Anda di halaman 1dari 17

RESPON PEMBERIAN PGPY(Plant Growth Promotor Yeast) TERHADAP

PERTUMBUHAN STRAWBERRY (Fragaria vesca L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S-1)
Program Studi Agroteknologi

Diajukan Oleh:
Khaerani Masyithoh
NIM. 201310200311069

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan penelitian serta skripsi yang berjudul “Respon Pemberian PGPY

(Plant Growth Promotor Yeast) Terhadap Pertumbuhan Strawberry (Fragaria vesca L.)”

sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi S1 jurusan Agronomi.

Penulis menyadari tiada satu pun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Malang, 8 Juli 2018

Penulis

Khaerani Masyithoh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1 Strawberry ......................................................................................................... 4
2.1.1 Morfologi Strawberry ................................................................................. 4
2.1.2 Syarat Tumbuh Strawberry ........................................................................ 6
2.2 PGPY (Plant Growth Promotor Yeast) ............................................................. 9
2.3 Mikoriza .......................................................................................................... 10
2.4 Pupuk Azolla ................................................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 12
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................. 12
3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara mega-biodiversity, Indonesia memiliki keanekaragaman

hayati yang sangat tinggi, baik keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis,

maupun keanekaragaman sumber daya genetiknya.Salah satu keaneka ragaman

hayati yang sangat melimpah adalah tanaman perkebunan buah. Rifai menyatakan

bahwa, tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148

marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi)

dapat ditemukan di Indonesia (Rifai, 1986). Namun kelompok jenis tumbuhan

sebagai penghasil buah buahan belum banyak dikenal. Hal ini disebabkan antara

lain karena dari sudut pandang kehutanan, buah-buahan hutan masih dianggap

sebagai hasil sampingan (minor product) yang secara ekonomis dianggap kurang

penting. Pada hasil survey pada masyarakat menyatakan bahwa kebutuhan

masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini semakin meningkat sejalan dengan

peningkatan konsumsi per kapita, jumlah konsumen.

Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang penting di

dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis. Hingga saat ini banyak

metode yang diterapkan petani agar tanamam stroberi dapat berproduksi optimal.

Beberapa cara yang dilakukan adalah menerapkan teknik budidaya yang tepat.

penentuan musim tanam dan program pemupukan yang tepat (Supriatin Budiman

dan Sarasrwati. 2002).

Keberhasilan peningkatan produksi berbagai tanaman pangan di Indonesia

tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia (buatan).Dalam kurun waktu 30 tahun

1
terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat bahwa “paket pertanian

modern yang memberikan hasil panen yang tinggi ternyata menimbulkan dampak

terhadap lingkungan” (Mc Guinness,1993)

Sejalan dengan makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh paket

pertanian modern, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk kimia terhadap

lingkungan, maka dampak negatif paket pertanian modern mulai mendapatkan

perhatian. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk

mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pengan dengan kualitas

yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan

(Sutanto,2000). Pertanian konvensional selain menimbulkan dampak negatif dari

penggunaan pestisida sintetis, ternyata pemberian input berupa pupuk anorganik

juga banyak menimbulkan masalah.

Dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan karena

pertanian modern yang diterapkan adalah dengan meningkatkan peran pupuk

organik untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga dapat memperbaiki

kualitas tanah dan lingkungan sekitar. Dibandingkan dengan penggunaan pupuk

kimia, peningkatan pertumbuhan tanaman dengan pupuk hayati relatif lebih aman

terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Salah satu alternatif pupuk hayati

(biofertilizer) tersebut dapat berupa pemanfaatan mikroorganisme dari alam.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman Strawberry terhadap

pemberian PGPY?

2
2. Berapa dosis pemberian PGPY yang paling tepat untuk

pertumbuhan tanaman Strawberry?

3. Bagaimana ke efektifan pemberian PGPY sebagai pupuk organik

(biofertilizer) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon tanaman

Strawberry terhadap pemberian PGPY (Plant Growth Promotor Yeast)

sebagai pupuk organik (Biofertilizer) serta untuk mengetahui keefektifan

penggunaan PGPY jika dibandingkan dengan pupuk Azolla, Mikoriza, dan

pupuk anorganik.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

H0 = diduga pupuk organik PGPY (Plant Growth Promotor Yeast) dapat

memberi unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan tanaman Strawberry.

