Anda di halaman 1dari 13

MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL

DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA TAHUN


2011-2015

Disusun oleh :
Jernita Manalu 201822019
Maria Ika S. 201822007
Ersa Inggi Oktaviani 201822114
Alvie Ramadhona 201822161

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA 2020
A. Latar Belakang Masalah
Jepang saat ini tercatat sebagai negara dengan status pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
Jepang juga dikenal sebagai motor penggerak ekonomi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Meskipun dalam rentan waktu 2008-2016 Gross Domestic Product (GDP) Jepang
memiliki status ekonomi yang terus mengalami naik dan turun, namun perekonomian Jepang
tetap dalam status yang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan status GDP Jepang yang berada
pada angka US$ 4,939 Triliun pada 2016.

Jepang sebagai negara maju juga tidak luput dari masa-masa yang menyulitkan, hal ini
dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara yang mengalami kekalahan pasca Perang
Dunia II namun dapat bangkit dalam jangka waktu yang cepat. Kebangkitan Jepang ini
didukung oleh bagaimana Jepang menciptakan etos kerja yang sangat baik untuk masyarakat,
salah satunya adalah etos kerja Keizen yang diterapkan oleh banyak masyarakat Jepang.
Keizen sendiri berarti kerja dengan bergerak cepat untuk menciptakan produk-produk yang
berkualitas tinggi seperti tekstil, peralatan mobil dan kebutuhan-kebutuhan infrastruktur yang
lainnya . Hal lain yang kemudian dilakukan oleh Jepang dalam jangka waktu yang tak lama
setelah kebangkitannya adalah Jepang sudah bisa menerapkan sebuah kebijakan untuk
memberikan bantuan luar negeriterhadap negaranegara di dunia.

Bantuan luar negeri sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh negara kaya untuk
negara miskin, baik itu untuk tujuan membantu perekonomian ataupun tujuan untuk
mencapai kepentingan dibalik pemberian bantuan luar negeri tersebut. Secara jelas bantuan
luar negeri diartikan sebagai sumbangan atau transfer sukarela yang berasal dari pemerintah
ke pemerintah lain, untuk organisasi non pemerintah atau NGO (Non Governmental
Organization) untuk organisasi internasional (seperti World Bank atau UNDP) dengan
setidaknya memiliki presentasi 25 persen hibah, dan memiliki satu tujuan yang sama yaitu
untuk kondisi manusia yang lebih baik di negara yang menerima bantuan tersebut. Selain itu,
bantuan luar negeri juga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat
kebijakan dengan tujuan mencapai tujuan suatu negara untuk mendominasi, memenangkan,
melindungi, memperkuat atau mengubah negara-negara tertentu.
Bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terhadap negara-negara lain disebut dengan Official
Development Assistance (ODA). ODA adalah kebijakan bantuan luar negeri terhadap negara-
negara berkembang yang bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan
pembangunan negara berkembang dan dibagi ke dalam 3 jenis yaitu pinjaman yen, dana hibah
dan bantuan teknisi. Negara-negara penerima kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang
tersebut terdiri dari negara-negara dunia dan tersebar di berbagai kawasan, diantaranya kawasan
Eropa yang ditujukkan untuk negara Albania dan Ukraina, kawasan Timur Tengah yang
ditujukkan untuk negara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel, kawasan Amerika Latin yang
ditujukkan untuk negara Uruguay, kawasan Afrika yang ditujukkan untuk negara Ethiopia,
kawasan Asia Selatan yang ditujukkan untuk negara Bangladesh dan India dan kawasan Asia
Tenggara yang ditujukkan kepada hampir semua negara anggota ASEAN.

