panen tanaman cabai merah yang dilakukan oleh petani adalah satu kali dalam
permusim tanam. Produksi cabai merah dipengaruhi bibit cabai merah yang baik.
garapan/musim tanam. Tinggi dan rendahnya produksi yang diperoleh oleh petani
perwatan dan lain-lain, disisi lain faktor yang menentukan adalah kondisi alam yang
terkadang tidak mendukung untuk pertumbuhan cabi merah sperti cuaca dan hama
105
sekitar tanaman sehingga tidak jarang menyebabkan produksi cabai merah menjadi
rendah.
pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang
diterima oleh petani cabai merah setelah dikurangi dengan biaya produksi. Semakin
tinggi jumlah produksi yang dihasilkan maka akan semakin tinggi pendapatan dari
usahatani cabai merah tersebut dengan asumsi biaya produksinya tetap dan harga
cabai merah tetap. Sedangkan pendapatan kotor merupakan hasil kali antara harga
yang berlaku saat penjualan denga jumlah prosukasi pada usahatani cabai merah.
Rp 83.408.181 per 0,3 ha. Maka diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 7.841.819
RCR (Return Cost Rasio) yaitu perbandingan antara penerimaan atas biaya
dengan penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan analisis ini dapat
kita ketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak dan juga untuk
nilai RCR yang didapat lebih besar atau sama dengan satu, sebaliknya belum
106
Berdasarkan nilai RCR yang diperoleh untuk luasan lahan 0,3 yaitu sebesar
1,09, hal ini berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan
sebesar Rp 1,09 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani cabai merah di
Kota Pekanbaru efisien secara ekonomi dan layak untuk diteruskan dan
dikatakan merupakan bagian yang lemah di dalam rantai pemasaran hal ini
disebabkan karena sifat produk yang mudah rusak atau busuk, sehingga pemasaran
produk tersebut masih tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan
lebih lanjut agar dapat diolah menjadi olahan yang dapat bertahan dengan
penyimpanan waktu yang cukup lama agar kemungkinan atau perlu peluang untuk
dilalui dalam proses pemasaran hasil produksi cabi merah di Kota Pekanbaru, hingga
akhirnya sampai kepada konsumen akhir, dalam hal ini dimana terdapat pihak atau
lembaga tertentu yang mengambil bagian dalam proses penyaluran hasil peroduksi
107
1. Fungsi Penjualan
Dalam hal ini fungsi penjualan dilakukan oleh petani cabai merah kepada
mengenai kualitas dan harga yang cukup menguntungkan. Dari hasil penjualan
dilakukan langsung oleh petani cabai merah kepada pedagang besar setelah
melakukan pembelian kepada petani, kemudian pedagang besar menjual cabai merah
ke pendagang pengecer.
2. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian yaitu perpindahan cabai merah dari petani, pedagang besar
membeli cabai merah kepada petani. Disini terjadi fungsi pertukaran pedagang besar
yaitu pembelian cabai merah kepada petani cabai merah. Pedagang besar dapat
Harga beli dan harga jual cabai merah dipengaruhi oleh situasi pemasaran.
Situasi mempengaruhi tingkat harga cabai merah di daerah penelitian adalah jumlah
permintaan dari pabrik/konsumen dan juga berdasarakan kualitas cabai merah. Kalau
108
permintaan pabrik meningkat maka harga akan naik, dan sebaliknya apabila
3. Fungsi Pengangkutan
Dari produsen yaitu ke pasar atau temapat konsumen pada waktu tertentu. Dalam hal
pemasaran cabai merah petani tidak turtu campur, tetapi hanya dilakukan oleh
pedagang besar dengan menggunakan sarana angkutan berupa mobil pick up/L 300.
4. Fungsi Permodalan
Fungsi permodalan yaitu mencari dan mengurus modal dan berkaitan dengan
transaksi-transaksi dalam arus cabai merah dari petani sampai ke konsumen. Fungsi
permodalan dalam hal ini petani maupun pedagang menggunakan modal sendiri.
dengan ongkos, kerugian atau kerusakan cabai merah selama pemasan berlangsung.
Fungsi penggunaan resiko terjadi saat cabai merah tidak terjual atau mengalami
109
kerusakan atau kondisi cabai merah. Bedasarkan hasil pengamatan penanggungan
resiko terjadi pada pedagang besar jika cabai merah basah yang mengakibatkan
dilakukan pedagang besar, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa harga cabai
merah serta permintaan jumlah cabai merah oleh konsumen. Biasanya pedagang
dalam memperoleh informasi tentang pasar dari temab sesame pedagang dan ada juga
yang mendapat informasi dari mendengarkan berita baik dari media cetak maupun
elektronik tentang kondisi pasar, jumlah permintaan dan harga komoditas pertanian di
Untuk fungsi standarisasi dan granding, seluruh petani cabai merah tidak
melakukan standarisasi dan granding terhadap hasil produksi cabai merahnya. Namun
standarisasi dan granding dilakukan oleh pedagang besar, standarisasi dan granding
yang dilakukan yaitu memisahkan cabai merah yang basah, buruk, berukuran kecil
dan besar. Standarisasi dan granding dilakukan dengan cara pengkelasan, yakni cabai
110
merah dibagi kedalam beberapa tingkatan sesuai dengan ukuran cabai merah.
