Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Petani

Yang dimaksud petani dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki

sebidang lahan garapan untuk ditanami kemudian dikelola sehingga memperoleh

hasil untuk dikonsumsi sendiri ataupun untuk dijual pada pihak lain. Namun yang

menjadi objek penelitian ini yaitu petani yang tergabung dalam POKTAN

sehingga penulis mengambil objek penelitian di Kampung Cingere Desa

Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya pada kelompok tani

Angsana Mekar. Meskipun Kelembagaan/ Organisasi POKTAN tersebut terletak

di Kampung Cingere namun banyak anggota/ petani yang berasal dari luar

Kampung Cingere.

Anggota kelompok tani Angsana Mekar dalam penelitian ini dijadikan

sebagai responden. Melalui daftar identitas responden diperoleh kondisi

responden mengenai umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman bertani dan

jumlah anggota keluarga.

1. Pekerjaan

Berdasarkan informasi yang diperoleh setelah penulis melakukan survey

lapangan dan menyebar angket kepada anggota POKTAN Angsana Mekar

bahwa rata-rata pekerjaan anggota POKTAN tersebut yaitu wirausaha dan

tani, dan usaha sampingan yang dimiliki rata-rata buruh dan berdagang.
Maksud dan tujuan peneliti menggunakan data tersebut yaitu untuk

melihat seberapa besar peran sektor pertanian dalam mempengaruhi keadaan

ekonomi para anggota POKTAN tersebut.

Gambar 4.1

Jumlah anggota POKTAN Angsana Mekar yang Menjadi Responden

Dirinci Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Mengurus Rumah 22%


Tangga 12

4%
Karyawan Swasta
2

33%
Bertani
18

41%
Wirausaha
22

0 5 10 15 20 25

Persentase (%) Jumlah (Orang)

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan anggota

POKTAN Angsana Mekar menunjukkan nilai persentase terbesar yaitu 41%

atau sebanyak 22 orang dari 54 orang yang memiliki jenis pekerjaan sebagai

wiraswasta. Dengan demikian sebagian besar anggota POKTAN Angsana

Mekar tersebut tidak menjadikan hasil dari sektor pertanian sebagai faktor

utama dalam mempengaruhi ekonomi keluarganya.

2. Umur

Berdasarkan gambar 4.1 diperoleh informasi mengenai usia responden yang

tergabung menjadi anggota kelompok tani Angsana Mekar. Maksud dan


tujuan penulis menggunakan data tersebut yaitu untuk melihat rata-rata usia

dari anggota POKTAN Angsana Mekar yang masih aktif dan produktif dalam

membidangi pekerjaan sebagai petani.

Gambar 4.2

Jumlah anggota POKTAN Angsana Mekar yang Menjadi Responden

Dirinci Berdasarkan Umur

>80 Tahun 4% 2

71-80 Tahun 22% 12

61-70 Tahun 31%


17

51-60 Tahun 30%


16

41-50 Tahun 9% 5

30-40 Tahun 4% 2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Persentase (%) Jumlah (Orang)

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

Jumlah anggota kelompok tani Angsana Mekar menurut tingkat umur

dapat dilihat pada gambar 4.2 Persentase umur anggota POKTAN

menunjukkan bahwa nilai terbesar ada pada kelompok umur 61-70 tahun

yaitu sebesar 31% dan 51-60 tahun sebesar 30%. Kedua kelompok umur

tersebut merupakan kelompok umur yang produktif dalam membidangi

pekerjaan sebagai petani dan kelompok usia produktif menurut badan pusat

statistik tahun 2010 adalah angkatan kerja yang rentang usia antara 22-50

tahun.
3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam hal meningkatkan

kecerdasan dan keterampilan seseorang. Rata-rata pendidikan anggota

POKTAN Angsana Mekar masih sangat rendah sehingga terdapat anggota

yang bahkan tidak pernah sekolah. Hal ini menandakan bahwa tingkat

kesadaran akan pendidikan anggota POKTAN Angsana Mekar masih sangat

rendah.

Gambar 4.3

Jumlah Anggota POKTAN Angsana Mekar yang Menjadi Responden

Dirinci Berdasarkan Tingkat Pendidikan

400%
10-12 Tahun (SMA)
2

4%
7-9 Tahun (SMP)
2

70%
1-6 Tahun (SD)
38

22%
0 (Tidak Sekolah)
12

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Persentase (%) Jumlah (Orang)

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

Gambar 4.3 diatas menunjukkan bahwa jumlah anggota POKTAN

Angsana Mekar berasal dari latar belakang pendidikan yang belum dapat

dikatakan baik. Latar belakang pendidikan yang kurang baik tersebut terlihat

dari lamanya waktu sekolah. Sebagian besar anggota POKTAN Angsana


Mekar bersekolah sampai 6 tahun yaitu sebanyak 38 responden atau sebesar

70% Artinya sebagian besar tingkat pendidikan yang ditempuh anggota

POKTAN Angsana Mekar masih rendah.

