Anda di halaman 1dari 46

A.

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat
Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak) akan dilaksanakan dengan beberapa tahap
diantaranya sebagai berikut:

I. PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan ini akan meliputi, namun tidak terbatas pada :
1.1. Pembentukan Tim Engineer
Untuk melaksanakan tujuan Proyek yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), kebutuhan tenaga ahli yang diusulkan untuk diterapkan Satu Tim
Perencana berdasarkan KAK yang terdiri dari :

TENAGA AHLI PROFESIONAL


Team Leader/Site Engineer
Sarjana dengan latar belakang pendidikan S-1 Teknik Sipil/Arsitek dengan
Pengalaman profesional pada bidang pekerjaan perencanaan Bangunan Gedung
Minimum 5 (Lima) tahun memiliki Sertifikasi SKA Teknik Bangunan Gedung
Madya (kode 201) yang masih Berlaku.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 20
Ahli Desain Interior
Sarjana dengan latar belakang pendidikan S-1 Teknik Arsitektur dengan
Pengalaman profesional pada bidang pekerjaan perencanaan arsitek Bangunan
Gedung 5 (lima) tahun memiliki Sertifikasi SKA Madya Ahli Desain Interior (kode
102) yang masih Berlaku.

Ahli Arsitek
Sarjana dengan latar belakang pendidikan S-1 Teknik Arsitektur dengan
Pengalaman profesional pada bidang pekerjaan perencanaan arsitek Bangunan
Gedung 3 (tiga) tahun memiliki Sertifikasi SKA Muda Ahli Arsitek (kode 101) yang
masih Berlaku.

TENAGA SUB PROFESIONAL STAFF


Estimastor
Latar belakang pendidikan Minimal Diploma D-3 Teknik Sipil dengan pengalaman
professional manimal 3 tahun dan memiliki sertifikat SKT Juru Hitung Kuantitas
(TS. 047) yang masih berlaku.

Surveyor
Latar belakang pendidikan Minimal Diploma D-3 Teknik Sipil dengan pengalaman
professional 3 tahun dan memiliki sertifikat SKT Juru Ukur/Survey Pemetaan
(TS.004) yang masih berlaku.

Ast. Ahli Desain Interior


Latar belakang pendidikan Minimal Diploma D-3 Teknik Arsitek dengan
pengalaman professional 3 tahun dan memiliki sertifikat SKT Juru Gambar
Arsitek (TA.003) yang masih berlaku.

TENAGA PENDUKUNG
Cam Operator / Administrasi
Latar belakang pendidikan Minimal SMU / SMK / Sederajat dengan
pengalaman professional 3 tahun.
Disamping itu, Konsultan dapat menyediakan tenaga operator komputer,

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 21
tenaga administrasi sebagaimana diperlukan guna mendukung
pelaksanaan pekerjaan.

Catatan : Sesuai dengan ketentuan, maka Tenaga Ahli diatas harus memiliki
Sertifikat tenaga ahli SKA/SKT dari Asosiasi dan dilengkapi dengan Curiculum
Vitae (pengalaman dilengkapi dengan referensi/surat keterangan) serta ijazah.

Penempatan dan penugasan Tim tersebut digambarkan pada Diagram Organisasi


Konsultan. Pengalaman profesional para personil Tim Konsultan ini selama ini
menangani pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat
Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak) sebelumnya, termasuk
pengalaman menangani pekerjaan lainnya, akan dimanfaatkan sepenuhnya
untuk pekerjaan ini.

1.2. Inventarisasi dan Evaluasi Data


Konsultan juga akan berusaha memperoleh informasi dan data lain di Pusat,
khususnya yang berkaitan dengan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat
Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak) dan unit-unit penunjang lainnya yang
akan direncanakan. Semua data dan dokumen yang berkaitan dengan pekerjaan
Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD
(Tahun Jamak), hasil survei/studi terdahulu yang relevan, gambar-gambar
perencanaan terdahulu diinventarisasi untuk kemudian diadakan evaluasi data
yang relevan. Termasuk pada kelompok kegiatan ini ialah pengumpulan referensi
dan standar prosedur/standar gambar mengenai Perencanaan Rehabilitasi
Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak).

Pada prinsipnya suatu pembangunan memiliki suatu tujuan dan tahapan guna
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, akan tetapi dalam
pelaksanaannya yang harus selalu diperhatikan adalah kondisi dari
pembangunan tersebut. Sebab itu peranan Konsultan Perencana sangat
dibutuhkan agar Pembangunan tersebut dapat terarah dan terlaksana dengan
baik. Berikut kami tampilkan alur pikir proses perencanaan.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 22
Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C
Kantor DPRD (Tahun Jamak) KONDISI

TUJUAN TAHAPAN KEGIATAN


PERENCANAAN

HASIL

a. Tujuan Pembangunan
1. Bangunan sebagai sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat luas.
2. Dapat dipergunakan sesuai dengan yang direncanakan / Tepat Fungsi.
3. Kokoh, Indah / Memberikan Keindahan bagi Lingkungan di sekitarnya dan
dapat menjadi Refrensi bagi bangunan lain.
4. Mengedepankan kearifan lokal.
5. Dapat memberikan kenyamanan bagi Pengguna / Pemilik.
6. Sesuai dengan Standar yang berlaku.
7. Memenuhi Persyaratan K3 dan Mempunyai Akreditas.

b. Kondisi Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kondisi Pelaksanaan
Perencanaan:
1. Waktu pelaksanaan yang sempit
2. Lokasi pekerjaan yang berada di luar kota
3. Mutu yang dihasilkan.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 23
1.3. Strategi Dan Pendekatan
Pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor
DPRD (Tahun Jamak) memerlukan strategi teknis sesuai yang disyaratkan
dalam KAK maka strategi yang diterapkan adalah sebagai berikut :

a. Mengendalikan kegiatan proyek agar sesuai dengan aturan serta perundang-


undangan yang berlaku di Indonesia antara lain :
 Peraturan beton bertulang Indonesia (PBI) 1971, NI-2.
 Pedoman Perencanaan untuk Struktur beton Bertulang Biasa dan
Struktur tembok bertulang untuk gedung, 1983.
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI), 1982
 Peraturan Konstruksi kayu Indonesia (PKKI), 1961,NI-5.
 Peraturan Semen Portland Indonesia, NI-3
 Pedoman Plumbing Indonesia, C-14, 1979
 Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL), 1977
 Peraturan Perencanaan bangunan Baja Indonesia (PPBBI),1974
 Peraturan pembebanan Indonesia Untuk gedung, NI-18,1983
 Standard Industri Indonesia
 Standard nasional Indonesia.
 Peraturan beton Bertulang Indonesia (PBI), 2001
 Ketentuan-ketentuan yang diberlakukan untuk setiap paket pekerjaan
dan
 ketentuan-ketentuan sesuai dengan surat perjanjian antara pemberi
tugas, kontraktor sipil dan kontraktor-kontraktor spesialis.
 Peraturan peraturan lain yang berlaku yang berhubungan dengan
pelaksanaan pembangunan gedung dan prasarana lingkungan.

b. Memantau setiap perkembangan dalam setiap tahapan pekerjaan agar bila


terjadi hambatan dapat segera dicarikan jalan keluarnya, dengan
memperhatikan aspek-aspek waktu, mutu dan biaya. Jaringan
ketatalaksanaan antara kegiatan yang terintegrasi, mendeteksi penyimpangan
terhadap program dan pedoman yang telah ditetapkan, masalah-masalah
yang timbul dan usulan alternatif penyelesaiannya.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 24
c. Mengkoordinasikan semua pihak yang terlibat dan terkait dalam
pembangunan proyek ini, yang mencakup koordinasi dalam penyusunan
rencana kerja sejak tahap mengevaluasi kegaiatn perancangan sampai
dengans elesainya masa pemeliharaan.

Secara garis besar Strategi Pendekatan dapat digambarkan seperti pada diagram
berikut ini :

Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor


DPRD (Tahun Jamak)

 PENGENDALIAN DAN  PENANGANAN PEKERJAAN SECARA


KOORDINASI SEMUA PIHAK PROFESIONAL DAN PENGUASAAN
YANG TERKAIT DALAM SETIAP BIDANG KEAHLIAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN  PENGALAMAN
 PENGENDALIAN PEKERJAAN

PERSONIL/SDM  TUJUAN PEMBANGUNAN :


PERALATAN - TEPAT FUNGSI
KONSULTAN - EFEKTIF
PENGALAMAN
PERENCANA - EFISIEN
&
STRATEGI - SESUAI STANDAR
 HASIL AKHIR MAKSIMAL

1.4. Penyusunan Rencana Kerja


Konsultan akan membentuk Tim Lapangan untuk menyusun Rencana Kerja
berdasarkan tahapan operasional kerja Konsultan, mulai dari persiapan,
pelaksanaan pekerjaan lapangan, analisis data, penyusunan rencana/desain
teknis, perhitungan kuantitas dan harga (engineering estimate), pelaporan,
spesifikasi teknis, dokumen tender, dengan mempertimbangkan waktu
pelaksanaan yang ditetapkan Pihak Proyek dalam KAK, yaitu 30 (tiga puluh) hari
kalender.

1.5. Persiapan Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan yang akan digunakan dalam survei dan disain Perencanaan Rehabilitasi
Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak), peta kerja, blanko isian

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 25
data, check list data, akan disiapkan pada tahap ini, diteliti kesiapannya untuk
digunakan di lapangan. Termasuk di dalamnya penyiapan sarana transportasi
tenaga lapangan, peralatan dan perlengkapan, logistik, surat–menyurat dan peta
orientasi.

1.6. Koordinasi dan Konsultasi


Sebelum Tim dimobilisasi ke Lapangan, suatu pertemuan koordinasi intern Tim
untuk menegaskan pembagian tugas masing-masing anggota Tim, pembahasan
rencana kerja dan lain-lain, akan dilaksanakan.
Ketua Tim dalam pekerjaan ini adalah Team Leader yang akan
mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan baik intern maupun ekstern dari
setiap kegiatan pekerjaan, disamping itu Perusahaan juga akan melakukan
koordinasi dengan Pemberi Tugas untuk memperoleh masukan atas rencana
kerja yang telah disusun. Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, Konsultan akan
berkonsultasi terlebih dahulu dengan Pejabat Pembuat Komitmen atau Tim
Teknis untuk mendapatkan informasi dan konfirmasi mengenai proyek yang akan
dikerjakan/dilaksanakan.
Hasil Konsultasi tersebut merupakan bahan awal untuk memulai kegiatan
pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor
DPRD (Tahun Jamak) dan untuk selanjutnya mempersiapkan Rencana Kerja yang
lebih mendetail.

II. PENGUMPULAN DATA LAPANGAN


Untuk melaksanakan survei/pengumpulan data lapangan dan pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD (Tahun Jamak),
tahapan dan jenis pekerjaan berikut akan dilaksanakan :

2.1. Persyaratan Teknis


Pekerjaan Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD
(Tahun Jamak) menggunakan metode desain yang dikembangkan oleh
Kementerian terkait. Sesuai dengan hal tersebut, maka Konsultan dalam
melaksanakan pekerjaannya, mengacu kepada hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan data.
b. Filosophi perencanaan berpedoman pada buku :

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 26
 Data Arsitek Jilid 1 & Jilid 2 / Ernst Neufert, Erlangga 2000;
 Standar Rencana Induk dan Pokok-Pokok Desain Kantor Pemerintah;
 Data Book For Civil Engineers, Elwyn E. Seelye;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 Tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
 Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002;
 Tatacara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002;
 Peraturan Perencanaan Kayu Struktur SNI T-02-2003;
 PBI – 1971, tentang Peraturan Beton Bertulang Indonesia;
 SNI 03 – 2847 – 1992, tentang Tata Cara Penghitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung;
 PUBI – 1982, tentang Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia;
 SNI 03-1727-1989, tentang Tatacara Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung;
 SNI 03 – 1727 – 1989, tentang Tatacara Perencanaan Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung;
 SNI 03 – 1736-1989, tentang Tatacara Perencanaan Struktur Bangunan
untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung;
 SNI 03 - 2847 – 1992, tentang Tatacara Penghitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung;
 SNI 03 – 1736 – 2000, tentang Tatacara Perencanaan Struktur Bangunan
untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung;
 SNI 03 – 1729 - 1989, tentang Tatacara Perencanaan Baja untuk Gedung;
 SNI 03-3990-1995, tentang Tatacara Instalasi Penangkal Petir untuk
Bangunan;
 SNI 03 – 7015 – 2004; tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan
Gedung;

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 27
 SNI 03 – 1726 – 2002, tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Rumah dan Gedung;
 SNI 03 – 1726 – 2012; tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung;
 SNI 03 – 0225 – 2000; tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000);
 SNI 03 – 6197 – 2000; tentang Konversi Energi pada Sistem
Pencahayaan;
 SNI 03 – 3985 2000; tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran;
 SNI 03 – 6572 – 2001; tentang Tatacara Perancangan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung;
 Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja; dan
 Peraturan dan ketentuan lain yang berlaku di wilayah Indonesia.

2.1.1. Metode Pengumpulan Data Sekunder


Dalam tahapan pengumpulan data dan informasi, beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya :
a. Koleksi data
Koleksi data dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dapat
berupa menyusun daftar pertanyaan (interview) terhadap nara sumber, survey
lapangan maupun observasi, studi pustaka berupa informasi yang didapatkan
dari sumber sumber tertulis didalam sebuah dokumen yang diakui keabsahannya.
b. Organisasai data
Menyusun, mengurutkan, mengklasifikasikan, mengkatagorikan,
mengelompokan data dalam sebuah group yang diurut/dikelompokkan
berdasarkan jenis klasifikasinya
c. Mengkomunikasikan data
Menuliskan, mengilustrasikan, menginteraksikan, menjelaskan, mendokument
asikan, menterjemahkan, dan menginterpretasikan data yang didapatkan untuk
disesuaiakan satu sama lain.
d. Analisis data
Melakukan sorting dan seleksi dengan membandingkan membobot, melakukan
tes validitas data dan komputasi (mengolah dengan komputer)
e. Mengevaluasi data

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 28
Melakukan review, melakukan verifikasi, optimasi, membuat prioritas,
menanyakan dan Pengumpulan data dan analisis yang dilakukan meliputi:
f. Pengumpulan dan analisis data sekunder
Melakukan review, validasi dan updating terhadap data sekunder yang diperoleh,
termasuk didalamnya Masterplan (jika ada), serta data-data lapangan sesuai
dengan kondisi lapangan terkini.

2.1.2. Metode Pengukuran Topografi


a. Maksud dan tujuan pengukuran Topografi

Maksud pelaksanaan pekerjaan survey topografi yaitu untuk mengetahui

kondisi topografi dan situasi eksisting lokasi pekerjaan.

Tujuan pelaksanaan pekerjaan yaitu :

- Membuat gambar detail kondisi topografi dari lokasi pekerjaan.

- Membuat tapal batas lokasi rencana lahan dan titik ikat referensi (Patok

BM).

- Menghitung luas lahan.

- Menampilkan tataletak dan pemanfaatan lahan eksisiting.

b. Peralatan Pengukuran Topografi

Jenis peralatan yang digunakan sesuai dengan standar yang berlaku

dan telah melalui tahap kalibrasi (Gambar 1), adapun peralatan yang

digunakan berupa:

- 1 unit total station geomax zipp pro 10R;

- 1 Unit GPS Geodetik Emlid Reach RS Base dan Rover;

- 1 Unit GPS hand Garmin 78s;

- Peralatan pendukung.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 29
Total Station GPS Geodetc GPS Hand
GeoMax Zipp 10R Pro Emlid Reach Garmin 78s

Gambar 2.1. Peralatan survey topografi

1) Penentuan Titik Referensi


Titik referensi merupakan titik awal acuan pengukuran berupa titik BM Nasional
yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), apabila pada lokasi
pekerjaan tidak terdapat titik BM Nasional maka penentuan referensi awal
pengukuran dapat menggunakan titik hasil pengukuran GPS geodetik dengan
menggunakan metode static.
2) Pemasangan Patok BM dan CP
Sebelum pekerjaan pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan
pemasangan pilar titik Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) dengan
menggunakan alat GPS geodetik. BM didesain mengikuti SNI 16-6724-2002
tentang jaring kontrol horizontal.
Pemasangan BM dan CP ini dimaksudkan untuk mendapatkan titik ikat dengan
penyebarannya yang merata pada setiap bagian areal pengukuran (Gambar 2).
Adapun spesifikasi BM dan CP diuraikan sebagai berikut :
• Telah terpasang patok titik kontrol (BM) dan patok titik bantu (CP). Ukuran
patok BM yang terpasang adalah (20 x 20 x 20) cm. Sedangkan patok titik
bantu (CP) dipasang masing-masing di sebelah kanan dan kiri BM dengan
panjang CP 30 cm.
• Patok BM yang telah dipasang terbuat dari beton bertulang dengan ukuran
(20x20x120) berwarna biru cerah, dan telah diberi nomor.
• Patok CP yang telah dipasang terbuat dari pipa paralon yang disi dengan
beton dan dicat biru dan telah diberi nomor.
DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 30
• Patok BM dan patok CP terpasang ditempat yang stabil dan aman serta
mudah terlihat.
• Baut dipasang pada daerah yang tidak memungkinkan untuk dipasang patok
kayu dan diberi warna disekitarnya serta diberi tanda.

Patok BM

Patok CP

Gambar 2.2. Contoh BM dan CP

3) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal (Poligon Tertutup)


Pengukuran poligon adalah salah satu metoda pengukuran posisi horisontal,
yaitu merupakan rangkaian pengukuran jarak dan sudut antara titik-titik yang
saling terikat (Gambar 2.3). Pengukuran poligon ini dilakukan untuk
mendapatkan penyebaran titik kontrol horisontal pada daerah survei.
Pengukuran sudut dan jarak sisi-sisi titik poligon dilakukan dengan
menggunakan instrument Electronic Total Geomax Zipp Pro.

Gambar 2.3. Skema polygon tertutup


DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 31
Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:
Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )
Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi
syarat diatas, tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
Σ δ + ƒδ = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
Σ δ + ƒδ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) + ƒΔX = 0
Σ ( D . cos α ) + ƒΔY = 0

Dalam hal ini :


Σδ = jumlah sudut ukuran
n = jumlah titik pengukuran
ƒδ = kesalahan penutup sudut ukuran
ΣΔX = jumlah selisih absis ( X )
ΣΔY = jumlah selisih ordinat ( Y )
ƒΔX = kesalahan absis ( X )
ƒΔY = kesalahan ordinat ( Y )
D = jarak / sisi poligon
α = azimuth

Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai


berikut :
1. Menghitung jumlah sudut
ƒδ = Σδ hasil pengukuran - ( n - 2 ) . 180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat
dilanjutkan tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan
dilakukan cek lapangan atau pengukuran ulang.
2. Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran
( kδi ) kδi = ƒδi / n (jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-)
maka koreksinya positif (+), begitu juga sebaliknya.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 32
3. Menghitung sudut terkoreksi δi = δ1 + kδ1
4. Menghitung azimuth sisi poligon (α) Misal diketahui azimuth awal (α1-2)
α2-3 = α1-2 + 180º - δ2 ( untuk sudut dalam )
α2-3 = α1-2 - 180º + δ2 ( untuk sudut luar ).
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º, maka :
α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) - 360º
apabila azimuth kurang dari 0º,
maka : α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) + 360º
5. Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY ) Δ X 1-2 = d1-2 .
sin α1-2
Δ Y 1-2 = d1-2 . cos α1-2
6. Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat
( kΔXi dan kΔYi) kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX dalam hal ini; ƒΔX = ΣΔX
kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY ƒΔY = ΣΔY
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif
(+) begitu juga sebaliknya.
1. Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY ) terkoreksi ΔX 1-2
= ΔX 1-2 + kΔX 1-2
ΔY 1-2 = ΔY 1-2 + kΔY 1-2
2. Koordinat ( X,Y )
misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 )
maka : X2 = X1 + ΔX 1-2 Y2 = Y1 + ΔY 1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan
koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika
koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut
dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama
atau kembali ketitik semula.

4) Pengukuran Titik Kontrol Vertikal

Kerangka vertikal digunakan dalam suatu pengukuran untuk menentukan


beda tinggi dan ketinggian suatu tempat/titik. ( Purworaharjo, 1986 ) Syarat
utama dari penyipat datar adalah
garis bidik penyipat datar, yaitu garis yang melalui titik potong benang silang
dan berhimpit dengan sumbu optis teropong dan harus datar.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 33
Syarat pengaturannya adalah :
a. Mengatur sumbu I menjadi vertical
b. Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I
c. Mengatur garis bidik sejajar dengan arah nivo
Untuk pelaksanaan pengukuran digunakan metode doble stand dengan
menempatkan alat ukut antara 2 patok (Gambar di bawah ini).

Gambar 2.4. Pengukuran control vertikal metode doble stand

Keterangan :
Hab =Bt m - Bt b Hba = Bt b – Bt m
Bila tinggi stasion A adalah Ha, maka tinggi stasion B adalah :
Hb = Ha + Hab
Hb = HA + Bt m - Bt b
Hb = T – Bt b
Bila tinggi stasion B adalah Hb, maka tinggi stasion A adalah :
Ha = Hb + Hba
Ha = Hb + Bt b – Bt m
Ha = T – Bt m

5) Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dan detail dilakukan untuk mendapatkan data-data serta
informasi alam serta bangunan-bangunan lainnya. Titik detail yang diambil
adalah yang berada dalam batas areal lokasi survey.
Pengukuran detail situasi dilakukan menggunakan metode ray/grid yang telah
disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan persetujuan direksi pekerjaan.
beberapa hal yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 34
• Alat yang digunakan adalah Electronic Total station dengan
ketelitianminimal 5” (dapat lebih akurat).
• Jumlah standar titik detil telah disesuaikan dengan kondisi lokasi
• Data yang diambil adalah setiap adanya perubahan relief muka tanah,
dan dianggap cukup mewakili kondisi sebenarnya, mencakup semua
obyek bentukan alam maupun buatan manusia yang ada, seperti; alur,
bentuk tepi sungai, bukit, jembatan, bangunan, jalan, saluran dsb.
• Jumlah detail situasi telah diperhitungkan sehingga mewakili gambaran
kondisi relief lokasi dengan mempertimbangkan unsur situasi dan skala
peta.
• Hasil pengukuran detail situasi digambarkan dalam potongan memanjang
dan melintang dengan interval 10 m, alignment potongan dibuat tegak
lurus dengan rencana waterway dan juga sungai.
• Kedalaman sungai telah diukur dan diikat ke poligon utama
• Pengukuran telah terikat pada titik-titik poligon utama dan poligon
cabang.
• Toleransi ketelitian linear pada pengukuran situasi ini adalah 1:500.

c. Pengolahan Data Topografi


Hasil-hasil pengukuran lapangan untuk bisa digambar perlu dilakukan
perhitungan-perhitungan yang terdiri dari:
a) Perhitungan koordinat.
b) Perhitungan elevasi/ketinggian.
c) Perhitungan situasi dan detail.
Pengolahan data dilakukan setelah data terbebas dari kesalahan teknis saat
dilapangan, baik karena kesalahan pengamatan maupun kesalahan yang
disebabkan alat tidak bekerja dengan baik.

Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran di lapangan terutama hitungan


kerangka horisontal dan vertikal diselesaikan, maka proses selanjutnya adalah
penghitungan data secara secara simultan. Hitungan-hitungan yang dilakukan
adalah hitungan untuk data cross section dan detil situasi.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 35
Titik poligon dihitung koordinatnya berdasarkan metoda kuadrat terkecil dan
penggambaran titik poligon harus berdasarkan pada hasil perhitungan
koordinatnya yang telah memenuhi ketentuan, tidak diperkenankan cara
grafis. Data hasil pengukuran menggunakan dua angka di belakang desimal.

d. Penggambaran
Pekerjaan penggambaran dilakukan setelah pekerjaan hitungan selesai
dilakukan, penggambaran dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penggambaran
draft dan penggambaran final. Penggambaran dilakukan dengan
komputerisasi, yakni program MS-Excel dan AutoCAD.

Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan keakuratan gambar serta kecepatan


penggambaran. Dimana data ukur tiap titik dihitung kordinat X, Y, Z –nya,
kemudian dijalankan dengan software tersebut di atas sehingga mendapatkan
gambar surface / permukaan tanah asli. Penggambaran dilakukan sesuai
kaidah kartografi yang berlaku, pada peta tergambar titik posisi garis
potongan melintang, serta keterangan lain yang berkaitan.

Pada kolom legenda tercantum arah utara, skala garis, tabel koordinat dan
ketinggian dari titik ikat/reference pengukuran (BM), sistem proyeksi UTM.
Legend/notasi obyek dan lain lain lazimnya sebuah lembar peta (Standar BIG).

2.1.3. Pengambilan Foto Udara (Citra Eksisting) dan Videografi


a. Maksud Dan Tujuan Foto Udara
Maksud dari pelaksanaan kegiatan foto udara yaitu memperoleh data citra
kondisi eksisiting secara menyeluruh pada lokasi pekerjaan yang akan
digunakan sebagai data pelengkap untuk penggambaran kondisi situasi.

b. Peralatan Foto Udara


Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan foto udara yaitu :
• 1 Unit GPS Geodetik Emlid Reach RS Base dan Rover
• 1 Unit Drone Typhoon H pro
• Titik Ground Control Point (GCP)

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 36
Drone Typhoon H Pro
Geodetic Emlid Reach

Gambar 2.5. Peralatan Survey Drone

c. Metode Pemotretan
Pelaksaaan lapangan pemotretan foto udara diuraikan sebagai berikut;
• Penentuan titik Groud Control Point (GCP) mengacu pada titik BM
dan CP minimal 4 titik yang nampak pada saat kegiatan pemotretan
• Penentuan jalur terbang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mewakili keseluruhan lokasi survey
• Ketinggian maksimum 120 m yang merupakan batas syarat izin terbang
pesawat UAV
• Kamera diatur tegak lurus terhadap objek foto
• Jarak antara pengambilan gambar diatur secara konstan

d. Pengolahan Foto Udara


Analisis data dalam mengolah data yang di dapatkan dari drone kemudian
diolah melalui menggunakan perangkat lunak Agisoft Photoscan
dengan tahapan pengolahan data sebagai berikut ;
• Add photo pada menubar Workflow, kemudian ambil data foto udara
yang akan digunakan pada direktori penyimpanan
• Import EXIF Setelah Add Photo, selanjutnya melakukan proses Import
EXIF yaitu dengan mengambil metadata yang terdapat pada data foto,
berupa koordinat kamera atau koordinat pusat foto dalam sistem
koordinat tanah.Kemudian melakukan pengaturan Ground Control.
• Proses selanjutnya adalah Align Photo , proses ini bertujuan untuk
mencari pasangan tie point dan menyusun Orthofoto

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 37
• Build Geometry setelah proses pembentukan point cloud, tahap
selanjutnya adalah pembuatan model geometri. Pemodelan geometri
pada langkah ini hanya berdasarkan data point cloud saja. Melakukan
proses penyusunan geometri 3D hanya berdasar point cloud sebelum
menempatkan titik GCP
• Transformasi Koordinat Konform 3D Pada tahap ini terlebih dahulu
dilakukan identifikasi posisi GCP secara tepat dengan memberikan tanda
marker.
• Pada Ground Control panel, masukan nilai koordinat x dan y dan tinggi
(z).
• Melakukan hal serupa untuk semua titik kontrol (GCP) yang digunakan.
• Proses Build Texture pada menu Workflow. Pada Mapping mode pada
pilihan Orthofoto. Pilih Mosaic pada kolom Blending mode. Checklist Fill
holes, pada Atlas width dan Atlas height di isikan sesuai keperluan.
• Export orthofoto untuk menghasilkan gambar citra yang terikat terhadap
BM dan CP.

Hasil pemotretan udara kemudian di satukan dengan gambar hasil


pengukuran topografi (Gambar 2.6).

Gambar 2.6. Contoh hasil data citra yang dikombinasikan dengan data topografi
lokasi bangunan.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 38
2.1.4. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai bahan-bahan
bangunan yang dapat dipakai untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang
dikerjakan.
Lingkup pekerjaan survai lokasi material meliputi :
a. Menginventarisasi bahan alam yang digunakan untuk konstruksi perkerasan yang
akan digunakan misalnya : pasir, kerikil, tanah timbunan, sirtu dan batu
b. Mengidentifikasi lokasi quarry setiap jenis bahan bangunan berikut perkiraan
jumlah depositnya.
c. Membuat sketsa lokasi quarry.

2.1.5. Analisis Lokasi Sumber Material dan Ketersiadaan Material


Salah satu aspek yang menentukan dalam pelaksanaan suatu Konstruksi Bangunan
adalah ketersediaan material alam yang secara teknis memenuhi syarat sebagai
material konstruksi pekerjaan bangunan.
Oleh karenanya terlebih dahulu kami akan mencari titik-titik lokasi material/quarry
yang dekat dari lokasi proyek sehingga dapat mengantisipasi kurangnya pasokan
material pada saat pelaksanaan fisik nantinya.

3.2. Proses Pra Desain dan Pengembangnan Desain


3.2.1. PRINSIP DASAR DESAIN
Pemenuhan persyaratan kemudahan bangunan gedung dilakukan melalui penerapan
prinsip Desain Universal (universal design) dalam tahapan pembangunan bangunan
gedung (perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi).
Prinsip Desain Universal dimaksud meliputi:

1. Kesetaraan penggunaan ruang;


Desain bangunan gedung dan lingkungan harus dapat digunakan oleh setiap
penggunanya tanpa diskriminasi.
2. Keselamatan dan keamanan bagi semua;
Desain bangunan gedung dan lingkungan harus meminimalkan bahaya dan
konsekuensi yang merugikan bagi semua orang.
3. Kemudahan akses tanpa hambatan;

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 39
Desain bangunan gedung dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses ke,
dari, dan di dalam bangunan gedung yang bebas hambatan (barrier free) secara
fisik dan non fisik dan mudah dipahami terlepas dari tingkat pengalaman,
pengetahuan, keterampilan bahasa, atau konsentrasi pengguna.
4. Kemudahan akses informasi;
Desain bangunan gedung dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses
informasi yang komunikatif bagi semua, terlepas dari kondisi dan kemampuan
sensorik penggunanya.
5. Kemandirian penggunaan ruang;
Desain bangunan gedung dan lingkungan harus memperhatikan beragam
kemampuan penggunanya sehingga dapat digunakan secara mandiri.
6. Efisiensi upaya pengguna; dan
Desain bangunan gedung dan lingkungan harus dapat digunakan secara efisien
dan nyaman dengan usaha minimal dari penggunanya.
7. Kesesuaian ukuran dan ruang secara ergonomis.
Ukuran dan ruang yang tepat disediakan untuk dicapai dan digunakan terlepas
dari posisi tubuh, ukuran, postur atau mobilitas pengguna.

3.2.2. UKURAN DASAR RUANG


Dalam pemenuhan persyaratan kemudahan Bangunan Gedung memerlukan ukuran
dasar ruang yang memadai yang ditentukan berdasarkan:

1. kebutuhan ruang gerak Pengguna Bangunan Gedung dan


Pengunjung Bangunan Gedung;
2. dimensi peralatan; dan
3. sirkulasi.

Dalam hal kondisi bangunan gedung tidak dapat memenuhi ukuran dasar ruang yang
memadai, maka perencana konstruksi dapat melakukan penyesuaian ukuran dasar
ruang sepanjang prinsip Desain Universal terpenuhi serta mendapat persetujuan
TABG dan pemerintah daerah sehingga setiap Pengguna Bangunan Gedung dan
Pengunjung Bangunan Gedung masih dapat beraktivitas secara mudah, aman,
nyaman, dan mandiri.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 40
1. Ukuran Kebutuhan Ruang Gerak;

Gambar 1.1. Berdiri jangkauan ke Gambar 1.2. Berdiri jangkauan ke


samping 1 (satu) tangan samping 2 (dua) tangan

Gambar 1.3. Duduk jangkauan ke Gambar 1.4. Duduk jangkauan ke


samping 2 (dua) tangan depan

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 41
Gambar 1.5. Jangkauan ke depan
satu tangan

Gambar 1.6. Jangkauan ke samping Gambar 1.7. Jangkauan ke depan


menggunakan kruk dan ke belakang menggunakan kruk

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 42
Gambar 1.8. Dimensi ketinggian
perabot untuk anak

Tabel 1.1. Dimensi ketinggian perabot untuk anak

Warna

Ukuran 1 2 3 4 5 6
Kisaran Usia 3 4-5 6-7 8-10 11-13 14-18
Kisaran Tinggi
93 - 115 108-121 119-142 133-159 146-176,5 159-188
Tubuh (cm)
Ketinggian Meja
59 67 76 88 100 106
Berdiri (cm)
Ketinggian Meja
46 53 59 64 71 76
(cm)
Ketinggian
26 31 35 38 43 46
Kursi (cm)

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 43
Gambar 1.7. Jangkauan ke samping Gambar 1.8. Jangkauan ke depan
menggunakan tongkat menggunakan tongkat

Gambar 1.9. Tampak samping kursi Gambar 1.10. Tampak depan kursi
roda umum roda umum

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 44
Gambar 1.11. Jangkauan ke samping Gambar 1.12. Jangkauan ke depan
pengguna kursi roda pengguna kursi roda

Gambar 1.13. Jangkauan ke samping Gambar 1.11. Jangkauan ke samping


menggunakan 2 tangan pengguna pengguna kursi roda
kursi roda

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 45
Gambar 1.15. Lebar pengguna kursi roda

Gambar 1.16. Jangkauan perletakan Gambar 1.17. Jangkauan maksimal


benda/peralatan oleh pengguna kursi roda pengoperasian peralatan pengguna kursi roda

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 46
2. Dimensi peralatan
Dimensi peralatan disesuaikan dengan kebutuhan ruang.
3. Sirkulasi
Sirkulasi yang dibutuhkan dalam pemenuhan persyaratan kemudahan ditentukan
minimal 30% dari total kebutuhan ruang gerak pengguna dan dimensi
peralatan dengan mempertimbangkan fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung.

3.2.3. HUBUNGAN HORIZONTAL ANTAR RUANG/ANTAR BANGUNAN


Setiap Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan
gedungnya harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan horizontal
antarruang/antarbangunan untuk menunjang terselenggaranya fungsi Bangunan
Gedung.
Sarana hubungan horizontal antarruang/antarbangunan meliputi:
1) pintu;
2) selasar;
3) koridor;
4) jalur pedestrian;
5) jalur pemandu; dan/atau
6) jembatan penghubung antar ruang/antar bangunan.
Persyaratan teknis, gambar, dan ukuran sarana hubungan horizontal antar
ruang/antar bangunan adalah sebagai berikut:
1. Pintu
a. Persyaratan Teknis
1) Pintu masuk/keluar utama Bangunan Gedung Umum memiliki
lebar efektif bukaan paling sedikit 90 cm, dan pintu lainnya memiliki
lebar efektif bukaan paling sedikit 80 cm.
2) Pintu ayun (swing door) 1 arah harus dirancang dan dipasang sehingga
mampu membuka sepenuhnya 90o secara mudah dengan beban
tekan/tarik daun pintu paling berat 5 kg.
3) Pintu ayun (swing door) 1 arah pada ruangan yang
dipergunakan oleh pengguna dan pengunjung Bangunan Gedung
dalam jumlah besar, harus dapat membuka ke arah luar ruangan
untuk kemudahan evakuasi Pengguna Bangunan Gedung dan

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 47
Pengunjung Bangunan Gedung pada saat terjadi kebakaran atau
keadaan darurat lainnya.
4) Pintu ayun (swing door) 1 arah terutama pada area publik harus dapat
memberikan visibilitas yang jelas terhadap objek di balik pintu atau
orang yang mendekat ke arah pintu diantaranya dengan pemasangan
kaca.
5) Kaca pada pintu ayun (swing door) 1 arah harus dipasang tidak lebih
dari ketinggian 75 cm dari permukaan lantai.
6) Ruang bebas di depan pintu ayun (swing door) 1 arah yang membuka
keluar pada luar ruangan paling sedikit berukuran 170 cm x 170 cm.
7) Ruang bebas di depan pintu ayun (swing door) 1 arah pada dalam
ruangan paling sedikit berukuran 152,5 cm x 152,5 cm.
8) Ruang bebas di depan pintu geser (sliding door) paling sedikit
berukuran 152,5 cm x 152,5 cm.
9) Perabot tidak boleh diletakkan pada ruang bebas di depan pintu ayun.
10) Perletakan perabot harus diberi jarak paling sedikit 75 cm dari bukaan
daun pintu.
11) Pintu harus bebas dari segala macam hambatan yang menghalangi
pintu untuk terbuka atau tertutup sepenuhnya di depan atau di
belakang daun pintu.
12) Jika terdapat pintu yang berdekatan atau berhadapan dengan tangga,
maka antara ujung daun pintu dan anak tangga perlu diberi jarak
paling sedikit 80 cm atau mengubah bukaan daun pintu tidak
mengarah ke anak tangga.
13) Jika terdapat beberapa pintu yang berdekatan (posisi siku) maka harus
diberi jarak dan/atau tidak boleh membuka ke arah ruang yang sama.
14) Pintu ayun (swing door) 2 arah memiliki persyaratan yang sama
dengan pintu ayun (swing door) 1 arah.
15) Beberapa pintu yang tidak direkomendasikan untuk digunakan
pada Bangunan Gedung Umum karena sulit digunakan oleh
penyandang disabilitas termasuk anak-anak dan lanjut usia yaitu:
a) pintu geser manual;
b) pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup;
c) pintu dengan 2 daun pintu yang berukuran kecil;

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 48
d) pintu yang terbuka ke 2 arah ("dorong" dan "tarik"); dan
e) pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan
terutamabagi penyandang disabilitas daksa dan
penyandang disabilitas netra.
16) Pintu geser dapat digunakan apabila dilengkapi sensor gerak/tombol
buka tutup elektrik/tuas hidrolik dengan ketentuan:
a) responsif terhadap bahaya kebakaran; dan
b) mampu bergerak dari posisi tertutup ke posisi terbuka penuh
dalam waktu paling lama 3 detik, dan dalam kondisi kehilangan
tenaga listrik dapat dibuka secara manual dalam waktu paling
lama 15 detik.
17) Kelengkapan pintu seperti pegangan pintu, kait dan kunci pintu harus
dapat dioperasikan dengan satu kepalan tangan tertutup, dipasang
paling tinggi 110 cm dari permukaan lantai.
18) Pegangan pintu harus tidak licin dan bukan berupa tuas putar.
19) Pegangan pintu disarankan menggunakan tipe dorong/tarik atau tipe
tuas dengan ujung yang melengkung ke arah dalam.
20) Pintu kaca diberi tanda dengan warna kontras atau penanda lain yang
dipasang setinggi mata untuk menjamin keamanan Pengguna
Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung terutama yang
memiliki gangguan penglihatan.
21) Penggunaan pintu putar harus disertai dengan penyediaan pintu lain
yang dapat diakses oleh pengguna kursi roda.
22) Kecepatan pintu putar baik berupa pintu putar manual maupun
otomatis harus mudah dihentikan dengan sedikit tenaga atau
dihentikan dengan tombol otomatis.
23) Pintu akses (turnstile) memiliki lebar efektif bukaan paling sedikit 60
cm dan mudah didorong oleh tubuh tanpa menggunakan
tangan dan untuk penyandang disabilitas pintu harus memiliki lebar
efektif bukaan paling sedikit 80 cm.
24) Penutup lantai pada area di sekitar pintu harus
menggunakan material dengan tekstur permukaan yang tidak licin.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 49
25) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna untuk kemanan dan keselamatan
Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung.
b. Gambar Detail dan Ukuran

Gambar 2.1. Lebar efektif pintu serta ruang bebas di dalam ruangan dan di luar
ruangan/koridor/selasar

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 50
Gambar 2.2. Ketinggian perletakan pegangan pintu dan jendela

Gambar 2.3. Jenis pegangan pintu harus Gambar 2.4. Jenis pegangan pintu yang
tidak berupa tuas putar dan tidak licin direkomendasikan

Gambar 2.5. contoh warna kontras atau penanda lain pada pintu kaca

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 51
2. Selasar
a. Persyaratan Teknis
1) Selasar harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh
pengguna kursi roda atau 2 orang berpapasan paling sedikit 140 cm.
2) Selasar dilengkapi dengan penanda atau penunjuk arah yang informatif
dan mudah terlihat terutama menuju pintu keluar dan pintu keluar
darurat/eksit.
3) Selasar jalan keluar dapat berupa balkon terbuka di luar Bangunan
Gedung yang terlindung dari hujan dan tempias.
4) Selasar dilengkapi dengan pencahayaan/iluminasi alami atau artifisial,
sensor otomatis hemat energi, dan pencahayaan/iluminasi
darurat yang otomatis berfungsi pada keadaan darurat.
5) Selasar yang digunakan sebagai jalur evakuasi harus bebas dari segala
macam penghalang yang mengganggu pergerakan Pengguna Bangunan
Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung.
6) Selasar tidak diperbolehkan menggunakan material penutup lantai yang
licin.
7) Bangunan Gedung yang digunakan oleh penyandang disabilitas
dan lansia seperti panti jompo/wreda/lansia, dan fasilitas kesehatan
seperti puskesmas dan rumah sakit, harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (railing) paling sedikit pada pada salah satu sisi selasar.
8) Selasar pada Bangunan Gedung dengan kriteria tertentu seperti
rumah sakit dan bandara mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
9) Selasar yang berfungsi sebagai jalur evakuasi mengikuti ketentuan
peraturan-perundangan tentang kebakaran.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 52
b. Gambar detail dan ukuran

Gambar 2.6. Contoh selasar dengan 1 (satu) dinding pembatas

3. Koridor
a. Persyaratan Teknis
1) Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh
1 orang pengguna kursi roda paling sedikit 92 cm.
2) Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh
2 orang pengguna kursi roda paling sedikit 184 cm.
3) Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk sirkulasi 1
orang penyandang disabilitas dan 1 orang pejalan kaki paling sedikit 152
cm.
4) Koridor dengan railing harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk
dilewati oleh 1 orang pengguna kursi roda paling sedikit 112 cm.
5) Koridor dengan railing harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk
dilewati oleh 2 orang pengguna kursi roda yang berpapasan paling sedikit
204 cm.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 53
6) Koridor dilengkapi dengan penanda atau penunjuk arah yang informatif
dan mudah terlihat terutama menuju pintu keluar dan pintu keluar
darurat/eksit.
7) Koridor jalan keluar dapat berupa balkon terbuka di luar Bangunan
Gedung yang terlindung dari hujan dan tempias.
8) Koridor dilengkapi dengan pencahayaan/iluminasi alami atau artifisial,
sensor otomatis hemat energi, dan pencahayaan/iluminasi
darurat yang otomatis berfungsi pada keadaan darurat.
9) Koridor yang digunakan sebagai jalur evakuasi harus bebas dari segala
macam penghalang yang mengganggu pergerakan Pengguna Bangunan
Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung.
10) Koridor pada hunian, jalan buntu dan rute penyelamatan
harusdiberikan proteksi terhadap kebakaran dan pada selasar
penyelamatan harus mampu mengantisipasi penyebaran asap pada
tahap awal kebakaran.
11) Proteksi kebakaran pada koridor harus menerus dari titik masuk hingga
keluar dan tidak terputus oleh ruang lainnya.
12) Koridor yang berfungsi sebagai akses eksit harus dirancang tanpa jalan
buntu yang panjangnya lebih dari 6 m.
13) Jika diperlukan akses terpisah pada koridor maka diperlukan
kompartemenisasi yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.
14) Bangunan Gedung yang digunakan oleh penyandang disabilitas
dan lansia seperti panti jompo/wreda/lansia, dan fasilitas kesehatan
seperti puskesmas dan rumah sakit, harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (railing) paling sedikit pada pada salah satu sisi koridor.
15) Koridor pada Bangunan Gedung dengan kriteria tertentu seperti rumah
sakit dan bandara mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.
16) Koridor yang berfungsi sebagai jalur evakuasi mengikuti ketentuan
peraturan-perundangan tentang kebakaran.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 54
b. Gambar Detail dan Ukuran

Gambar 2.8. Lebar efektif koridor yang


direkomendasikan untuk sirkulasi 2
(dua) orang penyandang disabilitas
pengguna kursi roda kursi roda
Gambar 2.7. Lebar efektif koridor
yang direkomendasikan untuk
sirkulasi 1 (satu) orang
penyandang disabilitas pengguna
kursi roda

Gambar 2.9. Lebar efektif koridor yang Gambar 2.10. Lebar efektif koridor
direkomendasikan untuk sirkulasi 1 (satu) dengan pegangan rambat (handrail) yang
orang penyandang disabilitas dan 1 (satu) disarankan
orang pejalan kaki

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 55
Gambar 2.11. Lebar efektif koridor tanpa pintu akses

Gambar 2.12. Lebar efektif koridor dengan pintu akses

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 56
2. Jalur Pedestrian
a. Persyaratan Teknis
1) Permukaan
a) Permukaan jalur pedestrian harus stabil, kuat, tahan cuaca, dan
tidak licin.
b) Perlu dihindari penggunaan sambungan atau gundukan pada
permukaan, apabila terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25
cm.
c) Apabila menggunakan karet maka bagian tepi harus dengan
konstruksi yang permanen.
2) Ukuran
- Lebar jalur pedestrian tidak kurang dari 150 cm untuk jalur 1 arah dan
tidak kurang dari 160 cm untuk jalur 2 arah.
- Lebar jalur pedestrian dapat berukuran 180 cm – 300 cm atau lebih
untuk memenuhi kebutuhan terhadap intensitas pejalan kaki yang
tinggi.
3) Kelandaian
- Kelandaian sisi lebar jalur pedestrian paling besar 2o.
- Kelandaian sisi panjang jalur pedestrian paling besar 5o.
4) Area istirahat
Setiap jarak 900 cm, jalur pedestrian dapat dilengkapi dengan tempat
duduk untuk beristirahat.
5) Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
6) Drainase
Jalur pedestrian disediakan berikut drainase yang dibuat tegak lurus arah
jalur dengan kedalaman paling tinggi 1,5 cm.
7) Tepi pengaman/kanstin (low curb)
a) Jalur pedestrian perlu dilengkapi dengan tepi
pengaman/kanstin (low curb) yang berfungsi sebagai
penghentian roda kendaraan dan tongkat penyandang disabilitas

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 57
netra agar terhindar dari area yang berbahaya. b) Tepi
pengaman/kanstin (low curb) dibuat dengan ketinggian paling
rendah 10 cm dan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.
8) Jalur pedestrian perlu dilengkapi dengan pemandu/penanda antara lain:
a) jalur pemandu bagi penyandang disabilitas netra;
b) tempat sampah dan perabot jalan (street furniture) lainnya;
c) penanda untuk akses pejalan kaki;
d) sinyal suara yang dapat di dengar;
e) pesan-pesan verbal; dan
f) informasi lewat getaran.
g) Ram pada jalur pedestrian diletakkan di setiap persimpangan,
prasarana ruang pejalan kaki yang memasuki pintu keluar masuk
bangunan atau kaveling.

b. Gambar Detail dan Ukuran

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 58
Gambar 2.13. Prinsip perencanaan jalur pedestrian

Gambar 2.14. Sudut kemiringan maksimal ram pada jalur


pedestrian

Gambar 2.15. Dimensi ram pada jalur pedestrian pedestrian

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 59
3. Jalur Pemandu
a. Persyaratan
1) Ubin pengarah (guiding block) bermotif garis berfungsi untuk menunjukkan

arah perjalanan.

2) Ubin peringatan (warning block) bermotif bulat berfungsi untuk

memberikan peringatan terhadap adanya perubahan situasi disekitarnya.

3) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus

dipasang dengan benar sehingga dapat memberikan orientasi yang jelas

kepada penggunanya;

4) Jalur pemandu harus dipasang diantaranya:

a) di depan jalur lalu-lintas kendaraan;


b) di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas
persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai;
c) di pintu masuk/keluar Bangunan Gedung untuk kepentingan
umum termasuk terminal transportasi umum atau area penumpang;
dan
d) pada sepanjang jalur pedestrian.
5) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block) harus

dibuat dari material yang kuat, tidak licin, dan diberikan warna yang kontras

dengan warna ubin eksisting seperti kuning, jingga, atau warna lainnya

sehingga mudah dikenali oleh penyandang gangguan penglihatan yang

hanya mampu melihat sebagian (low vision).

6) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning block)

dipasang pada bagian tepi jalur pedestrian untuk memudahkan pergerakan

penyandang disabilitas netra termasuk penyandang gangguan

penglihatan yang hanya mampu melihat sebagian (low vision).

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 60
b. Gambar Detail dan Ukuran

Gambar 2.16. Tipe tekstur ubin peringatan (warning block)

Gambar 2.16. Tipe tekstur ubin pengarah (guiding blocks)

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 61
3.3. Gambar Perencanaan Akhir (Final Desain)
Pembuatan gambar detail engineering selengkapnya, dilakukan setelah Draft Design
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi
dan saran-saran yang diberikan oleh Pemberi Tugas, berikut posisi alternatif trase
yang pernah diteliti.
Final Design digambar di atas kertas standard sheet.
Gambar perencanaan akhir selengkapnya terdiri dari :
 Sampul luar (cover) dan sampul dalam;
 Gambar Site Plan;
 Gambar-gambar Rencana;
 Gambar-gambar Detail.

Gambar secara keseluruhan mencakup semua informasi dan keterangan yang


diperlukan pada pelaksanaan. Semua huruf, angka, informasi dan keterangan harus
dapat dibaca setelah diperkecil dalam kertas ukuran A3.

3.4. Perhitungan Volume Pekerjaan Fisik


Daftar volume pekerjaan disusun menurut pay item/mata pembayaran didalam
Dokumen Kontrak.
Volume pekerjaan tanah dihitung dari gambar detail

3.5. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Fisik


Perhitungan Harga Satuan untuk setiap pay item.
Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah dilampirkan

3.6. Penyusunan Dokumen Lelang


Pedoman menyusun Dokumen Lelang yang digunakan pada pekerjaan ini adalah :
Standar Dokumen yang dikeluarkan oleh LKPP/ dan atau sesuai dengan Permen PUPR
mengenai Standar Dokumen Lelang untuk Pengadaan Jasa Kontraktor dengan
Pelelangan Nasional Kontrak Harga Satuan.
Dokumen yang harus disiapkan antara lain disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku.

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 62
3.7. Lain-Lain
Konsultan disamping melakukan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga akan
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
 Selama berlangsungnya pekerjaan perencanaan, setiap tahap kemajuan
pekerjaan sesuai lingkup tugasnya akan dilaporkan oleh Konsultan Perencana
kepada Pihak Tim Teknis.
 Semua hasil Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor DPRD
(Tahun Jamak) akan dimintakan persetujuan dari Pihak Tim Teknis sebelum
dijadikan sebagai Dokumen Lelang Akhir.

B. PROGRAM KERJA
I. JENIS PEKERJAAN
Kegiatan pekerjaan ini dapat dibagi atas 4 tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan dan pekerjaan lapangan


- Pembentukan Tim
- Inventarisasi dan evaluasi data
- Persiapan peralatan dan perlengkapan
- Koordinasi dan konsultasi
2. Pekerjaan Lapangan
- Orientasi dan Persiapan lapangan
- Survai topografi
- Survai lokasi sumber materil dan harga satauan bahan serta upah kerja
3. Analisis data dan pembuatan draft design
- Analisis data topografi
- Penggambaran eksiting
- Penggambaran Pra Desain
4. Final Design dan pembuatan EE
- Perhitungan volume pekerjaan
- Pembuatan gambar rencana
- Perhitungan kuantitas dan biaya
5. Penyusunan Dokumen Lelang.

Pendekatan kontemporer menunjukkan bahwa Fasilitas kesehatan membutuhkan


bukan sekadar fungsi, namun juga fiksi. Bukan hanya sekadar nilai kegunaan,
namun juga nilai kemasyarakatan dan estetika.
DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 63
Dari berbagai kasus yang dipelajari, ternyata bahwa kebanyakan Fasilitas kesehatan
selayaknya bukan sekadar melayani kesehatan, namun juga dapat memberi aspek
kemasyarakatan, rekreatif dan estetika dalam perannya melayani kesehatan.
Di sisi lain, Evaluasi Pasca Huni dapat membantu meningkatkan performansi
Fasilitas ini, dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada, untuk kemudian
dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Langkah-langkah tersebut dapat berupa kebijaksanaan, strategi, rencana, program,


hingga projek yang diperlukan. Jika dilihat dalam sistem perencanaan dalam
manajemen, dapat terlihat bahwa proses ini sangat erat kaitannya dengan manajemen
fasilitas secara luas.

Dalam proses perencanaan dan perancangan, pada dasarnya terdapat 5 komponen


utama yang perlu didefinisikan secara jelas, yang meliputi:

1. Profil : kondisi eksisting yang ada


2. Visi : kondisi ideal yang diinginkan
3. Masalah : jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting
4. Strategi : cara untuk mencapai visi
5. Aksi : tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi
ara untuk

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA E - 64
ORGANISASI DAN PERSONIL ;
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
PEKERJAAN : Perencanaan Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung C Kantor
DPRD (Tahun Jamak)

SATKER/PPK PERUSAHAAN

ADMINISTRASI / CAM OPERATOR


Firmansyah, SE.

AHLI AHLI
DESAIN INTERIOR ARSITEKTUR
Moh. Yunus Bin Parewa, ST. Syamsuddin Mustafa, ST., MT., IAI.

ASISTEN AHLI JURU UKUR/SURVEYOR ESTIMATOR


DESAIN INTERIOR Muh. Ahyudin, ST. Wardah B., ST., MT.
Zulkarnaen Yahya, ST., IAI. Khikmawan, ST.

Tenaga Pendukung

DOKUMEN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


PT. SULAPAAPPA MEDIA UTAMA Page E - 65

Anda mungkin juga menyukai