PENDAHULUAN
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional terus dikembangkan
dalam rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh
wilayah teritorial Indonesia.Transportasi merupakan kegiatan yang vital dalam
mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas
sistem dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi di antara pelaku
ekonomi yang pada gilirannya dapat memajukan perekonomian di seluruh wilayah
negara.
Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan sebagai infrastruktur utama pada sub sektor
perhubungan darat, akan terus dilaksanakan untuk menunjang pergerakan penumpan
melalui angkutan penyeberangan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 112 Tahun 2017 tentang
Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
mengamanatkan bahwa salah satu tahapan dalam Rencana Teknis Pengembangan
Perhubungan (RTPP) adalah tahap desain yang terdiri dari Detail Engineering Desain
(DED).
Oleh karena itu, dipandang perlu untuk terdapat adanya suatu petunjuk teknis untuk
memudahkan para stakeholder dalam memahami prosedur kerangka acuan kerja
dalampenyusunan studi Detail Engineering Desain (DED) Pelabuhan Penyeberangan.
Dengan disusunnya petunjuk teknis ini diharapkan akan dapat memberi pengetahuan
bagi para stakeholder mengenai materi dan substansi minimum yang diperlukan dalam
penyusunan studi Detail Engineering Desain (DED) Pelabuhan Penyeberangan serta
memberikan panduan dalam penyusunan dokumen tersebut.
Dasar hukum penyusunan petunjuk teknis penyusunan studi Detail Engineering Desain
(DED) Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang Berkaitan
dengan Kegagalan Bangunan;
Ruang lingkup petunjuk teknis ini mencakup seluruh kegiatan dan tahapan yang
diperlukandalam rangka penyusunan studi Detail Engineering Desain (DED) Pelabuhan
Penyeberangan yang berdasarkan sumber pendanaan sebagai berikut :
Maksud dan tujuan dari disusunnya petunjuk teknis penyusunan studi Detail
Engineering Desain (DED) Pelabuhan Penyeberangan adalah untuk menyusun sebuah
dokumen yang bersisitentang pedoman dalam penyusunan Detail Engineering Desain
(DED) Pelabuhan Penyeberangan sehingga terciptanya dokumen perencanaan
pembangunan pelabuhan Penyeberangan yang sesuai dengan teknis.
Jika salah satu persyaratan tidak dipenuhi, maka penyusunan studi Detail Engineering
Desain (DED) Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan tidak sesuai dengan proses
perencanaan yang diperlukan/ tidak dapat dilaksanakan.
o Pengujian Site Specific Response dilakukan apabila pada lokasi yang mempunyai
percepatan gempa yang besar dan terindikasi mempunyai potensi liquifaksi
2. Data Kecamatan/Pulau
a. Kondisi geografis
b. Kondisi iklim dan curah hujan
c. Kondisi demografi
d. Produk Regional Domestik Bruto (PDRB), kondisi ekonomi masyarakat
danpotensi wilayah
e. Kondisi transportasi dan aksesibilitas masyarakat
f. Dll
Penentuan luas wilayah survey hidrografi dan topografi dapat diputuskan setelah
melakukan survei pendahuluan. Keperluan survei hidrografi harus mencakup perairan
dekat pantai,perairan rencana pembangunan trestle dan dermaga, perairan kolam
pelabuhan hingga alurmasuk dan topografi harus mencapai back area dan akses jalan
masuk ke pelabuhan.
Maksud dan tujuan dari pekerjaan survey dalam hal ini terutama untuk mendapatkan
gambaran tentang :
- Konfigurasi detil permukaan dasar laut / sungai (peta situasi alur pelayaran, kolam
pelabuhan, areal breakwater dan area reklamasi).
- Profil / potongan melintang dan memanjang khusus untuk alur pelayaran.
- Identifikasi keberadaan terumbu karang / halangan lainnya disekitar lokasi dermaga
/alur pelabuhan tersebut.
- Identifikasi proses dan laju sedimentasi
- Mengetahui arah dan kecepatan arus
- Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Desain (DED)
FasilitasPelabuhan Laut
Acuan / Referensi
Sebagai acuan kedalaman maupun ketinggian dipergunakan ± 0,00 LWS,
pekerjaanselanjutnya referensi ini harus dipindahkan kepada Bench Mark (BM) yang
telah dibuat dilokasi pekerjaan. BM yang harus dibuat adalah minimal 2 titik BM.
Benchmark dibuat tanda pengenal berwarna biru laut yang terdiri dari Nama BM
danKoordinat x dan y BM dalam UTM, sedangkan koordinat z dalam m LWS.
3.2.2 Bathimetri
Peralatan Utama
Untuk pekerjaan Hydrografi harus mempergunakan peralatan minimum :
- Alat Pencatat Koordinat
- Alat perum gema dengan pembaca analog dan/atau digital.
- Mempunyai frekuensi operasi untuk dual/single frekuensi, yaitu 30-33 Hz dan 200-
300kHz
- Rentang gema 30-33 Hz <5o, 200-300 kHz <3.5o
- Pengaturan kecepatan gema dapat disesuaikan untuk 1400 – 1600 m/s, rentang 1
m/s
- Akurasi kedalaman 1% (satu perseratus)
Peralatan Bantu
Kapal survey yang digunakan dalam kegiatan survey ini, mempunyai beberapa
ketentuan :
- Kapal yang akan melakukan pekerjaan survei harus sesuai dengan semua
peraturan yang relevan, izin, lengkap dan mampu beroperasi dengan aman dan
melakukanpekerjaan survei pada dua puluh empat jam sehari.
- Kapal yang digunakan mempunyai system pasokan listrik yang mampu memasok
semua instrumen survei dan sistem komputer secara berkelanjutan dan stabil.
- Kapal memiliki peralatan keselamatan standard.
- Peralatan didalam kapal, mampu untuk menunjang kegiatan survey, seperti:
Kegiatan perekaman dan akuisisi data lapangan yang tersambung dan terintegrasi
padaperalatan survey. Dengan tidak melupakan kegiatan keamanan dan
keselamatan navigasi kapal dan mampu menarik peralatan survey pada tingkat
kestabilan tertentu yang dibutuhkan untuk pengambilang data lapangan.
Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai berikut:
1. Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
2. Dalam Laporan harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai
berikut:
a. Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet).
b. Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.
c. Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam
daftarrapih).
3. Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat disounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau
disipatdatar (levelling) dari darat.
4. Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan
(maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder
tetap diaktifkan.
5. Jarak antar jalur sounding pada area rencana
Haluan sounding diusahakan tegak lurus pantai / dermaga. Untuk control
kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang minimal3
jalur. Dan dilakukan dengan jarak antar lintasan 10 hingga 20 m, tergantung
proporsi desain. Untuk sounding di daerah rencana pembangunan
dermaga,breakwater, areal reklamasi dan kolam pelabuhan jarak antar lintasan
adalah 10m, sedangkan untuk daerah alur, jarak antar lintasan dapat lebih besar
dari 10m;
Peta dasar laut yang dihasilkan dari kegiatan survey lapangan
diwajibkanmerupakan area yang akan diidentifikasi sesuai dengan yang
sudahdiasistensikan dan disetujui,
Penyelidikan dan pengujian properti material (urugan, batu, dan agregat) bertujuan
untuk mengetahui parameter fisik dan mekanik dari material yang akan digunakan
dalam perencanaan sehingga ketepatan desain konstruksi yang ditentukan dapat
sesuai dengan kualitas material yang terdapat di lapangan.
Pengujian properti material tanah timbunan ditujukan untuk mengetahui :
1. Sudut geser tanah (Ø)
2. Kohesi (c)
3. Berat jenis tanah (ϒ)
4. Grain size distribution
Pengujian property material batuan untuk pasangan talud dan agregat kasar
untukcampuran beton ditujukan untuk mengetahui :
1. Berat jenis batuan (ϒ)
2. Kekerasan batuan
KAK DED Pelabuhan Penyeberangan Center Point of Indonesia (CPI) H a l . 16 | 60
3. Porositas batuan
Pengujian properti agregat halus ditujukan untuk mengetahui :
1. Berat jenis batuan (ϒ)
2. Kadar material organik
3. Grain size distribution
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan alat bor mesin hingga kedalaman -30m
dari dasar laut dengan pengambilan sampel tanah dan pelaksanaan
Diameter, OD=Outer Diameter), tebal tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm.
Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm Bila akan dipakai ID yang lain
dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %
ID2
7. Tes Laboratorium
Wajib dilakukan uji sampel tanah pada laboratorium terkemuka untuk mendapatkan
parameter property tanah yang diperlukan untuk kegiatan desain struktur fasilitas
pelabuhan, minimal harus mencakup:
a. Klasifikasi tanah
b. Unconsolidated Undrained Triaxial
c. Consolidated Undrained Triaxial
d. Direct Shear
e. Konsolidasi
f. UCS Test
g. Test untuk batuan antara lain:
1) Minerology Test
2) Unaxial Compression Strength
Standard kegiatan yang dapat merujuk pada Standard SNI yang berlaku untuk
metode tes penyelidikan tanah, dengan merujuk pada ASTM D420 – D5779.
3.3.2 Sondir
Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan
bantuan manometer yang terdapat pada alat sondir untuk mengetahui kekuatan suatu
tanah pada kedalaman tertentu. Sehingga, dapat diketahui bahwa dari berbagai lapisan
tanah memiliki kekuatan yang berbeda. Data lapangan yang didapat berupa data
perlawanan konus (qc), dimana qc adalah perlawanan penetrasi konus atau
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas
(kg/cm2), dengan batasan nilai qc ≥ 120 kg/cm2 Pekerjaan sondir akan dilaksanakan
pada 3 (tiga) titik yang lokasinya akan ditentukan setelah tata letak layout fasilitas darat
disetujui oleh Tim Evaluasi Direktorat Kepelabuhanan.
Survey ini bertujuan untuk mendapatkan sumber material untuk pekerjaan pembetonan,
reklamasi, breakwater dan talud. Sumber material yang akan digunakan dalam
pembangunan fasilitas pelabuhan diusahakan dekat dengan lokasi pekerjaan. Material
hasil pengerukan dapat digunakan untuk pekerjaan timbunan selama memenuhi
persyaratan sebagai material timbunan berdasarkan pengujian laboratorium. Untuk
material tanah timbunan diperlukan adanya uji laboratorium berupa uji plastisitas, sieve
analysis dan hidrometer. Sedangkan untuk material batuan diperlukan untuk
mengetahui ukuran, berat dan kekerasan material batuan tersebut.
Penentuan dilaksanakan atau tidaknya pekerjaan survei properti material ditentukan
oleh Pemberi Tugas/ Tim Evaluasi Teknis.
Untuk setiap data primer maupun sekunder yang didapat, maka selanjutnya dilakukan
analisa. Dalam menyusun studi Detail Engineering Desain (DED) Pembangunan
Pelabuhan Penyeberangan uraian analisa yang diperlukan sebagaimana yang
dijelaskan sebagai berikut :
Berisikan perbandingan antara studi terdahulu di lokasi terkait dengan data terkini di
lapangan. Analisa dilakukan secara umum dan bentuknya memperkuat/melemahkan
hasil kesimpulan studi terdahulu dengan data terkini yang didapat.
Berisikan data sekunder terkini di lokasi pekerjaan. Analisa berupa perbandingan antara
data sekunder terkini dengan data sekunder pada studi terdahulu serta kesimpulan
apakah data sekunder terkini yang didapat mempengaruhi analisa yang dilakukan pada
studi terdahulu.
Hasil yang didapat dari analisa pendahuluan adalah fungsi kelayakan perlunya
dibangun suatu pelabuhan, titik lokasi ideal pembangunan pelabuhan yag dinilai dari
aspek teknis dan nonteknis, serta kriteria desain/kapal rencana yang direncakan untuk
dapat dilayani oleh pelabuhan dimaksud.
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peta situasi detail back up area pada lokasi
rencana pembangunan pelabuhan.
Pengukuran Pengikatan
bantu ini dilalui, atau termasuk dalam jaringan pengukuran polygon, sehingga
merupakan
salah satu titik polygon.
Pengukuran Polygon
Pengukuran Jarak
Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dengan cara optis dan pita ukur 100
meter. Adapun cara pelaksanaannya seperti yang diuraikan berikut ini:
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada :
Cara pengukuran itu sendiri
Keadaan permukaan tanah
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara (lihat
gambar).
T=(8D)mm
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo meter
Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur rai, dimana
setiap ray terikat pada titik-titik poligon sehingga membentuk jalur poligon dan
waterpass terikat sempurna.
Dalam metode least square, variasi pasang surut dideskripsikan sebagai konstituen
harmonic. Metode ini berpotensi sebagai penjelasan pasang surut yang paling detil
pada lokasi tertentu, dan biasa digunakan pada lokasi-lokasi yang pasang surutnya
diamati terus-menerus selama beberapa tahun.
Cara perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Masukan data meliputi:
- Parameter kontrol dan ketetapan
- Seri waktu (tinggi atau Utara/Selatan dan Timur/Barat komponen arus)
b. Perhitungan jam tengah tc dari perioda analisa;
c. Perhitungan pada tc dari faktor koreksi modulasi titik f dan u dan argument
astronomis V, untuk semua konstituen dalam pake data konstituen;
d. Penentuan melalui kriteria Rayleigh, dari konstituen-konstituen yang digunakan
dalam penyesuaian least square.
e. Konstruksi dan solusi relatif terhadap waktu tc dari matriks least square (untuk
tinggi muka air atau setiap x (Timur/Barat) dan y (Utara/Selatan) komponen
arus). Detil kecocokan, seperti estimasi galat, rata-rata, standar deviasi,
bilangan kondisi matriks dan nilai reDEDu akar rata-rata kuadrat dapat
diberikan, bersamasama dengan parameter Cj dan Sj dari amplitudo dan fase
konstituen yang dapat dihitung.
f. Dugaan dari konstituen yang diinginkan tidak dimasukkan dalam pencocokan
least square, dan penyesuaian konstituen digunakan untuk mendapatkan
hasilnya.
KAK DED Pelabuhan Penyeberangan Center Point of Indonesia (CPI) H a l . 26 | 60
g. Modulasi titik dari konstituen yang telah didapatkan dan dianalisa,
menggunakan faktor koreksi titik sebelumnya f dan u. Selisih fase Greenwich
dan amplitude konstituen kemudian diperoleh (untuk arus dan amplitudo dari
panjang semi-sumbu mayor dan minor)
h. Keluaran data.
Dalam metode admiralty menjabarkan 4 konstituen utama yaitu M2, S2, O1 dan K1
yang dijabarkan secara eksplisit dan faktor koreksi diperbolehkan dalam perhitungan
dampak dari konstuen yang diperoleh dari fenomena astronomis dan peraiaran
dangkal.
Metode ini digunakan khusus ketika konstituen harmonic diperoleh dari Tabel Pasang
Surut Admiralty. Metode admiralty merupakan cara yang disederhanakan dan cepat
untuk memprediksi dan menganalisa pasang surut Metode admiralty merupakan cara
yang disederhanakan dan cepat untuk mempredikDEDan menganalisa pasang surut.
Hanya 4 konstituen utama pasang surut yangdipertimbangkan secara eksplisit (M2, S2,
O1, dan K1).
Metode ini mengasumsikan bahwa fungsi respon pasang surut (seperti rasio amplitudo
dan fase berbeda antara gaya-gaya yang dihasilkan dan pasang surut hasil
pengamatan) adalah sama untuk konstituen pasang surut yang frekuensinya hampir
sama.
Model pasang surut global dapat menggunakan pemodelan thermal dispersion yaitu
pemodelan dengan menggunakan model NAOTIDE. NAO Tide merupakan perangkat
lunak yang dikembangkan untuk meprediksi tinggi pasang surut (arah vertikal) dengan
Gambar 4.2 perbandingan Elevasi muka Air dari hasil Survei dengan NAOtide
2. Permodelan Arus
Untuk membuat simulasi arus di lokasi recana pelabuhan, dibutuhkan datadata yang
mempengaruhi karakteristik perilaku arus di lokasi tersebut. Data yang digunakan
dalam simulasi arus ini merupakan data primer maupun sekunder antara lain adalah
peta batimetri, debit, dan kecepatan arus serta pasang surut.
Hasil pemodelan arus adalah berupa pola arus kecepatan arah dan kondisi elevasi
muka air pada daerah yang dimodelkan. Beberapa sampel output kecepatan aliran
maksimum pada daerah yang dimodelkan.
Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan
untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Mengingat data
gelombang hasil pengukuran lapangan tidak tersedia, dan kalupun ada hanya
merupakan catatan singkat, data tersebut kurang mencerminkan kondisi gelombang
secara keseluruhan, maka untuk perencanaan struktur pelabuhan ini akan digunakan
hasil ramalan gelombang berdasarkan data angin. Data angin diperlukan sebagai data
masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana.
Data angin untuk prediksi gelombang secara normal didapat melalui cara observasi
langsung di titik fetch dengan memproyeksikan harganya di titik fetch (daerah
pembentukan gelombang) yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang
relatif konstan dari pengamatan di darat. Arah dan kecepatan angin maksimum harian
akan digunakan untuk memprediksi tinggi dan perioda gelombang maksimum yang
dimana:
H : tinggi gelombang (m);
T : perioda gelombang (detik);
F : panjang fetch (m);
t : durasi angin (detik);
UA: kecepatan angin setelah koreksi (m/s);
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Dari hasil analisa frekuensi gelombang rencana dapat dipilih dengan melihat rata-
rata error terkecil untuk setiap jenis distribusi. Sebagai desain gelombang rencana,
diambil gelombang 25 tahunan atau 50 tahunan yaitu tinggi gelombang untuk setiap
arah datang gelombang. Tinggi gelombang di atas merupakan tinggi gelombang
lepas pantai (laut dalam).
Sedimen dapat berasal dari erosi garis pantai dan daratan yang dibawa oleh sungai,
dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Transportasi sedimen adalah
gerak partikel yang dibangkitkan oleh gaya yang bekerja. Transport sediment
merupakan hubungan aliran air dan partikel-partikel sedimen. Sifat-sifat sedimen yang
sangat penting dalam proses transportasi sedimen adalah ukuran partikel dan distribusi
butir sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endapan, dan ketahanan terhadap
erosi. Pergerakan dan penyebaran sedimen terjadi akibat beberapa interaksi penting
yang terjadi, interaksi tersebut terjadi antara air dan sedimen, dan dengan sedimen itu
sendiri.
Analisa sedimen hanya diperlukan apabila, sedimentasi mempengaruhi pada
perubahan bathymetri di lokasi pekerjaan.
Elevasi dermaga bergantung dari elevasi pasang surut dan tunggang pasang.
Elevasi lantai dermaga diatas HWS, ditetapkan berdasar tabel berikut :
Tabel 4.4 Elevasi Lantai Dermaga di Atas HWS
KAK DED Pelabuhan Penyeberangan Center Point of Indonesia (CPI) H a l . 36 | 60
Sumber : OCDI of Japan 2009
ini hanya berlaku pada lokasi pelabuhan yang memiliki tinggi gelombang maksimum
0,5 m (perairan tertutup), untuk perairan terbuka elevasi diatas tak berlaku dapat
digunakan = HWS + . H (Gelombang) + Freeboard.
Kecepatan kapal kurang dari 6 knot kedalaman alur dapat ditentukan dengan rumus
berikut :
d ≥ 1,1 D
dimana :
d = kedalaman alur (m)
D = full draft kapal (m)
Tabel 4.5 Penilaian Orientasi Dermaga Terhadap Arah dan Kecepatan Arus
Oleh karena itu terkait dengan faktor keamanan dan kemudahan operasional kapal
menuju dermaga, maka bobot yang diberikan untuk aspek ini adalah sebesar 15%.
Tabel 4.6 Penilaian Orientasi Dermaga Terhadap Arah dan Tinggi Gelombang
Tabel 4.7 Penilaian Orientasi Dermaga Terhadap Arah dan Kecepatan Angin
d. Masa Layan
Analisa armor wajib mengacu pada buku pedoman perencanaan breakwater yang
dikeluarkan oleh Ditjen Hubla
Penyaluran beban oleh pondasi tiang dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi
tiang dengan tanah di sekelilingnya (skin friction) dan atau daya dukungan
tahanan ujung dari tiang (end bearing). Secara umum, kapasitas aksial ultimit
pondasi tiang diperoleh melalui persamaan yang merupakan penjumlahan antara
tahanan selimut dan tahanan ujung sebagai berikut:
Qu = Qs + Qp= fs.As + qp.Ap
dengan:
Tahanan selimut ultimate (Qs) tiang pada lapisan lempung dihitung berdasarkan
persamaan berikut:
Qs = α x cu x p x L
dengan,
α = faktor adhesi
cu = kuat geser undrained
p = keliling tiang
L = panjang tiang
Kapasitas daya dukung ujung untuk tiang pancang (Qp) pada lapisan lempung
saturatedpada kondisi undrained (= 0) dapat dihitung dengan rumus berikut
ini:
dengan,
Nc* = faktor daya dukung (O’Neill dan Reese, 1999)
= 6,5 untuk cu = 25 kPa
= 8,0 untuk cu = 50 kPa
= 9,0 untuk cu 100 kPa
Ap = luas penampang tiang
Cu = rata-rata kuat geser undrained pada ujung tiang
Sedangkan untuk tanah berbutir kasar atau pasir secara umum ,qb dirumuskan
sebagai berikut:
b. Aksial Tarik
Selain menerima gaya tekan, tiang pun dapat menerima gaya tarik akibat beban lateral
ataupun beban uplift pada tiang tersebut. Oleh karena itu perlu dianalisis kekuatan tiang
dalam menahan beban tarik. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut (Poulos &
Davis, 1980):
Beban lateral yang terjadi pada sebuah tiang perlu ditahan oleh tiang tersebut. Ada
dua hal yang menjadi syarat dalam analisis daya dukung lateral suatu tiang, yaitu:
Faktor aman terhadap beban lateral ultimit yang terjadi Defleksi yang terjadi pada
tiang masih dalam batas toleransi yang ditetapkan Toleransi defleksi sebuah tiang
menurut McNulty (1956), disarankan sebesar 6 mm atau 0.25 inchi untuk bangunan
gedung dan 0.5 inchi atau 13 mm untuk bangunan transmisi dan sejenisnya. Beban
lateral yang boleh terjadi tergantung pada dua hal berikut (Poulos dan Davis, 1980):
Beban lateral yang menyebabkan tanah disekitar tiang mengalami keruntuhan.
Dalam hal ini tiang dianggap kaku, sehingga kekuatan tiang dalam menahan beban
lateral bergantung pada tahanan tanahnya.
Beban lateral yang didasarkan pada kekuatan tiang. Seluruh beban lateral
ditentukan oleh tahanan tiang terhadap momen yang bekerja. Oleh karena beban
lateral yang boleh terjadi pada tiang adalah beban lateral terkecil dari kedua kondisi
di atas.
Analisis kapasitas daya dukung lateral pondasi tiang dapat juga dianalisis dengan
menggunakan perangkat lunak/software yang menyelesaikan persamaan empiric
balok pada perletakan elastis (Hentency, 1946) sebagai berikut:
5. Analisa liquifaction
6. Analisa job mix beton
Analisa job mix beton wajib mengacu pada SNI 03-2834-2000 tata cara pembuatan
rencana campuran beton normal atau standar lainnya yang terkait.
Analisa struktur fasilitas pelabuhan dapat mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor OT.101/2/DJPL-15 tentang Penetapan Tata Cara
Perhitungan Struktur Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan.
Dengan tambahan Data Teknis Material sebagai berikut :
Beberapa kriteria kekuatan bahan yang akan digunakan untuk perencanaan struktur
adalah
sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
DASAR HUKUM
1.3. LOKASI PROYEK
1.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1.5. METODE PENGUMPULAN DATA
SISTEMATIKA LAPORAN
BAB II. GAMBARAN UMUM DAN DATA WILAYAH
2.1. DATA PROVINSI
2.1.1. Kondisi Geografis
2.1.2. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
2.1.3. Kondisi Demografi (Kependudukan)
2.1.4. Produk Regional Domestik Bruto (PDRB), Kondisi Ekonomi Masyarakat,
dan Potensi Wilayah
2.1.5. Kondisi Transportasi dan Aksesibilitas Masyarakat
2.1.6. Kebijakan pengembangan wilayah dan transportasi (bicarakan masalah
RTRW Provinsi dan Tatrawil jika ada)
2.2. DATA KABUPATEN
2.2.1. Kondisi Geografis
2.2.2. Kondisi Demografi (Kependudukan)
2.2.3 Kondisi Topografi
2.2.4. Produk Regional Domestik Bruto (PDRB), Kondisi Ekonomi Masyarakat,
dan Potensi Wilayah
2.2.5. Gambaran Kondisi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Masyarakat
(Jumlah sekolah, rumah sakit, dll)
2.2.6. Gambaran Kondisi Infrastruktur (jalan, telekomunikasi, listrik, dll)
2.2.7. Kondisi Transportasi dan Aksesibilitas Masyarakat
2.2.8. Kebijakan pengembangan wilayah dan transportasi (bicarakan masalah
RTRW Kabupaten dan Tatralok jika ada)
2.3. DATA KECAMATAN
2.3.1. Kondisi Geografis
2.3.2. Kondisi Demografi (Kependudukan)
2.3.3 Kondisi Topografi
2.3.4. Produk Regional Domestik Bruto (PDRB), Kondisi Ekonomi Masyarakat,
dan Potensi Wilayah
2.3.5. Gambaran Kondisi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Masyarakat
(Jumlah sekolah, rumah sakit, dll)
2.3.6. Gambaran Kondisi Infrastruktur (jalan, telekomunikasi, listrik, dll)
2.3.7. Kondisi Transportasi dan Aksesibilitas Masyarakat
2.3.8. Kebijakan pengembangan wilayah dan transportasi (bicarakan masalah
RTRW Kabupaten dan Tatralok pada kecamatan tersebut jika ada)
Mendapatkan tata letak pelabuhan yang sesuai dengan aspek teknis dan nonteknis.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
(Berisikan kesimpulan dari laporan pendahuluan)
BAB II. KEGIATAN SURVEY TOPOGRAFI DAN HIDRO-OCEANOGRAFI
2.1. KEGIATAN TOPOGRAFI
2.1.1. Pemasangan Bench Mark
2.1.2. Pengukuran dan Pengolahan Data Poligon
2.1.3. Pengukuran Levelling / Waterpass
2.1.4. Pengukuran Situasi dan Topografi
2.2. KEGIATAN SURVEY HIDRO-OCEANOGRAFI
2.2.1. Perekaman Pasang Surut
2.2.2. Sounding dan Pemeruman
2.2.3. Pengukuran Arus
2.2.4. Pengambilan Sample Air dan Sedimen Layang
BAB III.PEMODELAN HIDRODINAMIKA
3.1. ESTIMASI KECEPATAN ANGIN PERMUKAAN
3.2. PENENTUAN AREA PEMBANGKITAN GELOMBANG (FETCH)
3.3. PERAMALAN GELOMBANG (HINDCASTING)
3.4. TINGGI GELOMBANG RENCANA
3.5. PEMODELAN GELOMBANG
3.5.1 Setup Pemodelan
3.5.2 Hasil Pemodelan
3.6. PEMODELAN ARUS
3.6.1 Pelaksanaan Pemodelan
3.6.2 Hasil Pemodelan
3.7. PEMODELAN SEDIMENTASI (JIKA DIPERLUKAN)
3.7.1 Pelaksanaan Pemodelan
3.7.2 Hasil Pemodelan
3.8. KESIMPULAN DAN ANALISA TERHADAP TATA LETAK PELABUHAN
(tampilkan hasil perhitungan elevasi tinggi dermaga sesuai hasil analisa konsultan
kemudian bandingkan dengan elevasi dermaga eksisting. Berikan tanggapan)
BAB IV. KETERSEDIAAN TENAGA KERJA DAN MATERIAL BANGUNAN
4.1. SUMBER MATERIAL KONSTRUKSI
4.2. DAFTAR HARGA UPAH DAN BAHAN
BAB V ALTERNATIF PEMILIHAN TATA LETAK PELABUHAN
5.1 KRITERIA PEMILIHAN TATA LETAK PELABUHAN
5.1.1 Kriteria Teknis
5.1.2 Kriteria Non Teknis
5.2 ALTERNATIF TATA LETAK PELABUHAN
5.2.1 Gambaran Alternatif Tata Letak Pelabuhan
5.2.2 Penilaian Alternatif Dengan Skoring Matriks
a. Laporan Survei dan Desain Akhir (Final Survey and Design Report)
Sekurang-kurangnya isi laporan survei dan desain akhir adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
(Berisikan kesimpulan dari laporan pendahuluan dan antara)
BAB II KAJIAN DAN ANALISA GEOTEKNIK
2.1 SURVEI PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN
2.1.1 bor geoteknik dan sondir
2.1.2 pengujian laboratorium
2.2 METODOLOGI DESAIN
2.2.1 Analisa kapasitas daya dukung aksial pondasi tiang
2.2.2 Analisa kapasitas daya dukung lateral pondasi tiang
2.3 ANALISA DAN DESAIN
2.3.1 kriteria desain
2.3.2 peraturan dan standar
2.3.3 parameter tanah desain
2.3.4 hasil analisa kapasitas daya dukung aksial pondasi tiang
2.3.5 hasil analisa daya dukung lateral pondasi tiang
BAB III KRITERIA DESAIN DERMAGA
3.1 PERATURAN DAN STANDARD
3.2 DATA KAPAL
3.3 DATA TEKNIS MATERIAL
3.4 PEMBEBANAN
3.4.1 beban vertikal
3.4.2 beban horizontal (sertakan pemilihan kapasitas fender dan bollard pada
dermaga)
KAK DED Pelabuhan Penyeberangan Center Point of Indonesia (CPI) H a l . 53 | 60
3.4.3 kombinasi pembebanan
3.5 METODE DESAIN STRUKTUR
3.6 DEFLEKSI YANG DIIJINKAN
b. Gambar Desain
c. Spesifikasi Teknis
e. Executive Summary
Hasil pemeriksaan ini diberikan apabila dokumen DED telah memenuhi seluruh
aspek yang tercantum pada Petunjuk Teknis ini dan catatan perbaikan hanya
berupa penekanan aspek-aspek teknis.
Hasil pemeriksaan ini diberikan apabila dokumen DED telah memenuhi seluruh
aspek yang tercantum pada Petunjuk Teknis ini namun terdapat
kekurangan/kesalahan analisa sehingga diberikan catatan perbaikan untuk
diperbaiki/dilengkapi.
Hasil pemeriksaan ini diberikan apabila dokumen DED hanya memenuhi sebagian
aspek yang tercantum pada Petunjuk Teknis ini sehingga diberikan catatan
perbaikan untuk diperbaiki/dilengkapi.
Laporan dianggap tidak memenuhi aspek yang tercantum pada Petunjuk Teknis ini
dan/atau tidak memenuhi persyaratan awal penyusunan DED.
Apabila dokumen studi telah diperiksa berkali-kali dan masih terdapat hal-hal
penting yang belum dipenuhi/ memenuhi syarat, maka kepada Perencana dilakukan
pemanggilan untuk dapat berkomunikasi langsung kepada Direktorat Transportasi
Sungai, Danau dan Penyeberangan.
1. Setiap lembar dokumen studi diberikan keterangan nama kegiatan dan nama
Perencana;
2. Untuk lembar pertama di setiap dokumen studi, sebagai administrasi proyek
dibuatkan Berita Acara Persetujuan antara Perencana yang terdiri dari :
a. Kolom pertama ditandatangani oleh Direktur Utama Konsultan Perencana;
b. Kolom kedua ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen;
3. Setiap lembar gambar desain harus ditandatangani oleh pihak Perencana, dengan
ketentuan :
a. Kolom pertama ditandatangani oleh Drafter (yang menggambar);
b. Kolom kedua ditandatangani oleh Perencana (yang merencanakan);
c. Kolom ketiga ditandatangani oleh Team leader (yang menyetujui);]
4. Pada Gambar Tata Letak Fasilitas Pelabuhan ditandatangani oleh Direktur
Kepelabuhanan/Kepala OP/ Kepala KSOP Kls I dan setiap lembar gambar diberi
stempel legalisasi;
5. Pada lembar pertama RKS ditandatangani oleh Direktur Kepelabuhanan/Kepala
OP/Kepala KSOP Kls I dan diberi stempel legalisasi.
Makassar,
Pejabat Pembuat Komitmen