4. Pengalaman bertani

Pengalaman bertani merupakan lamanya masa petani dalam

mengorbankan waktu, tenaga, dan materi dalam proses pengelolaan sehingga

semakin lama pengalaman bertani akan semakin banyak pengetahuan yang

diperoleh khususnya dalam hal pengelolaan tanaman agar memperoleh hasil

yang bagus. Begitupula anggota POKTAN Angsana mekar sebagian besar

sudah berusia lanjut sehingga pengalaman bertaninya dapat dikatakan baik.

Gambar 4.4

Jumlah Anggota POKTAN Angsana Mekar yang Menjadi Responden

Dirinci Berdasarkan Pengalaman Bertani

200%
>15 Tahun
1

28%
11-15 Tahun
15

65%
6-10 Tahun
35

5%
1-5 Tahun
3
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Persentase (%) Jumlah (Orang)

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

Gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa anggota POKTAN Angsana

Mekar yang memiliki pengalaman paling lama dalam masa menjadi tani yaitu
pada kelompok 6-10 tahun atau sebesar 65 persen. Hal ini juga dapat

dikaitkan dengan usia rata-rata anggota POKTAN Angsana Mekar yang sudah

Lansia sehingga pengalaman dalam bertani pun sudah cukup baik dalam hal

bercocok tanam.

5. Jumlah Anggota Keluarga

Yang dimaksud jumlah anggota keluarga disini yaitu banyaknya anggota

keluarga yang menjadi beban tanggungan responden/anggota POKTAN

Angsana Mekar, dalam artian dalam rumah tangga terdapat kepala dan

anggota sehingga kepala rumah tangga tidak termasuk sebagai anggota.

Dengan demikian ketika dalam rumah tangga responden tidak memiliki

anggota keluarga maka jika diangkakan yaitu nol (0).

Maksud dan tujuan penulis menggunakan data ini yaitu untuk melihat

seberapa banyak petani POKTAN Angsana Mekar yang lebih produktif dalam

menggunakan hasil dari sektor pertanian.

Gambar 4.5

Jumlah Anggota POKTAN Angsana Mekar yang Menjadi Responden

Dirinci Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


18%
6-10 Jiwa
10

78%
1-5 Jiwa
42

4%
0
2

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Persentase (%) Jumlah (Orang)

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)


Gambar 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah tanggungan

anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan responden yaitu ditunjukkan

pada kelompok 1-5 jiwa atau sebesar 78 persen. Sehingga dengan jumlah

tanggungan yang sedikit petani tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dengan

baik dalam artian petani tersebut akan lebih produktif dalam memenuhi

kebutuhannya. Dan berdasarkan tabel diatas sebagian besar beban tanggungan

petani cukup banyak sehingga dapat dikatakan petani tersebut masih produktif.

4.2 Peran Kelembagaan POKTAN Angsana Mekar

Organisasi/ kelembagaan dalam masyarakat pedesaan seperti kelompok tani

(POKTAN) merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yaitu program usaha

ekonomi produktif (UEP) yang dilaksanakan pada tahun 2009 pada masa

pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bertujuan agar

jaringan dari pemerintah kepada para petani di seluruh Indonesia dapat terkoneksi

secara merata antara pemerintah dengan petani melalui kelembagaan POKTAN,

sehingga dengan adanya kelembagaan tersebut pemerintah akan lebih mudah


dalam menyalurkan bantuan untuk para petani. Dan kelembagaan POKTAN ini

memiliki peran dan tujuan diantaranya sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas usaha pada kelompok tani

2) Untuk menjadikan petani mandiri dalam berusaha tani

3) Untuk menambah wawasan petani dalam megolah tanaman yang berkualitas

4) Untuk mempermudah petani dalam memperoleh bantuan dari pemerintah

terkait kebutuhan untuk pertanian

5) Untuk menjadikan petani dapat tetap eksis dan mengikuti perkembangan

zaman serta dapat menggunakan teknologi yang canggih.

6) Untuk mempermudah koneksi dari pemerintah kepada petani.

