Anda di halaman 1dari 18

RESUME MATA KULIAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(HAN)

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
semester satu yang diampu oleh: Dr.Rahayu Subekti, S.H, M.Hum.

Disusun oleh:

Angel Julisya Uneka Sari Tanjung / E0021047

Cindy Nain Pangestu / E0021115

Dyah Ayu Juve Nika Azzahro / E0021144

Rosita Tryas Fitriana / E0021402

Taufiq Naufal Amani Arif / E0021445

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021
PENGERTIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Banyak ahli yang memberikan pendapat mereka mengenai pengertian Hukum


Administrasi Negara, disini kami akan menjelaskan 10 pendapat berbeda yang
disampaikan antara lain:

1. L.J. Van Apeldoorn

Menurut L.J. Van Apeldoorn, Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan


aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa
yang diserahi tugas pemerintahan itu.

2. Logemann

Menurut Logemann, Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari


norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang
khusus.

3. De La Bascecoir Anan

Menurut De La Bascecoir Anan, Hukum Administrasi Negara adalah himpunan


peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi atau bereaksi dan peraturan
itu mengatur hubungan antara warga Negara dengan pemerintah.

4. Oppen Hein

Menurut Oppen Hein, Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu


gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan yang tinggi maupun rendah
jika badan itu menggunakan wewenangyang telah diberikan kepadanya oleh
Hukum Tata Negara.

5. A.A.H. Strungken

Menurut A.A.H. Strungken, Hukum Administarsi Negara adalah aturan-aturan


yang menguasai tiap cabang kegiatan penguasa sendiri.
6. J.H.P. Beltefroid

Menurut J.H.P. Beltefroid, Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan


aturan tentang cara bagaimana alat pemerintahan dan badan kenegaraan dan majelis
pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.

7. Marcel Waline

Menurut Marcel Waline, Hukum Administarsi Negara adalah keseluruhan


aturan yang menguasai kegiatan alat perlengkapan Negara yang bukan alat
perlengkapan perundang-undangan atau kekuasaan kehakiman menentukan luas
dan batas kekuasaan alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat
maupun antara alat perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan yang
menegaskan dengan syarat bagaimana badan tata usaha negara/ administrasi
memperoleh hak dan membebankan kewajiban kepada para warga masyarakat
dengan peraturan alat perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan
umum.

8. E. Utrecht

Menurut E. Utrecht, Hukum Administarsi Negara adalah menguji hubungan


hukum istimewa yang diadakan agar memungkinkan para pejabat pemerintahan
Negara melakukan tugas mereka secara khusus.

9. Prajudi Atmosudirdjo

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administarsi Negara adalah hukum


mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan administrasi atau pengawasan
terhadap penguasa administrasi.

10. J.P. Hooykaas

Menurut J.P. Hooykaas, Hukum Administarsi Negara adalah ketentuan


mengenai campur tangan dan alat perlengkapan Negara dalam lingkungan swasta.
RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Mengenai ruang lingkup yang dipelajari dalam studi Hukum Administrasi


Negara, terdapat beberapa pendapat yang dapat disimpulkan.

• Pendapat pertama dari Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan ada enam ruang


lingkup yang dipelajari dalam HAN yaitu meliputi :

1) Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum dari administrasi negara;

2) Hukum tentang organisasi negara;

3) Hukum tentang aktivitas-aktivitas dari administrasi negara, terutama yang bersifat


yuridis;

4) Hukum tentang sarana-sarana dari administrasi negara terutama mengenai


kepegawaian negara dan keuangan negara;

5) Hukum administrasi pemerintah daerah dan Wilayah, yang dibagi menjadi :

a. Hukum Administrasi Kepegawaian;

b. Hukum Administrasi Keuangan;

c. Hukum Administrasi Materiil;

d. Hukum Administrasi Perusahaan Negara.

e. Hukum tentang Peradilan Administrasi Negara.