pemasaran yang dilalui cabai merah dalam penualurannya dari petani ke konsumen
akhir. Penyaluran hasil produksi dari petani ke konsumen melalui lebih dari satu
berbeda. Cabai merah seperti produk-produk lain pada umumnya untuk sampai ke
konsumen akhir harus melalui saluran pemasaran baik itu saluran yang pendek
maupun yang paling panjang. Saluran pemasaran dapat dipilih secara bebas, artinya
mereka dapat menentukan saluran pemasaran mana yang paling menguntungkan dan
yang paling mudah dicapai. Untuk hasil produksinya. Berikut skema saluran
111
Saluran I
Petani
Pedagang Pengecer
Konsumen Ahir
Gambar 3 menunjukan terdapat dua saluran pemasaran cabai merah dari Kota
besar dari Pekanbaru, kemudian pedagang pengumpul menjual cabail merah kepada
yang kedua yaitu petani menjual ke pedagang pengecer cabai dan pedagang pengecer
Sistem pemasaran cabai merah di Kota Pekanbaru tidak lepas dari peran
Lembaga pemasaran terdiri atas petani, pedagang pengirim pedagang besar, pedagang
112
pengecer dan konsumen. Masing-masing lembaga pemasaran mempunyai peranan
1. Petani
bahwa ada 40 orang petani yang menjadi sampel, dimana petani tersebut menjual
pedagang pengecer.
2. Pedagang pengumpul
Yang melakukan aktivitas membeli cabai merah dari petani untuk kemudian
dijual pada pedagang pengece. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua
pedagang yakni terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pedagang
penumpul membeli cabai merah dari petani untuk dijual kepedagang pengecer yang
3. Pedagang Pengecer
Pedagang yang membeli cabai merah dari petani dan pedagang pengumpul
membeli cabai merah dari petani untuk di jual ke konsumen atau pasar langsung
4. Konsumen ahir.
Orang yang membeli cabai merah dari pedagang pengecer untuk di konsumsi.
113
5.3.4 Biaya Pemasaran
merah perlu diperhitungkan dengan teliti dan sasaran pembiayaannya harus jelas.
macam biaya, adapun biaya tersebut antara lain: biaya transportasi, biaya bongkat
Saluran I Saluran II
No Uraian Biaya Share Biaya Share
(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)
1 Petani (Produsen)
Harga Jual 20.000 51,43 20.000 57,14
2 Pedagang Pengumpul/ Besar
Biaya Pemasaran
a. Biaya Transportasi & Retribusi 131,31
b. Biaya Pengepakan 314,94
c. Biaya Upah TK 188,86
d. Resiko 63,34
Total Biaya Pemasaran 698
Keuntungan 4.302
Margin 5.000 20,00
Harga Jual 25.000
3 Pedagang Pengecer
Biaya Pemasaran
a. Biaya Transportasi 102,83 53,75
b. Biaya Sortir 125,12 66,87
c. Biaya Pengepakan 129,15 61,77
e. Biaya Plastik 6,00 6,00
f. Resiko 28,22 20,33
114
g. Biaya Tempat 118,67 60,07
h. Biaya Tenaga Kerja 43,95 21,64
Total Biaya Pemasaran 553,94 290
Keuntungan 9.446 14.710
Margin 10.000 28,57 15.000 42,86
4 Konsumen 35.000 35.000
Total Biaya Pemasaran 1.252 290
Margin 5.000 14,943
100,00 100,00
Efisiensi Pemasaran 3,58 0,83
Berdasarakan Tabel 23 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya pemasaran
sebesar 1.252. konrtibudi biaya terbesar berasal dari biaya transportasi dikarenakan
dilihat bahwa margin ditingkat pedagang besar sebesar Rp 5.000 (20%), pedagang
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, umumnya dibayarkan dalam
persentase. Farmer’s Share ini merupakan sebagai konsep balas jasa atas kegiatan
yang dilakukan petani dalam pemasarannya. Farmer’s Share pada tingkat petani
adalah 51,43% dan pada pedagang pengumpul 20% serta pedangan pengecer 28,57%
115
5.3.7 Keuntungan Pemasaran
Untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen, maka salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah memilih salah saluran yang tepat dan efisien.
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa sistem pemasaran akan efesien jika memenuhi 2
efisien pada saluran pertama yakni efisiensi sebesar 3,58, pada saluran kedua
pemasaran cabai merah sudah efisien yakni sebesar 0,83. Semakin besar nilai
tersebut ke konsumen juga besar. Soekartawi (1988) menyatakan bahwa tidak ada
satupun ketetapan baku untuk menyataakan bahwa saluran pemasaran itu efisien
116