“HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN ILMU LAIN, DAN SEJARAH HUKUM
TATA NEGARA SEBELUM DAN SESUDAH INDONESIA MERDEKA”
OLEH :
SARWIATI
A1O119003
KENDARI
2021
1. Hubungan Hukum Tata Negara Dengan Ilmu Lain
a. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara, berikut ini adalah
penjelasannya :
keduanya mempunyai hubungan yang sangat dekat, ilmu negara
mempelajari tentang negara dalam pengertian abstrak artinya tidak terikat
waktu dan tempat, ilmu negara mempelajari konsep-konsep dan teori-teori
mengenai negara serta hakikat negara.
Hukum tata negara mempelajari negara dalam keadaan konkrit artinya
negara yang sudah terikat waktu dan tempat, hukum tata negara mempelajari
hukum positif yang berlaku dalam suatu negara dan hukum tata negara
mempelajari negara dari segi struktur.
Dengan demikian hubungan antara ilmu negara dengan hukum tata negara
adalah ilmu negara merupakan dasar dalam penyelenggaraan praktik
ketatanegaraan yang diatur dalam hukum tata negara lebih lanjut, dengan kata
lain ilmu negara yang mempelajari konsep, sedangkan hukum tata negara
mempelajari teori tentang negara yang merupakan dasar hukum tata negara.
Misalnya, untuk menentukan bentuk pemerintahan republik dari suatu
negara seperti: republik Indonesia yang diatur dalam pasal 1 UUD negara
republik Indonesia 1945, maka harus diketahui ukuran-ukuran pemerintahan
republik yang secara teoritis dibahas dalam ilmu negara.
Dengan demikian ilmu negara memberikan basis atau dasar-dasar teoritis
bagi hukum tata negara. hukum tata negara merupakan penerapan di dalam
kenyataan-kenyataan konkret dari bahan-bahan teoritis dari hasil pengkajian
ilmu negara. ilmu hukum tata negara mempunyai sifat praktis atau ilmu
terapan (applied science) yang bahan-bahannya diselidiki, dikumpulkan dan
disediakan oleh ilmu negara yang dapat disebut ilmu murni (pure science).
Ronger Hora Siccama membedakan tugas seorang ahli hukum tersebut
menjadi 2 bagian, yaitu sebagai penyidik yang diumpamakan sebagai
penonton dalam suatu pertunjukan dan tugas ahli hukum sebagai pelaksana
yang akan menggunakan hukum dalam mengambil suatu keputusan yang
diumpamakan sebagai pemain dalam pertunjukan tersebut.
Kemudian mereka mencari sebab-sebab terjadinya kekurangan-kekurangan
itu Dan menganalisanya, Dan dari hasil analisa tersebut kemudian diberikan
masukan kepada pelaksana agar dalam menggunakan hukum dalam
keputusan-keputusan yaitu akan lebih sempurna. keputusan yang diambil oleh
ahli hukum yang bertindak sebagai pemain tersebut dapat berupa :
Beschiking = Eksekutif
Vonis = Yudikatif
Undang-undang = legislatif
Oleh sebab itu keputusan yang diambil tersebut semuanya tergantung dari
orang yang mengambil keputusan tersebut dan tidak akan dapat memuaskan
seluruh pihak.
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana hukum tersebut dijalankan
karena ilmu negara lebih mementingkan segi teorinya saja sedangkan hukum
tata negara lebih mementingkan praktisnya namun walaupun demikian bukan
berarti bahwa teori tersebut tidak diperlukan karena dengan penguasaan teori
yang baik maka ia akan dapat menerapkan hukum tersebut dengan baik pula.
b. Hubungan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik, berikut ini adalah
penjelasannya :
Hukum tata negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang mengatur
organisasi kekuasaan negara sedangkan ilmu politik mempelajari kekuasaan
dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut. Baik hukum tata negara dan
ilmu politik memiliki objek yang sama yaitu : Negara.
Setiap produk Undang-undang merupakan hasil dari proses politik atau
keputusan politik karena setiap undang-undang pada hakikatnya disusun dan
dibentuk oleh lembaga-lembaga politik, sedangkan hukum tata negara melihat
undang-undang adalah produk hukum yang dibentuk oleh alat-alat
perlengkapan.
