Anda di halaman 1dari 19

PENGUATAN BILANGAN ADAD 1-2 SAMPAI 13-19,

PEMBAGIAN CARA PEMBENTUKAN ADAD MA'DUD DAN


PENGERTIAN ADAD ASHLI DAN TARTIBI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab II


Dosen Pengampu : Rufa Hindun Farhisiyati, SS, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Muhammad Khoirul Anwar 2120009

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


PRODI AHWAL AS SYAKHSIYAH
JURUSAN SYARIAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Penguatan Bilangan
Adad 1-2 sampai 13-19, Pembagian cara pembentukan Adad Ma'dud, dan
Pengertian Adad Ashli dan Tartibi” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Arab. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Bahasa Arab bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rufa selaku dosen Mata Kukiah
Bahasa Arab. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pati, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................


B. Rumusan Masalah ......................................................................................
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

A. Pengertian Adad Ma'dud ............................................................................


B. Kaidah – kaidah Adad Ma'dud ..................................................................
C. Pembagian Bilangan adad Ma'dud
............................................................
D. Pengertian Adad Ashli dan Tartibi ............................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa al-Qur’an, bahasa sunnah dan
bahasa ilmu pengetahuan. Oleh karena itu mempelajari Bahasa Arab
tujuannya adalh untuk dapat memahami Al-Qur’an dan as-Sunnah serta
kitabkitab pengetahuan yang berbahasa Arab secara baik dan benar.
Mempelajari Bahasa Arab tidaklah sama-sama seperti mempelajari
bahasbahasa lain seperti bahas Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya.
Berbagai macam ilmu-ilmu yang dipelajari dalam Bahasa Arab. Akan tetapi
yang menjadi dasarnya adalah diperlukan memahami tata bahasa Arabnya
dahulu, yaitu mampu menguasai Ilmu Nahwu dan Sharaf sehingga
memudahkan dalam mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Dalam makalah yang singkat ini penulis mencoba untuk menjabarkan
‘Adad Ma'dud sebagai salah satu objek kajian dalam Ilmu Bayan yang
menjadi salah satu dari ketiga Ilmu Balagah atau lebih dikenal Semantik Arab.

B. Rumusan Masalah
1.1. Apa pengertian tentang Adad Ma'dud
1.2. Apa saja kaidah-kaidah Adad Ma'dud
1.3. Bagaiamana pembentukan pembagian bilangan Adad Ma'dud
1-2 sampai 13-19
1.4. Apa pengertian dari Adad Ashli dan Tartibi

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui pengertian ‘Adad Ma'dud serta kaidah kaidahnya
dan prmbagian bilangan Adad Ma'dud
1

BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Adad Ma'dud

Contoh : ‫ اشترى حامد فى الدكان خمسة اقالم و ثالث مسطرات‬, artinya :


Hamid belanja 5 polpen dan 3 penggaris di toko. Kalimat tersebut
mengandung ‘Adad ma’dud, yaitu : kata ‫ خمسة‬dan ‫ ثالث‬namanya : ‘Adad,
sedangkan kata ‫ اقالم‬dan ‫ مسطرات‬namanya ma’dud.
Jadi 'Adad adalah sesuatu yang menunjukkan bilangan, satu, dua, tiga dan
seterusnya. Sedangkan Ma'dud adalah yang menunjukkan “sesuatu” yang
terhitung. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syauqi Dhaoyf ,
bahwa 'Adad adalah setiap kata benda atau kata sifat yang menunjukkan
jumlah sesuatu, atau yang menunjukkan sebuah urutan.1

1.2. Kaidah kaidah Adad Ma'dud


Dalam pelajaran kaidah-kaidah 'Adad dan Ma'dud, biasanya 'Adad
dibedakan kedalam beberapa bagian , yaitu 'Adad idhafah, 'Adad murokkab,
'Adad ‘Ataf ma’thuf, dan 'Adad ‘uqud. Adapun kaidah-kaidahnya sebagai
berikut:

1. 'Adad Idhafah

Yang dimaksud 'Adad idhafah adalah bilangan yang dimulai dari


angka 3 (tiga) - 10 (sepuluh). Jika 'adad –'adad tersebut disambungkan
atau dimudhafkan dengan suatu isim, maka akan memiliki kaidah-kaidah
tertentu, sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

‫ ثالثة أقالم‬, ‫ثالثة رجال‬


‫ ثالث أيد‬, ‫ثالث نساء‬

Dari contoh pertama dan kedua tersebut bisa kita lihat, bahwa kedua
'Adad tersebut, yakni kata ‫ ثالثة‬dan ‫ ثالث‬dibentuk dengan jenis yang
berbeda, contoh yang pertama menggunakan ta’ marbuthah ( mu’annast
),dan ma’dudnya berasal dari isim mudzakkar ( ‫ أقالم‬, ‫) رجال‬, sedangkan

1 1
Ma'arif Syamsul, Nahwu Kilat, perpaduan antara teori dan praktek .Bandung: Nuansa Aulia
,2008.
contoh yang kedua tidak menggunakan ta’ marbuthah ( mudzakkar ),
dan ma’dudnya berasal dari isim mu’annats ( ‫ أيد‬, ‫)نساء‬, selain itu ma'dud
kedua contoh tersebut dalam bentuk jama’ , dan dibaca jer . Maka dapat
kita simpulkan paling tidak ada tiga kaidah yang bisa kita ketahui, yaitu :

a. Antara 'adad dan ma'dud dalam 'adad idahafah selalu berlawanan


dalam hal mudzakkar dan mu’annats

b. Ma'dud dalam 'adad idhafah harus selalu dibentuk menjadi isim


jama’ dan selalu dibaca jer

c. Ketika melihat ma'dud apakah mudzakkar atau mu'annast , hendaklah


dilihat ketika mufradnya, contoh kata ‫ جنيهات‬bukanlah mu'annast, tapi
kita anggap mudzakkar, sebab mufradnya adalah ‫ جنيه‬, jadi bukan
‫ ثالث جنيهات‬tapi yang benar adalah ‫ ثالثة جنيهات‬.

d. Sedangkan untuk bilangan 1 ( satu ) dan 2 ( dua ), selamanya harus


sesuai dengan ma’dud dalam hal mudzakkar dan mu’annats, contoh :
, ‫ إمراتان اثنتان‬, ‫ إمرأة واحدةرجالن اثنان‬, ‫رجل واحد‬. Jadi, untuk bilangan 1
(satu ) yakni ‫ واحد‬, mu'annastnya adalah ‫ واحدة‬, sedangkan bilangan 2 (
dua ), yakni ‫ اثنان‬untuk mudzakkar , dan ‫ اثنتان‬untuk mu'annats, dan
keduanya jika harus dibaca rafa’ , sedangkan jika dibaca nasab dan
jer , ‫ ( اثنين‬untuk mudzakkar ) dan ‫ ( اثنتين‬untuk mu'annast ).

2. Adad Murokkab

‘Adad murokkab dimulai dari bilangan 11 (sebelas) – 19 ( sembilanbelas ).