Berdasarkan survey yang dilakukan penulis terhadap semua responden/

anggota / petani yang tergabung dalam kelompok tani Angsana Mekar. Penulis

memperoleh respon yang seragam dari semua anggota POKTAN Angsana Mekar

dan terdapat alasan petani bergabung dalam organisasi tersebut diantaranya :

1) Dengan menjadi anggota POKTAN Angsana Mekar petani menadapatkan

informasi baru dan menambah pengetahuan yang berkaitan tentang

pertanian.

2) Dengan menjadi anggota POKTAN Angsana Mekar ketika ada kerugian

petani merasa terbantu karena beban tersebut dapat dikendalikan dan

ketika terdapat masalah lainnya selalu dimusyawarahkan sehingga dapat

diselesaikan dengan baik sesuai kesepakatan bersama.

3) Dengan menjadi anggota POKTAN Angsana Mekar petani dapat bertukar

informasi dengan sesama petani dalam menentukan harga dan sebagainya.


4) Dengan menjadi anggota POKTAN Angsana Mekar dapat membantu

petani dalam memasarkan hasil produksi pertanian.

5) Dengan menjadi anggota POKTAN Angsana Mekar petani dapat dengan

mudah memperoleh pupuk yang bersubsidi.

Tabel 4.1

Jawaban Responden Mengenai Peran Kelembagaan POKTAN

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 0 0

Setuju 54 100

Sangat Setuju 0 0

TOTAL 54 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2019)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua anggota yang menjadi

sampel penelitian yaitu sebanyak 54 orang atau 100% memberikan jawaban yang

seragam mengenai peran POKTAN tersebut. Semua responden tersebut

memberikan jawaban setuju atas semua pertanyaan yang diberikan oleh penulis.
4.3 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini pengolahan data regresi linier berganda menggunakan

bantuan Eviews Versi 10. Regresi ini digunakan untuk melihat bagaimana

pengaruh luas lahan (X1), pupuk (X2), benih (X3) dan tenaga kerja (X4) terhadap

produksi sawah (Y) di Desa Cibahayu, Kecamatan Kadipaten Kabupaten

Tasikmalaya.

4.2.1 Hasil Regresi

Hasil perhitungan regresi dapat dilihat dari luas lahan (X1), pupuk (X2),

benih (X3) dan tenaga kerja (X4) terhadap hasil produksi sawah (Y). dari hasil

perhitungan dengan menggunakan program Eviews Versi 10 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: LOG(Y)


Method: Least Squares
Date: 08/02/19 Time: 07:41
Sample: 1 54
Included observations: 54

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 4.288060 0.219637 19.52344 0.0000


X1_LA 0.002066 0.000415 4.979477 0.0000
X2_PK 9.14E-05 8.56E-05 1.067404 0.2910
X3_BN -0.203913 0.054602 -3.734520 0.0005
LOG(X4_TK) -2.171737 0.216649 -10.02421 0.0000

R-squared 0.973331    Mean dependent var 3.124816


Adjusted R-squared 0.971154    S.D. dependent var 0.449087
S.E. of regression 0.076274    Akaike info criterion -2.220956
Sum squared resid 0.285066    Schwarz criterion -2.036791
Log likelihood 64.96581    Hannan-Quinn criter. -2.149931
F-statistic 447.0827    Durbin-Watson stat 1.136497
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews10

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.2 maka dapat diketahui konstanta

dan koefisien regresi linier berganda setiap variabel, sehingga persamaan regresi

adalah sebagai berikut:

logY = 4.288060 + 0.002066X1_LA + 9.14E-05X2_PK - 0.203913X3_BN

- 2.171737logX4_TK

Dimana :

Y = Hasil produksi sawah (Kw)

X1_LA = Luas Lahan (M2)

X2_PK = Pupuk (Kg)

X3_BN = Benih (Kg)

X4_TK = Tenaga Kerja (Orang)

4.2.2 Pengujian Statistik

4.2.2.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Pengujian t-statistik dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-statistik

yang diperoleh dari model dengan nilai t-tabel. Pengujian dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut:

H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 (Artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel

independen X1, X2, X3, X4 dengan variabel dependent Y)

H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 (Artinya secara parsial ada pengaruh antara variabel

independen X1, X2, X3, X4 dengan variabel dependent Y)


 Jika tstatistik < ttabel Maka H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa

variabel independent secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependent.

 Jika tstatistik > ttabel Maka H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa

variabel independent secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependent.

