TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan
OLEH :
YUSNANI
057011100/M.KN
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
ANALISIS HUKUM TERHADAP AKTA OTENTIK
YANG MENGANDUNG KETERANGAN PALSU
( STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)
NASKAH PUBLIKASI
OLEH :
YUSNANI
057011100/M.KN
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Telah Diuji Pada :
Tanggal : 31 Juli 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
ANALISIS HUKUM TERHADAP AKTA OTENTIK
YANG MENGANDUNG KETERANGAN PALSU
(STUDI KASUS DIKOTA MEDAN)
Yusnani 1
Syafruddin Kalo 2
Muhammad Yamin 3
Syafnil Gani 4
INTISARI
1
Mahasiswa Program Studi Magister Kienotariatan Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
2
Dosen Pembimbing Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
3
Dosen Pembimbing Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
4
Dosen Pembimbing Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak/penghadap. Adapun sanksi
yang dapat diberikan kepada penghadap yang memberikan keterangan palsu dalam
akta otentik adalah berupa ancaman hukuman perdata yakni memberi ganti rugi atas
kerugian yang ditimbulkannya terhadap si penderita, dan secara pidana kepada
penghadap layak diberi hukuman pidana penjara sebab telah memenuhi unsur-unsur
dari pasal-pasal yang dituduhkan dan telah terbukti secara sah melakukan kejahatan
pemalsuan surat sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 266 ayat (1) KUHP jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1e KUHP, yakni ”secara bersama-sama menyuruh menempatkan
keterangan palsu dalam akta otentik”. Akibat hukum terhadap akta otentik yang
mengandung keterangan palsu adalah bahwa akta tersebut telah menimbulkan
sengketa dan diperkarakan di sidang Pengadilan, maka oleh pihak yang dirugikan
mengajukan gugatan secara perdata untuk menuntut pembatalan agar hakim memutus
dan mengabulkan pembatalan akta tersebut. Dengan adanya putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap maka dinyatakan akta tersebut batal demi hukum artinya
tidak mempunyai kekuatan hukum karena akta tersebut telah cacat hukum. Dan sejak
diputuskannya pembatalan akta itu oleh hakim maka berlakunya pembatalan itu
adalah berlaku surut yakni sejak perbuatan hukum/ perjanjian itu dibuat.
Disarankan kepada para semua pihak yang berkaitan dengan penerbitan akta otentik
seperti pihak penghadap dan notaris, agar berhati-hati dan waspada dalam segala hal
yang berhubungan dengan pembuatan akta, disamping itu juga diharapkan kepada
pihak yang berkompeten seperti Majelis Pengawas Daerah, pihak kepolisian,
pengadilan harus lebih selektif dalam melakukan pemeriksaan terhadap notaris.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
1
Student Magister Of Notarial Affairs Study Program School Of Postgraduate Studies, University
Of Nort Sumatera.
2
Lecturer Magister of Of Notarial Affairs Study Program School Of Postgraduate Studies,
University Of Nort Sumatera.
3
Lecturer Magister of Of Notarial Affairs Study Program School Of Postgraduate Studies,
University Of Nort Sumatera.
4
Lecturer Magister of Of Notarial Affairs Study Program School Of Postgraduate Studies,
University Of Nort Sumatera.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Key words : Authentic Notarial Document,
Counterfeit Information
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : “ Analisis
Hukum Terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi
Kasus di Kota Medan)”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
- Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, selaku pembimbing
pertama
- Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku pembimbing
kedua
- Bapak Notaris, Syafnil Gani, SH, M. Hum, selaku pembimbing ketiga;
yang telah menyisihkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan dari awal penyusunan proposal sampai selesainya penulisan
tesis ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn, selaku dosen tamu sekaligus
penguji.
2. Ibu Chairani Bustami, SH, MKn, selaku dosen tamu sekaligus penguji.
3. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. T . Chairun Nisa H, Msc, selaku Direktur Sekolah Pasca
Sarjana.
5. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN, selaku Ketua
Program Studi Kenotariatan.
6. Para Guru Besar, Staf Pengajar Program Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara.
7. Kepada Notaris-notaris, Kantor Majelis Pengawas Daerah (MPD), Pengadilan
Negeri, di Kota Medan, selaku Responden
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
8. Para pegawai Administrasi dan pegawai perpustakaan Program Magister
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara.
Teristimewa kepada kedua orang tua penulis :
- Ayahanda yang tercinta Alm. MUHAMMAD YAHYA Kl
MARPAUNG.
- Ibunda yang tercinta Alm. HASBIAH BUTAR-BUTAR
- Suami Tercinta Chairuddin Panjaitan, SE
- Abangnda, Kakanda dan Adinda yang tersayang;
penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas doa, kasih sayang dan
dukungan baik moril maupun materil yang tidak dapat dinilai dalam bentuk apapun,
sehingga tetap menyertai penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan,
baik dari sudut isi maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis menerima
masukan dan kritikan dari semua pihak. Harapan penulis, semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
( Y U S N A N I, S.H.)
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYA HIDUP
Nama : Yusnani, SH
Agama : Islam
1. M. Yahya KL Marpaung
2. Hasbiah Butar-Butar
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
INTISARI ...................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... x
PALSU ......................................................................................... 41
Pasal 263, Pasal 264, dan Pasal 266 Kitab Undang- undang
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Akta Mengandung
A. Kesimpulan ................................................................................ 90
B. Saran ........................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISTILAH
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Onvoldoende Kennis : Kekurangan pengetahuan
Overtredingen : Pelanggaran
Partij : Pihak
Partij Aktan : Akta Partij (dibuat oleh para
pihak dihadapan pejabat umum)
Person : Orang (perseorangan)
PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah
Profesional Behaviour : Perilaku Profesional
Quasi Falsum : Pemalsuan yang bersifat semu
Rechtsstaat : Berdasarkan Hukum
Reglement Op Het Notaris Ambt In Indonesia : Peraturan Jabatan Notaris
Saksi attesteren : Saksi yang memperkenalkan di
depan pengadilan
Saksi Instrumentair : Saksi yang memperkenalkan di
depan notaris
Tegen Bewijs : Pembuktian Sebaliknya
Ten overstaan van een : Akta Yang Diperbuat Dihadapan
(Notaris)
Uitwendige bewijskracht : Pembuktian lahiriah
UUJN : Undang-Undang Jabatan Notaris
Van Rechtswege Nietig : Batal Demi Hukum
Vereniging : perkumpulan
Vernietigbaar : Dibatalkan
Waarnemen : menyaksikan sendiri
Wedertrechtlijkheid : Dalam Arti Obyektif
(bertentangan dengan hukum);
dalam arti subyektif
(bertentangan dengan
kepentingan orang lain)
Wetboek van Strafrecht : Kitab Undang-undang Hukum
Pidana di Indonesia masa Jajahan
Belanda
Wilsgebrik : Adanya kecacatan dalam
kesepakatan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini begitu banyaknya perubahan yang terjadi di muka
Perubahan-perubahan ini terjadi karena arus globalisasi yang melanda dunia sehingga
membuat banyak orang khawatir, cemas ataupun takut karena adanya ketidakpastian
salah satu peran penting diera globalisasi dimana dalam sejarah perkembangan
merupakan seorang pejabat yang dapat di percaya. Ia adalah pembuat dokumen yang
kuat dalam suatu proses hukum yang tanda tangan serta capnya memberi jaminan dan
bukti kuat.
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan kepada pejabat umum
lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-
selain akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena
yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan
Akta Notaris lahir dengan adanya keterlibatan langsung dari pihak yang
Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang, akta yang
dibuat notaris menguraikan secara otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
undang sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik profesinya yaitu Kode Etik Notaris.
notaris diharapkan dapat bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Disamping itu
notaris sebagai pejabat umum harus dapat mengikuti perkembangan hukum sehingga
memenuhi kebutuhan hukum yang terus berkembang dapat memberikan jalan keluar
1
Penjelasan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
2
Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara (Kasus-kasus dalam Kehidupan Sehari-hari),
Milenia Populer, Jakarta, 2001, hal 85.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
keberanian dalam mengambil sikap yang tepat. Keberanian yang dimaksud adalah
untuk menolak membuat akta apabila bertentangan dengan hukum, moral dan etika. 3
nyata kepercayaan masyarakat terhadap hukum, oleh sebab itu notaris dalam
agar tercapai sifat otentik dari akta itu misalnya mencantumkan identitas para pihak,
membuat isi perjanjian yang dikehendaki para pihak, menandatangani akta, dan
sebagainya. Apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka akta tersebut dapat
Rancangan akta yang sudah dibuat berupa konsep minuta akta sebelum
saksi-saksi yang dilakukan oleh notaris yang membuat akta tersebut. Berdasarkan
membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit dua
orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi-saksi dan
notaris.
Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari
akta tersebut sebab isi dari akta itu merupakan kehendak para pihak. Pembacaan akta
ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa dirugikan apabila terdapat
3
Wawan Setiawan, Media Notariat, Edisi Mei – Juni 2004, hal 25.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
keterangan atau redaksi akta yang memberatkan atau merugikan terhadap pihak yang
lain.
Dalam prakteknya sering terjadi notaris dilibatkan jika terjadi perkara antara
para pihak, padahal sengketa yang terjadi bukanlah antara para pihak degan notaris
mengingat notaris bukan pihak dalam akta yang dibuatnya, namun notaris sering
akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung
sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan
notaris atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan dokumen yang sebenarnya
dan para pihak memberikan keterangan yang tidak benar ataukah adanya kesepakatan
yang dibuat antara notaris dengan salah satu pihak yang menghadap. Apabila akta
baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris itu
Jabatan Notaris merupakan jabatan yang terhormat yaitu suatu jabatan yang
pada UUJN dan Kode Etik Notaris. Dengan demikian diharapkan agar notaris dalam
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Oleh karena itu seorang notaris tidak mungkin menerbitkan suatu akta yang
mengandung cacat hukum dengan cara sengaja, akan tetapi tidak menutup
semuanya dituang kedalam akta lahirlah sebuah akta yang mengandung keterangan
palsu.
Keterangan palsu adalah suatu keterangan yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan kebenaran, keterangan mana mengenai sesuatu hal/kejadian yang harus
dibuktikan oleh akta otentik itu, hal mana diatur dalam Pasal 266 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan bahwa tindak pidana menyuruh
mencantumkan suatu keterangan palsu didalam suatu akta otentik merupakan suatu
tindak pidana pemalsuan. 4
Dengan terjadinya kasus semacam ini maka akan menyebabkan notaris harus
akta otentik dan akta otentik yang dibuatnya setelah ditandatangani oleh para pihak
kan akta yang telah diterbitkannya harus terlebih dahulu mendapat izin/
persetujuan dari Majelis Pengawas untuk dapat diperiksa atau diproses oleh Aparat
4
Adamichazawi, Kejahatan terhadap Pemalsuan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001 hal
114.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
hukumnya terhadap akta yang mengandung keterangan palsu, hal inilah yang perlu
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka yang menjadi pokok
keterangan palsu
palsu.
C. Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui akibat hukum dari suatu akta otentik yang mengandung
keterangan palsu.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
1. Secara Teoritis
ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan sebagai
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat
khususnya bagi para calon notaris dalam hal mengetahui secara jelas tentang
palsu.
E. Keaslian Penelitian
Sumatera Utara, penelitian mengenai “Analisis Hukum Terhadap Akta Otentik Yang
dengan demikian penelitian ini adalah asli. Adapun penelitian yang pernah dilakukan
adalah :
Dengan Akta Notaris (Studi Kasus di Kota Medan), oleh Syafnil Gani.
