Anda di halaman 1dari 11

HASIL PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU PADA


SISTEM UMO DI KECAMATAN MUARA BULIAN
KABUPATEN BATANG HARI

OLEH
SANTIA ARDILA
E10018033

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian


Kecamatan Muara Bulian merupakan lokasi dalam penelitian dimana
Kecamatan Muara bulian ini termasuk dalam salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Batang Hari. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Muara
Bulian yang memiliki luas wilayah 417,97 km dengan jumlah penduduk sebanyak
63.195 orang dengan masing-masing laki-laki 32,018 jiwa dan perempuan 31,177
jiwa. Kecamatan Muara Bulian terdiri dari 16 desa dan 5 kelurahan, batas wilayah
Kecamatan Muara Bulian antara lain sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan
Pemayung, sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Bajubang, sebelah Barat
berbatas dengan Kecamatan Muara Tembesi dan Kecamatan Maro Sebo Ilir, sebelah
Selatan berbatas dengan Kecamatan Maro Sebo Ilir dan Kecamatan Pemayung.

Gambar 1. Peta Kecamatan Muara Bulian


Kecamatan Muara Bulian merupakan salah satu wilayah potensial dalam
pengembangan ternak kerbau, data BPS (2020) melaporkan bahwa kecamatan Muara
Bulian menempati urutan ke-2 populasi ternak kerbau tertinggi di Kabupaten Batang
Hari. BPS (2020) juga melaporkan bahwa populasi ternak kerbau di Kecamatan
Muara Bulian berjumlah 689 ekor. Salah satu sistem pemeliharaan ternak kerbau di
Kecamatan Muara Bulian adalah sistem umo, sistem umo dilakukan dengan cara
ternak kerbau digembalakan selama 6 bulan di lahan sawah habis panen, dan 6 bulan
berikutnya ternak kerbau dikandangkan pada saat musim menanam padi. Sistem umo
telah lama diterapkan oleh peternak kerbau di Kecamatan Muara Bulian bahkan
sistem umo ini bersifat turun temurun.

4.2. Karakteristik Peternak


4.3.1. Umur Peternak
Umur merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan fisik
seseorang. Umur seorang peternak dapat berpengaruh pada produktifitas kerja mereka
dalam kegiatan usaha peternakan. Umur akan mempengaruhi peternak dalam
mempelajari, memahami dan mengadopsi inovasi dalam usaha peternakan yang
dijalankannya. Umur juga erat kaitannya dengan pola pikir peternak dalam
menentukan sistem manajemen yang akan di terapkan dalam kegiatan usaha
peternakan (Hastang dkk 2018)
Tabel 1. Jumlah Peternak Berdasarkan Umur di Kecamatan Muara Bulian
No Umur Peternak Persentase %
1 Produktif ( ≥ 60) 45 75,00
2 Tidak Produktif ( < 60) 15 25,00
Jumlah 60 100
Sumber:
Mayoritas peternak kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara
Bulian adalah usia produktif (75,00 %) dan hanya sebagian kecil usia tidak produktif
(25,00%). Hal ini menunjukan bahwa peternak kerbau pada sistem pemeliharaan umo
yang ada di Kecamatan Muara Bulian dalam masa usia produktif dan sedang sangat
giat untuk bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyono dan Heri (2013) yang
menyatakan umur tenaga kerja yang berada dalam usia produktif (15-60 tahun)
memiliki berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja. Artinya jika umur
tenaga kerja pada kategori produktif maka produktivitas kerjanya akan meningkat. Ini
dikarenakan pada tingkat usia produktif tenaga kerja memiliki kreatifitas yang tinggi
terhadap pekerjaan sebab didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang lebih baik
serta mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan.

