TUGAS AKHIR
oleh
FAJAR IRAWAN
15107060
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya,
baik sebagian maupun seluruhnya, baik oleh saya maupun oleh orang lain, baik di ITB
maupun di instansi pendidikan lainnya.
Fajar Irawan
NIM. 151 07 060
Bandung, Maret 2012
Pembimbing
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Dr. Deni Suwardhi, ST., MT. Ir. Biemo W. Soemardi, MSE., Ph.D.
NIP. 19690920 199601 1 001 NIP. 19550327 198010 1 001
Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
ii
LEMBAR PENGHARGAAN
Bagian ini khusus ditujukan untuk menyatakan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala lindungan dan rahmat yang diberikan sehingga Tugas Akhir ini
dapat selesai dengan lancar.
2. Datio Laksono dan Tati Moeljati, SE selaku orang tua penulis yang selalu mendukung
setiap keputusan penulis dan memberikan dorongan luar biasa di setiap langkah yang
telah diambil.
3. Dr. Deni Suwardhi, ST., MT. sebagai pembimbing I yang telah memberikan waktu
dan saran yang berharga untuk membantu penyelesaian Tugas Akhir ini dan Ir. Biemo
W. Soemardi, MSE., Ph.D sebagai pembimbing II yang telah memberikan
pengetahuan yang sangat berguna dalam bidang konstruksi sipil.
4. Prof. Ir. Ketut Wikantika, M.Eng., Ph.D sebagai dosen wali penulis yang telah
memberikan saran dan perhatian yang sangat berarti selama proses studi penulis.
5. Dr. Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan
Geomatika ITB.
6. Dr. Ir. Wedyanto Kuntjoro, M.Sc selaku direktur Sarana dan Prasarana ITB yang telah
membantu menyediakan data pendukung Tugas Akhir ini.
7. Staf pengajar Teknik Geodesi dan Geomatika yang telah membagi pengetahuan dan
pengalaman luar biasa selama penulis berkuliah.
8. Staf Tata Usaha Teknik Geodesi dan Geomatika untuk segala dedikasi dalam
membantu kelancaran proses administrasi selama penulis berkuliah.
9. Rekan-rekan mahasiswa Geodesi dan Geomatika.
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ahmad Barnes, Johan Pramono, dan Ihsan Ramadhan sebagai teman, sahabat, dan
saudara di setiap diskusi dan partner bersaing mengejar wisuda April 2012.
2. Raditya “Itong” Wahyu, Sam Dipowiguno, Renda Bhakticaksa, Sam Ade Rahadian,
Sam Najih Matlubi, Imam Syafril Hamdani, Manggala “Menggo” Mahardhika, Andi
Nugroho, Fachri Adya, Ranu Wirantono, Fadli Hartono sebagai teman-teman di kala
susah maupun senang di rumah kontrakan Jalan Cisitu Indah II no. 17.
3. Arnadi Dhestaratri Murtiyoso sebagai teman sekaligus guru yang selalu sabar
menjelaskan tentang fotogrametri rentang dekat.
4. David Ramot, Anggiat “Madox” M.H.S, Cahaya “Jeco” Danurwendi, M. Syaifudin,
Aditya Nugroho, Dimas Satya Manggala, Hanna Fadhila, Mochtar Sulaiman, Tengku
Emri Fauzan untuk semua persaudaraan, harapan, mimpi, dan pengalaman luar biasa
di PT. Procon Protelindo.
5. Diandra Arinita, Siska Rusdi Nengsih, Syarif Hidayatullah, Ferdi Raditya, Ariza
Aryani, Citra Khairunnisa, Yustisi Ardhitasari, Isfariani, Sitarani untuk semangat
belajar dan bekerja selama di SISTECH.
6. Diaz Adi Prasetyo dan Surahman Putra yang telah membantu pengambilan data Tugas
Akhir.
7. Nanda Mufli S, Hendra Kurniawan, Arif Kurniawan, dan Wiznu Praditama sebagai
sahabat, saudara yang selalu memberikan semangat dan doa di setiap kesempatan saat
di Malang.
8. Ossy Maulita yang telah meluangkan waktunya untuk kemampuan luar biasa sebagai
editor dalam Tugas Akhir ini. Terima kasih.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
iv
KATA PENGANTAR
Pemodelan tiga dimensi saat ini telah berkembang dengan pesat dengan digunakannya
dalam berbagai aplikasi. Salah satu aplikasi metode ini adalah di bidang konstruksi sipil.
Sebagaimana diketahui bangunan sipil merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia.
Ketersediaan gambar as-built dari bangunan konstruksi merupakan hal yang sangat penting
dalam dunia konstruksi karena dapat digunakan sebagai manajemen ruangan, penentuan
rencana renovasi, dan penentuan jalur evakuasi saat terjadi bencana. Oleh karena itu
kebutuhan pembuatan gambar as-built terbaru semakin mendesak untuk dilakukan.
Untuk itu dalam Tugas Akhir ini bertujuan untuk mencoba menggunakan metode
fotogrametri rentang dekat dalam pembuatan gambar as-built untuk kepentingan jangka
panjang dari suatu bangunan konstruksi. Dengan kelebihan seperti kecepatan pengambilan
data, pengolahan data yang sederhana, hingga hasil dengan kualitas geometri yang baik,
Tugas Akhir ini bertujuan untuk melihat apakah metode fotogrametri rentang dekat dapat
digunakan sebagai metode baru dalam pembuatan gambar as-built.
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini tentu masih terdapat banyak kekurangan yang
dilakukan penulis baik dalam proses maupun hasil yang diperoleh. Namun dengan
kekurangan tersebut akan membuka ruang untuk penelitian lebih lanjut dan inovasi yang
baru. Walaupun tidak sempurna, penelitian ini akan menjadi suatu catatan penting dalam
pengembangan di masa depan.
Penulis
v
Kupersembahkan untuk Kedua Orang Tuaku
vi
ABSTRAK
Ketersediaan As-Built Drawing dari setiap bangunan gedung merupakan hal penting
dalam dunia konstruksi sipil. Berbagai pengambilan keputusan selalu dilakukan dengan
melihat As-Built Drawing terbaru. Bangunan gedung yang tidak memiliki As-Built Drawing
diperlukan pembuatan gambar terbaru untuk berbagai keperluan di masa mendatang. Studi
kasus yang dilakukan merupakan bangunan gedung Campus Centre Barat Institut Teknologi
Bandung. Metode fotogrametri rentang dekat dapat digunakan untuk membantu pembuatan
As-Built Drawing yang berkualitas, dan murah. Dalam Tugas Akhir ini dijelaskan mengenai
penggunaan fotogrametri rentang dekat untuk membantu pengerjaan pembuatan As-Built
Drawing. Metode ini diawali dengan pengambilan foto objek dari berbagai sudut untuk
merekonstruksi secara dijital bangunan gedung. Foto tersebut diolah dengan perangkat lunak
Photomodeler Scanner untuk menghasilkan model sparse point cloud. Hasil pemodelan
tersebut kemudian diproyeksikan secara orthogonal untuk dibuat As-Built Drawing. Dari
hasil penelitian menunjukkan metode fotogrametri rentang dekat dapat digunakan sebagai
metode baru pembuatan As-Built Drawing setelah membandingkan ketelitiannya dengan
pengukuran menggunakan pita ukur dan Electronic Total Station (ETS). Hasil yang diberikan
metode ini merupakan model yang akurat menggunakan alat dan pengolahan data yang
sederhana.
