Anda di halaman 1dari 124

Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

D.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK

Bangunan Gedung Pemerintah harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan


mutu atau kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya dan
dapat menjadi teladan bagi lingkungannya, serta memberi kontribusi positif bagi
perkembangan arsitektur di Indonesia.

Bangunan Gedung Pemerintah harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik-


baiknya sehingga dapat memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung yang layak dari segi mutu dan biaya.

Pemberi jasa konsultansi perencanaan Bangunan Gedung Pemerintah perlu diarahkan


secara baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis
Bangunan Gedung Pemerintah yang memadai dan layak diterima menurut kaidah,
norma, serta tata laku profesional.

D.1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan Kegiatan Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah, Pekerjaan


Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan), yaitu:

a. Menghasilkan desain Bangunan Gedung Pemerintah yang dapat difungsikan


sesuai standar dan syarat-syarat teknis yang berlaku, serta dapat
dipertanggungjawabkan dari segi arsitektur bangunan, struktur bangunan, dan
utilitas bangunan yang fungsional dan tahan dalam jangka waktu tertentu.

b. Untuk memahami tujuan Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor


Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi
Perencanaan), maka dibuat sebuah Kerangka Acuan Kerja (KAK).

c. KAK dibuat sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang memuat masukan,

D-1
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

azas, kriteria, keluaran, dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan tugas perencanaan.

d. Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan


tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai
sesuai KAK ini.

D.1.2 SASARAN

Sasaran Kegiatan Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah, Pekerjaan Pekerjaan


Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan
Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan), yaitu:

A. Perencanaan Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian


Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi terdiri dari pekerjaan
persiapan, pekerjaan arsitektur bangunan, pekerjaan struktur bangunan, dan
pekerjaan utilitas bangunan, meliputi:

 Pekerjaan Pekerjaan struktur :

o Pondasi dalam

o Pekerjaan struktur bawah

o Pekerjaan struktur atas

 Pekerjaan Arsitektur

 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal (Standart dan Non Standart)

 Pekerjaan Sarana dan Prasarana Lainnya

B. Tahap-Tahap pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi:

 Persiapan Perencanaan termasuk survey

 Penyusunan Scematic Design dan Konsepsi

 Pembuatan Design Development

 Pembuatan Detail secara keseluruhan

 Penyusunan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya

D-2
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

 Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat Pelaksanaan (RKS).

 Penyusunan Rencana Detail (Gambar Kerja, RKS, BOQ, dll)

 Dokumen Pelelangan Pelaksanaan

 Pendampingan Berkala

D.1.3 LOKASI PEKERJAAN

Lokasi kegiatan Perencanaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator


Bidang Kemaritiman Dan Investasi berada di Gedung I BPPT Jl. MH. Thamrin no.8
Jakarta Pusat.

D.1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN DAN KELUARAN YANG DIHARAPKAN

Pekerjaan perencanaan teknis meliputi perencanaan lingkungan atau site atau tapak
bangunan dan perencanaan fisik bangunan gedung negara, Kegiatan perencanaan teknis
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
22/PRT/M/2018 tanggal 15 Oktober 2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung
Negara terdiri atas :

D-3
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

1) Persiapan dan penyusunan konsepsi perancangan, meliputi:


a. Mengumpulan data dan informasi lapangan (termasuk penyelidikan tanah)
b. Membuat interprestasi secara garis besar terhadap KAK
c. Konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat mengenai peraturan daerah
atau perizinan bangunan.
d. Membuat program perencanaan dan perancangan yang merupakan batasan
sasaran atau tujuan pembangunan dan ketentuan atau persyaratan
pembangunan hasil analisis data dan informasi dari pengguna jasa maupun
pihak lain. Program perencanaan perancangan berupa laporan yang
mencakup:
 Program rencana kerja, menjelaskan rencana penanganan pekerjaan
perencanaan perancangan.
 Program ruang, menjelaskan susunan kebutuhan, besaran, dan jenis
ruang serta analisa hubungan fungsi ruang.
 Program Bangunan Gedung Hijau (BGH).
e. Membuat gagasan dan interpretasi terhadap program perencanaan dan
perancangan sebagai landasan perencanaan dan perancangan diwujudkan
dalam uraian tertulis, diagram dan/atau gambar.
f. Membuat sketsa gagasan merupakan gambar sketsa dalam skala yang
memadai yang menggambarkan gagasan perencanaan dan perancangan yang
jelas tentang pola pembagian ruang dan bentuk bangunan.
2) Persetujuan Konsepsi perancangan dari Pengguna Jasa untuk dijadikan dasar
perencanaan perancangan tahap selanjutnya.
3) Penyusunan pra rancangan, meliputi:
a. Membuat gambar rencana massa bangunan gedung yang menunjukan posisi
massa bangunan di dalam tapak dan Lainnya, menunjukan posisi massa
bangunan di dalam tapak dan terhadap lingkungan sekitar berikut kontur
tanah berdasarkan Rencana Tata Kota dan program Bangunan Gedung Hijau
(BGH).
b. Membuat gambar Rencana Tapak yang menunjukan hubungan denah antar
bangunan dan Tata Ruang Luar atau Penghijauan di dalam kawasan tapak.

D-4
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

c. Membuat gambar denah yang menggambarkan susunan tata ruang dan


hubungan antar ruang dalam bangunan pada setiap lantai dan menerangkan
peil atau ketinggian lantai.
d. Membuat gambar tampak bangunan yang menunjukan pandangan ke empat
sisi atau arah bangunan.
e. Membuat gambar potongan bangunan secara melintang dan memanjang
untuk menunjukan secara garis besar penampang dan sistem struktur dan
utilitas bangunan.
f. Membuat gambar visualisasi tiga dimensi dalam bentuk gambar dan/atau
animasi komputer.
g. Membuat gambar tersebut di atas dalam skala 1:500 (satu banding lima
ratus), 1:200 (satu banding dua ratus), 1:100 (satu banding seratus)
dan/atau yang memadai beserta ukuran untuk kejelasan informasi yang ingin
dicapai.
h. Menghitung nilai fungsional bangunan gedung dan menampilkannya dalam
bentuk diagram.
i. Membuat laporan teknis dalam bentuk uraian dan gambar tentang perkiraan
luas lantai, informasi penggunaan bahan atau material, pemilihan sistem
struktur bangunan, pemilihan sistem utilitas bangunan, pemilihan konsep
tata lingkungan serta perkiraan biaya dan waktu konstruksi.
j. Mengurus perizinan sampai mendapatkan keterangan rencana kota atau
kabupaten, keterangan persyaratan bangunan dan lingkungan, dan
penyiapan kelengkapan permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah Daerah setempat.
4) Penyelenggaraan paket kegiatan lokakarya rekayasa nilai (value engineering) pada
tahap pra rancangan untuk pengembangan konsep perencanaan teknis bagi
kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara yang diwajibkan.
5) Persetujuan pra rancangan dari Pengguna Jasa untuk dijadikan dasar perencanaan
perancangan tahap selanjutnya.
6) Penyusunan pengembangan rancangan, meliputi:
a. Membuat pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar
rencana arsitektur yang menunjukan hubungan antara lantai bangunan dan

D-5
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

tata ruang luar terhadap garis sempadan bangunan, jalan dan ketentuan
rencana tata kota lainnya.
b. Membuat denah yang menunjukan lantai-lantai dalam bangunan, susunan
tata ruang dalam, koordinat bangunan, peil lantai, dan ukuran-ukuran elemen
bangunan serta jenis bahan yang digunakan.
c. Membuat tampak bangunan, yang menujukan pandangan ke empat arah
bangunan dan bahan bangunan yang digunakan secara jelas beserta uraian
konsep dan visualisasi desain dua dimensi dan desain tiga dimensi bila
diperlukan.
d. Membuat pengembangan sistem struktur, berupa gambar potongan
bangunan, secara melintang dan memanjang yang menjelaskan sistem
struktur, ukuran, dan peil elemen bangunan (fondasi, lantai, dinding, langit-
langit dan atap) secara menyeluruh beserta uraian konsep dan
perhitungannya.
e. Membuat pengembangan sistem utilitas, berupa gambar detail mekanikal
elektrikal termasuk IT, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
f. Membuat gambar tersebut di atas dalam skala 1:500 (satu banding lima
ratus), 1:200 (satu banding dua ratus), 1:100 (satu banding seratus), 1:50
(satu banding lima puluh) dan/atau yang memadai beserta ukuran untuk
kejelasan informasi yang ingin dicapai.
g. Membuat garis besar spesifikasi teknis (Outline Specifications);
h. Menyusun perkiraan biaya konstruksi.
7) Penyusunan rencana detail berupa uraian lebih terinci seperti membuat
gambargambar detail pelaksanaan dan pemasangan serta penyelesaian bahan atau
material dan elemen atau unsur bangunan, rencana kerja dan syarat-syarat, rincian
volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi, dan
menyusun laporan perencanaan.
8) Persetujuan rancangan detail dari pengguna jasa untuk digunakan sebagai
dokumen teknis pada dokumen lelang konstruksi fisik.
9) Penyusunan rencana teknis meliputi laporan konsepsi perancangan, dokumen pra
rancangan, dokumen pengembangan rancangan, dan dokumen rancangan detail.
10) Membantu kepala satuan kerja atau pejabat pembuat komitmen didalam menyusun
dokumen pelelangan, dan membantu unit layanan pengadaan barang dan jasa atau

D-6
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

kelompok kerja unit layanan pengadaan barang dan jasa atau pejabat pengadaan
dalam menyusun program dan pelaksanaan pelelangan.
11) Membantu unit layanan pengadaan barang dan jasa atau kelompok kerja unit
layanan pengadaan barang dan jasa atau pejabat pengadaan pada waktu penjelasan
pekerjaan, termasuk menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, membantu unit
layanan pengadaan barang dan jasa atau kelompok kerja unit layanan pengadaan
barang dan jasa atau pejabat pengadaan dalam melaksanakan evaluasi penawaran,
menyusun kembali dokumen pelelangan, dan melaksanakan tugas-tugas yang sama
apabila terjadi lelang ulang.
12) Melakukan pengawasan berkala, seperti memeriksa kesesuaian pelaksanaan
pekerjaan dengan rencana secara berkala, melakukan penyesuaian gambar dan
spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada perubahan, memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa konstruksi, memberikan
rekomendasi tentang penggunaan bahan, dan membuat laporan akhir pengawasan
berkala.
13) Penyusunan laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas perubahan
perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi, petunjuk penggunaan,
pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk yang
menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal elektrikal bangunan

Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi:

A. Tahap Konsep Rencana Teknis


 Konsep penyiapan rencana teknis dan uraian rencana kerja konsultan
perencana.
 Konsep skematik rencana teknis.
 Laporan data dan informasi lapangan.
B. Tahap Pra-rencana Teknis
 Gambar-gambar Pra-rencana.
 Perkiraan biaya pembangunan.
 Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
 Hasil Konsultasi Rencana dengan pengguna.
C. Tahap Pengembangan Rencana

D-7
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

 Gambar pengembangan rencana arsitektur bangunan, struktur bangunan,


dan utilitas bangunan.
 Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
 Draft rencana anggaran biaya.
 Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
D. Tahap Rencana Detail
 Gambar rencana teknis bangunan lengkap.
 Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
 Bill Of Quantity (BOQ).
 Rencana anggaran biaya (RAB).
E. Laporan Perencanaan interior, utilitas.
F. Tahap Pelelangan.

Dokumen tambahan hasil penjelasan pekerjaan.

G. Tahap Pengawasan Berkala.


H. Laporan pengawasan berkala.
I. Tanggung Jawab dan Kewajiban

Penyedia berkewajiban untuk menyampaikan laporan-laporan secara periodik


selama masa kontrak, yaitu laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan
akhir. Adapun hasil produk perencanaan DED berupa :

1) Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang


dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan, Minimal di sesuai dengan
Persyaratan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG),
diantaranya:
a. Rencana Arsitektur, meliputi:
 Gambar situasi dan rencana tapak
 Gambar denah yang dilengkapi dengan perletakan tangki septik.
 Gambar potongan
 Gambar tampak
 Gambar detail aristektur
 Spesifikasi umum dan khusus arsitektur
b. Rencana Struktur, meliputi:

D-8
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

 Perhitungan struktur
 Hasil penyelidikan tanah
 Gambar rencana pondasi termasuk detailnya
 Gambar rencana kolom termasuk detailnya
 Gambar rencana balok termasuk detailnya
 Gambar rencana plat lantai termasuk detailnya
 Gambar rencana rangka atap, penutup termasuk detailnya
 Gambar rencana tangga termasuk detailnya
 Dokumen spesifikasi umum dan khusus struktur (beserta model atau
hasil tes jika ada)
 Gambar rencana basement dan detailnya (apabila rencana struktur
memiliki basement).
c. Rencana Utilitas, meliputi:
 Gambar sistem sanitasi sistem air bersih.
 Gambar sistem sanitasi sistem air kotor.
 Gambar sistem sanitasi limbah cair.
 Gambar sistem sanitasi limbah padat.
 Gambar sistem sanitasi persampahan.
 Gambar sistem pengelolaan air hujan dalam tapak (resapan,
penampung, detensi).
 Gambar sistem drainase dalam tapak.
 Gambar jaringan listrik yang paling sedikit menunjukkan sumber
listrik, panel listrik, instalasi/jaringan, titik lampu, sakelar, dan stop
kontak.
 Gambar sistem proteksi kebakaran yang disesuaikan dengan ringkat
resiko kebakaran.
 Gambar sistem penghawaan/ventilasi alami dan buatan.
 Gambar sistem transportasi vertikal dan/atau horizontal.
 Gambar sistem komunikasi internal dan eksternal.
 Gambar sistem penangkal/proteksi petir.
 Spesifikasi umum dan khusus utilitas bangunan gedung.

D-9
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

 Perhitungan utilitas yang terdiri dari perhitungan kebutuhan air


bersih, kebutuhan listrik, penampungan dan pengelolaan limbah cair
dan padat, beban kelola air hujan.
 Dokumen perhitungan tingkat kebisingan dan/atau getaran.
2) Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
4) Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:
a. Laporan arsitektur;
b. Laporan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (Soil Test);
c. Laporan utilitas;
d. Perhitungan Bangunan Gedung Hijau
Tanggung jawab dan kewajiban Konsultan Perencana, yaitu:

 Pihak Konsultan harus mengadakan koordinasi, asistensi dan pembahasan


selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung dengan Pihak Pengguna Jasa dan
atau SKPD Teknis terkait mengenai proses perijinan bangunan (IMB) , mulai dari
tahap permohonan Keterangan Rencana Kota, Siteplan, Rekomendasi Teknis
Bangunan Gedung (RTBG), sampai penerbitan IMB;
 Pihak Konsultan bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan
sebagai akibat daripada pemeriksaan;
 Pihak Konsultan bertanggungjawab penuh pada tahap masa perencanaan,
pengawasan berkala, pemeliharaan serta pendampingan sampai ke penerbitan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

D.1.5 SISTEM PEMBAHASAN, LAPORAN DAN TUJUAN

Laporan Konsultan Perencana yang diminta:


A. Laporan Pendahuluan, yang berisi:
 Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh.
 Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya.
 Jadwal kegiatan penyedia jasa.
 Tahap Konsepsi Perancangan
 Tahap Pra Rancangan
Catatan :

D - 10
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

Laporan Pendahuluan tersebut dibuat dalam bentuk hard copy dan soft copy
(CD-RW 700 MB) masing-masing rangkap 5 (lima) dan harus diserahkan
selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari kalender sejak tanggal Surat
Perintah Mulai Kerja.
B. Laporan Bulanan/Antara, yang berisi :
 Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan.
 Kendala dan Solusi Penyelesaiannya.
 Gambar-gambar pra-rencana.
 Tahap Pengembangan Rancangan
Catatan:
Laporan Bulanan/Antara tersebut dibuat dalam bentuk hard copy dan soft
copy (CD-RW 700 MB) masing-masing rangkap 5 (lima) dan harus diserahkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 25 (dua puluh lima)
hari kalender sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
C. Laporan Akhir Perencanaan, yang berisi:
 Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan.
 Kendala dan Solusi Penyelesaiannya.
 Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang
dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan, teriri dari:
o Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB);
o Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta
o Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:
o Laporan arsitektur;
o Laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (Soil
Test);
o Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
o Perhitungan Bangunan Gedung Hijau.
Catatan :
Laporan Akhir tersebut dibuat dalam bentuk hard copy dan soft copy (CD-
RW 700 MB) masing-masing rangkap 5 (lima) dan harus diserahkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
hari) hari kalender sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.

D - 11
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

D. Laporan Pengawasan Berkala


Berisi tentang Hasil Pengawasan Berkala, kendala, dan solusi penyelesaiannya.
Laporan Pengawasan Berkala tersebut dalam bentuk hard copy dan soft copy (CD-
RW 700 MB) masing-masing rangkap 5 (lima) dan harus diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 30 (empat belas) hari kalender sejak
tanggal Serah Terima Pekerjaan Konstruksi Tahap I (PHO).

D.1.6 WAKTU DAN JADWAL PELAKSANAAN

a. Jangka waktu pelaksanaan Perencanaan diperkirakan selama 1 bulan atau 30 hari


kalender sejak terbit SPMK.

b. Melaksanakan Pengawasan Perencanaan Berkala dalam masa Pelaksanaan


Konstruksi sampai dengan Serah Terima Pertama (PHO).

D.1.7 KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Untuk mencapai hasil yang diharapkan, Pihak Konsultan Perencana harus menyediakan
tenaga-tenaga ahli dalam struktur organisasi Konsultan Perencana untuk menjalankan
kewajibannya sesuai dengan lingkup jasa yang tercantum dalam KAK ini yang
bersertifikat dan disetujui oleh PEMBERI TUGAS.
Struktur Organisasi serta daftar tenaga ahli beserta kualifikasinya, minimal sebagai
berikut:
A. Team Leader (Ahli Sipil): 1 personil
1) S1 teknik sipil lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi.
2) Memiliki sertifikasi keahlian Madya sesuai dengan bidang keahlian yang
dikeluarkan oleh Asosiasi yang telah disahkan
3) Memiliki kemampuan merencanakan bangunan gedung.
4) Berpengalaman profesional minimal 12 (enam) tahun dibidangnya dan
dilengkapi dengan referensi kerja.
5) Lingkup tugas team leader yaitu bertanggung jawab penuh atas keberhasilan
tugas Tim secara keseluruhan dengan tugas pokok sebagai berikut :
 Tahap Persiapan :

D - 12
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

a. Menyusun laporan pendahuluan dan pra studi (menyusun rencana


dan strategi yang akan dilakukan dalam Perencanaan
b. Melakukan koordinasi dengan seluruh tim Perencanaan
c. Melakukan koordinasi dan asistensi dengan pihak pemberi tugas.
 Tahap Pencarian Data :
a. Melakukan koordinasi dan memberi masukan kepada para tenaga ahli
dan para surveyor, berkaitan dengan tata cara dan strategi
pengumpulan data.
b. Melakukan evaluasi terhadap hasil survey secara keseluruhan, baik
data fisik,maupun non fisik, baik secara kuantitas maupun kualitas.
 Tahap Pengolahan Data :
a. Melakukan evaluasi terhadap hasil data-data yang telah diolah, oleh
para tenaga ahli, baik data non fisik maupun data yang bersifat fisik.
b. Melakukan asistensi dengan pihak pemberi proyek.
 Tahap Penentuan Program :
a. Bersama-sama para tenaga ahli, melakukan analisis terhadap hasil
pengolahan data yang telah ada.
b. Melakukan diskusi dengan pihak pemberi tugas.
 Tahap Penyusunan Perencanaan:
a. Memberikan arahan dan berkoordianasi bersama-sama dengan para
Tenaga Ahli terkait dalam Perencanaan
b. Mengeluarkan konsep program peraturan kriteria secara keseluruhan.
c. Berkoordinasi dan menerima masukan konsep-konsep dari para
tenaga ahli dan mengeluarkan konsep Perencanaan yang berkaitan
dengan Perencanaan
d. Bersama-sama para tenaga ahli membuat Perencanaan .
e. Bersama-sama para tenaga ahli membuat laporan Draft Final dan
laporan FinalPerencanaan .
f. Menyampaikan (mempresentasikan) hasil Perencanaan yang telah
dibuat kepada pemberi tugas dan para pihak yang terkait.

6) Bekerja selama 1 (satu) bulan.

D - 13
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

B. Tenaga Ahli Arsitektur/Interior : 1 personil


1) Strata 1 (S1) Teknik Arsitektur/Interior lulusan universitas atau perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
2) Memiliki sertifikasi keahlian arsitektur sesuai dengan bidang keahlian yang
dikeluarkan oleh Asosiasi yang telah disahkan.
3) Berpengalaman profesional minimal 8 (delapan) tahun sesuai bidang
keahlian dilengkapi dengan referensi kerja.
4) Lingkup tugas tenaga ahli ini yaitu bertanggung jawab penuh atas
perencanaan Interior dan bertanggung jawab kepada Team Leader dengan
tugas pokok sebagai berikut :
 Tahap Pencarian Data :
a. Bersama Team Leader berkoordinasi dengan para tenaga ahli terkait
dalam menentukan materi-materi survey yang dibutuhkan dari tiap-
tiap disiplin ilmu yang terkait.
b. Menyusun daftar data-data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan
arsitektur/Interior dari kelayakan renovasi gedung kantor
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
c. Menyampaikan dan mengarahkan materi yang berkaitan dengan
data fisik
d. pekerjaan arsitektur/Interior yang perlu dicari, kepada asisten tenaga
ahli.
e. Melakukan evaluasi secara intensif atas hasil survey data fisik
pekerjaan arsitektur/Interior yang telah dilakukan oleh asisten tenaga
ahli.
 Tahap Pengolahan Data :
a. Melakukan kompilasi dan pengolahan data-data fisik
pekerjaan arsitektur/Interior.
b. Melakukan penyusunan laporan asisten tenaga ahli atas data-data
pekerjaan
c. arsitektur/Interior yang telah diperoleh.
 Tahap Penentuan Program :

D - 14
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

a. Melakukan analisis terhadap data-data fisik pekerjaan


arsitektur/Interior yang telah diperoleh.
b. Menyimpulkan hasil analisis dari data fisik pekerjaan
arsitektur/Interior yang telah diperoleh.
 Tahap Penyusunan Perencanaan :

Membuat dan menyusun konsep gagasan pekerjaan arsitektur/Interior


yang akan diterapkan dalam pembuatan konsep

5) Bekerja selama 1 (satu) bulan.


C. Tenaga Ahli Sipil Struktur : 1 personil
1) Strata 1 (S1) Teknik Sipil lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi.
2) Memiliki sertifikasi keahlian teknik bangunan gedung sesuai dengan bidang
keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang telah disahkan.
3) Berpengalaman profesional minimal 8 (delapan) tahun sesuai bidang
keahlian dilengkapi dengan referensi kerja.
4) Lingkup tugas tenaga ahli ini yaitu bertanggung jawab penuh atas
perencanaan Struktur dan bertanggung jawab kepada Team Leader dengan
tugas pokok sebagai berikut :
 Tahap Pencarian Data :
a. Bersama Team Leader berkoordinasi dengan para tenaga ahli terkait
dalam menentukan materi-materi survey yang dibutuhkan dari tiap-
tiap disiplin ilmu yang terkait.
b. Menyusun daftar data-data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan
Sipil/Struktur dari Gedung kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman.
c. Menyampaikan dan mengarahkan materi yang berkaitan dengan
data fisik pekerjaan Sipil/Struktur yang perlu dicari, kepada asisten
tenaga ahli.
d. Melakukan evaluasi secara intensif atas hasil survey data fisik
pekerjaan arsitektur/Interior yang telah dilakukan oleh asisten tenaga
ahli.