2. Aspek Hukum Pidana Dalam Kasus Penggunaan Ijazah Palsu Pada Pencalonan
penggunaan ijazah palsu dan bagaimana penegakkan hukum oleh penegak hukum
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
dalam kasus tersebut serta bagaimana pertanggungjawaban pidana partai politik
1. Kerangka Teori
alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan
tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
Kewenangan lainnya dari seorang notaris dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat 1
diberhentikan oleh pemerintah, notaris menjalankan tugas negara, minuta akta yang
dibuat notaris setelah ditandatangani oleh para pihak, saksi-saksi dan notaris adalah
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan pengertian notaris tersebut diatas maka R. Soegondo Notodisoerjo
mengemukakan :
Akta otentik yang diuraikan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum
“Akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang dikehendaki oleh
“Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.”
R. Subekti, mengemukakan :
Akta otentik merupakan suatu bukti yang mengikat, dalam arti bahwa apa yang
ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya oleh Hakim, yaitu harus dianggap
sebagai benar, selama ketidakbenarannya tidak dibuktikan. Dan ia memberikan
suatu bukti yang sempurna, dalam arti bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu
penambahan pembuktian. Ia merupakan suatu alat bukti yang mengikat dan
sempurna”. 6
5
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia (suatu penjelasan) Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1993, hal 43.
6
R. Subekti (I), Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hal 27.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Syarat-syarat pembatalan dalam akta dapat diketahui dengan adanya syarat-
syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang
“Hukum pidana adalah hukum publik yakni yang mengatur hubungan antara
“Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
pelanggarnya” 9
mengandung unsur keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu (obyek) yang
sesuatunya itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya padahal sesungguhnya
7
Mariam Darus Badrul Zaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001, hal 73.
8
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, (Kumpulan Kuliah), Bagian Satu, Balai Lektur
Mahasiswa , hal 3.
9
Nico, Op. Cit. hal 142.
10
Adamichazawi. Op. Cit. hal 2-3.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
“Keterangan palsu adalah keterangan yang tidak sesuai dengan kebenaran, dan
keterangan yang tidak sesuai dengan kebenaran tersebut oleh pelaku harus dibuat
untuk dicantumkan dalam suatu akta otentik oleh pejabat yang memang
Tindak pidana pemalsuan surat dalam KUHP diatur dalam Buku II Bab XII,
(1) Barang siapa membikin surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan
daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang sesuatu hal, dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu dapat
mendatangkan kerugian, maka karena memalsukan surat, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya enama tahun.
(2) Dipidana dengan pidana penjara semacam itu juga, barang siapa dengan
sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, kalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan
kerugian.
(2) Di pidana dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
mempergunakan akta tersebut seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran,
jika penggunaannya dapat menimbulkan sesuatu kerugian.
11
P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus (Kejahatan-kejahatan membahayakan kepercayaan
umum terhadap surat-surat,alat-alat pembayaran, alat-alat bukti dan peradilan), Mandar Maju,
Bandung, 1991, hal 83.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
2. Landasan Konsepsional
dipergunakan dalam penelitian ini, maka konsep yang dimaksud dalam penelitian ini
a. Pengertian Notaris
Lembaga notariat yang dikenal sekarang ini dimulai didaerah Italia, dari Italia
Indonesia pada permulaan abad ke 17 dan pada tanggal 27 Agustus 1620 yaitu
beberapa bulan setelah Jakarta dijadikan ibu kota. Notaris di Indonesia diangkat
untuk pertama kali adalah Melchior Kerchem. Dalam akta pengangkatan tersebut
sekaligus secara singkat dimuat suatu instruksi yang menguraikan bidang pekerjaan
publik dan kepadanya diwajibkan untuk mendaftarkan semua dokumen dan akta yang
dibuatnya. Dalam tahun 1860 Pemerintah Belanda menganggap telah tiba waktunya
dengan yang berlaku di negeri Belanda dan karenanya sebagai pengganti dari
pada tanggal 26 Januari 1860 (STB. No. 3) yang berlaku tanggal 1 Juli 1860 12 .
Akan tetapi Peraturan Jabatan Notaris telah diganti dengan sebuah Undang-
undang yang mengatur tentang pekerjaan dan jabatan notaris yaitu Undang-undang
yang telah ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 6
12
GHS. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga 1983 hal 3-4
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Oktober 2004. Setelah berlakunya Undang-undang ini maka Reglement op Het
Notaris Ambt in indonesia (Stb. 1860 Nomor 3) yang dikenal dengan Peraturan
Jabatan Notaris sebagaimana yang telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara
menyebutkan 13 :
” Pengertian notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akte otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang.”
13
Sutrisno, Diktat Kuliah tentang Komentar atas Undang-undang Jabatan Notaris, Medan,
2007, hal 294.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Pejabat umum adalah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh
publik dalam hal-hal tertentu. Jabatan notaris adalah jabatan umum sebab notaris
diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, notaris menjalankan tugas negara dan
akta yang dibuat oleh notaris atau disebut dengan minuta adalah merupakan dokumen
negara. 14
Jadi pengertian pejabat umum yang diemban oleh notaris bukan berarti notaris
adalah pegawai negeri yang merupakan bagian dari suatu korps pegawai yang
tersusun, dengan hubungan kerja yang hirarkis, yang digaji oleh pemerintah, seperti
kepegawaian.
atau pejabat yang ditunjuk, demikian juga pemberhentian notaris dilakukan oleh
menteri.
14
Ibid, hal 296.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
7) Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak
sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk
dirangkap dengan jabatan Notaris.
dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal keputusan
notaris juga tidak terlepas dari kode etik jabatannya yaitu Kode Etik Notaris. ”Kode
Etik Notaris adalah suatu sikap seorang notaris yang merupakan suatu kepribadian
yang mencakup sikap dan moral terhadap organisasi profesi, terhadap sesama rekan
ditetapkan Kode Etik Notaris yang diputuskan dalam kongres INI ke XIII di Bandung
15
Rapat Pleno Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, tanggal 29-30 Agustus 1998, di
Surabaya.
16
Himpunan Etika Profesi Berbagai Kode etik Asosiasi di Indonesia, Pustaka Yustisia
Yogyakarta, 2006, hal 124.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
3) Harus jujur, tidak saja kepada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pada
dirinya sendiri.
4) Sekalipun keahlian profesi notaris dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk
mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugasnya ia tidak boleh didorong
oleh pertimbangan uang.
5) Ia harus memegang teguh etik profesi. Sebab sangat erat hubungannya dengan
pelaksanaan hukum dan harus berbahasa Indonesia yang sempurna sesuai dengan
perkembangan Bahasa Indonesia dan Nasional.”
Perilaku profesional yang harus dimiliki oleh notaris maksudnya adalah dalam
kemasyarakatan, nilai-nilai sopan santun, dan agama yang berlaku. Misalnya apabila
seseorang mengharapkan bantuannya dan orang itu tidak dapat mambayar karena
mungkin dengan cuma-cuma. Dan notaris tersebut tidak boleh bersikap diskriminatif,
yakni membedakan antara orang yang mampu dan orang yang tidak mampu.
Memegang teguh kode etik profesi sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan
tugas profesi dengan baik, karena dalam kode etik profesi itulah ditentukan segala
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang notaris. Notaris didalam dan diluar
jabatannya bertata kehidupan yang baik dan menyesuiakan diri dengan norma-norma
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
2) Notaris berwenang pula :
a) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
b) Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
c) Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan.
d) Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya.
e) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau
g) Membuat akta risalah lelang.
3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris
mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
jabatannya di dalam daerah yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam UU Jabatan
Notaris dan di dalam daerah hukum tersebut Notaris mempunyai wewenang. Apabila
ketentuan itu tidak diindahkan, akta yang dibuat oleh Notaris menjadi tidak sah.
Adapun wewenang yang dimiliki oleh Notaris meliputi empat (4) hal yaitu sebagai
berikut : 17
17
Nico, Tanggung Jawab Notaris selaku Pejabat Umum, Center For Documentation and
Studies of Business Law (CDBSL), Yogyakarta, 2003, hal 40.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
b. Pengertian Akta Notaris
dipergunakan sebagai alat bukti bagi kepentingan orang untuk siapa akta itu
menyebutkan bahwa :
“ Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan
Akta otentik yang dibahas dalam penelitian ini adalah akta otentik yang dibuat
oleh notaris. Apabila ditinjau menurut defenisinya, ada 3 unsur yang terkandung
otentik maka dalam hal pembuatan akta otentik harus memenuhi syarat/ketentuan
18
M.U. Sembiring, Teknik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notaris, Fakultas
Hukum USU, Medan, 1997, hal 4.
19
GHS. Lumban Tobing, Op. Cit hal 48
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
c) Badan akta memuat :
(a) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan , kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili.
(b) Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.
(c) Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan, dan
(d) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
d) Akhir atau penutup akta memuat :
(a) Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
ayat (1) huruf I atau pasal 16 ayat (7)
(b) Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
penerjemah akta apabila ada.
(c) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
dan tempat tinggal tiap-tiap aksi akta,dan
(d) Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta
atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan,
pencoretan atau penggantian.
semua ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Jabatan Notaris dan Kode Etik
Notaris sendiri. Adapun yang menjadi tugas pokok dari notaris adalah membuat akta
otentik dan di dalam pembuatan akta tersebut, notaris harus mampu menguasai
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang bentuk dan formalitas dari akta notaris
itu, dengan tujuan agar akta otentik yang dibuat oleh notaris tetap mempunyai
otentisitasnya.
notaris dan pihak-pihak yang membutuhkan jasanya sangat penting karena itu notaris
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
dibuat akan terhindar dari kecacatan hukum, yang dapat menimbulkan akta tersebut
pembuktian yang mengikat dan berlaku sebagai alat bukti yang sempurna dan jika
notaris tidak mengetahui bentuk formal akta maka akta yang dibuatnya hanya
Bentuk akta notaris diatur di ABM pasal 29 1921 yaitu dibuat dalam bentuk minuta
yang ditulis diatas kertas ukuran A3, tiap halaman terdiri dari maksimum 30 (tiga
puluh) baris, tiap baris maksimum terdiri dari 15 (lima belas) suku kata, sepertiga di
sebelah kiri dari halaman akta notaris tampak kosong dan dipergunakan untuk
Pengertian bentuk yang dimaksud dari akta otentik ialah syarat-syarat yuridis
yang harus dipenuhi seperti hari dan tanggal akta yang diperbuat, nama dan tempat
tinggal para penghadap, nama notaris yang membuat akta dan saksi-saksi yang
tangan diuraikan dalam Pasal 1874 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
20
Sutrisno, Op.Cit, hal 157.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Dengan memenuhi bentuk formal akta tersebut maka akta yang dibuat akan
mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat dan berlaku sebagai alat bukti yang
sempurna.
Dalam hal akta notaris yang berhak membuat akta otentik adalah notaris, sebab
notaris telah ditunjuk sebagai satu-satunya pejabat umum yang berhak membuat
a) Akta yang dibuat oleh (door een) notaris atau akta yang dinamakan ”akta
relaas” atau akta pejabat (ambtelijke akten). Akta jenis ini diantaranya akta
berita acara rapat pemegang saham Perseroan Terbatas (PT), akta pendaftaran
Akta relaas dibuat oleh notaris yang menguraikan secara otentik suatu
keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh notaris sendiri, dibuat catatannya
b) Akta yang diperbuat dihadapan (ten overstaan van een) notaris atau yang
dinamakan akta partij (partij aktan). Akta jenis ini diantaranya jual beli, akta
sewa menyewa, akta perjanjian pinjam pakai, akta persetujuan kredit dan
sebagainya.
Akta partij dibuat para pihak dihadapan pejabat umum, pembuatan akta
21
GHS. Lumban Tobing, Op. Cit hal.50
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
bantuan pejabat umum. Isi akta otentik tersebut merupakan
Walaupun seorang notaris berhak membuat akta otentik, akan tetapi apabila
pembuatan akta tersebut tidak dilakukan didaerah jabatannya maka aktanya tidak
otentik, sebab tidak memenuhi syarat pasal 1868 KUHPer maka akta tersebut
batal demi hukum. Akan tetapi ada pengecualian bahwa seorang notaris boleh
Berdasarkan sifat suatu akta maka akta terdiri atas akta otentik dan akta
dibawah tangan. Kedua akta ini merupakan salah satu alat bukti yang dikenal dalam
pengertian dari akta otentik, bahwa akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Pegawai-
notaris yang berhak membuat akta otentik adalah pejabat lain yang ditunjuk oleh
Undang-Undang.