Negara yang diberi wewenang melalui prosedur dan tata cara yang sudah
ditetapkan oleh hukum tata negara. dengan kata lain ilmu politik melahirkan
manusia-manusia hukum tata negara sebaliknya hukum tata negara
merumuskan dasar dari perilaku politik/kekuasaan
Contoh hubungan hukum tata negara dengan Ilmu Politik :
terbentuknya UU diisi dengan kebijakan politik yang ditarik pada
waktu penyusunannya, kita perhatikan pembukaan UUD, di situ jelas
akan mengetahui politik suatu negara. begitu pula dengan amandemen
UUD 45 oleh MPR.
Ratifikasi yang dilakukan DPR dalam pembentukan UU, rancangannya
dipengaruhi oleh suara wakil rakyat yang ada dalam DPR, sedangkan
DPR merupakan wakil dari organ-organ politik.
c. Hubungan hukum tata negara dan Hukum administrasi Negara berikut ini
adalah penjelasannya :
Hukum tata negara memiliki hubungan yang sangat erat dengan Hukum
administrasi Negara. Hukum tata negara memberikan tugas dan wewenang
jabatan pada badan pemerintahan(administrasi), sedangkan hukum
administrasi negara mengatur tugas dan wewenang secara organisatoris yang
diperoleh dari hukum tata negara akan dijalankan, maka hukum administrasi
mengaturnya. karena itu Hukum administrasi merupakan tindak lanjut dari
hukum tata negara, artinya tugas dan wewenang, fungsi, jabatan, badan
administrasi dijalankan diatur dalam Hukum administrasi, sebagaimana
dikatakan oleh Ten berge, bahwa Hukum administrasi adalah sebagai
perpanjangan dari hukum tata negara dan hukum administrasi merupakan jenis
hukum yang berbeda, namun dapat dipisahkan secara tegas, karena kedua jenis
fungsi ini mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Hubungan mendasar antara hukum administrasi dan hukum tata negara
melalui pendekatan isi dan objeknya, maka dapat digambarkan bahwa “hukum
tata negara” sebagai suatu gabungan peraturan-peraturan yang mengadakan
badan-badan(kenegaraan), yang memberi pekerjaan pemerintah serta membagi
pekerjaan itu pada badan yang tinggi dan rendah.
Sebagai mana disebutkan sebelumnya, hukum tata negara memperhatikan
negara dalam keadaan tidak bergerak (Staat on beweging) dilihat dari objek
yang dipelajari, kedua bidang hukum dimaksud dapat dipetakan, sebagai
berikut :
Hukum tata negara fokus kajiannya, meliputi :
Jabatan-jabatan apa yang ada dalam susunan suatu negara
Siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu
Cara bagaimanakah jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat
Fungsi jabatan-jabatan
Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu
Hubungan antara masing-masing jabatan dan
Dalam batasan-batasan manakah organisasi kenegaraan dapat
melakukan tugasnya
Hukum administrasi, objek kajiannya meliputi :
Jabatan pemerintah
Sifat jabatan pemerintah
Kedudukan hukum jabatan
Kekuasaan hukum (tugas dan wewenang) jabatan
Pengisian jabatan
Instrumen pengatur jabatan
Landasan yuridis kewenangan jabatan
Di dalam memetakan objek kajian hukum tata negara dan hukum
administrasi Bagir manan lebih sederhana mengatakan yakni secara keilmuan
yang mengatur tingkah laku negara atau alat perlengkapan negara dimasukkan
ke dalam kelompok hukum tata negara sedangkan hukum yang mengatur
tingkah laku pemerintah masuk ke dalam kelompok Hukum administrasi.
(Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, SH, “Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia, “2008, blm.22).
d. Hubungan hukum tata negara dan hukum tata usaha negara, berikut ini adalah
penjelasannya :
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur
kegiatan administrasi negara. Yaitu : hukum yang mengatur tata pelaksanaan
pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Hukum administrasi Negara
memiliki kemiripan dengan hukum tata negara. kesamaannya terletak dalam
hal kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara
lebih mengacu kepada fungsi konstitusi hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah, untuk Hukum
administrasi Negara di mana negara dalam “keadaan yang bergerak”. hukum
tata usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.
