Anda di halaman 1dari 18

JUAL BELI SESUAI SYARIAT ISLAM

Ringkasan Materi

Hallo kawan-kawan semuanya, pada bab ini kawan-kawan akan belajar

mengenai jual beli atau muamalah sesuai syariat Islam. Disini kawan kawan akan

diajak berfikir dan melihat realitas yang ada di masyrakat mengenai muamalah.

Banyak sekali kita temukan dipinggir jalan jasa-jasa kredit. Mulai jasa kredit

motor, mobil, bahkan kredit rumah. Nah, dalam kehiduapn seperti inilah

bagaimana diri kita menyikapi semuanya. Maka kalian semua diajak untuk belajar

mengenai jual beli, khiyar, musyarakah, mudlarabah, murahabah. Agar kalian

dapat menyikapi perkembangan zaman dengan secara bijak tanpa ada sebuah

pertentangan yang mengakibatkan perpecahan umat Islam.

Dalil Pokok

‫الربَا‬
ِّ ‫َح َّل اهللُ الَْبْي َع َو َحَّر َم‬
َ ‫َوأ‬
"Dan Allah telah menghalalkanjual beli dan mengharamkan Riba" (al-Baqarah

[2]: 275)

Arah Rujukan Bacaan

Agar kamu betul-betul memahami bab ini, maka kamu dapat membaca

buku Fiqih Sunnah untuk memperkaya bahan analisis permasalahan yang semakin

1
kompleks di masyarakat sekitar. Kawan kawan juga dapat membuka jurnal

Muamalah atau jual beli di internet.

Paparan Materi

Pendahuluan

Dikisahkan bahwa pada zaman dahulu ada seorang pedagang yang sangat

jujur, ia memiliki seorang penjaga toko. Pada penjaga toko tersebut ia senantiasa

berpesan agar berlaku jujur, diantaranya adalah dengan menjelaskan cacat barang

yang hendak dijual. Pada suatu hari, datang seorang Yahudi berbefanja pada

pedagang tersebut. Si pedagang sedang pergi, yang ada hanya penjaga toko. Si

penjaga toko ketika melihat yahudi ini tidak menjelaskan cacat barang dagangan

dan lupa pada pesan si pedagang. Maka Yahudi ini membeli sepotong baju

seharga 3000 dirham, kemudian segera pergi. Ketika pedagang itu pulang dan

didapati baju yang cacat telah laku terjual maka ia bertanya pada penjaga toko,

"Apakah kaujelaskan padanya, bahwa baju itu ada cacatnya?". Dijawab oleh

penjaga toko, "Aku tidak menjelaskan padanya". Ditanya lagi, "Siapa yang

membeli baju itu?". Dijawab, "seorang yahudi yang sedang dalam perjalanan".

Saat itu juga pedagang tadi mengambil uang dan pergi menyusul

rombongan musafir itu, dan setelah 3 hari baru berhasil ditemukan. Setelah

berhasil bertemu dengan si Yahudi tadi, pedagang itu berkata, "Serahkan baju

yang kau beli itu, sesungguhnya baju itu ada cacatnya, Pesuruhku lupa

menjelaskannya padamu, dan aku akan kembalikan semua uangmu". Si Yahudi

berkata, "Kenapa Kamu terlalu jujur?". Pedagang itu menjawab, "Islam!".

Kemudian pedagang itu berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendengar bahwa

2
Rasulullah SAW bersabda "Bukan golongan kami orang yang menipu" maka si

yahudi tersebut masuk Islam. Dari kisah sedikit ini, siswa akan diajak belajar

kejujuran mengenai bermuamalah dengan masyarakat.

A. Jual Beli

1. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli

Menurut bahasa jual beli berasal dari kata ( ‫ بَ ْيعًا‬- ‫) بَا َع – يَبِ ْي ُع‬
artinya menukar sesuatu dengan sesuatu. Sedangka menurut istilah jual

beli adalah suatu transaksi tukar menukar barang atau harta yang

mengakibatkan pemindahan hak milik sesuai dengan syarat dan rukun

tertentu. Dasar hukum jual beli bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits,

didalam Al-Qur'an sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S.AI-

Baqarah/2: 275 di atas.

Sabda Rasulullah saw.:

"Pendapatan yang paling utama dari seorang adalah hasil usaha sendiri dan

hasil jual beli yang mabrur".