Kata kunci— Fotogrametri rentang dekat, As-Built Drawing, Campus Centre Barat ITB,
Photomodeler Scanner
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
LEMBAR PENGHARGAAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
ABSTRAK................................................................................................................................vi
ABSTRACT............................................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...................................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
1.5 Metodologi..................................................................................................................4
2.1.6 Target.................................................................................................................15
ix
2.2 Pemodelan 3 dimensi.................................................................................................17
2.5 Resume......................................................................................................................23
3.2 Peralatan....................................................................................................................26
3.6.1 Marking..............................................................................................................33
4.2 Kalibrasi....................................................................................................................39
x
4.4 Pembuatan As-Built Drawing Konstruksi.................................................................55
5.1 Kesimpulan................................................................................................................59
5.2 Saran..........................................................................................................................59
DAFTAR REFERENSI...........................................................................................................61
LAMPIRAN.............................................................................................................................63
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.4 Hasil pemodelan bangunan gedung Campus Center Barat ITB...........................41
Gambar 4.5 Hasil pemodelan tampak depan eksterior.............................................................42
Gambar 4.6 Hasil pemodelan tampak samping kanan eksterior..............................................42
Gambar 4.7 Hasil pemodelan interior......................................................................................42
Gambar 4.8 Hasil pemodelan interior......................................................................................43
Gambar 4.9 Hasil pemodelan basement...................................................................................43
Gambar 4.10 Hasil pemodelan basement.................................................................................43
Gambar 4.11 Situasi basement Campus Center ITB................................................................46
Gambar 4.12 Sketsa posisi titik di bangunan gedung CC Barat ITB.......................................48
Gambar 4.13 Persebaran jumlah titik berdasarkan sudut pengambilan foto............................49
Gambar 4.14 Perbandingan geometri sudut.............................................................................50
Gambar 4.15 Persebaran posisi pengambilan foto...................................................................51
Gambar 4.16 Kriteria pemodelan yang baik............................................................................52
Gambar 4.17 Penempatan titik ikat antar project.....................................................................53
Gambar 4.18 Denah penempatan titik ikat antar project.........................................................53
Gambar 4.19 Gambar As-Built tampak depan bangunan gedung CC barat ITB.....................55
Gambar 4.20 Gambar As-Built tampak atas bangunan gedung CC barat ITB.........................56
Gambar 4.21 Gambar As-Built interior bangunan gedung CC barat ITB................................56
Gambar 4.22 Sketsa posisi pengukuran jarak..........................................................................58
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Parameter orientasi dalam kamera yang ditentukan saat kalibrasi kamera..............10
Tabel 3.1 Spesifikasi kamera Nikon D5000............................................................................26
Tabel 4.1 Parameter kalibrasi kamera Canon EOS 450D........................................................37
Tabel 4.2 Hasil kalibrasi kamera Nikon D5000.......................................................................40
Tabel 4.3 Hasil transformasi koordinat Australis ke Photomodeler........................................40
Tabel 4.4 Perbandingan titik menggunakan parameter kalibrasi dan tanpa parameter kalibrasi
..................................................................................................................................................44
Tabel 4.5 Statistik hasil pemodelan bagian eksterior CC Barat ITB.......................................44
Tabel 4.6 Statistik hasil pemodelan interior gedung Campus Center Barat ITB.....................45
Tabel 4.7 Statistik hasil pemodelan basement gedung Campus Center Barat ITB..................45
Tabel 4.8 Koordinat titik untuk perhitungan ketelitian garis pada model................................46
Tabel 4.9 Ketelitian dari garis pada model..............................................................................47
Tabel 4.10 Perbandingan ukuran dan ketelitian fotogrametri rentang dekat, pita ukur, dan
ETS...........................................................................................................................................49
Tabel 4.11 Tingkat presisi dan akurasi tiap sumbu..................................................................51
Tabel 4.12 Koordinat titik ikat antar project di eksterior.........................................................52
Tabel 4.13 Hasil transformasi interior ke eksterior..................................................................53
Tabel 4.14 Statistik transformasi koordinat interior ke eksterior.............................................54
Tabel 4.15 Koordinat titik ikat antar project di eksterior.........................................................54
Tabel 4.16 Hasil transformasi basement ke eksterior..............................................................54
Tabel 4. 17 Statistik transformasi koordinat basement ke eksterior........................................54
Tabel 4.18 Selisih ukuran jarak Campus Center ITB..............................................................57
Tabel 4.19 Tabel prosentase kesalahan ukuran jarak...............................................................57
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
xv
Proses pembuatan As-Built Drawing yang dilakukan setelah pekerjaan konstruksi
selesai, bukanlah suatu pekerjaan mudah. Pihak kontraktor akan datang ke lokasi bangunan
dan melakukan pengukuran setiap sisi dan sudut yang ada dengan pita ukur atau Electronic
Total Station (ETS), kemudian digambar kembali bangunan tersebut melalui proses
penyekalaan (scaling). Proses ini akan memakan waktu yang lama untuk jenis bangunan
berskala besar atau bangunan dengan tingkat kerumitan yang tinggi dalam desainnya.
Sementara kebutuhan pembuatan suatu As-Built Drawing yang cepat dan teliti sangat penting
dalam dunia konstruksi karena berfungsi sebagai suatu dasar dalam penentuan keputusan
selanjutnya terkait dengan perubahan yang akan terjadi. Hal ini menuntut perkembangan
metode pembuatan As-Built Drawing yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Metode fotogrametri rentang dekat dapat menjadi salah satu solusi dalam pembuatan
As-Built Drawing. Penggunaan metode fotogrametri rentang dekat dalam pembuatan As-Built
Drawing memiliki beberapa kelebihan. Metode ini dapat dilakukan dengan pengukuran tanpa
harus bersentuhan secara langsung dengan objek terutama untuk objek dengan tingkat
kerumitan tinggi dan sulit diakses. Keuntungan utama dari metode ini adalah kecepatan
proses akuisisi data dan tingginya kualitas geometri yang dihasilkan. Selain itu biaya yang
harus dilakukan untuk melakukan metode ini juga tergolong kecil karena hanya
membutuhkan sebuah kamera.
Sebuah uji coba telah dilakukan untuk melihat keberhasilan metode fotogrametri
rentang dekat dalam memodelkan suatu bangunan gedung. Hasil dari model tersebut
kemudian diproyeksikan agar dapat dihasilkan As-Built Drawing. Uji coba dilakukan pada
gedung PAU yang terdapat di Institut Teknologi Bandung (ITB). Keadaan sebenarnya
gedung PAU dapat dilihat pada gambar 1.1. Sedangkan untuk hasil pemodelan dari gedung
PAU dapat dilihat pada gambar 1.2. Dengan melihat kualitas hasil pemodelan tersebut dapat
xvi
dilihat bahwa metode fotogrametri rentang dekat memiliki potensi untuk membantu
pembuatan As-Built Drawing.
Tugas akhir ini berisi tentang pembahasan mengenai penggunaan metode fotogrametri
rentang dekat dalam pembuatan suatu As-Built Drawing dari suatu bangunan konstruksi sipil.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh metode fotogrametri
rentang dekat dapat membantu pembuatan As-Built Drawing dari suatu bangunan gedung
untuk digunakan sebagai dokumentasi digital dari bangunan gedung.
Oleh karena masalah yang dibahas dapat menjadi sangat luas maka batasan dalam
mengerjakan tugas akhir ini meliputi :
1. Studi kasus penelitian adalah bangunan gedung Campus Centre Barat yang berlokasi
di Institut Teknologi Bandung.
xvii
2. Metode yang digunakan adalah fotogrametri rentang dekat dengan kamera non-metrik
tipe DSLR.
3. Rekonstruksi model 3 dimensi dari foto konstruksi di lapangan dilakukan dengan
metode sparse point.
4. As-Built Drawing dibuat hanya dari model 3 dimensi yang telah direkonstruksi
sebelumnya.
1.5 Metodologi
Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup 5 langkah
utama yaitu studi literatur, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan gambar As-Built,
analisis hasil, dan penarikan kesimpulan. Untuk penjelasan lebih lanjut dari metodologi
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur merupakan tahap-tahap awal sebelum penelitian dilakukan dengan
mencari referensi baik dari buku tentang konstruksi, buku tentang fotogrametri
rentang dekat, laporan penelitian yang pernah dilakukan, dan juga informasi dari
internet.
2. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kamera non-metrik tipe DSLR.
Data yang diambil adalah foto tampak luar dari suatu bangunan konstruksi di
lapangan.
3. Pengolahan data lapangan dilakukan dengan cara merekonstruksi model 3 dimensi
dari data citra As-Built bangunan konstruksi yang telah diambil sebelumnya,
kemudian dibuat gambar As-Built dari model 3 dimensi tersebut.
4. Analisis dilakukan dengan membahas hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data.
Pembahasan mencakup hasil pemodelan 3 dimensi, gambar As-Built, dan kekurangan
yang dihasilkan dari penelitian ini.
5. Penarikan analisis, kesimpulan, dan saran dilakukan dengan memperhatikan hasil
yang telah diperoleh dari semua proses penelitian agar dapat berguna untuk penelitian
selanjutnya.
Secara umum skema metodologi penelitian yang dilakukan penulis dalam penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
xviii
Gambar 1.3 Diagram alur penelitian
xix
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang hal-hal mendasar penulisan tugas akhir yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
xx
BAB 2
STUDI LITERATUR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan dalam
penelitian ini, sekaligus hasil studi dari beberapa sumber referensi yang digunakan. Beberapa
hal yang dibahas antara lain mengenai pemodelan 3 dimensi dengan metode fotogrametri
rentang dekat sekaligus pemanfaatannya di bidang konstruksi sipil.
O b jec t
C am era 1 … n
Im a g e 1 … n
Im a g e p ro ce ssin g / M a tc h in g
In te rse c tio n in sp a c e
3D - M odel
Gambar 2.4 Diagram alir pemodelan fotogrametri rentang dekat (Suwardhi, 2007)
Berdasarkan gambar 2.1, dilakukan pengambilan foto dari objek dan data
kalibrasi dengan beberapa posisi kamera. Setiap posisi kamera mengambil beberapa
xxi
foto untuk dilakukan pengolahan kalibrasi dan juga pengolahan pemodelan. Foto
dilakukan dengan mencari foto yang bertampalan kemudian bersama-sama dengan
parameter kalibrasi kamera dilakukan interseksi untuk membentuk model 3
dimensinya.
Dasar lain dari penggunaan metode ini adalah biayanya yang murah baik dalam
hal perangkat pengambilan data maupun program pengolahan datanya. Dengan hanya
bermodalkan kamera yang hampir dimiliki oleh setiap orang metode ini dapat
dilakukan untuk mendapat hasil pengukuran yang teliti. Untuk ketelitian yang
xxii
memadai usahakan menggunakan kamera dengan resolusi yang tinggi. Biaya yang
murah inilah yang menjadi salah satu alasan metode ini dipilih dalam kegiatan
pembuatan gambar As-Built bangunan gedung.
xxiii
Gambar 2.5 Lembar Kalibrasi Photomodeler
Tabel 2.1 Parameter orientasi dalam kamera yang ditentukan saat kalibrasi kamera
Simbol Deskripsi
xxiv
Distorsi lensa dapat menyebabkan bergesernya titik pada foto dari
posisi yang sebenarnya sehingga memberikan ketelitian pengukuran yang
tidak baik, namun tidak mempengaruhi kualitas ketajaman citra yang
dihasilkan. Distorsi lensa dapat dibagi menjadi distorsi radial dan distorsi
tangensial.