Tarkib inipun memiliki aturan-aturannya sendiri, kita ikuti dulu contoh


berikut ini :
‫مكثنا فى اإلسكندرية أربعة عشر يوما وخمس عشرة‬
‫ليلة‬
Kata ‫ أربعة عش ر‬dan kata ‫ خمس عشرة‬tersusun dengan pola yang
berbeda dalam hal mudzakkar dan mu’annastnya, padahal keduanya
sama-sama masuk kategori ‘adad murokkab , hal ini karena masing-
masing memilki ma’dud yg berbeda, yakni pola pertama ( ‫) يوما‬
mudzakkar, sedangkan pola kedua ma’dudnya ( ‫ ) ليلة‬mu’annats .
demikian juga terjadi pada puluhannya, yaitu ‫ عش ر‬dan ‫ عشرة‬. Maka
aturan-aturan itu bisa kita simpulkan sebagaiberikut :
a. Satuan selalu berlawanan dengan ma’dud, yakni jika ma’dudnya
mudzakkar maka satuannya menggunakan ta’ marbuthah, sebaliknya
jika, jika ma’dudnya mu’annasts, maka satuannya tanpa ta’
marbuthah.
b. Berdeda dengan satuannya, puluhan selalu sesuai dengan ma’dudnya
dalam hal mudzakkar dan mu’annats .
Ma’dud selalu mufrod dan dibaca nasab , karena tamyiz

3. Adad ‘Athaf Ma’thuf

‘Adad ini dimulai dari 21 (duapuluh satu) - 99 (sembilanpuluh


sembilan), selain 20, 30, 40 - 90. contoh :

‫جاء تسع وتسعون تلميذة عالج الطبيب‬

‫خمسة وعشرين مريضا‬

Tidak berbeda dengan ‘adad yang sebelumnya, bahwa satuannya


selalu bertentangan dengan ma’dud. Yang membedakan dengan ‘adad
murokkab adalah terdapatnya ‫ واو العطف‬yang berada diantara satuan dan
puluhan. Untuk puluhannya kita lihat contoh yang pertama dibaca rafa’,
sedang contoh yang kedua dibaca nasab, ini karena puluhan tersebut
i’rabnya mengikuti i’rab satuan. Artinya jika satuannya dibaca rafa’ ,
maka puluhan juga dibaca rafa’ , demikian juga jika satuannya di baca
nasab / jer , maka puluhan juga dibaca nasab / jer . Jadi kaidahkaidah
yang bisa kita tarik adalah :

a. Sama seperti ‘adad sebelumnya, bahwa satuan selalu berlawanan


dengan ma’dudnya dalam hal mudzakkar dan mu'annats
b. ‘I’rabnya “puluhan” senantiasa mengikuti “satuan” ( hukum athaf
dan ma’thuf ), sedangkan ‘i’rabnya satuan tergantung
kedudukannya dalam kalimat, artinya jika satuan tersebut menjadi
fa’il misalnya, maka harus dibaca rafa’, jika menjadi maf’ul bih,
maka harus dibaca nasab.
c. Ma’dud senantiasa dibaca mufrad nasab.

4. Adad ‘Uqud

‘Adad ini berupa puluhan, mulai dari 20, 30, 40, 50 - 90. Sebelum
kita lihat aturan-aturannya kita lihat dahulu contohnya :
‫وواعدنا موسى ثالثين ليلة فى القاعة‬

‫عشرون طالب وثالثون طالبة‬

Puluhan-puluhan yang ada dalam kedua contoh tersebut , dibaca


berbeda, contoh yang pertama puluhan dibaca nasab , sedang contoh
yang kedua puluhan dibaca rafa’, hal ini karena masing-masing puluhan
tersebut menempati kedudukan yang berbeda dalam kalimat. Pada 2
ma’dud kita lihat dalam bentuk mufrad dan dibaca nasab. Maka
kaidahnya adalah :

a. Pada puluhan berlaku hukum jama’ mudzakkar salim dalam hal


‘I’rabnya, yakni jika harus dibaca rafa’ , maka menggunakan tanda
‫) ثالثون ( ون‬, tapi jika harus dibaca nasab / jer, maka tandanya adalah
‫) ثالثين ( ين‬. Sedangkan cara menentukan i’rabnya, tergantung
kedudukannya dalam kalimat.
b. Ma’dud selamanya berupa isim mufrad dan dibaca nasab.

