Anda di halaman 1dari 7

TEORI DALAM HUKUM ADMINISTRASI DAN PENGERTIAN PEMERINTAH

Muhammad Fathur Rizky (210105043), M. Ridza Muzkira (210105077), Azka


Azzahara (210105028), Safwatul Muna (210105086)
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Article Info
Article history:
Received :
Revised :
Accepted :

Keywords:
Pemerintah, Hukum Administrasi Negara, Teori Hukum.
ABSTRACT

Hukum Administrasi Negara (HAN) memiliki pengertian dan istilah dari bahasa belanda.
Sejarah dari Hukum Administrasi Negara dari Negara Belanda yang disebut Administratif
recht atau Bestuursrecht yang berarti Lingkungan Kekuasaan/ Administratif diluar dari
legislatif dan yudisil. Dalam rangka menerjemahkan Administratiefrecht dari Hukum
Belanda ini para ahli hukum di Indonesia belum ada kata sepakat. Baru setelah
dikeluarkannya UU No.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan
oleh para ahli. E. Utrecht dalam bukunya “Pengantar Hukum Administrasi”, mula- mula
memakai istilah Hukum Administrasi Negara Indonesia. WF Prins dalam bukunya
“Inleiding in het administratiefrecht” memakai istilah Hukum Tata Usaha Negara Indonesia.
Dalam sejarah HAN terdapat beberapa teori-teori yang menjadi faktor berkembang dan
terciptanya HAN. Pemerintah dalam HAN sangat berperan penting sebagai sebuah alat atau
lembaga yang menjalankan pemerintahan. Secara umum, pengertian pemerintahan adalah
proses atau cara pemerintah dalam menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi,
politik, administrasi, dan lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara untuk
kesejahteraan masyarakat. Tujuan fundamental suatu pemerintahan adalah untuk menjaga
keteraturan dan keamanan umum sehingga setiap anggota masyarakat dapat merasakan
kebahagiaan.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan sebuah negara hukum yang berbentuk republik,
dan meiliki sistem pemerintahan Presidensial. Dalam Undang Undang Dasar 1945
banyak tertulis bahwa Indonesia merupakan sebuah negara hukum yang demokrasi.
Dengan adanya pernyataan tertulis dalam dasar negara Indonesia tentunya Indonesia
memiliki dan menganut sistem hukum dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Masuknya administrasi negara dalam kehidupan privat warga bertujuan untuk
menjalankan fungsi bestuurzorg di atas. Hal ini tentu membutuhkan satu instrumen
yang memberikan dasar legalitas bagi negara untuk melaksanakannya. Instrumen ini
berfungsi sebagai dasar pembenaran atas aktivitas negara yang berusaha mengatur
hal-hal yang sifatnya privat tersebut. Hal tersebut tentu berbentuk suatu sistem
hukum administrasi negara (HAN).
Karakteristik hukum sebagai kaedah selalu dinyatakan berlaku umum untuk
siapa saja dan di mana saja dalam wilayah negara, tanpa membeda-bedakan.
Meskipun ada pengecualian dinyatakan secara eksplisit dan berdasarkan alasan
tertentu yang dapat diterima dan dibenarkan. Pada dasarnya hukum itu tidak berlaku
secara diskriminatif, kecuali oknum aparat atau organisasi penegak hukum dalam
kenyataan sosial telah memberlakukan hukum itu secara diskriminatif. Disamping itu
pula peran HAN dalam pemerintahan yang ada saat ini sangatlah mempengaruhi
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu negara
dalam usaha mencapai tujuan suatu negara.
Dalam sisi lainnya fungsi hukum administrasi Negara dalam menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berwibawa memang sangat
dibutuhkan. Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata
pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agendatersebut merupakan upaya untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas,
efektifitas dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan membuka
partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan
tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu
diperlukan langkah-langkah kebijakan yang terarah pada perubahan kelembagaan
dan sistem ketatalaksanaan, kualitas sumber daya manusia, aparatur, dan sistem
pengawasan dan pemeriksaan yang efektif.
Beberapa kalangan masyarakat masih sangat rendah akan pengetahuan
tentang hukum administrasi negara. Hukum administrasi negara masih dianggap
seperti administrasi pada umumnya yang terjadi pada tranksaksi atau sejenisnya.
Maka Artikel ini akan membahas mengenai pengertian, ruang lingkup, san teori dari
Hukum Administrasi Negara serta pengertian pemerintah.