D - 15
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

 Tahap Pengolahan Data :


a. Melakukan kompilasi dan pengolahan data-data fisik pekerjaan
Sipil/Struktur.
b. Melakukan penyusunan laporan asisten tenaga ahli atas data-data
pekerjaan Sipil/Struktur yang telah diperoleh.
 Tahap Penentuan Program :
a. Melakukan analisis terhadap data-data fisik pekerjaan Sipil/Struktur
yang telah diperoleh.
b. Menyimpulkan hasil analisis dari data fisik pekerjaan Sipil/Struktur
yang telah diperoleh.
 Tahap Penyusunan Perencanaan :
Membuat dan menyusun konsep gagasan pekerjaan Sipil/Struktur
yang akan diterapkan dalam pembuatan konsep
5) Bekerja selama 1 (satu) bulan.
D. Tenaga Ahli Mekanikal dan Elektrikal : 1 personil
1) Strata 1 (S1) Teknik Mesin lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi.
2) Memiliki sertifikasi keahlian mekanikal /Elektrikal sesuai dengan bidang
keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang telah disahkan.
3) Berpengalaman profesional minimal 6 (enam) tahun sesuai bidang keahlian
dilengkapi dengan referensi kerja.
4) Lingkup tugas tenaga ahli ini yaitu bertanggung jawab penuh atas
perencanaan sistem Mekanikal dan bertanggung jawab kepada Team Leader
dengan tugas pokok sebagai berikut :
 Tahap Pencarian Data :
a. Bersama Team Leader berkoordinasi dengan para tenaga ahli terkait
dalam menentukan materi-materi survey yang dibutuhkan dari tiap-
tiap disiplin ilmu yang terkait.
b. Menyusun daftar data-data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan
Mekanikal dari lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan kelayakan
Renovasi Gedung Kantor Kemeterian Koordinator Bidang
Kemaritiman.

D - 16
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

c. Melakukan evaluasi secara intensif atas hasil survei data fisik


pekerjaan Mekanikal yang telah dilakukan oleh asisten tenaga ahli.
 Tahap Pengolahan Data :
a. Melakukan kompilasi dan pengolahan data-data fisik pekerjaan
Mekanikal
b. Melakukan penyusunan laporan survey atas data-data pekerjaan
Mekanikal dan Elektrikal yang telah diperoleh.
 Tahap Penentuan Program :
a. Melakukan analisis terhadap data-data fisik pekerjaan Mekanikal yang
telah diperoleh.
b. Menyimpulkan hasil analisis dari data fisik pekerjaan Mekanikal yang
telah diperoleh.
 Tahap penyusunan :
a. Membuat dan menyusun konsep gagasan pekerjaan perencanaan
bangunan yang akan diterapkan dalam pembuatan rancangan
b. Memberikan masukan dalam hal pekerjaan kawasan kepada Tim
leader dalam pembuatan denah sistem mekanikal.
5) Bekerja selama 1 (satu) bulan.
E. Tenaga Ahli Estimator: 1 personil
1) Strata 1 (S1) Teknik Sipil lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi.
2) Memiliki sertifikasi keahlian sesuai dengan bidang keahlian dikeluarkan oleh
Asosiasi yang telah disahkan.
3) Berpengalaman profesional minimal 6 (enam) tahun sesuai bidang keahlian
dilengkapi dengan referensi kerja.
4) Lingkup tugas tenaga ahli ini yaitu bertanggung jawab penuh atas
perhitungan Estimasi seluruh proyek dan bertanggung jawab kepada Team
Leader dengan tugas pokok sebagai berikut :
 Tahap Pencarian Data :
a. Bersama Team Leader berkoordinasi dengan para tenaga ahli terkait
dalam menentukan materi-materi survei yang dibutuhkan dari tiap-
tiap disiplin ilmu yang terkait.

D - 17
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

b. Menyusun daftar data-data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan


Cost Estimator
c. dari area yang telah ditetapkan sebagai bidang kelayakan Renovasi
Gedung Kantor Kemeterian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi.
d. Melakukan evaluasi secara intensif atas hasil survey data fisik
pekerjaan Cost Estimator yang telah dilakukan oleh asisten tenaga
ahli.
 Tahap Pengolahan Data :
a. Melakukan kompilasi dan pengolahan data-data fisik pekerjaan Cost
Estimator.
b. Melakukan penyusunan laporan survey atas data-data pekerjaan Cost
Estimator yang telah diperoleh.
 Tahap Penentuan Program :
a. Melakukan analisis terhadap data-data fisik pekerjaan Cost Estimator
yang telah diperoleh.
b. Menyimpulkan hasil analisis dari data fisik pekerjaan Cost Estimator
yang telah diperoleh.
 Tahap penyusunan :
a. Membuat dan menyusun konsep gagasan pekerjaan Cost Estimator
perencanaan bangunan yang akan diterapkan dalam pembuatan
rancangan studi.
b. Memberikan masukan dalam hal pekerjaan kawasan kepada Tim
leader dalam estimasi pembiayaan.
5) Bekerja selama 1 (satu) bulan.
F. Tenaga Pendukung
Tenaga ahli tersebut diatas dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh tenaga
pendukung yang dibutuhkan, diantaranya sebagai berikut:
1) 3 orang Juru Gambar/ Drafter, menguasai AutoCAD minimal lulusan SMK
teknik bangunan, pengalaman minimal 1 tahun, berkerja selama selama 2
(dua) bulan
2) 1 orang Operator Komputer, minimal lulusan SMA/SMK dengan pengalaman
dalam mengoperasikan komputer, berkerja selama selama 1 (satu) bulan

D - 18
Usulan Teknis Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

3) 1 orang Administrator /keuangan dengan pengalaman dalam administrasi


/keuangan minimal 1 (satu) tahun. minimal lulusan SMA/SMK, berkerja
selama 1 (satu) bulan.
4) 1 orang Surveyor dengan pengalaman dalam survey lapangan minimal 1
(satu) tahun, minimal lulusan SMA/SMK, berkerja selama 1 (satu) bulan.
Tenaga Ahli yang terdapat di dalam struktur organisasi Konsultan Perencana
diwajibkan melakukan pengawasan berkala pada saat proses pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan yang di rencanakan, sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Permen PUPR No. 22 Tahun 2018 Pasal 53 ayat (7). Tenaga Ahli yang diwajibkan
melakukan pengawasan berkala tersebut adalah :
- Team Leader (Ahli sipil/ Struktur), bekerja selama 20 (duapuluh) hari.
- Tenaga Ahli Arsitektur/interior, bekerja selama 20 (dua puluh) hari
- Tenaga Ahli sipil Struktur, bekerja selama 20 (dua puluh) hari
- Tenaga Ahli Mekanikaldan Elektrikal, bekerja selama 15 (lima belas) hari
- Tenaga Ahli Estimator, bekerja selama 15 (lima belas) hari

D - 19
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

E.1 PENDEKATAN TEKNIS


Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan studi ini hasil yang
diharapkan dapat diperoleh adalah Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah,
Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan) yang terdiri dari :
1. Tahap Konsep Rencana Teknis
a. Konsep persiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi, jumlah dan
kualifikasi tim perencana, metoda pelaksanaan dan tanggung jawab waktu
perencanaan.
b. Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi
hubungan ruang, dll.
c. Laporan data dan informasi lapangan, dll.
2. Tahap Prarencana Teknis
a. Gambar-gambar rencana tapak/denah.
b. Gambar-gambar prarencana.
c. Perkiraan biaya pelaksanaan fisik.
d. Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
e. Hasil konsultasi rencana dengan Instansi terkait.
3. Tahap Pengembangan Rencana
a. Gambar pengembangan rencana arsitektur, dan struktur Gedung Perpustakaan.
b. Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
c. Draft rencana anggaran biaya.
d. Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
4. Tahap Rencana Detail
a. Gambar rencana teknis secara lengkap,
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
c. Rencana kegiatan dan volume pekerjaan (BQ),
d. Rencana anggaran biaya (RAB),

E-1
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

e. Laporan perencanaan arsitektur, dan struktur lengkap dengan perhitungan-


perhitungan yang diperlukan (apabila diperlukan).
f. Gambar 3D.
5. Tahap Pengadaan Penyedia Jasa Konstruksi
a. Dokumen tambahan hasil penjelasan pekerjaan,
b. Laporan bantuan teknis dan administrasi pada waktu pelelangan.
6. Tahap Pengawasan Berkala
a. Laporan pengawasan berkala
b. Dokumen petujuk penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
peralatan/perlengkapan bangunan (bila ada).
Dengan mengacu pada keluaran akhir ini, maka pendekatan yang dilakukan pada
kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, dimana tinjauan dilakukan pada seluruh
komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem dibatasi
hanya pada lingkup sistem Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah, Pekerjaan
Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan). Dengan dasar ini maka dalam
pelaksanaannya, pekerjaan ini akan dilakukan dalam lima tahapan kegiatan, yaitu :

Tahap 1 : Desk Study (Kajian Literatur)


Tahap 2 : Survey dan pengumpulan data lapangan
Tahap 3 : Analisis Data
Tahap 4 : Perumusan dan Evaluasi Konsep Perencanaan
Tahap 5 : Penyusunan Rencana Teknis Detail
Kelima Tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan yang
berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang
terkait secara intens. Dengan demikian, maka dalam pelaksanaannya, kesemua aspek
itu ditinjau secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.

Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang
diperlihatkan dalam Diagram E.1. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa
keterkaitan antara setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek
kajian rinciannya dilakukan dalam bentuk alur kegiatan dan alur data. Satu kegiatan
dihubungkan dengan kegiatan lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alur
data. Karena keterkaitan antara aspek kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang

E-2
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

transparan antara satu aspek kajian dengan aspek kajian lainnya secara diagramatis
sulit dilakukan. Meskipun demikian pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara mudah.

Selanjutnya, jika dikaji lebih dalam, masing-masing tahapan ini merupakan sekumpulan
aktifitas yang cukup beragam dimana uraian dari masing-masing aktifitas tersebut
dapat dilihat pada bagan pada halaman berikut :

Perumusan Alter.
Konsep Desain
Tapak

Menyusun Analisis Pot &


Konsepsi Karakteristik Perumusan Alt.
Perancangan Penggunaan Konsep Tampilan
Gedung khusus Arsitektur

Membuat Sketsa
Gagasan Analisis Perumusan Alt.
Kebutuhan Konsep
Ruang Gedung Tata Letak Penggambaran
khusus Rencana Teknis
Review Detail
Metoda
Perencanaan Analisis Perumusan Alt.
Kebutuhan Konsep Sistem
Ruang Buangan
Review Perhitungan
Kebijakan Sektor Bill & Quantity
Pemerintahan Analisis Perumusan Alt.
Kebutuhan Konsep Sistem
Prasarana/Sarana Elektr/Mekanikal

Estimasi Biaya
Review
Konstruksi
Standard Teknis Analisis
Penetapan
Gedung khusus Tapak
Konsep Desain
Tapak
Penyusunan
Tahapan
Kondisi Fisik Analisis Pembangunan
Lahan Struktur/ Penetapan
Konstruksi Konsep Tampilan
Arsitektur
Penyusunan
Analisis Skejul
Survey
Kebutuhan Penetapan Pembiayaan
Karakteristik
Tapak Sistem Buangan Konsep
Tata Letak
Penyusunan
Analisis Spesifikasi
Data Material. Penetapan
Kebutuhan Teknis
Tenaga Kerja & Konsep Sistem
Peralatan Komp. Buangan
Elekt/Mekanikal

Pembuatan
Penetapan Visualisasi
Konsep Sistem Rancangan
Analisis
Elektr/Mekanikal
Unit Price

Persiapan Survey Analisis Konsep Gambar


Detail

Diagram E.1
Metodologi Pelaksanaan Kegiatan

E-3
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Dengan demikian pelaksanaannya menjadi lebih terarah dan hasilnya diharapkan


sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Adapun kegiatan yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
E.1.1 SASARAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH, PEKERJAAN
PEKERJAAN PENATAAN RUANG KERJA KANTOR KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI (JASA
KONSULTANSI PERENCANAAN)
Pengertian sasaran di sini adalah suatu target atau kondisi yang ingin dicapai dan
menjadi tolok ukur keberhasilan. Untuk mencapai sasaran tersebut kita harus
menentukan arah, tahapan atau cara (misi) yang akan digunakan sesuai dengan potensi
yang dimiliki. Makin jelas sasaran yang ingin dicapai serta makin mengetahui potensi
yang dimiliki, makin mudah untuk menentukan arah/cara pencapaiannya karena makin
jelas masalah yang dihadapinya.

Proses Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah, Pekerjaan Pekerjaan Penataan


Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa
Konsultansi Perencanaan) tersebut disamping memberikan dampak langsung sesuai
dengan tujuan pembangunan, juga akan memberikan dampak terhadap lingkungan
sekitar dimana pembangunan tersebut terjadi.

E.1.2 KONDISI YANG ADA


Kondisi yang ada merupakan keadaan yang terjadi saat ini terutama yang dapat
mempengaruhi terhadap proses perencanaan dan perancangan sesuai lingkup
pekerjaan, baik secara fisik maupun non fisik,

1. Kondisi Fisik Lokasi Perencanaan


Untuk mengetahui kondisi fisik lapangan, dapat dilakukan melalui pengumpulan
data sekunder (merupakan data yang sudah ada), pengamatan lapangan serta
pengumpulan/survey data primer. Seluruh data dan informasi tersebut
dikumpulkan dan dianalisis untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan
perencanaan selanjutnya.
Data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan
perancangan fisik, antara lain :
Kondisi fisik lokasi, seperti : luasan, batas-batas, dan topografi.
Keadaan air tanah

E-4
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Peruntukan tanah
Koefisien dasar bangunan
Koefisien lantai bangunan
Perincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan dan lain-lain.

2. Ketentuan dan Peraturan yang Berlaku


Ketentuan dan peraturan yang mempengaruhi terutama terhadap perencanaan
bangunan perlu diketahui dan dipenuhi agar bangunan yang direncanakan
memenuhi persyaratan minimal, baik dari aspek kesehatan, keselamatan,
keamanan dan kenyamanan.

E.1.3 SURVEY DATA LAPANGAN


Yang dimaksud dengan survey data lapangan di sini adalah pengumpulan data dan
informasi mengenai kondisi fisik lapangan, antara lain berupa konfigurasi lahan
perencanaan dan benda-benda (bangunan) yang terdapat di lahan perencanaan
tersebut, sumber daya yang dapat dimanfaatkan (air, listrik) serta daya dukung
tanahnya. Dalam hal ini data dan informasi tersebut diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan, pengukuran dan penyelidikan tanah sederhana. Data
dan informasi dari hasil survey sebelumnya (data sekunder) dapat juga digunakan
sebagai acuan.

Kondisi fisik lokasi perencanaan yang dapat mempengaruhi terhadap perencanaan


antara lain adalah sebagai berikut :

Konfigurasi lahan (batas kepemilikan) dan keadaan permukaan, termasuk kontur tanah
serta benda-benda (bangunan, pohon, dll) yang perlu diperhatikan/dipertahankan.

Konfigurasi dan kondisi bangunan yang sudah/sedang dibangun yang dapat


mempengaruhi terhadap bentuk bangunan yang direncanakan, antara lain terhadap
orientasi bangunan, bentuk dasar dan penggunaan bahan utama, dalam rangka
mendapatkan keserasian.

Kondisi di sekitar lokasi perencanaan yang dapat mempengaruhi terhadap perencanaan


bangunan secara menyeluruh agar serasi baik dari secara estetis maupun tata ruang.
Data dan informasinya dapat diperoleh dengan melakukan pengumpulan data primer
atau data sekunder melalui wawancara, diskusi dan studi literatur.

E-5
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

E.2 METODOLOGI
Pekerjaan Perencanaan sebagaimana dimaksud pada KAK ini, meliputi seluruh
komponen bangunan gedung Perpustakaan, site development dan sarana penunjang
lainnya, meliputi :

a. Perencanaan pekerjaan perbaikan atap bangunan, plafond, lantai, kusen/daun


pintu/jendela, dinding, finishing dan lainnya;

b. Perencanaan Mekanikal/elektrikal;

c. Perencanaan Perubahan entrance/pintu utama gedung Perpustakaan;

d. Perencanaan tata ruang perpustakaan/TIK dan ruang lainnya;

e. Perencanaan site development dan saluran bagian luar;

f. Perencanaan pekerjaan perbaikan lainnya yang harus segera ditangani.

Adapun tahap penyelesian pekerjaan perencananan sebagai berikut :

a. Tahap 1 (serah terima dokumen perencanaan):

Penyedia harus menyerahkan dokumen hasil perencanaan berupa hasil


perencanaan dari tahap konsep rancangan secara keseluruhan, tahap pra-
rancangan, tahap pengembangan dan tahap rancangan gambar detail dan
penyusunan RKS serta RAB (DED) untuk pelelangan fisik tahap 1 tahun 2017,
meliputi pekerjaan perbaikan atap dan perbaikan keseluruhan lantai 4,
termasuk toilet, mekanikal/elektrikal dan prasarana penunjang lainnya.

b. Tahap 2 (serah terima keseluruhan/pertama):

Penyedia harus menyerahkan dokumen keseluruhan hasil perencanaan


berupa hasil perencanaan dari tahap konsep rancangan secara keseluruhan,
tahap pra-rancangan, tahap pengembangan dan tahap rancangan gambar
detail dan penyusunan RKS serta RAB (DED) dan/atau setelah tahap
pelelangan fisik dilaksanakan meliputi pekerjaan keseluruhan bangunan
perpustakaan dan prasarana penunjang lainnya.

c. Tahap 3 (serah terima kedua):

Penyedia sudah melaksanakan tahap pelelangan dan/atau tahap pengawasan


berkala

E-6
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Gambar E.1.
Diagram Metodologi dan Pendekatan
Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 4 aspek, yaitu: sosio-ekonomis dan
sosio-kultural, natural-ekologis, teknis-kerekayasaan serta efisiensi-desain.

Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT
analysis), yang meliputi :

1. Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal


2. Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal
3. Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal
4. Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal visi

Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa:

1. Jangka panjang, dengan durasi sekitar 25 tahun


2. Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun
3. Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun
Visi ini dapat juga tarkait dengan tujuan atau sasaran pembangunan, atau
developmental goals dan developmental objectives

Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan
kondisi eksisting sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan langkah-
langkah sebagaimana berikut:

1. mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi

E-7
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

2. membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat kaitan


dan pengaruhnya terhadap masalah yang lain
3. menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah
4. menyiapkan daftar goals dan objectives
5. mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan
6. mengkaji ulang problem statement

Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau
rancangan. Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi
strategi tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka
sasaran (objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasarnya dapat
berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang.

Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam:

1. Kebijakan (policy)
2. Rencana (plan)
3. Arahan (guidelines)
4. Program (program)

E.2.1 KRITERIA
A. Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana harus
memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan
kompleksitas bangunan, yaitu :

1). Persyaratan Peruntukan dan intensitas :


a. Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan.
2). Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan :
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan dan budaya daerah,
sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, social
dan budaya).
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan dan keselaran bangunan terhadap lingkungannya.

E-8
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

c. Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimafaatkan dengan tidak


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3). Persyaratan Struktur Bangunan :
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukunng beban
yang timbul akibat perilaku alam dan manusia (gempa dll).
b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan fisik yang
disebabkan oleh prilaku struktur.
d. Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
4). Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran :
a. Menjamin terwujudnya sistem proteksi pasif dan aktif pada bangunan
gedung.
b. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
c. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian
rupa sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran
sehingga:
- Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
- Cukup waktu dan mudah bagi pasukan pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api.
- Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya.

5). Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar dan Sistem Peringatan
Bahaya :
a. Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat.
b. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman apabila
terjadi keadaan darurat.

6). Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi :


a. Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya satuan kerja di dalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya.

E-9
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

b. Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya


dari bahaya akibat petir.
c. Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam
menunjang terselenggaranya satuan kerja didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya.

7). Persyaratan Sanitasi Bangunan Gedung dan Lingkungan :


a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
pada bangunan gedung dan lingkungan sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan kelengkapan sanitasi
secara baik.

8). Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara :


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, dan alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya satuan keja didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik.
9). Persyaratan Pencahayaan :
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, dan alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya satuan kerja didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik.

B. Kriteria Khusus
Kriteria khusus yang dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus,
spesifik berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari
segi fungsi khusus bangunan, segi teknis lainnya, misalnya :

1) Konsep renovasi dan perluasan gedung kantor harus sesuai dengan


prototype gedung.
2) Dalam perencanaan harus menyediakan fasilitas pengolah limbah dan
antisipasi terhadap bahaya kebakaran serta bencana.

E - 10
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

3) Teknis konstruksi yang disaratkan oleh perencana hendaknya meggunakan


teknologi sederhana sampai dengan teknologi tinggi atau Hightech, karena
waktu pelaksanaan sangat terbatas, dari pekerjaan pondasi sampai dengan
finishing.
4) Lokasi pekerjaan yang tersedia sangat terbatas, sehingga perencana wajib
menjelaskan rencana pekerjaan yang bersifat fabrikasi harus dilaksanakan di
luar lokasi.

E.2.2 PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG


A. Peruntukan, Fungsi dan Klasifikasi Bangunan
1) Peruntukan Lokasi
a. Bangunan gedung harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan dari
lokasi yang bersangkutan.
b. Ketentuan tata ruang dan tata bangunan ditetapkan melalui:
i. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah,
ii. Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR),
iii. Peraturan bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
c. Peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud dalam butir a, merupakan
peruntukan utama, sedangkan peruntukan penunjangnya sebagaimana
ditetapkan di dalam ketentuan tata bangunan yang ada di Daerah
setempat atau berdasarkan pertimbangan teknis Dinas Bangunan.
d. Setiap pihak yang memerlukan keterangan atau ketentuan tata ruang dan
tata bangunan dapat memperolehnya secara terbuka melalui Dinas
Bangunan.
e. Keterangan atau ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir d meliputi
keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan, seperti
kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, dan garis sempadan
bangunan.
f. Dalam hal rencana-rencana tata ruang dan tata bangunan sebagaimana
dimaksud pada butir b belum ada, Kepala Daerah dapat memberikan
pertimbangan atas ketentuan yang diperlukan, dengan tetap mengadakan

E - 11
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

peninjauan seperlunya terhadap rencana tata ruang dan tata bangunan


yang ada di Daerah.
g. Bagi Daerah yang belum memiliki RTRW, RRTR, ataupun peraturan
bangunan setempat dan RTBL, maka Kepala Daerah dapat memberikan
persetujuan membangun bangunan gedung dengan pertimbangan:
i. Persetujuan membangun tersebut berstfat sementara sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan tata ruang yang
lebih makro, kaidah perencanaan kota dan penataan bangunan
ii. Kepala Daerah segera menyusun dan menetapkan RRTR, peraturan
bangunan setempat dan RTBL berdasarkan rencana tata ruang yang
lebih makro.
iii. Apabila persetujuan yang telah diberikan terdapat ketidak sesuaian
dengan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan
kemudian, maka perlu diadakan penyesuaian dengan resiko
ditanggung oleh pemohon/pemilik bangunan.
iv. Bagi Daerah yang belum memilih RTRW Daerah, Kepala Daerah
dapat memberikan persetujuan membangun bangunan pada daerah
tersebut untuk jangka waktu sementara.
v. Apabila di kemudian hari terdapat penetapan RTRW Daerah yang
bersangkutan, maka bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
rencana tata ruang yang ditetapkan.
h. Pembangunan bangunan gedung diatas jalan umum, saluran, atau lain
perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan
sebagai berikut:
i. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan
daerah,
ii. Tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas kendaraan, orang,
maupun barang,
iii. Tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada atau
diatas tanah;
iv. Tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap
lingkungannya,

E - 12
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

i. Pembangunan bangunan gedung dibawah tanah yang melintasi sarana


dan prasarana jaringan kota perlu mendapatkan persetujuan Kepala
Daerah dengan pertimbangan sebagai berikut:
i. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan
Daerah,
ii. Tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
iii. Tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada
dibawah tanah;
iv. Penghawaan dan pencahayaan bangunan telah memenuhi
persyaratan kesehatan sesuai fungsi bangunan;
v. Memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan
keselamatan bagi pengguna bangunan.
j. Pembangunan bangunan gedung dibawah atau diatas air perlu
mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan sebagai
berikut:
i. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan
Daerah;
ii. Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, dan fungsi indung
kawasan;
iii. Tidak menimbulkan perubahan atau arus air yang dapat merusak
lingkungan;
iv. Tidak menimbulkan pencemaran;
v. Telah mempertimbangkan faktor keamaan, kenyamanan, kesehatan
dan aksesibilitas bagi pengguna bangunan.
k. Pembangunan bangunan gedung pada daerah hantaran udara (transmisi
tegangan tinggi perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
i. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan
Daerah;
ii. Letak bangunan minimal 10 (sepuluh) meter diukur dari as
(proyeksi) jalur tegangan tinggi terluar;

E - 13
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

iii. Letak bangunan tidak boleh melebihi atau melampaui garis sudut
45° (empat puluh lima derajat) diukur dari as (proyeksi) jalur
tegangan tinggi terluar;
iv. Setelah mendapat pertimbangan teknis dari para ahli terkait.
2) Fungsi Bangunan
a. Fungsi dan klasifikasi bangunan merupakan acuan untuk persyaratan
teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi intensitas banguanan
arsitektur dan lingkungan, keselamatan, keamanan, kesehatan,
kenyamanan, maupun dari segi keserasian bangunan terhadap
lingkungannya.
b. Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan yang bersifat sementara harus
dengan mempertimbangkan tingkat permanensi, keamanan, pencegahan
dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, dan sanitasi yang
memadai.
c. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama
bangunan.
d. Fungsi bangunan dapat dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi
usaha, fungsi sosial dan budaya, dan fungsi khusus.
e. Bangunan dengan fungsi hunian meliputi bangunan gedung dengan fungsi
utama hunian yang merupakan:
i. Rumah tinggal tunggal
ii. Rumah tinggal deret
iii. Rumah tinggal susun
iv. Rumah tinggal vila
v. Rumah tinggal asrama
f. Bangunan dengan fungsi usaha meliputi bangunan gedung dengan fungsi
utama untuk:
i. Bangunan perkantoran: perkantoran pemerintah, perkantoran
niaga, dan sejenisnya.
ii. Bangunan perdagangan: pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, mal,
dan sejenisnya.
iii. Bangunan Perhotelan / Penginapan: hotel, motel, hostel,
penginapan, dan sejenisnya.

