Disusun Oleh :
Indah Rakhmayani
D1051181071
Dosen Pembimbing :
Ochih Saziati, S.Si, M.Sc
NIDK. 8835470018
Herda Desmaiani, S.Si, M.Sc
NIDK. 8815470018
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
A. Pendahuluan
Semakin meningkatnya kondisi pembangunan membutuhkan sumber daya alam
yang semakin besar. Sehingga terlihat bahwa dalam pembangunan terjadi pemanfaatan
terhadap sumber daya alam yang berlebihan, sehingga mengakibatkan terganggunya
keseimbangan tata air. Berbagai dampak akan terjadi sebagai akibat pemanfaatan
sumber daya alam yang kurang seimbang. Adanya pemanfaatan sumber daya alam
yang kurang seimbang di sekitar wilayah sungai Ambawang, menyebabkan
peningkatan cemaran yang masuk ke sungai. Secara alamiah air sungai mempunyai
kemampuan self purifikasi yang terbatas. Sungai Ambawang merupakan salah satu
sumber daya air di Provinsi Kalimantan Barat yang harus dilindungi keberlanjutan
pemanfaatannya. Menurut Ji (2012), alasan utama untuk melakukan pemodelan sungai
adalah Pertama, untuk lebih memahami proses fisika, kimia, dan biologi. Kedua, untuk
mengembangkan model yang mampu mewakili realita sungai, sehingga model dapat
digunakan untuk mendukung pengelolaan kualitas air dan pengambilan keputusan.
Model water quality program saat ini telah berkembang dengan memiliki
berbagai macam aplikasi untuk mengatasi masalah pengelolaan sumber daya air,
contohya water quality analysis simulation program (WASP). Model ini mampu
mensimulasikan atau memprediksi perubahan kualitas sungai jika aliran limbah
dikurangi atau ditambah. Simulasi seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
daya tampung beban pencemaran suatu sungai dengan kriteria mutu air yang telah
ditetapkan. Secara teknis, perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai dengan
metode WASP dapat membantu pemerintah dalam pengendalian pencemaran air,
dimana metode ini memungkinkannya dilakukan simulasi terkait berapa beban
pencemaran yang harus dikurangi dan dari sumber mana saja dan berapa beban limbah
yang masih diperkenankan dibuang kelingkungan sungai agar kualitas sungai masih
memenuhi baku mutunya.
Model WASP telah digunakan untuk berbagai kajian di antaranya Kuo, dkk
(2000) menggunakan model WASP5 untuk simulasi distribusi konsentrasi BOD dan
DO di ChiShui River, Taiwan Selatan. Kalibrasi model menunjukkan hasil yang baik
dan mampu memprediksi kualitas air di bagian hilir. Liang, dkk (2013) menggunakan
WASP6 untuk memprediksi distribusi nutrisi di muara, hasil penelitian ini ditemukan
bahwa model memberikan pendekatan yang baik dari proses adsorpsi / desorpsi atas
berbagai konsentrasi nitrogen dan fosfor dalam muara alami. Lai, dkk (2013)
menggunakan WASP untuk memodelkan kualitas air paramter BOD, DO, NH3 -N dan
padatan tersuspensi, di mana hasil simulasi dihubungkan dengan nilai River Pollution
Index (RPI) untuk menentukan status kualitas air di Sungai Kaoping, Taiwan. Model
WASP juga mampu mengatasi keterbatasan metode neraca massa dalam penetapan
daya tampung pencemaran di Sungai Ciujung, pada penelitian ini model WASP
digunakan untuk menentukan strategi pengendalian pencemaran dengan
mensimulasikan debit sungai minimum dan maksimum serta berbagai reduksi beban
pencemaran (Hindriani dkk, 2013).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penentuan segmentasi yang dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Google Earth. Penentuan Segmen ini dibagi menjadi 10
titik. Berikut merupakan titik masing-masing segmen :
Tabel 1. Koordinat Titik Segmen
Segmen Nama Segment Titik Koordinat
1 Miari Residence 2 0° 2'24.09"S 109°23'16.10"E
2 Mulya Cookies 0° 2'19.28"S 109°23'14.72"E
3 Komplek Kupang Asri 0° 2'12.93"S 109°23'13.63"E
4 Gg. Hidayat 0° 2'10.85"S 109°23'15.14"E
5 Komplek Darussalam Indah 0° 2'6.63"S 109°23'12.77"E
6 Gg. Budaya 0° 1'59.84"S 109°23'14.02"E
7 Gg. Hj. Galuh 0° 1'56.25"S 109°23'14.27"E
8 CV. Hasboh Lestari 0° 1'47.29"S 109°23'16.39"E
9 Rita Ponsel 0° 1'42.61"S 109°23'17.03"E
10 RM. Pak Cik 0° 1'42.55"S 109°23'15.25"E
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data yang mendukung
pada hasil simulasi pemodelan WASP yaitu data hidrologi seperti data debit sungai,
kedalaman rata-rata, kecepatan sungai, dan lain-lain. Pemodelan kualitas air
menggunakan model numerik terkomputerisasi WASP 7.5, yang merupakan versi
terbaru yang dikembangkan oleh USEPA. WASP (Water Quality Analysis Simulation
Program) digunakan untuk mensimulasikan sebaran BOD di Sungai Ambawang.