B. Rumusan Masalah
Dalam jurnal dan penelitian ini terdapat poin penting yang dapat dijadikan rujukan
rumusan masalah, yaitu:
1. bagaimanakah teori-teori dalam Hukum Administrasi negara ?
2. apakah keterkaitan teori HAN dengan perkembangan HAN ?
3. siapakah yang disebut pemerintah dan apakah perannya ?

C. Tujuan Jurnal
Dalam hal ini penulis ingin memaparkan beberapa hal yang menjadi objek dan tujuan
penulis dalam menulis jurnal ini, yaitu:
1. Sebagai bahan bacaan dan memperdalam ilmu pengetahuan terkhusu bidang
Hukum Administrasi Negara.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari pengertian, sejarah, dan teori, serta ruang
lingkupnya dan pengertian pemerintah.
3. Untuk mengisi kekosongan ilmu pengetahuan dan menambahkan bahan tentang
teori Hukum Adminitrasi Negara.

Pembahasan
A. Pengertian dan Sejarah HAN
Hukum Administrasi Negara (HAN), memiliki istilah yang sangat populer yang
berasal dari belanda, yaitu ‘Administratif Rech’ atau ‘Bestuursrecht’ yang
memiliki makna lingkungan kekuasaan/administratif diluar dari legislatif dan
yudisial. Verwaltungsrecht di Jerman, Droit Administratif di Perancis,
Administratif Law di negara Inggris dan Amerika. Sebagaimana kita ketahui
bahwa Indonesia dahulu merupakan bekas jajahan Belanda, sehingga Hukum
Administrasi Negara Indonesia merupakan terjemahan dari Administratief Recht.
Berikut ini beberapa pengertian Hukum Administrasi Negara menurut para ahli,
yaitu:
JHP Bellafroid menyatakan bahwa Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata
Pemerintahan adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat
perlengkapan pemerintahan dan badan-badan kenegaraan serta majelis-majelis
pengadilan khusus yang diserahi pengadilan tata usaha negara hendaknya
memenuhi tugasnya.
Oppenheim mengemukakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah suatu
gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun
rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenang yang telah diberikan
kepadanya oleh HukumTata Negara. Hukum Administrai Negara
menggambarkan negara dalam keadaan bergerak.
W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra (1976) Hukum Administrasi Negara (yang
disebut pula Hukum Tata Pemerintahan) adalah mengenai pelaksanaan tugas
pemerintah oleh subyek hukum yang disebutkan dengan tegas siapa-siapanya.
Artinya yang menjadi subyek hukum tersebut menjalankan kewajiban yang tidak
ada ditangan setiap warga negara.
Menurut E. Utrecht. Utrecht (1960) merumuskan Hukum Administrasi
Negara atau Hukum Tata Pemerintahan adalah menguji hubungan hukum
istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat (administrasi negara)
melakukan tugas mereka yang khusus. Rumusan Utrecht menampakkan sudut
pandang hukum Administrasi Negara, dan mencirikan hukum tata pemeritahan
sebagai berikut:
a) Menguji hubungan hukum istimewa.
b) Adanya para pejabat.
c) Melakukan tugas khusus.
Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H (dalam buku: Drs. C.S.T. Kansil, S.H.
(1984) hal. 27) Dalam buku yang berjudul Pedoman Pelajaran Tata Hukum
Indonesia, Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H merumuskan Hukum Administrasi
Negara (disebut juga Hukum Tata Pemerintahan) sebagai keseluruhan aturan
hukum yang menentukan cara bagaimana negara sebagai penguasa menjalankan
usaha-usaha untuk memenuhi tugas-tugas, atau cara bagaimana penguasa itu
seharusnya bertingkah laku dalam mengusahakan tugas-tugasnya.
Sejarah administrasi negara dimulai pada tahun 1887 tepatnya dimulai sejak
Woodrow Wilson (1887), yang kemudian menjadi presiden Amerika Serikat pada
1913-1921, menulis sebuah artikel yang berjudul “The Study of Administration”
yang dimuat di jurnal Political Science Quarterly. Kemunculan artikel itu sendiri
tidak lepas dari kegelisahan Wilson muda akan perlunya perubahan terhadap
praktik Administrasi Negara yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu yang
ditandai dengan meluasnya praktik spoil system (system perkoncoan) yang
menjurus pada terjadinya inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan Negara.
Studi Ilmu Politik yang berkembang pada saat itu ternyata tidak mampu
memecahkan persoalan tersebut karena memang fokus kajian Ilmu Politik bukan
pada bagaimana mengelola pemerintahan dengan efektif dan efisien, melainkan
lebih pada urusan tentang sebuah konstitusi dan bagaimana keputusan-keputusan
politik dirumuskan.
Administrasi negara sebenarnya sudah ada semenjak dahulu kala. Hal itu
terbukti dari catatan sejarah peradaban manusia, diAsia Selatan, Eropa termasuk
Indonesia dan diMesir kuno, dahulu sudah didapatkan suatu sistem penataan
pemerintahan. Sistem ini pada saat sekarang disebut dengan Administrasi
Negara.
Pada zaman Renesance timbul pemikiran yang menyatakan bahwa “sistem
pemerintahan yang sentralistik kurang dapat menjamin kemerdekaan individu,
oleh karena itu harus dilakukan perubahan yang akhirnya dikenal dengan sistem
pemerintahan yang Demokratis. sehingga dapat menjamin kebebasan individu
dan terlindungi hak-hak manusia.
Dalam Teori tersebut apabila dihubungkan dengan penyelenggaraan
pemerintahan maka pada akhirnya melahirkan teori Tri praja, sedangkan pada
masa sebelumnya penyelenggaraan pemerintahan melahirkan teori Eka praja.
Bahwa dalam Teori Eka praja tersebut Hukum administrasi negara tersebut
hanyalah berisikan instruksi-instruksi dari raja yang harus dipatuhi oleh para
pembantu raja dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus merupakan aturan yang
mengatur bagaimana alat perlengkapan negara tersebut melaksanakan,
Sedangkan yang menjadi lapangan pekerjaan dari Administrasi negara adalah
mempertahankan dan melaksanakan keputusan yang dibuat oleh raja.

