Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada zaman yang serba cepat ini perkembangan dibidang transportasi ju


ga berkembang dengan amat pesat. Pertambahan jumlah populasi manusia ya
ng signifikan berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermot
or yang diproduksi dan turun kejalan raya, khususnya pada kendaraan roda em
pat keatas. Kemacetan menjadi salah satu problematika yang sudah terjadi lam
a khusus nya dikota-kota besar di indonesia. Penambahan ruas jalan menjadi s
alah satu alternatif negara untuk mengurangi masalah kemacetan yang ada. Sa
lah satu penambahan ruas jalan yang dimaksud pula adalah penambahan ruas
jalan tol.

Jalan tol adalah jalan yang berfungsi mewujudkan sistem jaringan jalan y
ang andal, terpadu dan berkelanjutan diseluruh wilayah indonesia dalam mendu
kung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Seperti yang kita ketahui
bahwa jalan tol pertama kali dibangun di Indonesia adalah jalan tol Jogorawi ya
ng pertama kali digulirkan pada tahun 1973 dan selesai pada tahun 1978 pada
era presiden Soeharto. Semenjak saat itu semakin banyak ruas jalan tol yang te
rselesaikan satu persatu. Pada masa 5 tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla
saja, Indonesia membangun antara lain 782 kilometer jalan tol, 3.887 km jalan
umum nasional baik di provinsi maupun kabupaten, hingga jalan desa
sepanjang 191.000 kilometer. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa memang
pembangunan jalan tol menjadi salah satu program kerja yang menjadi prioritas
pemerintah RI.

Pada saat ini pula yang menjadi salah satu pembangunan jalan tol yang
menjadi prioritas adalah jalan tol CISUMDAWU yang akan menjadi jalan tol pen
ghubung wilayah Cileunyi-Sumedang-Dawuan dengan total panjang 60,47 Km
dan akan menjadi salah satu jalan tol yang memiliki terowongan. Dalam artian p
ada proses konstruksi jalan tol ini menembus perbukitan.
Dalam pelaksanaannya salah satu regulasi awal dalam pembangunan jal
an tol adalah Pengadaan Tanah/pembebasan tanah. Pengadaan Tanah secara
umum diartikan  adalah kegiatan membeli tanah kepada penduduk dalam
jumlah besar oleh Perseroan Terbatas (PT) yang sudah memiliki Ijin Lokasi (IL).
Dimana jenis pembayaran lahan yang terkena dampak pembangunan jalan tol
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu dalam bentuk uang, relokasi lahan, dan
dalam bentuk saham.

Pada proyek jalan tol CISUMDAWU sendiri Pengadaan Tanah adalah


hal yang masih menjadi PR yang belum terselesaikan sampai saat ini sejak
penentuan lokasi (penlok) pertama dilakukan pada tahun 2005. Banyak nya
kendala baik dari masyarakat yang terkena dampak Pengadaan Tanah maupun
dari pihak penyelenggara pembebasan jalan Tol CISUMDAWU tersebut.
Apalagi pada saat ini proyek Pengadaan Tanah jalan tol terkait sudah masuk
dalam kategori percepatan dimana yang berarti sangat mengejar
ketertinggalannya.

Oleh karena itu ada pula beberapa hal yang dilakukan untuk menunjang
percepatan proyek Pengadaan Tanah dimana mungkin akan memberikan
dampak positif pada proyek Pengadaan Tanah pada ruas lainnya di Indonesia.

1.2 Ruang Lingkup

Penugasan yang didapat penulis pada saat melaksanakan kerja magang


yang berlokasi di kantor PPK (Pejabat pembuat komitmen) pengadaan tanah
jalan tol CISUMDAWU I adalah sebagai petugas Ditempatkan Di bagian unit
lapangan, yang bertanggungjawab secara mobilisisasi pada progress
pengadaan tanah di seksi I dan II yang mencakup wilayah Cileunyi hingga
sumedang. Dan turut serta mendapmpingi dalam tahap
Inventarisasi/identifikasi, Musyawarah bentuk ganti rugi dan pelepasan hak
milik serta pembayaran uang ganti rugi.
1.3 Tujuan Dan Mamfaat

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,


tujuan dan mamfaat kerja magang ini adalah:

Tujuan kerja magang :

1. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai bagaimana proses


Pengadaan Tanah dari mulai penetapan lokasi sampai dengan
pembayaran uang ganti rugi pada masa percepatan di proyek
Pengadaan Tanah CISUMDAWU I.
2. Untuk mendapatkan informasi apa saja yang menjadi kendala
yang dihadapi oleh penyelenggara dan P2T(Panitia
pengadaan Tanah) dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
proses Pengadaan Tanah jalan tol CISUMDAWU I.

Mamfaat kerja magang :

1. Manfaat Akademis/Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi


bagi para akademisi bidang teknik sipil, khususnya mengenai
pelaksanaan pengadaan tanah dalam pembangunan Jalan Tol
CISUMDAWU. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan
menambah wawasan bagi masyarakat umum.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi


para praktisi pengadaan tanah yang terlibat langsung dalam
proses pelaksanaannya, yaitu penyelenggara dan Panitia
Pengadaan Tanah.
1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kerja magang yang dilakukan penulis


mengacu pada peraturan kampus dimana diberikan waktu minimal 3
bulan. Dan penulis pun mengucu pada ketersediaan waktu tersebut dan
secara terperinci dimulai dari tanggal 10 februari 2020 sampai 10 mei
2020.