Tabel 4.3

Hasil Uji-t (α=0.05)

Variabel t-Statistik t-Tabel Keputusan Keterangan

X1_LA 4.979 1.676 H0 Ditolak, H1 Diterima Signifikan

X2_PK 1.067 1.676 H0 Diterima, H1 Ditolak Tidak signifikan

X3_BN -3.735 1.676 H0 Ditolak, H1 Diterima signifikan

X4_TK -10.024 1.676 H0 Ditolak, H1 Diterima signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 10

Dengan derajat kepercayaan sebesar 95% (α = 0.05) dan derajat kebebasan

(degree freedom). Dengan rumus df = n-k, dimana n adalah banyaknya observasi

dan k adalah parameter yang ditaksir. Maka diperoleh n = 54 dan k = 5 dengan

perhitungan df = 54-5 = 49, sehingga diperoleh t-tabel sebesar 1.67655.

Hipotesis X1_LA adalah luas lahan memiliki hubungan positif dan

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian sawah. Nilai t-statistik


adalah sebesar 4.979 dan nilai t-tabel sebesar 1.676 sehingga nilai t-statistik > t-

tabel dengan nilai signifikansi sebesar 5% (0.05) maka hipotesis diterima.

Hipotesis X2_PK adalah pupuk memiliki hubungan positif dan tidak

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian sawah. Nilai t-statistik

adalah sebesar 1.067 dan nilai t-tabel sebesar 1.676 sehingga nilai t-statistik < t-

tabel dengan nilai signifikansi sebesar 5% (0.05) maka hipotesis ditolak.

Hipotesis X3_BN adalah benih memiliki hubungan negative dan

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian sawah. Nilai t-statistik

adalah sebesar -3.735 dan nilai t-tabel sebesar 1.676 sehingga nilai t-statistik < t-

tabel dengan nilai signifikansi sebesar 5% (0.05) maka hipotesis ditolak.

Hipotesis X4_TK adalah tenaga kerja memiliki hubungan negative dan

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian sawah. Nilai t-statistik

adalah sebesar -10.024 dan nilai t-tabel sebesar 1.676 sehingga nilai t-statistik < t-

tabel dengan nilai signifikansi sebesar 5% (0.05) maka hipotesis ditolak.

4.2.2.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F merupakan pengujian yang hubungan dengan regresi secara simultan

atau secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

independent bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

dependent. Uji F dilakukan dengan membandingkan F-statistik dengan F-tabel

dengan derajat kepercayaan sebesar 95% (α = 0.05). pengujian dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut :

H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 (Artinya secara simultan ada pengaruh antara variabel

independen X1, X2, X3, X4 dengan variabel dependent Y)


H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 (Artinya secara simultan tidak ada pengaruh antara variabel

independen X1, X2, X3, X4 dengan variabel dependent Y)

 Jika Fstatistik < Ftabel Maka H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa

variabel independent secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependent.

 Jika Fstatistik > Ftabel Maka H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa

variabel independent secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependent.

Dengan derajat kepercayaan sebesar 95% (α = 0.05) dan derajat kebebasan

(degree freedom) untuk N1 yang diperoleh dari k – 1 dan N2 diperoleh dari n-k,

dimana n adalah banyaknya observasi dan k adalah parameter yang ditaksir. Maka

diperoleh N1 = 4 dan N2 = 50, sehingga diperoleh F-tabel sebesar 2.56 dan hasil

pengujian sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil Uji-F Dengan Tingkat Signifikansi 95% (α = 0.05)

F-Statistik F-Tabel Keputusan Keterangan

447.0827 2.56 H0 Ditolak, H1 Dterima Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 10

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa nilai F-statistik yang diperoleh

adalah sebesar 44.0827 lebih besar dari F-tabel 2.56 (44.0827 > 2.56), sehingga

dapat disimpulkan nilai probabilitas hasil dari uji-F lebih besar dari alfa 0.05

Gambar 4.6 Kurva Uji-F


(α=0.05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika dilihat dari kurva Uji-F sebagai

berikut :

Sumber : Sugiyono, 2006


Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan daerah penolakan H0 yang semakin luas

hal tersebut disebabkan oleh nilai F-tabel yang lebih kecil dari F-Statistik atau

(44.0827 > 2.56) sehingga tampak pada gambar daerah yang diarsir merupakan

daerah penolakan H0 yang artinya secara bersama-sama variabel independen

mempengaruhi variabel dependen.