Tahapan pemodelan kualitas air menggunakan model WASP 7.3 yaitu: segmentasi
ruas sungai; pengolahan data; input data; kalibrasi model; dan pengembangan simulasi.
Parameter yang dimasukkan ke dalam model adalah data hidrolika segmen, beban
pencemaran (load), debit sungai (flows), dan konsentrasi parameter kualitas air di hulu
dan hilir segmen (boundaries).
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa total potensi BOD (Biological
Oxygen Demand) sebesar 225,36 mg/L.
Tabel 5. Beban Pencemar Asli tanpa Pengurangan Beban
Nama Tahun Q Q BOD COD BOD COD TSS
Segmen load TSS (mg/l)
Segment Data (m3/hari) (m3/dt) (mg/l) (mg/l) (Kg/hari) (Kg/hari) (Kg/hari)
Perumahan 0,3 310 420 50 8.035,2 10.886,4 1.296
Miari
1 Parit 0,3 12,55 35,095 11,35 325,296 909,6624 294,192
Residence 2
total 8.360,496 11796,0624 1.590,192
Mulya
2 Parit 0,3 12,55 35,095 11,35 325,296 909,6624 294,192
Cookies
Komplek
3 Perumahan 0,3 310 420 50 8.035,2 10.886,4 1.296
Kupang Asri
4 Gg. Hidayat Parit 0,3 12,55 35,095 11,35 325,296 909,6624 294,192
Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jarak dari
0,114 0,256 0,404 0,553 0,703 0,842 0,957 1,062 1,172 1,282
Hulu (km)
BOD
Beban
3,1636 3,32 3,4866 3,6434 3,8085 3,9683 4,124 4,2902 4,4554 4,6103
Eksisting
(mg/L)
BOD
Beban
3,1636 3,5515 3,7181 3,8749 4,04 4,1997 4,3555 4,5217 4,9184 5,0733
Asumsi
(mg/L)
BOD
Pemantauan 3,10 5,00
(mg/L)
Kelas I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kelas II 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Kelas III 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Kelas IV 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Nilai BOD beban Eksisting (mg/L) didapat dari hasil Running pertama WASP 7.3, kemudian
BOD beban Asumsi (mg/L) merupakan kalibrasi asumsi yang kemudian di cocokkan dengan data
pemantauan atau sampling yang dilakukan secara langsung. Nilai pemantauan dalam penelitian ini
berkisar dari 3,10 mg/L di aerah hulu dan 5 mg/L di daerah hilir. Daerah hulu memiliki nilai yang
lebih rendah dibandingkan di daerah hilir. Hal ini disebabkan pada daerah hulu masi sedikit
pembuangan limbah dari aktivitas kegiatan pabrik maupun rumah tangga. Sebaliknya di daerah
hilir, wilayah tersebut sudah memiliki banyak penduduk dan kegiatan masyarakat.
Berdasarkan hasil kalibrasi pada Tabel 6, didapat bahwa wilayah Sungai Ambawang
memasuki kategori pertengahan antara kelas 1 dan 2. Berikut kurva hasil Kalibrasi BOD di Sungai
Ambawang berdasarkan Panjang sungai dan baku mutu air :
KM Sungai
G. Daftar Pustaka
Ambrose, R.B. dan Wool, T.A. 2009. WASP7 Stream Transport-Model Theory and User’s:
Supplement to Water Analysis Simulation Program (WASP) User Documentation,
Environmental Research Laboratory. Washington: DC. U.S. EPA.
Hindriani, H., Sapei, A., Suprihatin dan Machfud. 2013. Identifikasi Daya Tampung Beban
Pencemaran Sungai Ciujung dengan Model WASP dan Strategi Pengendaliannya, J. Bumi
Lestari. 13(2): 275-287.
Ji, Z. G. 2012. River Fate and Transport, chapter in J.S. Gulliver (ed.), Transport and Fate of
Chemicals in the Environment. New York: Springer Science Business Media.
Kuo, J. T., Huang, C. H., dan Lung, W. S. 2000, Water Quality Modeling and Risk Analysis of the
Chi-Shui River, Jurnal Water Resources. copyright ASCE 2004. Lai, Y.C., Tu, Y.T., Yang,
C.P. Surampalli, R.Y. dan Kao, C.M.. 2013. Development of a Water Quality Modeling
System for River Pollution Index and Suspended Solid Loading Evaluation. Journal of
Hydrology. 478: 89-101.
Liang, D., Wang, X., Evans, B., Falconer,R.A.. 2013. Study on Nutrient Distribution and
Interaction with Sediment in a Macro-Tidal Estuary. Advances in Water Resources 52: 207–
220.