Anda di halaman 1dari 10

KLASIFIKASI, SYARAT DAN RUKUN PUASA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah
Yang diampu oleh Bapak Dr. Abdul Mukti Thabrani, Lc, M.Hi.

Disusun oleh kelompok 9 :


Mohammat Hairul islah (20383031029)
Achmad Dzaki Mubarok (20383031051)
Akmilatun Nadiroh (20383032123)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan oleh Dosen pengampu “Fiqh Ibadah” dengan judul “Klasifikasi, Syarat
dan Rukun puasa” dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu dan
teman-teman sekalian yang turut mendukung serta membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai kelompok
penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati
dan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat
membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Pamekasan, 01 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................

A. Klasifikasi Puasa.........................................................................
B. Syarat-syarat Puasa.....................................................................
C. Rukun Puasa...............................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Puasa adalah salah satu
ibadah umat Islam yang memiliki arti menahan diri dari segala sesuatu
yang membatalkan puasa yang dapat berupa memperturutkan syahwat,
perut dan farji (kemaluan) sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari
dengan niat khusus. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah, 183: 
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu
berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu
agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah, 183). Ayat
tersebut merupakan landasan syariah bagi puasa Ramadan. Ayat tersebut
berisikan tentang seruan Allah Swt kepada orang-orang beriman untuk
berpuasa.
Setelah kita mengetahui pengertian dan hukum puasa ramadhan
maka kita juga harus tahu Tingkatan Orang Berpuasa, rukun serta syarat
wajib dan syarat sahnya. Para ulama mengklasifikasi kualitas puasa umat
Islam kepada tiga tingkatan, yakni puasa ‘am, puasa khawas dan puasa
khawasul khawas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi puasa?
2. Bagaimana syarat-syarat puasa?
3. Apa saja rukun dalam puasa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi puasa
2. Untuk mengetahui syarat-syarat puasa
3. Untuk mengetahui rukun puasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Puasa
Puasa tidaklah cukup menahan makan dan minum saja, tetapi
menahan dari berkata-kata kotor, mencaci maki dan perbuatan-perbuatan
tidak baik lainnya. Nabi berpesan barang siapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan atas dasar iman dan penuh harap ridha Allah, ia akan diampuni
dosanya yang telah lampau dan yang akan datang. Bahkan puasa menjadi
perisai selama ia belum ia dirusak oleh perbuatan bohong dan mengadu
domba.
Imam Ghazali mengungkapkan dalam kitabnya Ulumuddin, ibadah
puasa itu merupakan seperempat bagian dari iman. Artinya ummat islam
yang tak berpuasa tanpa alasan yang jelas maka imannnya berukrang
seperempat. Imam Ghazali juga mengklasifikasi tingkat puasa ummat
islam menjadi tiga tingkatan:
1. Puasa orang awam (‘am)
Tingkat puasa umum merupakan tingkatan puasa yang
paling rendah, berpuasa hanya sekedar menahan rasa lapar dan
haus. Puasa ini termasuk untuk puasa orang awam. Banyak ditemui
puasa jenis ini disekkeliling kita, dimana mereka berpuasa tetapi
tetap melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang oleh Allah swt.
Seperti bergunjing, mengenai perkara ini Rosulullah saw pernah
bersabda yang diriwayatkan Tirmidzi berbunyi “ berapa banyak
orang yang puasa, namun tidak didapatkan dari puasanya kecuali
nafsu dan lapar”. Meski bergunjing, berdusta atau menipu tidak
termasuk dalam hal-hal yang mebatalkan puasa, tetapi perbuatan
tercela itu termasuk bagian yang membatalkan hakikat puasa.1
2. Puasa Khawas

1
Dr. H. Agusni Yahya, M.A, Klasifikasi Kualitas Puasa, diakses dari
https://aceh.tribunnews.com/2012/07/22/klasifikasi-kualitas-puasa pada Senin, 03
Mei 2021.
Tingkat kedua puasa khawas, inilah kualitas puasa yang
dituju oleh Allah dan Rosulnya, yaitu puasa yang dapat
menghantarkan seseorang kepada derajat taqwa. Artinya adalah
berpuasa disamping menahan lapar dan haus juga memelihara
seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat atau tercela. Puasa
khusus juga diartika berpuasa untuk menahan pendengaran,
pandangan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh badan kita untuk
mengerjakan kemaksiatan. Misalnya menahan telinga untuk tidak
mendengar kebohongan , atau menahan pandangna mata untuk
tidak mendorong kita melakukan hal maksiat, serta menahan lisan
untuk tidak berkata bohong pada orang lain.
3. Puasa Khawasul khawas
Tingkat ketiga puasa ini adalah puasanya orang-orang
istimewa, tentu lebih hebat lagi dari pada puasa khawas, dan ini
sebagai tingkat tertinggi dimana yang sanggup melakukannya
adalah para Anbiya’ Auliya’ wa Al-shalihin. Mereka bukan saja
berpuasa menahan diri dari perbuatan lagha dan dosa, tetapi tingkat
syubhat pun mereka jauhi dari dirinya. Puasa khusu yang di
khususkan berarti puasa hati dari memperurutkan diri untuk
memikirkan hal-hal duniawi. Menahan diri untuk tetap istiqomah
dan hanya memikirkan Allah. Berbagai Hadis nabi mengajarkan
kita supaya kita mampu berpuasa sampai pada tingkat kualitas
puasa khawas.2
B. Syarat-syarat Puasa
1. Syarat wajib Puasa
a. Beragama Islam
b. Berakal
Orang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena mabuk,
maka tidak wajib berpuasa.
c. Baligh (umur 15 tahun ke atas)3