4.2.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan besarnya derajat

kepercayaan menjelasakan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi

tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur dari persamaan regresi yaitu

memberi proporsi atau persentase variasi total dalam variabel terikat yang

dijelaskan oleh variabel bebas. Jika koefisien determinasi semakin mendekati

angka 1 maka perubahan-perubahan variabel terikat semakin dapat dijelaskan oleh

perubahan-perubahan variabel bebas.


Dari hasil perhitungan diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar

0.973331 angka tersebut mendekati 1. Artinya bahwa 97,33% perubahan pada

hasil produksi pertanian sawah (Y) di Kecamatan Kadipaten Kabupaten

Tasikmalaya ditentukan oleh perubahan-perubahan dalam variabel luas lahan

(X1), pupuk (X2), benih (X3) dan tenaga kerja (X4), sedangkan sisanya sebesar

2,27% disebabkan oleh perubahan-perubahan variabel lain diluar model, (Ghozali,

2005).

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik

Maksud dan tujuan dilakukannya pengujian terhadap penyimpangan

asumsi klasik yaitu untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh

mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak. Adapun uji asumsi klasik

yang digunakan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki distribusi

normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametris (statistik inferesial).

Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memenuhi

sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians

infinitif (ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan

yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS


akan menghasilkan dugaan not meaninagful (tidak berarti), salah satu metode

yang banyak digunakan untuk menguji normalitas adalah Jarque-Bera (JB)

test, dengan pengujian hipotesis normalitas sebagai berikut:

 H0 : Residual berdistribusi normal

 H1 : Residual tidak berdistribusi normal

berikut keputusan terdistribusi normal atua tidaknya residual :

 Jika JB > X2 maka H0 ditolak dan H1 diterima

 Jika JB < X2 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Gambar 4.7 Grafik Uji Normalitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 10

Dari hasil pengujian dengan menggunakan Jarque-Bera (JB) test, nilai X2

dari tabel Chi-Square dengan signifikansi 5% dan df = k atau df = 5 adalah

sebesar 11.07048 dengan demikian berdasarkan gambar 4.2 untuk model regresi
tersebut memiliki nilai Jarque-Bera < X2 (6.922 < 11.070 ) maka H0 diterima dan

H1 ditolak, artinya residual terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau

semua pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari moel

regresi. Penelitian ini menggunakan uji multikolinearitas correlation matrix. Hasil

uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel kolom nilai koefisien korelasi. Istilah

multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,

2006). Dengan pengujian hipotesis multikolinearitas sebagai berikut:

 H0 : tidak terdapat multikolinearitas.

 H1 : terdapat multikolinearitas.

Jika koefisien korelasi > 0.8 maka H0 ditolak, artinya terdapat

multikolinearitas dan sebaliknya jika koefisien korelasi < 0.8 maka H 0

diterima, artinya tidak terdapat multikolinearitas. Mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dilakukan beberapa berbagai

cara sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi,

tetapi secara individual variabel-variabel bebas tidak signifikan

mempengaruhi variabel terikat.

2) Menganalisis matrix korelasi vaariabel-variabel bebas. Jika diantara

variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.80)

mengidentifikasi ada multikolinearitas.


3) Melalui nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF).

 H0 : tidak terdapat multikolinearitas.

 H1 : terdapat multikolinearitas.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas Menggunakan Correlation Matrix

X1 X2 DX3 X4
X1 1 0.303 0.723 0.665
X2 0.303 1 0.161 0.198
DX3 0.723 0.161 1 0.465
X4 0.665 0.198 0.465 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 10

Berdasarkan pengujian correlation matrix pada tabel 4.5 bahwa variabel-

variabel koefisien memiliki nilai < 0.80, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0

diterima, artinya tidak terdapat multikolinearitas.

3. Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas seringkali dijumpai pada regresi OLS dengan data

cross-section, karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran

(kecil, sedang dan besar), dalam penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan

model regresi/ persamaan regresi untuk menghindari adanya heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji ARCH dengan hipotesis sebagai berikut:

 H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas.

 H1 : terdapat heteroskedastisitas.
Dengan pengambilan keputusan jika Prob. Chi-Square > (α = 0.05), H0 diterima

dan H1 ditolak, sebaliknya jika Prob. Chi-Square < (α = 0.05), H0 ditolak dan H1

diterima.

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: ARCH

F-statistic 0.468376    Prob. F(1,51) 0.4968

Obs*R-squared 0.482315    Prob. Chi-Square(1) 0.4874

Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 10


Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat dari nilai Prob. Chi-Square model

regresi linear berganda memiliki Prob. Chi-Square lebih besar dari α = 0.05 (5%)

yang berarti H0 diterima atau tidak terdapat heteroskedastisitas dalam setiap model

pada penelitian ini.