Dalil diatas menjelaskan bahwa jual beli yang menghasilkan

sebuah riba tidak diperbolehkan dalam agama Islam. Allah SWT sangat

melaknat orang yang berbuat riba. Dalam Hadits yang diriwatkan Imam

Ahmad, seseorang yang mengetahui bahwa yang dilakukannya

mengandung unsur riba maka dosanya lebih besar dari berzina sebanyak

36 kali. Pandangan Islam mengenai perekonomian tidak terlepas dari

pendapatan yang dihasilkan dari usaha sendiri dengan rasa kejujuran tanpa

ada sedikitpun rasa riba dalam hatinya.

3
2. Syarat dan Rukun Jual Beli

a. Rukun Jual Beli

Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat

jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalam jual

beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli

tidak dapat dilakukan. Adapun rukun dan syarat jual beli sebagai

berikut:

1) Ada penjual dan pembeli.

2) Ada barang atau harta yang diperjual belikan.

3) Ada uang atau alat pembayaran yang sah, yang digunakan sebagai

penukar barang.

4) Ada lafal ijab qabul, yaitu sebagai bukti akan adanya kerelaan dari

kedua belah pihak.

b. Syarat Sah Jual beli

Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan

antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan dalam jual beli.

Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnya dengan mengurangi

timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang

yang berkualitas lebih rendah kemudian dijual dengan harga barang

yang berkualitas baik.

Rasulullah Muhammad SAW melarang jual beli yang

mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut

4
untuk berlaku jujur dalam menjual dagangannya. Adapun syarat sah

jual beli dibagi menjadi dua yakni syarat sah dilihat dari segi barang

yang diperjual belikan dan syarat penjual- pembeli.

Syarat barang yang diperjual belikan:

1) Barang itu suci, artinya bukan barang najis.

2) Barang itu bermanfaat.

3) Barang itu milik sendiri atau milik orang lain yang telah

mewakilkan untuk menjualnya.

4) Barang itu dapat diserahterimakan kepemilikannya.

5) Barang itu dapat diketahui jenis, ukuran, sifat dan kadarnya.

Syarat Penjual dan Pembeli

1) Berakal sehat, orang yang tidak sehat pikirannya atau idiot

(bodoh), maka akad jual belinya tidak sah.

2) Atas kemauan sendiri, artinya jual beli yang tidak ada unsur

paksaan.

3) Sudah dewasa (Baligh), artinya akad jual beli yang dilakukan oleh

anak-anak jual belinya tidak sah, kecuali pada hal-hal yang sifatnya

sederhana atau sudah menjadi adat kebiasaan. Seperti jual beli es,

permen dan lain-lain.

4) Keadaan penjual dan pembeli itu bukan orang pemboros terhadap

harta, karena keadaan mereka yang demikian itu hartanya pada

dasarnya berada pada tanggungjawab walinya.

5
3. Jual Beli yang Terlarang

a. Jual beli yang sah tapi terlarang, antara lain:

1) Jual beli yang harganya di atas/di bawah harga pasa-dengan cara

menghadang penjual sebelum tiba dipasar.

2) Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawaran

orang lain.

3) Jual beli barang untuk ditimbun agar dapat dijual dengan harga

yang sangat mahal, sedangkan masyarakat sangat membutuhkan.

4) Jual beli untuk alat maksiyat, misalnya jual beli senjata tajam

untuk menyakiti orang lain. Sebagaimana firman Allah Swt: Q.S.

AI-Maidah/5: 2.

ِ‫الت ْق وى والََت َع اونُوا َعلَى اْ ِإلمْث‬ ‫رِب‬


َ َ َ َّ ‫ َوَت َع َاونُوا َعلَى الْ ِّ َو‬...
... ‫َوالْعُ ْد َو ِان‬
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran."

5) Jual beli dengan cara menipu, misalnya membeli parsel buah dari

sisi depan maupun samping terlihat bagus akan tetapi pada

kenyataanya kejelekan buah tersebut disembunyikan disisi bawah

oleh penjual.

6) Jual beli barang yang bukan miliknya atau hasil curian. Seperti

sabda rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:

6
‫س ِعْن َد َك‬ ِ
َ ‫اَل تَب ْع َما لَْي‬
"Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu"

b. Jual beli terlarang dan tidak syah

1) Jual beli sprema binatang

2) Menjual anak ternak yang masih dikandungan dan belum jelas

wujudnya.

3) Menjual kembali barag yang dibeli sebelum diserahkan kepada

pembelinya.

4) Menjual buah-buahan yang belum nyata wujudnya nanti. Jual beli

ini dilarang dengan alasan mengandung unsur ketidakpastian yang

mungkin akan rusak sebelum panen.