Distorsi radial adalah pergeseran linier titik foto dalam arah radial
terhadap titik utama dari posisi idealnya (Hanifa, 2007). Distorsi lensa biasa
diekspresikan sebagai fungsi polinomial dari jarak radial (r) terhadap titik
utama foto (Atkinson, 2000), sebagai berikut :
.................................................(2.1)
....................................................(2.2)
xxv
Gambar 2.6 Prinsip Kolinearitas (Wolf & Dewitt, 2000)
Pada setiap titik yang terdapat di foto memiliki 2 persamaan garis yang
mendefinisikan koordinatnya di suatu foto (XA, YA) yang didefinisikan sebagai
berikut :
−f [ r 11 ( X L−X A )+r 12 (Y L −Y A )+ r 13( Z L −Z A ) ]
x a= ............(2.3)
[r 31 ( X L−X A )+r 32 (Y L−Y A )+r 33 (Z L−Z A ) ]
Dimana :
XL, YL, ZL = Koordinat titik pusat eksposur pada sistem koordinat ruang
xxvi
2.1.3 Geometri Satu Kamera
Prinsip penggunaan geometri satu kamera adalah sebuah proyeksi
menggunakan sebuah pusat perspektif. Sebuah titik A dengan sistem koordinat
ruang dalam 3 dimensi diproyeksikan melewati pusat perspektif O menuju
bidang proyeksi dimana titik a merupakan hasil proyeksinya. Garis POp
merupakan sumbu perspektif yang tegak lurus dengan bidang proyeksi.
......................................................(2.6)
xxvii
..(2.7)
.........................(2.8)
xxviii
2.1.5 Perataan Berkas (Bundle Adjustment)
Penerapan prinsip kesegarisan (kolinearitas) dalam fotogrametri telah
digunakan di beberapa proses antara lain dalam triangulasi udara dan juga
restitusi foto. Dalam kaitannya dengan fotogrametri rentang dekat prinsip
kesegarisan ini diterapkan dalam proses perataan berkas (bundle adjustment)
yang digunakan untuk menentukan beberapa parameter dari kamera seperti
parameter orientasi luar kamera. Di dalam proses perataan berkas sendiri
terdapat 2 langkah yang diterapkan yaitu reseksi dan juga interseksi.
1. Reseksi merupakan langkah pertama dalam proses perataan berkas. Proses ini
menentukan parameter orientasi luar kamera yaitu X L, YL, ZL, ω,φ,κ. Keenam
parameter orientasi luar kamera ini menunjukkan posisi dan sikap
(attitude) dari kamera saat dilakukan pengambilan foto. Dalam persamaan
kesegarisan, parameter ω,φ,κ dituliskan dalam bentuk matriks rotasi (rmn).
Syarat dilakukannya proses reseksi ini adalah diketahuinya koordinat foto
xa, ya dan koordinat tanah XA, YA, ZA dari 3 titik kontrol (GCP) di tanah.
2. Interseksi merupakan langkah kedua setelah proses reseksi. Hasil yang
diperoleh dari proses ini adalah koordinat ruang dari suatu titik. Syarat
terjadinya proses ini adalah titik yang akan ditentukan koordinat ruangnya
harus berada di daerah pertampalan 2 foto, dan juga diketahui koordinat
fotonya.
Bundle adjustment merupakan proses hitung perataan yang dilakukan secara
simultan terhadap semua pengamatan dan parameter yang terlibat, dari data foto
hingga menghasilkan data koordinat tanah (Atkinson, 1996). Proses evaluasi
koordinat target dan parameter orientasi luar dari kamera menggunakan kamera
didasarkan pada persamaan kolinearitas. Pada saat parameter orientasi dalam yang
merepresentasi parameter kalibrasi kamera juga dilibatkan, proses ini dinamakan self-
calibrating bundle adjustment.
2.1.6 Target
Penentuan orientasi antara foto yang satu dengan foto yang lain
membutuhkan sebuah titik sekutu yang dapat dikenali di beberapa foto.
Dengan memperhatikan jumlah foto, jumlah titik sekutu ini juga dapat
berjumlah sangat banyak. Identifikasi titik sekutu dalam proses referencing
menjadi penting karena jika terjadi salah identifikasi maka proses perhitungan
xxix
dapat terhenti. Oleh karena itu, digunakan sebuah bahan retro-reflective
dengan pola yang telah dibuat sedemikian rupa yang diberi nama target.
Penggunaan bahan retro-reflective dipilih karena bahan ini dapat memantulkan
cahaya ke arah sumber cahaya. Penggunaan target dilakukan karena perangkat
lunak dapat mengenali target ini dengan baik saat diberi tambahan cahaya.
Warna target yang digunakan sedapat mungkin kontras dengan latar
belakangnya agar dapat dikenali dengan mudah. Terdapat 2 jenis target yang
umum digunakan saat pengambilan data, yaitu :
2. Target berkode
Dikatakan target berkode karena perangkat lunak Australis dan
Photomodeler Scanner dapat mengidentifikasikannya secara automatis.
Terdapat beberapa jenis target berkode berdasarkan jumlah bitnya. Target
berkode yang digunakan Australis dan Photomodeler pun berbeda. Pada
Photomodeler digunakan Coded target dengan bentuk lingkaran
konsentris seperti ditunjukkan pada gambar 2.7, sebagai berikut:
xxx
membutuhkan algoritma yang lebih rumit tetapi dapat memberikan jumlah
kode yang lebih banyak (Hattori et al., 2002).
Gambar 2.12 Pembacaan coded target sebaran titik (Moe et al., 2010)
xxxi
lama dibandingkan dengan dense point cloud karena harus melakukan marking di
setiap titik yang akan dimodelkan. Metode sparse point akan digunakan oleh penulis
dalam Tugas Akhir ini untuk pembuatan gambar As-Built dari suatu bangunan
gedung.
Gambar 2.13 Bentuk geometri pengambilan gambar secara konvergen (Murtiyoso, 2011)
Pemodelan dengan metode dense point cloud merupakan salah satu metode
yang paling cocok untuk memodelkan objek bertekstur. Dengan kemampuan
menghasilkan point cloud yang sangat kecil akan dihasilkan model dense yang sangat
akurat sesuai dengan keadaan sebenarnya. Metode ini termasuk metode semi-
automatis karena cukup dengan melakukan sedikit pengaturan proses pembentukan
model point cloud nya akan langsung dilakukan oleh perangkat lunak Photomodeler
Scanner. Proses pengambilan foto dengan metode ini dilakukan secara stereo dan
diusahakan memiliki daerah pertampalan yang besar sehingga proses image matching
akan dapat dijalankan dengan baik.
Gambar 2.14 Bentuk geometri pengambilan data secara stereo (Murtiyoso, 2011)
xxxii
2.3 Manajemen Konstruksi
Terkait pemahamannya, konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
teknologi konstruksi dan manajemen konstruksi. Kedua hal tersebut saling terkait satu
sama lain dan bersinergi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaan proyek.
Teknologi konstruksi mempelajari metoda atau teknik yang digunakan untuk
mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Sedangkan manajemen konstruksi
adalah suatu metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari pemilik
bangunan yang efektif. Metode ini membahas tentang perencanaan proyek, rancangan
dan konstruksi sebagai suatu tugas yang terpadu dalam sebuah tim konstruksi yang
terdiri dari pemilik, manajer konstruksi, arsitek dan sub-kontraktor lainnya. Tim
tersebut diharuskan bekerja selama proses konstruksi berlangsung dari awal hingga
akhir.
Tujuan manajemen konstruksi adalah untuk mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal
sesuai dengan persyaratan atau spesifikasi yang ditentukan. Untuk mencapai tujuan ini
perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan, dan waktu
pelaksanaan. Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya, dan waktu
dimana porsi manajemen material dan manajemen tenaga kerja akan lebih ditekankan.
Hal tersebut dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya
adalah manajemen pelaksanaan yang termasuk di dalamnya terdapat pengendalian
biaya dan waktu proyek.
Dalam kepentingan kelancaran proyek dibuatlah suatu manajemen konstruksi
yang memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan.
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan
mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan.
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai dengan menggunakan
opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengambilan keputusan
terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
xxxiii
Proyek konstruksi sipil mempunyai karakteristik yang berbeda jika
dibandingkan dengan industri lainnya, seperti contohnya manufaktur. Salah satu
cirinya adalah sifat unik dan tunggal yang menuntut rancangan dan program
pembangunan tersendiri.
xxxiv
tidak memiliki gambar As-Built setelah proyek selesai dikerjakan. Ketiadaan gambar
As-Built dari suatu bangunan menjadi suatu masalah yang cukup mengganggu saat
akan dilakukan suatu pekerjaan renovasi atau pengembangan lebih lanjut. Contohnya
adalah saat akan dilakukan renovasi seorang kontraktor harus melihat gambar As-Built
terbaru terlebih dahulu untuk dijadikan dasar dalam pekerjaan renovasi selanjutnya.
Jika gambar As-Built tidak tersedia maka harus dilakukan pembuatan gambar As-Built
terlebih dahulu agar proses renovasi lebih terarah. Metode yang umum digunakan saat
ini adalah dengan mendatangi objek konstruksi dan melakukan pengukuran secara
langsung dari setiap sudut bangunan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digambarkan kembali menjadi gambar As-Built. Proses ini termasuk merugikan dalam
hal manajemen karena memakan waktu dan biaya yang cukup besar untuk upah
pekerja yang melakukan pengukuran.
Masalah di atas dapat diatasi dengan metode fotogrametri rentang dekat karena
dengan metode ini dapat dihasilkan gambar As-Built tanpa perlu bersentuhan langsung
dengan objek secara langsung. Selain itu metode ini smemiliki kecepatan pengambilan
dan pengolahan data yang relatif cepat. Dalam hal biaya, metode fotogrametri rentang
dekat termasuk murah karena hanya bermodalkan kamera non-metrik untuk
peralatannya. Hal ini tentu saja menjadi salah satu terobosan dalam proses pembuatan
gambar As-Built karena dapat memotong biaya dan waktu secara signifikan.
Gambar As-Built
Schedule Proyek
Schedule Proyek
Dari gambar 2.12 dapat dilihat bahwa semua perencanaan proyek seperti As-
planned masih berupa gambar 2 dimensi yang telah diprint dan ditempelkan di tembok.
xxxv
Pengamatan gambar As-planned dan As-Built ini memakan waktu karena tidak dapat
dibayangkan secara utuh berbentuk 3 dimensi.