4.3 Analisis Ekonomi

4.3.1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian Sawah

Berdasarkan hasil tabel 4.6 estimasi regresi koefisien variabel luas lahan

(X1) mempunyai nilai yang positif dengan nilai koefisien sebesar 0.002066 dan

berpengaruh signifikan dengan probability sebesar 0.0000. artinya jika luas lahan

mengalami peningkatan sebesar 1% , maka hasil produksi pertanian sawah akan

meningkat sebesar 0.002066 atau 0.207 kwintal sehingga semakin meningkatnya

variabel luas lahan maka hasil produksi pertanian sawah akan semakin meningkat.
Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi penurunan bahan baku maka akan

mengakibatkan turunnya hasil produksi pertanian sawah. Luas lahan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil produksi pertanian sawah

sesuai dengan hipotesis penelitian.

Menurut para petani yang menjadi anggota kelompok tani Angsana Mekar

luas lahan yang menjadi lahan garapan mereka selama tiga tahun terakhir tidak

pernah mengalami peningkatan ataupun penyusutan lahan, sehingga dapat

dikatakan bahwa luas lahan yang menjadi garapan para petani POKTAN Angsana

Mekar tersebut bersifat tetap (constan).

4.3.2 Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi Pertanian Sawah

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu

variabel pupuk memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil produksi

pertanian sawah. Hal tersebut dibuktikan dari hasil estimasi probabilitasnya

0.2910 atau lebih besar dari (α=0.05). dalam penelitian ini variabel pupuk

memiliki koefisien yang positif terhadap hasil produksi pertanian sawah dengan

nilai koefisien sebesar 0.0000914 kilogram artinya jika pemakaian pupuk

mengalami peningkatan sebesar 1% maka hasil produksi pertanian sawah akan

meningkat sebanyak 0.914% atau jika variabel pupuk ditambah maka hasil

produksi pertanian sawah akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika variabel

pupuk dikurangi maka hasil produksi pertanian sawah akan semakin berkurang.

Variabel pupuk memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil produksi

pertanian sawah, sesuai dengan hipotesis penelitian. Namun, variabel pupuk tidak
berpengaruh signifikan hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk yang tidak

sesuai aturan pemakain maka hasil tanaman yang diperoleh tidak akan sesuai yang

diharapkan dan karena pupuk yang digunakan untuk pertanian itu banyak

macamnya khususnya para petani POKTAN Angsana Mekar menggunakan dua

sampai tiga pupuk dalam satu kali masa tanam untuk tanaman padi sawah

diantaranya ada petani yang mencampur tiga pupuk sekaligus yaitu pupuk NPK,

urea dan organik atau ada juga petani yang mencampurnya dengan pupuk kandang

sehingga petani harus sudah faham dengan kandungan kimia yang ada dalam

pupuk tersebut sehingga ketika petani sudah faham dengan takaran pupuk yang

harus disesuaikan dengan luas lahan dan jumlah benih yang ditanam maka petani

akan memperoleh hasil yang diharapkan.

4.3.3 Pengaruh Benih Terhadap Produksi Pertanian Sawah

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu

variabel benih memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil produksi

pertanian sawah. Hal tersebut dibuktikan dari hasil estimasi probabilitasnya

0.0005 atau kurang dari (α=0.05). dalam penelitian ini variabel benih memiliki

koefisien yang negatif terhadap hasil produksi pertanian sawah dengan nilai

koefisien sebesar -0.203913 atau 0.204 kilogram artinya jika pemakaian benih

mengalami peningkatan sebesar 1% maka hasil produksi pertanian sawah akan

menurun sebanyak 0.204% atau jika variabel benih ditambah maka hasil produksi

pertanian sawah akan menurun. Begitu pula sebaliknya, jika variabel benih

dikurangi maka hasil produksi pertanian sawah akan meningkat.


Variabel benih memiliki pengaruh yang negatif terhadap hasil produksi

pertanian sawah, hal tersebut dapat saja terjadi karena ketika benih yang ditanam

itu merupakan benih yang bermutu rendah maka hasilnya pun akan rendah

meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup seperti pupuk, air, iklim yang

dapat menentukan hasil tanaman. Petani akan memperoleh hasil yang akan tetap

sama atau bahkan meningkat meskipun dengan kuantitas yang sedikit yaitu karena

petani tersebut menggunakan benih ungggul, tetapi ketika petani menambah

jumlah tanam benih tanpa memperhatikan unsur lain seperti jarak tanam dan

pemupukan yang tidak tepat meskipun jumlah benih unggul ditambah itu tidak

akan memperoleh hasil yang optimal bahkan dapat mengalami penurunan hasil

produksi.