Dalam arti luas hukum tata negara meliputi hukum negara dan hukum tata
usaha negara, sedangkan dalam arti sempit yaitu hukum tata negara tersebut.
Berbicara mengenai hukum tata usaha negara, maka tidak akan lepas dengan
adanya peradilan tata usaha negara.
Hukum administrasi negara (HTUN) berasal dari Belanda yang disebut
administratif recht atau bestuursrecht yang berarti lingkungan
kekuasaan/administratif diluar dari legislatif dan yudisial. Di beberapa negara
terdapat istilah atau penyebutan lain mengenai hukum administrasi negara ini,
diantara :di prancis di disebut Droit Administrative, di Inggris disebut
Administrative Law, di Jerman disebut Verwaltung recht, dan di Indonesia
sendiri banyak istilah yang digunakan untuk mata kuliah ini seperti hukum tata
usaha negara, pengantar hukum administrasi, hukum administrasi negara, dll.
e. Hubungan hukum tata negara dan hukum tata pemerintahan, berikut ini adalah
penjelasannya :
Hukum Tata Negara mempelajari negara dalam keadaan konkrit artinya
negara yang sudah terikat waktu dan tempat, hukum tata negara mempelajari
hukum positif yang berlaku dalam suatu negara, dan hukum tata pemerintahan
adalah keseluruhan aturan-aturan yang menguasai kegiatan-kegiatan alat-alat
perlengkapan negara yang bukan alat perlengkapan perundang-undangan atau
kekuasaan alat-alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat
maupun antara alat-alat perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan-
aturan yang menegaskan dengan syarat-syarat bagaimana badan-badan tata
usaha negara/administrasi memperoleh hak-hak dan membebankan kewajiban-
kewajiban kepada para warga masyarakat dengan peraturan alat-alat
perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan umum.
Menurut penulis konsep dwi fungsi ABRI pada masa Orde Baru
membeda-bedakan golongan militer dengan golongan sipil. Dengan dalih
Dwi fungsi ABRI pada masa orde baru. ABRI yang tidak mempunyai hak
memilih dan dipilih tetapi dapat menjadi anggota MPR RI karena dengan
jalan penunjukan. Hal ini berdasarkan pasal 2 ayat (1) UUD 1945 sebelum
Perubahan : MPR terdiri dari anggota DPR ditambah dengan utusan dari
daerah dan golongan menurut yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
Kalau tidak membeda-bedakan golongan militer dengan golongan sipil
ABRI yang mempunyai jumlah anggota 500 mendapat jatah wakil di MPR
RI hanya 2 orang. Berdasarkan pasal dan ayat tersebut utusan daerah
diambil dari kepala daerah dengan jalan pengangkatan oleh Presiden
Republik Indonesia yang mana sama-sama menjabat sebagaimana
kekuasaan eksekutif. Presiden memegang eksekutif di tingkat pusat dan
Kepala Daerah Tingkat I memegang eksekutif di tingkat daerah.
Pada masa orde baru dibedakan ada golongan karya, Setiap PNS harus
loyal kepada golongan karya. Walaupun ada 2 partai yaitu Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Demokrasi tetapi menurut penulis hanya partai
boneka karena peranannya tidak optimal.
Mengenai sistem pengangkatan pada masa Orde Baru menurut penulis
tidak boleh terlalu banyak jumlahnya karena hanya sebagian anggota
tambahan. Yang paling banyak adalah anggota MPR RI yang berasal dari
anggota DPR RI hasil Pemilu. Pernah karena ada konsensus nasional 1/3
dari anggota MPR RI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia.
Menurut penulis Pemerintah bersifat otoriter di masa Orde Baru.
Mengapa demikian? Karena semua urusan pemerintahan terpusat di
Pemerintah Pusat dengan sistem sentralistik. Di dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
terdapat :
1) asas desentralisasi
2) Asas dekonsentrasi dan
3) Asas tugas pembantuan pelaksanaan 3 asas
Pada masa Orde Baru UUD 1945 disakralkan karena UUD 1945
tidak dapat diubah :