Alasan penggunaan metode fotogrametri rentang dekat dalam bidang
konstruksi tidak lepas dari beberapa masalah yang timbul saat dilakukan pengamatan
terhadap metode pembuatan gambar As-Built yang umum dilakukan saat ini. Beberapa
masalah yang ingin dipecahkan dengan penggunaan metode fotogrametri rentang dekat
adalah :
1. Pengukuran memakan waktu yang lama karena setiap hari seorang pengawas
proyek diharuskan mempelajari dan mengukur bangunan konstruksi, spesifikasi
proyek, dan mempelajari pekerjaan mana yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Dengan hanya mengirimkan seorang pekerja untuk melakukan pengukuran
bangunan konstruksi skala besar akan diperlukan waktu yang banyak karena
pekerja harus mendatangi setiap sudut konstruksi untuk pengecekan. Dengan
waktu yang banyak tersebut biaya untuk menggaji pekerja tersebut pun
membengkak.
2. Pekerjaan pengukuran dan pengamatan banyak mengakibatkan terjadinya human-
error dan semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan kualitas (Kiziltas and
Akinci 2005).
3. Data pengukuran dan pengamatan yang dikumpulkan dapat saja berkualitas rendah.
Kualitas data yang rendah dapat terjadi karena rendahnya kualitas pengamat yang
dikirim untuk pemantauan konstruksi. Karena kemampuan orang yang melakukan
pengamatan terbatas pada kemampuan indera yang dimiliki maka kemungkinan
hasil data yang diperoleh berkualitas rendah.
4. Data pengukuran dan pengamatan yang diperoleh bersifat subjektif. Hal ini terjadi
karena pengamatan yang dilakukan oleh orang yang berbeda dapat memberikan
hasil yang berbeda juga. Oleh karena itu, penggunaan pengamat yang sama
merupakan cara yang penting dalam hal ini.
5. Pembahasan laporan perkembangan dan pengukuran yang rumit. Pembahasan
laporan perkembangan proyek pada umumnya dilakukan dengan mengumpulkan
setiap bagian kerja dari proyek seperti arsitek, pimpinan proyek, pemberi
pekerjaan, dan pihak lainnya diharuskan bertemu semua dalam suatu tempat. Hal
ini tentu sangat memberatkan karena harus melakukan pengaturan jadwal yang
belum tentu bisa dilakukan secara mendadak sehingga menunda terjadinya
pengambilan keputusan.
xxxvi
Penggunaan metode fotogrametri rentang dekat dirasa cocok untuk mengatasi
permasalahan pada poin 1 dan 2 karena dengan metode ini dapat dilakukan pemodelan
dengan cepat dan berkualitas tinggi. Dalam hal subjektifitas, metode fotogrametri
rentang dekat dapat digunakan oleh siapa saja asalkan mengikuti prosedur standar yang
telah dibuat dalam memodelkan suatu konstruksi. Masalah pembahasan laporan pun
tidak kalah pentingnya untuk dipecahkan karena dengan tertundanya pembahasan
laporan perkembangan dapat menghambat keseluruhan proyek. Dengan adanya model
3 dimensi dari suatu bangunan konstruksi maka hasil pemodelan ini kemudian dapat
dikirimkan ke setiap divisi pekerjaan. Setiap divisi dapat melihat hasil perkembangan
pekerjaan konstruksi dengan cepat tanpa harus bertemu satu dengan yang lainnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan bahwa apapun metode yang digunakan jangan
mengorbankan efisiensi manajemen proyek hanya untuk proses pengambilan data yang
berlebihan (Golparvar-Fard, 2007).
2.5 Resume
Dari studi literatur yang dilakukan di bab ini dapat diketahui bahwa
penggambaran As-Built Drawing suatu bangunan konstruksi merupakan kebutuhan
mendasar dari setiap bangunan karena dapat digunakan untuk beberapa hal seperti
penentuan jalur evakuasi dalam gedung, desain awal rancangan renovasi, dan sebagai
dokumentasi dari suatu bangunan konstruksi. Dalam situasi yang kebanyakan gedung
tidak memiliki As-Built Drawing, metode fotogrametri rentang dekat diusahakan
mampu membantu dalam membuat As-Built Drawing terbaru dari bangunan gedung.
Kalibrasi kamera merupakan langkah awal yang sangat penting dilakukan saat
akan menggunakan metode fotogrametri rentang dekat untuk meningkatkan kualitas
hasil akhir yang diperoleh. Oleh karena itu, kalibrasi kamera dilakukan dengan
beberapa set data kalibrasi kemudian ditentukan suatu set yang menghasilkan data
kalibrasi kamera terbaik dengan prinsip perataan.
Dalam proses pengambilan data akan digunakan pengaturan terbaik sesuai
literatur yang telah disebutkan di atas baik dari pengaturan fokus kamera yang
digunakan dan sudut pengambilan gambar. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh
dapat diolah dengan baik dan tidak ada data yang terbuang karena kesalahan dalam
pengambilan data di lapangan.
xxxvii
Proses pengolahan data akan digunakan perangkat lunak Photomodeler Scanner
untuk membentuk suatu model 3 dimensi yang kemudian akan diproyeksikan secara
orthogonal dalam arah tertentu untuk digunakan sebagai As-Built Drawing.
Dengan membuat As-Built Drawing dari suatu bangunan konstruksi akan
membantu pihak kontraktor mengetahui kondisi akhir dari bangunan tersebut yang
kemudian akan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
xxxviii
BAB 3
TAHAPAN STUDI
Dalam bab ini akan dijelaskan langkah-langkah proses pengambilan data yang
dimulai dari pemilihan peralatan, proses kalibrasi, pengambilan data, dan pengolahan data.
Untuk membantu kelancaran proses pengambilan data, dilakukan uji coba awal pemodelan
suatu bangunan yang langkah pemodelannya diuraikan pada bab ini.
xxxix
Gambar 3.16 Situasi gedung CC Barat ITB
3.2 Peralatan
Peralatan utama yang digunakan dalam pengambilan data dari penelitian ini
adalah sebuah kamera non metrik. Kamera merupakan peralatan paling penting dalam
proses pengambilan data. Kamera yang digunakan untuk pengambilan data dari Tugas
Akhir ini adalah Nikon D5000 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Secara singkat spesifikasi kamera dapat dituliskan dalam tabel 3.1, sebagai
berikut :
xl
Shutter speed 1/3200 s
Image format Raw (*.NEF)
Gambar 3.17 Kamera Nikon D5000 yang digunakan saat pengambilan data
xli
................................(3.1)
S.K. Australis
S.K.
Photomodeler
Gambar 3.18 Perbedaan sistem koordinat Australis dan Photomodeler (Suwardhi, 2011)
Proses kalibrasi kamera dilakukan pada hari Selasa tanggal 22 November 2011
dengan menggunakan plat kalibrasi yang ditempel Coded target dengan bentuk
sebaran titik. Proses ini dilakukan di ruangan gelap karena target yang digunakan
menggunakan bahan retro-reflective. Bahan ini hanya memantulkan cahaya dari blitz.
Dengan penggunaan sistem tersebut diharapkan titik di luar plat tidak masuk ke dalam
proses kalibrasi.
Data kalibrasi diambil sejumlah delapan set dengan setiap setnya diambil 8
foto dari 4 arah. Di setiap arah tersebut kamera melakukan pengambilan dengan posisi
landscape dan portrait. Untuk situasi ruangan saat pengambilan foto kalibrasi
ditunjukkan pada gambar 3.4. Arah panah menunjukkan posisi pengambilan foto saat
kalibrasi.
xlii
Gambar 3.19 Situasi ruangan tempat pengambilan data kalibrasi
Uji coba awal dilakukan pada tanggal 3 November 2011 sekitar pukul 1 siang
dengan melakukan pengambilan data berupa foto gedung PAU yang berada di depan
perpustakaan pusat ITB. Kamera yang digunakan dalam proses uji coba awal ini adalah
Canon EOS 450D dengan panjang fokus 28mm. Panjang fokus yang tergolong pendek
digunakan agar diperoleh hasil wide angle sehingga cakupan gambar menjadi lebih
lebar. Foto yang diambil secarakeseluruhan menggunakan orientasi landscape.
Gedung ini dipilih untuk menjadi objek uji coba karena ukurannya yang
sebanding dengan bangunan yang akan diambil sebagai data utama penelitian ini.
Gedung PAU termasuk objek yang cukup sulit untuk dimodelkan secara lengkap karena
saat proses pengambilan data tidak dapat dilakukan pengambilan data satu gedung
secara penuh dalam satu foto. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan ruang
pengambilan. Kesulitan terjadi juga saat akan dilakukan pengambilan foto dari atas
gedung sehingga hanya dilakukan pengambilan foto dari bawah gedung. Hal ini
menyebabkan beberapa bagian gedung tidak dapat dimodelkan dengan sempurna
xliii
karena keterbatasan area dan sudut pengambilan. Dari gambar 3.5 dapat dilihat bahwa
pada bagian tempat berdirinya antena parabola tidak dapat dilakukan pemodelan karena
tidak mendapat gambar dari sisi atas gedung PAU.
Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Photomodeler
Scanner mulai dari proses kalibrasi, marking, hingga proses orientasinya. Saat proses
kalibrasi dilakukan pengambilan data kalibrasi sejumlah 8 foto dari lembar kalibrasi
photomodeler dan dilakukan pengolahan secara otomatis di dalam perangkat lunak
Photomodeler Scanner.
