Anda di halaman 1dari 11

MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (OFFICIAL

DEVELOPMENT ASSISTANCE) JEPANG KE INDONESIA TAHUN


2011-2015

Disusun oleh :
Jernita Manalu 201822019
Maria Ika S. 201822007
Ersa Inggi Oktaviani 201822114
Alvie Ramadhona 201822161

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA 2020
A. Latar Belakang Masalah
Jepang saat ini tercatat sebagai negara dengan status pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
Jepang juga dikenal sebagai motor penggerak ekonomi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Meskipun dalam rentan waktu 2008-2016 Gross Domestic Product (GDP) Jepang
memiliki status ekonomi yang terus mengalami naik dan turun, namun perekonomian Jepang
tetap dalam status yang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan status GDP Jepang yang berada
pada angka US$ 4,939 Triliun pada 2016.

Jepang sebagai negara maju juga tidak luput dari masa-masa yang menyulitkan, hal ini
dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara yang mengalami kekalahan pasca Perang
Dunia II namun dapat bangkit dalam jangka waktu yang cepat. Kebangkitan Jepang ini
didukung oleh bagaimana Jepang menciptakan etos kerja yang sangat baik untuk masyarakat,
salah satunya adalah etos kerja Keizen yang diterapkan oleh banyak masyarakat Jepang.
Keizen sendiri berarti kerja dengan bergerak cepat untuk menciptakan produk-produk yang
berkualitas tinggi seperti tekstil, peralatan mobil dan kebutuhan-kebutuhan infrastruktur yang
lainnya . Hal lain yang kemudian dilakukan oleh Jepang dalam jangka waktu yang tak lama
setelah kebangkitannya adalah Jepang sudah bisa menerapkan sebuah kebijakan untuk
memberikan bantuan luar negeriterhadap negaranegara di dunia.

Bantuan luar negeri sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh negara kaya untuk
negara miskin, baik itu untuk tujuan membantu perekonomian ataupun tujuan untuk
mencapai kepentingan dibalik pemberian bantuan luar negeri tersebut. Secara jelas bantuan
luar negeri diartikan sebagai sumbangan atau transfer sukarela yang berasal dari pemerintah
ke pemerintah lain, untuk organisasi non pemerintah atau NGO (Non Governmental
Organization) untuk organisasi internasional (seperti World Bank atau UNDP) dengan
setidaknya memiliki presentasi 25 persen hibah, dan memiliki satu tujuan yang sama yaitu
untuk kondisi manusia yang lebih baik di negara yang menerima bantuan tersebut. Selain itu,
bantuan luar negeri juga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat
kebijakan dengan tujuan mencapai tujuan suatu negara untuk mendominasi, memenangkan,
melindungi, memperkuat atau mengubah negara-negara tertentu.
Bantuan luar negeri yang diberikan Jepang terhadap negara-negara lain disebut dengan Official
Development Assistance (ODA). ODA adalah kebijakan bantuan luar negeri terhadap negara-
negara berkembang yang bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan
pembangunan negara berkembang dan dibagi ke dalam 3 jenis yaitu pinjaman yen, dana hibah
dan bantuan teknisi. Negara-negara penerima kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang
tersebut terdiri dari negara-negara dunia dan tersebar di berbagai kawasan, diantaranya kawasan
Eropa yang ditujukkan untuk negara Albania dan Ukraina, kawasan Timur Tengah yang
ditujukkan untuk negara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel, kawasan Amerika Latin yang
ditujukkan untuk negara Uruguay, kawasan Afrika yang ditujukkan untuk negara Ethiopia,
kawasan Asia Selatan yang ditujukkan untuk negara Bangladesh dan India dan kawasan Asia
Tenggara yang ditujukkan kepada hampir semua negara anggota ASEAN.

ODA sebagai sebuah kebijakan pemberian bantuan menjadi salah satu refleksi bagaimana Jepang
mencapai tujuan untuk berkontribusi pada kemakmuran negara-negara Asia Tenggara. Adapun
hal yang menjadi dasar pemberian ODA adalah karena adanya perjanjian San Fransisco pada
1951, perjanjian ini adalah sebagai tanda berakhirnya Perang Dunia II dan sebagai pengalokasian
kompensasi atas penderitaan kejahatan perang Jepang yang kemudian diperluas ke beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara seperti Laos pada tahun 1951, Myanmar pada tahun 1952,
Indonesia pada tahun 1953, Filipina pada tahun 1953, Thailand pada tahun 1954, Malaysia pada
tahun 1957 dan Vietnam pada tahun 2007.