Sebagaimana yang telah dituliskan oleh penulis bagaimana cara


mendapatkan data yang diperlukan maka adapun lokasi atau yang
menjadi tempat mendapatkan data-data yang diperlukan yaitu :

1. Hamparan lahan milik masyarakat yang telah diidentifikasi dan


inventarisasi berikut bangunan dan tanaman yang ada
diatasnya
2. Lokasi diadakan nya musyawarah bentuk ganti rugi, baik itu
Aula milik pemerintahan daerah maupun tempat lainnya yang
ditunjuk sebagai lokasi musyawarah bentuk ganti rugi.
3. Lokasi diadakannya Proses pembayaran uang ganti rugi dan
pelepasan hak atas tanah dan bangunan baik itu adalah aula
milik pemerintahan daerah maupun tempat lainnya yang telah
ditunjuk sebagai lokasi musyawarah bentuk ganti rugi
4. Kantor Badan pertanahan nasional Kab.Sumedang
5. Kantor Pejabat pembuat komitmen (PPK) pengadaan tanah
CISUMDAWU I
6. Pengadilan negeri sumedang
1.5 Metode pengumpulan Data Dan Laporan magang

Karena kurangnya akses yang diberikan oleh


penyelenggara sebagai tempat penulis menggali data dan
melakukan observasi,adapun cara atau langkah yang dilakukan
penulis untuk mendapatkan data seperlunya. Diantaranya adalah :

1.Mendampingi proses identifikasi dan inventarisasi oleh P2T


(Panitia pengadaan tanah) serta Dinas PERKIMTAN (dinas
perumahan kawasan pemukiman dan pertanahan) dan satuan
tugas tanaman di lapangan.

2. Mendampingi proses musyawarah bentuk ganti rugi yang


dijadwalkan oleh BPN (Badan pertanahan nasional).
3. Mendampingi proses pembayaran uang ganti rugi dan
pelepasan hak atas tanah dan bangunan yang telah
dijadwalkan oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional)
4. Serta berbagai Instruksi dalam pelaksanaan percepatan
pengadaan tanah yang sebagaimana dimaksud adalah hasil
kebijakan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bersama
dengan aparatur lainnya yang berwenang.

1.6 Sistematika Penulisan

a) BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB ini penulis menguraikan latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
b) BAB II LANDASAN TEORI
Pada BAB ini penulis menguraikan tentang
landasan teori berisi tentang teori yang memperkuat
penelitian seperti Tinjauan Umum mengenai Hak
Atas Tanah, Tinjauan Umum Mengenai Fungsi
Sosial Hak Atas Tanah, Tinjauan Umum mengenai
Tanah Hak, Tinjauan Umum Mengenai Pengadaan
Tanah Bagi Kepentingan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Dasar Hukum Pengaturan
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jenis
Kepentingan Umum, Panitia Pengadaan Tanah,
Tinjauan Umum Mengenai Ganti Kerugian, dan
Tinjauan Tentang Pelaksanaan dalam Pengadaan
Tanah. Kemudian ditambah dengan kerangka
berfikir.

c) BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB ini berisi tentang, Pengertian Mendasar
Mengenai Metode Penelitian, Pendekatan
Penelitian, Lokasi Penelitian dan Responden, Fokus
Penelitian, Sumber Data Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Keabsahan Data, serta
Teknik Analisis Data.

d) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam BAB ini penulis membahas tentang prosedur
pelaksanaan pengadaan tanah dan pemberian ganti
rugi dalam pembangunan Jalan Tol CISUMDAWU,
Kemudian Penulis juga membahas tentang kendala
yang di hadapi Penitia Pengadaan Tanah dalam
melakukan pengadaan tanah serta upaya-upaya
untuk mengatasi kendala tersebut.

e) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bagian ini merupakan BAB terakhir yang berisi
kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas
dan saran.

Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar


pustaka dan lampiran. Isi daftar pustaka merupakan
keterangan sumber literatur yang digunakan dalam
penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk
mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi
uraian skripsi.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Pendukung
2.1.1 Pengadaan Tanah

Pengadaan Tanah secara umum diartikan  adalah kegiatan


membeli tanah kepada penduduk dalam jumlah besar oleh Perseroan
Terbatas (PT) yang sudah memiliki Ijin Lokasi (IL). Dimana jenis
pembayaran lahan yang terkena dampak pembangunan jalan tol dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu dalam bentuk uang, relokasi lahan, dan
dalam bentuk saham.