Gambar 3.20 Tampak depan gedung PAU yang digunakan sebagai uji coba
Gambar di atas menunjukkan salah satu sisi gedung PAU dengan pengambilan
dari depan gedung. Dalam proses pengambilan data gedung ini terdapat beberapa
kendala seperti jarak pengambilan yang pendek karena di depan gedung PAU terdapat
gedung perpustakaan pusat ITB sehingga tidak dapat dilakukan pengambilan foto dari
jarak lebih jauh. Masalah ini terjadi karena digunakannya lensa dengan fokus 28mm
yang mengakibatkan pengambilan foto satu gedung yang besar secara utuh dengan
jarak pendek tidak bisa dilakukan.
Uji coba ini dilakukan tanpa menggunakan coded target pada sekitar gedung
sehingga yang akan digunakan sebagai marking nantinya adalah objek natural dari
xliv
gedung itu sendiri. Hal ini memicu timbulnya kesalahan marking yang cukup besar saat
pengolahan data gedung PAU.
Dengan proses uji coba pada gedung yang hampir mirip keadaan dan
ukurannya dengan bangunan objek utama penelitian ini menyebabkan penulis dapat
memperkirakan strategi pengambilan data yang terbaik.
Pengambilan data dilakukan pada hari Selasa 22 November 2011 pada pukul 9
pagi di Campus Centre (CC) Barat Institut Teknologi Bandung dengan cuaca saat
pengambilan data cerah. Foto diambil dengan mengitari gedung CC Barat dan
pengambilan foto dilakukan secara konvergen. Setelah pengambilan satu foto, penulis
bergeser sejauh satu meter untuk pengambilan foto selanjutnya. Situasi gedung CC
Barat dapat digambarkan dalam denah di gambar 3.6, sebagai berikut:
Gambar 3.21 Denah situasi gedung CC Barat dan jalur pengambilan data
xlv
Gambar 3.22 Foto hasil pengambilan data
Untuk bagian eksterior gedung, bagian samping gedung lebih banyak diambil
fotonya karena rimbunnya pohon di sekitar gedung dan pengambilan foto harus lebih
rapat untuk mendapatkan titik sekutu lebih banyak dalam proses marking saat
pengolahan.
Bagian yang diambil data berikutnya adalah interior gedung Campus Center
Barat. Bagian interior yang dimodelkan hanya berupa satu ruangan di dalam untuk
mengetahui kualitas metode fotogrametri rentang dekat yang digunakan di dalam
ruangan. Pengambilan foto pada bagian interior dilakukan secara panoramik. Maksud
dari panoramik adalah pengambilan foto secara 360 derajat. Foto diambil cukup dari
satu posisi saat pengambilan foto. Foto yang diambil dalam ruangan tersebut berjumlah
44 buah.
Selanjutnya dilakukan pengambilan data bagian basement gedung CC Barat
ITB. Pengambilan data pada daerah basement dilakukan dengan memperhatikan
pertampalan dengan bagian atas gedung agar dapat dilakukan penggabungan dari
project yang berbeda. Total foto yang diambil dari bagian basement berjumlah 67 buah.
Untuk bagian yang terhalang oleh objek seperti pohon, pengambilan data
dilakukan dengan memperbanyak jumlah foto dibagian tersebut atau dengan melakukan
pengambilan foto dengan sudut kecil. Dikarenakan pengerjaan pemodelan dilakukan
dalam 3 project yang terpisah, maka selalu diusahakan mendapatkan minimal 4 titik
xlvi
ikat yang sama dari setiap project. Yang dimaksud titik ikat disini adalah suatu objek
yang memiliki posisi sama antar project.
3.6.1 Marking
xlvii
Gambar 3.23 Hasil marking pada Gedung CC Barat
Foto yang telah melalui proses marking secara manual kemudian dilakukan
proses perataan berkas dengan perangkat lunak Photomodeler Scanner. Titik-titik
hasil proses marking di ujung-ujung gedung, digunakan sebagai titik ikat dalam
proses perataan berkas. Minimal pada 2 foto dapat dilihat 6 titik, yang mana pada
perataan berkas sesuai dengan prinsip Von Gruber dalam teori fotogrametri. Akan
tetapi, karena keterbatasan perangkat lunak Photomodeler Scanner maka diharuskan
satu titik terlihat pada 3 foto agar dapat dilakukan proses orientasi. Semakin banyak
foto yang digunakan dalam proses orientasi relatif, maka akan menghasilkan geometri
model yang baik.
Gambar 3.24 Konfigurasi kamera saat pengambilan data dan hasil perataan berkas
xlviii
Setelah proses perataan berkas selesai dilakukan, posisi setiap kamera pada
saat pengambilan foto akan diketahui seperti pada gambar 3.9. Dengan diketahuinya
posisi relatif kamera kemudian dapat ditambahkan titik-titik detail sesuai dengan
bentuk gedung CC yang dimodelkan. Penambahan titik-titik detail pada foto juga
harus terlihat minimal pada 3 foto karena pengaruh keterbatasan perangkat lunak
Photomodeler Scanner. Kemudian dilakukan penarikan garis diantara titik-titik detail
untuk menghubungkan setiap titik yang sesuai dengan bentuk gedung CC Barat. Hasil
marking line dapat dilihat pada gambar 3.10.
Model yang dihasilkan hanya akan memberikan koordinat model, karena tidak
dilakukan pengambilan koordinat dari objek di gedung CC Barat. Jika akan dibuat
suatu Sistem Informasi Geografis maka diperlukan pengikatan terhadap koordinat
sebenarnya.
xlix
cukup dilakukan pada satu sisi saja karena untuk panjang sisi lain akan mengikuti
ukuran panjang dinding yang telah ada.
l
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang dilakukan dan
dimulai dari kalibrasi kamera, uji coba awal, hingga pada pengolahan data. Hasil yang
diperoleh kemudian dianalisis dari berbagai segi baik kelebihan, kekurangan, maupun
penyebabnya.
Uji coba dilakukan dengan melakukan pemodelan 3 dimensi dari gedung PAU
yang terletak di depan perpustakaan pusat ITB. Gedung ini memiliki tingkat
kerumitan yang tergolong tinggi karena banyak halangan di setiap sisi yang akan
dimodelkan. Berbagai lekukan dan sudut dari gedung ini membuat pemodelan 3
dimensi sulit dilakukan dengan teliti.
Dari hasil kalibrasi sejumlah tiga set dari perangkat lunak Photomodeler Scanner
diperoleh hasil nilai RMS sebesar 0,144 piksel. Data kalibrasi hanya diambil sejumlah
1 set dengan jumlah foto sejumlah 8 buah. Foto diambil dengan melakukan orientasi
portrait dan landscape. Parameter yang diperoleh dari hasil proses kalibrasi dan hasil
pemodelan bangunan menggunakan perangkat lunak Photomodeler Scanner pada saat
proses uji coba awal adalah seperti pada tabel 4.1, sebagai berikut :
Tabel 4.3 Parameter kalibrasi kamera Canon EOS 450D
Parameter Nilai
f (Focal Length) 28.363 mm
X0 (Principal Point X) 11.150 mm
Y0 (Principal Point Y) 8.056 mm
Fw (Format Width) 22.301 mm
Fh (Format Height) 14.833 mm
K1 (Radial Distortion 1) 1.28E-04
K2 (Radial Distortion 2) 0.00E+00
K3 (Radial Distortion 3) 0.00E+00
P1 (Decentering Distortion 1) 0.00E+00
P2 (Decentering Distortion 2) 0.00E+00
li
Gambar 4.25 Model sparse 3 dimensi gedung PAU
lii
4.1.2 Analisis Uji Coba
4.2 Kalibrasi
Rata-rata
Parameter Value Standart Error
24.39198 0.002125
f (mm)
0.011013 0.00225
x0 (mm)
0.040063 0.00175
y0 (mm)
0.000179 1.49E-06
K1
-4.3E-07 2.86E-08
K2
6.6E-10 1.79E-10
K3
-3.2E-06 1.26E-06
P1
-3.9E-06 1.21E-06
P2
Hasil kalibrasi yang diperoleh tidak dapat digunakan langsung pada perangkat
lunak Photomodeler Scanner karena perbedaan pusat koordinat citra yang digunakan
dengan perangkat lunak Australis 7. Pada Australis 7 sumbu koordinat terdapat di
ujung kiri atas sedangkan pada Photomodeler Scanner pusat sumbu koordinat terdapat
pada tengah citra. Agar hasil kalibrasi dapat digunakan maka perlu dilakukan
transformasi koordinat citra. Hasil transformasi koordinat dapat dilihat seperti tabel
4.3, sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil transformasi koordinat Australis ke Photomodeler
liv
4.2.2 Analisis Kalibrasi
Melalui proses kalibrasi dengan delapan set data diperoleh hasil delapan set
parameter kalibrasi. Delapan set parameter kalibrasi yang diperoleh kemudian
dilakukan uji t-student untuk melihat kestabilan dari parameter kalibrasi kamera. Dari
hasil uji statistik yang dilakukan hasil perbedaannya tidak terlalu signifikan, sehingga
dapat dikatakan hasil kalibrasi kamera cukup stabil untuk digunakan. Untuk hasil uji
statistik dapat dilihat pada lampiran D.
Gambar 4.28 Hasil pemodelan bangunan gedung Campus Center Barat ITB
lv
Gambar 4.29 Hasil pemodelan tampak depan eksterior
lvi
Gambar 4.32 Hasil pemodelan interior
lvii
4.3.2 Analisis Pemodelan
Proses kalibrasi merupakan salah satu hal utama yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Untuk menguji pentingnya parameter kalibrasi,
dalam perhitungan dilakukan percobaan dengan cara membandingkan kualitas antara
satu titik yang sama, yaitu dengan memasukkan parameter kalibrasi tanpa parameter
kalibrasi. Hasil statistik dapat dilihat pada tabel 4.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan kualitas hingga 4 kali lipat dari RMS residual pada saat
memasukkan parameter kalibrasi kamera dalam pengolahan.