Namun variabel benih memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap

hasil produksi pertanian sawah karena benih merupakan salah satu unsur yang

sangat penting dalam menentukan hasil tanaman. Menurut Ir. Sarjiyah, MS dosen

jurusan Agroteknologi (FP-UMY) mengatakan benih unggul harus mempunyai

sifat-sifat unggul seperti potensi hasil tinggi, cepat berbuah, tahan terhadap hama

dan penyakit tertentu, tahan terhadap stress lingkungan dan sebagainya. Selama

ini petani yang sudah menggunakan benih bermutu jumlahnya terbatas, terutama

karena adanya bantuan pemerintah, sedangkan jika tidak ada bantuan lebih banyak

menggunakan hasil gabah panen. Hal ini sesuai dengan para petani POKTAN

Angsana Mekar memperoleh benih dari bantuan pemerintah sehingga benih yang

ditanam merupakan benih unggul/ bermutu.

4.3.4 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian Sawah


Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu

variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil

produksi pertanian sawah. Hal tersebut dibuktikan dari hasil estimasi

probabilitasnya 0.0000 atau kurang dari (α=0.05). dalam penelitian ini variabel

tenaga kerja memiliki koefisien yang negatif terhadap hasil produksi pertanian

sawah dengan nilai koefisien sebesar -2.171737 atau 0.217% artinya jika

pemakaian tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 1% maka hasil produksi

pertanian sawah akan menurun sebanyak 0.217% atau jika variabel tenaga kerja

ditambah maka hasil produksi pertanian sawah akan menurun. Begitu pula

sebaliknya, jika variabel tenaga kerja dikurangi maka hasil produksi pertanian

sawah akan meningkat.

Variabel tenaga kerja memiliki hubungan yang negatif terhadap hasil

produksi pertanian sawah karena tenaga kerja yang digunakan pada pertaniaan

sawah POKTAN Angsana Mekar sudah melalui batas maksimum sehingga perlu

pengurangan jumlah tenaga kerja agar hasil yang diperoleh dapat meningkat. Hal

ini sesuai dengan hukum the law of diminishing return yang dikemukankan oleh

David Richardo yang mana hukum tersebut menerangkan bahwa ketika variabel

tenaga kerja secara terus menerus ditambah setelah titik makimum maka hasil

yang diperoleh akan semakin menurun. Mayoritas POKTAN Angsana Mekar

tidak menggunakan tenaga kerja dari luar sehingga mereka menggarap sendiri

lahan yang mereka miliki dengan bantuan tenaga mesin dan menurut para petani

POKTAN Angsana Mekar hasil panen yang bagus dengan menggunakan dua

tenaga sekaligus yaitu tenaga mesin dan tenaga manusia (manual).


Namun variabel tenaga kerja memiliki hubungan yang sangat signifikan

terhadap hasil produksi pertanian sawah, tentu saja demikin karena jika tidak ada

tenaga kerja atau tidak ada petani yang mengelola tanaman tersebut maka tidak

akan ada hasil tanaman yang berkualitas yang dapat dimanfaatkan. Sehingga

peran petani sangatlah penting bagi pertanian tanpa petani kita tidak akan dapat

memenuhi kebutuhan pangan kita, dan petanilah yang mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat indonesia yang mayoritas kebutuhan pangannya adalah

nasi yang berasal dari padi.

4.3.5 Pengaruh Luas Lahan, Pupuk, Benih dan Tenaga Kerja Terhadap

Produksi Pertanian Sawah

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, dalam penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa secara serentak variabel luas lahan, pupuk, benih dan

tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil produksi pertanian

sawah. Artinya variabel luas lahan, pupuk, benih dan tenaga kerja terhadap hasil

produksi pertanian sawah secara bersama-sama mampu menjelskan variabel

terikat di dalam model.