1.3. Pembagian Bilangan Adad Ma’dud 1-10 sampai 13-20


A. Mulai dari bilangan 1 – 2 sangat mudah,
Yaitu:

• Letak Ma’dud ada di depan dan ‘Adad di belakang


• Harokat Ma’dud dan ‘Adad sama. Begitu juga dalam jenis. Mudahnya,
‘Adad ngikut Ma’dud.
• Ma’dud berbentuk Isim Mufrod (tunggal)

Jadi dalam kaidah bilangan 1 – 2, posisi ‘Adad ada di belakang. Bukan di depan.
Lihat tabel berikut:
Contoh Bilangan 1 – 2 Mudzakkar

‘Adad Contoh Arti

2
Zakaria, A. 2004. Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 Jam. Garut: Ibn Azka
Press
‫حد‬
ِ ‫َوا‬ ‫حد‬ َ
ِ ‫ط ا ِلب َوا‬ 1 Siswa
wahidun toolibun waahidun

ْ ِ‫ا‬
‫ثنَ ا ِن‬ ْ ‫با ِن ا‬
‫ثنَ ا ِن‬ َ
َ ‫ط ا ِل‬ 2 Siswa
itsnaani toolibaanits naani

Keterangan:

‫ال ب‬ َ adalah Ma’dud (yang dihitung) dan ‫ َواحِ د‬adalah ‘Adad (bilangan).
ِ ‫ط‬
Karena ‘ ‫ َواحِ د‬Adad, maka ia diletakkan setelah Ma’dud

Contoh Bilangan 1 – 2 Muannats


‘Adad Contoh Arti

‫َواحِ دَة‬ َ
‫طا ِل َبة َواحِ دَ ة‬ 1 Siswi
waahidatun toolibatun waahidatun

‫اِثْنَتا َ ِن‬ ‫طا ِلبَتا َ ِن اثْنَتا َ ِن‬


َ 2 Siswi
itsnataani toolibataanits nataani

Keterangan:
Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa tanda dari Muannats (perempuan)
adalah adanya huruf Ta’ Marbutoh ‫ة‬di ujung ktelah.
Apabila kita ingin menghitung siswi (perempuan) atau Isim yang lain yang
merupakan Muannats, Maka kita memakai ‘Adad untuk muannats juga.

Contoh:

‫سيَّارة‬َ Ma’dud Muannats + ‘Adad Benar


‫َواحِ دَة‬ Muannats

‫َّارة‬
َ ‫سي‬َ Ma’dud Muannats + ‘Adad Salah
‫َواحِ د‬ Mudzakkar

B. Bilangan 3-10

Kaidah bilangan 3 – 10 berbeda dengan kaidah bilangan 1 – 2.


Kaidah 3 – 10 ini terkenal dengan sebutan Kaidah Silang.
1. Letak ‘Adad di depan, dan Ma’dud terletak setelah ‘Adad
2. Ma’dud dibuat menjadi Isim Jamak
3. ‘Adad menyelisihi Ma’dud. Apabila Ma’dud nya Mudzakkar, maka ‘Adad
nya Muannats. Dan sebaliknya.
4. Ma’dud berkedudukan Jar (berharokat kasrotain)
5. Cara mengetahui Ma’dud Mudzakkar atau Muannats, ditentukan dari
bentuk Mufrod nya.3

Contoh Bilangan 3 – 10 Mudzakkar


‘Adad Contoh Arti

ََ
‫ثال ث‬ َ ‫ث‬
‫طا ِل َبات‬ ُ ‫ثال‬
ََ 3 Siswi
tsalaatsun Tsalaatsu Toolibaatin

