Anda di halaman 1dari 17

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jawa Barat (Jabar), dengan wilayah daratan seluas 3,709,528.44 Ha


dan jumlah penduduk 35.72 juta jiwa (Sensus Penduduk 2000) memiliki
potensi sumber daya alam dan buatan yang tinggi, kualitas sumber daya
manusia yang maju, serta posisi gografis yang strategis. Kondisi
tersebut memposisikan Jabar selangkah lebih maju dibandingkan
provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini tercermin dari tingginya jumlah
investasi yang mencapai angka hingga 61.44 trilyun rupiah (60% investasi
nasional), tingginya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5.31%
(www.bps.go.id, 2007), dan tingginya kontribusi terhadap perekonomian
nasional (14.58%) (www.depkominfo.go.id, 2007).
Dengan berbagai fakta yang telah disebutkan di atas, Jabar menjadi salah
satu tempat tujuan bagi para investor, migran, serta wisatawan untuk
beraktivitas. Oleh karena itu, Jabar memiliki interaksi yang tinggi dengan
wilayah domestik maupun mancanegara. Tingkat interaksi yang tinggi
yang diiringi dengan semakin berkembangnya aspek perekonomian,
sosial, dan budaya belakangan ini, menjadikan sarana transportasi
sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus dan
menyeluruh. Sarana transportasi ini berfungsi sebagai penghubung antara
Jabar dengan wilayah lain. Karena interaksi yang terjadi tidak hanya
bersifat domestik tetapi juga internasional, maka sarana transportasi
yang paling efektif adalah melalui transportasi (perhubungan) udara.
Perhubungan udara dapat digunakan untuk jarak menengah maupun
jauh dengan waktu yang relatif singkat dibandingkan moda transportasi
lain. Maka dari itu, bandara sebagai tempat pergantian moda transportasi
(darat menjadi udara dan sebaliknya) harus memiliki kapasitas yang
dapat mengakomodasi kebutuhan saat ini dan di masa yang akan
datang. Selama ini, kebutuhan terhadap penerbangan domestik dan
internasional di wilayah Jabar sebagian besar dilayani oleh Bandara
Internasional Soekarno Hatta (CGK), Jakarta dan Bandara Husein
Sastranegara, Bandung.
Bandara Husein Sastranegara merupakan bandara terbesar di Jabar
dan telah ditetapkan sebagai Bandara Internasional oleh Menteri
Perhubungan dan diharapkan dapat berfungsi sebagai bandara
11

internasional di Jabar. Namun terdapat beberapa kelemahan pada


bandara ini, di antaranya kondisi topografi daerah di sekitar bandara
kurang baik yang seringkali menyebabkan delay, lokasi bandara di
tengah kota yang tidak memungkinkan untuk perluasan lahan dan
penuh dengan obstacle, serta

Pendahuluan

banyaknya lampu kota di malam hari yang tidak memungkinkan untuk


melakukan penerbangan di malam hari.
Sementara itu, CGK mengalami kesulitan dalam pengembangan lebih lanjut
karena ada masalah pembebasan lahan untuk pembangunan tambahan
dua landasan paralel baru. Sehubungan dengan halhal tersebut maka
diperlukan keberadaan bandara internasional baru untuk menjawab
kebutuhan transportasi udara di masa yang akan datang.
Rencana pembangunan bandara internasional di Jabar telah diwacanakan
sejak tahun 2002 yang diimplementasikan melalui suatu proses diskusi
dengan Inkindo (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) dan Kadin Jabar.
Pada tahun 2003, pihak Inkindo memaparkan konsep awal
pembangunan BIJB kepada DPRD Provinsi Jabar yang dilanjutkan
dengan pelaksanaan MOU antara Pemerintah Provinsi Jabar dengan pihak
Inkindo tentang Perencanaan Pembangunan BIJB.
BIJB diharapkan dapat menciptakan percepatan pertumbuhan investasi
yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, respon
yang baik terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia usaha dalam
pemanfaatan outlet udara, peningkatan indeks pembangunan manusia
(IPM) Jabar, dan peningkatan pelayanan jemaah haji asal Jawa Barat dan
sekitarnya dan pariwisata Jawa Barat (www. jabar.go.id., 2007).
Studi kelayakan terhadap rencana pembangunan BIJB dilakukan pada
tahun 2003 oleh PT Multi Assens Konsorsium Sembilan. Studi kelayakan
dilakukan di 421 titik, dan sembilan bandara eksisting. Studi ini
menghasilkan tiga alternatif lokasi calon bandara internasional.
Berdasarkan hasil pengkajian teknis dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jabar 2010 dalam Perda Jawa Barat No.2 Tahun 2003, lokasi
bandara ditetapkan di Desa Palasah, Kecamatan Kertajati, Kabupaten
Majalengka. Penetapan lokasi tersebut dikukuhkan melalui Keputusan
Menteri perhubungan No. KM 34/2005 tanggal 17 Mei 2005
(www.jabar.go.id., 2007).
Pada tahun 2005, pihak Dinas Perhubungan Provinsi Jabar
menginstruksikan penyusunan master plan BIJB. Pengadaan jasa
konsultasi master plan BIJB dilaksanakan oleh konsorsium konsultan;
Wiratman & Associates, PT Tridaya Pamurtya, PT Dacrea Avia, dan PT
Nincec Multi Dimensi.
Melalui analisis terhadap survey OD pada tahun 2004 yang dilaksanakan
oleh Ditjen Perhubungan Darat di CGK diketahui bahwa 13%
penumpang CGK berasal tujuan wilayah Kota/Kabupaten Bandung dan
sekitarnya dan 3% berasal tujuan wilayah Kota/Kabupaten Cirebon dan
13

Pendahuluan

sekitarnya (Laporan Masterplan BIJB, 2005).


Sementara itu, melalui analisis lebih lanjut dari forecasting yang dilakukan
SAP Group terhadap traffic CGK(30Year Forecast of Aviation Activity for
CY 2002 to CY 2032 at Soekarno Hatta International Airport Jakarta,
Indonesia, The SAP Group, San Fransisco, California, USA) didapat
prakiraan total peralihan pesawat dan prakiraan total peralihan penumpang
pada tahun 2040 sebesar 600.928 pesawat dan 88.336.416
penumpang.

14

Pendahuluan

Besar peralihan di atas total untuk Bandara Halim Perdanakusuma dan


BIJB. (Laporan Masterplan BIJB, 2005).
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan kapasitas eksisting, setelah tahun 2030, tanpa penambahan
runway CGK akan menghadapi kejenuhan traffic. Masalah yang sama
akan terjadi tahun 2040 walaupun telah dibangun dua runway paralel
tambahan (Laporan Masterplan BIJB, 2005). Untuk itu, perlu
diperhitungkan dengan cermat perencanaan runway, taxiway, dan apron
BIJB.
1.3 Tujuan Tugas Akhir
Secara garis besar tujuan tugas akhir ini adalah untuk merencanakan
desain runway, taxiway, dan apron yang dibutuhkan di BIJB. Desain
tersebut dilakukan melalui analisis terhadap proyeksi jumlah penumpang
dan kargo yang akan menggunakan bandara ini.
Tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan geometrik
b. Perencanaan perkerasan
c. Perencanaan drainase
d. Perencanaan geoteknis
e. Layout desain
f. Perencanaan biaya
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan untuk merencanakan desain
runway, taxiway, dan apron di BIJB adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan geometrik:
1. Perencanaan geometrik runway meliputi:
a) Arah orientasi runway
b) Ukuran runway
c) Longitudinal slope
d) Transversal slope
e) Ukuran runway shoulder
f) Ukuran runway strip
g) Ukuran Runway End Safety Area (RESA)
h) Ukuran clearway
i) Ukuran stopway
j) Declared distance
15

Pendahuluan

2. Perencanaan geometrik taxiway meliputi:


a) Ukuran taxiway
b) Taxiway slope

16

Pendahuluan

c)
d)
e)
f)

Ukuran taxiway shoulder


Ukuran taxiway strip
Taxiway curve
Separation distance taxiway

3. Perencanaan geometrik apron meliputi:


a) Ukuran apron
b) Kemiringan apron
c) Konfigurasi parkir pesawat
d) Sistem parkir pesawat
e) Jumlah pintu gerbang pada apron
b. Perencanaan perkerasan meliputi:
1. Perkerasan runway strip
2. Perkerasan taxiway strip
3. Perkerasan apron
c. Perencanaan saluran drainase runway.
d. Perencanaan geoteknis runway, taxiway, dan apron meliputi:
1. Perencanaan cutfill, land grading, dan stripping
2. Perencanaan kompaksi
3. Perhitungan konsolidasi
4. Perhitungan stabilitas statis dan stabilitas dinamis
e. Layout desain meliputi:
1. Layout desain runway
2. Layout desain taxiway
3. Layout desain apron
f. Perencanaan biaya untuk pekerjaan runway, taxiway, dan apron
meliputi:
1. Pembuatan WBS (Work Breakdown Structure)
2. Pembuatan BoQ (Bill of Quantitiy)
3. Penentuan metoda pelaksanaan
4. Perhitungan produktivitas alat dan pekerja
5. Pembuatan Analisis Harga Satuan (AHS)
6. Pembuatan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
1.5 Metode

Metode yang digunakan bertujuan untuk memudahkan pengerjaan dan


penyusunan tugas akhir. Diagram alir pekerjaan perencanaan runway,
taxiway, dan apron BIJB dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Proses awal yang dilakukan adalah rekapitulasi data sekunder.
Dalam proses
17

Pendahuluan

rekapitulasi data sekunder, data yang diperlukan di antaranya data


proyeksi

18

Pendahuluan

penumpang dan pesawat, data karateristik pesawat rencana, data


angin, data tanah, serta data topografi daerah rencana. Proyeksi jumlah
penumpang dan pesawat telah dilakukan dalam penyusunan masterplan
BIJB oleh Wiratman & Associates, PT Tridaya Pamurtya, PT Dacrea Avia, dan
PT Nincec Multi Dimensi. Proyeksi tersebut dilakukan berdasarkan data
jumlah penduduk hinterland periode 19942005, data PDRB
hinterland periode 19942005, data jumlah penumpang domestik dan
internasional CGK dan Husein Sastranegara periode 19942005, dan data
jumlah kargo domestik dan internasional CGK dan Husein Sastranegara
periode 19942005. Untuk data angin, digunakan data meteorologi
Jatiwangi dari tahun 1997 hingga 2005 (Laporan Master Plan BIJB, 2005).
Untuk data tanah digunakan data dari Laporan Penyelidikan Tanah untuk
BIJB tahun 2005. Sumber data lainnya didapatkan dari literaturliteratur
yang menunjang serta website perusahaan pembuat pesawat.
Dari review terhadap analisis proyeksi jumlah penumpang akan didapat
pergerakan pesawat tahunan dan pergerakan jam sibuk pesawat.
Perencanaan geometrik akan dilakukan menggunakan code ICAO
berdasarkan data pergerakan pesawat tahunan, data karakteristik pesawat,
data analisis angin, data topografi, fisiografi, dan meteorologi lokasi.
Setelah perencanaan geometrik, selanjutnya dilakukan perencanaan
perkerasan menggunakan code dari ICAO. Perencanaan perkerasan
dilakukan berdasarkan data karakteristik pesawat rencana, data
pergerakan pesawat tahunan, data desain perkerasan, dan data
ketentuan teknis desain menurut code ICAO.
Setelah perencanaan perkerasan, selanjutnya dilakukan perencanaan
geoteknis. Perencanaan geoteknis diawali dengan analisis terhadap data
NSPT lokasi, dan data penampang memanjang lintasan. Analisis data
dilakukan untuk mendapatkan volume cut and fill pada lokasi runway,
taxiway, dan apron. Proses selanjutnya adalah perencanaan
pematangan lahan dan perencanaan tebal subgrade yang diperlukan
dengan merujuk pada ketentuan teknis perkerasan pada runway,
taxiway, dan apron sesuai code ICAO. Karena BIJB terletak di jalur gempa,
maka perlu dilakukan tinjauan seismik.
Setelah perencanaan geoteknis, selanjutnya dilakukan pekerjaan layout
desain. Dari hasil layout desain dilakukan perencanaan biaya.
Perencanaan biaya dimulai dari pembuatan WBS (Work Breakdown
Structure), selanjutnya dilakukan penentuan volume pekerjaan berdasarkan
WBS. Volume tiap pekerjaan yang telah ditentukan kemudian disatukan
dalam satu daftar yang dinamakan BoQ (Bill of Quantity). Setelah
19

Pendahuluan

pembuatan BoQ, selanjutnya adalah penentuan metoda pelaksanaan


yang akan berpengaruh kepada produktivitas alat serta pekerja yang
akan digunakan dalam perhitungan AHS (Analisis Harga Satuan). AHS
menunjukkan biaya untuk setiap satuan volume pekerjaan. Setelah
dilakukan AHS, langkah selanjutnya adalah pembuatan RAB
(Rancangan Anggaran Biaya). RAB menunjukkan biaya total untuk
keseluruhan volume pekerjaan.

110

Pendahuluan

MULAI

Studi
Literatur
Pengumpulan
Data
Perencanaan
Geometrik
RTA
Layout
Desain
Geometrik
Perencanaan Perkerasan
RTA

Data proyeksi
Data karateristik
pesawat
Data angin
Data drainase
Data desain
perkerasan
Data tanah

Pembuatan
Windrose
Perencanaan
geometrik

Penentuan pesawat
desain
kritis
Penentuan tebal
perkerasan desain RTA

Perencanaan Drainase
Runway

Perencanaan Geoteknis
RTA

Gambar Desain
RTA

Perencanaan Biaya
RTA

CutFill, stripping, dan grading


Perhitungan tebal lapisan kompaksi
Perhitungan konsolidasi terhadap
timbunan
Perhitungan stabilitas statis dan

Pembuatan WBS
Perhitungan Bill of Quantity (BoQ)
Penentuan metode pelaksanaan
Perhitungan produktivitas alat dan
pekerja
Analisis Harga Satuan (AHS)

Kesimpulan dan
Saran
SELES
AI

Gambar 1. 1 Diagram Alir Metodologi Perencanaan Runway, Taxiway, dan


Apron BIJB

111

Pendahuluan

1.6 Sistematika Pembahasan Tugas Akhir


Sistematika pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir,
ruang lingkup, metoda, literatur awal, sistematika pembahasan
yang akan dilakukan selama pengerjaan tugas akhir ini.
Bab 2 Studi Pustaka
Berisi penjabaran dasar teori yang digunakan sebagai pendekatan
untuk membahas dan menganalisis masalah.
Bab 3 Metodologi
Berisi tahapantahapan studi yang dilakukan dan pelaksanaan
pengumpulan data sekunder serta caracara pengolahannya.
Bab 4 Pengolahan Data, Analisis dan Desain
Berisi datadata yang diperoleh dari proses pengumpulan, yang
selanjutnya dilakukan pengolahan untuk kepentingan analisis
yang menghasilkan desain.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saransaran
berdasarkan kajian yang telah dilakukan dalam tugas akhir
ini.

1. LOKASI
Lokasi proyek gedung Asia Pacific Center for Ecohydrology
(APCE), Komplek Cibinong Science Center and Botanical Garden,
Jl. Raya Jakarta Bogor Km.46 Cibinong , Kabupaten Bogor

10

Pendahuluan

2. SCHEDULE

Jadwal Rencana Penyelesaian Tugas Akhir


Jurusan Teknik Sipil
Program Lanjutan Strata 1 (S1)
Universitas Jayabaya
N
o

April
1

Pengajuan
Proposal
Bimbingan BAB I

Bimbingan BAB II

Bimbingan BAB III

Bimbingan BAB IV

Bimbingan BAB V

7
8

Mei

Uraian Kegiatan
2

Juni
1 1
0 1

1
2

1
3

Juli
1
14 5

Libur
lebaran

Penyelesaian
Naskah
Pemasukan
Naskah TA

11

16

Agustus
1 1 1 2
7 8 9 0

Pendahuluan

OUTLINE ISI TUGAS AKHIR

OUTLINE ISI TUGAS AKHIR

Halaman
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR.................................................... i
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR.................................. ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
PRAKATA.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR NOTASI....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 4
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................... 4
1.4 Sistematika Pembahasan.................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan................................................................................... 5
2.2 Persimpangan................................................................................. 6
2.2.1 Kapasitas Persimpangan Tidak Bersinyal................................ 7
2.2.2 Arus Lalu Lintas..................................................................... 8

Pendahuluan

2.2.3 Kapasitas................................................................................ 9
2.2.4 Derajat Kejenuhan (DS)......................................................... 9

Pendahuluan

2.2.5 Tundaan (D).......................................................................... 10


2.2.6 Peluang antrian (QP %)......................................................... 10
2.2.7 Hambatan Samping.............................................................. 11
2.2.8 Faktor-faktor Penyesuaian.......................................................11
2.2.8 Prosedur Perhitungan Kinerja Simpang................................. 13
2.3 Rambu Lalu Lintas........................................................................ 14
2.3.1 Peraturan.............................................................................. 14
2.3.2 Peringatan............................................................................ 15
2.3.3 Informasi.............................................................................. 16
2.4 Marka Jalan................................................................................... 17
2.5 Manuver Kendaraan Pada Arus Persilangan Jalan........................... 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian................................................................. 21
3.2 Lokasi dan Waktu Survei.............................................................. 23
3.3 Alat-Alat yang Digunakan............................................................. 25
BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data.............................................................................. 26
4.1.1 Situasi Simpang Jalan Sindang Sirna-Bungur............................26
4.1.2 Survei Volume Lalu Lintas.......................................................29
4.1.3 Penduduk...............................................................................32
4.2 Analisis Data................................................................................. 32
4.3 Hasil Analisis................................................................................ 43
4.4 Hambatan Samping....................................................................... 45

Pendahuluan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.................................................................................. 49
5.2 Saran........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 51
LAMPIRAN................................................................................................ 52

15

Anda mungkin juga menyukai