B. Teori-Teori Dalam HAN


Teori ini muncul di Eropa Barat pada abad ke-14 dan ke-15 yaitu dalam
sistem pemerintahan monarki absolute, hal mana kekuasaan negara berada di
dalam satu tangan yaitu seorang Raja. Sistem pemerintahannya adalah
sentralisasi, yaitu semua kekuasaan ada di pusat atau terpusat dalam satu tangan
yaitu seorang Raja.
Teori Dwi Praja
Dalam Teori Dwi Praja (Diichotomy atau Dwitantra) terdapat 4 (empat)
pendapat dari para sarjana sebagaimana berikut di bawah ini:
1. Hans Kalsen;
2. Hans Nawiasky;
3. A. M. Donner;
4. Frank J. Goodnow
1. Hans Kalsen
Hans Kalsen yang berasal dari Jerman dalam hal ini mengemukakan
sebuah teori yang dikenal dengan Die Reine Rechts Theory, yakni suatu mahzab
dalam ilmu hukum yang disebut Aliran Wina. Dalam hal ini Hans
Kalsen membagi kekuasaan negara dalam 2 (dua) bidang, yakni terdiri dari:
1. Kekuasaan Legislatif yang meliputi law creating function; dan
2. Kekuasaan Eksekutif yang meliputi:
• Legislatif Power;
• Judicial Power;
Menurut Hans Kalsen menyatakan bahwa dalam tugas eksekutif itu sangat
luas yaitu melaksanakan Undang-Undang Dasar (UUD) dan seluruh peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh badan legislatif serta mencakup
kekuasaan administratif dan judicial power. Kemudian Hans Kelsen membagi
kekuasaan administrasi menjadi 2 (dua) bidang, yaitu:

1. Political function yang disebut Government; dan


2. Administratif function.
Hans Nawiasky
Dalam hal ini Hans Nawiasky membagi seluruh kekuasaan negara ke dalam 2
(dua) bagian, yakni terdiri dari:

1. Normgebung, yaitu pembentuk norma-norma hukum; dan


2. Normvolischung atau fungsi eksekutif yakni yang melaksanakan undang-undang,
hal mana dalam pelaksanaannya kemudian dibagi lagi menjadi 2(dua) bagian,
yaitu:
o Verwaltung atau pemerintahan; dan
o Rechtsplege atau peradilan.
A. M. Doner
A. M. Donner membagi kekuasaan pemerintah ke dalam 2 (dua) bagian,
yakni terdiri dari:

1. Kekuasaan yang menentukan tugas dari alat-alat pemerintah atau kekuasaan atau
yang menentukan politik dari pada negara; dan

2. Kekuasaan yang menyelenggarakan tugas yang telah ditentukan atau


merealisasikan politik negara dalam mengejar tujuan dan tugas negara.
Frank J. Goodnow
Frank J. Goodnow seorang warga negara Amerika membagi seluruh
kekuasaan pemerintah ke dalam 2 (dua) bagian, yakni terdiri dari:
1. Policy making, yakni menentukan tugas dan kekuasaan negara; dan

2. Task Executing, yakni pelaksana tugas dan haluan negara.


Teori Tri Paja (Trias Politika)
Dalam teori Tri Paja (Trias Politika) terdapat 2 (dua) tokoh yang terkenal,
yakni:

1. John Locke; dan


2. Montesqueiu.
Jonh Locke
Pada abad ke-17, John Locke membagi kekuasaan negara dalam 3 (tiga) bagian
yang masing-masing berdiri sendiri dan dipegang oleh alat-alat perlengkapan tersendiri
pula, yakni:

1. Kekuasaan Legislatif, yakni kekuasaan yang membuat peraturan/ atau undang-


undang;

2. Kekuasaan Eksekutif, yakni kekuasaan untuk melaksanakan peraturan atau undang-


undang; dan

3. Kekuasaan Federatif, yakni kekuasaan yang tidak termasuk kekuasaan legislatif dan
kekuasaan eksekutif seperti hubungan luar negeri.
Montesqueiu
Montesqueiu membagi kekuasaan negara ke dalam 3 (tiga) bagian yang masing-
masing terpisah satu dengan yang lainnya dan dipegang oleh alat-alat perlengkapan
negara, yakni:

1. Kekuasaan Legislatif, yakni kekuasaan untuk membuat peraturan atau undang-


undang;

2. Kekuasaan Eksekutif, yakni kekuasaan untuk menjalankan peraturan atau


undang-undang; dan

3. Kekuasaan Yudikatif, yakni kekuasaan mengadili mempertahankan peraturan


atau undang-undang.
Teori Catur Praja
Teori ini dikemukakan oleh Van Vollen Hoven dengan teori residunya yang
membagi kekuasaan atau fungsi pemerintah menjadi 4 (empat) bagian, yakni:

1. Fungsi Bestuur;
2. Fungsi Politie;
3. Fungsi Justitie; dan
4. Fungsi Regelaar.
Fungsi Bestuur
Fungsi Bestuur atau fungsi pemerintah yang memiliki tugas yang sangat luas,
yakni tidak hanya melaksanakan peraturan saja, akan tetapi pemerintah mencampuri
urusan kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan politik
maupun melaksanakan kepentingan umum.
Fungsi Politie
Fungsi Politie atau fungsi polisi, yakni kekuasaan melaksanakan pengawasan
secara preventif yang berupa paksaan pada warga untuk menaati suatu ketertiban
umum atau hukum agar tata tertib dalam masyarakat tetap terpelihara.