‫بع‬ َ ََ‫أر‬
ْ َ ‫أرََ بَ ُع‬
‫طا ِل َبات‬ ْ 4 Siswi
arba’un Arba’u Toolibaatin

‫َخ ْم س‬ َ ‫س‬
‫طا ِل َبات‬ ُ ‫َخ ْم‬ 5 Siswi
khomsun Khomsu Toolibaatin

‫ِس ت‬ َ ُّ‫ِست‬
‫طا ِل َبات‬ 6 Siswi
sittun Sittu Toolibaatin

‫سبْ ع‬
َ َ ‫س ْب ُع‬
‫طا ِل َبات‬ َ 7 Siswi
sab’un Sab’u Toolibaatin

َْ ِ ‫ثمََ اني‬
َ َ َْ ِ ‫ثمََ اني‬
‫طا ِلبَا ت‬ َ 8 Siswi
tsamaaniy Tsamaaniy Toolibaatin

‫ِس ع‬
ْ ‫ت‬ َ ‫تِ ْس ُع‬
‫طا ِل َبات‬ 9 Siswi
tis’un Tis’u Toolibaatin

3
Ni’mah, Fuad. 2010. Mulakhash Qawa’id al-‘Arabiyyah. Beirut: Daru as- Tsaqafah
al-Islamiyyah.
‫شر‬ ْ ‫ع‬
َ َ ‫ع ْش ُر‬
‫طا ِل َبات‬ َ 10 Siswi
‘asyrun ‘Asru Toolibaatin

Keterangan: Diatas merupakan bilangan dalam bentuk mudzakkar. Dimana angka


َ adalah Muannats. Karena
dari 3 – 10 tidak berujung Ta’ Marbutoh .‫ ة‬Dan ‫طا ِل َبات‬
َ berakhiran
apabila kita ubah ke bentuk Mufrod (tunggal), maka dia menjadi ( ‫طا ِلبَة‬
).‫ة‬

4
Ibid Syekh Mustafa Al-gulayayn
Diatas merupakan bilangan bahasa arab dalam bentuk Muannats.
Dimana angka 3 – 10 berakhiran ‫ طُالَّ ب ة‬adalah Isim Jamak dan
ia adalah Mudzakkar.

C. Bilangan 11-12

Setelah kita mengetahui kaidah bilangan 1-2 dan 3-10,


5

Sekarang kita beranjak untuk memahami kaidah yang ada pada bilangan 11 dan
12. Kaidah pada bilangan ini tergolong sangat mudah. Dimana ‘Adad kali ini
bersepakat dengan Ma’dud.
Dalam bilangan 11 dan 12 puluhan, satuan dan ma’dudnya semuanya harus
sama. Apabila Ma’dud mudzakkar maka ‘Adad yg terdiri dari satuan dan puluhan
juga harus sama Contoh: ‫طا ِلبًا‬ َ ‫عش ََر‬
َ َ‫أ َحََ د‬
Contoh diatas seluruhnya berbentuk Mudzakkar karena tidak ada yg berakhiran
Ta’ Marbutoh ‫ ة‬Sekarang kita lihat contoh Muannats:
Contoh : ً‫طا ِلبَة‬
َ َ ‫ع ْش َرة‬
َ ‫إِ ْحدَى‬
Contoh Bilangan 11 – 12 Mudzakkar
‘Adad Cara Contoh Cara Baca Arti
Baca

َ‫أ َحََ د‬ Ahada َ‫أ َحََ د‬ Ahada 11


‫عش ََر‬َ ‘Asyaro ‫عش ََر‬ َ ‘Asyaro Siswa
َ
‫طا ِلبًا‬ Tooliban

‫اِثْنَا‬ Itsnaa ‫عش ََر‬ َ ‫اِثْنَا‬ Itsnaa 12


‫عش ََر‬ َ ‘Asyaro َ
‫طا ِلبًا‬ ‘Asyaro Siswa
Tooliban

5
Imam Rizqi dan Imam Syabani, Durusul Lughah Al-Arabiyah Juz dua,
(Madinah: Al-Jami’ah Al-Islamiyyah bil Madinah Al-Munawwarah), hal. 128
1. Pada hitungan belasan, ‫واحِ د‬menjadi
َ ‫أ َحََ د‬dan ‫واحِ دَة‬menjadi
َ ‫إحِ َْدَى‬

2. Pada 11 dan 12, seluruhnya menjadi nashob atau berharokat fathah. Dan
Ma’dudnya fathatain. .

3. Pada 11 dan 12, satuan, puluhan dan ma’dud semuanya sama dalam jenis.
4. Ma’dud berupa Isim Mufrod.
5. Ma’dud merupakan Tamyiz.

