Anda di halaman 1dari 15

KESIAPAN EKONOMI MASYARAKAT MENGHADAPI DAMPAK

PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL DI KABUPATEN


KEDIRI (2020-2024)

Nur Afifah
mrs.afifah.nur11@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Pemenuhan akan kebutuhan ekonomi membuat pergerakan barang dan
jasa semakin cepat dan fleksibel apalagi dengan adanya modernisasi di era
industri revolusi 4.0 yang membuat semua serba digital untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Begitu pula dengan pergerakan manusia yang diharuskan
berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lainnya di suatu regional. Untuk itu,
adanya sarana prasarana transportasi sangatlah penting untuk memangkas waktu
perjalanan agar pekerjaan lebih cepat selesai dan proses migrasi lebih efisien.
Salah satu alat transportasi yang dinilai aman adalah pesawat terbang.
Berdasarkan data dari hubud.dephub.go.id jumlah penumpang datang (1.563.517),
berangkat (1.578.806) dan transit (71.366). Bahkan di Jawa Timur sendiri sudah
memiliki 6 bandara domestik (Bandara Juanda, Abdurrahman Saleh, Banyuwangi,
Trunojoyo, Noto Hadinegoro, dan Harun Tohir) dan dua diantaranya sudah
melayani penerbangan internasional. Oleh karena itu, manfaat dari adanya
bandara sendiri sangatlah besar selain sebagai sarana transportasi juga sebagai alat
distribusi poduk perdagangan secara nasional dan internasional. Bandara sendiri
hanya dapat dibangun di suatu area yang luas dengan topografi relatif datar dan
jauh dari pemukiman warga.
Keadaan ekonomi Jawa Timur utara dan selatan mengalami ketimpangan.
Untuk itu, belakangan ini wilayah di Jawa Timur selatan banyak yang
mencanangkan pembangunan bandara guna meratakan pembangunan dan keadaan
ekonomi setempat. Sejauh ini, pada tahun 2016 di Kab. Blitar dan Tulungagung
pernah mencanangkan dibangunnya bandara di wilayah tersebut, namun karena
faktor ekonomi dan sempitnya ruang akhirnya pembangunan dibatalkan.
Kemudian pembangunan bandara sendiri sempat digagas oleh Kab. Kediri sejak
2016-2017 oleh pemerintah setempat. Namun, sedikitnya anggaran dan sulitnya
koordinasi membuat proses pembebasan lahan dan alokasi ABPD sulit ditempuh.

1
Akhirnya PT Gudang Garam sebagai perusahaan adidaya rokok kretek di
Indonesia kembali menggagas pembangunan bandara tersebut sebagai investor
utama dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Suatu
pembangunan infrasturktur pasti akan membuat dampak positif bagi kemajuan
ekonomi, namun berbanding terbalik jika tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan sehingga alih fungsi lahan akan terus terjadi tanpa adanya upaya
reboisasi dan menjaga alam tetap lestari.
Masalah terbesarnya adalah kesiapan masyarakatnya sendiri dalam
menghadapi pembangunan tersebut. Jika ditinjau secara spasial, setidaknya
perekonomian wilayah yang terdampak secara langsung dari pembangunan
tersebut adalah wilayah Kediri, Nganjuk, Blitar, dan Tulungagung. Apakah
masyarakat sudah memahami betul bagaimana dampak dibangunnya bandara
dalam hal perekonomian? Nyatanya tidak, sejauh ini masyarakat Kediri hanya
memandang bandara sebagai alat untuk mempermudah transportasi tanpa
memperhatikan pengaruh-pengaruh besar lainnya.

2. TUJUAN
Untuk itu, paper ini disusun untuk mengetahui, menelaah kesiapan
masyarakat Kediri khusunya masyarakat di Kec. Tarokan, Kec. Grogol. dan Kec.
Banyakan di bidang ekonomi dari adanya dampak pembangunan bandara tersebut
agar perekonomian masyarakat terberdayakan demi majunya keadaan ekonomi
sekitar Kediri.

3. METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Menurut Nazir (1988) dalam Sukmadinata (2005), metode deskriptif merupakan
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Menurut Whitney (1960)
dalam Sukmadinata (2005), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

2
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari
jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan,
fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan
menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
kuisioner dan juga studi pustaka. Data utama adalah wawancara kepada salah satu
masyarakat terdidik Kec. Grogol untuk mengetahui kondisi real-nya di lapangan.
Selain itu, diajukan pula kuisioner secara random untuk 56 responden yang
tersebar di seluruh wilayah Kediri (22 kecamatan dari 29 kecamatan) untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat setempat mengenai pembangunan bandara
tersebut.

4. PEMBAHASAN
Kabupaten Kediri merupakan kabupaten berkembang yang setiap
tahunnya berusaha meningkatkan infrastruktur di wilayahnya. Jalur transportasi
darat telah terpenuhi dengan adanya terminal dan stasiun kereta api. Jalur
transportasi udara dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
masyarakat di wilayah selatan Pulau Jawa yang selama ini terisolasi dari ruang
udara. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan transportasi udara, selain Malang
dan Surabaya terbilang tinggi di daerah ini, terutama dibutuhkan oleh perantau
yang bekerja sebagai TKW di luar negeri sehingga jika mereka melakukan
perjalanan udara dari negara imigrasi, langsung menuju ke kota tujuan, tanpa
harus melewati perjalanan darat terlebih dahulu setelah turun dari Bandara
Djuanda ke Karesidenan Kediri.
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan / perairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas,
naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya (UU
No.1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional dalam Syaifullah, A., : 2019). Selain itu, Bandar Udara
juga berarti sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan

3
mendarat. Bnadar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas
pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain,
baik untuk operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya (KBBI,
1986:124 dalam Syaifullah, A., : 2019). Bandar Udara memiliki fungsi utama yaitu
melayani penumpang angkutan udara. Dalam waktu yang relatif singkat, telah
bertumbuh dengan secepatnya baik dalam segi pelayanan sesuai dengan
perubahan teknologi penerbangan. Dalam perencanaannya sebaiknya sejalan
dengan kemajuan zaman untuk dapat memenuhi perubahan dan permintaan yang
mutakhir (Neufert:1973 dalam Syaifullah, A., : 2019)
Pembangunan bandara di Kabupaten Kediri adalah mega proyek dari PT
Gudang Garam, Tbk yang bekerja sama dengan PT Surya Dhoho Investama,
dengan PT Angkasa Pura I sebagai perusahaan konstruktif proyek pembagunan
bandara. Proyek ini menggelontorkan dana hampir seluruhnya dari PT Gudang
Garam berkisar dari 5 – 10 Triliun Rupiah selebihnya mendapat bantuan dana
APBD dan APBN dan terbilang sangat jauh dibandingkan anggaran proyek
bandara Blimbingsari (Banyuwangi) yang keseluruhannya berjumlah 45 Miliyar
yang sepenuhnya berasal dari dana APBD. Perlu diketahui, proyek ini merupakan
proyek pembangunan bandara internasional sipil pertama di Indonesia yang
dananya berasal dari swasta. Pengertian bandara internasional sendiri adalah
bandar yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan
dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri (admin, dephub.go.id
dalam Syaifullah, A., : 2019).
Sebenarnya, wacana proyek ini sudah digagas sejak 2012 lalu oleh Kab.
Blitar bahkan Tulungagung, namun karena kurangnya dana akhirnya diambil alih
oleh Kab. kediri dengan investor utama PT Gudang Garam pada 2016. Proyek ini
membutuhkan luas 457 Ha atau setara dengan 4,57 km2. Pemilihan Kab. Kediri
sebagai tempat dibangunnya proyek adalah karena kondisi topografinya yang
relatif datar sehingga sangat memungkinkan dibangunnya bangunan besar dan
luas seperti bandara.

4
Gambar 1a : Peta Administrasi disertai relief Kab. Kediri
Sumber: google image

Gambar 1b : Peta administrasi Kab. Kediri


Sumber : BPS (2018)

Untuk mempercepat jalannya proyek ini, sejumlah menteri hadir di


Kabupaten Kediri, pada 31 Agustus 2019. Menteri yang hadir antara lain Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koordinator (Menko) Maritim Luhut
Binsar Panjaitan, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan

5
Nasional (ATR/BPN) Sofyan A Djalil, serta Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. Hadir pula Gubernur Jawa
Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Kediri Haryanti Sutrisno.
Akibat rumitnya masalah pembebasan lahan, Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan A Djalil menambahkan
dalam pembebasan tanah untuk kepentingan bandara, pemerintah bisa
menggunakan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum. Saat ini, tanah yang terkena pembebasan lahan berupa
sawah, perkebunan, hutan, dan pemukiman. Pembiayaan pembebasan lahan
sepenuhnya dilakukan oleh PT gudang Garam dengan menaikkan nilai jualnya
empat hingga lima kali dari NJOP asalnya. Warga-warga yang tanahnya
terdampak direlokasikan kesebuah wilayah semacam perumahan di suatu desa.
Pada awal 2019 lalu pembebasan lahan hanya kurang 20 Ha dan akan terus
diupayakan. Saat ini di Desa Grogol, Kec. Grogol sudah dibangun kantor imigrasi
sebagai langkah awal sebelum pembangunan bandara internasional.

Gambar 2 : Lokasi Pembangunan Bandara


Sumber : Syaifullah, A., (2019)

6
Gambar 3 : Perkiraan Lokasi Pembangunan Bandara disadur dari (Syaifullah, A.,
: 2019)
Sumber :Google Earth

Gambar 4: Peta Perencanaan Pembangunan Bandara dan Penggunaan Lahan di


Kecamatan Tarokan, Grogol dan Banyakan
Sumber : ArcGis 10.3

Ibu Khofifah mengatakan bahwa percepatan pembangunan Bandara Kediri


dapat mempersempit ketimpangan Jatim bagian utara dan selatan. Dinilai
pembangunan Bandara Kediri tersebut diharapkan dapat menjadi stimulus
pertumbuhan ekonomi baik di sekitar bandara maupun akses ke berbagai destinasi

7
wisata serta berkembangnya sektor perkebunan dan hortikultur di kawasan
Selingkar Wilis. Namun, sejatinya masalah pembebasan lahan bukan karena
masyarakat tidak mau menjual lahan mereka, namun karena masalah harga dari
PT Gudang garam, Tbk yang sampai saat ini masyarakat belum mendapat
kepastian harga sehingga membuat lahan warga belum bisa dibebaskan.
Berdasarkan penelitian, Sebanyak 91 % atau 51 orang mengetahui tentang
rencana pembangunan proyek tersebut, namun mereka hanya sekedar tahu tanpa
mengetahui dampak lebih lanjut akibat pembangunan bandara tersebut. Bahkan,
hanya 19 orang dari 56 orang responden yang bisa menjelaskan dan paham betul
mengenai dampak pembangunan bandara tersebut dari segi ekonomi. Hal ini
berarti hanya 30% dari total masyarakat terdidik/mahasiswa yang peka/kritis
terhadap fenomena terkini, belum lagi survei kepada masyarakat biasa, seperti
petani, pedagang, nelayan yang pastinya tingkat kekritisan mereka jauh lebih
rendah.

Gambar 5 : Kuisioner Pertanyaan 1


Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 6 : kuisioner Pertanyaan 2


Sumber : Hasil Kuisioner

8
Berdasarkan pertanyaan tersebut, 29 orang menjawab senang dan 15
diantaranya menguntungkan. Jawaban senang mengidentifikasikan bahwa tingkat
analisa masyarakat dalam menilai suatu fenomena masih dangkal, jika menjawab
menguntungkan berarti bisa menganalisa dampak dari pembangunan tersebut dan
10 orang menjawab menghawatirkan berarti mereka benar-benar paham bahwa
suatu pembangunan infrastuktur tidak hanya menguntungkan tetapi juga bisa
berakibat sebaliknya.

Gambar 7 : Kuisioner Pertanyaan 3


Sumber : Hasil Kuisioner

Untuk itu, perlu adanya persiapan yang cukup matang bagi masyarakat
sekitar terhadap perubahan iklim perekonomian yang diakibatkan oleh
pembangunan bandara di Kab. kediri. Perlu diketahui bahwa relief ketiga
kecamatan terdampak bandara (Tarokan, Grogol dan Banyakan) memiliki relief
datar di sisi timur dan mulai terjal ke sebelah barat. Karena di barat terdapat
Gunung Wilis dengan ketinggian sekitar 2000 mdpl. Mayoritas kepadatan
penduduk juga terdapat di timur, di wilayah yang relatif landai sehingga mereka
memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, terlebih di sekitar desa tersebut
terdapat pasar induk, yaitu Pasar Nggringging, seperti pedagang buah dan
pakaian. Namun di wilayah barat dengan relief terjal membuat masyarakat
bermata pencaharian sebagai petani, tepatnya petani musiman (tadah hujan)
karena sulitnya air irigasi di waktu kemarau. Kebanyakan masyarakat bekerja
sebagai petani, ini berarti mereka sebagai pekerja di sektor marginal, sektor
perekonomian yang memiliki keuntungan sedikit karena masih menggunakan
sistem manual yang berakibat rendahnya pendapatan perkapita warga setempat

9
serta sebagai identifikasi bahwa daerah tersebut masih belum berkembang secara
signifikan.
Tabel 1 : Presentase Angkatan Kerja di Kabupaten Kediri
No. Kategori Ketenagakerjaan / Employment Category 2015 2016* 2017
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan /
1 36,98 - 35,65
agriculture, forestry, hunting and fishies
Pertambangan dan Penggalian / Mining and
2 1,06 - 0,99
quarrying
3 Industri Pengolahan / Manufacturing industry 11,59 - 13,1
4 Listrik, Gas dan Air / electricity, gas and water - - 0,33
5 Bangunan / Construction 9,42 - 7,75
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan
6 Hotel / Wholesale Trade, Retail Trade, 25,19 - 22,43
Restaurants and Hotels
Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi /
7 Transportation, Warehousing, and 2,4 - 3,6
Communication
Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan,
8 Tanah dan Jasa Perusahaan / Financial, Insurance, 1,64 - 1,99
Real Estate, and Bussiness Services
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan /
9 11,72 - 14,16
Community, Social, and Personal Services
2016* Angka tahun 2016 tidak bisa dihitung dikarenakan penghematan anggaran
Sumber : BPS (2018) dengan sedikit ubahan

Sejauh ini, masyarakat di Kecamatan Banyakan, Tarokan, dan Grogol


khususnya Desa Grogol dan Tarokan sudah tahu akan adanya pembangunan
bandara di kecamatan mereka, terlebih mereka kebanyakan adalah warga yang
secara langsung terdampak pembangunan bandara. Namun, batas pengetahuan
mereka hanya sekedar tahu tentang pembangunan tersebut. Hanya sedikit
masyarakat yang berfikir kritis mengenai orientasi dampak pembangunan itu,
dikarenakan memang mereka pola hidupnya masih tradisional, mereka hanya
menyelesaikan pendidikan tingkat rendah yang mempengaruhi pola pikir mereka
yang hanya beranggapan bahwa hidup mereka statis, tidak akan ada perubahan
dan tidak ada keinginan untuk berubah.
Masyarakat juga belum memiliki pola pikir konstruktif, yaitu pola pikir
yang membangun langkah-langkah orientasi masa depan perekonomian suatu
individu ataupun rumah tangga. Pertama, ketika mereka mendapatkan kompensasi
atas penjualan tanah mereka, uang itu hanya digunakan untuk pembangunan
rumah baru dan membeli alat transportasi ataupun gadget. Hanya sedikit yang

10
memiliki orientasi untuk berinvestasi ataupun untuk membuka usaha baru,
misalnya UMKM. Kedua, hanya sedikit masyarakat yang benar-benar tahu
dampak dari pembangunan bandara tersebut dan peluang apa yang akan mereka
dapatkan nanti. Tentunya, dengan adanya pembangunan bandara apalagi bandara
internasional membuat perpindahan barang dan mobilisasi semakin cepat dan
mudah sehingga nantinya akan banyak investor yang akan menanamkan modal di
Kediri dan sekitarnya. Adanya investor sebagai pengendali perekonomian berarti
masyarakat di wilayah tersebut tidak terberdayakan, masyarakat bukan pemegang
kekuatan ekonomi utama. Seharusnya, masyarakat memiliki ide kreatif mengenai
pembukaan usaha yang akan dilakukan mengingat wilayah sekitar bandara sangat
strategis untuk tempat jual beli, bahkan masyarakat bisa membuat UMKM,
ataupun jasa paket wisata di Karesidenan Kediri.
Sebenarnya, pada pertemuan beberapa menteri Indonesia dan pejabat
daerah pada daerah terdampak pada 31 Agustus lalu, para pemerintah terutama
pihak desa sudah mencanangkan program-program guna memberdayakan
masyarakat setempat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan
pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan
pemasaran, penguatan masyarakat untuk memperoleh gaji/upah yang memadai,
dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan
keterampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek
masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya (Hutomo : 2002 dalam
Auliyah, R. : 2014). Konsep mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat
menurut Hutomo (2002) dalam Auliyah, R. (2014) dari beberapa program atau
proyek pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi antara lain :
1. Bantuan modal
2. Bantuan pembangunan prasarana
3. Bantuan pendamping
4. Penguatan kelembagaan
5. Penguatan kemitraan usaha

11
Sedangkan Sumodiningrat (1999, h.133-134) dalam Auliyah, R. (2014)
juga berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui 3
(tiga) jalur, yaitu:
(1)Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(Enabling);
(2) Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering);
(3) Memberikan perlindungan (Protecting).
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat agar mampu mewujudkan kemandirian dan melepaskan
diri dari belenggu kemiskinan serta keterbelakangan. Konsep pemberdayaan
dalam wacana pembangunan biasanya selalu dikaitkan dengan konsep
kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Namun, hingga saat ini
belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk melaksanakan prokernya sebagai
upaya persiapan pra-pembangunan dan operasional bandara. Bahkan, sampai saat
ini tidak ada proker (program desa) yang secara intern menyelenggarakan
pelatihan intensif kepada warga desa, selama ini pelatihan kerja hanya dilakukan
dari luar (swasta maupun pemerintah). Seharusnya program seperti ini berjalan
secara berkelanjutan bukan secara periodik ataupun tahunan. Dikarenakan skill
tidak bisa langsung diterapkan setelah satu kali teori (pelatihan). Layaknya mata
pelajaran, memang harus benar-benar dipahami, diresapi sehingga masyarakat
bisa mempraktekkan teori-teorinya dengan baik agar mereka bisa terberdayakan.
Bahkan, menurut narasumber di ketiga kecamatan tersebut tidak ada
satupun UMKM yang berdiri dari pelatihan oleh desa. Hanya ada satu usaha
rumahan berupa krupuk pasir di Kecamatan Tarokan sebagai salah satu UMKM,
namun tidak diketahui pasti UMKM itu berangkat secara mandiri atau melalui
pelatihan. Meskipun di wilayah tersebut sudah ada UMKM, namun usaha mereka
(skill) sangat jauh dengan minat kebutuhan pasar. Saat ini, di era revolusi industri
4.0 seharusnya pemasaran sudah digital, promosi bisa lebih luas dan mudah serta
produk yang dihasilkan haruslah lebih inovatif dan kreatif untuk itu wilayah
tersebut masih dikatakan jauh dari kemajuan / kecanggihan sistem perekonomian.

12
Tentunya, solusi untuk menghadapi dampak pembangunan bandara sendiri
ada di kualitas SDM-nya, untuk itu perlu adanya peningkatan kualitas SDM
melalui pelatihan kerja secara intensif yang sesuai dengan kebutuhan pasar,
adanya bantuan modal, regulasi izin usaha dipermudah, adanya proteksi yang kuat
bagi UMKM, dukungan promosi dari pemerintah maupun peningkatan sistem
secara digital.
Secara keseluruhan program bantuan yang telah diberikan oleh
pemerintah diharapkan dapat merubah perekonomian masyarakat, dimana
kemandirian usaha ekonomi masyarakat pedesaan yang telah dibangun semakin
berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, demi menunjang berlangsungnya
produktivitas yang baik diadakan sosialisasi atau pelatihan dan penyuluhan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan program, sehingga SDM atau kelompok
sasaran yang dihasilkan menjadi lebih baik. Dengan adanya program bantuan dari
pemerintah dapat meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga secara
otomatis pendapatan mereka akan bertambah.

5. PENUTUP
Pembangunan bandara internasional di Kediri adalah salah satu upaya
pemerintah untuk mengurangi ketimpangan kondisi ekonomi Jawa Timur utara
dan selatan yang pendanaannya digagas hampir sepenuhnya oleh PT Gudang
Garam, Tbk dengan luas lahan 457 Ha dan anggaran lebih dari 5 triliyun. Selama
ini, proyek sudah dicanangkan mulai 2016 dan 2017 namun terkendala oleh
masalah pembebasan lahan dan grounbreaking akan di mulai pada Maret 2020.
Saat ini, masyarakat Kedri mayoritas tahu akan dibangunnya proyek ini, namun
hanya sedikit dari mereka yang bisa berfikir kritis, mengenai dampak
dibangunnya bandara di Kediri tersebut, terutama dalam bidang ekonomi. Sejauh
ini, masyarakat memiliki anggapan statis terhadap hidup mereka sehingga tidak
ada niatan untuk memajukan perekonomian secara signifikan. Mayoritas dari
mereka juga masih bekerja di sektor marginal, dengan kehidupan yang masih
tradisional/asri. Selama ini, pemerintah daerah setempat belum melakukan
langkah nyata untuk menggandeng masyarakat membangun ekonomi yang kuat.

13
Sebenarnya, persiapan masyarakat untuk menghadapi pembangunan
bandara tersebut sangat penting karena nantinya bisa menempatkan masyarakat
setempat sebagai pengendali utama iklim perekonomian, bukan investor asing
yang malah menjadikan masyarakat sebagai buruh/pegawai. Untuk itu, usaha
peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja sangat penting, didukung
pemberian modal, kemudahan regulasi izin usaha, legalitas usaha, penguatan
status usaha / UMKM di masyarakat, sampai sistem promosi yang serba digital
mencakup keruangan yang luas untuk mempercepat majunya perekonomian
setempat. Namun, diperlukan juga niatan kuat dari masyarakat desa untuk bisa
berkembang sehingga usaha pemerintah tidak hanya berat sebelah. Jika faktor
tersebut terpenuhi, UMKM di masyarakat akan bisa berkembang dengan baik
sebagai peluang usaha terbesar di masyarakat.
Selain itu, ketiga kecamatan tersebut (Tarokan, Grogol, Banyakan)
memiliki potensi desa wisata. Potensi tersebut tercermin dari komoditi utama
yang dihasilkan, yaitu Mangga Podang. Nantinya, secara inovatif masyarakat
beserta pemerintah setempat bisa menjadikan desa tersebut menjadi objek wisata
petik mangga, meniru wisata petik apel di Kota Batu. Solusi selanjutnya adalah
adanya usaha dengan sistem argobisnis. Sistem ini adalah pengadaan dan
penyaluran sarana produksi sampai sampai pemasaran produk yang dihasilkan
usahatani dan argoindustri yang saling terkait satu sama lain. Pertanian sebagai
sektor marginal bisa berkembang dengan cara ini, terlebih akan lebih
menguntungkan jika diterapkan diversifikasi pertanian. Diharap dengan adanya
himpunan yang besar, penjualan akan mencakup wilayah lebih luas dan
pendistribusian akan lebih mudah.

6. DAFTAR RUJUKAN
Auliyah, R. (2014). Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-Taqwa
dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan. Kompetensi
(Competence: Journal of Management Studies), 8(1).

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Kediri dalam Angka / Kediri Regency in
Figures 2018. Kediri: BPS Kabupaten Kediri dari https://kedirikab.bps.go.id
ISSN : 0215-5583

14
Bandara di Jawa Timur. Travelingyuk (online), (https://travelingyuk.com), diakses
pada : 26 Oktober 2019

Groundbreaking Bandara Kediri Ditargetkan Maret 2020. Merdeka (online),


(https://www.merdeka.com), diakses pada : 26 Oktober 2019

Harahap, E. F. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi untuk


Mewujudkan Ekonomi Nasional yang Tangguh dan Mandiri. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, 3(2), 78-96

Kurniawati, D. P. 2013. Pemberdayaan masyarakat di bidang usaha ekonomi (studi


pada Badan Pemberdayaan Masyarakat kota Mojokerto). Jurnal
Administrasi Publik, 1(4), 9-14

Lalu lintas Angkatan Udara. Hubud.dephub (online) , (http://hubud.dephub.go.id)


diakses pada : 30 November 2019

Nikijuluw, V. P. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta


Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir Secara Terpadu. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumberdaya pesisir dan
lautan, Institut Pertanian Bogor.

Proyek Bandara Kediri Segera Dimulai Lebih Luas dari Bandara di Malang.
Kompas (online), (https://regional.kompas.com) diakses pada : 25 Oktober
2019

Rifa’i, B. 2013. Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo. Sumber, 100(100), 2-59

Sukmadinata, S. N. 2005. Metode Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Syaifullah, A. 2019. Perancangan Bandar Udara Internasional di Kabupaten
Kediri dengan Pendekatan Arsitektur Futuristik. Tesis tidak diterbitkan.
Malang : Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maliki Malang

15

Anda mungkin juga menyukai