H1 = diduga pupuk organik PGPY (Plant Growt Promotor Yeast) mampu

menjadi pengganti penggunaan pupuk anorganik.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap potensi

pupuk organik PGPY untuk memberi nutrisi yang cukup pada tanaman dan

berpotensi sebagai pengganti pupuk anorganik.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strawberry

Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama

kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria

chiloensis menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya

spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya.

Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Morfologi tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan

buah. Klasifikasi botani tanaman stroberi menurut Lawrence (1959) adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Rosaceae

Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria spp

2.1.1 Morfologi Strawberry

Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di

dataran tinggi tropis yang memiliki temperature 17-20 derajat C dan disertai

dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Stroberi juga membutuhkan kelembapan

udara yang baik untuk pertumbuhannya yang berkisar antara 80-90% dan lama

penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan sekitar 8-10 jam setiap harinya

(Anonim, 2010)

4
. Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang

akar (corpus), ujung akar (apex), bulu akar (pilus radicalis), serta tudung akar

(calyptra). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria) terus tumbuh

memanjang dan berukuran besar (Rukmana, 1998)

. Akar serabut stroberi di dalam tanah tumbuh dangkal dan menyebar

secara horizontal sepanjang 30 cm dan secara vertical dapat mencapai kedalaman

40 cm. Akar muncul dari batang yang pendek dan tebal berbentuk rumpun. Dari

rumpun tersebut dapat muncul tunas yang akan menjadi crown baru, sulur dan

bunga (Soemadi, 1997)

Secara botani sulur merupakan batang ramping yang tumbuh keluar dari

ketiak daun pada dasar rumpun dan menjalar sepanjang permukaan tanah. Sulur

dapat digunakan sebagai ‘alat’ untuk menghasilkan tanaman baru (Soemadi,

1997). Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun-daun terbentuk pada buku

dan ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar. Internode sangat pendek sehingga

jarak daun yang satu dengan yang lainnya sangat kecil dan member penampakan

seperti rumpun tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat ini

disebut crown. Ukuran crown berbeda-beda menurut umur, tingkat perkembangan

tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan pertumbuhan (Budiman dan Saraswati,

2008).

Daun tumbuh melingkar rumpun, berbulu lebat samapai jarang (tergantung

varietas), terdiri atas tiga anakan daun (daun majemuk), dengan tepi bergerigi.

Daun disangga oleh tangkai yang panjang (Soemadi, 1997). Bunga stroberi

mempunyai 10 kelopak yang berwarna hijau, 5 mahkota berwarna putih, 60

5
sampai 600 putik dan 20 sampai 35 benang sari yang tersusun sekitar stigma di

atas dasar bunga. Penyerbukan stroberi terjadi secara silang dengan bantuan

angin, serangga (kupu-kupu, lebah) maupun manusia. Bunga berbentuk tandan

yang terdiri atas beberapa tangkai utama yang masing-masing ujungnya terdapat

satu bunga yang disebut bunga primer, dan dua tangkai serta bunga-bunga di

bawahnya yang disebut bunga sekunder. Di bawah bunga sekunder terdapat bunga

tersier dan kuartener. Ukuran tangkai bunga selalu lebih panjang daripada daun.

Pemunculan rangkaian dan mekarnya bunga terjadi secara berurutan, dan

berlangsung selama empat minggu. Biasanya sebanyak 6 sampai 8 bunga pertama

pada setiap tangkai akan mekar lebih awal, yang selanjutnya diikuti oleh bunga di

bawahnya. Buah stroberi yang kita kenal sebenarnya adalah buah semu, bukan

buah yang sebenarnya. Buah stroberi yang dikenal masyarakat selama ini adalah

reseptakel atau jaringan dasar bunga yang membesar. Buah yang sebenarnya

adalah biji-biji kecil berwarna putih yang disebut dengan achen. Achen berasal

dari sel kelamin betina yang telah diserbuki dan kemudian berkembang menjadi

buah kerdil. Achen menempel pada permukaan reseptakel yang membesar

(Setiani, 2007).

Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji.

Biji berukuran kecil terletak di antara daging buah. Pada skala penelitian atau

pemuliaan tanaman biji merupakan alat perbanyakan tanaman secara generative

(Rukmana, 1998)

2.1.2 Syarat Tumbuh Strawberry

Sebelum kita menanam stroberi ada baiknya jika kita terlebih dahulu

diketahui syatrat-syarat tempat yang benar-benar sesuai bagi pertumbuhannya.

6
Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai syarat lingkungan yang sesuai untuk

tumbuh dan berproduksi. Sebab jika ternyata dikemudian hari ditemukan bahwa

lingkungannya tidak cocok, maka segala jerih payah kita akan sia-sia. Misalnya,

ia akan susah tumbuh dan merana. Ataupun mungkin saja walaupun tumbuh subur

dengan daun yang cukup lebat, tetapi tanaman kita sedikit berbunga samapai tidak

berbunga sama sekali. Atau dapat berbunga tapi bunga tersebut gagal menjadi

buah. Kondisi lingkungan tempat tanaman ini tumbuh dapat pula mempengaruhi

rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik

tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh di bawah cuaca cerah tetapi dingin

pada malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak disbanding yang tumbuh di

bawah udara berawan, lembab dan panas di malam hari (Soemadi, 1997)..

Iklim

Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan

600 – 700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang di butuhkan

dalam pertumbuhan adalah 8 – 9 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman

subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang

memiliki temperatur 17 – 20o C. Kelembaban udara yang baik untuk

pertumbuhan tanaman stroberi anatara 80 – 90 % (Rahmatia, 2013).

Tanah

Jika ditanam di kebun, tanah yang di butuhkan adalah tanah liat

berpasir,subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara

baik, derajat keasaman tanah (ph tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di

kebun adalah 5.4 – 7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5 – 7.0. Jika di

tanam di kebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm

7
dari permukaan tanah. Jika di tanam di dalam pot, media harus memiliki sifat

poros, mudah merembeskan air da unsure hara selalu tersedia. Ketinggian tempat

yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000 – 1.500 meter dpl. (Rahmatia,

2013).

Kelembaban

Kelembaban yang berlebihan, berlangsung lama atau terjadi berulang kali,

baik dalam bentuk hujan, embun atau kelembaban relative merupakan factor yang

sangat membantu perkembangan epidemic penyakit. Penyakit yang dipengaruhi

kelembaban misalnya penyakit yang disebabkan oleh fungi (bercak daun, hawar,

embung tepung, karat, antraknose), bakteri (bercak, hawar, busuk), dan nematode.

Kelembaban mempengaruhi pertanaman tanaman inang menjadi sukulen dan

rentan, meningkatkan sporulasi fungi dan perbanyakan bakteri. Kelembaban

rendah dalam beberapa hari, akan dapat mencegah terjadinya semua langkah-

langkah perkembangan penyakit, sehingga epidemic terhambat atau terhenti.

Suhu

Kadang-kadang epidemi penyakit tanaman lebih berkembang karena

pengaruh suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi di banding dengan kisaran suhu

optimum bagi tanaman inang. Kisaran suhu tertentu dapat menurunkan tingkat

ketahan horizontal dan pada tingkat tertentu mungkin dapt menurunkan bahkan

mematahkan ketahan vertical yang dibentuk oleh gen mayor. Tanama yang

tumbuh pada keadaan kisaran suhu tersebut akan mengalami ‘stres’ dan

terdisposisi terhadap penyakit, sedangkan pathogen tumbuh dengan lebih baik

dibanding inangnya. Suhu juga dapat menurunkan jumlah inokulum dan vector

yang dapat bertahan hidup. Pengaruh suhu terhadap pathogen biasanya pada

8
tingkat-tingkat yang berbeda dari pathogenesis, misalnya pada : perkecambahan

spora atau penetasan telor, penetrasi ke inang, pertanaman, reproduksi,

penyerangan inang atau pada sporulasi. Apabila pada tingkat kejadian, kisaran

suhu menguntungkan, maka pathogen polisiklik dapat menyelesaikan daur

penyakitnya dalam waktu pendek dan tetap member peluang berkembangnya

epidemik.