E - 14
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

iv. Bangunan Industri : industri kecil, industri sedang, industri


besar/berat.
v. Bangunan Terminal: stasiun kereta, terminal bus, terminal udara,
halte bus, pelabuhan laut.
vi. Bangunan Penyimpanan: gudang, gedung tempat parkir, dan
sejenisnya.
vii. Bangunan Pariwisata: tempat rekreasi, bioskop, dan sejenisnya.
g. Bangunan dengan fungsi umum, sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung dengan fungsi utama untuk :
i. Bangunan pendidikan: sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah lanjutan, sekolah tinggi/universitas.
ii. Bangunan pelayanan kesehatan: puskesmas, poliklinik, rumah
bersalin, rumah sakit klas A, B. & C, dan sejenisnya.
iii. Bangunan peribadatan: mesjid, gereja, pura, kelenteng, dan vihara.
iv. Bangunan kebudayaan : museum, gedung kesenian, dan sejenisnya
h. Bangunan dengan fungsi khusus meliputi bangunan gedung dengan fungsi
utama yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi, atau tingkat resiko
bahaya tinggi : seperti bangunan kemiliteran, bangunan reaktor, dan
sejenisnya.
i. Dalam suatu persil, keveling, atau blok peruntukan dimungkinkan adanya
fungsi campuran (mixed use), sepanjang sesuai dengan peruntukan
lokasinya dan standar perencanaan lingkungan yang berlaku.
j. Setiap bangunan gedung, selain terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi
utama, juga dilengkapi dengan ruang fungsi penunjang, serta dilengkapi
pula dengan instalasi dan kelengkapan bangunan yang dapat menjamin
terselenggaranya fungsi bangunan, sesuai dengan persyatatan pokok yang
diatur dalam Pedoman Teknis ini.
3) Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi bangunan atau bagian dari bangunan ditentukan berdasarkan
fungsi yang dimaksudkan di dalam perencanaan, pelaksanaan, atau
perubahan yang diperlukan pada bangunan.

E - 15
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

a. Klas 1 : Bangunan Hunian Biasa


Adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
i. Klas 1a : bangunan hunian tunggal yang berupa:

satu rumah tunggal; atau

satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-
masing bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding
tahan api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit
town house , villa, atau
ii. Klas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau
sejenisnya dengan luas total lantai kurang dari 300 m2 dan
tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak
terletak diatas atau dibawah bangunan hunian lain atau
bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.
b. Klas 2: Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian
yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
c. Klas 3: Bangunan hunian diluar bangunan klas 1 atau 2, yang umum
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh
sejumlah orang yang tidak berhubungan, termasuk:
i. rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
ii. bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel;
atau
iii. bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
iv. panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
v. bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan
perawatan kesehatan yang menampung karyawan-
karyawannya.
d. Klas 4 : Bangunan Hunian Campuran
Adalah tempat tinggal yang berada didalam suatu bangunan klas 5,
6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam
bangunan tersebut

E - 16
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

e. Klas 5: Bangunan kantor


Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan
usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial,
diluar bangunan klas 6, 7, 8, atau 9.
f. Klas 6: Bangunan Perdagangan
Adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan untuk
tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan
kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk
i. ruang makan, kafe, restoran,; atau
ii. ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari
suatu hotel atau motel; atau
iii. tempat potong rambut /salon, tempat cuci umum; atau
iv. pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
g. Klas 7: Bangunan Penyimpanan/Gudang
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan penyimpanan,
termasuk:
i. tempat parkir umum; atau
ii. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk
dijual atau cuci gudang.
h. Klas 8 : Bangunan Laboratorium/lndustri/Pabrik
Adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang
dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan,
perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan
barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.
i. Klas 9: Bangunan Umum
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani
kebutuhan masyarakat umum, yaitu:
i. Klas 9a: bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-
bagian dari bangunan tersebut yang berupa laboratorium;
ii. Klas 9b: bangunan pertemuan, temmasuk bengkel kerja,
laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah
lanjutan, hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya atau

E - 17
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

sejenis, tetapi tidak temmasuk setiap bagian dari bangunan


yang merupakan klas lain.
j. Klas 10 : Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:
i. Klas 10a: bangunan bukan hunian yang merupakan garasi
pribadi, carport, atau sejenisnya;
ii. Klas 10b: struktur yang berupa pagar, tonggak, antena,
dinding penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam
renang, atau sejenisnya.
k. Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan khusus
Bangunan atau bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam
klasifikasi bangunan 1 s/d 10 tersebut, dalam Pedoman Teknis
dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai dengan
peruntukannya
l. Bangunan yang penggunaannya insidentil
Bagian bangunan yang penggunaannya insidentil dan sepanjang
mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan lainnya, dianggap
memiliki klasifikasi yang sama dengan bangunan utamanya.
m. Klasifikasi jamak
Bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari
bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:
i. bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak
melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan
b' laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi
bangunan utamanya;
ii. Klas-klas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang
terpisah;
iii. Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lift, ruang
boiler atau sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian
bangunan dimana ruang tersebut terletak
B. INTENSITAS BANGUNAN
1. Kepadatan dan Ketinggian Bangunan
a. Bangunan gedung yang didirikan harus memenuhi persyaratan
kepadatan dan ketinggian bangunan gedung berdasarkan rencana tata

E - 18
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ruang wilayah Daerah yang bersangkutan, rencana tata bangunan dan


lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan setempat.
b. Kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir a, meliputi
ketentuan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan
dalam tingkatan KDB padat, sedang, dan renggang.
c. Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir a, meliputi
ketentuan tentang Jumlah Lantai Bangunan (JLB), dan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) yang dibedakan dalam tingkatan KLB tinggi, sedang,
dan rendah.
d. Persyaratan kinerja dari ketentuan kepadatan dan ketinggian bangunan
ditentukan oleh:
i. kemampuannya dalam menjaga keseimbangan daya dukung
lahan dan optimalnya intensitas pembangunan,
ii. kemampuannya dalam mencerminkan keserasian bangunan
dengan lingkungan,
iii. kemampuannya dalam menjamin kesehatan dan kenyamanan
pengguna serta masyarakat pada umumnya.
e. Untuk suatu kawasan atau lingkungan tertentu, seperti kawasan wisata,
pelestarian dan lain lain, dengan pertimbangan kepentingan umum dan
dengan persetujuan Kepala Daerah dapat diberikan kelonggaran atau
pembatasan terhadap ketentuan kepadatan, ketinggian bangunan dan
ketentuan tata bangunan lainnya dengan tetap memperhatikan
keserasian dan kelestarian lingkungan.
f. Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada butir c tidak
diperkenankan mengganggu lalu-lintas udara.
2. Penetapan KDB dan Jumlah Lantai/KLB
a. Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam II.2.1 butir b dan c, ditetapkan dengan
mempertimbangkan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan
keserasian lingkungan.
b. Apabila KDB dan JLB/KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang,
rencana tata bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat,

E - 19
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

maka Kepala Daerah dapat menetapkan berdasarkan berbagai


pertimbangan dan setelah mendengarkan pendapat teknis para ahli
terkait.
c. Ketentuan besarnya KDB dan JLB/KLB dapat diperbanui sejalan dengan
pertimbangan perkembangan kota, kebijaksanasn intensitas
pembangunan, daya dukung lahan/lingkungan, dan setelah
mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.
d. Dengan pertimbangan kepentingan umum dan ketertiban pembangunan,
Kepala Daerah dapat menetapkan rencana perpetakan dalam suatu
kawasan/lingkungan dengan persyaratan:
i. setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana
perpetakan yang telah diatur di dalam rencana tata ruang,
ii. apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB
diperhitungkan berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan
jalan (GSJ) yang dimiliki.
iii. untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut
dilengkungkan atau disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka
lebar dan panjang persil tersebut diukur dari titik pertemuan garis
perpanjangan pada sudut tersebut dan luas persil diperhitungkan
berdasarkan lebar dan panjangnya.
iv. penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan
ketentuan KDB dan KLB tidak dilampaui, dan dengan
memperhitungkan keadaan lapangan, keserasian dan keamanan
lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditetapkan.
v. dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran
KDB/KLB diantara perpetakan yang berdekatan, dengan tetap
menjaga keseimbangan daya dukung lahan dan keserasian
lingkungan.
e. Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB
JLB/KLB bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas
tanahnya untuk kepentingan umum.

E - 20
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

f. Penetapan besamya KDB, JLB/KLB untuk pembangunan bangunan


gedung diatas fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan
keserasian, keseimbangan dan persyaratan teknis serta mendengarkan
pendapat teknis para ahli terkait.
3. Perhitungan KDB dan KLB
Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar;
b. luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang
tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihiitung
penuh 100 %;
c. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m diatas lantai ruangan
dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang
diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar
kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
e. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20
m di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
f. luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak
diperhitungkan dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari
KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
g. ramp dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi l0% dari
luas lantai dasar yang diperkenankan;
h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan
adalah yang dibelakang GSJ;
i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement) ditetapkan
Kepala Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan pendapat teknis para ahli terkait;
j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan
KDB dan KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar

E - 21
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

bangunan, dan total keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan


tersebut tehadap total keseluruhan luas kawasan;
k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari
lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian
bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai;
l. Mezanine yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap
sebagai lantai penuh

E.2.3 GARIS SEMPADAN BANGUNAN


1) Garis Sempadan (muka) Bangunan
a. Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata
ruang,rencanatatabangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan
setempat.
b. Dalam mendirikan atau memperbarui seluruhnya atau sebagian dari
suatu bangunan, Garis Sempadan Bangunan yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam butir a. tidak boleh dilanggar.
c. Apabila Garis Sempadan Bangunan sebagaimana dimaksud pada butir a.
tersebut belum ditetapkan, maka Kepala Daerah dapat menetapkan GSB
yang bersifat sementara untuk lokasi tersebut pada setiap permohonan
perijinan mendirikan bangunan.
d. Penetapan Garis Sempadan Bangunan didasarkan pada pertimbangan
keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan
serta ketinggian bangunan.
e. Daerah menentukan garis-garis sempadan pagar, garis sempadan muka
bangunan, garis sempadan loteng, garis sempadan podium, garis
sempadan menara, begitu pula garis-garis sempadan untuk pantai,
sungai, danau, jaringan umum dan lapangan umum.
f. Pada suatu kawasan/lingkungan yang diperkenankan adanya beberapa
klas bangunan dan di dalam kawasan peruntukan campuran, untuk tiap-
tiap klas bangunan dapat ditetapkan garis-garis sempadannya masing-
masing.

E - 22
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

g. Dalam hal garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan
berimpit (GSB sama dengan nol), maka bagian muka bangunan harus
ditempatkan pada garis tersebut.
h. Daerah berwenang untuk memberikan pembebasan dari ketentuan
dalam butir g, sepanjang penempatan bangunan tidak mengganggu jalan
dan penataan bangunan sekitarnya.
b. Ketentuan besarnya GSB dapat diperbarui dengan pertimbangan
perkembangan kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan,
maupun pertimbangan lain dengan mendengarkan pendapat teknis para
ahli terkait.
2) Garis sempadan samping dan belakang bangunan
a. Kepala Daerah dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan, juga menetapkan garis sempadan samping kiri dan kanan,
serta belakang bangunan terhadap batas persil, yang diatur di dalam
rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, dan
peraturan bangunan setempat.
b. Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan
yang ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis
sempadan tersebut dengan setelah mempertimbangkan keamanan
kesehatan dan kenyamanan, yang ditetapkan pada setiap permohonan
perijinan mendirikan bangunan.
c. Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-
bahan/benda-benda yang mudah terbakar dan atau bahan berbahaya,
maka Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebih lanjut
mengenai jarak-jarak yang harus dipatuhi, diluar yang diatur dalam
butir a.
d. Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan
samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
i. bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
ii. struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-
kurangnya 10 cm kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali
untuk bangunan rumah tinggal;

E - 23
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ii. untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula


menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di
sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri
disamping dinding batas terdahulu;
iii. pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas
samping, sedangkan jarak bebas belakang ditentukan minimal
setengah dari besarnya garis sempadan muka bangunan.
e. Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas
samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
i. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum
4 m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat
bangunan, jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas
lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m,
kecuali untuk bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk
bangunan gudang serta industri dapat diatur tersendiri.
ii. sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang
tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian
belakang yang berbatasan dengan pekarangan.
f. Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk
apapun.
g. Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai
berikut:
i. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut
minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
ii. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding
tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan atau
berlubang, maka jarak antara dinding tersebut minimal satu kali
jarak bebas yang ditetapkan;
iii. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling
berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak
bebas yang ditetapkan.

E - 24
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

3) Pemisah Disepanjang Halaman Depan, Samping, Dan Belakang


Bangunan
a. Halaman muka dari suatu bangunan harus dipisahkan dari jalan
menurut cara yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, dengan
memperhatikan keamanan, kenyamanan, serta keserasian lingkungan.
b. Kepala Daerah menetapkan ketinggian maksimum pemisah halaman
muka.
c. Untuk sepanjang jalan atau kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat
menerapkan desain standar pemisah halaman yang dimaksudkan dalam
butir a.
d. Dalam hal yang khusus Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan
dari ketentuan-ketentuan dalam butir a dan b, dengan setelah
mempertimbangkan hal teknis terkait.
e. Dalam hal pemisah berbentuk pagar, maka tinggi pagar pada GSJ dan
antara GSJ dengan GSB pada bangunan rumah tinggal maksimal 1,50 m
di atas permukaan tanah, dan untuk bangunan bukan rumah tinggal
termasuk untuk bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan
tanah pekarangan.
f. Pagar sebagaimana dimaksud pada butir e harus tembus pandang,
dengan bagian bawahnya dapat tidak tembus pandang maksimal
setinggi 1 m diatas permukaan tanah pekarangan.
b. Untuk bangunan-bangunan tertentu, Kepala Daerah dapat menetapkan
lain terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir e dan f.
c. Penggunaan kawat berduri sebagai pemisah disepanjang jalan-jalan
umum tidak diperkenankan.
d. Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan
tanah pekarangan, dan apabila pagar tersebut merupakan dinding
bangunan rumah tinggal bertingkat tembok maksimal 7 m dari
permukaan tanah pekarangan, atau ditetapkan lebih rendah setelah
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan lingkungan.
e. Antara halaman belakang dan jalur-jalur jaringan umum kota harus
diadakan pemagaran. Pada pemagaran ini tidak boleh diadakan pintu-

E - 25
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

pintu masuk, kecuali jika jalur-jalur jaringan umum kota direncanakan


sebagai jalur jalan belakang untuk umum .
f. Kepala Daerah berwenang untuk menetapkan syarat-syarat lebih lanjut
yang berkaitan dengan desain dan spesifikasi teknis pemisah di
sepanjang halaman depan, samping, dan belakang bangunan.
g. Kepala Daerah dapat menetapkan tanpa adanya pagar pemisah halaman
depan, samping maupun belakang bangunan pada ruas-ruas jalan atau
kawasan tertentu, dengan pertimbangan kepentingan kenyamanan
kemudahan hubungan (aksesibilitas), keserasian lingkungan, dan
penataan bangunan dan lingkungan yang diharapkan.

E.2.4 ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN


1) Tata Letak Bangunan
a. Ketentuan Umum
i. Penempatan bangunan gedung tidak boleh mengganggu fungsi
prasarana kota, lalu lintas dan ketertiban umum.
ii. Pada lokasi-lokasi tertentu Kepala Daerah dapat menetapkan
secara khusus arahan rencana tata bangunan dan lingkungan.
iii. Pada jalan-jalan tertentu, perlu ditetapkan penampang-penampang
(profil) bangunan untuk memperoleh pemandangan jalan yang
memenuhi syarat keindahan dan keserasian.
iv. Bilamana dianggap perlu, persyaratan lebih lanjut dari ketentuan-
ketentuan ini dapat ditetapkan pelaksanaaannya oleh Kepala
Daerah dengan membentuk suatu panitia khusus yang bertugas
memberi nasehat teknis mengenai ketentuan tata bangunan dan
lingkungan.
b. Tapak Bangunan
i. Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat dengan tetap
menjaga keserasian lingkungan serta tidak merugikan pihak lain.
ii. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung
diperkenankan apabila masih memenuhi batas ketinggian yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang kota, dengan ketentuan tidak

E - 26
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

melebihi KLB, harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku


dan keserasian lingkungan.
iii. Penambahan lantai/tingkat harus memenuhi persyaratan
keamanan struktur.
iv. Pada daerah / lingkungan tertentu dapat ditetapkan:
 ketentuan khusus tentang pemagaran suatu pekarangan kosong
atau sedang dibangun, pemasangan nama proyek dan sejenisnya
dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan
keserasian lingkungan,
 larangan membuat batas fisik atau pagar pekarangan.
 ketentuan penataan bangunan yang harus diikuti dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan
keserasian lingkungan.
 Kekecualian kelonggaran terhadap ketentuan dapat diberikan
untuk bangunan perumahan dan bangunan sosial dengan
memperhatikan keserasian dan arsitektur lingkungan.
2) Bentuk Bangunan
a. Ketentuan Umum
i. Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan
bentuk dan karakteristik arsitektur lingkungan yang ada di
sekitarnya, atau yang mampu sebagai pedoman arsitektur atau
teladan bagi lingkungannya.
ii. Setiap bangunan gedung yang didirikan berdampingan dengan
bangunan yang dilestarikan, harus serasi dengan bangunan yang
dilestarikan tersebut.
iii. Bangunan yang didirikan sampai pada batas samping persil tampak
bangunannya harus bersambungan secara serasi dengan tampak
bangunan atau dinding yang telah ada di sebelahnya.
iv. Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman
dan serasi terhadap lingkungannya.
v. Bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan
harus dirancang memenuhi syarat keindahan dan keserasian

E - 27
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

lingkungan yang telah ada dan atau yang direncanakan kemudian


dengan tidak menyimpang dari persyaratan fungsinya.
vi. Bentuk bangunan gedung sesuai kondisi daerahnya harus
dirancang dengan mempertimbangkan kestabilan struktur dan
ketahanannya terhadap gempa.
vii. Syarat-syarat lebih lanjut mengenai tinggi/tingkat dan sesuatunya
ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan rencana tata ruang,
dan atau rencana tata bangunan lingkungan yang ditetapkan untuk
daerah/lokasi tersebut.
b. Perancangan Bangunan
i. Bentuk bangunan gedung harus dirancang sedemikian rupa
sehingga setiap nuang dalam dimungkinkan menggunakan
pencayahayaan dan penghawaan alami.
ii. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada butir II 1.1.2.b.i tidak
berlaku apabila sesuai fungsi bangunan diperlukan sistem
pencahayaan dan penghawaan buatan.
iii. Ketentuan pada butir II.1.1.2.b.ii harus tetap mengacu pada prinsip-
prinsip konservasi energi.
iv. Untuk bangunan dengan lantai banyak, kulit atau selubung
bangunan harus memenuhi persyaratan konservasi energi.
v. Aksesibilitas bangunan harus mempertimbangkan kemudahan bagi
semua orang, termasuk para penyandang cacat dan usia lanjut.
vi. Suatu bangunan gedung tertentu berdasarkan letak ketinggian dan
penggunaannya, harus dilengkapi dengan perlengkapan yang
berfungsi sebagai pengaman terhadap lalu lintas udara dan atau
lalu lintas laut.
3) Tata Ruang Dalam
a. Ketentuan Umum
i. Tinggi ruang adalah jarak terpendek dalam ruang diukur dari
permukaan bawah langit-langit ke permukaan lantai.
ii. Ruangan dalam bangunan harus mempunyai tinggi yang cukup
untuk fungsi yang diharapkan.

E - 28
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

iii. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi


ruang dan arsitektur bangunannya.
iv. Dalam hal tidak ada langit-langit, tinggi ruang diukur dari
permukaan atas lantai sampai permukaan bawah dari lantai di
atasnya atau sampai permukaan bawah kaso-kaso.
v. Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan
perbaikan, perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan
berubahnya fungsi/penggunaan utama, karakter arsitektur
bangunan dan bagian-bagian bangunan serta tidak boleh
mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalan keluar/masuk.
vi. Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau
bagian bangunan dapat diijinkan apabila masih memenuhi
ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin
keamanan dan keselamatan bangunan serta penghuninya.
vii. vii Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan
memenuhi kebutuhan kegiatan bangunan, sepanjang tidak
menyimpang dari penggunaan utama bangunan.
viii. Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus
disediakan pada setiap jenis penggunann bangunan ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
ix. Tata ruang dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunan
monumental, gedung serbaguna, gedung pertemuan, gedung
pertunjukan, gedung sekolah, gedung olah raga, serta gedung
sejenis lainnya diatur secara khusus.
b. Perancangan Ruang Dalam
i. Bangunan tempat tinggal sekurang-kurangnya memiliki ruang-
ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan
keluarga bersama dan kegiatan pelayanan.
ii. Bangunan kantor sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi
utama yang mewadahi kegiatan kerja, ruang umum dan ruang
pelayanan.

E - 29
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

iii. Bangunan toko sekurang-kurang memiliki ruang-ruang fungsi


utama yang mewadahi kegiatan toko, kegiatan umum dan
pelayanan.
iv. Suatu bangunan gudang, sekurang-kurangnya harus dilengkapi
dengan kamar mandi dan kakus serta nuang kebutuhan
karyawawan
v. Suatu bangunan pabrik sehurang-kurangnya harus dilengkapi
dengan fasilitas kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian
karyawan, ruang makan, ruang istirahat, serta ruang pelayanan
kesehatan yang memadai.
vi. Perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai
penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka
ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai, kecuali untuk
penggunaan ruang lobby, atau ruang pertemuan dalam bangunan
komersial (antara lain hotel, perkantoran, dan pertokoan).
vii. Mezanin yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap
sebagai lantai penuh. ;
viii. viii.Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus untuk pria dan
wanita harus terpisah.
ix. Ruang rongga atap hanya dapat diijinkan apabila penggunaannya
tidak menyimpang dari fungsi utama bangunan serta
memperhatikan segi kesehatan, keamanan dan keselamatan
bangunan dan lingkungan.
x. Ruang-rongga atap untuk rumah tinggal harus mempunyai
penghawaan dan pencahayaan alami yang memadai.
xi. Ruang rongga atap dilarang dipergunakan sebagai dapur atau
kegiatan lain yang potensial menimbulkan kecelakaan/ kebakaran
xii. Setiap penggunaan ruang rongga atap yang luasnya tidak lebih dari
50% dari luas lantai di bawahnya, tidak dianggap sebagai
penambahan tingkat bangunan.
xiii. xiii Setiap bukaan pada ruang atap, tidak boleh mengubah sifat dan
karakter arsitektur bangunannya.

E - 30
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

xiv. Pada ruang yang penggunaannya menghasilkan asap dan atau gas
harus disediakan lobang hawa dan atau cerobong hawa
secukupnya, kecuali menggunakan alat bantu mekanis.
xv. Cerobong asap dan atau gas harus dirancang memenuhi
persyaratan pencegahan kebakaran.
xvi. Tinggi ruang dalam bangunan tidak boleh kurang dari ketentuan
minimum yang ditetapkan.
xvii. Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai
maksimal 1,20 m di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan atau
tinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan keserasian
lingkungan.
xviii. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian
(peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau
perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan,
maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan tersendiri.
xix. Tinggi Lantai Denah:
(1) Permukaan atas dari lantai denah (dasar) harus:
 Sekurang-kurangnya 15 cm diatas titik tertinggi dari
pekarangan yang sudah dipersiapkan.
 (b)Sekurang-kurangnya 25 cm diatas titik tertinggi dari
sumbu jalan yang berbatasan.
(2) Dalam hal-hal yang luar biasa, ketentuan dalam butir (1)
tersebut, tidak berlaku jika letak lantai-lantai itu lebih tinggi
dari 60 cm di atas tanah yang ada di sekelilingnya, atau untuk
tanah-tanah yang miring.
xx. Lantai tanah atau tanah dibawah lantai panggung harus
ditempatkan sekurang-kurangnya 15 cm diatas tanah pekarangan
serta dibuat kemiringan supaya air dapat mengalir.
4) Kelengkapan Bangunan
a. Ketentuan Umum
i. Bangunan tertentu berdasarkan letak, ketinggian dan
penggunaannya harus dilengkapi dengan peralatan dan

E - 31
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

perlengkapan bangunan, termasuk pengaman/ rambu-rambu


terhadap lalu-lintas udara dan atau laut.
ii. Syarat-syarat teknis lebih lanjut terhadap ketentuan tersebut di
atas mengikuti standar teknis yang berlaku.
b. Sarana dan Prasarana Bangunan Gedung
i. Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pendukung yang dibutuhkan untuk menjamin keamanan,
kenyamanan, kesehatan dan keselamatan pengguna bangunan
gedung.
ii. Prasarana-prasarana pendukung bangunan harus direncanakan
secara terintegrasi dengan sistem prasarana lingkungan
sekitarnya
iii. Sarana dan prasarana pendukung harus menjamin bahwa
pemanfaatan bangunan tersebut tidak mengganggu bangunan
gedung lain dan lingkungan sekitarnya.
iv. Bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-
baiknya, sehingga dapat menjamin fungsi bangunan juga dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh semua orang, termasuk para
penyandang cacat dan warga usia lanjut.
v. Pintu masuk dan keluar area bangunan gedung harus
direncanakan secara terintegrasi serta tidak mengganggu tata
sirkulasi lingkungannya.

E.2.5 RUANG TERBUKA HIJAU PEKARANGAN


1) Fungsi dan Persyaratan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
a. Ruang Terbuka Hijau adalah ruang yang diperuntukkan sebagai daerah
penanaman di kota/wilayah/halaman yang berfungsi untuk kepentingan
ekologis, sosial, ekonomi maupun estetika.
b. Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan bangunan
gedung dan terletak pada persil yang sama disebut Ruang Terbuka Hijau
Pekarangan (RTHP).

E - 32
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

c. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan berfungsi sebagai tempat tumbuhnya


tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai
ruang kegiatan dan maupun sebagai ruang amenity.
d. Sebagai ruang transisi, RTHP menupakan bagian integral dari penataan
bangunan gedung dan sub-sistem dari penataan lansekap kota.
e. Syarat-syarat Ruang Terbuka Hijau Pekarangan ditetapkan dalam
rencana tata ruang dan tata bangunan baik langsung maupun tidak
langsung dalam bentuk ketetapan GSB, KDB, KDH, KLB, Parkir dan
ketetapan lainnya.
f. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan yang telah ditetapkan dalam rencana
tata ruang dan tata bangunan tidak boleh dilanggar dalam mendirikan
atau rnemperbaharui seluruhnya atau sebagian dari bangunan.
g. Apabila Ruang Terbuka Hijau Pekarangan sebagaimana dimaksud pada
butir 111.2.1.e ini belum ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata
bangunan, maka dapat dibuat ketetapan yang bersifat sementara untuk
lokasi/lingkungan yang terkait dengan setiap pemmohonan bangunan.
h. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir III.2.1.e dapat
dipertimbangkan dan disesuaikan untuk bangunan perumahan dan
bangunan sosial dengan memperhatikan keserasian dan arsitektur
lingkungan.
i. Setiap perencanaan bangunan baru harus memperhatikan potensi
unsur-unsur alami yang ada dalam tapak seperti danau, sungai, pohon-
pohon menahun, tanah dan permukaan tanah.
j. Dalam hal terdapat makro lansekap yang dominan seperti laut, sungai
besar, gunung dan sebagainya, terhadap suatu kawasan/daerah dapat
diterapkan pengaturan khusus untok orientasi tata letak bangunan yang
mempertimbangkan potensi arsitektural lansekap yang ada.
k. Sebagai perlindungan atas sumber-sumber daya alam yang ada, dapat
ditetapkan persyaratan khusus bagi permohonan ijin mendirikan
bangunan dengan mempertimbangkan hal-hal pencagaran sumber daya
alam, keselamatan pemakai dan kepentingan umum.
l. Ketinggian maksimum/minimum lantai dasar bangunan dari muka jalan
ditentukan untuk pengendalian keselamatan bangunan, seperti dari

E - 33
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

bahaya banjir, pengendalian bentuk estetika bangunan secara


keseluruhan/ kesatuan lingkungan, dan aspek aksesibilitas, serta
tergantung pada kondisi lahan.
2) Ruang Sempadan Bangunan
a. Pemanfaatan Ruang Sempadan Depan Bangunan harus mengindahkan
keserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai dengan
ketentuan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada. Keserasian
tersebut antara lain mencakup: pagar dan gerbang, vegetasi besar /
pohon, bangunan penunjang seperti pos jaga, tiang bendera, bak sampah
dan papan nama bangunan.
b. Bila diperlukan dapat ditetapkan karakteristik lansekap jalan atau ruas
jalan dengan mempertimbangkan keserasian tampak depan bangunan
ruang sempadan depan bangunan, pagar, jalur pejalan kaki, jalur
kendaraan dan jalur hijau median jalan berikut utilitas jalan lainnya
seperti tiang listrik, tiang telepon di kedua sisi jalan / ruas jalan yang
dimaksud.
c. Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukan
dalam rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. KDH minimal
10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara
dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan
wilayah.
d. Ruang terbuka hijau pekarangan sebanyak mungkin diperuntukkan bagi
penghijauan / penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir
dengan lantai perkerasan masih tergolong RTHP sejauh ditanami pohon
peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah / container
yang kedap air.
e. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam
kawasan-kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan
dan kawasan campuran.
3) Tapak Basement
a. Kebutuhan basement dan besaran koefisien tapak basement (KTB)
ditetapkan berdasarkan rencana peruntukan lahan, ketentuan teknis
dan kebijaksanaan Daerah setempat.

E - 34
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

b. Untuk keperluan penyediaan RTHP yang memadai, lantai basement


pertama (B-1) tidak dibenarkan keluar dari tapak bangunan (di atas
tanah) dan atap basement kedua (B-2) yang di luar tapak bangun harus
berkedalaman sekurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah tempat
penanaman.
4) Hijau Pada Bangunan
a. Daerah Hijau Bangunan (DHB) dapat berupa taman-atap (roof-garden)
maupun penanaman pada sisi-sisi bangunan seperti pada balkon dan
cara-cara perletakan tanaman lainnya pada dinding bangunan.
b. DHB merupakan bagian dari kewajiban pemohon bangunan untuk
menyediakan RTHP. Luas DHB diperhitungkan sebagai luas RTHP
namun tidak lebih dari 25% luas RTHP.
5) Tata Tanaman
a. Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter
tanaman sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan
bahaya yang mungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-
jenis tertentu yang sistem perakarannya destruktif, batang dan
cabangnya rapuh, mudah terbakar serta bagian-bagian lain yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
b. Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air,
kestabilan tanah / wadah sehingga memenuhi syarat-syarat
keselamatan pemakai.
c. Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman
dengan struktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus
lebih diutamakan.
d. Untuk pelaksanaan kepentingan tersebut pada butir III.2.5.a dan III.2.5.b
Kepala Daerah dapat membentuk tim penasehat untuk mengkaji rencana
pemanfaatan jeni-jenis tanaman yang layak tanam di Ruang terbuka
Hijau Pekarangan berikut standar perlakuannya yang memenuhi syarat
keselamatan pemakai.

E - 35
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

E.2.6 PERTANDAAN, DAN PENCAHAYAAN RUANG LUAR BANGUNAN


1) Sirkulasi dan Fasilitas Parkir
a. Ketentuan Umum
i. Setiap bangunan bukan rumah hunian diwajibkan menyediakan
area parkir kendaraan sesuai dengan jumlah area parkir yang
proporsional dengan jumlah luas lantai bangunan.
ii. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi
daerah penghijauan yang telah ditetapkan.
iii. Prasarana parkir untuk suatu rumah atau bangunan tidak
diperkenankan mengganggu kelancaran lalu lintas, atau
mengganggu lingkungan di sekitarnya.
iv. Jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan ditetapkan
sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
b. Sirkulasi
i. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung,
antara sirkulasi eksternal dengan internal bangunan, serta
antara individu pemakai bangunan dengan sarana
transportasinya. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang
mudah dan jelas, baik yang bersifat pelayanan publik maupun
pribadi.
ii. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan
kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki.
iii. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal
(clearance) dan lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian
darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan
pelayanan lainnya.
iv. Sirkulasi pertu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk
jalan, rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen
pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan maupun
tanaman), guna mendukung sistim sirkulasi yang jelas dan
efisien serta memperhatikan unsur estetika.

E - 36
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

c. Jalan
i. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan
pedestrian, penghijauan, dan ruang terbuka umum.
ii. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang
antar bangunan yang tidak hanya terbatas dalam Damija, dan
termasuk untuk penataan elemen lingkungan, penghijauan, dll.
iii. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan
identitas lingkungan yang dikehendaki, dan keJelasan
kontinyuitas pedestrian.
d. Pedestrian
i. Jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem
pedestrian secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem
pedestrian dalam lingkungan, dan aksesibilitas dengan
lingkungan sekitarnya.
ii. Jalur pedestrian harus berhasil menciptakan pergerakan
manusia yang tidak terganggu oleh lalu lintas kendaraan.
iii. Penataan pedestrian harus mampu merangsang terciptanya
ruang yang layak digunakan/manusiawi, aman, nyaman, dan
memberikan pemandangan yang menarik.
iv. Elemen pedestrian (street fumiture) harus berorientasi pada
kepentingan pejalan kaki.
e. Parkir
i. Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan
kaki, memudahkan aksesibilitas, dan tidak terganggu oleh
sirkulasi kendaraan.
ii. Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak
mengganggu kegiatan bangunan dan lingkungannya, serta
disesuaikan dengan daya tampung lahan.
iii. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya
seperti untuk jalan, pedestrian dan penghijauan.
2) Pertandaan (Signage)
a. Penempatan signage termasuk papan iklan/ reklame, harus membantu
orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang ingin

E - 37
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

diciptakan/ dipertahankan, baik yang penempatannya pada bangunan


keveling, pagar, atau ruang publik.
b. Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk
lingkungan/ kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur
pembatasa-pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.
3) Pencahayaan Ruang Luar Bangunan
a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan
memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan
estetika amenity, dan komponen promosi.
b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum
c. Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari penerangan
ruang luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak menarik, dan telah
memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.

E.2.7 PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN


(1) Dampak Penting
a. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang
mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
harus dilengkapi dengan AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang
menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara
teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tidak perlu
dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan adalah bila rencana kegiatan tersebut akan:
i. menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati
lingkungan, yang melampaui baku mutu lingkungan menurut
peraturan penundang-undangan yang bertaku;

E - 38
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ii. menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan


yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan
pertimbangan ilmiah;
iii. mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik,
dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mengalami
kerusakan;
iv. menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan
lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka
margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menunut
peraturan perundang-undangan;
v. merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan
peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;
vi. mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai
keindahan alami yang tinggi;
vii. mengakibatkan/ menimbulkan konflik atau kontroversi dengan
masyarakat, dan atau pemerintah.
d. Kegiatan yang dimaksud pada butir III.3.1.c merupakan kegiatan yang
berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
(2) Ketentuan Pengelolaan Dampak Lingkungan
Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau
lingkungannya yang wajib AMDAL, adalah sesuai Ketentuan pengelolaan
Dampak Lingkungan yang berlaku.
(3) Ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau
lingkungannya yang harus melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adaiah sesuai ketentuan
yang berlaku.

E - 39
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

(4) Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan


a. Persyaratan Bangunan
i. Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya
menggunakanmenyimpan atau memproduksi bahan peledak dan
bahan-bahan lain yang sifatnya mudah meledak, dapat diberikan
ijin apabila:
o Lokasi bangunan terletak di luar lingkungan perumahan
atau berjarak tertentu dari jalan umum, jalan kereta api
dan bangunan lain di sekitarnya sesuai rekomendasi
dinas teknis terkait.
o Bangunan yang didirikan harus terletak pada jarak
tertentu dari batas-batas pekarangan atau bangunan
lainnya dalam pekarangan sesuai rekomendasi dinas
terkait.
o Bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut
diarahkan ke daerah yang paling aman.
ii. Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan
atau memproduksi bahan radioaktif, racun, mudah terbakar atau
bahan lain yang berbahaya, harus dapat menjamin keamanan
keselamatan serta kesehatan penghuni dan lingkungannya.
iii. Pada bangunan yang menggunakan kaca pantul pada tampak
bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dan
dengan memnperhatikan tata letak serta orientasi bangunan
terhadap matahari.
iv. Bangunan yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air
bersih dengan debit > 5 l/dt atau > 500 m3/hari dan akan
mengambil sumber air tanah dangkal dan atau air tanah dalam
(deep well) harus mendapat ijin dari dinas terkait yang
bertanggung jawab serta menggunakan hanya untuk keperluan
darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM.
v. Guna pemulihan cadangan air tanah dan mengurangi debit air
larian, maka setiap tapak bangunan gedung harus dilengkapi

E - 40
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

dengan bidang resapan yang ukurannya disesuaikan dengan


standar teknis yang berlaku.
vi. Apabila bangunan yang menurut fungsinya akan membangkitkan
LHR >= 60 SMP per 1000 ft2 luas lantai, maka rencana teknis
sistem jalan akses keluar masuk bangunan gedung harus
mendapat ijin dari dinas teknis yang berwenang.
b. Persyaratan Pelaksanaan Konstruksi
i. Setiap kegiatan konstruksi yang menimbulkan genangan baru
sekitar tapak bangunan harus dilengkapi dengan saluran
pengering genangan sementara yang nantinya dapat dibuat
permanen dan menjadi bagian sistem drainase yang ada.
ii. Setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas umum harus dilengkapi dengan
rambu-rambu lalu lintas yang dioperasikan dan dikendalikan oleh
tim pengatur lalu lintas.
iii. Penggunaan hammer pile untuk pemancangan pondasi hanya
diijinkan bila tidak ada bangunan rumah sakit di sekitarnya, atau
tidak ada bangunan rumah yang rawan keretakan.
iv. Penggunaan peralatan konstruksi yang diperkirakan
menimbulkan keretakan bangunan, sekelilingnya harus
dilengkapi dengan kolam peredam getaran.
v. Setiap kegiatan pengeringan (dewatering) yang menimbulkan
kekeringan sumur penduduk harus memperhitungkan pemberian
kompensasi berupa penyediaan air bersih kepada masyarakat
selama pelaksanaan kegiatan, atau sampai sumur penduduk pulih
seperti semula.
c. Pembuangan limbah cair dan padat
i. Setiap bangunan yang menghasilkan limbah cair dan padat atau
buangan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran air dan
tanah, harus dilengkapi dengan sarana pengumpulan dan
pengolahan limbah sebelum dibuang ke tempat pembuangan yang
diijinkan dan atau ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

E - 41
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ii. Sarana pongumpulan dan pongolahan air limbah harus dipelihara


secara berkala untuk menjamin kualitas effluen yang memenuhi
standar baku mutu limbah cair.
iii. Sampah yang dikumpulkan di sarana pengumpulan sampah padat
harus selalu dikosongkan setiap hari untuk menjamin agar lalat
tidak berkembang biak dan mengganggu kesehatan lingkungan
bangunan gedung.
d. Pengelolaan Daerah Bencana
i. Suatu daerah dapat ditetapkan sebagai daerah bencana, daerah
Banjir dan yang sejenisnya.
ii. Pada daerah bencana sebagaimana dimaksud pada butir III.3.5.a
dapat ditetapkan larangan membangun atau menetapkan tata
cara dan persyaratan khusus di dalam membangun, dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan
lingkungan.
iii. Lingkungan bangunan yang mengalami kebakaran dapat
ditetapkan sebagai daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu,
dibatasi, atau dilarang membangun bangunan.
iv. Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan yang mengalami
bencana, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan
kesehatan dapat diperkenankan mengadakan perbaikan darurat,
bagi bangunanan yang rusak atau membangun bangunan
sementara untuk kebutuhan darurat dalam batas waktu
penggunaan tertentu dan dapat dibebaskan dari izin.
v. Daerah sebagaimana dimaksud pada butir III.3.5.a, dapat
ditetapkan sebagai daerah peremajaan kota.

E.2.8 STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG


(1) Persyaratan Struktur dan Bahan
 Persyaratan Struktur
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia (gempa dll).

E - 42
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau


luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan fisik
yang disebabkan oleh prilaku struktur.
d. Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.

 Persyaratan Bahan
a. Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua
persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan
dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.
b. Dalam hal bilamana bahan struktur bangunan belum mempunyai SNI
maka bahan struktur bangunan tersebut harus memenuhi ketentuan
teknis yang sepadan dari negara/ produsen yang bersangkutan.
c. Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud.
d. Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki
sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan
bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya
angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.
(2) Pembebanan
1. Analisa struktur harus dilakukan untuk memeriksa tanggap struktur
terhadap beban - beban yang mungkin bekerja selama umur layan
struktur, termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan
beban khusus.
2. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus
sesuai dengan standar teknis yang berlaku, seperti :
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung SNI 1726;
 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
SNI 1727.
3. Beban Mati diperhitungkan berdasarkan data-data berikut ini.

E - 43
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

a. Berat Jenis Beton Bertulang yang diambil sebagai acuan


pembebanan adalah 2400 kg/m3
b. Berat Jenis Beton Rabat untuk finishing = 2200 kg/m3.
c. Beban finishing lantai diambil setebal 4 cm = 88 kg/m2.
d. Beban Dinding ½ Bata = 250 kg/m2.
e. Beban Dinding Hebel untuk partisi antar ruangan dalam 1 unit
f. Hebel tebal 8 cm difinish plester untuk 2 sisi = 80 kg/m2.
g. Beban Dinding Hebel untuk partisi antar unit apartemen
h. Hebel tebal 10 cm difinish plester untuk 2 sisi = 100 kg/m2.
i. Beban Curtain Wall (Glass/ Alumunium Panel) = 50 kg/m2.
j. Beban dinding panel precast tebal 10 cm untuk dinding luar = 240
kg/m2.
k. Beban plafon diambil sebesar 18 kg/m2.
l. Beban M&E di koridor diambil sebesar 20 kg/m2.
m. Beban M&E di dalam unit apartemen diambil sebesar 5 kg/m2.
n. Beban equipment M&E di ruang M&E = 600 kg/m2, kecuali ada
ketentuan lain yang lebih berat.
o. Beban tanah dan tanaman, sesuai dengan ketebalan tanah, dengan
mengambil  tanah = 1800 kg/m3.
4. Beban Hidup (LL)
Beban Hidup disesuaikan dengan fungsi dari masing -masing ruangan.
a. Beban hidup unit-unit apartemen = 200 kg/m2
b. Beban hidup koridor antar unit = 250 kg/m2.
c. Beban hidup di lobi lift = 300 kg/m2.
d. Beban ruang pertokoan = 400 kg/m2.
e. Beban Hidup ruang serba guna / exhibition / gallery = 400 kg/m2.
f. Beban Hidup restoran = 250 kg/m2.
g. Beban Hidup kitchen restaurant = 400 kg/m2.
h. Beban Hidup gudang = 400 kg/m2.
i. Beban Hidup Parkir = 400 kg/m2.
j. Beban Hidup ruang M&E (personil maintanance) = 100 kg/m2
(Beban alat dihitung sebagai beban mati).
k. Beban Hidup atap dak beton yang tidak aksesibel = 100 kg/m2.

E - 44
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

l. Beban Hidup atap dak beton yang aksesibel = 250 kg/m2.


m. Beban Hidup tangga = 300 kg/m2.
(3) Struktur Atas
 Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar-standar teknis
yang berlaku, seperti:
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI
2847;
b. Tata Cara Perencanaan Dinding Struktur Pasangan Blok Beton
Berongga Bertulang untuk Bangunan Rumah dan Gedung, SNI-3430.
c. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung, SNI-1728
d. Tata Cara Perencanaan Beton dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung, SNI -1734.
e. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SNI-2834
f. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton, SNI-3976.
g. Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan
Agregat Ringan, SNI-3449.
 Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar-standar yang
berlaku seperti:
a. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung, SNI-1729
b. Tata cara / pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan
konstruksi baja.
c. Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja.
d. Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan
Konstruksi.
 Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi standar-standar teknis
yang berlaku seperti:
a. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung.
b. Tata cara/ pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan
konstruksi kayu.
c. Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu

E - 45
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

d. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung, SNI-2407.


 Konstruksi dengan Bahan dan Teknologi Khusus
a. Perencanaan konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus harus
dilaksanakan oleh ahli struktur yang terkait dalam bidang bahan dan
teknologi khusus tersebut.
b. Perencanaan konstruksi dengan memperhatikan standar-standar
teknis padanan untuk spesifikasi teknis, tata cara, dan metoda uji
bahan dan teknologi khusus tersebut.
 Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi
Selain pedoman yang spesifik untuk masing-masing jenis konstruksi,
standar teknis lainnya yang terkait dalam perencanean suatu bangunan
yang harus dipenuhi, antara lain:
a. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung,
SNI-1735.
b. Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung, SNI-1736.
c. Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung, SNI-1745.
d. Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Perancangan Bangunan
Rumah dan Gedung, SNI-1963.
e. Tata Cara Perencanaan dan Perancangan Bangunan Radiologi di
Rumah Sakit, SNI-2395.
f. Tata Cara Perencanaan dan Perancangan Bangunan Kedokteran
Nuklir di Rumah Sakit, SNI-2394.
g. Tata Cara Perancangan Bangunan Sederhana Tahan Angin, SNI-
2397.
h. Tata Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan
Gedung, SNI-2404.
i. Tata Cara Penanggulangan Rayap pada Bangunan Rumah dan
Gedung dengan Temmitisida, SNI-2405

E - 46
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

(4) Struktur Bawah


 Pondasi Langsung
a. Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap
dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama
berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
b. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal
dengan korelasi tipikal parameter tanah yang lain.
c. Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari
rencana dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh
perencana ahli yang memiiki sertifikasi sesuai.
d. Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi
beton bertulang.
 Pondasi Dalam
a. Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah
dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan
tanah sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan
penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
b. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan
parameter tanah yang lain.
c. Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi
dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam
direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari
faktor keamanan yang lazim.

E - 47
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

d. Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan


berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
e. Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1 % dari
jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik
secara random, kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta
disetujui oleh Dinas Bangunan.
(5) Penulangan Struktur
Penulangan struktur harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Penulangan balok harus mengikuti ketentuan SNI 03-2847-2002
untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
TULANGAN LENTUR :
a) Tulangan minimum dari balok adalah :
As minimum = 1,4 x bw x d / fy
dimana As = luas tulangan longitudinal total dalam balok
bw = lebar balok, mm
d = tinggi efektif balok, mm
fy = kuat leleh tulangan longitudinal, MPa
b) Sekurang-kurangnya harus ada 2 buah tulangan atas dan 2 tulangan
bawah yang dipasang menerus.
c) Rasio maksimum tulangan longitudinal total di dalam balok adalah
0,025
d) ρ maksimum = 0,025 dimana ρ = rasio tulangan longitudinal
total di dalam balok
e) Rasio luas tulangan tekan dibandingkan luas tulangan tarik tidak
boleh kurang dari 0.5
As’ / As ≥ 0,5
dimana As’ = tulangan tekan
As = tulangan tarik
f) Sesuai D1-PPL-0901-01, maka luas tulangan tarik di atas pada
tumpuan adalah maksimum 1.2 % dan luas tulangan tarik di bawah
pada lapangan adalah maksimum 1.2 %.

E - 48
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

g) Dalam segala hal, luas tulangan tarik diusahakan selalu dibawah 1


%, untuk menghasilkan desain yang efisien.
h) Pada balok dengan ketinggian di atas 500 mm harus dipasang
tulangan pinggang dan ties sesuai gambar standar penulangan
struktur agar menjamin daktilitas balok selama memencarkan
energi gempa.
TULANGAN GESER DI TUMPUAN :
a) Sengkang harus dipasang sebagai sengkang tertutup
b) Sengkang pertama harus dipasang pada jarak 50 mm dari muka
tumpuan
c) Jarak maksimum antar sengkang di tumpuan tidak boleh melebihi :
≤ d/4 di mana d = tinggi efektif balok
≤ 8 D lentur di mana D lentur = diameter tulangan lentur yang
dipasang ≤ 24 D sengkang di mana D sengkang = diameter
tulangan sengkang yang dipasang ≤ 200 mm
d) Diameter sengkang minimum adalah 10 mm
e) Sesuai D1-PPL-0901-01, maka jarak minimum antar sengkang di
tumpuan harus ≥ 100 mm
f) Sesuai D1-PPL-0901-01, maka sengkang maksimum dipasang
sebanyak 4 penampang
g) Dalam menentukan momen kapasitas lentur untuk menentukan
tulangan geser balok di tumpuan, maka harus diambil besaran
overstrength untuk tulangan sebesar 1.25.
TULANGAN GESER DI LAPANGAN :
Jarak maksimum antar sengkang di lapangan tidak boleh melebihi : ≤
d/2 di mana d= tinggi efektif balok
2. Penulangan kolom harus mengikuti ketentuan SNI 03-2847-2002
untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
TULANGAN LENTUR :
Dalam proses penulangan dengan program komputer ETABS harus
selalu dipilih kondisi Special Moment Resisting Frames, sehingga oleh
program komputer akan selalu terpenuhi persamaan berikut :  Me ≥
6/5  Mg dalam menghitung tulangan utama kolom. Kondisi ini akan

E - 49
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

menyebabkan bahwa momen yang dipergunakan untuk menulangi


kolom selalu 6/5 kali lebih besar dari jumlah momen kapasitas balok
yang sudah diberi overstrength.
Rasio penulangan kolom harus lebih besar dari 1 % dan harus lebih
kecil dari 4 %. Diameter minimum tulangan kolom adalah diameter ulir
13 mm.
Sehubungan dengan sendi plastis akan terjadi di dasar kolom maka
sambungan tulangan kolom tidak boleh dilakukan di dasar kolom.
Sambungan pertama minimal terjadi di tengah-tengah kolom pada
lantai dasar.
Sambungan lewatan pada kolom lantai-lantai selanjutnya juga harus
dilakukan di tengah-tengah bentang kolom. Hal ini karena masih
dimungkinkannya terjadi sendi plastis pada kolom-kolom lantai
selanjutnya. Sambungan lewatan tersebut harus diikat dengan
sengkang tertutup dengan jarak vertikal sesuai persyaratan sebagai
berikut :
s ≤ d/4dimana s = jarak vertikal antar sengkang tertutup
d = tinggi efektif kolom (jarak antara titik pusat tulangan tarik ke
daerah tekan beton terjauh)
s ≤ 100 mm dimana s = jarak vertikal antar sengkang tertutup
Ketentuan sambungan lewatan ini harus dijadikan standar dalam
gambar standar penulangan. Apabila ukuran kolom selalu ≥ 450 mm,
maka d selalu ≥ 400 mm, sehingga jarak sengkang tertutup untuk
sambungan lewatan (lap splice) selalu diambil s = 100 mm. Diameter
sengkang tertutup ini dapat diambil diameter ulir 10 mm. Ties
dipasang sesuai dengan diameter dan jarak sengkang tertutup dan
mengikuti ketentuan ties untuk kolom (bahwa jarak horizontalnya
tidak boleh ≥ 350 mm).
TULANGAN GESER DI TUMPUAN :
a) Sengkang harus dipasang sebagai sengkang tertutup
b) Sengkang pertama harus dipasang pada jarak 50 mm dari muka
tumpuan
c) Jarak maksimum antar sengkang di tumpuan tidak boleh melebihi :

E - 50
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

≤ dk/4 atau bk/4 di mana dk atau bk = dipilih ukuran terkecil dari


ukuran kolom ≤ 6 D lentur di mana D lentur = diameter tulangan
lentur yang dipasang≤ sx di mana sx = 100 + (350-hx)/3 ; mm
Hx = spasi horizontal maksimum kaki-kaki sengkang tertutup atau
sengkat ikat pada semua muka kolom, mm
Nilai sx tidak perlu lebih besar dari 150 mm dan tidak perlu lebih
kecil dari 100 mm
d) Diameter sengkang minimum adalah 10 mm
e) Jarak antara 2 tulangan vertikal yang harus dikekang dengan ties : ≤
350 mm. Pada daerah tumpuan, ties ini harus dipasang pada jarak
yang sama dengan jarak sengkang. Diameter ties ini dapat diambil
diameter yang sama dengan diameter sengkang.
f) Dalam menentukan momen kapasitas lentur kolom untuk
menentukan tulangan geser kolom di tumpuan, maka harus diambil
besaran overstrength untuk tulangan sebesar 1.25.
g) Pada kolom terbawah, sengkang harus dipasang masuk sampai ke
pile cap / pondasi raft sedalam 300 mm.
TULANGAN GESER DI LAPANGAN :
Tulangan geser di lapangan dapat dihitung berdasarkan gaya geser
hasil analisis struktur.
a) Jarak maksimum antar sengkang di lapangan tidak boleh melebihi :
≤ 6 D lentur di mana D lentur = diameter tulangan lentur yang
dipasang ≤ 150 mm
b) Diameter sengkang minimum adalah 10 mm
c) Jarak antara 2 tulangan vertikal yang harus dikekang dengan ties : ≤
350 mm. Pada daerah lapangan, ties ini dapat dipasang pada jarak
yang lebih besar, yaitu 3 x jarak sengkang. Diameter ties ini dapat
diambil diameter yang sama dengan diameter sengkang.

E - 51
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

3. Penulangan hubungan balok-kolom harus mengikuti ketentuan


SNI 03-2847-2002 untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).
a) Reduction factor untuk geser pada hubungan balok-kolom adalah
0.8. Shear stress check pada hubungan balok-kolom harus diperiksa
dalam output ETABS nya.
b) Sengkang tertutup yang dipasang pada tumpuan kolom harus
diteruskan dengan jarak 150 mm ke dalam hubungan balok-kolom.
Ties tambahan tidak perlu dipasang dalam hubungan balok-kolom.
4. Penulangan shear wall harus mengikuti ketentuan SNI 03-2847-
2002 butir 23.6 dan SK SNI T-15-1991-03 Peraturan Beton
Indonesia tahun 1991.
TULANGAN LENTUR :
a) Untuk menjamin agar pada gempa kuat shear wall tetap berperilaku
elastik kecuali pada dasar shear wall dimana sendi plastis dapat
terbentuk, maka bidang momen akibat gempa tak berfaktor harus
harus dimodifikasi terlebih dahulu untuk menjamin sendi plastis
hanya terjadi pada dasar shear wall.
b) ρ vertikal minimum = 0,0025
dimana ρ = rasio tulangan longitudinal vertikal di dalam shear wall
c) Diameter tulangan ≤ 1/10 tebal dinding
d) Jarak minimum antar tulangan vertikal dalam dinding :
≤ 200 mm di dalam daerah ujung
≤ 300 mm di luar daerah ujung
e) Untuk daerah ujung shear wall (boundary zone) :
Pu / Po harus < 0.35 dimana Pu = gaya aksial terfaktor
Po = kemampuan penampang dinding beton bertulang menahan
beban aksial
f) Tulangan vertikal di daerah ujung shear wall (boundary zone) :
Minimum 0.5 % dari luas penampang ujung, sesuai UBC 1997 –
1921.6.6.6.(4.2).
g) Tulangan vertikal di daerah ujung harus dikekang dengan sengkang
tertutup.

E - 52
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Sengkang tertutup ini tidak perlu mengikuti ketentuan SNI 03-2847-


2002 butir 23.6.(6.4.C) dan 24.4.(4.b) persamaan 124, karena concrete
compressive strain shear wall selalu diambil ≤ 0.003, sesuai prosedur
perhitungan yang dilakukan ETABS untuk shear wall.
Sengkang tertutup untuk daerah ujung dapat diambil diameter
deformed D10. Jarak antara sengkang tertutup di daerah ujung harus
mengikuti ketentuan tulangan geser di bawah.
Tulangan vertikal di daerah ujung ini juga harus diperlakukan seperti
kolom dengan dipasang pengikat (ties). Jarak antara 2 tulangan vertikal
yang harus dikekang dengan ties : ≤ 350 mm. Jarak vertikal antar ties
ini dapat diambil sama dengan jarak vertikal sengkang tertutup pada
daerah ujung.
h) Tulangan vertikal di luar daerah ujung harus dikekang dengan ties
dan dipasang pada setiap jarak ≤ 450 mm. Jarak ties secara vertikal
dapat dipasang sejarak ≤ 450 mm.
TULANGAN GESER :
a) ρ horizontal minimum = 0,0025
dimana ρ = rasio tulangan transversal horizontal di dalam shear wall
b) Jarak antar tulangan horizontal di daerah ujung :
≤ 6 D vertical di mana D vertical = diameter tulangan vertical yang
dipasang ≤ ½ dd di mana dd = tebal dinding shear wall
≤ 150 mm.
Jarak antar tulangan horizontal di luar daerah ujung :
≤ 3 dd di mana dd = tebal dinding shear wall
≤ ld / 5 di mana ld = panjang dinding shear wall
≤ 450 mm
(6) Keandalan Struktur
A. Keselamatan Struktur
 Keselamatan struktur tergantung pada keandalan struktur
tersebut terhadap gaya-gaya yang dipikulnya, beban akibat
perilaku manusia maupun beban yang diakibatkan oleh perilaku
alam.

E - 53
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

 Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus


dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman/ Petunjuk Teknis Tata Cara
Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
 Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera
dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandaian
bangunan gedung, sehingga bangunan gedung selalu memenuhi
persyaratan keselamatan struktur.
 Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara
berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau
didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
B. Keruntuhan Struktur
 Keruntuhan sruktur adalah diakibatkan oleh ketidak andalan suatu
sistem atau komponen stnuktur untuk memikul beban sendiri,
beban yang didukungnya, beban akibat perilaku manusia, dan atau
beban yang diakibatkan oleh perilaku alam.
 Ketidak andalan struktur akibat beban sendiri dan atau beban yang
didukungnya disebabkan oleh karena umur bangunan yang secara
teknis telah melebihi umur yang direncanakan, atau karena
dilampauinya beban yang harus dipikulnya sesuai rencana sebagai
akibat berubahnya fungsi bangunan atau kesalahan dalam
pemanfaatannya.
 Ketidakandalan struktur akibat beban perilaku alam dan atau
manusia dapat diakibatkan oleh adanya kebakaran, gempa,
maupun bencana lainnya.
 Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak
diharapkan pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan
secara berkala sesuai dengan pedoman/ petunjuk teknis yang
berlaku.

E - 54
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

(7) Demolisi Struktur


A. Kriteria Demolisi
Demolisi struktur dilakukan apabila:
 Struktur bangunan sudah tidak andal, dan kerusakan struktur
sudah tidak memungkinkan lagi untuk diperbaiki karena alasan
teknis dan atau ekonomis, serta dapat membahayakan pengguna
bangunan, masyarakat dan lingkungan.
 Adanya perubahan peruntukan lokasi/fungsi bangunan, dan secara
teknis struktur bangunan tidak dapat dimanfaatkan lagi.
B. Prosedur dan Metoda
 Prosedur, metoda dan rencana demolisi struktur harus memenuhi
persyaratan teknis untuk pencegahan korban manusia dan untuk
mencegah kerusakan serta dampak lingkungan.
 Penyusunan prosedur, metoda dan rencana demolisi struktur
dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
E.2.9 PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
(1) Sistem Proteksi Aktif
 Ketahanan Api dan Stabilitas.
a. Menjamin terwujudnya sistem proteksi pasif dan aktif pada
bangunan gedung.
b. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
c. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun
sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural stabil selama
kebakaran sehingga:
- Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
- Cukup waktu dan mudah bagi pasukan pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api.
- Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya.
d. Bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama
kebakaran, sehingga:
- cukup waktu untuk evakuasi penghuni secara aman;

E - 55
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki


lokasi untuk memadamkan api;
- dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
e. Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana/ prasarana
pengamanan dan pencegahan penyebaran api, terutama pada
bangunan klas 2, 3 atau bagian dan bangunan klas 4:
- yang menghubungkan kompartemen api, dan
- antara bangunan.
f. Bangunan gedung harus mempunyai bagian atau elemen bangunan
yang pada tingkat tertentu akan mempertahankan stabilitas
struktural selama kebakaran, yang sesuai dengan:
- fungsi atau penggunaan bangunan;
- beban api;
- intensitas kebakaran;
- tingkat bahaya api;
- ketinggian bangunan;
- kedekatan dengan bangunan lain;
- vii sistem proteksi aktif yang dipasang pada bangunan;
- ukuran setiap kompartemen api;
- ix intervensi pasukan pemadam kebakaran; dan
- elemen bangunan lainnya.
g. Ruang perawatan pasien dari bangunan klas 9a harus dilindungi
dari penyebaran api dan asap untuk memberi waktu cukup untuk
evakuasi yang tertib dalam keadaan darurat.
h. Bahan dan komponen bangunan harus tahan-penyebaran api,
membatasi berkembangnya asap dan panas, serta gas-gas beracun
yang mungkin timbul, sampai dengan tingkat tertentu, yang sesuai
dengan:
- waktu evakuasi
- jumlah, mobilitas dan karakteristik penghuni lainnya;
- fungsi atau penggunaan bangunan;
- sistem proteksi aktif yang dipasang dalam bangunan.

E - 56
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

i. Dinding luar beton yang dapat runtuh dalam bentuk panel yang utuh
(misalnya beton pracetak) harus dirancang sehingga pada kejadian
kebakaran dalam bangunan, keruntuhan tersebut dapat dihindari.
j. Bangunan gedung harus mempunyai elemen bangunan yang pada
tingkat tertentu menghindarkan penyebaran api dari peralatan
utilitas yang mempunyai pengaruh bahaya api yang tinggi, atau
potensial dapat meledak.
k. Bangunan gedung harus mempunyai elemen bangunan yang pada
tingkat tertentu menghindarkan penyebaran api, sehingga peralatan
darurat yang tersedia dalam bangunan tetap beroperasi pada jangka
waktu yang diperlukan pada waktu terjadi kebakaran.
l. Setiap elemen bangunan yang disediakan untuk menahan
penyebaran api, yaitu pada bukaan, sambungan konstruksi, dan
lubang untuk instalasi harus dilindungi sedemikian, sehingga
diperoleh tingkat kinerja yang memadai dari elemen tersebut.
m. Akses ke dan sekeliling bangunan harus disediakan bagi kendaraan
dan personil pemadam kebakaran, untuk memudahkan tindakan
pasukan pemadam kebakaran secara memadai, sesuai dengan:
- fungsi bangunan,
- beban api,
- intensitas kebakaran,
- tingkat bahaya api,
- sistem proteksi aktif, dan
- ukuran kompartemen.
(2) Tipe Konstruksi Tahan Api.
Dikaitkan dengan ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe
konstruksi yaitu:
a. Tipe A:
Konstruksi yang unsur-unsur struktur pembentuknya adalah tahan api
dan mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran pada
bangunan minimal 2 (dua) jam. Pada konstruksi ini terdapat dinding
pemisah pembentuk kompartemen untok mencegah penjaiaran panas

E - 57
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ke ruang-ruang yang bersebelahan di dalam bangunan dan dinding luar


untuk mencegah penjalaran api ke dan dari bangunan didekatnya.
b. Tipe B:
Konstruksi yang unsur-unsur struktur pembentuk kompartemen
penahanan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-
ruang bersebelahan di dalam bangunan dan unsur dinding luarnya
mampu menahan penjalaran kebakaran dari luar bangunan selama
sekurang kurangnya 1 (satu) jam.
c. Tipe C:
Konstruksi yang terbentuk dari unsur-unsur struktur yang dapat
terbakar dan tidak dimaksudkan untuk mampu bertahan terhadap api.
(3) Tipe konstruksi yang diwajibkan
Minimum tipe konstruksi tahan api dari suatu bangunan harus sesuai
dengan ketentuan pada tabel berikut:
Tabel E.1 Tipe Konstruksi yang diwajibkan

KETINGGIAN KLAS BANGUNAN


(dalam jumlah lantai)
2,3,9 5,6,7,8
4 atau lebih A A
3 A B
2 B C
1 C C

(4) Kompartemenisasi dan Pemisahan


a. Ukuran Kompartemen
Ukuran kompartemenisasi dan konstruksi pemisah harus dapat
membatasi kobaran api yang potensial, perambatan api dan asap, agar
dapat:
i. melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan
terhadap dampak kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam
bangunan.
ii. mengendalikan kebaran api agar tidak menjelar ke bangunan lain
yang berdekatan.
iii. menyediakan jalan masuk bagi petugas pemadam kebakaran.

E - 58
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Tabel E.2
Ukuran maksimum dari kompartemen kebakaran

Tipe Konstruksi bangunan


Klasifikasi Bangunan
Tipe A Tipe B Tipe C
Maks.
luasan
8.000 m2 5.500 m2 3.000 m2
lantai
Klas 5 atau 9b
Maks.
48.000m3 33.500m3 18.000 m3
volume
Maks.
Klas 6,7,8 luasan 5.000 m2 3.500 m2 2.000 m2
atau 9a lantai
(kecuali
daerah Maks.
30.000m3 21.500 m3 12.000 m3
perawatan volume
pasien

b. Pemberlakuan.
i. bagian ini tidak berlaku untuk bangunan klas 1 atau 10, dan
ii. ketentuan pada butir c, d dan e tidak berlaku untuk tempat parkir
umum yang dilengkapi dengan sistem sprinkler, tempat parkir tak
beratap atau suatu panggung terbuka.
c. Batasan umum luas lantai.
i. Ukuran dari setiap kompartemen kebakaran atau atrium bangunan
klas 5, 6, 7, 8 atau 9 harus tidak melebihi luasan lantai maksimum
atau volume maksimum seperti ditunjukkan dalam Tabel V.1.4 dan
butir f, kecuali seperti yang diijinkan pada butir d.
ii. Bagian dari bangunan yang hanya terdiri dari peralatan pendingin
udara, ventilasi, atau peralatan Lift, tanki air, atau unit utilitas
sejenis dan berada di puncak bangunan, tidak diperhitungkan
sebagai luas lantai atau volume dari kompartemen atau atrium
iii. Untuk bangunan yang memiliki lubang atrium, maka bagian dari
ruang atrium yang dibatasi oleh sisi tepi di sekeliling bukaan pada

E - 59
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

lantai dasar sampai dengan langit-langit dari lantai tidak


diperhitungkan sebagai volume atrium.
iv. Bagian bangunan, ruang dalam bangunan yang karena fungsinya
mempunyai risiko tinggi terhadap bahaya kebakaran, harus
merupakan suatu kompartemen terhadap penjalaran api, asap dan
gas beracun.
d. Bangunan-bangunan besar yang diisolasi.
Ukuran kompartemen pada bangunan dapat melebihi ketentuan dari
yang tersebut dalam Tabel v.1.4 bila:
i. Bangunan dengan luas tidak melebihi 18.000 m2 dan volumenya
tidak melebihi 108.000 m3 dengan ketentuan:
o bangunan klas 7 atau 8 kurang dari 2 lantai dan terdapat
ruangterbuka disekeliling bangunan tersebut, yang
memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut pada butir 4.e.i
yang lebamya tidak kurang dari 18 meter,
o bangunan klas 5 s.d. 9 yang dilindungi seluruhnya dengan
sistem sprinkler serta terdapat jalur kendaraan sekeliling
bangunan yang memenuhi ketentuan, atau:
ii. Bangunan dengan luasan melebihi 18.000 m2 atau 108.000 m3
dengan sistem sprinkler, dan dikelilingi jalan masuk kendaraan
sesuai dengan butir 4.e.ii, dan apabila:
o ketinggian langit-langit kompartemen tidak lebih dari 12
meter, dilengkapi dengan sistem pembuangan asap atau
ventilasi asap dan panas sesuai pedoman dan standar teknis
yang berlaku; atau
o ketinggian langit-langit lebih dari 12 meter, dilengkapi
dengan sistem pembuang asap sesuai ketentuan yang
berlaku.
iii. Bila terdapat lebih dari satu bangunan pada satu kapling, dan
o setiap bangunan harus memenuhi ketentuan butir i atau ii di
atas;

E - 60
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o bila jarak antara bangunan satu dengan lainnya kurang dari 6


meter, maka seluruhnya dianggap sebagai satu bangunan dan
secara bersama harus memenuhi ketentuan butir i, atau ii.
e. Kebutuhan ruang terbuka dan jalan masuk kendaraan.
i. Ruang terbuka yang diperlukan harus:
o Seluruhnya berada di dalam kapling yang sama kecuali jalan,
sungai, atau tempat umum yang berdampingan dengan
kapling tersebut, namun berjarak tidak lebih dari 6 meter
dengannya;
o termasuk jalan masuk kendaraan sesuai ketentuan butir 4.e.ii
o tidak untuk penyimpanan dan pemrosesan material; dan
o tidak ada bangunan diatasnya, kecuali untuk gardu jaga dan
bangunan penunjang ( seperti gardu listrik dan ruang
pompa), yang tidak melanggar batas lebar dari ruang terbuka,
tidak menghalangi penanggulangan kebakaran pada bagian
manapun dari tepian kapling, atau akan menambah risiko
merambatnya api ke bangunan yang berdekatan dengan
kapling tersebut.
ii. Jalan masuk kendaraan harus:
o sebagai jalan masuk bagi kendaraan darurat dan lintasan dari
jalan umum,
o lebar bebas minimum 6 meter dan tidak ada bagian yang
lebih jauh dari 18 meter terhadap bangunan, serta di atas
jalan tersebut tidak boleh dibangun apapun kecuali hanya
untuk kendaraan dan pejalan kaki
o dilengkapi jalan untuk pejalan kaki yang memadai;
o memiliki kapasitas beban dan tinggi bebas yang
memudahkan operasi mobil pemadam kebakaran, dan ;
o bila terdapat jalan umum yang memenuhi (1) s.d. (4) di atas
maka jalan tersebut dapat beriaku sebagai jalan lewatnya
kendaraan atau bagian dari padanya.

E - 61
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

iii. Pemisahan
Pemisahan vertikal pada bukaan di dinding luar, pemisahan oleh
dinding tahan api, dan pemisahan pada shaft lift mengikuti syarat
teknis sesuai ketentuan yang berlaku.
iv. Tangga dan Lift pada satu shaft.
Tangga dan lift tidak boleh berada pada satu shaft yang sama, bila
salah satu tangga atau lift tersebut diwajibkan berada dalam suatu
shaft tahan api.
v. Koridor umum pada bangunan klas 2 dan 3.
Pada bangunan klas 2 dan 3, koridor umum yang panjangnya lebih
dari 40 meter harus dibagi menjadi bagian yang tidak lebih dari 40
meter dengan dinding yang tahan asap, mengikuti syarat teknis
sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Proteksi Bukaan
i. Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi
penyetop api untuk mencegah merambatnya api serta menjamin
pemisahan dan kompartemenisasi bangunan.
ii. Bukaan vertikal pada bangunan yang dipergunakan untuk shaft
pipa, shaft ventilasi, dan shaft instalasi listrik harus sepenuhnya
tertutup dengan dinding dari bawah sampai atas, dan tertutup
pada setiap lantai.
iii. Apabila harus diadakan bukaan pada dinding sebagaimana
dimaksud pada butir b, maka bukaan harus dilindungi dengan
penutup tahan minimal sama dengan ketahanan api dinding atau
lantai.
iv. Sarana dan atau peralatan proteksi seperti penyetop api, damper,
dan sebagainya harus memenuhi persyaratan dan dapat
dibuktikan melalui pengujian oleh lembaga uji yang diakui dan
terakreditasi.
v. Ketentuan proteksi pada bukaan ini tidak berlaku untuk:
o bangunan-bangunan klas 1 atau klas 10;
o sambungan pengendali, lubang tirai, dan sejenisnya di
dinding luar dari konstruksi pasangan, dan sambungan

E - 62
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

antara panel di dinding luar dari beton pracetak, bila luas


lubang/sambungan tersebut tidak lebih luas dari yang
diperlukan;
o lubang ventilasi yang tidak mudah terbakar (non combustible
ventilators), bila luas penampang masing-masing tak melebihi
45.000 mm2, dan jarak antara lubang ventilasi tak kurang
dari 2 m pada dinding yang sama.
g. Proteksi Bukaan Pada Dinding Luar.
Bukaan pada dinding luar yang perlu memiliki TKA harus:
i. berjarak dari suatu obyek sumber api tidak kurang dari:
o 1 m pada bangunan dengan 1 (satu) lantai; atau
o 1,5 m pada bangunan dengan lebih dari 1 (satu) lantai; dan
ii. bila bukaan di dinding luar tersebut terhadap suatu sumber api
terletak kurang dari:
o 3 m dari batas belakang persil bangunan; atau
o 6 m dari sempadan jalan yang membatasi persil, dan tidak
berada pada atau dekat dengan lantai dasar bangunan; atau
o 6 m dari bangunan lain pada persil yang sama, yang bukan
dari klas 10, maka harus dilindungi sesuai dengan ketentuan
butir h, dan bila digunakan sprinkler pembasah-dinding maka
sprinkler tersebut harus ditempatkan di bagian luar
bangunan, dan
iii. bila bukaan tersebut wajib dilindungi sesuai dengan butir ii, maka
tidak boleh menempati lebih dari 1/3 luas dinding luar dari lantai
dimana bukaan tersebut berada, kecuali bila bukaan-bukaan
tersebut pada bangunan klas 9b dan diberlakukan seperti
bangunan panggung terbuka.
h. Pemisahan Bukaan Pada Kompartemen Kebakaran.
jarak antara bukaan pada dinding luar pada kompartemen kebakaran
harus tidak kurang dari yang tercantum pada Tabel E.4.

E - 63
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

TABEL E.4
JARAK ANTARA BUKAAN
PADA KOMPARTEMEN KEBAKARAN YANG BERBEDA
Sudut Terhadap Dinding Jarak Minimal Antara Bukaan
0° (dinding-dinding saling berhadapan) 6m
Lebih dari 0° s.d. 45° 5m
Lebih dari 45° s.d. 90° 4m
Lebih darii 90° s.d. 135° 3m
Lebih dari 134° s.d kurang dari 180° 2m
180° atau lebih nol

i. Metoda Proteksi Yang Diperbolehkan.


i. Bila diperlukan proteksi, maka jalan masuk, jendela dan bukaan
lainnya harus dilindungi sebagai berikut:
o Jalan masuk/pintu : sprinkler pembasah dinding dalam atau
luar sesuai keperluan, atau memasang pintu kebakaran dengan
TKA -/60/30 (dapat menutup sendiri secara otomatis);
o Jendela: sprinkler pembasah dinding dalam atau luar sesuai
keperluan, atau jendela kebakaran dengan TKA -/60/-
(menutup otomatis atau secara tetap dipasang pada posisi
tertutup), atau memasang penutup api otomatis dengan TKA -
/60/-
o Bukaan-bukaan lain: sprinkler pembasah dinding dalam atau
luar sesuai keperluan, atau konstruksi dengan TKA tidak
kurang dari-/60/-.
ii. Pintu, jendela, dan penutup kebakaran harus memenuhi ketentuan
butir i di atas dan standar teknis yang berlaku.
(5) Sistem Proteksi Aktif
a. Sistem Pemadam Kebakaran
I. Hidran kebakaran.
i. Sistem hidran harus dipasang pada bangunan:
o yang memiliki luas lantai total lebih dari 500 m2, dan
o terdapat regu pemadam kebakaran.

E - 64
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

ii. Sistem hidran kebakaran,


o harus dipasang sesuai dengan standar yang berlaku, SNI
1745; dan
o hidran dalam bangunan harus melayani hanya di lantai
hidran tersebut ditempatkan, kecuali pada satuan
peruntukan bangunan, di mana:
- bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian klas 4,
dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada
lantai dimana ada jalur keluar, atau
- bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak
lebih dari 2 (dua), dilayani oleh hidran tunggal yang
ditempatkan pada lantai dimana ada jalur keluar,
asalkan hidran dapat menjangkau seluruh satuan
peruntukan bangunan.
iii. bila dilengkapi dengan pompa kebakaran harus terdiri dari:
o 2 (dua) pompa, yang sekurang-kurangnya satu pompa
digerakkan oleh motor bakar atau motor listrik yang
dicatu dari daya generator darurat,
o 2 (dua) pompa yang digerakkan oleh motor listrik yang
dihubungkan dengan sumber tenaga yang terpisah satu
sama lain,
iv. bila pompa kebakaran dihubungkan dengan jaringan pasokan
air dan dipasang pada bangunan dengan ketinggian efektif
kurang dari 25 m, satu pompa digerakkan oleh:
o motor-bakar, atau
o motor listrik yang dicatu dari generator darurat, atau
o motor listrik yang dihubungkan pada sumber tenaga
yang terpisah satu sama lain melalui fasilitas pemindah
daya otomatis;

E - 65
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

v. pemasangan pompa kebakarannya dalam bangunan harus


pada tempat yang:
o mempunyai jelur keluar ke jalan atau ruang terbuka, atau
o jika bangunan tidak dilindungi seluruhnya dengan sistem
sprinkler sesuai ketentuan yang berlaku, tempat pompa
harus terpisah dari bangunan, dan dengan konstruksi
yang mempunysi TKA tidak kurang dari yang
dipersyaratkan bagi suatu dinding tahan api untuk
klasifikasi bangunannya;
vi. untuk pompa yang ditempatkan di luar bangunan, maka
bangunan rumah pompa tersebut harus jelas terlihat, tahan
cuaca, mempunyai jalur keluar langsung ke jalan atau ruang
terbuka, dan jika dalam jarak 6 m dari bangunan, maka
dinding rumah pompa dan bagian dinding luar yang berjarak
2 m dari samping rumah pompa dan 3 m di atas rumah
pompa, atau dinding antara bangunan dan rumah pompa
yang berjarak 2 m dari sisi rurnah pompa dan 3 m di atas
rumah pompa harus mempunyai TKA tidak kurang dari yang
dipersyaratkan untuk dinding tahan api sesuai klas
bangunannya.
vii. bila sistem pasokan air mengambil air dari sumber statis,
maka harus disediakan sambungan yang cocok dan jalan
masuk kendaraan pemadam kebakaran untuk memudahkan
petugas pemadam kebakaran memompa air dari sumber
tersebut dan harus disediakan sambungan yang berdekatan
dengan lokasi tersebut untuk meningkatkan tekanan air
dalam sistem gedung, serta harus dirancang untuk memenuhi
tekanan dan laju aliran yang disyaratkan untuk operasi
petugas pemadam kebakaran.
II. Hose Reel
i. Sistem Hose Reel harus disediakan:
o untuk melayani seluruh bangunan, dimana satu atau
lebih hidran dalam dipasang, atau:

E - 66
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani setiap


kompartemen kebakaran dengan luas lantai lebih dari
500 m2 dan untuk maksud butir ini, satu unit hunian
bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian bangunan klas
4, dipertimbangkan sebagai kompartemen kebakaran.
ii. Sistem Hose Reel, harus:
o dipasang sesuai dengan standar yang berlaku.
o melayani hanya lantai dimana alat ini ditempatkan,
kecuali pada satu unit hunian,
- pada bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian Klas
4 dilayani oleh Hose Reel tunggal yang ditempatkan
pada jalur keluar dari unit hunian tersebut, dan
- pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang tidak lebih
dari 2 (dua) lantai, dilayani oleh Hose Reei tunggal
yang ditempatkan pada jalur keluar dari satu unit
hunian tersebut dengan syarat Hose Reel melayani
seluruh unit hunian.
- Memiliki slang kebakaran yang harus diletakkan
sedemikian rupa untuk menghindari partisi atau
penghalang di dalam mencapai setiap bagian lantai
dari tingkat yang bersangkutan
- Hose reel yang dipasang mengikuti butir (3) diatas
ditempatkan:
 di luar bangunan, atau
 di dalam bangunan sekitar 4 m dari pintu keluar,
atau
 di dalam bangunan berdekatan dengan hidran
dalam (selain hidran yang dipasang di pintu
keluar yang diisolasi tahan api); atau
 kombinasi (a), (b), dan (c), sehingga hose tidak
perlu melintasi pintu keluar masuk yang
dilengkapi dengan pintu kebakaran atau pintu
asap.

E - 67
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o Bila dihubungkan dengan meteran air, maka:


- dipelihara kebutuhan kecepatan aliran dari hose reel;
- diameter pipa dari meteran air atau instalasi PAM
berdiameter tidak kurang dari 25 mm;
- jaringan pipa memenuhi syarat pembagian pasokan
air;
- tiap katup yang mengatur aliran air dari sumber air
utama ke Hose Reel harus dijaga pada posisi terbuka
oleh pengunci dari logam.
o Bila dipasok oleh sumber air utama dengan diameter
nominal lebih besar dari 25 mm dan yang dihubungkan
dengan sumber air untuk hidran, sebuah katup yang
memenuhi butir 5.d harus dipasang pada sambungan ke
saluran utama.
III. Sistem Sprinkler
i. Sistem sprinkler harus dipasang pada bangunan sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel E.5
Persyaratan Pemakaian Sprinkler
Jenis bangunan Kapan Sprinkler diperlukan:
Semua klas bangunan:
1. Termasuk lapangan
parkir terbuka
dalam bangunan
campuran, Pada bangunan yang tinggi efektifnya
2. Tidak termasuk lebih dari 25 m
lapangan parkir
terbuka, yang
merupakan
bangunan terpisah
Dalam kompartemensasi dengan
salah satu
Bangunan pertokoan ketentuan berikut:
(kbs 6). (a) luas lantai lebih dari 3.500 m2.
(b) volume ruangan lebih dari 21.000
m3.
Bangunan Rumah Sakit. Lebih dari 2 (dua) lantai.
Ruang Pertemuan
Luas panggung dan belakang
Umum,
panggung
Ruang Pertunjukan,
lebih dari 200 m
Teater.
Konstruksi Atrium. Tiap bangunan beratrium

E - 68
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Jenis bangunan Kapan Sprinkler diperlukan:


Untuk memperoleh ukuran
kompartemen
yang lebih besar:
(a) bangunan klas 5 - 9 dengan luas
maksimum 18.000 m2 den volume
108.000 m3.
Bangunan berukuran
(b) semua bangunan dengan luas
besar dan terpisah.
lantai lebih besar dari 18.000 m2 dan
volume108.000 m3.
Ruang parkir, selain Bila menampung lebih dari 40
nuang parkir terbuka kendaraan.
Bangunan dengan risiko
Pada kompartemen, dengan salah satu
bahaya kebakaran
dari 2(dua) persyaratan :
2 (dua) persyaratan
(a) Luas lantai melebihi 2.000 m2.
berikut:
(b) Volume lebih dari 12.000 m3.
amat tinggi. ·)
*) Jenis bangunan dengan resiko bahaya kebakaran tinggi
sesuai standar teknis yang berlaku.
ii. Sistem sprinkler harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
o Standar perancangan dan pemasangan sprinkler
otomatis sesuai standar teknis yang berlaku, SNI-3989.
o Bangunan bersprinkler.
Tanpa mengurangi ketentuan atau standar yang berlaku bangunan
atau bagian bangunan dianggap bersprinkler, jika:
(a) sprinkler terpasang diselunuh bangunan, atau:
(b) dalam hal sebagian bangunan:
o sebagian bangunan dipasang sprinkler dan diberi
kompartemen kebakaran pada bagian yang tanpa
sprinkler, dan
o setiap bukaan pada konstruksi pemisah antara bagian
ter-sprinkler dan bagian tak ter-sprinker diproteksi
sesuai ketentuan proteksi pada bukaan
(c) Katup kontrol sprinkler.
Katup kontrol sprinkler harus ditempatkan dalam suatu
ruang yang aman atau ruang tertutup yang berhubungan
langsung ke jalan atau ruang terbuka.
(d) Pasokan air.
Tanpa mengurangi ketentuan dalam standar teknis yang
berlaku mengenai sprinkler, pasokan air untuk sistem

E - 69
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

sprinkler harus memperhatikan tinggi efektif bangunan, luar


bangunan yang diisyaratkan menggunakan sprinkler, dan
klasifikas bangunan sesuai standar teknis yang berlaku.
(e) Sambungan dengan peralatan alarm lainnya.
Sistem sprinkler harus disambung atau dihubungkan ke dan
dapat mengaktifkan:
o setiap peringatan darurat dan sistem komunikasi
intema yang disyaratkan; atau
o sistem pengeras suara atau peralatan lainnya yang
dapat didengar bila peringatan darurat dan sistem
komunikas intemal tidak disyaratkan,
(f) Peralatan anti gangguan (Anti Tamper).
Untuk sistem sprinkler yang dipasang di teater, ruang
pertemuan umum atau semacamnya, maka pada tiap katup
yang berfungsi mengendalikan sprinkler didaerah panggung
harus dipasang peralatan anti gangguan yang dihubungkan
ke panel pemantau.
(g) Sistem sprinkler di ruang parkir.
Sistem sprinkler yang dipasang pada ruang parkir pada
bangunan multi-klas, harus:
o berdiri sendiri, tidak berhubungan dengan sistem
sprinkler di bagian bangunan lainnya.
o (b)bila berhubungan dengan sistem sprinkler yang
melindungi bagian bangunan bukan ruang parkir, harus
dirancang sehingga sistem sprinkler yang melindungi
bagian bukan nuang parkir dapat diisolasi dengan tanpa
mengganggu aliran air, ataupun mempengaruhi
efektivitas operasi sprinkler yang melindungi ruang
parkir.
IV. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
i. APAR yang jenisnya sesuai kebutuhan harus dipasang
diseluruh bangunan, kecuali di dalam unit hunian bangunan
klas 2 atau klas 3 atau sebagian bangunan klas 4, yang

E - 70
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

memungkinkan dilakukannya pemadaman awal efektip


terhadap kebakaran oleh penghuni bangunan.
ii. APAR memenuhi butir i, jika:
o Disediakan dengan mengikuti standar teknis yang
berlaku, SNI-3987 kecuali APAR jenis air yang tidak perlu
dipasang di dalam bangunan atau bagian bangunan yang
dilayani oleh Hose Reel, dan
o APAR dari jenis bukan klas A harus ditempatkan pada
lokasi yang dapat menjangkau lokasi yang mengandung
jenis bahaya yang harus diatasi.
V. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
i. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis harus dipasang
di:
o bangunan klas 1b; dengan
o bangunan klas 2 dengan persyaratan khusus;
o bangunan klas 3 yang menampung lebih dari 20
penghuni yang digunakan sebagai:
o bagian hunian dari bangunan sekolah; atau
o akomodasi bagi lanjut usia, anak-anak atau orang cacat;
o bangunan klas 9a.
ii. Spesifikasi Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran.
o Perancangan dan pemasangan sistem deteksi dan alarm
kebakaran harus memenuhi standar teknis yang berlaku,
SNI-3985.
o Sistem deteksi kebakaran dan sistem alarm otomatis harus
dihubungkan dan mengaktifkan:
- sistem peringatan keadaan darurat dan sistem
komunikasi internal sebagaimana dipersyaratkan oleh
ketentuan Bab VIII; atau
- bila sistem peringatan darurat dan sistem komunikasi
intemal tidak dipersyaratkan, maka dapat
dihubungkan dengan sistem pengeras suara, alarm
pengindera asap ataupun peralatan untuk peringatan

E - 71
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

lainnya yang dapat didengar dan yang ditempatkan


disetiap lantai sesuai ketentuan yang berlaku.
iii. Penempatan Alat Pendeteksi Asap.
o dipasang dengan permukaan menghadap ke bawah dan di
luar saluran unit pengkondisian udara, atau menggunakan
sistem point sampling yang mempunyai derajat kepekaan
maksimum 0,5 % smoke obscuration/m;
o ditempatkan pada lokasi berkumpulnya asap panas dengan
memper-timbangkan geometri langit-langit dan efeknya
pada lintasan perpindahan asap;
o ditempatkan kurang dari 1,50 meter jaraknya dari pintu
kebakaran; dan
o dipilih tipe foto-elektrik, jika dipasang di dalam saluran
udara (ducts) atau udara yang terkontaminasi partikel debu
dengan ukuran kurang dari 1 µm, dan bila terdapat partikel
jenis lainnya harus menggunakan detektor tipe ionisasi.
iv. Batas Ambang.
o Sistem sampling harus memenuhi Ketentuan yang berlaku
tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan, dan
Pemeriksaan Alat Deteksi dan Alarm Kebakaran Otomatis.
o Penetapan batas ambang alarm bagi sistem detektor harus
mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu:
- ketentuan yang berlaku tentang Tata Cara
Perencanaan Ventilasi Mekanik dan Pengkondisian
Udara dalam Bangunan Gedung; dan
- ketentuan yang berlaku tentang Spesifikasi Alat
Pendeteksi dan Alarm Kebakaran otomatis pada
Bangunan Gedung.
VI. Pengendalian Asap Kebakaran
i. Ketentuan pengendalian asap ini tidak berlaku untuk:
o bangunan klas 1 atau 10; dan
o setiap ruangan yang tidak digunakan oleh penghuni
untuk waktu yang cukup lama, seperti gudang dengan

E - 72
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

luas lantai 30 m2, ruang kompartemen sanitasi, ruang


tanaman atau sejenisnya; dan
o ruang parkir terbuka atau panggung terbuka.
ii. Persyaratan umum
Pada saat terjadi kebakaran, setiap rute evakuasi harus dijaga
dengan ketinggian asap sekurang-kurangnya 2.10 m di atas
level lantai, sehingga
o temperatur ruang tidak membahayakan manusia;
o tingkat penglihatan memungkinkan diketahui rute
evakuasinya,
o tingkat racun asap yang timbul tidak membahayakan
manusia, untuk selama tenggang waktu sampai
dengan seluruh penghuni dapat terevakuasi dari
bangunan.
iii. Perioda tenggang waktu harus memperhitungkan keadaan
bangunan dan mobilitas manusia.
iv. Rute evakuasi merupakan jarak lintasan menerus perjalanan
evakoasi/ penyelamatan dari suatu tempat (seperti pintu/
jalan keluar, ramp dan jalur sirkulasi yang terisolasi dari
kebakaran serta koridor umum) pada setiap bagian
bangunan, termasuk didalam satuan numah hunian
bangunan klas 2 atau 3 atau sebagian klas 4, sampai ke jalan
atau ruang terbuka bebas.
v. Pada sistem pengkondisian udara terpusat yang memutar
udara untuk lebih dari satu ruangan kompartemen
kebakaran
vi. Untuk sistem pengatur udara lainnya, dan tidak membentuk
bagian sistem pengendali asap harus memenuhi ketentuan
standar yang berlaku.
vii. Berkaitan dengan butir c berikut tentang Persyaratan Untuk
Bahaya Khusus

E - 73
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

viii. Persyaratan untuk bahaya khusus


Upaya tambahan dalam pengendalian bahaya asap mungkin
dipersyaratkan bilamana berkaitan dengan:
o tata letak bangunan;
o sifat penggunaan bangunan;
o sifat dan jumlah bahan yang disimpan, ditaruh atau
dipakai di dalam bangunan.
ix. Ketentuan lebih teknis dalam pengendalian asap kebakaran
untuk setiap klas bangunan mengikuti petunjuk dan standar
teknis yang berlaku.
VII. Pusat Pengendali Kebakaran
i. Kegunaan dan sarana yang ada di Pusat Pengendali Kebakaran
adalah:
o sebuah ruang untuk pengendalian dan pengarahan selama
berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau
penanganan kondisi darurat lainnya;
o dilengkapi sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon,
meubel, peralatan dan sarana lainnya yang diperlukan
dalam penanganan kondisi kebakaran;
o tidak digunakan bagi keperluan lain, selain:
- kegiatan pengendalian kebakaran; dan
- kegiatan lain yang berkaitan dengan unsur
keselamatan atau keamanan bagi penghuni bangunan.
ii. Konstruksi.
Ruang Pusat Pengendaii Kebakaran pada bangunan gedung yang
tinggi efektifnya lebih dari 50 meter harus merupakan ruang
terpisah, dimana:
o konstruksi penutupnya dari beton, dinding atau
sejenisnya mempunyai kekokohan yang cukup terhadap
keruntuhan akibat kebakaran dan dengan nilai TKA tidak
kurang dari 120/120/120;
o bahan lapis penutup, pembungkus atau sejenisnya harus
memenuhi persyaratan terhadap kebakaran;

E - 74
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o peralatan utilitas, pipa, saluran udara dan sejenisnya,


yang tidak diperlukan untuk berfungsinya nuang
pengendali, tidak boleh lewat ruang tersebut;
o bukaan pada dinding, lantai atau langit-langit yang
memisahkan ruang pengendali dengan ruang dalam
bangunan dibatasi hanya untuk pintu, ventilasi dan
lubang perawatan lainnya, yang khusus untuk melayani
fungsi ruang pengendali tersebut.
iii. Proteksi pada bukaan.
Setiap bukaan pada ruang pengendali kebakaran, seperti pada lantai,
langit-langit dan dinding dalam, untuk jendela, pintu, ventilasi,
saluran, dan sejenisnya harus mengikuti syarat teknis proteksi
bukaan pada Bab V.1.5
iv. Pintu Keluar.
Pintu yang menuju ruang pengendali harus membuka ke arah
dalam ruang tersebut, dapat dikunci dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga orang yang menggunakan rute
evakuasi dari dalam bangunan tidak menghalangi atau
menutupi jalan masuk ke ruang pengendali tersebut.
v. Ruang pengendali haruslah dapat dimasuki dari (2) dua arah
o arah pintu masuk di depan bangunan; dan
o arah langsung dari tempat umum atau melalui jalan
terusan yang dilindungi terhadap api, yang menuju ke
tempat umum dan mempunyai nilai TKA tidak kurang
dari -/120/30.
vi. Ukuran dan sarana.
Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya:
o (1). Panel indikator kebakaran, sakelar kontrol dan
indikator visual yang diperlukan untuk semua pompa
kebakaran, kipas pengendali asap, dan peralatan
pengamanan kebakaran lainnya yang dipasang di dalam
bangunan;
o telepon sambungan langsung,

E - 75
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o sebuah papan tulis dan sebush papan tempel (pin-up


board) berukuran cukup; dan
o sebuah meja berukuran cukup untuk menggelar gambar
dan rencana taktis yang disebutkan dalam (5); dan
o rencana taktis penanggulangan kebakaran.
vii. Sebagai tambahan, di ruang pengendali dapat disediakan:
o Panel pengendali utama, panel indikator lif, sakelar
pengendali jarak jauh untuk gas atau catu daya listrik,
genset darurat; dan
o sistem keamanan bangunan, sistem pengamatan, dan
sistem manajemen, jika dikehendaki terpisah total dari
sistem lainnya.
viii. Ruang pengendali harus:
o mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10 m2, dan
salah satu panjangnya dari sisi bagian dalam tidak
kurang dari 2,50 m;
o jika hanya menampung peralatan minimum, luas lantai
bersih tidak kurang dari 8 m dan luas ruang bebas di
depan panel indikator tidak kurang dari 1,50 m2,
o jika dipasang peralatan tambahan, luas lantai bersih
daerah tambahan adalah 2 m2 untuk setiap penambahan
alat, ruang bebas di depan panel indikator tidak kurang
dari 1,50 m2 dan ruang untuk tiap rute evakuasi
penyelamatan dari ruang pengendali ke ruang lainnya
harus disediakan sebagai tambahan persyaratan (2) dan
(3) diatas.
ix. Ventilasi dan pemasok daya.
Ruang pengendali harus diberi ventilasi dengan cara:
o ventilasi alami dari jendela atau pintu pada dinding luar
bangunan yang membuka langsung ke ruang pengendali;
atau
o Sistem udara bertekanan yang hanya melayani ruang
pengendali, dan

E - 76
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- dipasang sesuai ketentuan yang berlaku seperti


untuk tangga kebakaran yang dilindungi;
- beroperasi otomatis melalui aktivitas sistem alarm
atau sistem sprinkler yang dipasang pada bangunan;
- mengalirkan udara segar ke ruangan tidak kurang
dari 30 kali pertukaran udara perjamnya pada waktu
sistem beroperasi dengan dan salah satu pintu
ruangan terbuka;
- mempunyai kipas, motor dan pipa-pipa saluran
udara yang membentuk bagian dari sistem, tetapi
tidak berada di dalam ruang pengendali dan
diproteksi oleh dinding yang mempunyai TKA tidak
lebih kecil dari 120/120/120;
- mempunyai catu daya listrik ke ruang pengendali
atau peralatan penting bagi beroperasinya ruang
pengendali.
x. Pencahayaan darurat sesuai ketentuan yang berlaku harus dipasang
dalam ruang pusat pengendali, dan tingkat iluminasi diatas meja
kerja tak kurang dari 400 Lux.
xi. Beberapa peralatan seperti Motor bakar, pompa pengendali
sprinkler, pemipaan dan sambungan-sambungan pipa tidak boleh
dipasang dalam ruang pengendali, tetapi boleh dipasang di ruangan-
ruangan yang dapat di capai dari ruang pengendali tersebut.
xii. Tingkat suara (ambient) dalam ruang pengendali kebakaran yang
diukur pada saat semua peralatan penanggulangan kebakaran
beroperasi ketika kondisi darurat berlangsung tidak melebihi 65 dbA
bila ditentukan berdasarkan ketentuan tingkat kebisingan didalam
bangunan.
VIII. Sarana Jalan Masuk Dan Keluar
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses
yang layak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas
serta layanan didalamnya.
Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan
atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat.

E - 77
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat,


khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan social.
1) Fungsi Dan Persyaratan Kinerja
Fungsi
o Melengkapi bangunan dengan akses yang layak, aman,
nyaman, dan memadai bagi semua orang.
o Melengkapi bangunan dengan sarana evakuasi yang
memungkinkan penghuni punya waktu untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa meraskan
keadaan darurat.
o Fungsi tersebut pada butir b di atas tidak berlaku untuk
unit hunian tunggal pada bangunan klas 2, 3, atau 4.
Persyaratan kinerja:
o Akses ke dan di dalam bangunan harus tersedia yang
memungkinkan pergerakan manusia secara aman, nyaman
dan memadai.
o Agar manusia dapat bergerak dengan aman ke dan di
dalam bangunan maka bangunan harus mempunyai antara
lain:
- Kemiringan permukaan lantai harus aman bagi pejalan
kaki.
- Setiap pintu dibuat agar penghuni mudah mencapai
akses keluar dan menghindari risiko terjebak di dalam
bangunan.
- Setiap tangga dan ramp memiliki:
 Permukaan lantai tidak licin pada ramp, injakan dan
akhiran injakan tangga.
 Pegangan rambat (handrails) yang memadai untuk
membantu kestabilan pemakai tangga/ramp
 Lantai bordes yang memadai uniuk menghindari
keletihan
 Pintu di lantai bordes sedemikian hingga pintu
tersebut tidak menjadi rintangan.

E - 78
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

 Tangga yang memadai untuk menampung volume


dan frekwensi penggunaan.
o Pada area dimana orang bisa jatuh dari ketinggian 1m atau
lebih dari lantai/atap/melalui bukaan pada dinding luar
bangunan, atau karena perbedaan tinggi lantai dalam
bangunan, harus dibuatkan penghalang yang:
- menerus sepanjang area yang berbahaya.
- tinggi disesuaikan dengan risiko orang tanpa
disengaja jatuh dari lantai /atap.
- mampu menjaga lintasan anak-anak.
- Kuat dan kokoh menahan pengaruh orang yang
menabrak, dan tekanan orang pada penghalang
tersebut.
o Jumlah, lokasi dan dimensi pintu keluar yang tersedia pada
bangunan disediakan agar penghuni dapat menyelamatkan
diri dengan aman, sesuai dengan:
- Jarak tempuh
- Jumlah, mobilitas dan karakter penghuni.
- Fungsi bangunan
- Tinggi bangunan
o Jalan keluar harus diisolasi terhadap kebakaran dan sesuai
dengan:
- Jumlah lantai yang dihubungkan dengan pintu
tersebut
- Sistem kebakaran yang dipasang dalam bangunan
- Fungsi bangunan
- Intervensi pasukan pemadam kebakaran
o Agar penghuni dapat keluar dengan aman dari bangunan,
dimensi jelur lintasan menuju ke pintu keluar harus sesuai
dengan .
- Jumlah, mobilitas dan karakter lain dan penghuni
- Fungsi bangunan

E - 79
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

2) Ketentuan Jalan Keluar


Persyaratan Keamanan
o Tangga, ramp dan lorong (gang) harus aman bagi lalu
lintas pengguna bangunan.
o Tangga, ramp, lantai, balkon, dan atap yang dapat dicapai
oleh manusia harus mempunyai dinding pembatas,
balustrade atau penghalang lainya yang untuk melindungi
pengguna bangunan terhadap risiko jatuh .
o Ramp kendaraan dan lantai yang dapat dilewati kendaraan
harus mempunyai pembatas pinggir atau penghalang
lainnya untuk melindungi pejalan kaki dan struktur
bangunannya.
Kebutuhan Jalan Keluar
o Semua bangunan : Setiap bangunan harus mempunyai
sedikitnya 1 jalan keluar dari setiap lantainya.
o Bangunan klas 2 s.d. 8: Minimal harus tersedia 2 jalan
ke!uar pada setiap lapis lantainya apabila tinggi efektif
bangunannya lebih dari 25 m
o Basement: Minimal harus tersedia 2 jalan keluar pada lapis
lantai manapun, bila jalan keluar dari lapis lantai di dalam
bangunan dimaksud naik lebih dari 1,5 m, kecuali:
- luas lapis lantainya tak lebih dari 50 m2, dan
- jarak tempuh dari titik manapun pada lantai
dimaksud ke suatu jalan keluar tunggal tak lebih dari
20 m.
o Bangunan klas 9: Minimal harus tersedia 2 jalan keluar
pada:
- setiap lapis lantai bila bangunan dengan jumlah
lantai lebih dari 6,atau yang ketinggian efektifnya
lebih dari 25 m.
- setiap lapis lantai termasuk area perawatan pasien
pada bangunan klas 9a.

E - 80
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- setiap lapis lantai pada bangunan klas 9b yang


digunakan sebagai pusat asuhan balita.
- iv.setiap lapis lantai pada bangunan sekolah dasar
dan sekolah lanjutan pertama dengan ketinggian 2
lantai atau lebih.
- setiap lapis lantai atau mesanin yang dapat
menampung lebih dari 50 orang sesuai fungsinya.
o Area perawatan pasien: Pada bangunan klas 9a sedikitnya
harus ada 1 jalan keluar dari setiap bagian pada lapis
lantai yang telah disekat menjadi kompartemen tahan api.
o Panggung terbuka: Pada panggung terbuka dan
menampung lebih dari 1 deret tempat duduk, setiap deret
harus mempunyai minimal 2 tangga atau ramp, masing-
masing merupakan bagian jelur lintasan ke minimal 2
buah jalan keluar.
o Akses ke jalan keluar: Tanpa harus melalui hunian tunggal
lainnya, setiap penghuni pada lapis lantai atau bagian lapis
lantai bangunan harus dapat mencapai ke:
- 1 jalan keluar, atau
- sedikitnya 2 jalan keluar, bila 2 atau lebih jalan
keluar diwajibkan.
3) Jalan keluar yang diisolasi terhadap kebakaran
o Bangunan klas 2 dan 3: Setiap jalan keluar harus diisolasi
terhadap kebakaran, kecuali jalan tersebut
menghubungkan tidak lebih dari:
- 3 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan klas 2,
atau
- 2 lapis lantai berurutan dalam suatu bangunan klas 3,
dan termasuk 1 lapis lantai tambahan bila digunakan
sebagai tempat menyimpan kendaraan bermotor
atau tempat pelengkap lainnya.
o Bangunan kelas 5 s.d. 9 : Setiap jalan keluar harus diisolasi
terhadap bahaya kebakaran kecuali:

E - 81
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- pada bangunan klas 9a: tidak menghubungkan lebih


dari 2 lapis lantai secara berurutan pada suatu
tempat, selain area perawatan pasien;
- merupakan bagian dari tribun penonton terbuka;
- tidak menghubungkan lebih dari 2 lapis lantai secara
berurutan, bila bangunan tersebut mempunyai
sistem sprinkler yang menyeluruh.
4) Jarak jalur menuju pintu keluar
o Bangunan klas 2 dan 3
Pintu masuk dari setiap hunian tunggal harus berjarak
tidak lebih dari:
- 6 m dari jalan keluar atau dari tempat dengan jalur
yang berbeda arah menuju ke 2 pintu keluar
tersedia, atau
- 20 m dari pintu keluar tunggal pada lapis lantai yang
merupakan jalan keluar ke jalan atau ke ruang
terbuka.
o Setiap tempat dalam ruangan yang bukan pada unit hunian
tunggal, harus kurang dari 20 m dari pintu keluar atau
tempat jalur dua arah menuju ke 2 pintu keluar tersedia.
o Bagian bangunan klas 4: Pintu masuk harus tidak lebih
dari 6 m dari pintu keluar, atau dari tempat dengan jalur
dua arah menuju ke 2 pintu keluar tersedia.
o Bangunan klas 5 s.d. 9: Terkena aturan butir d, e, f, dan:
- Setiap tempat harus berjarak tidak lebih 20 m dari
pintu keluar, atau tempat dengan jalur dua arah
menuju ke 2 pintu keluar tersedia, jika jarak
maksimum ke salah satu pintu keluar tersebut tidak
melebihi 40 m, dan
- Pada bangunan klas 5 atau 6, jarsk ke pintu keluar
tunggal pada lapis lantai yang merupakan akses ke
jalan atau ke ruang terbuka dapat diperpanjang
sampai 30 m.

E - 82
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o Bangunan klas 9a: Area perawatan pasien pada bangunan


klas 9a.
- Setiap tempat pada lantai harus berjarak tidak lebih
12 m dari tempat dengan jalur dua arah menuju ke 2
pintu keluar yang dipersyaratkan tersedia.
- ii.Jarak maksimum dari satu tempat ke salah satu
dari pintu keluar tersebut tidak lebih dari 30 m.
o Panggung Terbuka: Jarak jalur lintasan menuju ke pintu
keluar pada bangunan klas 9b yang dipakai sebagai
panggung terbuka harus tidak lebih dari 60 m.
o Gedung Pertemuan: Pada bangunan klas 9b selain gedung
sekolah atau pusat asuhan balita, jarak ke salah satu pintu
keluar dimungkinkan 60 m, bila :
- jalur lintasan dari ruang tersebut ke pintu keluar
melalui lorong/koridor. lobby, ramp, atau ruang
sirkulasi lainnya, dan
- konstruksi ruang tersebut bebas asap, memiliki TKA
tidak kurang dari 60/60/60 dan konstruksi setiap
pintunya terlindung serta dapat menutup sendiri
dengan ketebalan tidak kurang dari 35 mm.
5) Jarak Antara Pintu-pintu Keluar Alternatif.
Pintu yang disyaratkan sebagai alternatif jalan keluar harus:
o tersebar merata di sekeliling lantai dimaksud sehingga
akses ke minimal dua pintu keluar tidak terhalang dari
semua tempat termasuk area lif di lobby;
o berjarak tidak kurang dari 9 m;
o berjarak tidak lebih dari:
- 45 m pada bangunan klas 2 atau klas 3, atau
- 45 m pada bangunan klas 9a, bila disyaratkan untuk
pintu keluar pada tempat perawatan pasien, atau
- 60 m, untuk bangunan lainnya.
o terletak sedemikian hingga alternatif jalur lintasan tidak
bertemu hingga berjarak kurang dari 6 m.

E - 83
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

6) Dimensi/ukuran Pintu Keluar.


Pintu keluar yang disyaratkan atau jalur sirkulasi ke jalan
keluar:
o tinggi bebas seluruhnya harus tidak kurang dari 2 m;
o jika lapis lantai atau mesanin menampung tidak lebih dari
100 orang, lebar bebas, kecuali pintu keluar harus tidak
kurang dari:
- 1 m, atau
- 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang digunakan
untuk jalur sirkulasi pasien di tempat tidur pada area
atau bangsal perawatan
o jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 100
orang tetapi tidak lebih dari 200 orang, lebar bebas,
kecuali pintu keluar harus tidak kurang dari:
- 1 m ditambah 250 mm untuk setiap kelebihan 25
orang, atau
- 1,8 m pada lorong, koridor atau ramp yang digunakan
untuk jalur sirkulasi pasien di tempat tidur pada area
atau bangsal perawatan.
o jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 200
orang, lebar bebas, kecuali pintu keluar harus ditambah
menjadi:
- 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 60
orang jika jalan keluar mencakup perubahan
ketinggian lantai oleh tangga atau ramp dengan tinggi
tanjakan 1:12, atau
- pada kasus lain, 2 m ditambah 500 mm untuk setiap
kelebihan 75 orang.
o pada panggung penonton yang menampung lebih dari
2000 orang, lebar bebas, kecuali untuk pintu keluar harus
diperlebar sampai 17 m ditambah dengan angka kelebihan
tersebut dibagi 600.

E - 84
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o lebar pintu keluar:


- pada area perawatan pasien, jika membuka ke arah
koridor dengan
 lebar koridor antara 1,8 m - 2,2 m: 1200 mm.
 lebar koridor lebih dari 2,2 m: 1070 mm.
 pintu keluar horisontal: 1250 mm.
- lebar dari setiap pintu keluar yang memenuhi
ketentuan butir b, c, d atau e, minus 250 mm;
- 750 mm, bila pintu tersebut untuk kompartemen
sanitasi atau kamar mandi.
o lebar pintu keluar tidak boleh berkurang pada jalur
lintasan ke jalan atau ruang terbuka.
7) Jalur Lintasan Melalui Jalan Keluar Yang Diisolasi Terhadap
Kebakaran,
o Pintu dalam ruangan harus tidak membuka langsung ke
arah tangga, lorong, atau ramp yang disyaratkan diisolasi
terhadap kebakaran, kecuali kalau pintu tersebut dari:
o lobby umum, koridor, hall atau yang sejenisnya;
- unit hunian tunggal yang menempati seluruh lapis
lantai;
- komponen sanitasi, ruang transisi atau yang
sejenisnya.
o Setiap tangga atau ramp tahan api harus menyediakan
pintu keluar tersendiri dari tiap lapis lantai yang dilayani
dan keluar secara langsung atau melawati lorong yang
diisolasi terhadap kebakaran yang ada di lantai tersebut:
- ke jalan atau ruang terbuka, atau
- ketempat:
 ruang atau lantai yang digunakan hanya untuk
pejalan kaki, parkir kendaraan atau sejenisnya,
dan tertutup tidak lebih dari 1/3 kelilingnya.
 lintasan tanpa rintangan, tidak lebih dari 20 m,
tersedia menuju ke jalan atau ruang terbuka.

E - 85
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- ke area tertutup yang:


 berbatasan dengan jalan atau ruang terbuka,
 terbuka untuk sedikitnya 1/3 dari keliling area
tersebut;
 mernpunyai ketinggian bebas rintangan di semua
bagian termasuk bukaan pada keliling area yang
tidak kurang dari 3 m;
 mempunyai lintasan bebas rintangan dari tempat
keluar ke jalan atau ruang terbuka yang tidak
lebih dan 6 m.
o Bila lintasan keluar bangunan mengharuskan melewati 6
m dari dinding luar bangunan dimaksud, diukur tegak
lurus ke jalur lintasan, bagian dinding tersebut harus
mempunyai:
- TKA sedikitnya 60/60/60,
- bukaan terlindung di bagian dalam dilindungi sesuai
ketentuan Proteksi Bukaan
o Jika Jebih dari dua akses pintu, bukan dari komponen
sanitasi atau sejenisnya, membuka ke pintu keluar yang
diisolasi terhadap kebakaran pada lantai dimaksud
- lobby bebas asap
- pintu keluar bertekanan udara sesuai standar yang
berlaku.
o bangunan klas 9a : Ramp harus tersedia untuk setiap
perubahan ketinggian kurang dari 600 mm pada lorong
yang diisolasi terhadap kebakaran.
IX. Tangga Luar Bangunan
Tangga luar bangunan dapat berfungsi sebagai pintu keluar yang
disyaratkan menggantikan pintu keluar yang diisolasi terhadap
kebakaran, pada bangunan dengan ketinggian efektif tidak lebih
dari 25 m, bila konstruksi tangga tersebut (termasuk jembatan
penghubung) secara keseluruhan dari bahan yang tidak mudah
terbakar, dan memenuhi ketentuan teknis yang berlaku.

E - 86
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

X. Lintasan Melalui Tangga / Ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap


Kebakaran
i. Tangga/ramp, yang tidak diisolasi terhadap kebakaran, yang
berfungsi sebagai pintu keluar yang disyaratkan harus
mempunyai jalan lintasan menerus, dengan injakan dan
tanjakan dari setiap lantai yang dilayani menuju ke lantai
dimana pintu keluar ke jalan atau ruang terbuka disediakan
ii. Pada bangunan klas 2, 3 atau 4, jarak antara pintu keluar
dari ruang atau unit hunian tunggal dan tempat keluar
menuju ke jalan atau ruang terbuka melalui tangga atau
ramp yang tidak diisolasii terhadap kebakaran harus tidak
melampaui:
o 30 m pada konstruksi bangunan tipe C, atau
o 60 m pada konstruksi bangunan lainnya.
iii. Pada bangunan klas 5 s.d. 9, jarak antara sembarang tempat
pada lantai ke tempat keluar menuju ke jalan atau ruang
terbuka melalui tangga/ramp yang tidak diisolasi terhadap
kebakaran harus tidak melebihi 80 m.
iv. Pada bangunan klas 2, 3 atau 9a, tangga/ramp yan tidak
diisolasi terhadap kebakaran harus keluar pada tempat yang
tidak lebih dari :
o 15 m dari pintu keluar yang menyediakan jalan keluar
menuju ke jalan atau ruang terbuka, atau dari lorong
yang diisolasi terhadap kebakaran menuju ke Jalan atau
ruang terbuka, atau
o 30 m dan salah satu dari dua pintu atau lorong keluar
bila arah tangga/ramp yang tidak diisolasi terhadap
kebakaran berlawanan atau hampir berlawanan arah.
v. Pada bangunan klas 5 s d. 8 ata u 9b, tangga/ramp yang
tidak diisolasi torhadap kebakaran harus keluar ke tempat
yang tidak lebih dari:
o 20 m dari pintu keluaar yang menyediakan jalan keluar
menuju ke jalan atau ruang terbuka, atau dari lorong

E - 87
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

yang diisolasi terhadap kebakaran menuju ke jalan atau


ruang terbuka, atau
o 40 m dari salah satu dari dua pintu atau lorong keluar:
arah tangga/ramp yang tidak diisolasi terhadap
kebakaran berlawanan atau hampir berlawanan arah.
vi. Pada bangunan klas 2 atau 3, bila dua atau lebih pintu keluar
disyaratkan dan disediakan sebagai sarana tangga/ramp
yang tidak diisolasi. terhadap kebakaran dalam bangunan,
maka masing-masing pintu keluar tersebut harus :
o menyediakan jalan keluar terpisah menuju ke jalan atau
ruang terbuka;
o bebas asap.
XI. Keluar Melalui Pintu-Pintu Keluar
i. Pintu keluar harus tidak terhalang, dan bila perlu dibuat
penghalang untuk mencegah kendaraan menghalangi jalan
keluar atau akses menuju ke pintu keluar tersebut.
ii. Jika pintu keluar yang disyaratkan menuju ke ruang terbuka,
lintasan ke arah jalan harus mempunyai lebar bebas tidak
kurang dan 1 m, atau lebar minimum dari pintu keluar yang
disyaratkan, atau mana yang lebih lebar.
iii. Jika pintu keluar menuju ke ruang terbuka yang terletak
pada ketinggian berbeda dengan jalan umum yang
menghubungkannya, jalur lintasan menuju ke jalan harus
o berupa ramp atau lereng dengan kemiringan kurang dari
1:8, atau tidak setinggi 1.14
o kecuali bila pintu keluar dari bangunan klas 9a, tangga
memenuhi ketentuan dari pedoman ini.
iv. Pada bangunan klas 9b, panggung terbuka yang menampung
lebih dari 500 orang, tangga atau ramp yang disyaratkan
harus tidak keluar ke arah area di depan panggung tersebut.
v. Pada bangunan klas 9b dengan auditorium yang
menampung lebih dan 500 orang, tidak lebih dari 2/3 lebar

E - 88
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

pintu keluar yang disyaratkan harus terletak di area pintu


masuk utama.
XII. Pintu Keluar Horisontal.
i. Pintu keluar horisontal bukan merupakan pintu keluar yang
disyaratkan apabila:
o antara unit hunian tunggal;
o pada bangunan klas 9b yang digunakan untuk pusat
asuhan balita bagunan SD atau SLTP.
ii. Pada bangunan klas 9a, pintu keluar horisontal dapat
dianggap sebagai pintu keluar yang disyaratkan, bila jalur
lintasan dari kompartemen kebakaran menuju ke satu atau
lebih pintu keluar horisontal langsung menuju ke
kompartemen kebakaran lainnya, dan mempunyai sedikitnya
satu pintu keluar yang disyaratkan yang bukan pintu keluar
horisontal
iii. Kasus selain butir b di atas, pintu keluar horisontal harus
tidak lebih dari separuh pintu keluar yang disyaratkan pada
lantai yang dipisahkan oleh dinding tahan api
iv. Pintu keluar horisontal harus mempunyai area bebas disetiap
sisi dinding tahan api untuk menampung jumlah orang dari
seluruh bagian lantai dengan tidak kurang dari:
o 2.5 m2 tiap pasien pada bangunan klas 9a, dan
o 0,5 m2 tiap orang pada klas bangunan lainnya.
XIII. Tangga, Ramp Atau Eksalator Yang Tidak Disyaratkan
Eskalator dan tangga/ramp pejalan kaki yang ditetapkan tidak
diisolasi terhadap kebakaran
i. harus tidak digunakan di area perawatan pasien pada
bangunan klas 9a
ii. dapat menghubungkan sejumlah lantai bangunan bila tangga,
ramp atau eskalator tersebut
o pada panggung terbuka atau stadion olah raga tertutup;
o pada area parkir kendaraan atau atrium;
o di luar bangunan;

E - 89
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o pada bangunan klas 5 atau 6 yang dilengkapi dengan


fasilitas sprinkler menyeluruh, dan eskalator, tangga
atau ramp disyaratkan memenuhi ketentuan butir 12
ini
iii. kecuali diijinkan sesuai butir b di atas; tidak harus
menghubungkan lebih dari
o 3 lantai, bila tiap lantai tersebut dilengkapi dengan
sprinkler menyeluruh sesuai ketentuan Bab V.2. 1.c,
atau
o 2 lantai dengan ketentuan lantai bangunan tersebut
harus berurutan, dan satu dari lapis lantai tersebut
terletak pada ketinggian yang terdapat jalan keluar
langsung ke arah jalan atau ruang terbuka.
iv. kecuali bila dijinkan sesuai butir b atau c di atas, harus tidak
menghubungkan secara langsung atau tidak langsung ke
lebih dari 2 lapis lantai pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9.
Ruang Peralatan Dan Ruang Motor Lift
i. Bila ruang peralatan atau ruang, motor lif mempunyai luasan
o tidak lebih dari 100 m2, tangga pengait (ladder) dapat
dipakai sebagai pengganti tangga (stairway) dari setiap
tempat jalan keluar dari ruangan;
o lebih dari 100 m2 dan tidak lebih dari 200 m2, dan bila 2
atau lebih tempat jalan keluar tersedia dalam ruangan
tersebut, tangga pengait dapat dipakai sebagai pengganti
tangga seluruhnya, kecuali satu dari jalan keluar tersebut.
ii. Tangga pengait diijinkan menurut (a) di atas, bila:
o merupakan bagian dari jalan keluar yang tersedia pada
tangga yang diisolasi terhadap kebakaran yang terdapat
dalam saf;
o dapat keluar pada lantai dan dipertimbangkan sebagai
bagian dari jalur lintasan;
o harus memenuhi standar teknis terkait bila untuk ruang
peralatan dan untuk ruang motor lift.

E - 90
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Jumlah Orang Yang Ditampung


Jumlah orang yang ditampung dalam satu lantai, ruang atau
mesanin harus ditentukan dengan mempertimbangkan kegunaan
atau fungsi bangunan, tata letak lantai tersebut, dan luas lantai
dengan:
i. menghitung total jumlah orang tersebut dengan membagi
luas lantai dari tiap lapis menurut Tabel Vl.2 sesuai jenis
penghunian, tidak termasuk area yang dirancang untuk:
o lift, tangga, ramp, eskalator, koridor, hall, lobby dan yang
sejenis, dan
o service duct dan yang sejenis, kompartemen sanitasi atau
penggunaan tambahan, atau
ii. mengacu kepada kapasitas tempat duduk di ruang atau
bangunan gedung pertemuan, atau
iii. cara lain yang sesuai untuk menilai kapasitasnya.
Konstruksi Jalan Keluar
Penerapan
Kecuali ketentuan butir 13 den 16, persyaratan ini tidak berlaku
untuk unit hunian tunggal pada bangunan klas 2 atau 3 atau bagian
klas 4.
Tangga Dan Ramp Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
Tangga atau ramp yang disyaratkan berada di dalam saf tahan api
harus dengan konstruksi:
o dari material tidak mudah terbakar;
o bila terjadi kenusakan setempat tidak merusak struktur
yang dapat melemahkan ketahanan saf terhadap api.
Tangga Dan Ramp Yang tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran
Untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari 2 lantai, tangga dan
ramp yang tidak disyaratkan berada di dalam saf tahan api harus
dengan konstruksi sesuai ketentuan butir 2 diatas, atau dengan
konstruksi
o beton bertulang atau beton prestressed,
o baja dengan tebal minimal 6 mm

E - 91
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o kayu:
- dengan ketebalan minimal 44 mm setelah finishing
- dengan berat jenis rata-rata tidak kurang dari 800 kg/m3
pada kelembaban 12%
- yang direkatkan dengan perekat khusus seperti
resorcinol formaldehyde atau resorcinol phenol
formaldehyde
Pemisahan tanjakan dan turunan tangga
Bila tangga dipakai sebagai jalan keluar, disyaratkan untuk
diisolasi terhadap kebakaran, dan:
o harus tidak ada hubungan langsung antara
- tanjakan tangga dari lantai di bawah lantai dasar ke arah
jalan atau ruang terbuka; dan
- turunan tangga dari lantai di atas lantai dasar;
o setiap konstruksi yang memisahkan tanjakan dan turunan
tangga harus tidak mudah terbakar dan mempunyai TKA
minimal 60/60/60.
Ramp dan Balkon Akses yang Terbuka
Bila ramp dan balkon akses yang terbuka merupakan bagian dari
jalan keluar yang disyaratkan, maka harus:
o mempunyai bukaan ventilasi ke udara luar dimana:
- luas total area bebas minimal seluas ramp atau balkon
- tersebar merata sepanjang sisi terbuka ramp atau balkon
Lobby Bebas Asap
Lobby bebas asap yang disyaratkan harus:
o mempunyai luas minimal 6 m2,
o terpisah dari area hunian dengan dinding kedap asap, di
mana:
- mempunyai TKA minimal 60/60/-;
- terbentang antar balok lantai, atau ke bagian bawah
langit-langit yang tahan penjalaran api sampai 60 menit;

E - 92
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- setiap sambungan konstruksi antara bagian atas dinding


balok lantai, atap atau langit-langit harus ditutup dengan
bahan yang bebas asap;
o di setiap bukaan dari area hunian, mempunyai pintu bebas
asap sesuai standar teknis yang berlaku, atau terdapat alat
sensor asap diletakkan dekat dengan sisi bukaan;
o diberi tekanan udara sebagai bagian dari pintu keluar, bila
pintu keluar disyaratkan harus diberi tekanan udara.
Instalasi Pada Jalan Keluar Dan Jalur Lintasan
o Jalan masuk ke saf servis dan lainnya, kecuali ke peralatan
pemadam atau deteksi kebakaran sesuai yang diijinkan
dalam pedoman ini, tidak harus disediakan dari tangga,
lorong atau ramp yang diisolasi terhadap kebakaran.
o Bukaan pada saluran atau duct yang membawa hasil
pembakaran yang panas harus tidak diletakkan di bagian
manapun dari jalan keluar yang disyaratkan, koridor, gang,
lobby, atau sejenisnya yang menuju ke jalan keluar tersebut.
o Gas atau bahan bakar lainnya harus tidak dipasang di jalan
keluar yang disyaratkan.
o Peralatan harus tidak dipasang di jalan keluar yang
disyaratkan, atau koridor, gang, lobby atau sejenisnya yang
menuju ke jalan keluar tersebut, bila peralatan dimaksud
terdiri atas:
- meter listrik, panel atau saluran distribusi,
- panel atau peralatan distribusi telekomunikasi sentral,
dan
- motor listrik atau peralatan motor lain dalam bangunan,
kecuali terlindung oleh konstruksi yang tidak mudah
terbakar atau tahan api dengan pintu atau bukaan yang
terlindung dari penjalaran asap.

E - 93
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Perlindungan Pada Ruang Di Bawah Tangga Dan Ramp


Tangga dan ramp tahan api: Bila ruang di bawah tangga atau ramp
tahan api yang disyaratkan berada di dalam saf tahan api, maka
bagian tangga atau ramp tersebut harus tidak tertutup.
Tangga dan ramp tidak tahan api: Ruang di bawah tangga atau
ramp tidak tahan api yang disyaratkan (termasuk tangga luar)
harusnya tidak tertutup, kecuali:
o dinding dan langit-langit sekelilingnya mempunyai TKA
minimal 60/60/60
o setiap pintu masuk ke ruang tertutup tersebut dilengkapi
dengan pintu tahan api dengan TKA -/60130 yang dapat
menutup secara otomatis
Lebar Tangga
o Lebar tangga yang disyaratkan harus:
- bebas halangan, seperti pegangan rambat (handrail),
bagian dari balustrade, dan sejenisnya,
- lebar bebas halangan, kecuali untuk list langit-langit,
sampai ketinggian tidak kurang dari 2 m, vertikal di atas
garis sepanjang nosing injakan tangga atau lantai
bordes.
o Lebar tangga melebihi 2m dianggap mempunysi lebar hanya
2 m, kecuali dipisahkan oleh balustrade atau pegangan
rambat menerus antara lantai bordes dan lebar masing-
masing bagian kurang dari 2 m.
Ramp Pejalan Kaki
o Ramp yang diisolasi terhadap kebakaran dapat menggantikan
tangga, bila konstruksi yang menutup ramp, lebar dan tinggi
langit-langit sesuai persyaratan untuk tangga yang diisolasi
terhadap kabakaran.
o Ramp yang berfungsi sebagai jalan keluar yang disyaratkan
harus mempunyai tinggi tanjakan tidak kurang dari:
- 1:12 pada area perawatan pasien di bangunan klas 9a
- disyaratkan sesuai ketentuan Bab VI.4

E - 94
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- 1:8 untuk kasus lainnya


o Permakaan lantai ramp harus dengan bahan yang tidak licin.
Lorong Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
o Konstruksi lorong yang diisolasi terhadap kebakaran harus
dari material yang tidak mudah terbakar, di mana:
- Iorong keluar dari tangga atau ramp yang diisolasi
terhadap kebakaran, TKA tidak kurang dari yang
disyaratkan untuk saf tangga atau ramp,
- pada kasus lain TKA tidak kurang dari 60/60/60.
o Meskipun dengan ketentuan butir a.ii, konstruksi atas dari
lorong yang diisolasi terhadap kebakaran tidak perlu punya
TKA, bila dinding lorong tersebut merupakan perluasan dari:
- penutup atap yang tidak mudah terbakar
- langit-langit dengan ketahanan terhadap penjalaran api
tidak kurang dari 60 menit dan dalam kompartemen
kebakaran.
Atap Sebagai Ruang Terbuka
Jika pintu keluar menuju ke atap bangunan, atap tersebut harus
o mempunyai TKA tidak kurang dari 120/120/120,
o tidak terdapat pencahayaan atau bukaan atap iainnya
sepanjang 3 m dari jalur lintasan yang dipakai untuk keluar
mencapai jalan atau ruang terbuka.
Injakan Dan Tanjakan Tangga
Tangga harus mempunyai:
o tidak lebih dari 18 atau kurang dari 2 tanjakan;
o injakan, tanjakan, dan jumlah sesuai standar teknis;
o injakan dan tanjakan konstan;
o bukaan antara injakan maksimum 125 mm;
o ujung injakan dekat nosing diberi finishing yang tidak licin;
o injakan harus kuat bila tinggi tangga lebih dari 10 m atau
menghubungkan lebih dari 3 lantai.

E - 95
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Bordes
o Bordes tangga dengan maksimum kemiringan 1: 50 dapat
digunakan, untuk mengurangi jumlah tanjakan dan setiap
bordes harus:
- panjangnya tidak kurang dari 550 mm diukur dari tepi
dalam bordes,
- tepi bordes diberi finishing yang tidak licin.
o Bangunan klas 9a:
- Luas bordes harus cukup untuk gerakan usungan yang
berukuran panjang 2 m dan lebar 60 cm,
- Sudut arah naik dan turun tangga harus 180°, lebar
minimal bordes 1,6 m dan panjangnya minimal 2,7 m.
Ambang Pintu
Ambang pintu tidak mengenai anak tangga atau ramp minimal
selebar daun pintu kecuali:
o ruang perawatan pasien bangunan klas 9a, ambang pintu
tidak lebih dan 25 mm di atas ketinggian lantai dimana pintu
membuka,
o kasus lainnya
- pintu terbuka ke arah jalan atau ruang terbuka, tangga
atau balkon luar
- ambang pintu tidak lebih dari 190 mm di atas permukaan
tanah, balkon atau yang sejenis dimana pintu membuka.
Balustrade
o Balustrade menerus harus tersedia sekeliling atap yang
terbuka untuk umum, tangga, ramp, lantai, koridor, balkon
dan sejenisnya, bila:
- tidak dibatasi dengan dinding,
- tinggi lebih dari 1 m di atas lantai atau dibawah muka
tanah, kecuali sekeliling panggung, tempat bongkar
muat barang atau tempat lain bagi staf untuk
pemeliharaan.

E - 96
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

o Balustrade pada:
- tangga/ramp yang diisolasi terhadap kebakaran atau
area lain untuk keadaan darurat, kecuali tangga/ramp
luar bangunan, dan
- bangunan klas 7 (kecuali tempat parkir) serta klas 8
o Balustrade, tangga, dan ramp di luar ketentuan butir b harus
mengikuti ketentuan
o Balustrade sepanjang sisi atau dekat permukaan horisontal
seperti:
- atap, yang tersedia akses untuk umum dan jalur masuk
ke bangunan,
- lantai, koridor, balkon, lorong, mesanin dan sejenisnya,
harus mengikuti ketentuan
o Balustrade atau penghalang lain di depan tempat duduk
permanen pada balkon atau mesanin auditorium bangunan
klas 9b harus sesuai ketentuan
o Tinggi balustrade:
- minimal 865 mm di atas nosing injakan tangga atau lantai
ramp
- tidak kurang dari 1 m di atas lantai akses masuk, balkon
dan sejenisnya,
- Balustrade sesuai ketentuan butir e, tinggi di atas lantai
tidak kurang dari 1m, atau 700 mm bila tonjolan keluar
dari bagian atas balustrade diproyeksikan mendatar
tidak kurang dari 1 m.
o Bukaan pada balustrade memenuhi ketentuan butir b, bila
dibuat sesuai
- Jarak antara lebar bukaan tidak lebih dari 300 mm
- Bila menggunakan jeruji, tinggi jeruji tidak lebih dan 150
mm di atas nosing injakan tangga atau lantai bordes,
balkon atau sejenisnya dan jarak antar jeruji tidak lebih
dari 460 mm.

E - 97
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

Pegangan Rambat Pada Tangga


o Pegangan rambat harus tersedia untuk membantu orang agar
aman menggunakan tangga atau ramp.
o Pegangan rambat memenuhi ketentuan butir a tersebut bila:
- sedikitnya dipasang sepanjang satu sisi ramp/tangga
- dipasang pada dua sisi bila lebar tangga/ramp 2 m atau
lebih
- bangunan klas 9b untuk sekolah dasar, dipasang
permanen dengan tinggi minimal 865 mm dengan jeruji
pendukung permanen setinggi minimal 700 mm.
o Pada bangunan klas 9a harus tersedia sedikitnya sepanjang
satu sisi dari setiap lorong atau koridor yang digunakan oleh
pasien, dan harus:
- permanen sedikitnya 50 mm dari dinding
- dibuat menerus
Pintu
Sebagai pintu keluar yang disyaratkan:
o bukan pintu berputar
o bukan pintu gulung,
- kecuali dipasang pada bangunan atau bagian bangunan
klas 6, 7, 8 dengan luas lantai tidak lebih dari 200 m2,
- merupakan satu-satunya pintu keluar yang disyaratkan
dalam bangunan
o bukan pintu sorong, kecuali:
- membuka secara langsung ke arah jalan atau ruang
terbuka
- pintu dapat dibuka secara manual, dengan tenaga tidak
lebih dari 110 N.
o bila pintu dioperasikan dengan tenaga listrik:
- harus dapat dibuka secara manual, dengan tenaga tidak
lebih dan 110 N. bila terjadi kerusakan atau tidak
berfungsinya tenaga listrik

E - 98
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- membuka langsung ke arah jalan atau ruang terbuka


harus dapat membuka secara otomatis bila terjadi
kegagalan pada daya listrik, alarm kebakaran dan
lainnya.
Pintu Ayun
o Tidak mengganggu lebih dari 500 mm pada lebar yang
disyaratkan dari tangga, lorong atau ramp, termasuk bordes.
o Bila terbuka sempurna, lebih dari 100 mm pada lebar pintu
keluar yang disyaratkan.
o Ayunan harus searah akses keluar, kecuali:
- melayani bangunan atau bagian bangunan dengan luas
tidak lebih dari 200 m2, merupakan satu-satunya pintu
keluar dari bangunan dan dipasang alat pegangan pada
posisi membuka,
- melayani kompartemen saniter.
Pengoperasian Gerendel Pintu
Pintu yang disyaratkan sebagai lintasan, bagian atau jalan keluar
harus siap dibuka tanpa kunci dari sisi dalam dengan satu tangan,
dengan mendorong alat yang dipasang pada ketinggian antara 0,9 -
1,2 m dari lantai, kecuali bila:
o melayani komponen sanitasi atau sejenisnya,
o hanya melayani:
- unit hunian tunggal pada bangunan klas 2, 3, atau bagian
klas 4,
- unit hunian tunggal dengan luas area tidak lebih dari 200
m2 pada bangunan klas 5, 6, 7, atau 8,
- ruangan yang tidak aksesibel sepanjang waktu bila pintu
terkunci.
o melayani hunian yang perlu pengamanan khusus dan dapat
segera dibuka:
- dengan mengoperasikan alat pengontrol untuk
mengaktifkan alat untuk membuka pintu,

E - 99
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan )

- dengan tangan, khususnya oleh pemilik, sehingga orang


dalam bangunan segera dapat menyelamatkan diri bila
terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
o melayani lantai atau ruang yang menampung lebih dari 100
orang, pada bangunan klas 9b, kecuali bangunan sekolah,
panti asuhan balita atau bangunan keagamaan.
Masuk Dari Pintu Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
Pintu harus tidak terkunci dari dalam tangga/ramp/lorong yang
diisolasi terhadap kebakaran untuk melindungi orang yang masuk
kembali ke lantai atau ruang yang dilayani pada
o bangunan klas 9a
o bangunan dengan tinggi efektif lebih 25 m, kecuali semua
pintu secara otomatis terkunci dengan alat yang
mengaktifkan alarm kebakaran, dan
- sedikitnya setiap 4 tingkat terdapat pintu tidak terkunci
dan terdapat rambu permanen bahwa dapat dilalui;
- tersedia sistem komunikasi internal, sistem
audibel/visual alarm yang droperasikan dari dalam
ruangan khusus dekat pintu, dan juga rambu permanen
tentang cara mengoperasikannya.
Rambu Pada Pintu
o Rambu, untuk memberi tanda pada orang bahwa pintu
tertentu harus tidak dihalangi, dipasang ditempat yang
mudah dilihat atau dekat dengan pintu-pintu tahan api dan
asap.
o Rambu tersebut harus dibuat dengan huruf kapital minimal
tinggi huruf 20 mm, warna kontras dan menyatakan bahwa
pintu jangan dihalangi.
XIV. AKSES BAGI PENYANDANG CACAT
Untuk bangunan yang digunakan untuk pelayanan umum harus
dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kemudahan akses
dan sirkulasi bagi semua orang, termasuk penyandang cacat.

E - 100
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan
Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

Dinas Tata
Ruang Kota
Bandung

Pekerjaan
Pekerjaan
Penataan Ruang
Kerja Kantor
Kementerian
Koordinator
Bidang
Kemaritiman Dan
Investasi (Jasa
Konsultansi
Perencanaan)

DIAGRAM ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN PENATAAN RUANG KERJA


KANTOR KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN
INVESTASI (JASA KONSULTANSI PERENCANAAN)

E - 101
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

E.3 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Organisasi pelaksanaan dalam pekerjaan Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah,
Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan) menyangkut hubungan
antara pemberi tugas dengan pelaksana kerja. Untuk memudahkan dan memelihara
efisiensi kerja, perlu disusun suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan agar dapat
berjalan lancar sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran serta jadwal yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya dalam penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan
tersebut menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan penerima/pelaksana
pekerjaan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan bertanggung jawab kepada Kuasa
Pengguna Anggaran yang telah ditunjuk, dan akan melakukan konsultasi teknis dengan
tim teknis daerah yang telah ditunjuk atau ditetapkan.

E.3.1. TIM KONSULTAN


Tim Konsultan terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli, dan tenaga
pendukung .

 Manager Proyek bertanggung jawab kepada Direktur Utama Konsultan terhadap


pelaksanaan, kelancaran, dan penyelesaian proyek.
 Ketua Tim Konsultan (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan
kepada tim supervisi, mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim konsultan
dengan dibantu oleh sub-bidang penelitian.
 Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang penelitian, yang dirinci berdasarkan
disiplin ilmu yang digunakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
 Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan kesekretariatan
dalam pekerjaan ini.

E.3.2 STRUKTUR ORGANISASI PEKERJAAN


Penyusunan organisasi pelaksana kerja Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah,
Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan) menyangkut hubungan

E - 102
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

antara pemberi kerja dengan pelaksana kerja (konsultan), yang terdiri dari tenaga-
tenaga ahli dari berbagai bidang beserta tenaga pendukungnya.
Dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud, konsultan akan membentuk satu tim
yang dipimpin oleh team leader dengan didukung oleh beberapa tenaga ahli dan juga
beberapa tenaga pendukung yang berkompeten. Untuk mengetahui lebih jelas, struktur
organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.

KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG KEMARITIMAN DAN
INVESTASI

KONSULTAN
PELAKSANA Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang
Direktur Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan
Investasi (Jasa Konsultansi
Perencanaan)
Office Manager

Team Leader Tim Teknis

Tenaga Ahli Bersertifikat


 Ahli Arsitektur
 Ahli Struktur
 Ahli Mekanikal
 Ahli Elektrikal
 Ahli Estimator

Keterangan:
Tenaga Penunjang

Garis Tugas
Garis Koordinasi
Garis Perintah

Gambar E.8.
Struktur Organisasi Pelaksanaan

E - 103
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi Perencanaan)

Mengacu pada tahapan pekerjaan serta untuk dapat lebih memahami tuntutan terkait
dengan penyelesaian “Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa Konsultansi
Perencanaan)”, dengan menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada
batasan waktu selama 30 (Tiga puluh) hari kalender kontrak pekerjaan.

F-1
Usulan Teknis Pekerjaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi (Jasa

TABEL F.1 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bulan Ke - Keterangan
No Kegiatan 1
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Survei/Pengumpulan Data
- Survei Pendahuluan
- Survei Tapak Lahan
- Survei Eksisting Saluran
- Survei Pengukuran Bangunan Eksisting
3 Analisa Data
- Analisa Kondisi dan Karakteristik Tapak
- Analisa Kebutuhan Ruang
- Analisa Struktur Bangunan
- Analisa Perencanaan Sanitasi dan Limbah
4 Perumusan dan Konsep Perencanaan
5 Penyusunan Rencana Teknis Detail
6 Penyusunan Spesifikasi Teknis (RKS)
7 Rencana Anggaran Biaya
8 Pelaporan Produk Pekerjaan
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Laporan Akhir

F-2

Anda mungkin juga menyukai