5) Menjual daging bangkai binatang

6) Menjual Khamr atau minuman keras dan sejenisnya (Narkoba,

narkotika, dll)

B. Khiyar

Khiyar menurut bahasa artinya memilih yang terbaik, sedangkan

menurut istilah khiyar ialah: memilih antara melangsungkan akad jual beli

atau membatalkan atas dasar pertimbangan yang matang dari pihak penjual

dan pembeli. Maksudnya, baik penjual atau pembeli mempunyai kesempatan

untuk mengambil keputusan apakah meneruskan jual beli atau

membatalkannya dalam waktu tertentu atau karena sebab tertentu

7
Hukum khiyar adalah boleh sejauh memenuhi persyaratan-persyaratan

yang ditentukan. Khiyar akan dihukumi haram dan dilarang apabila ditujukan

untuk penipuan. Sebagaimana rasulullah SAW bersabda:

ِ
َ َ‫ت بِاخْلِيَا ِر بِ ُك ِّل ِسْل َع ِة ا ْنَت ْعَت َها ثَال‬
)‫ث لَيَ ٍال (رواه البيهقى وابن ماجة‬ َ ْ‫اَن‬
Artinya: Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli

selama tiga malam (HR. Al-Baihaqy dan Ibnu Majah)

Jenis-jenis Khiyar

Khiyar terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Khiyar MajUs, yaitu memilih untuk melangsungkan atau membatalkan

akad jual beli sebelum keduanya berpisah dari tempat akad. Contoh

Ahmad membeli baju di Bringharjo, ketika masih berada ditempat toko

baju, Ahmad boleh membatakan pembeliannya di toko tersebut. Apabila

keduanya telah berpisah dari satu majlis, maka hilanglah hak khiyar majlis

ini. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Dua orang yang berjual beli, boleh memilih akan meneruskan

jual beli atau tidak) selama keduanya beum berpisah dari tempat akad.

(H.R. Bukhori dari Hakim bin Hizam

2. Khiyar Syarat, yaitu khiyar yang dijadikan syarat waktu akad jual beli,

maksudnya si pembeli atau si penjual boleh memilih antara meneruskan

atau mengurungkan jual belinya selama persyaratan itu belum dibatalkan

setelah mempertimbangkan dalam dua atau tiga hari. Dalam kehiduapan

8
sekarang kita dapat melihat dari garansi yang menyebutkan bahwa barang

bisa dikembalikan atau ditukar dengan yang lain dalam dua atau tiga hari.

3. Khiyar Aibi, yaitu memilih melangsungkan akad jual beli atau

mengurungkannya bilamana terdapat bukti cacat pada barang. Contoh:

Andi membeli HP di ambarukmo plaza, namun ketika dilihat dan diteliti

ternyata HPnya rusak dan tidak bisa dinyalakan. Dengan peristiwa ini

Andi dapat membatalkan karena barang yang mau dibeli rusak.Hadits

yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Ra, ia berkata aku pernah

mendengar rasulullah bersabda.

"Sesama muslim itu bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim menjual

barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang tersebut terdapat

aib/cacat melainkan dia harus menjelaskan (aib/cacat) nya itu".( HR.

Ahmad, Ibnu Majah )

C. Musyarakah

1. Pengertian Musyarakah

Musyarakah dalam literatur fiqh lebih sering disebut dengan istilah

syirkah. Menurut bahasa syirkah artinya: persekutuan, kerjasama atau

bersamasama. Menurut istilah syirkah adalah suatu akad dalam bentuk

kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal atau jasa untuk

mendapatkan keuntungan bersama.

Syirkah atau kerjasama ini sangat baik dilaksanakan karena sangat

banyak manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama

9
dan memiliki unsur saling tolong menolong satu sama lain. Kerjasama itu

ada yang sifatnya antar pribadi, antar grup bahkan antar Negara.

Dasar hukum dari musyarakat diantaranya:

Q.S. An-Nisa/4:12

ِ ُ‫الثل‬
‫ث‬ ُّ ‫َف ُه ْم ُشَر َكاءُ يِف‬
"... maka mereka berserikat pada sepertiga...."

"Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang

yang beriman dan mengerjakan amal saleh." (Q.S. Sad: 24).

"Dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah Saw. Sesungguhnya Allah Azza

Wa Jalla berfirman, "Aku piahk ketiga dari dua orang yang berserikat

selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya." (HR. Abu Daud).

Rukun dan Syarat Musyarakah

Bukan hanya jual beli saja yang memiliki rukun dan syarat namun

dalam musyarakah juga terdapat rukun dan syaratnya, diantaranya adalah:

1. Dua belah pihak yang berakad (bersyirkah) dengan syarat orang yang

melakukan syirkah garus cakap dalam mengelola hartanya.