Fungsi Justitie / Fungsi mengadili


Kekuasaan mengadili juga berfungsi sebagai pengawasan yang represif yang
berarti fungsi ini melaksanakan yang konkrit yaitu menyelesaikan suatu perselisihan
dengan berdasarkan undang-undang dan dengan seadiladilnya.

Fungsi Regelaar
Yaitu melaksanakan tugas perundang-undangan artinya setiap peraturan yang
dikeluarkan mempunyai daya ikat bagi masyarakat.

Teori Panca praja


Dr. J.R. Stellinga Menambah satu fungsi dari tugas pemerintah, sehingga
tugas pemerintah bukan lagi empat akan tetapi menjadi lima buah yaitu:
1. Fungsi Wetgeving (perundang-undangan)
2. Fungsi Bestuur (pemerintah)
3. Fungsi Politie(kepolisian)
4. Fungsi Rechtspraak (Peradilan)
5. Fungsi kewarganegaraan.

C. Pengertian Pemerintah
Pengertian secara umum merupakan proses atau cara pemerintah dalam
menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi, politik, administrasi, dan
lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara untuk kesejahteraan
masyarakat. Sementara pengertian pemerintahan dalam arti sempit merupakan semua
kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk
mencapai tujuan negara. Sedangkan pengertian pemerintahan dalam arti luas
merupakan semua kegiatan yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi
tercapainya tujuan negara.
Selain pengertian pemerintah secara umum, luas dan sempit. Berikut ini
merupakan pengertian pemerintah menurut beberapa pendapat ahli, diantaranya:

R. Mac Iver
Menurut R. Mac Iver, pengertian pemerintahan adalah suatu ilmu mengenai
cara bagaimana orangorang dapat diperintah atau pun dikendalikan.

H. A. Brasz
Menurut H. A. Brasz, Pemerintahan merupakan ilmu yang mempelajari
teknis atau pun cara lembaga umum disusun dan difungsikan dengan baik secara
intern dan ekstern terhadap warga negaranya.

Syafie Inu Kencana


Menurut Syafie Inu Kencana, pemerintahan merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara melakukan pengurusan badan eksekutif. Pengaturan
badan legislatif, kepemimpinan, dan juga koordinasi pemerintahan baik pusat dengan
daerah, mau pun rakyat dengan pemerintahannya dalam setiap peristiwa dan gejala
pemerintahan.

J. S. T. Simorangkir
Menurut J. S. T. Simorangkir, pemerintahan merupakan sebuah alat negara
yang menjalankan tugas dan fungsi dari pemerintah.

Kesimpulan
Hukum administrasi negara merupakan sebuah cabang dari ilmu hukum yang
mempelajari mengenai tindakan-tindakan alat negara atau pemerintahan dalam
menyelenggarakan sebuah negara.
Dalam Hukum Administrasi Negara terdapat beberapa teori diantaranya :
1. Teori Dwi Praja
2. Teori Tri Praja (Trias Politica)
3. Teori Catur Praja
4. Teori Panca Praja
Pengertian secara umum merupakan proses atau cara pemerintah dalam
menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi, politik, administrasi, dan
lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara untuk kesejahteraan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

➢ Anwar s.sos. 2021. Teori dan aplikasi hukum administrasi negara. Pidie: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.
➢ Razy Fakhruddin. 2020. Hukum Administrasi Negara. Purwokerto selatan: CV. Pena
Persada.
➢ Munaf Yusri. 2016. Hukum Administrasi Negara. Pekan baru, riau: Marpoyan
Tujuh.
➢ Wisnu okta. 2020. Perkembangan Hukum Administrasi Negara. Jurnal
➢ Ragawino Bewa S.H., M.SI. 2006. hukum administrasi negara. Jurnal
➢ Aulia siti. Pengertian danbentuk-bentuk pemerintahan. Makalah.
➢ www.erisamdyprayatna.com

Anda mungkin juga menyukai