• Sedangkan menurut Kusumadi Pudjosewojo, membagi bidang-bidang pokok


Hukum Administrasi Negara sebagai berikut :

1. Hukum Tata Pemerintahan;

2. Hukum Tata Keuangan termasuk Hukum Pajak;

3. Hukum Hubungan Luar Negeri;

4. Hukum Pertahanan dan Keamanan Umum.


• Isi dan ruang lingkup Hukum Administarsi Negara menurut Van Vallen Hoven
dalam bukunya yang berjudul :Omtrek van het administratiefrecht, memberikan
skema tentang hukum administrasi Negara didalam kerangka hukum seluruhnya
sebagai berikut :

a. Hukum Tata Negara/Staatsrecht meliputi :

1. Pemerintah/Bestuur

2. Peradilan/Rechtopraak

3. Polisi/Politie

4. Perundang-undangan/Regeling

b. Hukum Perdata / Burgerlijk

c. Hukum Pidana/ Strafrecht

d. Hukum Administarsi Negara/ administratief recht yang meliputi :

1. Hukum Pemerintah / Bestuur recht

2. Huku Peradilan yang mel;iputi :

a. Hukum Acara Pidana

b. Hukum Acara Perdata

c. Hukum Peradilan Administrasi Negara

3. Hukum Kepolisian

4. Hukum Proses Perundang-undangan / Regelaarsrecht.

Pendapat Van Vallen Hoven ini dikenal dengan “ Residu Theori”.

• Sedangkat menurut Walther Burckharlt (Swiss), bidang-bidang pokok Hukum


Administrasi Negara adalah. :
1. Hukum Kepolisian
Kepolisian dalam arti sebagai alat administrasi Negara yang sifat preventif

misalnya pencegahan dalm bidang kesehatan, penyakit flu burung, malaria,


pengawasan dalam pembangunan, kebakaran, lalu lintas, lalulintas perdagangan
( Ekspor-Impor).
2. Hukum Kelembagaan, yaitu administrasi wajib mengatur hubungan hukum sesuai
dengan tugas penyelenggara kesejahtreaan rakyat missal dalam bidang pendidikan,
rumah sakit, tentang lalu lintas ( laut, udara dan darat), Telkom, BUMN, Pos,
pemeliharaan fakir miskin, dan sebagainya.

3. Hukum Keuangan, aturan-aturan tentang keuangan Negara, missal pajak, bea cukai,
peredaran uang, pembiayaan Negara dan sebagainya. Prajudi Atmosudirdjo
mengatakan bahwa ruang lingkup Hukum Administarsi Negara adalah :

a. Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum daripada Administrasi


Negara.

b. Hukum tentang organisasi dari Administrasi Negara.

c. Hukum tentang aktifitas-aktifitas dari Administrasi Negara yang bersifat yuridis.

d. Hukum tentang sarana-sarana dari Administrasi Negara terutama mengenai


kepegawaian Negara dan keuangan Negara.

SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan hukum
serta tempat ditemukannya aturan-aturan hukum. Sudikno mertokusumo menyatakan
bahwa sumber hukum sering digunkan dalam beberapa arti yaitu sebagai berikut:

a. Sebagai asas hukum sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum misalnya
kehendak tuhan. Akal manusia, jiwa bangsa, dan sebagainya.
b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan - bahan pada hukum yang
sekarang berlaku. Seperti hukum perancis,hukum romawi dan lain-lain.
c. Sebagai sumber berlakunya. Yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum (penguasa, masyarakat)
d. Sebagai sumber darimana kita dapat mengenal huku. Misalnya dokumen, undang-
undang, lontar, batu bertulis dan sebagainya.
e. Sebagai sumber terjadinya hukum,sumber yang menimbulkan hukum.

Sumber hukum HAN ini dibagi menjadi 2 yaitu, antara lain.

1. Sumber hukum materiil


Sumber hukum materiil adalah faktor -faktor masyarakat yang mempengaruhi
pembentukan hukum atau faktor - faktor yang mempengaruhi materi (isi) dari
aturan - aturan hukum. Sumber hukum ini merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum. Sumber hukum materiil terjadi dari 3 jenis.
a. Sumber hukum historis atau sejarah.
Dalam pengertian historis sumber hukum memiliki 2 arti, yaitu sebagai tempat
menemukkan hukum pada saat tertentu dan sumber dimana pembuat UU
mengambil bahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan.

b. Sumber hukum sosiologis atau antropologis.


Dalam pengertian sosiologis, pembuatan peraturan perundang-undangan
harus pula memperhatikan situasi sosial ekonomi, hubungan sosial, situasi
politik, serta perkembangan internasional. Oleh sebab faktor yang kompleks ini,
Dalam pembuatan peraturan perundang-undangan diperlukan masukan dari
para ahli di bidang-bidang tersebut.

c. Sumber hukum filosofis.