Tabel 4.6 Perbandingan titik menggunakan parameter kalibrasi dan tanpa parameter kalibrasi
Tanpa kalibrasi
RMS
Largest residual Angle
residual
43.5333
0.374617045 0.458
8
Dengan kalibrasi
RMS
Largest residual Angle
residual
1.479 1.890 44.541
Pada hasil pemodelan bagian eksterior gedung CC Barat ITB diperoleh nilai
total error sebesar 0,561 dan rata-rata RMS residual sebesar 0,376 piksel (Tabel 4.5).
Nilai RMS residual tersebut dapat dikatakan memenuhi ketelitian minimal dengan
perhitungan setengah dari ukuran 1 piksel yaitu sebesar 0,5 piksel.
Pada hasil pemodelan dapat dilihat di setiap sisi dari bagian atas bangunan
gedung CC, dapat dimodelkan dengan baik. Setiap pilar dari gedung CC dapat
dimodelkan sesuai posisi dan ukuran. Kekurangan terjadi pada bagian model dinding
yang miring. Akibat dari dinding yang miring, menyebabkan jendela tampak hilang di
bagian tengah dinding gedung CC. Miringnya dinding tersebut disebabkan sudut
pengambilan yang kecil, karena terjadinya halangan berupa pohon di sekitar bangunan
gedung CC ITB. Selain itu model dari atap gedung tidak dapat dimodelkan dengan
lengkap karena tidak dapat dilakukan pengambilan foto dari sisi atas gedung sehingga
hasil pemodelan pada bagian atas tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
lviii
Bagian interior dari gedung CC Barat ITB diolah dengan proses yang sama
dengan project lain. Hasil pemodelan memiliki nilai total error sebesar 0,554 dengan
RMS sebesar 0,358 piksel. Hasil proses pemodelan seperti pada tabel 4.6, sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Statistik hasil pemodelan interior gedung Campus Center Barat ITB
Tabel 4.9 Statistik hasil pemodelan basement gedung Campus Center Barat ITB
lix
Gambar 4.35 Situasi basement Campus Center ITB
Ketiga hasil pemodelan menunjukkan bahwa nilai RMS masih lebih kecil dari
nilai 0,5 piksel yang merupakan ketelitian minimal yang harus dicapai untuk hasil
terbaik. Parameter yang belum tercapai adalah sudut pengambilan foto yang bernilai
sekitar 40 derajat, masih lebih kecil dari 60-90 derajat yang merupakan sudut terbaik
untuk pemodelan.
Untuk mengetahui tingkat ketelitian garis yang dihasilkan dari model,
dilakukan perhitungan dari 4 garis di model. Perhitungan menggunakan penurunan
persamaan garis untuk mendapatkan ketelitian tiap garis yang diperoleh. Koordinat
dari titik-titik yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.8.
Koordinat yang digunakan berupa koordinat ruang sekaligus tingkat presisi di tiap
sumbunya.
Tabel 4.10 Koordinat titik untuk perhitungan ketelitian garis pada model
Ketelitian Garis
Presisi Presisi Presisi
Titik X (meter) Y (meter) Z (meter)
(meter) (meter) (meter)
1280 29,135 0,006 -5,271 0,003 -11,035 0,008
1430 38,277 0,009 -8,721 0,004 -22,741 0,006
528 5,420 0,015 0,335 0,012 4,278 0,044
1226 0,000 0,007 0,000 0,005 0,000 0,008
526 12,972 0,019 0,826 0,009 10,107 0,030
527 7,571 0,034 0,481 0,019 5,933 0,071
3720 0,624 0,007 -0,103 0,004 -0,197 0,009
1317 13,371 0,008 -4,816 0,003 -16,245 0,008
lx
Perhitungan dimulai dengan mencari panjang tiap sisi dengan persamaan 4.1.
Setelah perhitungan akan diperoleh panjang tiap sisi yang akan dicari
ketelitiannya.
√ 2 2
d ij = ( x j −xi ) + ( y j− y z ) + ( z j −zi )
2
..............................................(4.1)
∂ dij ∂d ∂d ∂d ∂d ∂d
∂ d ij 2= δ xi2 + ij δ y i2+ ij δ z i2 + ij δ x j2+ ij δ y j2 + ij δ z j2.............(4.2)
∂ xi ∂ yi ∂ zi ∂xj ∂yj ∂zj
Ketelitian
Garis
(meter)
1280-1430 0,00003
528-1226 0,0001
526-527 -0,0006
3720-1317 0,000005
lxi
dibandingkan dengan pita ukur dan ETS, karena kedua alat tersebut lazim digunakan
dalam pembuatan gambar As-Built.
Tabel 4.12 Perbandingan ukuran dan ketelitian fotogrametri rentang dekat, pita ukur, dan ETS
Sudut pengambilan foto yang kecil juga mempengaruhi hasil pemodelan dari
gedung CC. Besar sudut rata-rata dari tiap titik yang dimodelkan adalah 40,537
derajat, dimana hasil tersebut dapat dikatakan kurang baik karena menurut
Photomodeler (2011), sudut pengambilan harus diusahakan sebesar 60-90 derajat.
Sejumlah 516 titik pada model diambil dari sudut 10-20 derajat atau sekitar 21% dari
total titik yang dimodelkan yaitu sejumlah 2383 titik (Gambar 4.13).
600
500
400
300
200
100
0
jat jat jat jat jat jat jat jat jat
era era era era era era era era era
d d d d d d d d d
10 -2
0
-3
0
-4
0
-5
0
-6
0
-7
0
-8
0
-9
0
0- 10 20 30 40 50 60 70 80
Untuk mengetahui sudut mana yang paling bagus dalam pemodelan, dapat
dilihat secara sederhana dalam gambar 4.14. Pada gambar A dapat dilihat penentuan
titik potong antara 2 garis dapat ditentukan dengan baik. Sedangkan pada titik B,
terjadi ambiguitas dalam penentuan titik potongnya. Hal tersebut menunjukkan
semakin besar sudut yang dibentuk dari 2 garis maka kualitasnya semakin baik, atau
dapat disimpulkan 2 garis yang membentuk sudut mendekat 90 derajat menghasilkan
ketelitian penentuan posisi titik potong terbaik.
lxii
Gambar 4.38 Perbandingan geometri sudut
lxiii
Gambar 4.39 Persebaran posisi pengambilan foto
Terkait hasil akurasi relatif dan presisi dapat dilihat pada tabel 4.11. Hasil
menunjukkan bahwa tingkat akurasi pada sumbu-X lebih buruk dibandingkan sumbu-
Y dan sumbu-Z. Hal ini kemungkinan karena ketidaktelitian penandaan objek pada
foto yang blur. Banyaknya cahaya, kekontrasan gambar, dan shutter speed cukup
berpengaruh pada kualitas foto. Tingkat akurasi diperoleh dengan membandingkan
RMS presisi dengan jarak terjauh dari model. Dari hasil tersebut dapat dikatakan pada
sumbu X untuk setiap 6380 m terjadi kesalahan sebesar 1 m.
Akurasi
Presisi (meter) Akurasi
sumbu
X 0,009 1: 6380
Y 0,004 1 : 14355
Z 0,008 1 : 7177
lxiv
Calibration between Orientation
Resolution Redundancy
Method Photos Quality
Lowest Most less Few points per
Video Points mostly on No targets, all
Accuracy 1 No calibration than 15 photo, low
640x480 only 2 photos user marked
part in 100 degrees coverage
Most Some
Average 15+ points/photo,
5-6 Camera between 20 All points on 3+ naturally
Accuracy 1 25 to 60%
MegaPiksel Calibration and 90 photos targets for key
part in 5000 coverage
degrees points
Most
Highest 35+ points/photo,
11 Mega Field between 60 Most points on 8 Retro
Accuracy 1 50 to 60%
piksel Calibration and 90 or more photos reflective
part in 30000 coverage
degrees
Gambar 4.40 Kriteria pemodelan yang baik
Keempat titik ikat di project eksterior pada tabel 4.12 dipilih untuk membentuk
geometri yang kuat. Penempatan titik ikat dilakukan secara merata dan menyebar
supaya setiap project terikat dengan kuat dan memiliki ketelitian yang baik. Dalam
visualisasinya titik ikat dapat dilihat merupakan bulatan hitam pada gambar 4.16 dan
4.17, sebagai berikut :
lxv
Gambar 4.41 Penempatan titik ikat antar project
Titik-titik ikat project interior yang posisinya sama dengan titik di project
eksterior kemudian ditransformasikan dengan project eksterior sebagai referensinya.
Hasil transformasi titik ikat dapat dilihat pada tabel 4.13. Dari hasil transformasi dapat
dilihat perbedaan yang dihasilkan cukup kecil, dan perbedaan paling besar terjadi di
sumbu Z pada titik 5243 yaitu sebesar -0,045 m.
Tabel 4.15 Hasil transformasi interior ke eksterior
X Y dY
Z (meter) dX (meter) dZ (meter)
(meter) (meter) (meter)
523
10,116 2,021 3,065 0,001 -0,012 0,012
5
525
13,158 0,899 -0,803 0,004 0,018 0,004
0
524
19,967 0,461 -0,362 0,009 -0,001 -0,045
3
lxvi
524
25,366 -1,528 -7,237 0,003 -0,001 0,004
5
Hasil statistik transformasi koordinat antar tititik ikat pada tabel 4.14
menunjukkan pada sumbu Z memiliki RMS paling besar dibandingkan yang lain. Hal
ini disebabkan jarak X dan Y lebih pendek ke pusat koordinat dibandingkan jarak Z.