Seiring berjalannya waktu, pemberian bantuan luar negeri Jepang ke kawasan Asia Tenggara
juga berkaitan erat dengan dasar tonggak diplomasi Jepang yang bernama fukuda doctrine.
Doktrin ini diucapkan pada tahun 1977 sebagai prinsip dasar diplomasi yang mengharuskan
Jepang untuk berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran negara-negara di kawasan Asia
Tenggara dengan penekanan hubungan yang disebut heart to heart. Manifestasi dari pemberian
bantuan luar negeri ODA ke Indonesia ini adalah Japan International Cooperation Agency
(JICA). JICA adalah agensi atau badan resmi pemerintah Jepang yang bertugas untuk
menyalurkan pemberian bantuan seperti penyaluran bantuan yang terdapat dalam kerangka ODA
seperti dana hibah, pinjaman Yen dan bantuan teknisi
Pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang terutama di kawasan Asia Tenggara menunjukkan
bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah bantuan terbesar dibandingkan dengan negara-
negara lain di kawasan Asia Tenggara. Masuknya bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia
dimulai sejak tahun 1953 dan diberikan dalam bentuk pelatihan di bidang industri, komunikasi
transportasi, pertanian dan kesehatan. Pemberian bantuan ODA Jepang tidak pernah berhenti dan
terus mengalir untuk Indonesia bahkan ketika terjadi peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari
(Malari) di Jakarta pada tahun 1974.

Peristiwa ini merupakan bentuk kekecewaan atas terjadinya dominasi ekonomi Jepang yang
dilakukan di Indonesia, pada saat itu banyak orang turun ke jalan yang terdiri dari warga, buruh
hingga mahasiswa untuk menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka. Jumlah
bantuan yang diberikan Jepang melalui ODA terhadap Indonesia pada tahun yang bersamaan
dengan peristiwa Malari juga tercatat memiliki nilai yang tinggi. Pada tahun 1974 jumlah
bantuan ODA Jepang mencapai angka US$ 232,60 juta dan kemudian mengalami penurunan di
tahun 1975 dengan jumlah US$ 209,63 juta.

Selain itu, yang menarik untuk dibahas adalah karena ketika terdapat pemberian bantuan maka
dalam proses tersebut tidak hanya negara pendonor saja yang menjadi subjek melainkan negara
penerima bantuan juga dikatakan sebagai subjek. Jepang pada proses ini menjadi subjek sebagai
pendonor, keputusan Jepang untuk memberikan bantuan ODA ke Indonesia bahkan ketika
bantuan tersebut mengalami peningkatan maupun penurunan akan jelas terdapat dan dirumuskan
pada kebijakan luar negeri Jepang sebagai negara pendonor. Begitu pula dengan Indonesia yang
menjadi negara penerima. Ketika Indonesia mendapatkan bantuan ODA Jepang baik dengan
jumlah yang mengalami peningkatan maupun penurunan, ada 9 pertimbangan yang diambil oleh
pemerintah untuk mengajukan bantuan kepada negara pendonor.

B. Perumusan Masalah
Adanya penurunan nilai bantuan luar negeri ODA Jepang untuk Indonesia di tahun 2013-
2015 menimbulkan satu hal baru yang menarik untuk dikaji selain adanya motif atau
kepentingan nasional yang ada ketika negara memberikan bantuan luar negeri untuk negara
lain atau bahkan menerima bantuan luar negeri dari negara lain. Maka, pertanyaan penelitian
yang penulis berikan pada penelitian ini adalah Apa motif yang dimiliki Jepang dalam
pemberian bantuan luar negeri ODA untuk Indonesia tahun 2011-2015?

C. Kerangka Teori
Dalam kerangka teori , kami selaku kelompok satu (1) akan menjelaskan mengenai
bagaimana bantuan ini dan kebijakan negara terhadap kebijakan luar negeri mempengaruhi
keputusan untuk mengambil suatu tindakan untuk masa depan negara baik itu untuk
kepentingan internal negara maupun penerapan yang akan dilaksanakan untuk melanjutkan
keputusan yang telah disepakati dan apa Motif yang dimiliki negara sebagai Pendonor
terhadap negara yang menerima selaku yang menerima bantuan.

Penjelasan ini digambarkan dengan bagaimana awal mula Jepang memberikan bentuan luar
negerinya terhadap Indonesia juga bagaimana proses pembentukan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah Jepang untuk memberikan bantuan luar negeri ke Indonesia dan juga
kepentingan nasional Jepang dalam pemberian bantuan luar negeri ke Indonesia. Karena
dalam suatu negara saat menerima bantuan tetap ada yang harus dipikirkan untuk kedepan
dan efek dari bantuan tersebut apakah akan memberikan dampak Positif atau bahkan akan
membuat keadaan makin buruk, ada hal yang harus dipertimbangkan sebelum hal tersebut
kita buat menjadi sebuah langka yang memberikan dampak yang memperburuk keadaan
karena didalamnya ada kepentingan Nasional. Setiap negara memiliki hak membuat
kebijakan untuk diterapkan dalam rangka menjalankan interaksinya dengan negara lain di
dunia internasional. Untuk itu dijelaskan pengertian kebijakan menurut Jack C. Plano dan
Roy Olton adalah “Kebijakan merupakan hasil keputusan yang sah menyangkut peraturan
atau program pemerintah perbidang atau menyeluruh”. Kebijakan bantuan luar negeri yang
kami akan bahas ini dikenal dengan Official Develompent Assistance atau ODA. Bantuan
luar negeri yang diterima oleh Indonesia sendiri merata sesuai dengan jenis yang ada dalam
pemberian bantuan oleh ODA Jepang, diantaranya dana hibah, pinjaman yen dan kerjasama
teknisi. Namun pada waktu atau periode tahun tertentu nilai pemberian bantuan ODA Jepang
yang diberikan ke Indonesia mengalami status penurunan dan peningkatan dalam waktu yang
berdekatan.

Makalah ini juga akan membahas mengenai Motif yang dimiliki oleh negara si pemberi
bantuan dalam hal ini Jepang kepada negara yang menerima bantuan tersebut, yang mana
Indonesia adalah selaku penerima bantuan tersebut. Karena dalam praktiknya segala hal
yang merupakan pemberian bantuan luar negeri yang dilakukan oleh negara ke negara lain
maupun organisasi pemerintah/non pemerintah akan selalu ada motif yang dimiliki oleh
pendonor terhadap penerima bantuan, maka dari itu kita perlu mempertimbangkan dan
menganalisa sebelum bantuan itu diterima, karena ini bukan hanya kepentingan pribadi atau
perorangan akan tetapi untuk masa depan suatau negara dan yang dibahas adalah
kepentingan negara tersebut dikemudian hari. Dari pengalaman yang sebelumnya dan
melalui para pemerintah yang berwenang tersebut dalam bidang ini perlu mengetahui proses
pemberian bantuan ini, karena dalam proses nya pasti ada proses penerapan pemberian
bantuan tersebut maka kita perlu melihat decision making yang akan mereka terapkan.

Maka kerangka teorinya apabila di gambarkan dalam bentuk skema adalah sebagai berikut :
awal mula Bantuan Luar
Negeri ODA dilakukan

dasar dan kebijakan yang


Motif si pendonor
dilakukan oleh negara
tersebut untuk Negara
baik si pendonor maupun
yang dibantu
yang menerima bantuan

Efek yang ditimbulkan


dalam hal positip maupun
negatif untuk negara
yang dibantu dan
pendonor

D. Pembahasan
Tujuan ekonomi internasional adalah untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi bagi
umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional merupakan kerjasama, bantu membantu antar
bangsa atau negara. Dengan adanya kerjasama ini maka kebutuhan yang tidak terpenuhi di suatu
negara dapat terpenuhi oleh negara lainnya.

Hubungan kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia bisa dikatakan sebagai hubungan
kerjasama yang sudah lama dibangun. Jika hubungan kerjasama antara kedua negara dihitung sejak
tahun dibukanya hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia secara resmi pada 1958, maka saat ini
hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia sudah memasuki enam puluh tahun perjalanan. Meskipun
awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 adalah sebagai negara penjajah seperti
Belanda menduduki Indonesia, namun seiring berjalannya waktu yang juga berbarengan dengan
kalahnya Jepang pada Perang Dunia II di mana mengharuskan Jepang untuk membayar biaya kekalahan
perang, hubungan kerjasama yang dibangun Jepang dengan Indonesia berubah dan bergerak ke arah
yang lebih baik. Kebijakan bantuan luar negeri ODA Jepang menjadi gambaran awal juga sebagai
manifestasi bagaimana hubungan kerjasama antara Jepang dengan Indonesia dibangun ke arah yang
lebih baik hingga saat ini. Selanjutnya pada bab ini hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia akan
dibagi ke dalam beberapa subab diantaranya : sejarah kerjasama Jepang dan Indonesia dan Sejarah
Bantuan Luar Negeri Jepang ke Indonesia.

Jepang mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1942 ketika pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa
syarat yang kemudian menyebabkan Jepang dapat masuk ke Indonesia tanpa melalui perlawanan yang
berat. Selanjutnya pada subab ini akan dibagi beberapa periode bagimana sejarah kerjasama Jepang dan
Indonesia sejak 1942-sekarang. Berikut adalah beberapa periode tersebut : 1. Periode 1942-1945 Pada
periode ini, kedatangan Jepang ke Indonesia adalah sebagai negara penjajah, saat itu Jepang tanpa
perlawanan yang berat dapat memasuki wilayah Indonesia sejak Belanda meninggalkan Indonesia.
Awalnya kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap sebagai penyelamat bagi rakyat Indonesia yang
sudah bertahun-tahun hidup dibawah jajahan pemerintah Belanda dan banyak memberikan
penderitaan bagi rakyat Indonesia, itulah mengapa rakyat Indonesia menganggap kedatangan Jepang
akan memberikan perubahan kebaikan bagi rakyat yang juga menganggap Jepang sebagai saudara
mereka, karena latar belakang Jepang sebagai negara yang berada di kawasan Asia. Saat itu ada tiga
semboyan yang semakin memperkuat rakyat Indonesia untuk percaya bahwa kedatangan Jepang ke
Indonesia seperti harapan mereka sebagai penyelamat mereka di masa penjajahan. Tiga semboyan yang
mereka percaya itu adalah Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia dan Jepang Pelindung Asia atau
dikenal dengan semboyan 3A. Namun seiring berjalannya waktu keberadaan Jepang di Indonesia
ternyata tidak lebih baik dari negara penjajah sebelumnya, yaitu Belanda. Jika pada masa penjajahan
Belanda rakyat Indonesia dipaksa untuk melakukan kerja Rodi, pada masa penjajahan Jepang juga rakyat
Indonesia dipaksa untuk melakukan kerja paksa yang dinamakan Romusha. Romusha adalah kerja paksa
yang dilakukan di masa penjajahan Jepang di mana rakyat Indonesia banyak dimanfaatkan tenaganya
untuk digunakan dalam pembangunan benteng-benteng yang digunakan untuk pertahanan militer
Jepang. Di balik perlakuan buruk yang diterima oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan Jepang,
namun saat ini kita sebagai masyarakat Indonesia masih bisa merasakan beberapa dampak positif yang
ditinggalkan pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, dampak positif itu diantaranya :

A. Bidang Sosial Budaya


 Saat Jepang menduduki Indonesia, mereka melakukan pembagian tingkatan
masyarakat di tingkat paling mendasar bagi yang sampai hari ini kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan rukun tetangga yang sering disingkat
dengan RT.
 Adanya pendidikan SD, SMP hingga SMA di mana pada saat penjajahan Jepang
sekolah dasar (SD) dapat digunakan atau dimasuki oleh masyarakat di Indonesia
tanpa membedakan status sosial mereka. Lalu diadakan sekolah menengah yang
dibagi menjadi dua yaitu SMP dan SMA.
 Penggunaan bahasa Indonesia yang diperbolehkan pada masa penjajahan Jepang
untuk digunakan menjadi bahasa komunikasi, bahasa pengantar dan bahasa resmi.
Bahasa Indonesia pun kemudian menjadi bahasa nasional Indonesia hingga saat ini.
B. Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi pada periode 1942-1945 belum terdapat adanya
kerjasama yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Jika kerjasama diartikan sebagai
kegiatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka pada periode ini kerjasama belum
berjalan secara maksimal karena pihak yang diuntungkan hanya pihak Jepang.
Dalam kegiatan ekonomi pada periode 1942-1945, Jepang mengeluarkan kebijakan
menekan angka produksi perkebunan dengan tujuan agar produksi beras saja yang
meningkat. Dalam hal mengambil alih kedudukannya, Jepang juga mulai menutup pabrik-
pabrik yang selama periode tersebut beroperasi dan didirikan oleh Belanda. Selanjutnya
Jepang juga mengurangi dan memotong produksi gula yang selama ini menjadi sumber mata
pencaharian rakyat Indonesia. Sebagai gantinya Jepang menawarkan rakyat Indonesia untuk
bekerja dengan Jepang atau mengikuti aturan Romusha. Saat itu rakyat Indonesia tidak tahu
bahwa Romusha berujung pada kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang terhadap rakyat
Indonesia, yang mereka tahu mereka akan bekerja dengan pihak Jepang dan mendapatkan
upah sebagai pengganti tidak adanya pekerjaan bagi mereka.
C. Bidang Keamanan dan Politik Dalam bidang keamanan ada dua hal yang dibangun oleh
Jepang di masa penjajahannya di Indonesia, yaitu organisasi militer dan organisasi semi
militer.
1) Organisasi Militer
 HEIHO Heiho atau pasukan pembantu Jepang dibentuk pada 1942. Pasukan ini
terdiri dari pasukan angkatan darat maupun angkatan laut dan memiliki tugas
utama untuk melaksanakan pertahanan militer.
 PETA Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yaitu 1942-1945. Jepang
melalui kebijakannya sebagai negara penjajah membentuk sebuah badan yang
beranggotakan warga Indonesia yang memiliki tujuan utama penugasannya
adalah untuk membangun bentengbenteng pertahanan Jepang. Badan itu
bernama PETA (Pembela Tanah Air). PETA. PETA awalnya dibentuk dengan
tujuan untuk membangkitkan rasa dan semangat patriotisme rakyat Indonesia
juga untuk menghimpun tenaga sukarela yang berasal dari rakyat Indonesia
untuk membantu memperkuat pasukan Jepang pada Perang Asia Timur Raya.
PETA memiliki bagian-bagian kecil di dalamnya, diantaranya TKR (Tentara
Kemanan Rakyat), Tentara Keselamatan Rakyat dan TRI (Tentara Republik
Indonesia). Badan-badan ini kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya TNI
(Tentara Nasional Indonesia).
2) Organisasi Semi Militer
 Seinendan Seinendan adalah organisasi semi militer yang dibentuk oleh Jepang pada
tahun 1943 yang berpusat di Pulau Jawa. Seinendan dibentuk dengan tujuan untuk
mendidik dan melatih rakyat Indonesia dalam menjaga dan mempertahankan tanah
airnya. Namun di sisi lain tujuan Jepang membentuk Seinendan sama dengan apa yang
dilakukan Jepang saat membentuk PETA. Jepang membutuhkan pasukan cadangan yang
dapat membantu mereka dalam Perang Asia Timur Raya melawan Sekutu. Beberapa

E. Kesimpulan
Berdasarkan judul mengenai Motif Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA (Official
Development Assistance) Jepang ke Indonesia tahun 2011-2015 maka beberapa kesimpulan
yang diambil sebagai brikut :
1) Bantuan ODA Jepang yang diterima oleh Indonesia tahun 2011-2015 terdiri dari tiga
jenis bantuan yaitu pinjaman Yen, dana hibah dan bantuan kerjasama tekhnik. Selain
itu bantuan luar negeri ODA Jepang ke Indonesia pada 2011-2015 juga terus
mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya jenis bantuan hibah ODA Jepang yaitu hibah grassroots yang
memberikan ruang kepada organisasi, institusi hingga lembaga swadaya masyarakat
yang bergerak dalam isu kemanusiaan bisa menerima bantuan luar negeri ODA
Jepang.
2) Terdapat empat motif dalam pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang ke
Indonesia tahun 2011-2015. Tiga motif tersebut diantaranya motif kemanusiaan,
motif politik, motif ekonom dan motif kepentingan Jepang atas rivalitas Jepang-
China. Motif terkuat yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah motif
politik. Hal ini terlihat dari jenis pemberian bantuan luar negeri ODA Jepang, jumlah
bantuan ODA yang diterima 130 Indonesia dan pengalokasian bantuan luar negeri
Jepang untuk Indonesia yang berkaitan dengan tujuan poilitik Jepang di Indonesia.
3) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terkait motif politik adalah
penelitian ini mengaitkan adanya rivalitas Jepang dan China yang terjadi saat ini
dalam menarik hati pemerintah Indonesia. Sedangkan penelitian lain menyebutkan
beberapa motif politik yang dimiliki Jepang adalah untuk tujuan meningkatkan
prestise, memperluas pengaruh politik dan untuk memberikan bantuan terkait
kebebasan sipil.

DAFTAR PUSTAKA

 Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (Jakarta: Putera A. Bardin,

1999), hlm. 200.

 R.E. Ma’moer, Ekonomi Internasional Sebagai Suatu Pengantar (Jakarta: Gramedia,

1997), hlm. 1.

Anda mungkin juga menyukai