Dari pengertian akta diatas maka dapat dibedakan antara akta otentik dengan
akta dibawah tangan, yaitu : akta otentik merupakan suatu bukti yang sempurna
tentang apa yang dimuat didalamnya, berarti bukti yang sempurna mengenai
22
Ibid, hal 52
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
dikehendaki para pihak. Sedangkan akta dibawah tangan dapat dilihat dari bunyi
Pasal 1867 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan barang siapa
yang terhadapnya dimajukan suatu tulisan dibawah tangan, diwajibkan secara tegas
mengakui atau memungkiri tanda tangannya, tetapi bagi para ahli warisnya atau
orang yang mendapat hak daripadanya adalah cukup jika mereka menerangkan tidak
mengakui tulisan atau tanda tangan orang yang mereka wakili. Apabila timbul suatu
masalah tentang suatu perjanjian antara para pihak yang memerlukan pembuktian,
meskipun secara fisik perjanjian dimaksud ada, akan tetapi perjanjian dibuat dibawah
tangan, maka masih diperlukan pembuktian lebih lanjut dengan pembuktian atau
pemungkiran secara tegas oleh para pihak. Yang lebih menambah kesulitan akibat
dari perjanjian yang dibuat dibawah tangan adalah bahwa pemungkiran dari para ahli
waris ataupun yang mendapat hak dari salah satu pihak cukup dilakukan dengan
sebuah keterangan bahwa mereka tidak mengakui tulisan atau tanda tangan yang
mereka wakili. 23
perkara di sidang pengadilan, baik perkara perdata maupun perkara pidana. Dari
sinilah akan ditarik kesimpulan yang dapat mempengaruhi keyakinan hakim dalam
menilai perkara yang dihadapkan kepadanya. Oleh karena itu hakim tidak boleh
penting atas dikabulkan atau tidaknya suatu gugatan atau tuntutan baik dalam perkara
23
Ibid, hal 54.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang
kepadanya diakui sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi diantara para
suatu hal pembuktian dan dapat dijadikan sebagai alat bukti. Didalam Pasal 1870 dan
24
R. Subekti (I) Op. Cit, hal 1.
25
Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Alumni Bandung, 2004, hal
12
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
1871 KUH Perdata dikemukakan bahwa akta otentik adalah sebagai alat pembuktian
yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang
mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. Akta otentik
merupakan bukti yang mengikat berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam
akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu harus dianggap sebagai benar, selama
kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Dan ia
merupakan suatu bukti yang sempurna berarti bahwa ia sudah tidak memerlukan
suatu penambahan pembuktian. Jadi akta otentik dapat merupakan suatu alat bukti
Kekuatan Pembuktian akta otentik, demikian juga akta notaris, adalah akibat
akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh
tugas ini terletak kepercayaan kepada para pejabat tersebut dan pemberian kekuatan
Pada setiap akta otentik termasuk akta notaris, dibedakan 3 (tiga) kekuatan
pembuktian, yakni : 28
Kekuatan pembuktian lahiriah adalah kemampuan dari akta itu sendiri untuk
26
R. Subekti (I) Op. Cit, hal 27.
27
G.H.S. Lumban Tobing. Op. Cit, hal 56.
28
Ibid, hal 55-64.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
1875 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan tidak dapat diberikan kepada
”Suatu tulisan dibawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu
hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut undang-undang dianggap sebagai
diakui, memberikan terhadap orang-orang yang menandatanganinya. Serta para
ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka, bukti yang
sempurna seperti suatu akta otentik, dan demikian pula berlakulah ketentuan pasal
1871 untuk tulisan itu”.
”Suatu akta otentik namunlah tidak memberikan bukti yang sempurna tentang apa
yang termuat didalamnya sebagai suatu penuturan belaka, selain sekedar apa yang
dituturkan itu ada hubungan langsung dengan pokok isi akta. Jika apa yang
termuat disitu sebagai suatu penuturan belaka maka tidak ada hubungan langsung
dengan pokok isi akta, maka itu hanya dapat berguna sebagai permulaan
pembuktian dengan tulisan.”
Lain halnya dengan akta otentik, akta otentik membuktikan sendiri keabsahannya,
atau biasa disebut dalam bahasa latin ”acta publica probant sese ipsa”, yaitu suatu
akta kelihatannya sebagai akta otentik maka akta itu dianggap sebagai akta otentik
Kekuatan pembuktian formal adalah kepastian bahwa suatu kejadian dan fakta
tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan oleh
pihak-pihak yang menghadap. Dengan pembuktian formal ini suatu akta otentik
selain hanya membuktikan bahwa pejabat atau notaris telah menyatakan dengan
tulisan dalam akta yang dibuatnya, juga menegaskan bahwa segala kebenaran
yang diuraikan dalam akta itu seperti yang dilakukan dan disaksikan oleh notaris.
Berkaitan dengan ini, arti formal dalam akta pejabat dijelaskan bahwa selain akta
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
ini membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yaitu dilihat, didengar dan
dilakukan oleh notaris juga menjamin kebenaran tentang tanggal, tanda tangan
dan identitas dari para pihak yang hadir serta tempat dibuatnya akta itu. Adapun
arti formal dalam akta para pihak, dapat dijelaskan adanya keterangan dalam akta
itu merupakan uraian yang telah diterangkan oleh para pihak yang hadir
dipastikan antara para pihak tersebut. Baik terhadap akta pejabat umum maupun
akta para pihak sama-sama mempunyai kekuatan pembuktian formal dan berlaku
Kekuatan pembuktian material adalah kepastian bahwa apa yang disebut dalam
akta itu merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat
akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada
bahwa :
”Akta notaris mengenai jual beli misalnya, tidak hanya menerangkan bahwa para
pihak telah melakukan jual beli dihadapan notaris, akan tetapi juga membuktikan
bahwa para pihak telah mencapai persetujuan mengenai perjanjian yang dimuat
dalam akta itu, sehingga akta itu juga adalah untuk membuktikan tentang harga
penjualan dan pembelian dan kebenaran dari apa yang diterangkan oleh para pihak
mengenai itu.”
adalah pasal-pasal yang merupakan kekuatan pembuktian material, yakni bahwa akta
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
tersebut benar-benar telah terjadi. Artinya secara material isi dalam akta tersebut
adalah benar.
akta otentik diawasi oleh yang berwajib, dengan tujuan agar Peraturan jabatan Notaris
dan Kode Etik Notaris dapat dilaksanakan dengan baik dan notaris dalam
yang ditetapkan oleh Undang-Undang demi terjaminnya kepastian hukum bagi pihak-
phak yang membuat perjanjian. Pengawasan yang dilakukan terhadap notaris sangat
yang berlaku.
Kepercayaan yang sudah diberikan kepada notaris merupakan tanggung jawab yang
harus diemban berdasarkan nilai-nilai agama, moral, kesusilaan, etika dan hukum.
Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 dalam hal pengawasan notaris, disebutkan
terdiri atas 3 (tiga) Majelis Pengawasan terdiri dari unsur Departemen, Organisasi
Profesi Notaris dan Para Ahli/Akademisi. Majelis Pengawas ini juga terdiri dari :
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Majelis Pengawasan Pusat, Majelis Pengawasan Daerah dan Majelis Pengawasan
jabatan notaris.
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, pembinaan dan pengawasan notaris merupakan
jabatan notaris, akan tetapi perilaku notaris juga harus diawasi Majelis Pengawas,
norma kesusilaan dan norma adat dan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan
martabat notaris. Apabila notaris terbukti melakukan hal-hal tersebut maka dapat
29
Menteri Hukum dan HAM pada Kabinet Indonesia Bersatu, 2004-2009.
30
Habib Adjie, Jurnal Renvoi, Nomor 10-22 Tanggal 3 Maret 2005, hal 36.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris, Kode Etik
dan undang-undang, akan tetapi juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh
klien terhadap Notaris. Sifatnya dari jabatan Notaris maupun keluhuran dari martabat
jabatannya mengharuskan adanya tanggung jawab dan kepribadian serta etika hukum
yang tinggi, karena jabatan yang diamanatkan kepada Notaris adalah suatu jabatan
kepercayaan. Oleh sebab itu, seseorang yang telah bersedia untuk mempercayakan
sesuatu kepadanya dan adapun konsekuensi dari kepercayaan itu adalah tanggung
jawab yang besar bagi Notaris. Notaris yang tidak bertangung jawab dan tidak
menjunjung tinggi hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya adalah berbahaya,
tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi masyarakat yang dilayaninya. 32
lalu lintas kehidupan masyarakat, maka perilaku dan perbuatan Notaris dalam
31
Hadi Setia Tunggal, Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Jabatan Notaris, dilengkapi
Putusan Mahkamah Konstitusi dan AD, ART, dan Kode etik Notaris, Harvarindo, Jakarta, 2006.
32
Nico, Op.Cit, hal 58.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan yang terkait dalam perbuatan
hukum. 33
1) Hukum Pidana
pemerintahan dan masyarakat. Hukum yang dimaksud terbagi atas hukum tidak
tertulis dan hukum tertulis. Hukum tidak tertulis juga disebut hukum kebiasaan, yaitu
merupakan hukum yang dilengkapi dengan sanksi bagi yang melanggarnya dan harus
di taati oleh seluruh warga negara Indonesia, misalnya hukum publik, hukum perdata,
Istilah ”hukuman” adalah penamaan umum bagi semua akibat hukum karena
melanggar suatu norma hukum. Apabila yang dilanggar adalah norma disiplin,
hukuman administrasi dan ganjaran atas pelanggaran hukum pidana adalah hukuman
33
Yusril Ihza Mahendra, Makalah Tentang Penggunaan Terminologi Pejabat Umum Dalam
Tata Hukum Indonesia, Disampaikan pada Panel Diskusi dalam Rangka Pelaksanaan Kongres ke XIX
dan Up Grading Refreshing Course Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta 25 Januari 2006.
34
E.Y. Kanter dan S.R, Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya,
Jakarta, Storia Grafika, 2002, hal 9.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Jadi, hukuman pidana berarti hukuman sebagai akibat dari dilanggarnya suatu norma
hukum pidana. 35
Pengertian hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
1). Perbuatan-perbuatan yang diancam pidana atau syarat-syarat yang harus dipenuhi,
2). Hukum Pidana menetapkan dan mengumumkan reaksi yang akan diterima oleh
Dalam hukum pidana dikenal asas legalitas yaitu suatu asas yang paling
penting dalam hukum pidana. Asas legalitas ini dikenal dengan adagium ”nullum
35
E.Y. Kanter dan S.R Sianturi, Op. Cit hal 12.
36
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta,
PT. Pradnya Paramita, 1995, hal 1.
37
Ibid.
38
Ibid. hal 5.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
delictum noela poena praevia sine lege poenali” yang artinya tidak ada pidana tanpa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri dari tiga buku, Buku I
berisi aturan umum hukum pidana, Buku II mengenai tindak pidana kejahatan dan
2) Tindak Pidana
Tindak pidana / perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan mana disertai ancaman / sanksi yang berupa pidana tertentu
bagi pelakunya. 41
a) Perbuatan (manusia)
39
Kamoriah Enong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materil Dalam Hukum Pidana
Indonesia, Alumni Bandung, 2002, hal 6.
40
Adamichazawi, Op.Cit hal 1
41
Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit hal 15.