Pada penggabungan project eksterior dan basement dilakukan proses yang sama
dengan penggabungan sebelumnya. Titik ikat di eksterior yang digunakan sebagai
tujuan transformasi dapat dilihat pada tabel 4.15, sebagai berikut :
Titik X Y dY
Z (meter) dX (meter) dZ (meter)
(meter) (meter) (meter)
525
40,208 -8,484 -21,449 0,016 0,003 0,032
4
526
21,909 -2,139 1,826 0,004 0,002 0,011
7
526
22,075 -2,202 1,605 0,002 -0,003 -0,006
9
515
37,749 -7,065 -22,093 0,017 0,004 0,005
8
516
36,980 -6,796 -21,189 0,003 -0,006 -0,041
4
lxvii
Tabel 4. 19 Statistik transformasi koordinat basement ke eksterior
RMS X
RMS Y (meter) RMS Z (meter)
(meter)
0,011 0,004 0,023
Dari hasil statistik pemodelan menunjukkan bahwa akurasi setiap sumbu
menunjukkan nilai cukup baik karena lebih kecil dari 1 m.
lxviii
Gambar 4.43 Gambar As-Built tampak depan bangunan gedung CC barat ITB
Gambar 4.44 Gambar As-Built tampak atas bangunan gedung CC barat ITB
lxix
Gambar 4.45 Gambar As-Built interior bangunan gedung CC barat ITB
Analisis dilakukan berdasarkan hasil ukuran jarak dari panjang sisi bangunan
pada model dibandingkan dengan ukuran panjang As-Built Drawing yang telah
tersedia dan juga ukuran jarak menggunakan alat ETS.
lxx
Perbandingan kedua dilakukan dengan ukuran yang diperoleh menggunakan alat
ETS. Dari hasil menunjukkan perbedaan adalah-0,031 m hingga 0,156 m dengan rata-
rata perbedaan sebesar -0,012 meter.
lxxi
Perhitungan selisih jarak dilakukan terhadap 9 ukuran jarak. Posisi yang diukur
jaraknya dapat dilihat pada gambar 4.19. Perbedaan yang timbul dari ketiga ukuran
kemungkinan disebabkan beberapa hal seperti kesalahan penempatan titik awal
ukuran di ujung bangunan, kesalahan yang disebabkan operator atau alat, dan
kesalahan penyekalaan model.
lxxii
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Kalibrasi kamera merupakan hal yang paling utama untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Lebih baik jika melakukan pengambilan data kalibrasi kamera dengan jumlah
banyak untuk mendapatkan ukuran lebih agar dapat dibandingkan kualitas antar data
kalibrasi.
lxxiii
2. Untuk mendapatkan model bagian atas gedung lebih baik jika dibantu dengan foto
udara yang dapat diambil dengan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) agar mendapatkan
hasil yang akurat dari tiap sisinya.
3. Selalu diusahakan pengambilan gambar dengan sudut sekitar 60-90 derajat untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan juga menggunakan peralatan tripod untuk
menghindari gambar buram karena gerakan yang tidak disengaja saat pengambilan
gambar.
lxxiv
DAFTAR REFERENSI
Atkinson, K. (1980). Close Range Photogrammetry and Machine Vision. London: Whittles
Publishing.
lxxv
Atkinson. 2000. Theory of Close Range Photogrammetry, Ch.2 Coordinate Transformations.
http://www.lems.brown.edu/vision/people/leymarie/Refs/Photogrammetry/
General.html
Balageas, D., Fritzen, C. P. and Gueemes, A., 2006. Structural health monitoring. Wiley-
ISTE, pp. 286.
Fraser, C.S., 1997. Digital camera self-calibration. ISPRS Journal of Photogrammetry &
Remote Sensing 52, pp. 149–159, 1997.
Habib, A. and Morgan, M., 2005. Stability analysis and geometric calibration of off-the-
shelf digital cameras. Photogrammetric Engineering & Remote Sensing,
71( 9): 733-741.
Hattori, S., Akimoto, K., Fraser, C., & Imoto, H. (2002). Automated Procedured with Coded
Targets in Industrial Vision Metrology. Photogrammetric Engineering &
Remote Sensing Vol. 68 No. 5, pp. 441-446
Kiziltas S. and Akinci B. (2005). “The need for prompt schedule update by utilizing reality
capture technologies: A case study”, Proc., Construction Research Congress,
San Diego, CA..
Kymell W. (2008). Building information modeling: planning and managing construction
projects with 4D CAD and simulations. McGraw-Hill.
lxxvi
Leitch, Kenneth. 2002. Close Range Photogrammetric Measurement of Bridge Deformation.
Luhmann, T., Robson, S., Kyle, S. and Harley, I., 2007. Close range photogrammetry:
Principles, techniques and applications. John Wiley & Sons, pp. 57.
Mendonca, P. and Cipolla, R., 1999. A simple technique for self-calibration. In: Proc. IEEE
Conf. on Computer Vision and Pattern Recognition, 1(CVPR99): 500-505.
Moe, D., Sampath, Christopherson, J., & Benson, M. (2010). Self Calibration of Small and
Medium Format Digital Cameras. ISPRS TV VII Symposium - 100 Years
ISPRS (pp.395-400). Vienna, Austria: IAPRS, Vol. XXXVIII, Part 7B.
Wang, C.-H., Mills, J., Gosling, P., Bridgens, B., & Grisdale, R. (2010). Monitoring the
Testing, Construction and As-Built Condition of Membrane Structures by
Close Range Photogrammetry. Newcastle.
lxxvii
LAMPIRAN
lxxviii
Minimum Z: 0.000182 m
lxxix
Kappa Deviation: Phi: 0.088
Value: -121.325764 deg deg
Deviation: Kappa: 0.357 Correlations over
deg 95.0%: X:95.4%
Correlations over Kappa
95.0%: Omega:-99.8% Value: -178.374831 deg
Xc Deviation: Kappa: 0.134
Value: 82.941161 deg
Deviation: X: 0.114 Correlations over
Yc 95.0%: Omega:-97.6%
Value: 10.714789 Xc
Deviation: Y: 0.197 Value: 35.686680
Zc Deviation: X: 0.214
Value: -85.925519 Correlations over
Deviation: Z: 0.195 95.0%: Phi:95.4%
Photo 7: IMG_6665.JPG Yc
Omega Value: 56.233169
Value: 67.147829 deg Deviation: Y: 0.158
Deviation: Omega: 0.309 Correlations over
deg 95.0%: Omega:98.9%
Correlations over Zc
95.0%: Z:-98.8% Value: -184.191337
Phi Deviation: Z: 0.113
Value: 7.238890 deg Photo 11: IMG_6656.JPG
Deviation: Phi: 0.211 Omega
deg Value: 142.813089 deg
Correlations over Deviation: Omega: 0.473
95.0%: X:99.0% deg
Kappa Correlations over
Value: 4.034571 deg 95.0%: Kappa:-99.8%
Deviation: Kappa: 0.140 Phi
deg Value: 75.106626 deg
Xc Deviation: Phi: 0.122
Value: -24.560206 deg
Deviation: X: 0.419 Kappa
Correlations over Value: -117.214529 deg
95.0%: Phi:99.0% Deviation: Kappa: 0.456
Yc deg
Value: -92.019023 Correlations over
Deviation: Y: 0.265 95.0%: Omega:-99.8%
Zc Xc
Value: 40.740253 Value: 84.760544
Deviation: Z: 0.567 Deviation: X: 0.126
Correlations over Yc
95.0%: Omega:-98.8% Value: 10.516874
Photo 8: IMG_6668.JPG Deviation: Y: 0.226
Omega Zc
Value: 70.542885 deg Value: -86.740524
Deviation: Omega: 0.155 Deviation: Z: 0.218
deg Photo 12: IMG_6653.JPG
Phi Omega
Value: -12.658626 deg Value: 87.289376 deg
Deviation: Phi: 0.179 Deviation: Omega: 0.406
deg deg
Kappa Correlations over
Value: 18.603482 deg 95.0%: Kappa:-99.6%, Z:-99.3%
Deviation: Kappa: 0.104 Phi
deg Value: 73.363440 deg
Xc Deviation: Phi: 0.118
Value: -66.589471 deg
Deviation: X: 0.459 Correlations over
Yc 95.0%: Y:99.4%
Value: -102.431758 Kappa
Deviation: Y: 0.296 Value: -59.444948 deg
Zc Deviation: Kappa: 0.413
Value: 41.952011 deg
Deviation: Z: 0.327 Correlations over
Photo 10: IMG_6659.JPG 95.0%: Omega:-99.6%, Z:98.3%
Omega Xc
Value: 188.312280 deg Value: 83.149379
Deviation: Omega: 0.107 Deviation: X: 0.125
deg Yc
Correlations over Value: 11.227724
95.0%: Kappa:-97.6%, Y:98.9% Deviation: Y: 0.208
Phi Correlations over
Value: 36.307962 deg 95.0%: Phi:99.4%
Zc
lxxx
Value: -87.464804 Yc
Deviation: Z: 0.226 Value: -49.183645
Correlations over Deviation: Y: 0.203
95.0%: Omega:-99.3%, Kappa:98.3% Zc
Photo 13: IMG_6643.JPG Value: 24.219487
Omega Deviation: Z: 0.279
Value: 49.046882 deg
Deviation: Omega: 0.197 Quality
deg Photographs
Correlations over Total Number: 11
95.0%: Kappa:-98.2% Bad Photos: 0
Phi Weak Photos: 0
Value: 65.198506 deg OK Photos: 11
Deviation: Phi: 0.102 Number Oriented: 11
deg Number with inverse camera flags
Kappa set: 0
Value: -16.776987 deg Cameras
Deviation: Kappa: 0.191 Camera1: Canon EOS 450D [28.00]
deg Calibration: yes
Correlations over Number of photos using
95.0%: Omega:-98.2% camera: 11
Xc Average Photo Point Coverage:
Value: 124.000915 NOT SET