ODA sebagai sebuah kebijakan pemberian bantuan menjadi salah satu refleksi bagaimana Jepang
mencapai tujuan untuk berkontribusi pada kemakmuran negara-negara Asia Tenggara. Adapun
hal yang menjadi dasar pemberian ODA adalah karena adanya perjanjian San Fransisco pada
1951, perjanjian ini adalah sebagai tanda berakhirnya Perang Dunia II dan sebagai pengalokasian
kompensasi atas penderitaan kejahatan perang Jepang yang kemudian diperluas ke beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara seperti Laos pada tahun 1951, Myanmar pada tahun 1952,
Indonesia pada tahun 1953, Filipina pada tahun 1953, Thailand pada tahun 1954, Malaysia pada
tahun 1957 dan Vietnam pada tahun 2007.

Seiring berjalannya waktu, pemberian bantuan luar negeri Jepang ke kawasan Asia Tenggara
juga berkaitan erat dengan dasar tonggak diplomasi Jepang yang bernama fukuda doctrine.
Doktrin ini diucapkan pada tahun 1977 sebagai prinsip dasar diplomasi yang mengharuskan
Jepang untuk berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran negara-negara di kawasan Asia
Tenggara dengan penekanan hubungan yang disebut heart to heart. Manifestasi dari pemberian
bantuan luar negeri ODA ke Indonesia ini adalah Japan International Cooperation Agency
(JICA). JICA adalah agensi atau badan resmi pemerintah Jepang yang bertugas untuk
menyalurkan pemberian bantuan seperti penyaluran bantuan yang terdapat dalam kerangka ODA
seperti dana hibah, pinjaman Yen dan bantuan teknisi
Pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang terutama di kawasan Asia Tenggara menunjukkan
bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah bantuan terbesar dibandingkan dengan negara-
negara lain di kawasan Asia Tenggara. Masuknya bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia
dimulai sejak tahun 1953 dan diberikan dalam bentuk pelatihan di bidang industri, komunikasi
transportasi, pertanian dan kesehatan. Pemberian bantuan ODA Jepang tidak pernah berhenti dan
terus mengalir untuk Indonesia bahkan ketika terjadi peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari
(Malari) di Jakarta pada tahun 1974.

Peristiwa ini merupakan bentuk kekecewaan atas terjadinya dominasi ekonomi Jepang yang
dilakukan di Indonesia, pada saat itu banyak orang turun ke jalan yang terdiri dari warga, buruh
hingga mahasiswa untuk menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka. Jumlah
bantuan yang diberikan Jepang melalui ODA terhadap Indonesia pada tahun yang bersamaan
dengan peristiwa Malari juga tercatat memiliki nilai yang tinggi. Pada tahun 1974 jumlah
bantuan ODA Jepang mencapai angka US$ 232,60 juta dan kemudian mengalami penurunan di
tahun 1975 dengan jumlah US$ 209,63 juta.

Selain itu, yang menarik untuk dibahas adalah karena ketika terdapat pemberian bantuan maka
dalam proses tersebut tidak hanya negara pendonor saja yang menjadi subjek melainkan negara
penerima bantuan juga dikatakan sebagai subjek. Jepang pada proses ini menjadi subjek sebagai
pendonor, keputusan Jepang untuk memberikan bantuan ODA ke Indonesia bahkan ketika
bantuan tersebut mengalami peningkatan maupun penurunan akan jelas terdapat dan dirumuskan
pada kebijakan luar negeri Jepang sebagai negara pendonor. Begitu pula dengan Indonesia yang
menjadi negara penerima. Ketika Indonesia mendapatkan bantuan ODA Jepang baik dengan
jumlah yang mengalami peningkatan maupun penurunan, ada 9 pertimbangan yang diambil oleh
pemerintah untuk mengajukan bantuan kepada negara pendonor.

B. Perumusan Masalah
Adanya penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang untuk Indonesia di tahun 2013-
2015 menimbulkan satu hal baru yang menarik untuk dikaji selain adanya motif atau
kepentingan nasional yang ada ketika negara memberikan bantuan luar negeri untuk negara
lain atau bahkan menerima bantuan luar negeri dari negara lain. Maka, pertanyaan penelitian
yang penulis berikan pada penelitian ini adalah Apa motif yang dimiliki Jepang dalam
pemberian bantuan luar negeri ODA untuk Indonesia tahun 2011-2015?