Sumber hukum dari arti filosofis memiliki 2 arti, yaitu sebagai sumber
untuk isi hukum yang adil dan sebagai sumber untuk mentaati kewajiban
terhadap hukum (kekuatan mengikat hukum).

2. Sumber hukum formil


Sumber hukum formil adalah sebagai sumber hukum materiil yang sudah
dibentuk melalui proses-proses tertentu sehingga sumber hukum tadi menjadi
berlaku umum dan ditaati berlakunya oleh umum atau dapat dikatakan sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sumber hukum formil adalah tempat atau sumber darimana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum.
Beberapa hukum formil hukum administrasi Negara yaitu:
1. Peraturan perundang-undangan.
2. Kebiasaan atau praktek tata usaha Negara/ hukum tidak tertulis.
3. Yurisprudensi.
4. Doktrin.
OBJEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Objek studi Hukum Administrasi Negara, terbagi menjadi dua, yakni:

1. Objek Material
Objek yang dimaksud yaitu manusia, aparat pemerintah atau aparat administrasi
negara sebagai pihak yang memerintah dan warga masyarakat atau badan hukum
privat sebagai pihak yang diperintah. Antara kedua belah pihak ada hubungan
hukum publik.
2. Objek Formal
Objek Formal adalah pelaku, kegiatan atau keputusan hukum badan pemerintah,
baik yang bersifat peraturan maupun yang bersifat ketetapan.

Sedangkan Objek HAN Khusus adalah peraturan-peraturan hukum yang


berhubungan dengan bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa. Contoh : Hukum
Tata Ruang, IMB dll. Objek HAN Umum adalah peraturan-peraturan hukum yang
tidak terikat pada suatu bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa. Contoh : Asas-
asas umum pemerintahan yang baik, dll.

Dari lapangan hukum administrasi khusus itulah kemudian dicari elemen-


elemen umum yaitu elemen yang terdapat dalam tiap lapangan khusus tersebut.
Elemen yang demikian itulah kemudian membentuk hukum administrasi umum.

ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Setelah kami membaca dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa asas
dalam Hukum dministrasi Negara memiliki setidaknya 14 asas yang mengikat. Berikut
ini adalah asas-asas yang terdapat dalam HAN :

1. Asas Ne bis Vexari Rule


Adalah asas yang menginginkan setiap tindakan dalam administrasi negara itu harus
berdasarkan undang-undang dan hukum yang ada.
2. Asas Principle Of Equality (Asas Kesamaan dalam Pengambilan Keputusan)
Adalah asas yang menginginkan agar ketika ada suatu kasus maupun fakta yang
serupa, seluruh alat administrasi negara haruslah mempunyai keputusan yang
serupa (sama).
3. Asas Principle of proportionality (Asas Keseimbangan)
Adalah asas yang menginginkan penjatuhan hukuman dalam proporsi yang wajar
bagi pegawai yang telah melakukan kesalahan.
4. Asas Principle of Legality (Asas Kepastian Hukum)
Adalah asas yang menginginkan agar hak yang telah diperoleh seseorang
berdasarkan keputusan pejabat/badan administrasi negara itu dihormati.
5. Asas Principle Of Motivation (Asas Motivasi untuk segala keputusan)
Adalah asas dimana pejabat administrasi negara maupun pemerintah harus punya
motivasi yang kuat, adil, benar dan jelas dalam mengambil suatu keputusan.
6. Asas Of Non-Minuse of Competence (Asas Tidak mencampuraduk kewenangan)
Adalah asas yang menginginkan agar pejabat administrasi negara dalam
pengambilan keputusan tidak memakai kewenangan ataupun kekuasaannya.
(Bukan ranah kewenangannya tapi ikut memutuskan)
7. Asas Principle of Meeting Raised Expectation (Asas Menanggapi harapan yang
Wajar)
Adalah asas yang menginginkan pemerintah dapat menimbulkan harapan yang
wajar bagi kepentingan rakyatnya.
8. Asas Principle Of Public Service (Asas Penyelenggaraan Umum)
Adalah asas yang mengingankan agar kiranya pemerintah selalu mengutamakan
kepentingan umum dalam melaksanakan tugasnya.
9. Asas Sapientia (Asas Kebijaksanaan)
Adalah asas yang menginginkan pejabat administrasi negara harus selalu
bijaksana dalam melakukan tugasnya.
10. Asas Principle of Undoing the Consequence of annule Decision
Adalah asas yang meniadakan akibat-akibat dari suatu pembatalan keputusan.
11. Asas Principle of Corefness (Asas Bertindak Cermat)
Adalah asas yang menginginkan administrasi negara hati-hati dalam tindakannya
agar tidak melahirkan kerugian bagi masyarakat.
12. Asas Principle of Fair Play (Asas Permainan yang Layak)
Adalah asas yang menginginkan agar pejabat administrasi negara memberikan
suatu kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan informasi yang
benar dan adil kepada masyarakat.
13. Asas Principle Of Protectiing the Personal Way of Life (Asas Perlindungan
Pandangan Prabadi)
Adalah asas yang menginginkan agar adanya perlindungan bagi pandangan hidup
setiap pribadi.
14. Asas Principle of Resonable or Prohibition of Arbitrariness (Asas Kewajaran dan
Keadilan)
Adalah asas yang menginginkan pemerintah tidak boleh sewenang-wenang
ataupun berbuat tidak layak dalam melakukan tindakannya.

FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Berdasarkan hasil pencarian, fungsi Hukum Administrasi Negara memiliki beberapa


macam yaitu fungsi normatif, fungsi instrumental, dan fungsi sebagai jaminan hukum serta
upaya Hukum Administrasi Negara yang dituangkan dalam bentuk pengawasan eksternal yang
keduanya bersinergi untuk mewujudkan pengelenggara pemerintahan yang baik dan berwibawa.

Selain fungsi di atas, terdapat tiga fungsi lain yang dapat kami uraikan yaitu:

1. Menjamin Kepastian Hukum


Menjamin kepastian hukum dapat dikatakan menyangkut masalah bentuk dari hukum
tersebut.
2. Menjamin Keadilan Hukum
Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah ditentukan oleh undang-
undang dan peraturan tertulis.
3. Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran
Pedoman artinya sebagai petunjuk arah dari perilaku manusia yaitu perilaku yang baik
dan benar, ukuran maksudnya untuk menilai apakah pelaksanaan tersebut telah
dilaksanakan dengan benar atau tidak.

WEWENANG DAN TINDAKAN PEMERINTAHAN

Kata kewenangan berasal dari kata dasar wewenang yang diartikan sebagai hal
berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan
adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan berasal dari kekuasaan legislate
(diberi oleh undangundang) atau dari kekuasaan eksekutif administrative. Kewenangan
yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan
orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan.

Dalam kepustakaan hukum administrasi negara, terdapat 3 cara untuk memperoleh


wewenang, yaitu :

1. Atribusi, atribusi diakatakan sebagai cara normal untuk memperoleh wewenang,


biasanya atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan diberikan kepada
lembaga tertentu saja.

2. Delegasi, ialah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu lemabaga ke lemabaga


lain.

3. Mandat, akan terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenanganya


dijalankan oleh organ lain atas namanya.

Sedangkan tindakan pemerintah ialah sebuah hal atau kegiatan yang dilakukan
oleh sebuah organ demi menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan. Tindakan pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu tindakan
yang bukan merupakan tindakan hukum dan kedua yaitu tindakan yang mengakibatkan
perbuatan hukum.

Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang dilakukan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan. tindakan
pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut :

1. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai


penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen)
dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;

3. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum


di bidang hukum administrasi;

4. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan


negara dan rakyat.
INSTRUMEN PEMERINTAHAN

• Instumen Pemerintahan (Peraturan dan Keputusan):


Menurut Ridwan H.R, Instrumen pemerintahan ialah sarana yang digunakan
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Didalam menjalankan tugasnya, pemerintah
melakukan tindakan hukum dengan menggunakan sarana, seperti, alat tulis menulis,
saran transportasi, dan gedung perkantoran. Dilain sisi, pemerintah juga menggunakan
berbagai instrument untuk menjalankan kegiatan mengatur dan menjelaskan urusan
pemerintahn dan masyarakat., seperti perturan perundang-undangan, keputusan,
perizinan, instrument hukum keperdataan dll.