Deviation: X: 0.206 Point Marking Residuals
Yc Overall RMS: 4.000 piksels
Value: -38.469553 Maximum: 65.172 piksels
Deviation: Y: 0.189 Point 495 on Photo 14
Zc Minimum: 0.026 piksels
Value: 15.531325 Point 474 on Photo 10
Deviation: Z: 0.289 Maximum RMS: 37.654 piksels
Photo 14: IMG_6663.JPG Point 495
Omega Minimum RMS: 0.025 piksels
Value: 57.736604 deg Point 474
Deviation: Omega: 0.191 Point Tightness
deg Maximum: 0.19
Correlations over Point 25
95.0%: Kappa:-97.0% Minimum: 0.0011
Phi Point 474
Value: 59.609604 deg Point Precisions
Deviation: Phi: 0.111 Overall RMS Vector Length: 0.106
deg Maximum Vector Length: 0.264
Kappa Point 488
Value: -20.684874 deg Minimum Vector Length: 0.0576
Deviation: Kappa: 0.176 Point 156
deg Maximum X: 0.229
Correlations over Maximum Y: 0.0983
95.0%: Omega:-97.0% Maximum Z: 0.118
Xc Minimum X: 0.0427
Value: 103.368621 Minimum Y: 0.0199
Deviation: X: 0.228 Minimum Z: 0.0267
lxxxi
Lampiran C Hasil kualitas titik pada uji coba awal
Photo
RMS Largest
ID Largest Photos (used) X Precision Y Precision Z Precision Tightness Angle
Residual Residual
Residual
lxxxii
15 2.05243098 3.05722458 0.05433612 0.03058949 0.04626176 66.70042172062
12 6,10,11,12 0.0412339
8 8 8 5 6 4 4 degs
lxxxiii
7 8 1 2 6 1 6 degs
lxxxiv
33 1.56885921 2.01620721 0.08681146 0.05817876 0.05273639 0.0505622 54.50964927094
5 1,5,6
5 6 2 5 3 4 6 0 degs
lxxxv
28 1.19626095 1.45085211 0.07144124 0.04957743 0.0405325 80.27272047828
5 1,5,10,11 0.04529445
5 4 9 4 1 6 8 degs
lxxxvi
41 0.86335158 0.88866094 0.07659134 0.04664033 0.05385939 0.0380177 57.04589489686
10 10,12
2 3 7 9 5 9 4 0 degs
lxxxvii
8 2 9 5 9 2 3 5 degs
lxxxviii
Lampiran D Hasil kalibrasi kamera Nikon D5000 dan uji statistik
Set 1 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.387 0.026 0.038 1.76E-04 -4.19E-07 6.71E-10 -5.70E-06 -3.58E-06
Standart Error 0.001 0.001 0.001 6.55E-07 9.51E-09 4.25E-11 5.28E-07 6.27E-07
Set 2 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.391 0.024 0.037 1.78E-04 -4.28E-07 6.71E-10 -4.38E-06 -3.56E-06
Standart Error 0.001 0.001 0.001 6.33E-07 1.04E-08 5.10E-11 5.88E-07 6.76E-07
Set 3 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.394 0.021 0.035 1.75E-04 -3.83E-07 3.92E-10 -3.02E-06 -2.12E-06
Standart Error 0.001 0.001 0.001 6.22E-07 1.01E-08 4.81E-11 6.62E-07 7.45E-07
Set 4 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.3931 0.0095 0.0377 1.81E-04 -4.24E-07 5.74E-10 -5.39E-06 -2.66E-06
Standart Error 0.002 0.003 0.002 1.30E-06 1.83E-08 8.74E-11 1.72E-06 1.38E-06
Set 5 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.3976 -0.0003 0.0426 1.78E-04 -4.19E-07 4.78E-10 8.99E-07 -4.58E-06
Standart Error 0.003 0.003 0.002 1.66E-06 3.17E-08 1.89E-10 1.70E-06 1.49E-06
Set 6 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.4014 0.0056 0.0473 1.79E-04 -4.06E-07 4.79E-10 -2.74E-06 -5.05E-06
Standart Error 0.003 0.003 0.003 1.14E-06 1.86E-08 9.41E-11 1.71E-06 1.50E-06
Set 7 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.3861 0.0014 0.0431 1.84E-04 -5.74E-07 1.76E-09 -2.96E-06 -6.19E-06
Standart Error 0.003 0.003 0.002 2.90E-06 6.55E-08 4.66E-10 1.62E-06 1.61E-06
Set 8 F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.3856 0.0009 0.0398 1.80E-04 -4.02E-07 2.57E-10 -1.95E-06 -3.53E-06
Standart Error 0.003 0.003 0.002 2.99E-06 6.46E-08 4.53E-10 1.58E-06 1.63E-06
lxxxix
F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.387 0.026 0.038 1.76E-04 -4.19E-07 6.71E-10 -5.70E-06 -3.58E-06
Standart
0.001 0.001 0.001 6.55E-07 9.51E-09 4.25E-11 5.28E-07 6.27E-07
Error
Value 24.394 0.021 0.035 1.75E-04 -3.83E-07 3.92E-10 -3.02E-06 -2.12E-06
Standart
0.001 0.001 0.001 6.22E-07 1.01E-08 4.81E-11 6.62E-07 7.45E-07
Error
Critical
1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Value
- - - -
Statistic 4.94974746 3.53553390 2.12132034 2.58292547 4.33922590 3.16967295 1.49825981
8 6 4 0.66453436 3 1 2 5
gagal gagal
Kesimpulan
ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xc
2.05718253 1.35785963 0.00012073 3.69832138
3.35201432 6 9 9 7 3 8 1
ditolak ditolak ditolak gagal gagal gagal ditolak gagal
Kesimpulan
ditolak ditolak ditolak ditolak
xci
Error
Value 24.3931 0.0095 0.0377 1.81E-04 -4.24E-07 5.74E-10 -5.39E-06 -2.66E-06
Standart
0.002 0.003 0.002 1.30E-06 1.83E-08 8.74E-11 1.72E-06 1.38E-06
Error
Critical
1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Value
- - - - -
Statistic 0.93914855 4.58530260 0.31304951 2.28630288 0.18475054 0.55859644 0.58463920
1 7 7 1 4 0.95454571 9 8
gagal gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan
ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xcii
Uji Statistik Set 2 dan Set 8
F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.391 0.024 0.037 1.78E-04 -4.28E-07 6.71E-10 -4.38E-06 -3.56E-06
Standart
0.001 0.001 0.001 6.33E-07 1.04E-08 5.10E-11 5.88E-07 6.76E-07
Error
Value 24.3856 0.0009 0.0398 1.80E-04 -4.02E-07 2.57E-10 -1.95E-06 -3.53E-06
Standart
0.003 0.003 0.002 2.99E-06 6.46E-08 4.53E-10 1.58E-06 1.63E-06
Error
Critical
1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Value
- - - -
Statistic 1.70762993 7.30486139 1.25219806 0.66405554 1.43919919 0.01719263
6 5 7 3 -0.397999 0.90939232 5 8
gagal gagal gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan
ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xciii
Critical
1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Value
- - -
Statistic 3.28876876 5.81859089 - 1.00481451 - 1.79285417 0.90602629 0.90405886
7 5 3.25714599 3 1.03419059 9 3 7
gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan
ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xciv
Value 24.3931 0.0095 0.0377 1.81E-04 -4.24E-07 5.74E-10 -5.39E-06 -2.66E-06
Standart
0.002 0.003 0.002 1.30E-06 1.83E-08 8.74E-11 1.72E-06 1.38E-06
Error
Value 24.4014 0.0056 0.0473 1.79E-04 -4.06E-07 4.79E-10 -2.74E-06 -5.05E-06
Standart
0.003 0.003 0.003 1.14E-06 1.86E-08 9.41E-11 1.71E-06 1.50E-06
Error
Critical
Value 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
- - - -
2.30200581 0.91923881 2.66256094 1.15222582 0.69665728 1.09458971
Statistic 4 6 2 6 5 0.7419837 2 1.17000294
gagal gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xcv
Uji Statistik Set 5 dan Set 7
F Xp Yp K1 K2 K3 P1 P2
Value 24.3976 -0.0003 0.0426 1.78E-04 -4.19E-07 4.78E-10 8.99E-07 -4.58E-06
Standart
0.003 0.003 0.002 1.66E-06 3.17E-08 1.89E-10 1.70E-06 1.49E-06
Error
Value 24.3861 0.0014 0.0431 1.84E-04 -5.74E-07 1.76E-09 -2.96E-06 -6.19E-06
Standart
0.003 0.003 0.002 2.90E-06 6.55E-08 4.66E-10 1.62E-06 1.61E-06
Error
Critical
Value 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
- - - -
2.71057599 0.40069384 0.17677669 1.74375248 2.13668327 2.54385903 1.63873541 0.73092480
Statistic 5 3 5 4 6 4 8 4
gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xcvi
- - - -
3.72409571 1.10780062 2.08012573 0.22431466 0.05969962 0.48106664 0.33749635 0.68473552
Statistic 4 4 6 2 6 9 9 6
gagal gagal gagal gagal gagal gagal
Kesimpulan ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak ditolak
xcvii
2. Statistik sudut
X
ID RMS Largest Y precision Z precision Angle
precision
Minimum 194 0.244 0.246 0.037 0.051 0.002 0.240
Maksimum 240 0.476 0.629 0.001 0.0005 0.0001 89.926
3. X precision
X
ID RMS Largest Y precision Z precision Angle
precision
1390 0.107 0.109 0.0007 0.0009 0.0002 26.828
4381 0.136 0.168 0.092 0.054 0.079 1.736
4. Y precision
X
ID RMS Largest Y precision Z precision Angle
precision
304 0.569 0.768 0.002 0.0003 0.0001 53.242
4381 0.136 0.168 0.092 0.054 0.079 1.7368
5. Z precision
X
ID RMS Largest Y precision Z precision Angle
precision
446 0.616 0.865 0.001 0.0004 0.0001 60.784
1217 0.498 0.667 0.035 0.047 0.203 2.013
xcviii
xcix