D. Bilangan 13-19 pada bilangan 13 – 19 mengikut


kaidah bilangan 3 – 10.
1. Satuan menyelisihi ma’dud. Apabila ma’dud muannats maka satuannya
harus mudzakkar. 2. Jenis puluhan dan ma’dud harus sama. Bila ma’dud
muannats maka puluhan muannats.
3. ‫ش ر‬ْ ‫ع‬
َ menjadi ( ‫ش ر‬
َ ‫ع‬ َ menjadi ( ‫ع ْش َرة‬
َ huruf ‫ ش‬diberi harokat) dan ‫عش ََرة‬ َ
huruf ‫ ش‬di sukun kan)
4. Harokat satuan dan puluhan ialah fathah dan ma’dud berharokat fathatain.

1.4. Pengertian ‘Adad Ashli dan Tartibi

A. ‘Adad Ashli
Adad asli adalah bilangan yang menunjukan jumlah suatu benda dan
terbagi menjadi 4 bagian yaitu :

1. Adad mufrad, yaitu bilangan dari 1-10


2. Adad Murakab, yaitu bilangan dari 11-19
3. Adad `Uqud, yaitu bilangan puluhan dari 20-90
4. Adad ma`thuf, yaitu bilangan gabungan dari puluhan dan satuan misalnya
21-29, 31-39 dan seterusnya.

B. ‘Adad Tartibi
Adad tartibi adalah isim adad yang menunjukan tingkatan dan dengan
pola ‫ فَاعِ ل‬atau ‫فَاعِلَ ة‬. Untuk tabel adad tartibi baik untuk mudzakar dan
muannatsnya yaitu sebagai berikut: 6
‫للمؤن ث‬ ‫للمذك ر‬

‫االولى‬ ‫االول‬

‫الثاني ة‬ ‫الثاني‬

‫الثالث ة‬ ‫الثالث‬

‫الرابعة‬ ‫الرابع‬

‫الخامسة‬ ‫الخامس‬

‫السادسة‬ ‫السادس‬

‫السابعة‬ ‫السابع‬

‫الثامن ة‬ ‫الثامن‬

‫التاسعة‬ ‫التاسع‬

‫العاشرة‬ ‫العاشر‬

‫الحادية عشرة‬ ‫الحادي عشر‬

‫الثانية عشرة‬ ‫الثاني عشر‬

‫العشرون‪ .‬العشرين‬ ‫العشرون‪ .‬العشرين‬

‫الحادية والعشرون‬ ‫الحادي والعشرون‬

‫الثانية والعشرون‬ ‫الثاني والعشرون‬

‫الثالثون‪ .‬الثالثي ن‬ ‫الثالثون‪ .‬الثالثي ن‬

‫االربعون ‪ .‬االربعين‬ ‫االربعون ‪ .‬االربعين‬

‫الخمسون‪ .‬الخمسين‬ ‫الخمسون‪ .‬الخمسين‬

‫‪Adad tartibi harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪Adad tartibi mengikuti isim fa`il. Kecuali pada bilangan satu.‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Adad ma`dud-nya disesuaikan muanas midzakar-nya.‬‬
‫الدرس الثالث ‪Contoh:‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Bilangan 1-9 i`rab-nya sesuai kededudukannya.‬‬
Contoh : ‫جاء القوج السابع‬
4. Bilangan 11-19 harus mabni fathah.
Contoh: ‫الساعة الحادية عشرة‬
5. Bilangan puluhan 20-30-40-50-60-70-80-90 tidak ada pengaruh muanas
dan mudzakarnya. Namun pada i`rabnya sesuai dengan kedudukannya.
Untuk i`rab rofa` ditandai dengan )‫ ( و‬untuk i`rab nashab dan jer ditandai
dengan )‫ (ي‬.