2.2 PGPY (Plant Growth Promotor Yeast)

Ragi merupakan salah satu bahan organic alamiah kompleks yang

diperoleh dari hasil samping dalam proses fermentasi suatu minuman

dengan jasad renik khamir. Ekstrak ragi dapat dimanfaatkan sebagai substrat yang

sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme serta sumber produksi enzim

dalam skala besar. Ragi atau khamir tergolong dalam genus Ascomycetes

yang berbentuk bulat, lonjong, dan panjang serta merupakan organisme uniseluler.

Sel khamir mempunyai struktur yang terdiri atas membrane sel, kapsul,

sitoplasma, sentrosum, sentrokromatin, nukleus, vakuola, dan granula (Lindegren

1952), dan diyakini mengandung zat hara untuk pertumbuhan tanaman. Ekstrak

ragi mengandung asam-asam amino, peptida, dan vitamin yang sangat bermanfaat

bagi pertumbuhan tanaman. Ekstrak ragi sebagai sumber nitrogen berperan dalam

proses fisiologis, seperti pembentukan protein, asam nukleat, dan koenzim. Di

samping itu juga berperan dalam pertumbuhan sel serta menjaga dan memelihara

kemampuan sel untuk membentuk enzim (Fukomoto et al. 1957).

Nitrogen adalah unsur yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan jaringan

tanaman. Nitrogen merupakan komponen protein, asam nukleat, dan beberapa

substansi penting lainnya yang dibutuhkan untuk pembentukan protoplasma dan

9
berfungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif. Vitamin yang terkandung dalam

ekstrak ragi antara lain thiamin, riboflavin, piridoksin, niasin, dan asam

pantotenat. Vitamin-vitamin tersebut sering digunakan untuk ingridien pada media

kultur jaringan. Thiamin sangat esensial dalam kultur in vitro walaupun

dibutuhkan plantlet dalam jumlah sedikit. Pemberian thiamin dalam media kultur

dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan pertumbuhan akar.

2.3 Mikoriza

Mikoriza adalah cendawan tanah yang dapat bersimbiose dengan akar

tanaman inang, dan mempunyi pengaruh yang luas terhadap mikroorganisme yang

bersifat patogen. Akar tanaman inang yang terinfeksi dengan MVA eksudat

akarnya berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi dengan MVA.

Perubahan eksudat akar tanaman inang mempengaruhi perubahan dalam rhizosfer

yang mengakibatkan ketahanannya meningkat, sehingga terhindar dari serangan

patogen.

Pada tanah-tanah di daerah tropik umumnya terjadi detisiensi (kekahatan)

unsur fosfor (P) yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman. Hal ini terjadi karena kandungan unsur P dalam tanah kurang, juga

terjadi pengikatan sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Kondisi ini menjadikan

dosis pemberian pupuk P akan menjadi tinggi sehingga biaya usaha tani akan

bertambah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah

kurang tersedianya unsur hara P dalam tanah adalah penggunaan mikroba tanah

yaitu Mikoriza Arbuskular-Vesikular (MVA). Cendawan MVA dapat membantu

perakaran tanaman dalam hal penyerapan unsur hara P dalam tanah. Peran MVA

10
dalam penyerapan unsur hara P meliputi tiga mekanisme yaitu secara fisik, kimia,

dan fisiologi.

2.4 Pupuk Azolla

Pupuk Azolla pinnata yang dikenal sebagai simbion dari blue-green algae

Anabaena azollae yang dapat memfiksasi N2 bebas di udara. Azolla bersimbiosis

dengan Annabaena azollae yang.dapat mengikat nitrogen bebas dari udara

sehingga dapat menghemat pemakaian pupuk urea. Simbiosis antara azolla dan

Annabaena azolla dapat menambat 100-170 kg N ha-1 per tahun (Awodun, 2008)

Penambahan Azolla pinnata dalam bentuk kompos akan lebih mudah

didekomposisi oleh mikroba diharapkan dan dapat menambah suplai nitrogen

yang dibutuhkan untuk tanaman. Selain itu proses mineralisasi akan lebih cepat

terjadi (Setyorini, et al., 2006).