2. Obyek akad yang mencakup modal dan pekerjaan. Syaratnya adalah

benda syirkah harus halal dan diperbolehkan oleh agama.

3. Akad (ijab qabul) dengan syarat ada aktifitas pengelolaan.

10
2. Macam-macam Musyarakah.

Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Syirkah a m la k (Syirkah kepemilikan) Syirkah amlak terwujud karena

wasiat atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu aset

oleh dua orang atau lebih.

b. Syirkah uqurd (Syirkah kontrak atau kesepakatan), Syirkah uqud ini

terjadi karena kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam

syirkah modal untuk usaha, keuntungan dan kerugian ditanggung

bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi empat macam :

1) Syirkah 'inan (harta).

Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang

permodalan sehingga terkumpul sejumlah modal yang memadai

untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan. Dengan kata lain

kedua belah pihak memberikan kontribusi kerja dan modal

2) Syirkah a'mal (serikat kerja/ syirkah 'abdan)

Syirkah a'mal adalah suatu bentuk kerjasama dua orang

atau lebih yang bergerak dalam bidang jasa atau pelayanan

pekerjaan dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan. Contoh:

PT, CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain

3) Syirkah Wujuh (Syirkah keahlian)

Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih

yang memiliki reputasi baik serta ahli dalam bisnis. Contoh:

seorang yang artis yang tampil di Iklan televisi, ia sangat ahli

11
dalam mempromosikan produk namun ia tidak memiliki modal,

sehingga mampu bekerja sama satu sama lain.

4) Syirkah Muwafadah

Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang

atau lebih, dengan syarat kesamaan modal, kerja, tanggung jawab,

beban hutang dan kesamaan laba yang didapat. Dengan kata lain

semua belah pihak ikut dalam keuntungan maupun kerugian usaha

yang dilaksanakan.

Pada bidang perbankan, penerapan musyarakah dapat berwujud

hal-hal berikut ini:

a. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk

pembiayaan di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana

untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah

mengembalikan dana tersebut bersama hasil yang telah disepakati.

b. Modal ventura. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan

melalui investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah

diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan

untukjangka tertentu dan setelah itu banka melakukan divestasi atau

menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

12
D. Mudharabah

1. Pengertian dan hukum Mudharabah

Mudharabah secara bahasa berasal dari kata "Dlaraba" yang

artinya berpergian atau berjalan. Sedangkan menurut istilah adalah bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh dua orang dimana pemilik modal

menyerahkan modalnya kepada pengelola dengan ketentuan bagi hasil

kedua belah pihak. Namun kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

Sebagi contoh Toni seorang kaya yang ingin membuka warung

soto ayam, namun melihat kondisinya ia tidak memiliki waktu yang luang

untuk mengurusi segala kebutuhan warung tersebut, akhirnya ia meminta

Doni untuk mengelola warung soto dengan asumsi bahwa yang

memberikan modal dan menanggung kerugianya dari Toni. Doni hanya

menjualkan dan mengelola karena ia pandai dalam membuat nasi soto.

Dengan demikian ini lah yang dimaksud dengan mudharabah, satu

bertindak sebagai modal dan yang satu bertindak sebagai pengelola atau

pengembang.

Hukum mudharabah dalam perdagangan Islam adalah Mubah

(boleh), dimana dalam hal ini dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat secara drastis karena semua saling tolong menolong dan bahu

membahu antar satu sama lain.

Firman Allah dalam Q. S. AI-Baqarah/2: 283.

13
‫الش َه َاد َة َو َمن يَ ْكتُ ْم َه ا فَِإنَّهُ ءَامِث ٌ َق ْلبُ هُ َواهللُ مِب َ ا َت ْع َملُ و َن‬
َّ ‫َوالَ تَ ْكتُ ُم وا‬
‫يم‬ ِ‫عل‬
ٌ َ
"....dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan

barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah

orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan".

2. Rukun dan Syarat Mudharabah

a. Rukun mudharabah

Rukun mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Pemilik modal dan orang yang menjalankan modal

2) Uang atau barang yang dijadikan modal

3) Jenis usaha atau pengeliolaan harta

4) Serah terima antara pemilik modal dan pengelola modal

b. Syarat mudharabah

1) Pemilik modal dan pengembang modal keduanya sama sama

baligh.

2) Modal harus diketahui secara jelas agar diketahui jumlahnya dan

dapat diidahkan antara modal dan keuntungan

3) Jenis usahanya dan tempatnya jelas, dan ini harus disepakati oleh

kedua belah pihak, baik pemeberi modal maupun pengelola modal.