Secara teoritis, istilah perundang-undangan mempunyai dua pengertian, :


1. Perundang-undangan ialah proses pembentukan/proses membentuk peraturan-
peraturan negara, baik ditingkat pusat maupun ditingkatan daerah.

2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil


pembentukan peraturan-peraturan, baik ditingkat pusat maupun daerah.

• Instrumen Pemerintahan (Peraturan Kebijakan):


Peraturan kebijakan adalah wujud formal kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat
administrasi negara berdasarkan asas diskresi. Bentuk formal peraturan kebijakan
dalam hal tertentu sering tidak berbeda atau tidak dapat dibedakan dari format peraturan
perundang-undangan. Menurut Philipus M. Hadjon, peraturan kebijaksaan pada
hakikatnya merupakan produk dari perbuatan TUN yang bertujuan untuk
menampakann sebuah kebijakan tertulis. Fungsi pertauran kebijaksanaan ini sebagai
bagia dari operasional penyelenggaraan tugas pemerintahan sehingga tidak dapat
mengubah peraturan perundang-undangan.
Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijakan :

1. Bukan merupakan peraturan


2. Perundang-undangan
3. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap pertauran perundang-undangan yang
tidak dapat diberlakukan pada peratusan kebijaksanaan.
4. Tidak dapat diuji secara wetmatigheid karena memang pada dasarnya tidak ada
5. pearturan perundang-undangan untuk membuat keputusan pertauran kebijaksanaan
tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri diats, ada beberapa persamaan antara peraturan perundang-
undangan dan perturan kebijaksanaan. A. Hamid Attamimi menyebutkan unsur-unsur
persamaannya sebagai berikut :

1. Aturan yang berlaku bersifat umum dan abstrak.


2. Peraturan yang berlaku “keluar” ditunjukan kepada masyarakat umum
3. Kewenangan pengaturan yang bersidat umum ditetapkan oleh lembaga/pejabat
yang mempunyai kewenangan umum.

Menurut A Hamid Attamimi, isamping terdapat kesamaan, ada pula perbedaanya,


yaitu :

1. Pemebntukan pertauran perundang-undangan merupakan fungsi negara, adapun


fungsi pembentukan pertauran kebijaksanaan ada pada pemerintah dalam arti
sempit.
2. Materi muatan petauran kebijaksanaan mengandung materi muatan yang
berhubungan dengan kewenangan bertindak dala bidang hukum privat dan
kewenangan bertindak dalam membuat rencana yang ada pada lembaga
pemerintahan.
3. Sanksi dalam pertauran perundang-undangan dan pada peraturan lebijaksanaan.
Sanksi pidana dan saksi pemaksa yang jelas mengurangi dan membatasi hak-hak
asasi warga negara dan penduduk hanya dapat dituangkan dalam UU yang
pembentukannya harus dilakukan dengan persetujuan wakyat atau denagn
persetujuan wakil-wakilnya.

PERKEMBANGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DI INDONESIA

• Perkembangan Hukum Administrasi Negara pada Masa Kemerdekaan:

Setelah selesai perang kemerdekaan, yaitu pada tahun 1951, dimulailah usaha-
usaha pengembangan administrasi negara karena dipengaruhi oleh semakin besarnya
peranan pemerintah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Pada masa Orde Lama (Sukarno), penataan sistem administrasi berdasarkan model
birokrasi monocratique dilakukan dalam rangka membangun persatuan dan kesatuan
yang berdasarkan pada ideologi demokrasi terpimpin.
Sukarno melakukan kebijakan apa yang disebut dengan retoolling kabinet, dimana
ia mengganti para pejabat yang dianggap tidak loyal. Dengan Dekrit Presiden no 6
tahun 1960, Sukarno melakukan perombakan sistem pemerintahan daerah yang lebih
menekankan pada aspek efisiensi dan kapasitas kontrol pusat terhadap daerah.

Orde baru lahir dengan diawali berhasilnya penumpasan terhadap G.30.S/PKI pada
tanggal 1 Oktober 1965. Orde baru sendiri adalah suatu tatanan perikehidupan yang
mempunyai sikap mental positif untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat, dalam
rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mencapai suatu masyarakat adil
dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
melalui pembangunan di segala bidang kehidupan. Orde Baru bertekad untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru ingin
mengadakan ‘koreksi total’ terhadap sistem pemerintahan Orde Lama.

Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah


kepada Letjen Soeharto atas nama presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap
perlu guna mengamankan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, untuk
menegakkan RI berdasarkan hukum dan konstitusi. Maka tanggal 12 Maret 1966,
dikeluarkanlah Kepres No. 1/3/1966 yang berisi pembubaran PKI, ormas-ormasnya dan
PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia serta mengamankan beberapa menteri
yang terindikasi terkait kasus PKI. (Erman Muchjidin, 1986:58-59).

Model birokrasi monocratique dalam administrasi diteruskan oleh Suharto. Awal


tahun 1970an, pemerintah orde baru melakukan reformasi administrasi. Hal ini
dilakukan melalui larangan pegawai negeri berpolitik dan kewajiban pegawai negeri
untuk mendukung partai pemerintah. Disamping itu Suharto menerbitkan dua buah
kebijakan yang sangat penting dalam sistem administrasi waktu itu. Pertama adalah
Keppres no 44 dan no 45 tahun 1975 yang masing masing mengatur tentang susunan
tugas pokok dan fungsi Departemen dan LPND. Produk kebijakan yang kedua adalah
UU no 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah. Dalam peraturan tersebut,
pemerintah daerah disusun secara rapi terdiri dari pemerintah daerah tingkat I dan
tingkat II. Disamping itu setiap daerah memiliki status sebagai daerah otonom sekaligus
sebagai wilayah kerja pemerintah. Sebagai implikasinya Kepala daerah diberikan
jabatan rangkap yaitu sebagai Kepala Daerah otonom dan wakil pemerintah pusat.
Kebijakan kebijakan tersebut dilakukan untuk menciptakan efisiensi dan penguatan
kontrol pusat kepada daerah.

• Perkembangan Hukum Administrasi Negara di Indonesia:

Berdasarkan SK menteri P dan K tanggal 30 Desember 1972, istilah yang


digunakan untuk menyebut Hukum Administrasi Negara adalah Hukum Tata
Pemerintahan. Namun, istilah tersebut hanya digunakan oleh beberapa universitas saja.
Istilah lain yang berkembang pada masa itu adalah Hukum Tata Usaha Negara dan
Hukum Administrasi Negara.

Pengaruh konsep negara kesejahteraan Indonesia dapat dilihat sejak zaman


Hindia Belanda pada tahun 1870, Hukum Administrasi Negara juga telah ada. Hindia
Belanda pada saat itu hanya memiliki 4 departemen, yaitu: departemen dalam negeri,
departemen penajaran, departemen pekerjaan umum, dan departemen keuangan.
Menurut Bintarto Tjokromidjojo, sebelum tahun 1945 ketika bangsa Indonesia hidup
dalam penjajahan, bangsa Indonesia tidak diberi kesempatan untuk ikut serta dalam
Administrasi Negara. Pada masa penyusunan naskah UUD 1945 Muhammad Hatta
mengembangkan konsep negara kesejahteraan dengan istilah negara pengurus untuk
merumuskan pasal 33 UUD 1945, yaitu tentang demokrasi ekonomi.

Pada masa sekarang kegiatan pengurus tersebut, seperti pembangunan rumah


sakit, pembangunan sekolah, dan lain sebagainya. Perkembangan kesejahteraan negara
sebenarnya juga terdapat dalam Undang - Undang dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945, yaitu:

- Hak mengembangkan diri, pasal 28C ayat 1

- Hak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, pasal 28C ayat 1

- Hak untuk memajukan diri dan memperjuangkan secara kolektif, pasal 28C ayat 2

- Hak untuk mendapat pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yand
adil serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adildan layak dalam hubungan kerja,
pasal 28D ayat 1

- Hak untuk bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dalam hubungan kerja, pasal
28D ayat 2
- Hak status kewarganegaraan, pasal 28D ayat 4, dsb.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dalam Hukum


Administrasi Negara dapat dilihat dari terdapatnya pekerjaan yang sesuai dengan bobot,
tugas, dan fungsi serta kewajiban administrasi negara Indonesia seperti yang telah
tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945.