C. Kerangka Teori
Dalam kerangka teori , kami selaku kelompok satu (1) akan menjelaskan mengenai
bagaimana bantuan ini dan kebijakan negara terhadap kebijakan luar negeri mempengaruhi
keputusan untuk mengambil suatu tindakan untuk masa depan negara baik itu untuk
kepentingan internal negara maupun penerapan yang akan dilaksanakan untuk melanjutkan
keputusan yang telah disepakati dan apa Motif yang dimiliki negara sebagai Pendonor
terhadap negara yang menerima selaku yang menerima bantuan.

Penjelasan ini digambarkan dengan bagaimana awal mula Jepang memberikan bentuan luar
negerinya terhadap Indonesia juga bagaimana proses pembentukan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah Jepang untuk memberikan bantuan luar negeri ke Indonesia dan juga
kepentingan nasional Jepang dalam pemberian bantuan luar negeri ke Indonesia. Karena
dalam suatu negara saat menerima bantuan tetap ada yang harus dipikirkan untuk kedepan
dan efek dari bantuan tersebut apakah akan memberikan dampak Positif atau bahkan akan
membuat keadaan makin buruk, ada hal yang harus dipertimbangkan sebelum hal tersebut
kita buat menjadi sebuah langka yang memberikan dampak yang memperburuk keadaan
karena didalamnya ada kepentingan Nasional. Setiap negara memiliki hak membuat
kebijakan untuk diterapkan dalam rangka menjalankan interaksinya dengan negara lain di
dunia internasional. Untuk itu dijelaskan pengertian kebijakan menurut Jack C. Plano dan
Roy Olton adalah “Kebijakan merupakan hasil keputusan yang sah menyangkut peraturan
atau program pemerintah perbidang atau menyeluruh”. Kebijakan bantuan luar negeri yang
kami akan bahas ini dikenal dengan Official Develompent Assistance atau ODA. Bantuan
luar negeri yang diterima oleh Indonesia sendiri merata sesuai dengan jenis yang ada dalam
pemberian bantuan oleh ODA Jepang, diantaranya dana hibah, pinjaman yen dan kerjasama
teknisi. Namun pada waktu atau periode tahun tertentu nilai pemberian bantuan ODA Jepang
yang diberikan ke Indonesia mengalami status penurunan dan peningkatan dalam waktu yang
berdekatan.

Makalah ini juga akan membahas mengenai Motif yang dimiliki oleh negara si pemberi
bantuan dalam hal ini Jepang kepada negara yang menerima bantuan tersebut, yang mana
Indonesia adalah selaku penerima bantuan tersebut. Karena dalam praktiknya segala hal
yang merupakan pemberian bantuan luar negeri yang dilakukan oleh negara ke negara lain
maupun organisasi pemerintah/non pemerintah akan selalu ada motif yang dimiliki oleh
pendonor terhadap penerima bantuan, maka dari itu kita perlu mempertimbangkan dan
menganalisa sebelum bantuan itu diterima, karena ini bukan hanya kepentingan pribadi atau
perorangan akan tetapi untuk masa depan suatau negara dan yang dibahas adalah
kepentingan negara tersebut dikemudian hari. Dari pengalaman yang sebelumnya dan
melalui para pemerintah yang berwenang tersebut dalam bidang ini perlu mengetahui proses
pemberian bantuan ini, karena dalam proses nya pasti ada proses penerapan pemberian
bantuan tersebut maka kita perlu melihat decision making yang akan mereka terapkan.

Maka kerangka teorinya apabila di gambarkan dalam bentuk skema adalah sebagai berikut :
awal mula Bantuan Luar
Negeri ODA dilakukan

dasar dan kebijakan yang


Motif si pendonor
dilakukan oleh negara
tersebut untuk Negara
baik si pendonor maupun
yang dibantu
yang menerima bantuan

Efek yang ditimbulkan


dalam hal positip maupun
negatif untuk negara
yang dibantu dan
pendonor

D. Pembahasan
Tujuan ekonomi internasional adalah untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih
tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional merupakan kerjasama, bantu
membantu antar bangsa atau negara. Dengan adanya kerjasama ini maka kebutuhan yang
tidak terpenuhi di suatu negara dapat terpenuhi oleh negara lainnya.
Hubungan kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia bisa dikatakan sebagai
hubungan kerjasama yang sudah lama dibangun. Jika hubungan kerjasama antara kedua negara
dihitung sejak tahun dibukanya hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia secara resmi pada 1958,
maka saat ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia sudah memasuki enam puluh tahun
perjalanan. Meskipun awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 adalah sebagai
negara penjajah seperti Belanda menduduki Indonesia, namun seiring berjalannya waktu yang juga
berbarengan dengan kalahnya Jepang pada Perang Dunia II di mana mengharuskan Jepang untuk
membayar biaya kekalahan perang, hubungan kerjasama yang dibangun Jepang dengan Indonesia
berubah dan bergerak ke arah yang lebih baik. Kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang menjadi
gambaran awal juga sebagai manifestasi bagaimana hubungan kerjasama antara Jepang dengan
Indonesia dibangun ke arah yang lebih baik hingga saat iniPada periode ini kerjasama Jepang dan
Indonesia terus bergerak ke arah yang lebih baik setiap harinya. Sebagai gambarannyadalam bidang
ekonomi bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terus berjalan dan tidak pernah berhenti,
perjanjian yang disepakati oleh Jepang dan Indonesia juga berjalan dengan baik dan tidak dihentikan
oleh satu pihak, investasi yang dilakukan Jepang dan Indonesia juga terus berjalan meskipun
mengalami status naik dan turun.
a. Bidang Sosial dan Budaya Beberapa contoh kerjasama di bidang sosial budaya yang dilakukan
oleh Jepang dan Indonesia diantaranya :
 Program pertukaran mahasiswa antara Jepang dan Indonesia seperti forum The Japan –
East Asia Network for Exchange for Students and Youth.
 Kerjasama pendidikan vokasi Jepang dan Indonesia. Hal ini dilakukan dengan
ditandatanganinya MoU antara SMTI Yogyakarta dengan National Institute of
Technology, Japan.
b. Bidang Ekonomi Pada periode ini penulis akan mengambil satu contoh kerjasama Jepang dan
Indonesia yang terus berjalan ke arah yang baik. Kerjasama itu adalah Investasi. Investasi
menurut KBBI diartikan sebagai penanaman uang atau modal atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Dalam hal ini, Jepang dan Indonesia sebagai negara yang menjalin
hubungan bilateral yang baik sejak 1958 juga menjalankan pola kegiatan ekonomi ini. Tercatat
menurut data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia melalui BKPM (Badan Koordinasi
Penanaman Modal) jumlah investasi yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia terhitung tahun
2010-2015 terbagi menjadi 94,8% investasi dilakukan atau terpusat di Pulau Jawa dan 5,19%
tersebar di wilayah-wilayah seluruh Indonesia (Kemenperin 2017). Menurut data Badan
Koordinasi Penanaman Modal nilai investasi yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia terus
mengalami peningkatan sejak tahun 2010 sampai dengan 2015.
Pada data tersebut hal menarik yang terjadi padainvestasi Jepang di Indonesia ialah adanya
penurunan investasi yang terjadi di tahun 2013 ke tahun 2014. Hal ini sejalan dengan adanya
penurunan jumlah bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia yang juga terjadi pada tahun
2014 jika dilihat dari data tahun 2011 sampai dengan 2015. Selanjutnya Jepang sebagai negara
dengan nilai investasi besar di Indonesia lebih memilih sektor manufaktur dalam kegiatan
investasinya, hal ini terbukti dengan besarnya peran Jepang dalam yang cukup tinggi pada
kegiatan industrialisasi di Indonesia terutama untuk industri otomotif. Selanjutnya terdapat
kerjasama Jepang dan Indonesia yang membahas mengenai investasi dalam bidang industri
baja. Investasi ini dikemas dalam IndonesiaJapan Steel Dialog (IJSD).

C. Bidang Kemanan dan Politik


 Adanya pertemuan yang sering disebut dengan two plus two. Pertemuan ini membahas
isu-isu regional kawasan juga termasuk di dalamnya isu dan ancaman mengenai
radikalisme dan terorisme.
 Didirikan forum maritim Indonesia-Jepang yang fokus terhadap pengamanan laut dan
mendorong pembangunan pulau terpencil di Indonesia.
A. Sejarah Bantuan Luar Negeri
Kerjasama ekonomi ini dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia diaplikasikan melalui
kebijakan bantuan luar negeri yang bernama ODA (Official Development Assistance). ODA
sendiri dibagi menjadi tiga jenis bantuan diantaranya : Pinjaman Yen, Dana Hibah dan Bantuan
Kerjasama Tekhnisi. Sejak tahun 1954 hingga saat ini Jepang tidak pernah berhenti memberikan
ketiga bantuan tersebut untuk Indonesia, walaupun pada tahun-tahun tertentu jumlah bantuan
yang diberikan oleh Jepang terhadap Indonesia mengalami penurunan namun hal itu tidak
menyebabkan pemberian bantuan terhenti selama beberapa waktu. Bantuan luar negeri saat ini
sudah tidak lagi menjadi sebatas pemberian yang diberikan oleh negara kaya terhadap negara
berkembang atau negara miskin. Lebih dari itu saat ini bantuan luar negeri menjadi salah satu
kebijakan, alat politik bahkan alat diplomasi yang dimiliki negara pendonor untuk mencapai
kepentingan negara mereka. Bantuan luar negeri yang hingga saat ini menjadi kewajiban negara
kaya untuk membantu negara berkembang dan miskin memiliki beberapa perubahan jenis pada
beberapa periode. Perubahan-perubahan itu dijelaskan oleh Carol Lancester dalam bukunya
yang berjudul Foreign Aid Diplomacy, Development, Domestic Politics. Lancester dalam bukunya
menuliskan lima fase periode yang membedakan jenis bantuan luar negeri. Lima fase itu
diantaranya (Lancester, 2007 : 25) :
1. Bantuan luar negeri sebelum 1945 Bantuan luar negeri sebelum 1945 memiliki 3 fase
utama diantaranya : penggunaan sumber daya publik yang digunakan untuk bantuan
atau pertolongan kemanusiaan, bantuan yang disediakan oleh negara-negara besar di
Eropa yang ditujukkan untuk perkembangan negara jajahan mereka selama masa
penjajahan dan bantuan tekhnik yang bersifat terbatas yang disediakan oleh Amerika
Serikat untuk negara-negara Amerika Latin saat Perang Dunia II dimulai.
2. Bantuan luar negeri pada 1945-1970 Bantuan luar negeri pada fase ini dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu :
 Bantuan yang dimulai oleh Amerika Serikat Amerika Serikat mulai menyediakan
bantuan luar negerinya negara Asia ketika terjadi gelombang revolusi China.
Bantuan yang dimulai pada fase ini juga kemudian diikuti oleh Russia yang juga
mulai memberikan bantuan luar negeri untuk India dan beberapa negara
berkembang yang lain.
 Bantuan yang dimulai di negara-negara Eropa dan Jepang
 Bantuan di negara sosialis
 Bantuan di negara-negara berkembang
3. Bantuan luar negeri pada 1970-1990 Bantuan luar negeri pada fase 1970-1990 lebih
berfokus pada bantuan yang bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur dan
berfokus pada perkembangan suatu negara. Pada fase ini bantuan luar negeri kemudian
mengalami perkembangan ke arah yang lebih jauh, yaitu yang terjadi di tahun 1970
sampai 1980. Pada fase 1970 sampai 1980 banyak bantuan luar negeri dari beberapa
negara dialokasikan untuk krisis besar yang saat itu sedang melanda, diantaranya krisis
minyak, krisis ekonomi, krisis makanan dan kelaparan.
4. Bantuan luar negeri pada 1990 Bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini
mengalami beberapa perubahan dikarenakan adanya pengaruh dari dua hal yaitu
demokratisasi dan globalisasi. Awal mula adanya perubahan bantuan luar negeri pada
fase 1990 diawali dengan berakhirnya Perang Dingin dan menyatakan Russia mengalami
kekalahan pada 1991. Selanjutnya bantuan luar negeri yang diberikan pada fase ini
bertepatan dengan adanya gelombang globalisasi dan demokratisasi yang terjadi di
beberapa negara.
5. Bantuan luar negeri pada abad 21 Pada fase ini beberapa peristiwa terjadi dan menjadi
perbincangan dunia. Salah satunya adalah serangan terorisme yang terjadi pada
September 2001 yang kemudian mempengaruhi bagaimana kebijakan para elit negara
atau kebijakan politik luar negeri dalam mempertimbangkan memberikan dukungan
yang lebih tinggi melalui pemberian bantuan untuk pembangunan satu negara seperti
yang dilakukan oleh negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Pada fase ini juga
mereka negara-negara pendonor mengaitkan antara kemiskinan yang ada di beberapa
negara gagal dengan peristiwa atau serangan teroris yang terjadi. Mereka para negara
pendonor dan negara kaya mempertimbangkan bahwa pemberian bantuan yang
mereka berikan dapat dijadikan sebagai alat untuk mencegah terjadinya konflik sosial
dan runtuhnya negara. Jika dilihat dari ke-lima perkembangan fase pemberian bantuan
yang ditulis oleh Lancester dalam bukunya di atas, bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia mengalami dan memasuki empat dari keseluruhan lima fase tersebut.

B. Kesimpulan
Berdasarkan judul mengenai Motif Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA (Official
Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015 maka beberapa kesimpulan
yang diambil sebagai brikut :
1) Bantuan ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia tahun 2011-2015 terdiri dari tiga
jenis bantuan yaitu pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan kerjasama tekhnik. Selain
itu bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia pada 2011-2015 juga terus
mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya jenis bantuan hibah ODA Jepang yaitu hibah grassroots yang
memberikan ruang kepada organisasi, institusi hingga lembaga swadaya masyarakat
yang bergerak dalam isu kemanusiaan bisa menerima bantuan luar negeri ODA
Jepang.
2) Terdapat empat motif dalam pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia tahun 2011-2015. Tiga motif tersebut diantaranya motif kemanusiaan,
motif politik, motif ekonom dan motif kepentingan Jepang atas rivalitas Jepang-
China. Motif terkuat yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah motif
politik. Hal ini terlihat dari jenis pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang, jumlah
bantuan ODA yang diterima 130 Indonesia dan pengalokasian bantuan luar negeri
Jepang untuk Indonesia yang berkaitan dengan tujuan poilitik Jepang di Indonesia.
3) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terkait motif politik adalah
penelitian ini mengaitkan adanya rivalitas Jepang dan China yang terjadi saat ini
dalam menarik hati pemerintah Indonesia. Sedangkan penelitian lain menyebutkan
beberapa motif politik yang dimiliki Jepang adalah untuk tujuan meningkatkan
prestise, memperluas pengaruh politik dan untuk memberikan bantuan terkait
kebebasan sipil.

DAFTAR PUSTAKA

 Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (Jakarta: Putera A. Bardin,

1999), hlm. 200.


 R.E. Ma’moer, Ekonomi Internasional Sebagai Suatu Pengantar (Jakarta: Gramedia,

1997), hlm. 1.

Anda mungkin juga menyukai