42
Nico. Op. Cit, hal 143-147
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
b) Yang Memenuhi rumusan dalam Undang-undang (Syarat formil)
Untuk dapat disebut sebagai tindak pidana, suatu perbuatan harus memenuhi
rumusan dalam undang-undang, hal ini sesuai dengan ketentuan asas legalitas
yakni bahwa tidak ada perbuatan yang tidak dilarang dan diancam dengan pidana,
dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut
dan sejahtera
Tindak pidana pemalsuan surat di dalam KUHP pada Buku II Bab XII tidak
dapat dilepaskan dari pengaturan tindak pidana pemalsuan yang diatur dalam code
penal di Perancis yang memberi pengertian pada kata ”Faux’ atau ”Pemalsuan”
berharga dan pemalsuan mata uang kemudian ditambah dengan sejumlah tindak
pidana yang sebenarnya tidak dapat dipandang sebagai pemalsuan, sehingga doktrin
43
P.A.F. Lamintang, Op. Cit, hal 1.
44
Ibid
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Setelah Pembentuk Code Penal Perancis menyatakan mengenai ”Faux”
dengan tindak pidana yang lalu yang disebut ”les crimes et delicts contre la paix
kejelasan masalah ini dan menjadi perdebatan panjang, kenyatan ini membuat
pemalsuan-pemalsuan tulisan. 45
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dapat menjadi obyek pemalsuan
intelektual hanyalah tulisan-tulisan atau surat-surat yang tetap dalam keadaan asli dan
tidak dirubah, tetapi keterangan atau kenyataan yang terdapat di dalam tulisan atau
45
Ibid
46
Ibid, hal 26
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Tindak pidana pemalsuan surat dalam KUHP yang diatur dalam Pasal 266
pidana menyuruh mencantumkan suatu keterangan palsu didalam akta otentik adalah
Yang dimaksud dengan keterangan palsu adalah keterangan yang tidak sesuai
dengan kebenaran, keterangan mana mengenai sesuatu hal atau kejadian yaitu
(1). Barang siapa membikin surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan suatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan
daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang sesuatu hal, dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu dapat
mendatangkan kerugian, maka karena memalsukan surat, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya enam tahun.
(2). Di pidana dengan pidana penjara semacam itu juga, barang siapa dengan
sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, kalu pemakaian surat itu dapat mendatangkan
kerugian.
Dalam pasal ini ada 2 (dua) macam pemalsuan surat atau akta yaitu :
a. Membuat surat palsu yaitu perbuatan membuat surat yang isinya tidak
benar, namun suratnya sendiri asli atau sering disebut aspal (asli tapi
palsu) karena tidak ada sesuatu yang dirubah, ditambah atau dikurangi.
b. Memalsukan surat yaitu perbuatan merubah, menambah, mengurangi atau
menghapus sebagian tulisan yang ada dalam suatu surat. Jadi suratnya
sudah ada tetapi terhadap surat itu kemudian dilakukan perubahan
sehingga bunyi dan maksudnya berbeda dari aslinya. 48
47
Ibid, hal 83.
48
Adamichazawi, Op.Cit. hal 118.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
maka kalau dalam mempergunakannya itu dapat mendatangkan kerugian,
dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
(2) Dengan hukuman serupa itu juga dihukum barangsiapa dengan sengaja
menggunakan akta itu seolah-olah isinya cocok dengan hal yang sebenarnya
jika pemakaian surat itu dapat mendatangkan kerugian.
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa akta otentik itu dibuat oleh pejabat
seorang notaris, pegawai catatan sipil, pejabat pembuat akta tanah (PPAT). Pejabat
ini dalam pembuatan suatu akta otentik adalah memenuhi permintaan orang yang
menghadap, orang yang meminta inilah yang dimaksud orang yang menyuruh
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitan ini adalah ”usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang
dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis dan
temuan data, baik primer maupun sekunder langsung diolah dan dianalisis dengan
49
Soegeng Santosa, Dodi Radjasa Waluyo, dkk, Kongres Luar Biasa Up-Grading Refreshing
Course Ikatan Notaris Indonesia (27-29 Januari 2005), Grafindo Media Pratama, Bandung, 2005, hal
3.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
tujuan untuk memperjelas data tersebut secara kategoris, penyusunan dengan
doktriner yang disebut juga penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang
ditujukan pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain. 51
korelasi antara kaidah hukum dengan lingkungan tempat itu berlaku. Korelasi ini
kota besar yang terdapat banyak kantor notaris dan tingginya pengguna jasa notaris.
Kota Medan, 2(dua) orang dari Kantor Pengadilan Negeri Medan dan 1 (satu) orang
50
Joko. P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,
1997, hal 2.
51
Oloan Sitorus dan Darwinsyah Minin, Cara Penyelesaian Karya Ilmiah di Bidang Hukum
(Panduan Dasar Menuntaskan Skripsi, Tesis dan Disertasi), Mitra Kebijakan Tanah Indonesia,
Yogyakarta, 2006, hal 32.
52
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Semarang, 1996, hal 13
(Bambang Waluyo I)
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
3. Teknik Pengumpulan Data
dengan mengumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tertier” 53 . Berupa dokumen dokumen maupun
mengenai bahan hukum primer, yaitu pandangan para ahli hukum yang memiliki
kaitan dengan Analisis Hukum Terhadap Akta Otentik yang mengandung keterangan
palsu. Selanjutnya bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan
data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
53
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek,Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal 2
(Bambang Waluyo II)
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
5. Analisis Data
Dalam penelitian yang diperlukan adanya suatu analisis data yang berguna
merupakan proses dimana setelah data primer dan data sekunder dikumpul, diolah
dan dievaluasi sehingga diketahui validitasnya, lalu dianalisa secara kualitatif dengan
permasalahan yang ada. Dengan demikian analisis ini diharapkan akan dapat
menghasilkan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan
54
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Press, Jakarta, 1995, hal 39.
55
Lexy Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Bandung, 2002, hal 103
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB II
A. Unsur-unsur Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dalam Pasal 263, Pasal 264,
berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara
setiap melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. 56 Oleh karena
Indonesia adalah negara hukum maka orang yang merasa haknya terlanggar dalam
suatu hubungan hukum pada umumnya tidak boleh bertindak sendiri dalam membela
haknya itu, akan tetapi pembelaan tersebut harus dilakukan dengan perantaraan badan
Notaris merupakan suatu profesi yang mempunyai tugas berat dan bersifat
galanya. Disamping itu notaris juga merupakan expertis, oleh karenanya rasa
norma-norma hukum dan kesediaan untuk tunduk pada Kode Etik Profesi merupakan
suatu hal yang wajib, sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah
56
Marsono, Susunan Dalam Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dengan Perubahn-
perubahannya, Ekojaya, Jakarta, 2003, hal 91.
57
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Groose Akta Dalam Pembuktian dan
Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 12.
41
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
ada. Salah satu ketentuan yang dapat diterapkan terhadap profesi notaris adalah
penegakan hukum pidana dan dalam konteks ini hukum pidana dapat ditegakkan
membuat akta otentik tidak mungkin melakukan pemalsuan akta, akan tetapi pihak
kalau penghadap memberikan keterangan yang tidak benar dan memberikan surat-
palsu. Hal ini dapat dilihat pengaturannya didalam Pasal 263, Pasal 264 dan Pasal 266
(1) Barang siapa membikin surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan
daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang sesuatu hal, dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu dapat
mendatangkan kerugian, maka karena memalsukan surat, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya enam tahun.
(2) Dipidana dengan pidana penjara semacam itu juga, barang siapa dengan
sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, kalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan
kerugian.
Unsur-unsur pemalsuan surat berdasarkan Pasal 263 ayat (1) di atas adalah: 59
1) Membuat surat palsu atau memalsukan surat, artinya membuat yang isinya
bukan semestinya (tidak benar), atau memalsukan surat dengan cara
mengubahnya sehingga isinya menjadi lain seperti aslinya, yaitu dengan cara :
a. Mengurangkan atau menambah isi akta,
b. Mengubah isi akta,
58
Nico. Op. Cit, hal 142.
59
R. Sugandi, Kitab Undang Undang Hukum Pidana dan Penjelasannya, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981, hal 280.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
c. Mengubah tandatangan pada isi akta.
Unsur pertama ini adalah unsur obyektif yang artinya perbuatan dalam
membuat surat palsu dan memalsukan surat.
2) Dalam penjelasan pada pasal tersebut disebutkan, yang diancam hukuman
dalam pasal ini adalah orang yang membuat surat palsu atau memalsukan
surat yakni :
a. Yang dapat menerbitkan sesuatu hak,
b. Yang dapat menerbitkan suatu perutangan,
c. Yang dapat membebaskan daripada hutang,
d. Yang dapat menjadi bukti tentang sesuatu hal, dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, jikalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan
kerugian. Unsur Kedua ini tergolong kepada unsur obyektif.
3) Dengan sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah
surat itu asli dan tidak dipalsukan, artinya perbuatan memalsukan surat
seolah-olah surat asli harus dengan niat menggunakannya atau menyuruh
orang lain menggunakannya. Unsur ketiga ini tergolong pada sunsur
subyektif.
4) Merugikan orang lain yang mempergunakan surat tersebut.
Unsur keempat ini tergolong pada unsur subyektif.
Sedangkan unsur-unsur dalam Pasal 263 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum
Pidana adalah :
2. Ketentuan Pasal 264 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
menyebutkan :
(1). Yang bersalah karena memalsukan surat dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 8 (delapan) tahun, kalau perbuatan itu dilakukan terhadap :
a. Surat pembuktian resmi (akta otentik)
b. Surat utang atau surat tanda utang dari suatu negara atau sebagainya atau
dari lembaga hukum
c. Sero atau surat utang atau surat tanda sero atau surat tanda utang dari
suatu perhimpunan, yayasan, perseroan atau maskapai
d. Talon atau surat untung sero (deviden) atau surat bunga uang, dari salah
satu surat yang diterangkan pada huruf b dan c, atau tentang surat bukti
yang dikeluarkan sebagai pengganti surat itu.
e. Surat kredit atau surat dagang yang disediakan untuk diedarkan.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
(2). Di pidana dengan pidana itu juga barangsiapa dengan sengaja memakai surat
palsu atau surat yang dipalsukan tersebut dalam ayat (1), seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, jika hal memakai surat itu dapat mendatangkan
kerugian.
(2) Di pidana dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
mempergunakan akta tersebut seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran,
jika penggunaannya dapat menimbulkan sesuatu kerugian.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 266 ayat (1) KUHP adalah
sebagai berikut : 61
60
Ibid, hal 281.
61
P.A.F. Lamintang. Op. Cit, hal 86-92.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Ayat ke-1 mempunyai unsur-unsur :
1. Unsur Obyektif.
Kata “menyuruh melakukan” seperti yang dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
angka 1 KUHP, orang yang disuruh melakukan itu haruslah merupakan orang
dalam Pasal 266 ayat (1) KUHP itu, orang yang disuruh mencantumkan
keterangan palsu di dalam suatu akta otentik itu tidaklah perlu harus
hukum pidana.
suatu keterangan palsu di dalam suatu akta otentik, yang kebenarannya harus
Akta otentik yang dibuat oleh notaris mempunyai fungsi untuk membuktikan
perbuatan hukum.
d. Mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan dengan akta itu.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Menurut HOGE RAAD, kerugian itu tidak perlu benar-benar telah timbul,
Yang dimaksud dengan kerugian dalam Pasal 266 ayat (1) KUHP, HOGE
RAAD dalam arrestnya tanggal 14 Oktober 1940, NJ 1941 No. 42 antara lain
telah memutuskan bahwa : “Yang dimaksud dengan kerugian itu bukan hanya
kerugian material saja. Jika penggunaan surat yang berisi keterangan palsu itu
2. Unsur subyektif.
1. Unsur-unsur obyektif :
a. Perbuatan : memakai
1. Inisiatif atau kehendak untuk membuat akta, akta mana membuat tentang apa
(obyek yakni mengenai sesuatu hal atau kejadian) yang disuruh memasukkan
kedalamnya adalah berasal dari orang yang menyuruh memasukkan, bukan dari
2. Dalam hubungannya dengan asalnya inisiatif dari orang yang meminta dibuatkan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
itu dalam kenyataannya memberikan keterangan tentang suatu hal, hal mana
4. Oleh karena pejabat pembuat akta otentik tidak mengetahui perihal tidak
apabila orang itu melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh hukum dan
sebagian besar dari perbuatan-perbuatan seperti ini merupakan suatu perbuatan yang
(Onrechtmatige daad).
berbuat sesuatu yang melanggar hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban
hukumnya dan bertentangan dengan tata susila, dengan kepatutan, kebiasaan dan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
kerugian bagi orang lain sebagi akibat dari perbuatannya wajib membayar ganti
rugi. 62
hanya mengkonstatir keinginan dari para pihak/ penghadap bukan berarti notaris tidak
notaris mencantumkan sesuatu didalam akta tidak seperti yang dikehendaki oleh para
pihak sehingga menimbulkan kerugian pada orang lain atau kliennya, maka
berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata perbuatan notaris tersebut dapat dikatakan telah
kerugian sipenderita pada keadaan semula, atau pengembalian secara nyata yang
melakukan suatu perbuatan yang merugikan salah satu atau kedua belah pihak yang
menghadap didalam pembuatan suatu akta, misalnya didalam akta tersebut terdapat
mencantumkan sesuatu didalam akta tidak seperti yang diperintahkan oleh para pihak,
maka notaris dapat dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dan jika
akibat dari perbuatannya telah menimbulkan suatu kerugian pada orang lain atau
62
Munir Fuafy, Perbuatan Melawan Hukum(Pendekatan Kontenporer) Pt. Citra Aditya
Bakti, Bandung 2002, hal 4
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Di dalam hukum pidana terdapat berbagai pendapat mengenai arti dari unsur
sifat melawan hukum terdapat 2 (dua) pendirian yang berbeda yaitu menurut ajaran
hukum formil dan ajaran hukum materil. Menurut pendapat P.A.F. Lamintang
mengemukakan :
S.R. Sianturi lebih condong kepada pemahaman pandangan yang material. Menurut
beliau bahwa semua delik harus selalu dianggap mempunyai unsur bersifat melawan
hukum. 64
Akta yang dibuat dihadapan notaris tidak terlepas dari pasal-pasal yang
mengatur tentang perjanjian itu sendiri yang terdapat dalam Kitab Undang-undang
lainnya, yang mengatur dan mendukung suatu pembuatan perjanjian yang dituangkan
misalnya dalam akta tidak dicantumkan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
63
Nico. Op. Cit, hal 148.
64
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni
AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 1996, hal 153.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap atau
orang yang mereka wakili, 65 atau misalnya tidak dicantumkannya adanya perubahan
merupakan salah satu alasan yang menyebabkan akta yang dibuat notaris dapat
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian. Selain daripada itu, misalnya tidak terpenuhinya ketentuan pasal 15 ayat
(2) huruf d Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) yakni apabila notaris tidak
melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, oleh karena itu
sebelum notaris menuangkan hal-hal yang formil kedalam materil akta wajib
yang menegaskan bahwa notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang
membuat akta otentik adalah hal yang mustahil apabila notaris membuat akta jika
akta tersebut mengandung keterangan palsu. Dengan demikian faktor-faktor atau hal-
1. Faktor Manusia
2. Faktor Dokumen
65
Pasal 38 ayat (3) butir a UUJN
66
Ibid, ayat (4) butir d UUJN
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
3. Faktor Peraturan Perundang-undangan yang tidak jelas. 67
Kelalaian dapat dilakukan oleh notaris dan juga pihak-pihak yang ingin membuat
akta karena manusia tidak lepas dari kekurangan. Kelalaian yang dilakukan oleh
notaris dapat membawa konsekuensi akta yang dibuat tersebut hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau bahkan akta yang dibuat
kelalaian yang dilakukan oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut tidak
pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dengan terjadinya hal seperti ini
maka dapat mengakibatkan akta tersebut akan menjadi sengketa diantara para
pihak atau dengan pihak ketiga, sehubungan dengan hal tersebut maka notaris
adanya pemeriksaan yang dilakukan terhadap notaris maka notaris akan dapat
diketahui apakah notaris sebagai tersangka yang telah ikut serta dan turut
keterangan palsu dimana para pihak yang membuat perjanjian dihadapan notaris
67
Hasil Wawancara pada, tanggal 21 Mei 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
sebatas lahiriah saja yaitu menerima surat-surat/dokumen-dokumen yang
tidak memberikan kekebalan hukum terhadap notaris. Apabila timbul akta yang
utama penyebab sengketa itu dikarenakan akta tersebut adalah dibuat oleh notaris.
Disini notaris hanya menuangkan perbuatan hukum dari para pihak (penghadap)
kedalam suatu akta yang dibuatnya oleh karenanya notaris tidak bertanggung
jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak (penghadap)
tersebut.
Akan tetapi apabila notaris terlibat dalam pembuatan akta yang menyebabkan
satu pihak tanpa memperhatikan kepentingan pihak yang lain, maka notaris dapat
dikatakan telah membantu dan turut serta dalam melakukan tindak pidana.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
(2) Adapun tentang orang yang tersebut dalam sub 2 itu, yang boleh
dipertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang sengaja dibujuk
olehnya serta akibat perbuatan itu. 68
Berkaitan dengan adanya faktor kesengajaan yang dilakukan oleh notaris telah
turut serta dalam melakukan tindak pidana yang menguntungkan salah satu pihak,
misalnya dalam membuat akta jual beli notaris menururnkan harga objek jual beli
1. Orang yang dengan sengaja membantu kejahatan waktu kejahatan itu dilakukan .
2. Orang yang dengan sengaja memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan untuk
pidana misalnya seorang klien menyuruh menempatkan keterangan palsu dalam akta
68
R. Sugandhi, Op. Cit, hal 68; Penjelasan Pasal 55 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
istilah “Tindak pidana” ialah baik kejahatan maupun pelanggaran yang dapat dihukum sebagai orang
yang melakukan tindak pidana dapat dibagi menjadi 4 macam yakni :
1. Orang yang melakukan ; orang ini bertindak sendirian untuk mewujudkan segala anasir dalam
tindak pidana. Tindak pidana yang dilakukan dalam jabatan maka pelaku yang melakukan tindak
pidana itu harus seorang pegawai negeri.
2. Orang yang menyuruh melakukan ; dalam tindak pidana ini pelakunya paling sedikit ada dua
orang, yakni yang menyuruh dan disuruh. Jadi bukan pelaku utama itu sendiri yang melakukan
tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan alat saja meskipun
demikian ia dianggap dan dihukum sebagai orang yang melakukan tindak pidana.
3. Orang yang turut melakukan ; “turut melakukan” diartikan ialah melakukan bersama-sama. Dalam
tindak pidana ini pelakunya paling sedikit harus ada dua orang, yakni yang melakukan dan yang
turut melakukan dalam tindakannya keduanya harus melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi
keduanya melakukan anasir tindak pidana itu. Tetapi apabila pelaku kedua itu hanya melakukan
perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya hanya membantu maka pelaku kedua itu
tidak dapat dikategorikan sebagai orang yang turut melakukan, akan tetapi sebagai orang
“membantu melakukan”
4. Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau martabat,
memakai paksaan dsb, dengan sengaja menghasut supaya melakukan perbuatan itu. Pelakunya
paling sedikit harus dua orang yakni orang yang menghasut dan yang dihasut, hanya bedanya pada
“menghasut supaya melakukan”, orang yang disuruh itu tidak dapat dihukum.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
otentik yaitu salah satu dari ahli waris menyuruh notaris untuk merubah isi surat
wasiat sehingga bertentangan dengan isi yang sebenarnya. Dengan demikian maka
hal tersebut menyebabkan kerugian pada salah satu pihak/ pihak lain.
Oleh karena itu notaris harus dipersalahkan atas perbuatannya tersebut, sebab
dengan merugikan hak orang lain (Klien) yang telah memberikan kepercayaan
kepada notaris, notaris telah melanggar hukum dan disamping itu juga dapat
Adapun yang menjadi perbedaan dalam membantu dan turut serta melakukan
tindak pidana adalah bahwa unsur niat dan kesengajaan ada terdapat didalam turut
serta melakukan tindak pidana sedangkan dalam membantu melakukan tindak pidana
bukan karena kesalahan notaris membuat akta tetapi kesalahan para pihak yang
datang menghadap yang tidak memberikan ketarangan dan dokumen yang sebenarnya
kepada notaris. Dalam Undang-undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004 tidak
ada pasal yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap notaris baik
perlindungan terhadap diri notaris sendiri maupun terhadap tugas jabatannya sebagai
Keterangan Palsu
tidak terlepas dari tanggung jawab secara perdata dimana notaris selalu berpedoman
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Tahun 2004 tentang jabatan notaris dan peraturan perundang-undangan lainnya.
sempit yakni membuat akta, akan tetapi pertanggungjawabannya dalam arti yang
luas, yakni tanggung jawab pada saat pra akta, tanggung jawab pada saat fase akta
Adapun yang dimaksud dengan tanggung jawab notaris pada saat pra akta
adalah notaris sebelum membuat akta harus mematuhi dan berpedoman kepada
keterangan para penghadap kedalam akta notaris wajib meneliti secara seksama
Tanggung jawab notaris pada saat fase akta maksudnya adalah setelah semua
kewajiban dalam pra akta dilakukan yaitu segala kehendak para pihak (penghadap)
telah dituang sebagai isi / materil akta, maka notaris wajib membacakan akta tersebut
adalah notaris wajib membuat dan menyimpan akta sebagai minuta akta dan
dalam Pasal 16 UUJN, sebab pada suatu saat akan berguna untuk kepentingan proses
69
Syahril Sofyan, Intisari Kuliah TPA I, 2006
70
Ibid.
71
Ibid.
72
Ibid.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Suatu kesalahan dalam melaksanakan profesi dapat disebabkan karena:
Oleh karena itu notaris harus dapat memposisikan dirinya sebagai penunjuk
arah dari berbagai perubahan dan tuntutan zaman. Notaris harus mempunyai kualitas
penguasaan hukum positif dan aspek-aspek ilmu hukum. Hal ini diharapkan agar
dalam rangka menghadapi masa depan dengan perkembangan secara global terdapat
figur-figur notaris yang professional dan mempunyai integritas yang utuh dalam
Dalam penelitian ini sebagai contoh kasus tindak pidana pemalsuan dalam
akta otentik yang dilakukan oleh pihak penghadap yang dibuat dihadapan notaris
yaitu dapat dilihat dalam putusan Pengadilan Negeri Medan dalam putusannya yaitu
dan Mubarak Salim Baswel, bahwa Terdakwa tersebut diatas baik secara bersama-
sama dan bersekutu dengan Fauziah (yang perkaranya disidangkan secara terpisah).
73
Nico. Op. Cit, hal 98.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Posisi Kasus :
Tuan Salim bin Aboed Baswel (orang tua saksi korban) adalah pemilik tanah
seluas 33M2 berikut bangunan permanen yang terletak di Jalan Kereta Api Nomor :
berdasarkan Akta Jual Beli Nomor : 22 tanggal 14 September 1963 dengan alas hak
atas tanah Sertifikat Hak Pakai Nomor : 13 atas nama Tuan Mangara Hutapea.
Pada hari selasa tanggal 1 Desember 1981 Tuan Salim bin Aboed Baswel
dengan Akta Nomor : 2 tanggal 1 Desember 1981 yang dibuat dihadapan Notaris
Marah Sutan Nasution. Pada tanggal 4 Oktober 1987 Salim bin Aboed Baswel
meninggal dunia, dan Surat Surat Tanah disimpan oleh Aisyah binti Salim Baswel
(Kakak saksi korban). Ketika Aisyah binti Salim Baswel akan berangkat ke Arab
Saudi maka semua surat-surat tanah dan uang, serta rumah beserta isinya yang
terletak di Jalan Biawak No. 152 Kodya Medan dititipkan pada Saleh bin Ahmad
Bashel, delapan bulan kemudian Saleh bin Ahmad Bashel meninggal dunia, surat-
surat tersebut disimpan oleh Mubarak Salim Baswel (Adik kandung saksi korban).