Hukum administrasi negara telah berkembang sejalan dengan perkembangan


masyarakat. Semakin berkembang kehidupan masyarakat, semakin berkembang pula
tugas - tugas pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada berbagai bidang pemerintahan telah
terjadi penumpukan aturan dan keputusan yang saling melengkapi, bahkan dapat
berubah mengikuti perubahan situasi dan kondisi dalam masyarakat.

SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Sanksi (sanction, latin, sanctie, Belanda) adalah ancaman hukuman, merupakan


satu alat pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, UU, norma-norma hukum. Sanksi
dalam hukum administrasi yaitu “ alat kekuasaan yang bersifat hukum publik yang
dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap
kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi negara.”

Ditinjau dari segi sasarannya, dalam hukum administrasi dikenal beberapa jenis
sanksi, sebagai berikut.

a. Sanksi reparatoir artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran
norma, yang ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum
terjadinya pelanggaran, misalnya paksaan pemerintah ( Bestuursdwang),
pengenaan uang paksa (Dwangsom).
b. Sanksi punitif artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada
seseorang, misalnya adalah berupa denda administratif.
c. Sanksi regresif adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidakpatuhan
terhadap ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.

Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah jika sanksi administrasi
ditujukan pada perbuatan, sifat repatoir-condemnatoir, prosedurnya dilakukan secara
langsung oleh pejabat tata usaha Negara tanpa melalui peradilan. Sedangkan sanksi
pidana ditujukan pada si pelaku, sifat condemnatoir, harus melalui proses peradilan.

Macam-macam sanksi dalam hukum administrasi, antara lain:

1. Paksaan pemerintahan ( Bestuursdwang)

Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ


pemerintahan atau atas nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan,
menghalang- halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan
atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Paksaan tidak selalu dalam
bentuk fisik melainkan pemaksaan terletak pada kenyataan bahwa warga yang
dipandang lalai oleh kekuasaan pemerintahan yang sah menurut hukum dipaksa
memenuhi undang-undang. Paksaan pemerintah lebih menekankan pada
pelaksanaan undang-undang bukan pada pelanggarnya dengan pertimbangan
sebagai berikut: 1) kepentingan umum yang dirugikan dengan keadaan illegal
misalnya pencemaran lingkungan, 2) kepentingan pencegahan pengaruh preseden,
dan 3) kepentingan pihak ketiga.

2. Penarikan kembali keputusan ( ketetapan ) yang menguntungkan


Penarikan kembali ketetapan tata usaha Negara yang menguntungkan
dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali
atau menyatakan tidak berlakulagi ketetapan yang terdahulu. Terdapat 2 hal suatu
keputusan dapat ditarik kembali dengan pertimbangan:
1) Pihak yang berkepentingan tidak memenuhi pembatasan-pembatasa, syarat-
syarat, atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan
subsidi atau pembayaran.
2) Pihak yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk
mendapatkan izin, subsidi atau pembayaran telah memberikan data yang tidak
benar atau tidak lengkap jika data tersebut diberikan secara benar atau lengkap
berindikasi keputusan akan berkelainan.

Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena


didalam HAN terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio
justea causa, yaitu bahwa pada asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat tata usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena
itu, ketetapan tata usaha Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya
tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di
pengadilan.

3) Pengenaan uang paksa (Dwangsom) oleh badan tata usaha Negara


Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan
pada seseorang atau warga Negara yang tidak mematuhi atau melanggar
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternative dari tindakan
paksaan pemerintah. Uang akan hilang untuk setiap kali pelanggaran diulangi
atau untuk tiap hari masih berlanjut. Pengenaan uang paksa merupakan
alternative tindakan nyata, yang berarti sebagi sanksi subsidiare dan dianggap
sebagai sanksi reparatoir. Persoalan hukum yang dihadapi dalam pengenaan
dwangsom sama dengan pelaksanaan paksaan nyata.

4) Pengenaan denda administratif


Menurut P de Haan menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal
pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan
uang paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesuai
dengan norma, denda administratif tidak lebih dari sekedar reaksi terhadap
pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti.
Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas
hukum administrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis. Undang-undang
memberikan wewenang membebankan biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan bestuurdwang pada pelanggar. Undang-undang
memberi kemungkinan menagih biaya dengan surat paksa (Dwangbewel).

Anda mungkin juga menyukai