Contoh : ‫ عشرون – اربعون‬untuk rofa`


‫ عشرين – اربعين‬untuk nashab dan jer.

6. Untuk bilangan ratusan dan ribuan i`rabnya sesuai dengan kedudukan

_________________
6
Syekh Mustafa Al-gulayayn, Ad-Durusul `rabiyah lil madarisi al-Ibtidaiyah juz empat,
(Libanon: Darul Kutub Al-`ilmiyah), hal 87
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adad adalah sesuatu yang menunjukkan bilangan, satu, dua, tiga dan
seterusnya. Sedangkan Ma'dud adalah yang menunjukkan “sesuatu” yang
terhitung. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syauqi Dhaoyf ,
bahwa 'Adad adalah setiap kata benda atau kata sifat yang menunjukkan
jumlah sesuatu, atau yang menunjukkan sebuah urutan.
kaidah-kaidah 'Adad dan Ma'dud, biasanya 'Adad dibedakan kedalam
beberapa bagian , yaitu 'Adad idhafah, 'Adad murokkab, 'Adad ‘Ataf ma’thuf,
dan 'Adad ‘uqud.
Adad asli adalah bilangan yang menunjukan jumlah suatu benda dan terbagi
menjadi 4 bagian yaitu :

1.
Adad mufrad, yaitu bilangan dari 1-10
2.
Adad Murakab, yaitu bilangan dari 11-19
3.
Adad `Uqud, yaitu bilangan puluhan dari 20-90
4.
Adad ma`thuf, yaitu bilangan gabungan dari puluhan dan satuan misalnya
21-29, 31-39 dan seterusnya.
Adad tartibi adalah isim adad yang menunjukan tingkatan dan dengan
pola ‫ فَاعِ ل‬atau ‫فَا ِعلَة‬.

. Adad tartibi mengikuti isim fa`il. Kecuali pada bilangan satu.


2. Adad ma`dud-nya disesuaikan muanas midzakar-nya.
Contoh: ‫الدرس الثالث‬
3. Bilangan 1-9 i`rab-nya sesuai kededudukannya.
Contoh : ‫جاء القوج السابع‬
4. Bilangan 11-19 harus mabni fathah.

Contoh: ‫الساعة الحادية عشرة‬


5. Bilangan puluhan 20-30-40-50-60-70-80-90 tidak ada pengaruh muanas
dan mudzakarnya. Namun pada i`rabnya sesuai dengan kedudukannya.
Untuk i`rab rofa` ditandai dengan )‫ ( و‬untuk i`rab nashab dan jer ditandai
dengan )‫(ي‬.
DAFTAR PUSTAKA

Ma'arif Syamsul, Nahwu Kilat, perpaduan antara teori dan praktek .Bandung:
Nuansa Aulia ,2008.
Zakaria, A. 2004. Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 Jam. Garut: Ibn Azka
Press.
Ni’mah, Fuad. 2010. Mulakhash Qawa’id al-‘Arabiyyah. Beirut: Daru as-
Tsaqafah al-Islamiyyah.
Imam Rizqi dan Imam Syabani, Durusul Lughah Al-Arabiyah Juz dua, (Madinah:
Al-Jami’ah Al-Islamiyyah bil Madinah Al-Munawwarah), hal. 128
Syekh Mustafa Al-gulayayn, Ad-Durusul `rabiyah lil madarisi al-Ibtidaiyah juz
empat, (Libanon: Darul Kutub Al-`ilmiyah), hal 87

Anda mungkin juga menyukai