Pada Tahun 1990 Mubarak Salim Baswel menyerahkan surat tanah tersebut pada
Abdul Hakim Saleh Bashel (Saudara sepupu saksi korban) tanpa sepengetahuan saksi
korban. Mubarak bermaksud hendak menjual tanah berikut bangunan tersebut pada
orang lain. Agar tanah bisa dijual dan membuat surat kuasa, maka KTP H. Abdullah
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Salim Baswel direkayasa/dipalsukan dengan mengganti pasphoto saksi korban
Pada hari Jum’at 13 November 1992, Abdul Hakim SB dan Mubarak SB dihadapan
Abdullah SB (saksi korban) dan memberi kuasa pada Abdul Hakim SB untuk
menyewakan, menjual, memindahkan dan menyerahkan hak atas tanah tersebut (atas
identitas H. Abdullah SB sedang fotonya adalah foto Mubarak SB. Dihadapan Notaris
Pagit Maria Tarigan, SH dibuatlah akta kuasa No 54 tanggal 13 November 1992 dan
ditandatangani serta diberi cap jempol oleh Abdul Hakim SB dan Mubarak SB
dengan meniru tanda tangan H.Abdullah. Untuk melengkapi surat kuasa tersebut
dibuat konsep surat persetujuan tersendiri dibawah tangan dan diberi materai, oleh
Pada hari Selasa, tanggal 16 Februari 1993 Abdul Hakim SB selaku Pihak I telah
menjual kepada Abu Bakar Zein selaku Pihak II atas sebidang tanah (miliki saksi
korban) seharga Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah), berdasarkan akta jual beli
Nomor 62 tanggal 16 Februari 1993 dengan alas hak atas tanah asli Grant Sulthan
atas nama H. Abdullah SB yang dibuat dihadapan Notaris Pagit Maria Tarigan, SH.
Oleh Abdul Hakim SB diserahkan surat tanah berupa Grant Sulthan dan bangunan
dalam keadaan kosong, lalu ditandatangani minut akta dan diserahkan uang sebesar
Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah), pada Mubarak SB. Berdasarkan hasil
pemeriksaan sesuai dengan Berita Acara dari Dinas Identifikasi Polda Sumut No :
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Polisi.Pidana.05/IX/2002/Ident tanggal 23 September 2002, sidik jari pada akta kuasa
identik/tidak sama dengan sidik jari yang sebenarnya pada kartu AK 23 atas nama H.
Abdullah SB tanggal 14 Juni 2002. dan saksi korban tidak pernah memberi kuasa
pada Abdul Hakim SB, dan tidak pernah menghadap Notaris Pagit Maria Tarigan,
SH. Begitu juga dengan KTP yang tercantum dalam surat kuasa tersebut bukan KTP
saksi korban. Sebab KTP saksi korban dikeluarkan dan bertempat tinggal di Jakarta
selama 25 tahun dan istri saksi korban adalah Habsyah Saleh Baswel bukan Fauziah.
Dan tidak pernah menghadap Notaris Pagit Maria Tarigan, SH untuk memberikan
Adapun yang dimaksud dengan keterangan palsu yang tercantum didalam akta
Keterangan palsu yang terdapat dalam suatu akta otentik umumnya berasal
dari para pihak/ penghadap yang meminta untuk dibuatkan akta yang bertujuan untuk
menguntungkan dirinya dan merugikan pihak lain. Perbuatan ini dilakukan oleh para
pihak/penghadap dengan cara sengaja yakni pada saat para pihak/penghadap datang
dan menghadap kepada notaris untuk meminta dibuatkan akta, dimana para
74
Hasil wawancara ,pada tanggal 21 Mei 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
pihak/penghadap tersebut memberikan keterangan-keterangan dan identitas yang
menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang telah direkayasa dan juga surat-
surat palsu untuk memenuhi syarat-syarat agar diterbitkan suatu akta. Berdasarkan
para pihak/penghadap maka notaris membuat akta otentik sesuai dengan kehendak
dari para pihak/penghadap tersebut. Setelah akta selesai dibuat oleh notaris lalu
Pada dasarnya notaris dalam membuat akta selalu dengan penuh kehati-hatian
Sebagaimana diketahui bahwa tugas notaris adalah membuat akta otentik yang
para pihak/penghadap tersebut. Notaris hanya mengkonstatir apa yang terjadi, apa
yang dilihat, dan dialaminya serta menuangkannya didalam akta. Notaris pada
dasarnya hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh para pihak/penghadap lalu
dituangkannya kedalam akta, disini dapat dikatakan bahwa notaris hanya bertanggung
jawab secara materiil dalam kerangka formil, artinya notaris berwenang untuk
yang asli atau yang sebenarnya sehingga notaris dapat menuangkan yang formil
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
kemateriil akta. Disini juga notaris memberikan penyuluhan hukum untuk memberi
arah dalam menemukan solusi yang benar dan tepat kepada para pihak/penghadap
Notaris mungkin dapat berbuat salah mengenai isi akta karena informasi yang
salah, sengaja atau tidak dari para pihak/penghadap. Dalam hal ini notaris tidak
bathiniah, akan tetapi hanya sebatas lahiriah. Dengan demikian kesalahan yang terjadi
pihak/penghadap.
keterangan palsu tersebut dapat menjadi sengketa dan diperkarakan di depan sidang
pembuktian dengan menilai dapat tidaknya diterima suatu alat bukti dan menilai
kekuatan pembuktiannya. Sehubungan dengan hal ini maka akta otentik yang dibuat
oleh notaris tersebut akan menjadi bukti bahwa adanya suatu perbuatan hukum yang
telah dilakukan oleh para pihak/penghadap yang oleh notaris perbuatan hukum dari
para pihak/penghadap tersebut dituangkan sebagai materiil dalam suatu akta. Hal ini
berarti akta otentik itu sendirilah yang membuktikan bahwa telah terjadi suatu
perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak/penghadap, bukan oleh notaris.
Oleh karenanya maka notaris dalam hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
sehubungan dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris tersebut maka notaris dalam
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
hal ini akan diperiksa/dipanggil sebagai saksi guna proses pembuktian. Pemanggilan
persidangan tersebut. Sebab sebagian orang berpendapat bahwa notaris tidak perlu
hadir dalam sidang pengadilan untuk menjadi saksi mengingat akta yang dibuatnya
adalah akta otentik yang merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna. Artinya
adalah apa yang ditulis di dalam akta itu harus dipercaya oleh hakim, yaitu harus di
anggap sebagai benar selama ketidakbenarannya itu tidak dibuktikan, dan akta itu
Menurut undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 140, Pasal 141, dan
Pasal 148 HIR bahwa memberikan kesaksian adalah merupakan suatu kewajiban,
seseorang yang tidak memenuhi panggilan untuk menjadi saksi di depan persidangan
memanggil saksi.
pengadilan sangat berguna untuk menerangkan duduk perkara yang sebenarnya atas
akta otentik yang dibuat oleh notaris tersebut. Sebab notaris adalah orang yang
mengetahui secara pasti kebenaran dari akta yang dibuatnya maka sebagai saksi
75
Hari Sasangka,Hukum Pembuktian Dalam Perkara Perdata, Mandar Maju, Bandung, 2005,
hal 80.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
notaris akan menerangkan tentang apa yang dilihatnya atau dialaminya. Selain dari
pada itu seorang notaris apabila dipanggil sebagai seorang saksi harus datang dan
hadir di persidangan, sebab pada waktu kehadirannya itulah notaris akan menentukan
apakah dia akan mempergunakan hak ingkarnya (hak untuk mengundurkan diri
sebagai saksi) yang diatur dalam Pasal 1909 ayat (3e) KUH Perdata yaitu ”segala
mempergunakan hak ingkar harus dinyatakan dengan tegas dan hal ini hanya bisa
dilakukan dengan hadirnya notaris. Dapat dikatakan bahwa hak ingkar adalah
orang saksi yang benar-benar mengetahui mengenai pembuatan akta otentik tersebut
yang sebenarnya. Saksi-saksi yang dimaksudkan disini adalah saksi yang mendukung
bahwa keterangan yang dikemukakan oleh notaris tersebut adalah benar, dan saksi-
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
saksi ini membantah keterangan-keterangan yang tidak benar sehubungan dengan
Namun ada kalanya hak ingkar yang dimiliki oleh notaris di tolak oleh hakim
yang dikemukakan oleh notaris tidak dapat dibuktikan sesuai dengan peristiwa
- Bahwa kepentingan justicia atau kepentingan umum lebih tinggi nilainya dari
hukum, yaitu 76 :
dibuatnya.
dibuatnya.
76
Paulus Effendie Lotolung, Dalam Makalahnya tentang Perlidungan Hukum Terhadap
Notaris, pada Kongres XVII di Jakarta, 2000.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
4. Dalam hal penyitaan terhadap bundel minuta yang disimpannya.
menyagkut rahasia jabatannya, dan terhadap kesalahan yang diperbuat oleh seorang
notaris haruslah dibedakan antara kesalahan yang bersifat peribadi dengan kesalahan
didalam menjalankan tugasnya. Secara pribadi, notaris dapat dituntut dan di hukum
sama seperti masyarakat biasa lainnya, namun sebagai seorang pejabat umum yang
dijamin, dan terhadap notaris perlu diberikan perlindungan hukum yang berbeda
mekanismenya dengan anggota masyarakat biasa. Hal ini tentunya akan membuat
para notaris menjadi lebih kondusif dan terlindungi di dalam menjalankan tugasnya 77 .
Notaris dan Kode Etik Profesi Notaris. Sedangkan notaris yang melakukan kesalahan
dalam jabatannya selaku pejabat umum adalah apabila notaris dengan sengaja
melakukan suatu kesalahan atau kelalaian dalam pembuatan akta maka ia dapat
dituntut atau bertanggung jawab secara perdata maupun pidana. Akan tetapi seorang
notaris dapat juga dikatakan melanggar Kode Etik Notaris pada saat melakukan tugas
dan jabatannya, misalnya melakukan kesalahan etika terhadap sesama rekan notaris.
77
Ibid
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Apabila notaris dalam tindak pidana pemalsuan surat menjadi aktor
intelektualnya atau notaris turut serta dalam melakukan tindak pidana tersebut maka
secara yuridis tidak dapat ditolelir bukan hanya berdasarkan ketentuan pidana saja,
tetapi juga oleh Peraturan Jabatan Notaris. dalam pasal 13 UUJN ada dinyatakan
bahwa notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi pidana
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih. Dengan adanya ketentuan tersebut maka notaris langsung
dipecat/diberhentikan oleh Menteri. Dan hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal
jabatannya adalah merupakan pencabutan hak notaris untuk menjalankan tugas dan
Apabila terbukti notaris terlibat dalam suatu tindak pidana, maka akibatnya
- Notaris wajib untuk membayar ganti kerugian kepada para pihak yang
dirugikan.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB III
A. Pengertian Sanksi
larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu
berupa hukuman.” 80
Pengertian sanksi secara umum adalah sebagai alat pemaksa supaya setiap
78
C.S.T. Kansil Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1986, hal 38.
79
Ibid, hal 39.
80
Ibid
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
hukum dapat diserahkan kepada penguasa, dan sanksinya adalah berupa hukuman
ganti rugi, batalnya suatu perjanjian dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan hukum
pidana sanksinya adalah berupa pidana mati, pidana penjara, pidana tutupan, pidana
pemaksa atau pendorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh setiap orang,
dan juga merupakan akibat hukum bagi seseorang yang melanggar norma hukum,
Seseorang dapat menjadi pihak dalam suatu akta notaris ada 3 (tiga) cara
yaitu: 84
Pihak yang berkepentingan hadir dan bertindak untuk diri sendiri yakni apabila ia
dalam akta memberikan suatu keterangan atau dinyatakan adanya suatu perbuatan
hukum yang dilakukannnya untuk dirinya sendiri dan untuk mana ia menghendaki
akta itu untuk menjadi buktinya, atau apabila dalam akta itu dinyatakan bahwa ia
81
Sianturi, op.cit, hal 28.
82
Ibid, hal 29.
83
Ibid, hal 29-30.
84
M.U. Sembiring, Op.Cit, hal 30-34
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga
kuasa. Para pihak dalam suatu akta tidak diwajibkan untuk hadir sendiri
dihadapan notaris, akan tetapi diwakili dengan orang lain, baik dengan kuasa
tertulis maupun kuasa lisan. Pihak yang mewakili orang yang dikuasakan adalah
pihak dalam kedudukan selaku kuasa sedangkan orang yang diwakilinya adalah
Seseorang yang bertindak di dalam akta yang bersangkutan bukan untuk dirinya
sendiri tetapi untuk orang lain, yakni bukan untuk membela kepentingan sendiri
4. Menghadap atau bertindak dalam jabatan selaku organ (alat perlengkapan) suatu
badan hukum.
Bertindak dalam jabatan maksudnya adalah bertindak dengan status sebagai organ
(alat perlengkapan ) dari suatu badan hukum, misalnya sebagai direktur dari suatu
perseroan terbatas, sebagai ketua dari suatu yayasan, sebagai ketua dari suatu
perkumpulan ( vereniging)
Dalam setiap akta nitoris harus memenuhi ketentuan bahwa para penghadap
harus dikenal atau diperkenalkan kepada notaris, yakni dimana para penghadap harus
dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh dua orang saksi pengenal atau
(delapanbelas) tahun atau telah kawin dan cakap melakukan tindakan hukum yang
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
memenuhi persyaratan untuk memberikan kesaksian dimuka pengadilan, dan
Adapun yang dimaksud dengan “para penghadap” terbatas pada orang yang secara
nyata datang menghadap atau berkunjung pada notaris, tidak termasuk orang yang
mereka wakili baik berdasarkan kuasa tertulis atau berdasarkan kuasa lisan. Juga
tidak termasuk orang yang mereka wakili berdasarkan kedudukan atau jabatan
tertentu. Jadi tidak termasuk harus dikenal oleh notaris ialah anak dibawah umur
yang diwakili oleh seseorang yang menghadap notaris dalam kedudukannya
sebagai wali dari anak tersebut.”86
tentang isterinya atau sebaliknya, akan tetapi jika notaris mengatakan bahwa seorang
penghadap dikenal olehnya maka masyarakat dan peraturan hukum menuntut bahwa
Penduduk (KTP), Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Paspor, KartuPers, Kartu
Kredit, dan tanda pengenal lainnya yang dapat menerangkan identitas para
penghadap. Disamping itu sebaiknya notaris jangan lupa meminta dan meneliti
seperti kartu keluarga, akta kelahiran dan surat nikah dari penghadap untuk keperluan
sehubungan dengan akta yang dibuat. Meskipun tidak diwajibkan oleh Undang-
undang Jabatan Notaris, idealnya tanda pengenal para penghadap tersebut sedapat-
dapatnya disimpan atau dijahitkan pada minuta akta untuk memudahkan penyidikan
85
Sutrisno, Op Cit. hal 172
86
Ibid, hal 70.
87
Syahril Sofyan, Loc.Cit.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Apabila notaris tidak mengenal penghadap melalui identitas penghadap maka
akan dengan mudah mengakibatkan pemalsuan terhadap diri seorang penghadap dan
hal ini akan mengakibatkan akta notaris dapat dibatalkan. Oleh karena itu dituntut
kepada notaris untuk selalu dapat berhati-hati dalam mengenal penghadap sebelum
Tiap-tiap akta yang dibuat oleh notaris harus disaksikan oleh 2 (dua) orang
saksi. Hadirnya kedua saksi tersebut adalah syarat mutlak yang tidak dapat
dipisahkan dari pembuatan akta otentik 88 . Saksi-saksi ini harus dikenal oleh notaris
yang membuat akta, atau dalam hal ia atau mereka itu belum dikenal maka mereka itu
Saksi terdiri dari saksi instrumentair dan saksi atterteren. Saksi instrumentair
adalah saksi yang menyaksikan pembuatan akta notaris. Saksi instrumentair bertugas
88
Didalam pasal 40 ayat (1) UUJN, bahwa setiap akta yang dibacakan oleh notaris dihadiri
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali Peraturan Perundang-undangan menentukan lain. Sedangkan
istilah “Unus testis, Nullus testis,” yang artinya “satu bukti bukan bukti”, ketentuan pasal 169 HIR ini
berbunyi; “ keterangan dari seorang saksi saja, dengan tidak ada suatu alat bukti yang lain, tiada dapat
dipercaya didalam hukum”. Lebih lanjut lihat Purnadi Purbacaraka, dan A. Ridwan Halim, filsafat
hukum perdata CV. Rajawali Jakarta, 1983 hal 83
89
GHS Lumban Tobing, Op. Cit, hal 136.
90
Ibid.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
dikehendaki atau diperintahkan oleh Undang-undang yang berkenaan dengan
pembuatan akta tersebut yaitu akta tersebut telah dibacakan oleh notaris kepada para
penghadap dan saksi-saksi, dan ditandatangani seketika itu juga oleh para penghadap,
saksi-saksi dan notaris. 91 Untuk dapat atau boleh menjadi saksi maka Undang-undang
Jabatan Notaris dalam pasal 51 ayat (1) mengatur mengenai seseorang yang dapat
5. Tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus
ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping sampai
Syarat-syarat lain atau syarat negatif saksi yang harus dipenuhi agar seseorang
berhak menjadi saksi diatur dan dirumuskan dalam Pasal 1912 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata yang menentukan bahwa tidak dapat diterima sebagai saksi adalah92 :
2. Orang yang ditaruh dibawah pengampunan karena dungu, sakit ingatan atau mata
gelap,
3. Orang yang selama perkara masih bergantung, atas perintah hakim dimasukkan
dalam tahanan.
91
Ibid
92
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2001, hal 134. (Subekti II)
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Untuk pembuatan surat wasiat haruslah dipenuhi sayarat-syarat khusus
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 944 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum
Perdata yaitu : saksi-saksi yang harus hadir pembuatan surat wasiat, harus telah
dewasa dan penduduk Indonesia, mereka harus mengerti akan bahasa, dalam mana
surat wasiat itu dibuat, atau dalam mana akta pengalamatannya atau penyimpanannya
ditulis.
Sebagai saksi tidak boleh dipakai, segala waris atau penerima hibah wasiat, sekalian
keluarga semenda mereka sampai dengan derajat keenam, dan lagi, anak-anak atau
cucu-cucu, keluarga sedarah atau semenda sampai derajat yang sama dan budak-
budak dari notaris dihadapan siapa surat wasiat itu harus dibuat.
merupakan suatu formalitas untuk memenuhi syarat bahwa penghadap dikenal oleh
notaris dalam hal ini dengan jalan diperkenalkan oleh saksi pengenal, dengan
Memperkenalkan berarti ialah suatu perbuatan dengan mana seseorang yang tidak
dikenal menjadi dikenal. Jadi berarti ada tiga pihak. Pihak ketiga memperkenalkan
seorang pihak kedua (penghadap) kepada seseorang pihak pertama (notaris). Dalam
hal melakukan tindakan memperkenalkan tersebut adalah dua orang saksi yang
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
khusus untuk memperkenalkan penghadap kepada notaris. Perbedaan lainnya ialah
bahwa adanya hubungan kekeluargaan sedarah atau semenda antara saksi attesteren
itu dengan penghadap yang diperkenalkan itu atau dengan notaris tersebut bukan
(partij) dalam akta, maksudnya mereka bertindak sebagai orang-orang yang membuat
suatu ketentuan, pernyataan atau perjanjian dalam akta, baik mereka itu bertindak
sendiri maupun diwakili oleh seorang kuasa. Tujuan pembatasan ini dilakukan adalah
menjaga agar tidak ada penyalahgunaan oleh notaris dalam hal membuat akta dimana
dirinya sendiri atau sanak keluarganya yang terdekat yang mempunyai kepentingan
menderitakan (menistai) orang tersebut. Akan tetapi merupakan upaya edukatif agar
dikemudian hari orang tersebut dapat memperbaiki perilakunya, menurut iman dan
93
GHS Lumban Tobing, Op. Cit, hal 137.
94
Ibid, hal 140.
95
Hasil wawancara, pada tanggal 25 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
keadilan masyarakat terutama korban, sehingga keseimbangan dan tertib masyarakat
dapat dipelihara. Selain itu layak dan patut untuk diberi hukuman pidana penjara yang
setimpal dengan perbuatannya agar dapat membuat jera sehingga tidak akan
Bahwa Penerapan hukum yang telah dilakukan oleh hakim terhadap para
pihak/penghadap dalam hal ini selaku terdakwa adalah sudah benar dan sesuai dengan
fakta dan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan telah melakukan perbuatan melawan
menempatkan keterangan palsu dalam akta otentik” yang telah memenuhi seluruh
unsur-unsur dari pasal yang dituduhkan yaitu Pasal 266 ayat (1) (KUHP) jo. Pasal 55
ayat (1) ke- 1e KUHP. Dan oleh akrenanya maka para pihak/penghadap wajib
bertanggungjawab secara perdata dan secara pidana. Secara perdata wajib memberi
ganti rugi atas kerugian yang diderita korban, dan secara pidana wajib dijerat dengan
merugikan orang lain akan tetapi juga telah merugikan seorang notaris sebagai
Berdasarkan posisi kasus yang telah diuraikan diatas, oleh Majelis Hakim
dalam pasal 266 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1e KUHP, yang unsur-
1. Barang siapa
3. Mengenai suatu hal yang sebenarnya harus dinyatakan oleh akta itu
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
4. Dengan maksud untuk memakai/menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-
6. Unsur sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan itu
Ad. 2 Unsur menyuruh menempatkan keterangan palsu kedalam suatu akta otentik
Bahwa Surat Kuasa Akta Nomor 54 tanggal 13 Nopember 1992 yang dibuat
- Bahwa terdakwa Mubarak Salim Baswel dihadapan Notaris Pagit Maria Tarigan,
Kelurahan Pandau Hulu II Kecamatan Medan Area yang sudah diganti foto
Nopember 1992 telah memberi kuasa kepada terdakwa Abdul Hakim SB untuk
menjual, memindahkan dan menyerahkan hak atas tanah yang terletak di Jalan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
- Bahwa selanjutnya sesuai akta penjuala, akta pembelian, dan penyerahan hak
Tarigan, SH telah dijual tanah di Jalan Kereta Api No 6/18B Kelurahan Kesawan
Kecamatan Medan Barat milik saksi pelapor Abdullah SB kepada Abu Bakar
Zein
- Bahwa apabila akta surat kuasa tersebut dicermati maka dapat dilihat baik akta
Surat Kuasa Nomor 54 tanggal 13 Nopember 1992 yang dibuat dihadapan Notaris
Pagit Maria Tarigan, SH, adalah atas permintaan Terdakwa Mubarak SB dan
- Bahwa saksi Notaris Pagit Maria Tarigan, SH dalam hal ini sebagai pejabat umum
Nopember 1992 yang berarti akta tersebut dibuat pejabat umum yang berwenang
untuk itu, dengan demikian Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Akta surat
Penyerahan Hak sesuai akta nomor : 62 tanggal 16 Februari 1993 tergolong Akta
Otentik.
dalam akta tersebut adalah palsu? Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
didepan persidangan ternyata sesuai akta Nomor : 2 tanggal 1 Desember 1981 yang
dibuat dan dihadapan Notaris Marah Sutan Nasution, Alm. Salim bin Aboed Baswel
Kecamatan Medan Barat Kodya Medan seluas 33m2 yang diatasnya berdiri bangunan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
sesuai akta jual beli Nomor : 22 tanggal 14 September 1963 telah membelinya dari
seorang bernama Mangara Hutapea selaku Kuasa dari Entjik Nurhana sesuai Akta
Surat Kuasa Nomor : 32 tanggal 6 Maret 1963 dibuat dihadapan Notaris Marah Sutan
tersebut.
- Bahwa dari surat-surat yang mendukung diterbitkannya Akta Nomor :52 tanggal
- Bahwa dengan demikian pernyataan dan keterangan saksi Fauziah yang membuat
Terdakwa Abdul Hakim SB dalam akta Otentik yaitu Surat Kuasa sesuai akta
keterangan tidak benar / keterangan palsu kedalam akta tersebut, oleh karenanya
Ad.3. Unsur Mengenai suatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu;
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
- Bahwa akta yang merupakan surat kuasa harus menyatakan kebenaran tentang
saksi Fauziah sebagai isteri Terdakwa Mubarak SB ic. Sebagai pemilik tanah di
Jalan Kereta Api No 6/18B Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat yang
berhak atas tanah di Jalan Kereta Api No 6/18B Kelurahan Kesawan Kecamatan
Medan Barat adalah saksi Abdullah SB yang bersama istrinya ic saksi Hafsah SB
Hakim SB adalah mengenai suatu hal yang sebenarnya harus dinyatakan oleh akta
Ad.4 Unsur dengan maksud untuk memakai/menyuruh orang lain memakai akta itu
- Bahwa dengan terbitnya akta surat kuasa atas adanya persetujuan Terdakwa itulah
Medan Barat milik saksi Abdullah SB kepada Abu Bakar Zein seharga
- Bahwa Terdakwa Abdul Hakim SB menggunakan akta itu seoah-olah isi dari akta
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
pembuktian unsur-unsur diatas keterangan tersebut adalah tidak benar atau palsu.
- Bahwa dengan digunakan surat kuasa tersebut oleh Terdakwa Abdul Hakim SB
Desember 1981, merasa dirugikan karena tanah di Jl. Kereta Api Nomor: 18-B
Kel. Kesawan Kec. Medan Barat sekarang dikuasai oleh saksi Abu Bakar Zein.
- Ad,6. Unsur: Sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan
perbuatan itu;
- Bahwa dalam ikut serta melakukan kerja sama antara Terdakwa Abdul Hakim SB
dengan Terdakwa Mubarak SB serta Fauziah begitu erat sehingga yang satu itu
tidak dapat terpisah dari yang lainnya, satu dan lainnya menyebabkan tiada dapat
diketahui siapa yang menjadi pelaku utama dan siapa yang membantu melakukan.
olah bernama saksi Hafsah SB ic. Isteri saksi Abdullah SB kepada Terdakwa
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
- Bahwa dengan dipenuhinya syarat-syarat selanjutnya Notaris Pagit Maria
Hakim SB menjual tanah di Jl. Kereta Api Nomor: 18-B Kel. Kesawan, Kec.
Medan Barat milik saksi Abdullah Salim SB kepada Abu Bakar Zein;
- Bahwa untuk memberikan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan oleh
dengan terdakwa lainnya dalam terjadinya proses terbitnya surat kuasa sesuai akta
3. Menetapkan agar barang bukti berupa foto copy surat yang diajukan oleh
Jaksa Penuntut Umum sebagai mana dalam daftar barang bukti dan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
4. Membebankan biaya perkara ini kepada Para Terdakwa masing-masing
Dengan demikian maka penerapan hukum yang dilakukan oleh hakim sebagaimana
yang diatur /diancam dalam pasal 266 ayat (1) KUHP yang dituduhkan atas
hukuman pidana penjara dan membebankan biaya perkara selama dalam proses
persidangan di pengadilan.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB IV
KETERANGAN PALSU
Adapun yang dapat dinilai atau diklasifikasikan sebagai potensi konflik dalam
disebabkan karena tidak terpenuhinya salah satu syarat untuk membuat akta yang
telah ditentukan oleh Undang-undang. Misalnya tidak terpenuhinya Pasal 1320 Kitab
Perdata, untuk menentukan sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat
yaitu 96 :
Yang dimaksud dengan kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri adalah
para pihak untuk saling mengikatkan diri satu sama lain dalam suatu perjanjian,
artinya para pihak tersebut harus sepakat, seia-sekata mengenai hal-hal pokok dari
perjanjian yang diadakan itu. Mengetahui sah atau tidaknya suatu perjanjian telah
menyatakan bahwa tidak dianggap sah suatu kesepakatan, jika kesepakatan itu
diberikan karena :
96
Muhammad Yahya Harahap, segi-segi hukum perjanjian, Alumni Bandung, 1986 hal.6
83
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
(wilsgebrik). Terhadap persetujuan yang demikian para pihak atau yang bukan
batal demi hukum. Kekhilafan yang dapat batal demi hukum adalah mengenai
hal pokok atau hal yang essensial dalam persetujuan tersebut, hal ini terdapat
bahwa :
b. Paksaan (dwang)
Pemaksaan (dwang) terjadi apabila orang yang dipaksa itu tidak mempunyai
Hukum Perdata paksaan itu sepantasnya menakutkan suatu pihak terhadap suatu
akan menderita suatu kerugian yang nyata. “Perumusan dari Pasal 1324 Kitab
97
Ibid hal 7.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
bahwa yang diancam itu harus merupakan hal yang tidak diperbolehkan oleh
hukum. 98
c. Penipuan
perjanjian atau dengan kata lain orang yang sudah dewasa dan waras akal budinya
adalah cakap menurut hukum, Pasal 1330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap
21 (duapuluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu kawin, demikian bunyi Pasal
yang ditaruh di bawah pengampuan adalah setiap orang dewasa, yang selalu
berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap atau terlalu boros,
98
Wiryono Prodjodikoro, Asas-asas hukum perjanjian, Balei, Bandung, 1989, hal 3.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
dalam melakukan suatu perbuatan hukum mereka diwakili oleh pengampunya
(curator).
dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-undang telah melarang
terjadi jual beli. Kemudian Pasal 1678 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
ditentukan, paling tidak jenisnya, hal ini terdapat dalam Pasal 1333 Kitab
perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu,
asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung. Menurut M.
Yahya Harahap tentang objek atau prestasi harus dapat ditentukan adalah suatu
yang logis dan praktis. Takkan ada arti dari perjanjian jika Undang-undang tidak
itu memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
4. Sebab yang halal
Suatu sebab yang halal maksudnya tidak lain daripada perjanjian itu sendiri,
yang halal itu apabia tidak bertentangan dan dilarang oleh Undang-undang, tidak
umum. Keempat syarat ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam membuat
syarat ini agar suatu perjanjian menjadi sah. Pasal ini juga didukung oleh Pasal
1338 ayat 1 yang menyebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
syarat tersebut di atas maka dapat juga dibedakan atas 2 (dua) golongan yaitu :
1. Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena menyangkut orang
2. Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena mengenai perbuatan
yang diperjanjikan.
Notaris dalam membuat akta harus berpedoman kepada bunyi Pasal 1337 Kitab
baik atau ketertiban umum. Bunyi pasal ini menentukan syarat-syarat yang tidak
dilaksanakan;
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
2. bertentangan dengan kesusilaan;
Pada dasarnya hakim tidak dapat membatalkan akta notaris apabila pembatalan
akta tersebut tidak dimintakan kepadanya, karena hakim tidak boleh memutuskan
Apabila dimintakan pembatalan akta oleh pihak yang dirugikan (pihak korban) maka
akta notaris tersebut dapat dibatalkan oleh hakim apabila ada bukti lawan.
Sebagaimana diketahui bahwa akta notaris adalah akta otentik yang merupakan alat
bukti tertulis yang mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat dan sempurna.
Ini berarti bahwa masih dimungkinkan dapat dilumpuhkan oleh bukti lawan yakni
tersebut dibatalkan.
99
M.Y. Harahap, Op. Cit, hal 9-12.
100
Hasil wawancara, pada tanggal 28 Mei 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
oleh hakim. Karena selama tidak dimintakan pembatalan maka perbuatan
hukum/perjanjian yang tercantum dalam akta tersebut akan tetap berlaku atau sah 101 .
Setelah adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan
penuntutan pembatalan akta tersebut maka akta itu tidak lagi mempunyai kekuatan
hukum sebagai alat bukti yang otentik karena mengandung cacat secara yuridis/cacat
hukum, maka dalam amar putusan hakim akan menyatakan bahwa akta tersebut batal
demi hukum. Dan berlakunya pembatalan akta tersebut adalah berlaku surut yakni
Pembatalan terhadap suatu akta otentik dapat juga dilakukan oleh notaris apabila
dituang dalam akta tersebut, sehingga timbul keragu-raguan terhadap materiil akta
maka berdasarkan kesepakatan dari para pihak/penghadap, maka akta tersebut dapat
101
Hasil wawancara, 28 Mei 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB V
A. Kesimpulan
keterangan palsu adalah bahwa notaris pada dasarnya hanya mencatat atau
salah mengenai isi akta karena informasi yang salah dari para pihak/penghadap
baik dengan sengaja atau tidak. Oleh karenanya maka notaris tidak dapat
palsu didalam akta otentik adalah berupa ancaman hukuman baik secara perdata
melawan hukum yang merugikan hak orang lain dan wajib mengganti kerugian
hukuman sesuai dengan ketentuan Pasal 266 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1e KUHP, sebab telah terbukti secara sah bersalah melakukan kejahatan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
otentik” berdasarkan telah dipenuhinya unsur-unsur dari perbuatan pidana yang
3. Akibat hukum terhadap akta otentik yang mengandung keterangan palsu adalah
bahwa akta otentik tersebut telah menimbulkan suatu sengketa dan diperkarakan
dipengadilan, oleh sebab itu maka oleh pihak yang dirugikan dapat mengajukan
mengabulkan pembatalan akta tersebut. Dengan demikian maka akta itu tidak
lagi mempunyai kekuatan hukum karena telah cacat hukum dan didalam
putusannya hakim menyatakan bahwa akta tersebut batal demi hukum. Dan
pembatalan itu adalah berlaku surut yakni sejak perbuatan hukum / perjanjian
itu dibuat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Hendaknya kepada setiap penghadap yang datang kepada notaris untuk meminta
dalam pembuatan akta notaris demi untuk kepentingan dirinya layak untuk
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
hukuman pidana penjara agar membuatnya jadi jera. Sebab perbuatannya tersebut
bukan saja menimbulkan kerugian pada hak orang lain akan tetapi juga merugikan
notaris.
hati-hati dan waspada dalam meneliti dan memeriksa surat-surat/ warkah dan
berbicara tentang surat/akta yang akan dibuat oleh notaris. Selain itu perlu
terhadap notaris. Dan para notaris mengharapkan kepada MPD agar dapat
dengan para notaris dalam tugas dan jabatan masing-masing agar tidak terjadi
jabatan notaris. Selain dari pada itu, diharapkan kepada pihak pengadilan
hendaknya harus lebih selektif lagi dalam menentukan kehadiran seorang notaris
hanya sekedar untuk kepentingan para pihak yang berperkara saja. Pemanggilan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
terhadap notaris sebagai saksi oleh hakim harus merupakan upaya terakhir
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Badrulzaman, Mariam, Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. itra Aditya Bakti,
Bandung, 2001
Emong, Komariah Saprdjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materil Dalam Hukum
Pidana Indonesia, Alumni Bandung, 2002
Kanter, E.Y dan S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia Dan
Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002
Kansil C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1986
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Centor for Documentation
and Studies of Busines Law (CDSBL), Yogyakarta, 2003
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
P.A.F. Lamintang, Delik-delik Kasus (Kejahatan-kejahatan Membahayakan
Terhadap Surat-surat, Alat-alat membahayakan, Alat-alat bukti dan
Peradilan): Mandar Maju, Bandung, 1991
P. Subagyo Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,
1997
Santosa Soegeng dkk, Kongres Luar Biasa Up-Grading Refreshing Course Ikatan
Notaris Indonesia, PT Grafindo Media Pratama, Bandung, 2005
Samudera, Teguh, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, PT. Alumni Bandung,
2004
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008
Sukanto, Soerdjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1995
Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, 1996
B. Peraturan Perundang-undang
C. Majalah
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu (Studi Kasus Di Kota Medan), 2007.
USU e-Repository © 2008