2
https://www.islampos.com/3-tingkatan-orang-berpuasa-menurut-imam-al-ghazali-33697/
3
Mohammad Abduh Tuasikal, M. Sc, Fikih Puasa, diakses dari https://muslim.or.id/16739-fikih-
puasa-1-syarat-wajib-puasa.html pada Senin, 03 Mei 2021.
d. Mampu melaksanakan puasa, bagi orang yang tidak mampu
seperti sakit, dalam berpergian atau orang tua yang sudah
tidak mampu untuk berpuasa, maka mereka boleh tidak
berpuasa dan wajib menqhodonya, setelah selesai bulan
Ramadhan.
2. Syarat sah puasa
a. Islam
b. Tamyiz
c. Suci dari haid dan nifas
d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa,
yaitu diluar bulan Ramadhan[8] ; seperti puasa pada hari
Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah), tiga
hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah.
C. Rukun Puasa
1. Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam
matahari hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam
harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya
akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan. Adapun puasa sunnat,
boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.
2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit
fajar hingga terbenam matahari.4
Dalam menjalankan kewajiban yang harus di taati selama
berpuasa ada 5 perkara:
a. Niat Mencegah makan dan minum
b. Mencegah bersenggama
c. Menjaga muntah
d. Mengetahui waktu
Puasa harus dengan niat; kalau tidak, puasanya tidak sah.
Tempat niat di hati dan di lakukan pada malam harinya (menjelang
berpuasa). Dam boleh niat sekali untuk satu bulan (menurut
sebagian pendapat). Sesudah niat, boleh makan atau minum

4
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, ( Cet. 8; Bandung: PT, Al-Ma’arif, 1993), h. 174.
ataupun bersenggama sampai menjelang fajar. Niat yang
bersamaan dengan terbitnya fajar, tidak boleh; sebab tidak di
malam hari.
Orang yang bapuasa harus menjaga diri dari hal-hal yang
membatalkannya, seperti: makan, minum, bersenggama, muntah
yang disengaja. Yang dimaksud dengan makan ialah memasukkan
sesuatu kedalam tubuh lewat lobang-lobang tubuh dengan sengaja
dan ingat sedang berpuasa. Sedangkan bagi orang yang lupa maka
tidak batallah puasanya, seperti yang terdapat dalam hadis di
bawah ini:
Artinya : "Barang siapa yang lupa, sedangkan ia berpuasa,
kemudian makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan
puasanya sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum".
(Bukhoii dan Muslim).
Selanjutnya yang membatalkan puasa keluar darah haid dan nifas
adalah sebagal konsekwensi syarat sahnya puasa (suci dan haid dan nifas),
bila syarat telah tidak terpenuhi, maka gugurlah puasa tersebut. Begitu
juga dengan gila, gila yang datangnya waktu sedang menjalankan puasa.
Batalnya puasa karena gila adalah juga sebagai konsekwensi syarat wajib
puasa yaitu salah satunya berakal, bila yang bersangkutan hilang akalnya
maka salah satu syarat wajib puasa tidak terpenuhi, maka gugurlah puasa
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam Ghazali mengkategorikan tingkat puasa umat muslim ada
tiga tingkatan; yang pertama yaitu puasa Awam (kelas umum), kedua
puasa Khawas (puasa kelas istimewa), ketiga puasa Khawasul khawas
( puasa kelas sangat istimewa). Berbagai ayat dan hadis Nabi mengajarkan
kita supaya mampu berpuasa pada tingkatan kualitas puasa khawas, yaitu
selain puasa dari makan dan minum, juga puasa untuk mengendalikan dan
melatih jiwa dan raga.
Selain kita perlu memahami pengertian puasa, ada beberapa hal
penting lainnya menyangkut puasa seperti rukun dan syarat puasa. Syarat
wajib puasa diatas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa. Baligh atau
telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu syaratnya,
namun untuk anak anak juga harus diajari sejak dini untuk mulai berpuasa
meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari amalan
amalan dalam puasa Ramadhan.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah
ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara
penulis ataupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu segenap kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi tersempurnanya
makalah kami berikutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Agusni Yahya, M.A, Klasifikasi Kualitas Puasa, diakses dari


https://aceh.tribunnews.com/2012/07/22/klasifikasi-kualitas-puasa pada
Senin, 03 Mei 2021.
https://www.islampos.com/3-tingkatan-orang-berpuasa-menurut-imam-al-
ghazali-33697/
Mohammad Abduh Tuasikal, M. Sc, Fikih Puasa, diakses dari
https://muslim.or.id/16739-fikih-puasa-1-syarat-wajib-puasa.html
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, ( Cet. 8; Bandung: PT, Al-Ma’arif, 1993), h. 174.

Anda mungkin juga menyukai