4) Pembagain keuntungan kedua belah pihak harus sudah disepakati

bersama diawal, sehingga tidak ada kecemburuan satu sama lain.

14
5) Pengelola modal tidak diperbolehkan menyalah gunakan modal

untuk kepentingan pribadi.

6) Kedua belah pihak tidak mencampuradukan masalah pribadi

dengan kesepakatan pengelolaan bisnis yang berlaku.

3. Pembatalan Mudharabah

Dalam mudharabah bisa batal jika terdapat beberapa hal,

diantaranya:

a. Salah satu syarat mudharabah tidak terpenuhi

b. Pengelola modal meninggalkan tugas utamanya sebagai pengembang

modal.

c. Apabila ada salah satu dari pemilik modal atau pemberi modal

meninggal dunia.

4. Macam Mudharabah

Macam-macam Mudharabah dapat dibagi beberapa sebagai berkut:

a. Mudharabah Muthlaqah (mudharabah secara mutlak)

Mudharabah muthlak adalah bentuk kerja sama antara pemilik

modal dengan pengelola modal namun tidak dibatasi oleh spesifikasi

jenis, waktu, tempat atau daerah bisnis yang diinginkan. Kontrak

mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah biasa digunakan

untuk tabungan ataupun pembiayaan lain-lain. Sifat mudharabah ini

tidak terikat. Rukun transaksi mudharabah diantaranya dua pihak

transaktor atau pemilik modal dan pengelola, objek akad mudharabah

15
atau modal dan usaha dan juga ijab dan kabul atau biasa disebut

persetujuan perjanjian.

b. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah Musytarakah adalah salah satu bentuk akad

mudharabah dengan pengelola dana {mudharib) turut menyertakan

modal atau dananya dalam kerja sama investasi, hal tersebut

diperlukan karena mengandung unsur kemudahan dalam

pengelolaannya serta dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi

para pihak. Konsep ini muncul sebagai solusi jika sekiranya suatu saat

ketika proses kerjasama telah berjalan, dan pengelola memilik

kelebihan dana yang bisa dikontribusikan. Dalam mudharabah jenis ini

pengelola dana menyertakan modal dalam kerja sama yang dibangun

bersama pemilik dana.

c. Mudharabah Muqayyadah (mudharabah terikat)

Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara

pemilik modal dengan pengelola modal namun dibatasi oleh pemilik

modal baik dari spesifikasi jenis, waktu dan daerah bisnis.

E. Murabahah

1. Pengertian dan Hukum Murabahah

Murabahah adalah transaksi penjualan kedua belah pihak mengenai

barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang

16
disepakati. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai

maupun kredit. Perbedaan dengan hal penjualan yang lain yaitu bahwa

penjual memberitahu kepada pembeli harga barang pokok yang dijualnya

serta jumlah keuntungan yang diperoleh. Contoh: pembelian rumah secara

kredit.

2. Ketentuan Murabahah

a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki

atau hak kepemilikan telah berada di tangan penjual.

b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga pembeli)

dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli.

c. Ada informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun

persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat

sah murabahah.

d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada

pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang,

tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan.

WAWASAN

Tahukah anda bahwa banyak sekali penawaran jual beli rumah kredit?

Bolehkan membeli rumah dengan sistem kredit?

Perlu anda ketahui bahwa masalah diatas harus dianalisa terlebih dahulu

dengan masail fiqh. Jika seorang kredit rumah ia tergolong dalam magasid

Dharuriyah (primer), maka ini diperbolehkan karena kebutuhan pokok. Berbeda

17
dengan kredit mobil. Ia tergolong dalam maqasid Tahsiniyyat (pelengkap), maka

sebaiknya kredit mobil dihindari. Karena untuk menjaga kehati-hatian dalam

menanggulangi riba dalam bank. Setiap orang kredit rumah, mobil ataupun

segalanya akan berkaitan dengan bunga yang telah ditetapkan oleh bank. Dengan

demikian rumah boleh kredit, karena tergolong dalam kebutuhan primer.

Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Uraikanlah perbedaan antara mudlarabah dan murabahah!

2. Setelah mempelajari dari berbagai teori tentang jual beli, maka apakah

musyarakah menurut anda! Uraikan!

3. Ali ingin membeli sebuah rumah, namun ia tidak memiliki uang yang cukup

untuk membayar rumah secara langsung. Maka Ali membeli rumah dengan

sistem kredit atau cicilan. Bagaimana menurut anda!

4. Apa hikmah dari murabahah!

5. Jelaskan syarat dan batalnya mudlarabah!

18

Anda mungkin juga menyukai