4.3.2. Pendidikan Peternak


Pendidikan  formal  adalah  kegiatan  yang  sistematis,  bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terakhir yang pernah
diikuti oleh peternak kerbau di Kecamatan Muara Bulian.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Peternak
No Pendidikan Peternak %
1 SD 29 48,33
2 SMP 15 25,00
3 SMA 8 13,33
4 S1 8 13,33
Jumlah 60 100
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan peternak kerbau pada
sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian sebagian besar 73,33 %
tingkat pendidikan SD dan SMP kemudian pendidikan SMA 13,33 % dan hanya
sebagian kecil 13,33% yang bependidikan tinggi S1. Dari tingkat pendidikan terlihat
bahwa pendidikan peternak kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan
Muara Bulian masih cukup rendah. Menurut Indrayani dan Andri (2018) Tingkat
pendidikan memiliki pengaruh terhadap usaha ternak baik secara teknis, pengelolaan
maupun terhadap manajemen usahaternak dalam penerapan teknologi baru, dengan
tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan para peternak mampu menjalankan
kegiatan usaha ternaknya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan
wawasan yang semakin luas.
4.3.3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal dan makan
bersama dalam satu rumah dan satu dapur, Jumlah anggota keluarga sangat
menentukan jumlah kebutuhan keluarga.
. Dari hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa mayoritas 61,6 % peternak
kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian memiliki anggota
keluarga 3-4 orang, kemudian 33,3 % memiliki jumlah anggota keluarga >5 orang
dan hanya sebagian kecil 5% yang memiliki anggota keluarga 1-2 orang. Untuk lebih
jelas bisa dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Anggota Keluarga Peternak
No Jumlah Jumlah
Anggota Peternak(oran %
Keluarga g)
1 1-2 3
5,00
2 3-4 37
61,67
3 >5 20
33,33
Jumlah 60 100

Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah


kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit
anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi
keluarga. Tingginya kebutuhan yang harus terpenuhi dilihat dari jumlah anggota
keluarga yang akan menjadikan beban bagi rumah tangga tersebut untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari (Eka dan Made 2015)

4.3.4. Ketersediaan Kandang


Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh peternak kerbau pada sistem
pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian memiliki kandang, karena
ketersediaan kandang merupakan hal yang cukup penting bagi peternak kerbau, salah
satu fungsi kandang ini untuk mempermudah pengawasan serta menjaga ternak
kerbau agar tidak berkeliaran disawah terutama pada musim menanam padi selama 6
bulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmawati dkk (2010) menyatakan bahwa
fungsi kandang antara lain untuk menjaga keamanan ternak dari pencurian,
memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian pakan,
minum, serta menjaga keamanan ternak dalam kandang memberikan kenyamanan
bagi ternak.

Hasil penelitian juga menunjukan jarak kandang dengan kawasan


penggembalaan ternak kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara
Bulian bervariasi, jarak kandang dengan kawasan penggembalaan yang paling dekat
±100 m dan paling jauh ±7 km. Kemudian jarak kandang dengan rumah peternak
kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian yang paling dekat
±20 m dan yang paling jauh ±3 km. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmawati dkk
(2010) menyatakan Jarak kandang dengan bangunan umum dan perumahan minimal
10 m.

4.3.5. Pengalaman Beternak


Peternak di Kecamatan Muara Bulian dalam memelihara ternak kerbau pada
sistem pemeliharaan umo cukup lama, karena yang berpengalaman >10 tahun paling
banyak 46,67 %. Untuk melihat data lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
No Pengalaman Beternak Jumlah %
(tahun) Peternak (orang)
1 1-5 22 36,67
2 6-10 10 16,67
3 >10 28 46,67
Jumlah 60 100

Dari hasil penelitian diatas menunjukan bahwa peternak kerbau pada sistem
pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian memiliki pengalaman beternak
bervariasi mulai dari 1-5 tahun 36,67 % . Kemudian pengalaman beternak 6-10 tahun
16,67% dan sebagian besar pengalaman beternak dalam memelihara ternak kerbau
pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian yaitu >10 tahun 46,67%.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang dimiliki oleh peternak
kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara bulian sudah cukup lama
sehingga pengalaman yang lebih lama dalam beternak menunjang efektivitas dalam
memelihara ternak kerbau pada sistem pemeliharaan umo di Kecamatan Muara
bulian. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasrudin dkk (2011) yang menyatakan
Pengalaman dalam beternak akan menentukan keberhasilan usaha peternakannya.
Peternak dengan pengalaman beternak yang lebih lama akan lebih mudah mengambil
keputusan yang baik pada saat yang tepat.