2.1.2 Mekanisme Pengadaan Tanah

Proses dan mekanisme dari Pengadaan Tanah adalah salah


satu hal yang cukup kompleks dan sulit, dimana yang menjadi rintangan
nya adalah bagaimana melepaskan hak dari masyarakat akan tiap ruas
tanah atau bidang tanah yang sudah ditempati lama bahkan turun
menurun dan begitu juga bangunannnya. Tak pelak, bila akhirnya
mekanisme penyelesaian konflik pun harus berakhir di jalur hukum
melalui skema konsinyasi. Salah satu acuan dari Pengadaan Tanah
adalah Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,dimana mengatur
empat tahapan pengadaan tanah. Dalam pelaksanaannya, instansi
terkait melakukan perencanaan didasarkan atas rencana tata ruang dan
prioritas pembangunan yang tercantum di dalam RPJMN dan renstra
instansi bersangkutan.  Selanjutnya pihak yang membutuhkan
lahan/tanah menyiapkan dan menyusun berkas-berkas perencanaan
berdasarkan studi kelayakan dan akhirnya disampaikan kepada
pemerintahan provinsi sesuai peraturan yang diatur di dalam ketentuan
perundang-undangan.Tahap kedua, pihak yang memerlukan tanah
bersama pemerintah provinsi melakukan pengumuman, pendataan awal
lokasi, serta musyawarah dengan masyarakat tentang rencana
pembangunan. Musyawarah dillakukan paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang 30 hari bila ada pihak yang keberatan. Selanjutnya,
gubernur membentuk panitia untuk melakukan kajian atas keberatan
lokasi.  Hasil kajian berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya
keberatan rencana lokasi pembangunan diterima paling lama 14 hari
kerja terhitung sejak diterimanya permohonan gubernur. Setelah itu,
gubernur akan mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan
atas rencana lokasi pembangunan. Bila kembali terjadi keberatan, pihak
yang keberatan dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara paling lambat 30 hari kerja sejak dikeluarkannya penetapan
lokasi. Langkah berikutnya, proses peradilan di PTUN akan berjalan
paling lama 30 hari kerja. Bila kembali terdapat keberatan, maka
pemohon dapat mengajukan gugatan hingga ke tingkat Mahkamah
Agung. Ketiga, setelah ada penetapan lokasi oleh gubernur. Setelah ada
penetapan lokasi, maka instansi yang memerlukan tanah mengajukan
pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan.
Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi kegiatan inventarisasi dan
identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah; penilaian; musyawarah; dan pemberian ganti kerugian, hingga
pelepasan tanah instansi. Proses inventarisasi dan identifikasi
memerlukan waktu 30 hari kerja, pada saat itu dilaksanakan kegiatan
pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah serta pengumpulan
data pihak yang berhak dan objek pajak pengadaan tanah. Hasil
inventarisasi dan identifikasi kemudian diumumkan di kantor
desa/kelurahan setempat paling lama 14 hari kerja secara bertahap,
parsial atau keseluruhan. Bila ada pihak yang keberatan maka dapat
mengajukan keberatan ke lembaga pertanahan dalam kurun waktu 14
hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil identifikasi dan inventarisasi.
Sementara itu dalam hal penilaian ganti rugi, instansi yang memerlukan
tanah menunjuk tim penilai yang akan ditetapkan dengan berbagai
mekanisme tertentu. Tim penilai kemudian bekerja mengukur bidang
lahan dan bangunan untuk memperhitungkan nilai ganti kerugian, untuk
akan jemudian menjadi modal untuk disampaikan kepada masyarakat
melalui kegiatan musyawarah bentuk ganti rugi. Adapun bentuk ganti
rugi meliputi beberapa hal yakni uang, tanah pengganti, pemukiman
kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua belah
pihak. Bila dalam pelaksanaan musyawarah terdapat keberatan, pihak
yang berhak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri setempat
paling lama 14 hari kerja setelah musyawarah bentuk ganti kerugian.
Pengadilan tingkat pertama kemudian akan memutus perkara paling
lama 30 hari kerja, dan dapat diajukan keberatan hingga ke tingkat
kasasi di MA bila ada yang merasa kurang puas dengan putusan hakim. 
Namun, bila sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada pengajuan
keberatan, maka pihak yang berhak dianggap menerima bentuk dan
besarnya ganti kerugian. Dan uang bentuk ganti rugi akan dititipkan ke
pengadilan.
2.1.2.1 Proses inventarisasi/identifikasi

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,


penggunaan, dan pemanfaatan tanah meliputi kegiatan:

1. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah;


dan
2. pengumpulan data Pihak yang Berhak dan Objek
Pengadaan Tanah.

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,


penggunaan, dan pemanfaatan tanah dilaksanakan dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, kepemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan di kantor
desa/kelurahan, kantor kecamatan,dan tempat Pengadaan Tanah
dilakukan dalam waktu paling lama 14 hari kerja.

Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,


penggunaan, dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan secara
bertahap, parsial, atau keseluruhan.Pengumuman hasil
inventarisasi dan identifikasi meliputi subjek hak, luas, letak, dan
peta bidang tanah Objek Pengadaan Tanah.

Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, Pihak yang


Berhak dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga
Pertanahan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi. Dalamhal terdapat
keberatan atas hasil inventarisasi ,dilakukan verifikasi dan
perbaikan dalam waktu paling lama 14 hari kerja terhitung sejak
diterimanya pengajuan keberatan atas hasil
inventarisasi.

Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan ditetapkan oleh


Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan
Pihak yang Berhak dalam pemberian Ganti Kerugian.

2.1.2.2 Penilaian/Appresial

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai


dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi:

1. tanah;
2. ruang atas tanah dan bawah tanah;
3. bangunan;
4. tanaman;
5. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
6. kerugian lain yang dapat dinilai.

a. Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai


pada saat pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum
b. Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian
Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan
berita acara.
c. Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai
menjadi dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian.

Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan


Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai
dengan peruntukan dan penggunaannya, Pihak yang Berhak
dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya.

Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

1. uang;
2. tanah pengganti;
3. permukiman kembali;
4. kepemilikan saham; atau
5. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

2.1.2.3 Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan


Pihak yang Berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak hasil penilaian dari Penilai disampaikan kepada
Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau
besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Ganti
Kerugian. Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar
pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak yang
dimuat dalam berita acara kesepakatan.
1. Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk
dan/atau besarnya Ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat
mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat
dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah musyawarah
penetapan Ganti Kerugian.
2. Pengadilan negeri memutus bentuk dan/atau besarnya Ganti
Kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak
diterimanya pengajuan keberatan.
3. Pihak yang keberatan terhadap putusan pengadilan negeri
dalam waktu paling lama 14 hari kerja dapat mengajukan
kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
4. Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu
paling lama 30 hari kerja sejak permohonan kasasi diterima.
5. Putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar
pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang mengajukan
keberatan.

Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau


besarnya Ganti Kerugian, tetapi tidak mengajukan keberatan
dalam waktu, karena hukum Pihak yang Berhak dianggap
menerima bentuk dan besarnya Ganti Kerugian

2.1.2.4 Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah


diberikan langsung kepada Pihak yang Berhak.
Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan
hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan/atau
putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung

1. Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak


menerima Ganti Kerugian wajib:

1. melakukan pelepasan hak; dan


2. menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek
Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan
tanah melalui Lembaga Pertanahan.