Azolla (Azolla pinnata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Azolla

memiliki kandungan N: 3,91%, P: 0,30%, K: 0,65%, C/N: 6 dan bahan organik

39,905. Kemampuan bahan organik untuk melepaskan unsur hara tergantung dari

nilai C/N ratio. Semakin rendah nilai C/N ratio maka akan semakin mudah untuk

melepaskan unsur hara. Pengaplikasan azolla sebagai pupuk hijau diharapkan

mampu menambah bahan organik tanah dan juga dapat mengurangi pemberian

dosis pupuk anorganik pada suatu lahan.

11
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dimulai dari bulan Agustus

2018 hingga bulan Januari 2018. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di

Laboratorium Bioteknologi UMM dan Lahan Percobaan FPP Universitas

Muhammadiyah Malang yang berlokasi di Jalan Karyawiguna Malang, Jawa

Timur, Belakang kampus UMM.

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana

dengan perlakuan sebagai berikut :

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut

sebagai berikut:

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Manisnya Stroberi California. http://www.bandungkab.go.id. Di


akses Sabtu , 7 Juli 2018.

Awodun, M.A. 2008 Effect of Azolla (Azolla species) on Physiochemical


Properties of the Soil. World Jurnal of Agricultural Scinces 4(2) : 157-160.

Budiman, S., dan Saraswati, D., 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Budiman, Supriatin dan Saraswati, D. 2008. Berkebun Stroberi secara Komersial.


Jakarta: Penebar Swadaya. 5–183.

Fukomoto, J., T. Yamamoto, D. Tsuru and K. Tchikawa. 1957. Effect of nitrogen


source. Proceedings of the international symposium on enzyme chemistry.
Tokyo and Kyoto, Pergamon Press. Los angeles: 479-482.

Lawrence, H. N. N. 1959. Taxonomy of Vasculer Plant. The Macmillan Co. New


York. 468.

Lindegren, J. 1952. The yeast dalam Wilson, C. L. and W. E. Loomis. 1962.


Botany 3 th ed. Holt, Reinchart and Winston Inc., New York 108–110.

Mc. Guinness, William J., Stein, Benjamin, and Reynolds, John S; “Mechanical
and Electrical Equipment for Buildings”, Sixth Edition, John Wiley and
Son, Singapore, 1993.

Prameswari F., Thamrin H. Sebayang, Sumarni T., 2013, Pengaruh Pupuk N, P,


K, AZOLLA (Azolla pinnata) Dan Kayu Apu
(Pistia stratiotes) Pada Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah (Oryza
sativa), Malang, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.

Rahmatia, Diah dan Pitriana, Pipit. 2013. Bercocok Tanam Stroberi. Jakarta: PT
Wadja Lestari.

Rukmana, H. R., 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.


Yogyakarta.

13
Rukmana, r. (1994). Budidaya semangka hibrida. Yogyakarta: penerbit kanisius.
Hal. 11 -18.

Setyorini, D., R. Saraswati dan E. K. Anwar. 2006. 2. Kompos. Badan Penelitian


dan Pengembangan Pertanian, Indonesia. Online; <http:// balittanah.
litbang. deptan. go. id /dokumentasi /buku /pupuk /pupuk 2.pdf> (Diakses
tanggal 7 Juli 2018).

Soemadi, W. Ir., 1997. Budidaya Stroberi Di Pot dan Di Kebun. CV. Aneka. Solo.
Rukmana, Rahmat. 1998. Stroberi Budi Daya dan Pasca Panen.
Yogyakarta: Kanisius. Setiani, aries. 2007. Budi Daya dan Analisis Usaha.
Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi.

Soemadi, W. Ir., 1997. Budidaya Stroberi Di Pot dan Di Kebun. CV. Aneka. Solo.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. Kanisius. Jakarta. 211 hlm.

14

Anda mungkin juga menyukai