4.3.6. Jumlah Ternak Kerbau


Jumlah ternak kerbau merupakan
No Jumlah Ternak Jumlah %
(ekor) Peternak (orang)
1 1-5 38 63,3
2 6-10 15 25
3 >10 7 11,6
Jumlah 60 100
Rata-rata

No Desa Jumlah Peternak %


(orang)
1 Napal sisik 121 35,3
2 Malapari 149 39,8
3 Pasar Terusan 104 27,8
Jumlah 374 100
Rata-rata 124,67 33,33

4.3.7. Penyakit Ternak


Penyakit ternak merupakan gangguan kesehatan pada hewan ternak yang
disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme, trauma,
keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme patogen. Beberapa penyakit
yang pernah menyerang ternak kerbau yaitu penyakit ngorok (Septicaemia
Epizootica) . Hasil penelitian menunjukkan hanya sebagian kecil 36,6 % yang
ternaknya pernah terserang penyakit dan sebagian besar 63,3 % peternak pada sistem
pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian ternak kerbaunya tidak pernah
terserang penyakit.

4.3.8. Program Pemerintah


Ada program pemerintah di desa

4.3.9. perkawinan
Hasil penelitian menunjukan metode perkawinan ternak kerbau pada sistem
pemeliharaan umo di Kecamatan Muara Bulian menggunakan metode perkawinan
secara alami (kawin alam). Hal ini dikarenakan lebih menghemat biaya yang akan
dikeluarkan. Menurut Sudirman (2016) menyatakan salah satu indikator performans
reproduksi ternak betina adalah keberhasilan kebuntingan, kaitannya dengan metode
perkawinan yang terarah, melalui kawin alam maupun IB.

4.3.9. Pemotongan Ternak Kerbau


No Desa Jumlah Ternak Dipotong %
(ekor)
1 Napal sisik 1 3,7
2 Malapari 8 29,6
3 Pasar Terusan 18 66,6
Jumlah 27 100

Hasil penelitian menunjukan jumlah kelahiran ternak kerbau pada sistem


pemelihraan umo di Kecamatan Muara Bulian satu tahun terakhir berjumlah 77 ekor
dengan kelahiran terbanyak di Desa Malapari, yaitu sebanyak 33 ekor. Kemudian di
Desa malapari sebanyak 28 ekor dan di Desa Pasar Terusan sebanya 16 ekor

4.3.10. Kelahiran Ternak Kerbau


No Desa Jumlah Ternak Lahir %
(ekor)
1 Napal sisik 28 36,3
2 Malapari 33 46,8
3 Pasar Terusan 16 20,7
Jumlah 77 100

Hasil penelitian menunjukan jumlah kelahiran ternak kerbau pada sistem


pemelihraan umo di Kecamatan Muara Bulian satu tahun terakhir berjumlah 77 ekor
dengan kelahiran terbanyak di Desa Malapari, yaitu sebanyak 33 ekor. Kemudian di
Desa malapari sebanyak 28 ekor dan di Desa Pasar Terusan sebanya 16 ekor.
DAFTAR PUSTAKA

Hastang, Syahdar B, Aslina A, dan Muhammad I.A.D. 2018. Karakteristik Peternak


Kambing Di Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto. Seminar Nasional
Persepsi III Manado.
Indrayani I., & Andri A. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Usaha Ternak Sapi potong di Kecamatan Sitiung, Kabupaten
Dharmasraya. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal
Science), 20(3), 151-159.
Suyono Bambang dan Heri H. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten
Magetan. Jurnal Ekomaks, vol.2, no.2
Vidiawan Eka, and Ni M.T. "Analisis Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota
Keluarga, Dan Pendidikan Terhadap Jumlah Konsumsi Rumah Tangga
Miskin Di Desa Batu Kandik Kecamatan Nusa Penida Kabupaten
Klungkung." E-Jurnal Ekonomi Pembangunan 4.4 (2015): 220-348.
Nasrudin, Endang S, dan I G.S.B. 2011. Hubungan Etos Kerja, Motivasi Dan Sikap
Inovatif Dengan Pendapatan Peternak Kerbau Di Kabupaten Manggarai Barat.
Buletin Peternakan Vol. 35(1): hal: 64-70.
Sudirman. 2016. Pengaruh Metode Perkawinan Terhadap Keberhasilan Kebuntingan
Sapi Donggala Di Kabupaten Sigi. -Jurnal Mitra Sains, Vol. 4 No. 3. Hal: 22-
27
Sukmawati F. & M.Kaharudin.2010. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian
dan pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian

Anda mungkin juga menyukai