2. Bukti merupakan satu-satunya alat bukti yang sah menurut


hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari.
3. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung
jawab atas kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau
kepemilikan yang diserahkan.
4. Tuntutan pihak lain atas Objek Pengadaan Tanah yang telah
diserahkan kepada Instansi yang memerlukan tanah menjadi
tanggung jawab Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian.
Setiap orang yang melanggar ketentuan dikenai sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau


besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah, atau
putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung , Ganti Kerugian
dititipkan di pengadilan negeri setempat.
2. Penitipan Ganti Kerugian selain orang yang menolak hasil
penilaian adalah sebagai berikut

2. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak


diketahui keberadaannya; atau
3. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti
Kerugian:
1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
2. masih dipersengketakan kepemilikannya;
3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang;
atau
4. menjadi jaminan di bank.

Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan


Pelepasan Hak telah dilaksanakan atau pemberian Ganti
Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri, kepemilikan atau
Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hilang dan alat
bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi
tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

2.1.3 Progres Pengadaan Tanah Jalan Tol


Secara umum di Indonesia pengadaan tanah untuk jalan tol tetap
berjalan dengan presentase yang berbeda-beda. Dimana tiap
presentase nya dikomulatifkan oleh lembaga pengadaan tanah jalan tol
dimana untuk provinsi Jawa Timur progres nya sudah mencapai 58.21%,
Jawa Tengah 83.70%,Jawa barat 57.21%,DKI Jakarta 72.00%,Banten
76.15%, Lampung 97.54%,Sumatera Selatan 61.92%,Bengkulu
25.91%,Riau 89.40%,Sumatera Utara 61.62%,Sumatera Barat 99.62%,
Kalimantan Timur 99.45%,Dan Sulawesi Utara 97.81%.
Dimana untuk Progres pengadaan tanah CISUMDAWU I sendiri dibagi
menjadi 3 seksi dimana untuk tiap seksi :

2.1.4 Progres Pengadaan tanah CISUMDAWU


Proyek pengadaan tanah untuk jalan tol CISUMDAWU dibagi
menjadi dua bagian yaitu pengadaan tanah jalan tol CISUMDAWU I
dan pengadaan tanah jalan tol CISUMDAWU II dimana masing-masing
dipimpin oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) nya masing-masing
pula. Pada pengadaan tanah jalan tol CISUMDAWU I dibagi menjadi 3
seksi yaitu :
a. Seksi I (Cileunyi-Tanjung Sari)
b. Seksi II (Tanjung Sari-Sumedang)
c. Seksi III (Sumedang-Cimalaka)

Begitu pula dengan pengadaan tanah jalan tol CISUMDAWU II


dimana terbagi menjadi 3 seksi juga yaitu :
a. Seksi IV ( Cimalaka-Legok)
b. Seksi V (Legok-Ujung jaya)
c. Seksi VI (Ujung Jaya-Kertajati)
Karena penulis hanya akan membahas pengadaan tanah
CISUMDAWU I maka data-data yang akan dibahas untuk menjadi
sebuah karya tulis adalah hanya diseputaran pengadaan tanah
CISUMDAWU I

2.1.4.1 Seksi I (Cileunyi-Tanjung Sari)


Untuk seksi I sendiri adalah bagian awal dari
pembangunan jalan tol CISUMDAWU dimana yang
berpintu masuk di Cileunyi. Diseksi ini pula ada desa yang
masih sangat baru untuk di proses pengadaan tanahnya.
Yaitu desa Cilayung yang baru dilakukan indentifikasi nya
pada awal tahun 2019. untuk seksi I progres pengadaan
tanah telah mencapai 77.38% dengan catatan dari total
luasan yang diperlukan sebesar 263.30 Ha yang sudah
dibebaskan yaitu seluas 203.73 Ha.

2.1.4.2 Seksi II (Tanjung Sari-Sumedang)


Untuk seksi II sendiri progres pengadaan tanah
sudah mencapai presentase yang tinggi yaitu 94.40%
dimana dari total luas lahan yang dibutuhkan adalah
411.38 Ha sudah dibebaskan seluas 388.34 Ha.

2.1.4.3 Seksi III (Sumedang -Cimalaka)


Untuk seksi III sendiri progres pengadaan tanah
sudah mencapai presentase yang tinggi juga yaitu 99.74%
atau merupakan seksi yang paling mendekati selesai
dalam pengadaan tanah. Dimana dari presentase tersebut
luas total yang dibutuhkan untuk seksi ini adalah seluas
50.63 Ha dan sampai saat ini lahan yang sudah
dibebaskan adalah seluas 50.50 Ha.

2.1.4.4 Daftar desa yang terkena progres pengadaan jalan tol


CISUMDAWU I

Desa Kecamatan

Desa Cileunyi Wetan Cileunyi

Desa Cibeusi Jatinangor

Desa Sindang Sari Jatinangor

Desa Cilayung Jatinangor

Desa Mekarsari Sukasari

Desa Sukarapih Sukasari

Desa Margaluyu Tanjungsari

Desa Pasigaran Tanjungsari

Desa Gudang Tanjungsari

Desa Gunung Manik Tanjungsari

Desa Ciptasari Pamulihan

Desa Citali Pamulihan

Desa Pamulihan Pamulihan

Desa Cigendel Pamulihan


Desa Sukasirnarasa Rancakalong

Desa Pasir Biru Rancakalong

Desa Pamekaran Rancakalong

Desa Ciherang Sumedang Selatan

Desa Girimukti Sumedang Utara

Desa Sirnamulya Sumedang Utara

Desa Mulyasari Sumedang Utara

Desa Sukamaju Rancakalong

Desa Margamukti Sumedang Utara

Desa Mekarjaya Sumedang Utara

Kelurahan Situ Sumedang Utara

Desa Jatimulya Sumedang Utara

Desa Jatihurip Sumedang Utara

Desa Kebonjati Sumedang Utara

Desa Cikole Cimalaka

Desa Galudra Cimalaka


BAB III

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


3.1 Perencanaan
Kerja magang adalah salah satu mata kuliah wajib yang menjadi syarat
utama dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa diharuskan
untuk melakukan kerja magang di suatu perusahaan atau proyek tertentu,
sebelum mendapatkan gelar Sarjana dan mendapatkan pengetahuan informal
yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan serta masalah-masalah yang
terjadi baik dalam pekerjaan struktur maupun non-struktur beserta solusi dari
permasalahan tersebut. Sehingga mahasiswa memiliki gambaran serta
memahami situasi nyata yang ada dilapangan. Adapun tahapan yang dilakukan
dalam proses kerja magang antara lain :
Mulai

