Anda di halaman 1dari 17

lOMoARcPSD|21383041

MAKALAH
Hukum Administrasi Negara
Sebagai Peraturan

Dosen Pengampu : Rabu.,S.H.,M.H


Mata Kuliah : Hukum Administrasi Lanjut
Di susun oleh : Fachrul Anwar (221150103)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
BATAM 2023

i
lOMoARcPSD|21383041

KATA PENGANTAR

Tiada untaian kata yang lebih indah selain ucapan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia sehingga makalah tentang
“Hukum Administrasi Negara” ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan ini tak
lepas dari berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun berkat
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehinggga kendala dan halangan
tersebut teratasi.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hukum Administasi Lanjut,


untuk itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dan tak lupa pula kepada
teman-teman, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, disadari bahwa masih terdapat


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Walau demikian, kami tetap berharap makalah
ini dapat memberi manfaat bagi yang lain.

October, 2023

Tim Penulis

ii
lOMoARcPSD|21383041

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Istilah Hukum Administrasi Negara (yang dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0198/LI/1972 tentang Pedoman Mengenai Kurikulum Minimal Fakultas
Hukum Negeri maupun Swasta di Indonesia, dalam pasal 5 disebutHukum Tata Pemerintahan)
berasal dari bahasa Belanda Administratiefrecht, Administrative Law (Inggris), Droit
Administratief (Perancis), atau Verwaltungsrecht(Jerman). Dalam Keputusan Dirjen Dikti
Depdikbud No. 30/DJ/Kep/1983 tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Bidang
Hukum disebut dengan istilah Hukum Administrasi Negara Indonesia, sedangkan dalam
Keputusan Dirjen Dikti No. 02/DJ/Kep/1991, mata kuliah ini dinamakan Asas-Asas Hukum
Administrasi Negara. Dalam rapat dosen Fakultas Hukum Negeri seluruh Indonesia pada bulan
Maret 1973 di Cibulan, diputuskan bahwa sebaiknya istilah yang dipakai adalah “Hukum
Administrasi Negara”, dengan tidak menutup kemungkinan penggunaan istilah lain seperti
Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Pemerintahan atau lainnya. Alasan penggunaan istilah
Hukum Administrasi Negara ini adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan istilah
yang luas pengertiannya sehingga membuka kemungkinan ke arah pengembangan yang sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan negara Republik Indonesia ke depan. Dan berdasarkan
Kurikulum Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dirjen Dikti Depdiknas
tahun 2000, mata kuliah ini disebut Hukum Administrasi Negara dengan bobot 2 SKS.
Hukum Administrasi Negara sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan hukum; dan
oleh karena hukum itu sukar dirumuskan dalam suatu definisi yang tepat, maka demikian pula
halnya dengan Hukum Administrasi Negara juga sukar diadakan suatu perumusan yang sesuai
dan tepat. Mengenai Hukum Administrasi Negara para sarjana hukum di negeri Belanda selalu
berpegang pada paham Thorbecke, beliau dikenal sebagai Bapak Sistematik Hukum Tata Negara
dan Hukum Administrasi Negara. Adapun salah satu muridnya adalah Oppenheim, yang juga
memiliki murid Mr. C. Van Vollenhoven. Thorbecke menulis buku yang berjudul Aantekeningen
op de Grondwet(Catatan atas undang-undang dasar) yang pada pokoknya isi buku ini mengkritik
kebijaksanaan Raja Belanda Willem I, Thorbecke adalah orang yang pertama kali mengadakan
organisasi pemerintahan atau mengadakan sistem pemerintahan di Belanda, dimana pada saat itu
3
lOMoARcPSD|21383041

Raja Willem I memerintah menurut kehendaknya sendiri pemerintahan di Den Haag, membentuk
dan mengubah kementerian-kementerian menurut orang-orang dalam pemerintahan.

Rumusan Masalah
Bagaimana hukum administrasi Negara?

4
lOMoARcPSD|21383041

BAB II
Pembahasan

Pengertian Hukum Administrasi Negara


Hukum Administrasi Negara adalah Peraturan hukum mengenai administrasi dalam suatu
negara, dimana hubungan antar warga negara dan pemerintahannya dapat berjalan dengan baik
dan aman.Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan mengenai segala hal ihwal
penyelenggaran negara yang dilakukan oleh aparatur negara guna mencapai tujuan negara.
Hukum Administrasi Negara merupakan seperangkat peraturan hukum yang mengatur
dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembaga-lembaga atau alat-alat administrasi
Negara dalam memenuhi tugas, fungsi, wewenang masing-masing, dan hubungan dengan
lembaga atau alat perlengkapan Negara lain serta hubungan dengan masyarakat dalam melayani
warga Negara.
Dalam arti luas Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi hukum tata pemerintah,
hukum tata usahan Negara dan Hukum administrasi Negara dalam arti sempit. Hukum
administrasi Negara merupakan suatu bidang pengaturan hukum yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Pengertian Menurut para Ahli


 Hukum administrasi negara adalah peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu
hubungan antara warga negara dan pemerintahnya yang menjadi sebab hingga negara itu
berfungsi. (R. Abdoel Djamali).
 Hukum administrasi negara adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugasnya.
(Kusumadi Poedjosewojo.)
 Hukum administrasi negara adalah hukum yang menguji hubungan hukum istinewa yang
diadakan, akan kemungkinan para pejabat melakukan tugas mereka yang khusus. (E.
Utrecht.)

5
lOMoARcPSD|21383041

 Hukum administrasi negara adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh para
pengusaha yang diserahi tugas pemerintahan dalam menjalankan tugasnya. (Van
Apeldoorn.)
 Hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan
hukum antara jabatan-jabatan dalam negara dengan warga masyarakat. (Djokosutono.)
 Istilah hukum administrasi negara adalah terjemahan dari istilah Administrasi recht
(bahasa Belanda).

Objek Hukum Administrasi Negara


Definisi obyek adalah pokok permasalahan yang akan dibicarakan. Dengan definisi
tersebut, yang dimaksud obyek hukum administrasi negara adalah segala pokok
permasalahan/pembahasan yang akan dikaji dalam hukum administrasi negara.
mengambil pendapat dari Prof. Djokosutono, S.H., bahwa hukum administrasi negara adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara jabatan-jabatan dalam negara dan para warga
masyarakat, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa obyek hukum administrasi negara adalah
pemegang jabatan atau penguasa dalam negara itu serta alat-alat perlengkapan negara dan warga
masyarakat.
Pendapat lain membicarakan bahwa sebenarnya obyek hukum administrasi negara adalah
sama dengan obyek hukum tatanegara, yaitu negara (pendapat Soehino, S.H.). pendapat
demikian dilandasi alasan bahwa hukum administrasi negara dan hukum tata negara sama-sama
mengatur negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu hukum administrasi negara
mengkaji negara dalam keadaan bergerak atau negara tersebut dalam keadaan hidup. Hal ini
berarti bahwa jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada negara telah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-masing guna mencapai tujuan
kemakmuran untuk rakyat. sedangkan hukum tatanegara mengkaji negara dalam keadaan diam
atau dapat disebut negara itu belum hidup sebagaimana mestinya.
Hal ini berarti bahwa alat-alat perlengkapan negara yang ada belum menjalankan
fungsinya. Atau dapat disumpulkan bahwa hukum tatanegara adalah penyedia alat, dan Hukum
Administrasi negara adalah penggerak alat tersebut dalam konteks kenegaraan. Dari penjelasan
diatas dapat diketahui tentang perbedaan dan hubungan antara hukum administrasi negara dan
hukum tatanegara.

6
lOMoARcPSD|21383041

Subjek Hukum Administrasi Negara


Secara Universal subyek Hukum diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban antara
manusia dan badan hukum. Subyek hukum sangat berperan penting dalam bidang hukum, khusus
hukum keperdataan karena dari subyek hukum tersebut bisa diperoleh kepastian/wewenang
hukum.
Menurut ketentuan hukum, dikenal dua macam subyek hukum yaitu manusia dan Badan
Hukum. Mengambil dari pengertian subyek hukum secara Universal dapat diambil kesimpulan
bahwa Subyek Hukum Administrasi Negara adalah manusia/rakyat dan badan Hukum diwilayah
negara itu.

Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara


a. Ruang lingkup HAN menurut Walther Burckharlt (swiss)
Bidang-bidang pokok hukum administrasi negara meliputi :
 Hukum Kepolisian, dalam arti sebagai alat administrasi negara yang bersifat
preventif.
 Hukum Kelembagaan, yaitu administrasi wajib mengatur hubungan hukum sesuai
dengan tugas penyelenggaraan kesejahteraan rakyat
 Hukum Keuangan, yaitu aturan aturan tentang keuangan Negara misal pajak,
peredaran uang, dan sebagainya.
b. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara menurut Prajudi Atmosudirdjo
 Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum mengenai Administrasi
Negara
 Hukum tentang organisasi dari Administrasi Negara
 Hukum tentang aktifitas-aktifitas dari Administrasi Negara yang bersifat yuridis
(hukum)
 Hukum tentang sarana-sarana Administrasi Negara terutama mengenai
kepegawaian dan keuangan Negara
 Hukum Administrasi Pemerintahan daerah dan wilayah yang dibagi menjadi :
 Hukum Administrasi kepegawaian
 Hukum Administrasi keuangan

7
lOMoARcPSD|21383041

 Hukum Administrasi materiil


 Hukum Administrasi perusahaan Negara (BUMN)
 Hukum tentang peradilan Administrasi Negara

Perbedaan Hukum Administrasi Negara (HAN) dan Hukum Tata Negara (HTN)
Fokus utama dalam memplajari HAN lebih mengutamakan kelanjutan dari struktur negara (yang
menjadi fokus dalam HTN),yaitu bagaimana berfungsinya lembaga-lembaga negara dalam
menjalankan apa yang menjadi fungsi, kewenagan, dan tugas-tugasnya. Tema-tema yang
mendominasi dalam materi pelajaran HAN adalah hubungan antara negara (khususnya
pemeruntah) dengan warga negara (hubungan hukum pertikal denganhukum publik).

Letak Hukum Administrasi Negara dalam Sistematika Ilmu Hukum


Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem ilmiah dan merupakan salah satu cabang
ilmu Hukum yang lambat laun yang merupakan suatu displin hukum tersendiri. Dengan
memperlakukan hukum Administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmiah, maka kita menerima
dua hal, yaitu:
a. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai objek dari studi dan pendidikan ilmiah;
b. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai suatu kesatuan dari aturan hukum
tertentu yang memerlukan metode tersendiri.
Hubungan Hukum Administrasi Negara Dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya
Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu Lain
1. Administrasi negara, sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial, kehidupannya
berlangsung dalam suatu lingkungan sosial tertentu, sehingga perwujudan aktivitasnya
senantiasa berhubungan erat dengan berbagai cabang ilmu sosial,khususnya dengan ilmu
sejarah, antropologi budaya, ilmu ekonomi, administrasiniaga, ilmu jiwa, sosiologi dan
ilmu politik.
2. Perspektif administrasi negara akan lebih gampang diungkapkan Dengan
mempergunakan analisis sejarah dan antropologi budaya. Penggunaan
analisisantropologi budaya akan melengkapi analisis sejarah.
3. Ilmu ekonomi menyumbangkan analisis biaya dan manfaat, sedang administrasiniaga
menyumbangkan konsep PPBS dan makna Gerakan Manajemen Ilmiahkepada

8
lOMoARcPSD|21383041

administrasi negara. Sementara ilmu jiwa membantu untuk memahamiindividu dalam


situasi administrasi.
4. Sosiologi telah memberikan pambahasan yang mendalam mengenai birokrasi dan
kooptasi, yang merupakan hal-hal yang amat menonjol dalam studi administrasi.

Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Politik


1. Hubungan antara administrasi negara dan ilmu politik telah berjalan lama, karena secara
praktis tidak terbatas yang tegas antara politik dan administrasi.
2. Orientasi politik dalam studi administrasi negara meletakkan administrasi negara sebagai
satu elemen dalam proses pemerintahan. Administrasi negara dipandang sebagai satu
aspek dari proses polotik dan sebagai bagian dari sistem pemerintahan.
3. Munculnya dikhotomi politik-adaministrasi sebenarnya merupakan gerakan koreksi
terhadap buruknya karakter pemerintahan.
4. Dalam perkembangannya,orientasi politik dalam studi administrasi negara di
kombinasikan dengan orientasi manajerial yang dikenal dengan orientasi politik
manajerial, dan orientasi sosio-psikologis yang dikenal dengan orientasi politik-sosio-
psikologis.

Sumber Hukum Administrasi Negara


Sumber hukum, dapat dibagi atas dua yaitu:
1. Sumber Hukum Materiil
Sumber Hukum Materiil yaitu factor-faktor yang membantu isi dari hukum itu, ini dapat
ditinjau dari segi sejarah, filsafat, agama, sosiologi, dll.
2. Sumber Hukum Formil.
Sumber Hukum Formil, yaitu sumber hukum yang dilihat dari cara terbentuknya hukum,
ada beberapa bentuk hukum yaitu undang-undang, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin,
traktat.

Menurut Algra sebagaimana dikutip oleh Sudikno (1986: 63), membagi sumber hukum menjadi
dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.

9
lOMoARcPSD|21383041

1) Sumber Hukum Materiil, ialah tempat dimana hukum itu diambil. Sumber hukum
materiil ini merupakan factor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan
social politik, situasi social ekonomi, pandangan keagamaan dan kesusilaan, hasil
penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis.
Contoh: Seorang ahli ekonomi akan mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi
dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulna hukum. Sedangkan bagi seorang
ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber hukum
ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat.
2) Sumber Hukum Formal, ialah tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan
hukum itu berlaku secara formal.
Van Apeldoorn dalam R. Soeroso (2005:118), membedakan empat macam sumber hukum,
yaitu:
1) Sumber hukum dalam arti sejarah, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam
sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum dalam arti sejarah ini dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Sumber hukum yang merupakan tempat dapat diketemukan atau dikenalnya
hukum secara historis, dokumen-dokumen kuno, lontar dan sebagainya.
b. Sumber hukum yang merupakan tempat pembentukan undang-undang mengambil
bahannya.
2) Sumber hukum dalam arti sosiologis (teleologis) merupakan faktor-faktor yang
menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, dan
sebagainya.
3) Sumber hukum dalam arti filosofis, dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber isi hukum, disini ditanyakan isi hukum itu asalnya dari mana. Ada tiga
pandangan yang mencoba menjawab tantangan pertanyaan ini yaitu:
 Pandangan teoritis, yaitu pandangan bahwa isi hukum berasal dari Tuhan
Pandangan hukum kodrat, yaitu pandangan bahwa isi hukum berasal dari
akal manusia
 Pandangan mazhab historis, yaitu pandangan bahwa isi hukum berasal dari
kesadaran hukum.

10
lOMoARcPSD|21383041

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum, mengapa hukum mempunyai kekuatan


mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum. Kekuatan mengikat dari kaedah
hukum bukan semata-mata didasarkan pada kekuatan yang bersifat memaksa,
tetapi karena kebanyakan orang didorong oleh alasan kesusilaan atau
kepercayaan.
4) Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum yang dilihat dari cara terjadinya
hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat
hakim dan masyarakat. Isinya timbul dari kesadaran masyarakat. Agar dapat berupa
peraturan tentang tingkah laku harus dituangkan dalam bentuk undang-undang, kebiasaan
dan traktat atau perjanjian antar negara.
Marhaenis (1981:46), membedakan sumber hukum menjadi dua yaitu sumber hukum ditinjau
dari Filosofis Idiologis dan sumber hukum dari segi Yuridis.
1) Sumber Hukum Filosofis Idiologis, ialah sumber hukum yang dilihat dari kepentingan
individu, nasional, atau internasional sesuai dengan falsafah dan idiologi (way of life)
dari suatu Negara Seperti liberalisme, komunisme, leninisme, Pancasila.
2) Sumber Hukum Yuridis, merupakan penerapan dan penjabaran langsung dari sumber
hukum segi filosofis idiologis, yang diadakan pembedaan antara sumber hukum formal
dan sumber hukum materiil.
a. Sumber Hukum Materiil, ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya misalnya:
KUHP segi materiilnya ialah mengatur tentang pidana umum, kejahatan, dan
pelanggaran. KUHPerdata, dari segi materiilnya mengatur tentang masalah orang
sebagai subyek hukum, barang sebagai obyek hukum, perikatan, perjanjian,
pembuktian, dan kadaluarsa.
b. Sumber Hukum Formal, adalah sumber hukum dilihat dari segi yuridis dalam arti
formal yaitu umber hukum dari segi bentuknya yang lazim terdiri dari: Undang-
Undang, Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi, Traktat.

Sebagai sumber hukum formil dari Hukum Administrasi Negara menurut E. Utrecht., ialah:
1. Undang-undang/Hukum Administrasi Negara Tertulis
2. Praktek Administrasi Negara (Hukum Administrasi Negara yang merupakan Hukum
Kebiasaan).

11
lOMoARcPSD|21383041

3. Yurisprudensi baik keputusan yang diberi kesempatan banding (oleh Hakim ataupun
yang tidak ada banding oleh Administrasi negara tersebut)

Doktrin/Pendapat para ahli Hukum Administrasi Negara1) Undang-Undang (Statute)


Yaitu peraturan tertulis yang dibuat oleh alat perlengkapan Negara, dan tercantum dalam
peraturan perundang-undangan. Menurut BUYS, undang-undang ini mempunyai dua arti
yakni:Undang-Undang dalam arti formil, yaitu setiap keputusan yang merupakan undang-undang
karena cara pembuatannya. Di Indonesia UU dalam arti formil ditetapkan oleh presiden bersama-
sama DPR, contoh UUPA, UU tentang APBN, dll.Undang-Undang dalam arti materiil, yaitu
setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk.
Contoh: UUPA ditinjau dari segi kekuatan mengikatnya undang-undang ini mengikat setiap
WNI di bidang agraria.

Berdasarkan amandemen pertama UUD 1945 pada Pasal 5 ayat 1 ditegaskan bahwa “Presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Kemudian
dalam Pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang”. Dan selanjutnya berdasarkan Pasal 20 ayat 2 disebutkan bahwa
“Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama”.

Kebiasaan (Costum) yaitu perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan itu selalu
berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan
kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbulah
suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Tidak semua kebiasaan itu mengandung hukum yang baik dan adil. Oleh karena itu belum tentu
suatu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum. Hanya kebiasan-kebiasaan
dan adat istiadat yang baik dan diterima masyarakat yang sesuai dengan kepribadian masyarakat
tersebutlah yang kemudian berkembang menjadi hukum kebiasaan. Sebaliknya ada kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik dan ditolak oleh masyarakat, dan ini tentunya tidak akan menjadi

12
lOMoARcPSD|21383041

hukum kebiasaan masyarakat, sebagai contoh: kebiasaan begadang, berpakaian seronok, dan
sebagainya.

Sudikno (1986: 84) menyebutkan bahwa untuk timbulnya kebiasaan diperlukan beberapa syarat
tertentu yaitu:
a. Syarat materiil
Adanya perbuatan tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang (longa et invetarata
consuetindo).\
b. Syarat intelektual
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis).
c. Syarat akibat hukum apabila hukum itu dilanggar
Di Indonesia kebiasaan itu diatur dalam beberapa undang-undang yaitu antara lain:
Pasal 1339 KUHPerdata disebutkan bahwa “Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
perjanjiannya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang”.
Pasal 1346 KUHPerdata disebutkan bahwa “Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan
menurut apa yang menjadi kebiasaan dalam negeri atau di tempat persetujuan telah dibuat”.
Selanjutnya dalam Pasal 1571 KUHPerdata juga disebutkan bahwa: “Jika perjanjian sewa
menyewa tidak dibuat dengan tertulis, maka perjanjian sewa menyewa tidak berakhir pada waktu
yang ditentukan, melainkan jika pihak yang satu memberitahukan kepada pihak lain bahwa ia
hendak menghentikan perjanjian dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan
menurut kebiasaan setempat”.
Mengenai praktek administrasi negara sebagai sumber hukum formil, dapat dikatakan bahwa
praktek itu membentuk hukum administrasi negara kebiasaan (hukum tidak tertulis). Hukum
administrasi negara kebiasaan tersebut dibentuk dan dipertahankan dalam keputusan-keputusan
para pejabat administrasi negara. Sebagai suatu sumber hukum formil, maka sering sekali
praktek administrasi negara itu berdiri sendiri (zelfstandig) disamping undang-undang. Bahkan
tidak jarang praktek administrasi negara mengesampingkan (opzijzetten) peraturan perundang-
undangan yang telah ada.

R. Soeroso (2005: 155) menyatakan kelemahan dari hukum kebiasaan yaitu:

13
lOMoARcPSD|21383041

 bahwa hukum kebiasaan bersifat tidak tertulis dan oleh karenanya tidak dapat
dirumuskan secara jelas dan pada umumnya sukar menggantinya, dan
 bahwa hukum kebiasaan tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan
beracara karena hukum kebiasaan mempunyai sifat aneka ragam.

Keputusan-Keputusan Hakim (Yurisprudensi)


Purnadi Purbacaraka menyebutkan bahwa istilah Yurisprudensi berasal dari kata yurisprudentia
(bahasa latin) yang berarti pengetahuan hukum (rechtsgeleerdheid). Kata yurisprudensi sebagai
istilah teknis Indonesia sama artinya dengan kata “yurisprudentie” dalam bahasa Perancis, yaitu
peradilan tetap atau bukan peradilan. Kata yurisprudensi dalam bahasa Inggris berarti teori ilmu
hukum (algemeene rechtsleer: General theory of law), sedangkan untuk pengertian yurisprudensi
dipergunakan istilah-istilah Case Law atau Judge Made Law. Dari segi praktek peradilan
yurisprudensi adalah keputusan hakim yang selalu dijadikan pedoman hakim lain dalam
memutuskan kasus-kasus yang sama.Beberapa alasan seorang hakim mempergunakan putusan
hakim yang lain (yurisprudensi) yaitu:
a. Pertimbangan Psikologis
Hal ini biasanya terutama pada keputusan oleh Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung,
maka biasanya dalam hal untuk kasus-kasus yang sama hakim di bawahnya secara
psikologis segan jika tidak mengikuti keputusan hakim di atasnya tersebut.
b. Pertimbangan Praktis
Pertimbangan praktis ini biasanya didasarkan karena dalam suatu kasus yang sudah
pernah dijatuhkan putusan oleh hakim terdahulu apalagi sudah diperkuat atau dibenarkan
oleh pengadilan tinggi atau MA maka akan lebih praktis apabila hakim berikutnya
memberikan putusan yang sama pula. Di samping itu apabila keputusan hakim yang
tingkatannya lebih rendah memberi keputusan yang menyimpang atau berbeda dari
keputusan yang lebih tinggi untuk kasus yang sama, maka keputusan tersebut biasanya
tentu tidak dibenarkan/dikalahkan pada waktu putusan itu dimintakan banding atau
kasasi.
c. Pendapat Yang sama
Pendapat yang sama biasanya terjadi karena hakim yang bersangkutan sependapat dengan
keputusan hakim lain yang terlebih dahulu untuk kasus yang serupa atau sama.

14
lOMoARcPSD|21383041

Traktat (Treaty)
Traktat (Treaty) yaitu perjanjian antar negara/perjanjian internasional/perjanjian yang dilakukan
oleh dua negara atau lebih. Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak-pihak yang bersangkutan
terikat pada perjanjian yang mereka adakan itu. Hal ini disebut Pacta Sun Servada yang berarti
bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakan atau setiap perjanjian harus ditaati dan
ditepati oleh kedua belah pihak.
Ada beberapa macam traktat (treaty) yaitu:
a. Traktat bilateral atau traktat binasional atau twee zijdig
yaitu apabila perjanjian dilakukan oleh dua negara. Contoh: Traktat antara pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Malaysia tentang Perjanjian ekstradisi menyangkut
kejahatan kriminal biasa dan kejahatan politik.
b. Traktat Multilateral
yaitu perjanjian yang dilakukan oleh banyak negara. Contoh: Perjanjian kerjasama
beberapa negara di bidang pertahanan dan ideologi seperti NATO.
c. Traktat Kolektif atau traktat Terbuka
yaitu perjanjian yang dilakukan oleh oleh beberapa negara atau multilateral yang
kemudian terbuka untuk negara lain terikat pada perjanjian tersebut. Contoh: Perjanjian
dalam PBB dimana negara lain, terbuka untuk ikut menjadi anggota PBB yang terikat
pada perjanjian yang ditetapkan oleh PBB tersebut.

Adapun pelaksanaan pembuatan traktat tersebut dilakukan dalam beberapa tahap dimana setiap
negara mungkin saja berbeda, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perundingan
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal biasa dilakukan oleh negara-negara yang
akan mengadakan perjanjian. Perundingan dapat dilakukan secara lisan atau tertulis atau
melalui teknologi informasi lainnya. Perundingan juga dapat dilakukan dengan melalui
utusan masing-masing negara untuk bertemu dan berunding baik melalui suatu
konferensi, kongres, muktamar atau sidang.
2. Tahap Penutupan

15
lOMoARcPSD|21383041

Tahap penutupan biasanya apabila tahap perundingan telah tercapai kata sepakat atau
persetujuan, maka perundingan ditutup dengan suatu naskah dalam bentuk teks tertulis
yang dikenal dengan istilah “Piagam Hasil Perundingan” atau “Sluitings-Oorkonde”.
Piagam penutupan ini ditandatangani oleh masing-masing utusan negara yang
mengadakan perjanjian.
3. Tahap Pengesahan atau ratifikasi
Persetujuan piagam hasil perundingan tersebut kemudian oleh masing-masing negara
(biasanya tiap negara menerapkan mekanisme yang berbeda) untuk dimintakan
persetujuan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu.
4. Tahap Pertukaran Piagam
Pertukaran piagam atau peletakkan piagam dalam perjanjian bilateral maka naskah
piagam yang telah diratifikasi atau telah disahkan oleh negara masing-masing
dipertukarkan antara kedua negara yang bersangkutan. Sedangkan dalam traktat kolektif
atau terbuka peletakkan naskah piagam tersebut diganti dengan peletakkan surat-surat
piagam yang telah disahkan masing-masing negara itu, dalam dua kemungkinan yaitu
disimpan oleh salah satu negara berdasarkan persetujuan bersama yang sebelumnya
dinyatakan dalam traktat atau disimpan dalam arsip markas besar PBB yaitu pada
Sekretaris Jenderal PBB.
5. Pendapat Sarjana Hukum (Doktrin)
Biasanya hakim dalam memutuskan perkaranya didasarkan kepada undang-undang,
perjanjian internasional dan yurisprudensi. Apabila ternyata ketiga sumber tersebut tidak
dapat memberi semua jawaban mengenai hukumnya, maka hukumnya dicari pada
pendapat para sarjana hukum atau ilmu hukum. Jadi doktrin adalah pendapat para sarjana
hukum yang terkemuka yang besar pengaruhnya terhadap hakim, dalam mengambil
keputusannya. Di Indonesia dalam hukum Islam banyak ajaran-ajaran dari Imam Syafi’i
yang digunakan oleh hakim pada pengadilan Agama dalam pengambilan putusan-
putusannya.

16
lOMoARcPSD|21383041

Referensi :
Wikipedia.id
Hartono Hadisuprapto, S.H.,2006.Pengantar Tata Hukum Indonesia,Liberty:Yogyakarta
Atmosudirdjo,Prajudi S.1984.Hukum Administrasi Negara.Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia
Sunindhia, Y.W.1992.Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi.Jakarta:Penerbit Rineka
Cipta
Kansil,C.S.T.2009.Hukum Tata Negara di Indonesia.Jakarta:Penerbit Sinar Grafika
Marbun,S.T,1987.Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara,Liberty:Yogyakarta
E.Uteecht, S.H. ,1986.Pengantar Hukum Administrasi RI, Pustaka Tinta Mas:Surabaya
Christine S.T.Kanil, S.H.,1997.Modul Hukum Administrasi Negara,PT. Pradnya
Paramita:Jakarta
E-book Hukum Administrasi Negara yang disusun oleh Bewa Ragawino, S.H., M.SI.

17

Anda mungkin juga menyukai