4.4 Analisis Trend

Gambar 4.7

Trend Produksi Pertanian Sawah Tahun 2016-2018


Perkembangan Produksi Pertanian Sawah
1370
1365
1360
1355
1350
1345
1340
1335
2016 2017 2018

Sumber : Data Primer (diolah, 2019)

Dari gambar 4.7 tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan hasil produksi

pertanian sawah dari tahun 2016 sampai dengan 2018 tidak menunjukkan

kenaikan yang begitu signifikan atau hampir tidak ada perubahan dari tahun ke

tahun dapat dilihat pada sumbu vertikal merupakan hasil produksi dengan satuan

kwintal (kw) dan sumbu horizontal merupakan tahun yang diteliti. Sehingga trend

perkembangan hasil produksi pertanian sawah yang di tunjukkan pada gambar

diatas menunjukkan garis meningkat dan berada pada nilai terendah 1340 kwintal,

sedang 1360 kwintal dan tertinggi sebesar 1368 kwintal untuk tahun berikutnya

hasil produksi pertanian sawah POKTAN Angsana Mekar di perkirakan akan

tetap sama yaitu dibawah 2000 kwintal pertahun, dikarenakan setiap kali akan

produksi pertanian sawah yang dilakukan oleh POKTAN Angsana Mekar

konsisten pada jumlah yang sama.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Variabel luas lahan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

pertanian sawah, variabel pupuk (X2) berpengaruh positif namun tidak

signifikan mempenggruhi hasil pertanian sawah. Sedangkan variabel benih

(X3) dan variabel (X4) berpengaruh negatif namun signifikan mempengaruhi


hasil pertanian sawah POKTAN Angsana Mekar Desa Cibahayu Kabupaten

Tasikmalaya.

2) kelembagaan POKTAN ini memiliki peran dan tujuan diantaranya sebagai

berikut:

 Untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas usaha pada kelompok tani

 Untuk menjadikan petani mandiri dalam berusaha tani

 Untuk menambah wawasan petani dalam megolah tanaman yang

berkualitas

 Untuk mempermudah petani dalam memperoleh bantuan dari pemerintah

terkait kebutuhan untuk pertanian

 Untuk menjadikan petani dapat tetap eksis seiring dengan perkembangan

zaman dan dapat menggunakan teknologi yang sudah canggih.

 Untuk mempermudah koneksi dari pemerintah kepada petani.

3) Perkembangan produksi pertanian sawah POKTAN Angsana Mekar Desa

Cibahayu Kabupaten Tasikmalaya selama tiga tahun ini tetap. Karena pada

umumnya para petani yang tergabung dalam organisasi POKTAN tersebut

memang tidak meningkatkan jumlah produksi mereka terlebih sebelum masa

tanam itu selalu dilakukan penyuluhan terlebih dahulu dari PPL (Penyuluh

Pertanian Lapangan) yang membina POKTAN di Kampung Cingere sehingga

takaran yang selalu sama (konsisten) dalam penggunaan benih, pupuk dan

faktor lainnya sehingga mengakibatkan hasil produksi pertanian sawah

POKTAN Angsana Mekar pun tetap sama dari tahun ketahunnya.

5.1 Saran
Berdasarkan hasil observasi ternyata memang banyak POKTAN yang

kurang aktif dan enggan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pihak terkait.

Sehingga hasil tanaman yang diperoleh tidak mengalami peningkatan dan saran

penulis bagi para petani yang menjadi anggota POKTAN seharusnya

meningkatkan kesadaran dari diri sendiri untuk tetap mengikuti segala kegiatan

yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian POKTAN misalnya mengikuti kegiatan

pertemuan kelompok dan penyuluhan guna meningkatkan kemampuan

manajemen usahatani lebih baik dan efisien.

Agar subsidi yang diberikan pemerintah untuk petani itu dinikmati oleh

semua petani di Indonesia dan dapat tersalurkan dengan merata maka pemerintah

agar lebih memperkuat koneksi dengan lembaga yang dekat dengan para petani,

karena penulis juga mendapati keluhan-keluhan dari para petani diluar anggota

POKTAN bahwa masih ada petani yang tak menerima subsidi semisal pupuk,

benih dan sebagainya. Dan masih banyak petani yang tidak mengetahui adanya

POKTAN, Saran penulis bagi para petani diluar anggota POKTAN agar lebih

mengenal kelembagaan tersebut dan segera menjadi Anggota POKTAN guna

memperbaiki manajemen usahatani menjadi lebih baik.

Saran penulis kepada menteri pertanian terkait diharapkan dapat

memberikan pemahaman lebih kepada petani yang belum tergabung dalam

POKTAN agar mempunyai keinginan untuk bergabung, dan pemerintah

diharapkan mempermudah akses permodalan dan sarana produksi bagi petani

yang sudah tergabung dalam POKTAN sebagaimana anjuran pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai