Anda di halaman 1dari 6

Jembatan travel bubble (parawisata)

Dalam memberlakukan travel bubble pemerintah dapat mengizinkan masuknya

pengunjung untuk perjalanan bisnis saja atau juga termasuk perjalanan liburan dari negara

lain melalui gelembung perjalanan atau koridor hijau. Travel bubble biasanya memerlukan

pengujian sebelum keberangkatan, setelah kedatangan, dan periode karantina yang lebih

pendek. Travel bubble pertama di Asia dan Pasifik terjadi antara Republik Rakyat Tiongkok

dan Republik Korea pada 1 Mei 2020. Itu terbatas pada pelancong bisnis yang memiliki

undangan dari perusahaan di negara lain.

Negara Asia lainnya yang sudah menerapkan travel bubble adalah Thailand.

Pemerintah Thailand mengharuskan wisman yang datang untuk melakukan karantina di

daerah Phuket selama lima hari. Setelah lolos karantina dan dinyatakan sehat, barulah

wisman tersebut boleh melancong di kota lainnya. Biasanya, travel bubble bilateral

dipertimbangkan hanya jika negara-negara yang terlibat, sudah melampaui puncak infeksi

baru mereka. Tingkat kesiapsiagaan pandemi juga menjadi faktor penting keberhasilan

penerapan strategi ini. Kita bersyukur, setelah tertunda beberapa kali, pemerintah melalui

kementerian terkait seperti Kemenpar, Kemenlu, dan Kemenkum HAM telah melakukan

MoU dengan pemerintah Singapura terkait travel bubble pada Selasa 14 Setepmber 2021.

Tentu saja ini adalah langkah yang tepat agar kunjungan wisatawan asal Singapura dapat

berkunjung ke Lagoi, Batam dan Bintan Kepulauan Riau.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Strategi Travel Bubble untuk
Bangkitkan Sektor Pariwisata", Klik untuk
baca: https://travel.kompas.com/read/2021/09/22/163834727/strategi-travel-bubble-untuk-
bangkitkan-sektor-pariwisata?page=all#page1.

Editor : Heru Margianto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Jembatan digital

Nongsa D-Town merupakan pengembangan dari Nongsa Digital Park yang telah

diresmikan  Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi pada 2018 dan Menteri

Luar Negeri Singapura Dr. Vivian Balakrishnan. Nongsa Digital Park berada pada di

kawasan ekonomi khusus yang fokus pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis digital di

Batam. Nongsa Digital Park telah menampung 1.000 tenaga kerja digital dari 100 perusahaan

multinasional seperti Glints, R/GA, dan WebImp yang telah resmi menjadi bagian dari

Nongsa D-Town. Melalui acara ini, Nongsa D-Town juga meresmikan ekspansi dari Nongsa

Digital Park dengan tambahan area seluas 5.000m2 untuk kapasitas 750 tenaga kerja.

Sinar Mas Land memiliki komitmen untuk membangun ekosistem kota pintar berbasis

teknologi. Sebelum mengembangkan Nongsa D-Town, Sinar Mas Land melakukan

pengembangan kawasan Digital Hub seluas 26 hektare yang sukses menaungi berbagai nama

pemain besar di bidang teknologi seperti Apple Developer Academy, Traveloka, Grab, dan

NTT, di kota mandiri terbesarnya yaitu BSD City. 

Nongsa D-Town memberikan Singapura akses untuk mengembangkan bisnis serta

lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Area ini memiliki lokasi yang strategis, hanya 40

menit dari Singapura melalui feri dan 15 menit perjalanan darat dari Bandar Udara

Internasional Hang Nadim Batam. Lokasi dan aksesibilitas dari Nongsa D-Town

memudahkan Indonesia dan Singapura untuk bertumbuh bersama serta saling melengkapi

dalam sektor ekonomi digital.


Jembatan Infrastruktur

Jembatan Batam-Bintan juga didesain dengan satu on/off ramp yang berlokasi di

Pulau Tanjung Sauh. Lajur jembatan sendiri, memiliki lebar 3,6 meter, dengan bahu luar

selebar 3 meter, bahu dalam selebar 1,5 meter, serta lebar median 4 meter. Pjs Gubernur

Bahtiar, Sekdaprov, bersama FKPD Provinsi Kepri saat melakukan pemancangan titik

koordinat pembangunan Jembatan Babin di Batam pada Desember 2020 lalu.(Foto: Dok

Humas Pemprov Kepri)

Konstruksi jembatan Batam-Bintan akan dilakukan pada tahun 2022 mendatang dan

bisa beroperasi 3 tahun setelahnya atau tahun 2025. Pembangunan jembatan Batam-Bintan

menggunakan skema KPBU solicited (Pemrakarsa Pemerintah). Hingga kini, status proyek

jembatan tersebut sudah memasuki finalisasi business case (FBC) dan basic design (Desain

Dasar).Pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan skema KPBU memiliki keunggulan

dibandingkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebagai contoh,

bagi swasta, memiliki kepastian pengembalian investasi ditambah keuntungan.Sementara

keuntungan yang didapatkan pemerintah adalah banyak yang mengawasi. Sehingga, akan

tercipta tertib administrasi dan teknis untuk melayani masyarakat lebih baik.

Pemerintah provinsi Kepri sangat optimis jembatan Batam-Bintan ini akan menjadi

solusi tepat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan dan perekonomian di

Provinsi Kepri. Melalui Jembatan Babin, dapat memudahkan mobilitas kendaraan dari kedua

wilayah. Selain melancarkan mobilitas kendaraan, Jembatan ini juga memperlancar mobilitas

orang, barang dan uang dan muaranya bisa meningkatkan speed pertumbuhan perekonomian

kedua wilayah, dan selanjutnya menjalar ke wilayah-wilayah lain yang ada di Kepri. Dengan

adanya jembatan ini, akan lebih mempercepat lalu lintas dan melancarkan kendaraan dan

orang. Hal ini akan berdampak pada cepatnya alur barang dan uang yang muaranya akan
terwujud pemerataan perekonomian serta  kesejahteraan yang adil dan pendidikan yang

setara.

Selain pembahasan “tiga jembatan”, pertemuan tersebut juga membahas

sejumlah isu strategis lain, diantaranya :

- Upaya penanganan dan pengendalian Covid-19 dimasing-masing negara,

serta kemungkinan kerjasama riset dalam hal pengembangan vaksin terutama

untuk mengantisipasi kemungkinan mutasi virus Covid-19;

- Kerjasama kolaboratif dalam  menarik investor di industri hilir sektor

pertambangan di antaranya, alumunium, tembaga dan emas.

Di akhir diskusi, Deputi Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat

menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen Pemerintah Indonesia untuk

membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat dan menarik investasi dari

dalam maupun luar negeri, melalui pengesahan UU Cipta Kerja dan peraturan

turunannya. Heng Swee menyatakan komitmennya untuk mendatangkan lebih banyak

investasi Singapura di Indonesia khususnya dalam bentuk foreign direct investment

(FDI) sehingga jenis investasi yang masuk lebih berkualitas dan berkesinambungan.

Dengan kerjasama melalui pembangunan “Tiga Jembatan” ini tentunya


sangat menguntungkan dan berdampak positif bagi kedua negara baik
Indonesia maupun Singapura. Pertama, dapat meningkatkan investasi dan
perekonomian bagi kedua negara. Terdapat sebuah istilah diplomasi yang
telah diterapkan oleh beberapa negara di dunia yaitu “diplomasi
neighborhood first.”

Diplomasi ini juga telah diterapkan Indonesia untuk meningkatkan investasi


dan memperkuat geopolitiknya dengan tujuan meningkatkan perekonomian
negaranya. Terutama pascapandemi, strategi dari diplomasi neighborhood
first semakin diperkuat untuk memulihkan perekonomian di Indonesia. Salah
satunya dengan dimulainya kerjasama dengan Singapura dalam proyek
pembangunan “Tiga Jembatan.”

Kerjasama tersebut tidak hanya akan meningkatkan perekonomian di


Indonesia, tetapi juga bagi Singapura mengingat tujuan-tujuan dari
pembangunan masing-masing tiga jembatan tersebut. Kedua, dengan
dibangunnya proyek “Tiga Jembatan” ini akan semakin mempererat
hubungan antara Indonesia dan Singapura.

Sehingga apabila Indonesia dan Singapura memiliki hubungan yang baik,


akan membawa dampak yang baik pula bagi kedudukan mereka sebagai
anggota ASEAN. Menjadikan ASEAN sebagai organisasi regional yang
unggul dan dipandang di dunia internasional, tidaklah mudah. Membutuhkan
kerjasama dan kekompakan dari negara-negara anggotanya.

Terutama mengimplementasikan cita-cita ASEAN serta mencapai goals


dengan keberhasilan dari program-programnya.  Ketiga, memperkuat
diplomasi kedua negara yaitu Indonesia dan Singapura. Terutama setelah
dunia mengalami krisis yang diakibatkan pandemi Covid-19, negara-negara
di dunia harus pandai untuk melakukan diplomasi.

Mereka harus menghasilkan kesepakatan kerjasama yang menguntungkan


sebagai upaya menangani krisis yang terjadi pasca-apndemi, terutama di
bidang perekonomian. Ini merupakan langkah yang tepat bagi Indonesia
dengan Singapura untuk melakukan kerjasama melalui proyek pembangunan
“Tiga Jembatan” ini sebagai upaya bangkitkan perekonomian pasca-
pandemi.

Dari proyek pembangunan “Tiga Jembatan“ ini, kerjasama- kerjasama baru


antara Indonesia dan Singapura, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan
pendidikan akan tercapai. Mengingat dengan terwujudnya pembangunan
dari proyek “Tiga Jembatan” nantinya akan semakin mempermudah banyak
hal.

Sebelumnya Indonesia dan Singapura telah secara resmi menjalin hubungan


diplomatik semenjak 7 September 1967, terutama pada sektor
perekonomian. Singapura juga termasuk di dalam lima besar dari negara
“trade-partner” untuk Indonesia. Meskipun hubungan diplomatik antar
Indonesia dan Singapura mengalami naik turun, akan tetapi cenderung
stabil.
Sehingga dengan adanya proyek kerjasama dalam pembangunan “Tiga
Jembatan” ini diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan diplomasi
bagi Indonesia dan Singapura untuk ke depan. Mengutip keterangan
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, “Tiga
Jembatan” akan memperkuat eksistensi kedua negara

Anda mungkin juga menyukai