Pengajuan surat izin kerja magang

Pengarahan kerja magang oleh pihak kampus

Mendapatkan konfirmasi persetujuan kerja magang

Pengenalan proyek dan lingkungan kerja magang

Pelaksanaan kerja

Pengumpulan data
laporan

Pembuatan laporan kerja magang

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir kerja Magang


3.2 Lokasi dan Waktu Kegiatan

a. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan kerja magang yaitu diproyek Pengadaan Tanah


Jalan Tol CiSUMDAWU,kantor Pejabat Pembuat Komitmen Pengadaaan
Tanah Jalan Tol CISUMDAWU, Jalan Puspa Kencana no.56 Bumi
Panyawangan Real Estate,Cimekar,Kabupaten Bandung. Ditempatkan
Di bagian unit lapangan, yang bertanggungjawab secara mobilisisasi
pada progress pengadaan tanah di seksi I dan II yang mencakup wilayah
Cileunyi hingga sumedang. Dan turut serta mendampingi dalam tahap
Inventarisasi/identifikasi, Musyawarah bentuk ganti rugi dan pelepasan
hak milik serta pembayaran uang ganti rugi.

b.Waktu Kegiatan

Waktu pelaksanaan kerja magang yang dilakukan penulis


mengacu pada peraturan kampus dimana diberikan waktu minimal 3
bulan. Dan penulis pun mengucu pada ketersediaan waktu tersebut dan
secara terperinci dimulai dari tanggal 10 februari 2020 sampai 10 mei
2020.

3.3 Prosedur/Instruksi Kerja

Kerja magang adalah mata kuliah yang diwajibkan untuk dilaksanakan


sebelum mata kuliah skripsi. Mahasiswa diharuskan untuk memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh pihak kampus agar bisa melaksanakan atau
mengambil mata kuliah Kerja Magang tersebut. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan untuk dapat melaksanakan kerja magang. Yaitu yang pertama,
mengajukan surat permohonan kepada pihak kampus yang akan ditujukan
kepada instansi terkait,yang mana dalam hal ini penulis mengajukan
permohonan magang kepada Kantor PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
pengadaan Tanah Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (CISUMDAWU).
Yang beralamatkan di Jalan Puspa Kencana,Bumi Panyawangan Real
Estate.Setelah diproses,permohonan kerja magang diterima dan ditempatkan
dibagian unit lapangan. Dan sebelum memulai kerja magang telah
dilaksanakan terlebih dahulu pengarahan kerja magang dari kampus.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah perkenalan dengan bidang


yang akan menjadi tanggungjawab kerja magang yaitu pengadaan
tanah,sembari berkenalan dengan karyawan/karyawati yang akan menjadi
rekan dilapangan maupun dibidang administrasi. Kegiatan pengadaan tanah
jalan tol CISUMDAWU ini merupakan PR yang belum terselesaikan semenjak
penentuan lokasi pada tahun 2005. Ada pun proses-proses yang akan di
observasi oleh penulis pada saat kerja magang berlangsung secara garis besar
yaitu, kegiatan inventarisasi/identifikasi bidang,kemudian tahap penilaian oleh
pihak KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik), dan tahap kegiatan musyawarah
bentuk ganti rugi serta kegiatan pelepasan hak atas bidang yang akan
dibayarkan oleh pemerintah. Adapun pada tahapan-tahapan tersebut,penulis
harus mendokumentasikannya dan mentelaah apa saja permasalahan yang
dihadapi pada tiap-tiap tahapan serta melaporkan nya kepada Team Leader
untuk lapangan dan juga kepada PPK pengadaan tanah.

Secara garis besar segala kegiatan magang yang dilaksanakan


dilapangan mencakup beberapa kegiatan yang ditulis dalam lembar
pelaksanaan kerja magang sebagai lampiran
3.4 Pelaksanaan

Penulis telah mem-plot kan bagaimana proses pembebasan lahan


secara garis besar dengan alur sebagai berikut :

Pengadilan Negeri

Gambar 3.1 Mekanisme Pengadaan Tanah

Sumber : Desain Pribadi

Pada alur mekanisme pengadaan tanah diatas, penulis melakukan kerja


magang pada saat penentuan lokasi dan sosialisasi sudah selesai pada tiap-
tiap desa yang terkena dampak jalan tol. Sehingga tidak dapat melaksanakan
observasi secara langsung. Oleh karena itu adapun kegiatan yang dapat
diobservasi dan didampingi oleh penulis yaitu dari kegiatan
Inventarisasi/Identifikasi hingga pemberian ganti kerugian atau pelepasan hak.

3.4.1 Inventarisasi/Identifikasi

Pada tahap ini penulis berkesempatan mendampingi


kegiatan Inventarisasi/Identifikasi yang dilakukan oleh satuan
tugas Tanah,Bangunan,dan Tanaman. Kegiatan ini dapat
didampingi oleh penulis di desa yang berbeda-beda dengan
medan yang berbeda-beda pula. Kegiatan ini turut didampingi
juga oleh perangkat desa terkait,serta perwakilan dari PPK sendiri.
Dalam tahap ini penulis ikut serta mengukur serta menghitung
serta mencatat hasil nya masing-masing.
Gambar 3.2 : Pengukuran Bangunan/Tegakan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.3 : Pengukuran dan perhitungan tanaman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.4 : Mengukur ketinggian muka tanah dan pengukuran luas

Sumber : Dokumentasi Pribadi


3.4.2 Pengumuman

Pengumuman hasil dari Identifikasi/Inventarisasi biasanya akan


dicantumkan atau diumumkan di balai desa atau kantor desa dengan
mengundang warga atau masyarakat yang telah diukur dan dihitung luas
lahannya, luas bangunan atau tegakannya,serta tanaman-tanaman. Dan
masyarakat diminta untuk menandatangani daftar nominatif sesuai
dengan bidangnya masing-masing sebagai bukti telah setuju bahwa hasil
pengukuran dan perhitungan dari satuan tugas valid dan benar.

Gambar 3.5 : Masyarakat menunggu pengumuman hasil ukur satuan tugas

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.3 Penilaian KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik)

Selanjutnya setelah daftar nominatif terbit yang berisikan data


pengukuran dari pihak satuan tugas maka selanjutnya pihak kantor jasa
penilai publik atau yang disingkat KJPP turun ke lapangan (bidang
masyarakat yang telah diukur) untuk menilai berapa nominal dari tiap-
tiap bidang. Baik harga tanah per meter persegi,tipe bangunan atau
tegakan,serta tanaman-tanaman yang ada didalam bidang yang terkena
dampak dari pembangunan jalan tol Cisumdawu. Tentu saja pihak KJPP
sendiri sudah mempunyai dasar perhitungan serta acuan yaitu SPI
(Standar Penilaian Indonesia) untuk segala nilai pasar property yang
ada. Untuk jalan tol Cisumdawu KJPP yang dipakai untuk saat ini adalah
KJPP Nanang Rahayu dan Rekan serta KJPP Mushofah Mono Igfirly dan
Rekan.
Gambar 3.6 : KJPP Nanang Rahayu melakukan penilaian
terhadap bangunan masyarakat

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.4 Musyawarah Bentuk Ganti Rugi

Sebelum melakukan musyawarah bentuk ganti rugi penulis


terlebih dahulu mengantarkan surat undangan kepada pihak desa untuk
segera dibagikan kepada masyarakat. Undangan tersebut dibuat dan
dicetak oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kemudian
dilaksanakanlah kegiatan musyawarah bentuk ganti rugi yang biasanya
sebelum pandemic Covid-19 dilaksanakan di Aula kantor desa atau di
GOR (Gelanggang OlahRaga) dimasing-masing desa. Dengan
mengundang aparat desa,aparat kecamatan,kepolisian,serta pihak TNI
sebagai pengamanan.

Gambar 3.7: Musyawarah bentuk ganti rugi Desa Cilayung

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.5 Pelepasan Hak/Pemberian Uang Ganti Rugi


Setelah masyarakat menyetujui bentuk ganti rugi maka akan
dibayarkan pada kegiatan pelepasan hak. Sama hal nya dengan
musyawarah bentuk ganti rugi penulis juga harus membagikan undangan
kepada masyarakat desa yang terkena dampak melalui aparat desa.
Pada kegiatan ini masyarakat harus membawakan segala berkas-berkas
yang menunjukkan hak milik nya terhadap bidang terkait,seperti
sertifikat,Akte Jual Beli,KTP,Kartu Keluarga,dan Resume amplop yang
dibagikan pada saat musyawarah bentuk ganti rugi sebelumnya. Setelah
melengkapi berkas-berkas tersebut maka akan diserahkan kepada pihak
BPN (Bapan Pertanahan Nasional) dan kemudian mendapatkan buku
tabungan yang berisikan nominal uang yang sudah disetujui pada saat
kegiatan musyawarah bentuk ganti rugi yang sebelumnya telah
dilaksanakan. Sama dengan halnya musyawarah bentuk ganti
rugi,kegiatan ini sebelum pandemic Covid-19 diadakan di di Aula kantor
desa atau di GOR (Gelanggang OlahRaga) dimasing-masing desa.

Gambar 3.8 : Penyerahan secara simbolis uang ganti rugi


kepada masyarakat.
Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.6 Kegiatan Pendukung


Ada pun kegiatan lapangan lainnya yang dilakukan oleh penulis
pada saat kerja magang diluar dari alur mekanisme pengadaan tanah
adalah sebagai berikut :

3.4.6.1 SPP (Surat Perintah Pembayaran)


SPP (Surat Perintah Pembayaran) adalah surat atau
berkas yang berisikan data pemilik bidang yang telah menyetujui
nominal ganti rugi yang ditetapkan oleh tim appraisal (KJPP) pada
saat musyawarah bentuk ganti rugi. Dan yang telah datanya di
validasi oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional). SPP juga
berisikan data pribadi pemilik bidang seperti nomor KTP,Alamat
dan juga nomor rekening yang telah dibuatkan pada saat
menyetujui nominal bentuk ganti rugi. Setelah SPP sudah benar-
benar sah dan tidak ditemukan kesalahan lagi maka akan
dimintakan tanda tangan kepada PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen ). Kemudian surat perintah pembayaran itu akan
diantarkan kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang pada
jalan tol Cisumdawu adalah Citra Karya Jalan Tol (CKJT). Dan
kemudian SPP tersebut akan diproses oleh CKJT untuk
selanjutnya dibayarkan kepada masyarakat yang terkena dampak
jalan tol.

Gambar 3.9 : Penyerahan Surat Perintah Pembayaran kepada CKJT

Sumber :Dokumentasi Pribadi

3.4.6.2 Penelusuran kekurangan berkas


Pada saat pembuatan SPP (Surat Perintah Pembayaran)
sering sekali terjadi kekurangan berkas dimana misalnya ada
perbedaan luasan antara validasi dari BPN dengan resume dan
daftar nominatif atau perbedaan nomor KTP di database bank
dengan yang ada di database kantor PPK. Perbedaan data
seperti itu merupakan masalah yang cukup besar dan tidak akan
bisa diproses untuk SPP maka dari itu untuk memastikan ada
data yang salah ataupun tertukar maka penulis melakukan
penelusuran data ke kantor ketua pelaksanaan pengadaan tanah
yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional) tepatnya dibagian
pengadaan tanah.

Gambar 3.10 :Penelusuran kekurangan berkas dikantor BPN Sumedang

Sumber :Dokumentasi Pribadi

3.4.7 Kendala dan Solusi


Adapun berikut ini hal-hal yang menjadi permasalahan atau
kendala dari proyek pengadaan tanah jalan tol CISUMDAWU dan
bagaimana kiat dari Pejabat Pembuat Komitmen beserta tim untuk
mengatasinya. Penulis merangkumnya dalam

1. Berkaitan penolakan masyarakat di pengadilan Bale Bandung,


PPK lahan melakukan upaya hukum untuk mempertahankan nilai
KJPP. Mereka yang sudah kalah dalam persidangan yang sesuai
dalam mekanisme peraturan MA terkait dengan pengadaan tanah
untuk kepentingan umum, menggugat kembali dari awal ke
Pengadilan Negeri dengan gugatan Perbuatan Melawan Hukum
(PMH) .Sehingga PPK melakukan usaha agar gugatan tidak
berlarut-larut dan ada kepastian hukum. PPK lahan sudah
melakukan upaya hukum untuk mengkonsinyasi, kendala
konsinyasi adalah berlarut-larutnya proses konsinyasi di
Pengadilan Negeri Bale Bandung dimana PPK lahan sudah
mendaftar sejak 8 Agustus 2019 namun baru ada kepastian
putusan penetapan terhadap konsinyasi tersebut di bulan Maret
2020. PPK Lahan sudah melakukan upaya untuk mempercepat
proses konsinyasi dengan berkoordinasi dengan Kemenko
Kemaritiman dan Investasi RI agar dapat berkoordinasi ke MA
dalam hal percepatan konsinyasi. Dari 85 bidang yang
dikonsinyasi, PPK Lahan melakukan upaya preventif pendekatan
dengan memberikan sosialisasi kepada pemilik lahan tentang
mekanisme permohonan keberatan harga berdasarkan peraturan
MA dimana putusan kasasi di MA sudah final. Sehingga pemilik
yang telah dinyatakan kalah pada tingkat kasasi mulai menyadari
tidak ada upaya hukum lagi setelah itu dan mereka setuju dengan
saran PPK untuk menerima nilai uang ganti rugi sesuai dengan
hasil appraisal hasil KJPP. Dengan itu dari 85 bidang telah keluar
dari konsinyasi sebanyak 50 bidang, saat ini telah diputuskan
penetapan konsinyasi terhadap 35 bidang sisanya. Dari 35 bidang
itu 10 bidang sudah bersedia akan mengambil penitipan sehingga
kemungkinan akan adanya eksekusi terhadap 10 bidang sudah
tidak ada khusus terhadap 10 bidang tersebut. Namun untuk 25
bidang saat ini masih akan dilakukan eksekusi namun dengan
adanya wabah Covid-19 ini perlu pertimbangan mekanisme
proses eksekusi sehingga jadwal pelaksanaan akan
menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

2. Permasalahan yang terletak pada Desa Cilayung, Mekarsari,


Sukarapih, Margaluyu, Ciptasari dan Sirnamulya. Dimana proses
invent indent telah dilaksanakan sejak April 2019 namun hingga
bulan Agustus 2019 daftar nominatif final belum diterbitkan oleh
Panitia Pengadaan Tanah (P2T), dalam hal ini Kasubdit
pengadaan tanah menginisiasi rapat koordinasi bersama Dirjen
pengadaan tanah dan P2T Kab Sumedang berkaitan dengan
belum diterbitkannya daftar nominatif final dari P2T. Saat itu ketua
P2T berjanji akan segera menerbitkan daftar nominatif sesegera
mungkin namun hingga Bulan Oktober 2019 P2T Kab Sumedang
belum menerbitkan daftar nominatif final pada desa – desa
tersebut. Dalam hal ini PPK Lahan melakukan upaya dalam
percepatan dengan mengappraisal daftar nominatif sementara
hanya terhadap bidang bidang yang sudah disetujui oleh
masyarakat sambil menunggu perbaikan daftar nominatif dari P2T
terhadap bidang bidang lainnya. Sehingga di baru di Bulan
November dilaksanakan appraisal terhadap bidang-bidang tanah
yang sudah disetujui warga tersebut. Untuk percepatan, PPK
Lahan memusyawarahkan bidang-bidang yang sudah di appraisal
di bulan Januari sambil menunggu perbaikan daftar nominatif
bidang lainnya untuk di appraisal oleh KJPP dan selanjutnya akan
dimusyawarahkan. Terhadap sisa bidang-bidang tersebut telah
dimusyawarahkan pada Bulan Maret 2020 untuk Desa Cilayung,
namun dikarenakan adanya himbauan dari pemerintah daerah
Kab Sumedang agar tidak melakukan kerumunan sehingga proses
musywarah dan pelepasan hak dilakukan dengan jumlah orang
yang terbatas yakni dengan mekanisme door to door atau PPK
Lahan dan tim BPN mendatangi ke rumah masing - masing
pemilik untuk kegiatan musyawarah dan juga untuk kegiatan
pelepasan hak PPK lahan dan BPN melaksanakannya dengan
jumlah orang terbatas sehingga proses menjadi memakan waktu
lebih lama dari sebelum adanya COVID-19.

3. Permasalahan di Seksi 2 terdapat pada Desa Sirnamulya dan


Mulyasari dimana pada ke 2 Desa tersebut terdapat bangunan liar
berupa patung, relief dan bangunan tumbuh. Untuk hal tersebut
telah ada keputusan yang tertuang dalam berita acara rapat
bersama TP4D Provinsi Jawa Barat pada tanggal 12 Oktober
2018 yang keputusannya bahwasanya terhadap relief dan patung
tidak mendapatkan ganti rugi. Untuk bangunan tumbuh yakni
bangunan yang dibangun setelah Penlok tidak dapat dibayarkan,
namun sejak tahun 2018 proses pengadaan tertunda karena tidak
ada kepastian bangunan di bidang tanah mana yang merupakan
bangunan tumbuh yang dimaksud sehingga Satgas bangunan dari
Dinas Perkimtan tidak berani mencoret bangunan tertentu sepihak
dikarenakan khawatir adanya komplain dari masyarakat sehingga
proses daftar nominatif terhadap bangunan tersebut belum bisa
dilanjutkan. Sementara pemilik tanah tidak ingin dibebaskan
tanahnya jika belum ada kepastian bangunannya diganti atau
tidak. Dalam hal ini PPK lahan melakukan terobosan agar proses
ini tidak terhenti sehingga PPK Lahan melakukan upaya agar ada
kepastian bangunan mana yang layak dibayar dengan mekanisme
verifikasi yang melibatkan Forkopimda Kab Sumedang.
Sebelumnya PPK lahan mengajukan izin kepada Bupati Kab
Sumedang untuk melaksanakan verifikasi pada
bangunanbangunan di kedua desa tsb. PPK lahan bersama
Forkopimda melakukan verifikasi terhadap bangunan tersebut
pada tanggal 30 dan 31 Januari 2020 sehingga diperoleh dari data
bangunan mana yang lolos untuk dibayar dan yang tidak lolos
untuk dibayar sehingga data hasil verifikasi tersebut dapat
digunakan Satgas Bangunan untuk diterbitkan daftar nominatif di
kedua Desa tersebut agar dapat dilanjutkan proses pengadaan
tanahnya.

4. Adanya penolakan dari masyarakat terkait pembongkaran Jalan


Antaria di Desa Sirnamulya dimana Jalan Antaria tersebut berada
di main road Jalan Tol Cisumdawu di seksi 2. Adanya beberapa
masyarakat yang didukung oleh LSM tertentu dan juga kuasa
hukum menuntut pemberian uang ganti rugi terhadap Jalan
Antaria yang mana sebagian masyarakat tersebut menyatakan
bahwasanya Jalan Antaria adalah bagian dari tanah milik mereka.
Hal tersebut menghambat proses pelaksanaan konstruksi di
lapangan dalam hal ini PPK lahan melakukan upaya dengan
menginisiasi rapat bersama desa dan BPN serta mengundang
masyarakat LSM dan kuasa hukum tersebut dalam hasilnya
disepakati bahwasanya tanah yang milik dari masyarakat itu
sudah menjadi jalan akses desa yakni Jalan Antaria dimana jalan
tersebut terdaftar sebagai aset desa, hal ini tertuang dalam perdes
sehingga hak masyarakat terhadap jalan tersebut tidak ada.
Namun mekanismenya untuk penggantian Jalan Antaria
dilaksanakan dengan mengganti dengan jalan akses yang baru
sekaligus juga mensosialisasikan jalan akses baru yang telah
dibangun oleh Satker Pelaksanaan JBH Cisumdawu yakni berupa
overpass yang sudah tersedia. Semenjak itu persoalan ini sudah
tidak jadi permasalahan lagi.

5. Kendala lainnya dalam pengadaan lahan adalah adanya validasi


yang tertunda di Desa Margamukti terhadap 42 bangunan yang
sudah dibongkar oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat yang
sudah mengetahui adanya penggantian terhadap bangunan
miliknya langsung membongkar bangunan–bangunan tersebut
sebelum diberikannya ganti rugi. Terhadap kondisi tersebut ketua
P2T menunda terbitnya validasi bangunan tersebut sejak tahun
2018. Dalam hal ini PPK lahan menginisiasi rapat koordinasi
bersama Satker Pelaksana JBH Cisumdawu, BPN Kab
Sumedang, dan Pemerintah Desa Margamukti. Pada rapat
tersebut diperoleh kesepakatan bahwa Kepala Desa memberikan
pernyataan terkait dengan keberadaan bangunan–bangunan
tersebut dan juga pemilik bangunan tersebut harus membuat
pernyataan tertulis bahwasanya bertanggung jawab atas
keberadaan bangunan miliknya dan bertanggung jawab terhadap
penerimaan uang ganti rugi manakala ditemukan persoalan
hukum. Terhadap permasalahan ini Ketua P2T telah menerbitkan
validasi dan bangunan tersebut telah dibayarkan oleh BUJT
namun karena kondisi wabah COVID-19 P2T masih menunggu
untuk penjadwalan pelepasan hak nya.

6. Berlarut – larutnya proses konsinyasi yang memakan waktu 1


tahun di Pengadilan Negeri Sumedang, dimana belum
dilaksanakannya eksekusi terhadap bidang yang menjadi objek
konsinyasi. Dalam hal ini PPK Lahan berkoordinasi dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Sekretaris Daerah dan
berkoordinasi dengan Kepala Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Dalam hal ini menghasilkan keputusan tidak menunda lagi proses
eksekusi terhadap bidang tanah di Desa Ciherang, Mekarjaya
dan Margaluyu. Dampak dari koordinasi tersebut permohonan sita
eksekusi dan eksekusi riil oleh PPK Lahan ditindaklanjuti oleh
Pengadilan Negeri Sumedang. Proses eksekusi yang tertunda
lama akhirnya terlaksana sampai selesai pada Bulan November
2019.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Pengadaan Tanah
Proses pengadaan tanah sebagai salah satu proses dari sebuah
konstruksi untuk kepentingan umum dan perihal tentang pengadaan
tanah telah tersusun pada undang-undang no 02 tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai