(1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
Abstrak
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam mempercepat pembangunan
nasional. Salah satunya adalah penyediaan infrastruktur transportasi berupa pembangunan KRL DDT
Manggarai-Cikarang untuk menyelesaikan permasalahan terkait mobilitas penduduk Jakarta, Kota
Bekasi, dan Kabupaten Bekasi. Dalam mewujudkan penyediaan infrastruktur, hal pertama yang
harus diperhatikan adalah terkait pengadaan tanah. Adanya peraturan pengadaan tanah mengenai
proses dan prosedur pengadaan tanah serta ketentuan mengenai aktor yang terlibat diharapkan
dapat mempercepat realisasi pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Hal tersebut dapat
terwujud jika ketentuan yang tercantum di dalamnya segera terpenuhi. Secara keseluruhan, proyek
ditargetkan selesai pada 2018. Pada kenyataannya, proses pembebasan lahan proyek tersebut masih
terkendala pada koridor Bekasi-Cikarang terutama di wilayah Kecamatan Bekasi Timur. Penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif (analisis isi dan SNA) dengan pendekatan evaluasi formal untuk
mengetahui permasalahan dalam realisasi pembebasan lahan serta ketidaksesuaian proses,
prosedur, dan peran aktor dalam pembebasan lahan proyek KRL DDT di Kecamatan Bekasi Timur.
Penelitian ini menjelaskan bahwa kegiatan dalam tahap perencanaan dan persiapan belum memiliki
aturan jelas mengenai proses dan prosedur pembebasan lahan. Terdapat pula kegiatan pada tahap
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Kendala pendanaan dianggap menjadi faktor
utama dalam mempengaruhi realisasi pembebasan lahan di samping kendala lainnya. Diketahui pula
bahwa terdapat perbedaan aktor yang terlibat dalam pembebasan lahan proyek KRL DDT di
Kecamatan Bekasi Timur. Beberapa aktor dinilai berpengaruh terhadap realisasi pembebasan lahan
proyek KRL DDT secara signifikan.
Kata-kunci : evaluasi formal, SNA, pengadaan tanah, KRL DDT, Kecamatan Bekasi Timur
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. menentukan hal apa saja yang dapat dilakukan
Pada kenyataannya, pembebasan lahan pada agar dapat mempercepat proses pembebasan
proyek KRL DDT masih terkendala pada bebe- lahan proyek KRL DDT di Kecamatan Bekasi
rapa lokasi terutama pada koridor Bekasi Timur yang masih terkendala dalam realisasi
hingga Cikarang (Dephub, 05 Oktober 2015). proyek KRL DDT koridor Bekasi-Cikarang.
Pembebasan lahan proyek DDT dikabarkan
mengalami vakum pada tahun 2003-2013 Tinjauan literatur dari penelitian ini
(Sindo, 23 Januari 2015). Saat ini, pembebasan berawal dari pendefinisian mengenai infra-
lahan di Kecamatan Bekasi Timur masih struktur. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik
terkendala pada Perumahan Taman Juanda yang menyediakan transportasi, pengairan,
serta pagar tembok beserta pos jaga Taman drainase, bangunan-bangunan gedung dan
Makam Pahlawan (Berita Trans, 22 Agustus fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk
2016). Permasalahan mengenai kesepakatan memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam
harga ganti rugi juga menjadi salah satu hal lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988 dalam
yang menyebabkan lamanya proses Kodoatie, 2005). Sistem rekayasa dan
pembebasan lahan (Sindo, 23 Januari 2015). manajemen infrastruktur berpengaruh terhadap
Kendala lain yang ditemukan adalah mengenai sistem tata guna lahan yang pada akhirnya
administrasi pembebasan lahan (Liputan6, 25 membangun suatu kegiatan. Menurut Barlowe
November 2016). Meskipun secara keseluruhan (1986:8), salah satu definisi lahan yaitu ruang
pembangunan proyek KRL DDT Manggarai- tempat bernaungnya segala bentuk kegiatan
Cikarang dihadapi oleh berbagai persoalan yang dilakukan oleh manusia dalam menjalani
termasuk masalah pembebasan lahan, proyek kehidupannya. Pengembangan lahan merupakan
KRL DDT ditargetkan selesai pada akhir 2018 kegiatan membangun kualitas fisik tanah dan
dan dapat dioperasikan pada 2019 (Poskota, 30 lingkungan serta membangun konstruksi atau
Agustus 2016). suatu kegiatan di tanah tersebut dalam rangka
pemanfaatan ruang (Sadyohutomo, 2016).
Selain permasalahan yang telah Menurut Jayadinata (1999), sistem pengem-
disebutkan, diduga masih terdapat permasa- bangan lahan yang sering dilakukan di
lahan lain yang menyebabkan terhambatnya Indonesia adalah sistem konvensional yaitu
realisasi pembebasan lahan proyek KRL DDT dengan pengadaan lahan baik dalam skala kecil
koridor Bekasi-Cikarang, terutama di Kecamatan maupun besar melalui cara pembebasan tanah.
Bekasi Timur. Oleh karena itu, perlu ditelusuri Permasalahan mengenai penyediaan tanah
terlebih dahulu proses pembebasan lahan yang sering kali terjadi. Menurut Sadyohutomo
terjadi agar permasalahan lain dapat ditemukan (2016), penyebab umum kegagalan
dan diketahui pada bagian mana yang tidak pembebasan lahan adalah karena nilai ganti rugi
sesuai dengan ketentuan pembebasan lahan tanah yang ditawarkan oleh pihak pembangun
sebagaimana yang telah tertulis dalam per- terlalu rendah atau pemilik tanah meminta
aturan perundangan. Selain itu, perlu ditinjau harga ganti rugi yang terlalu tinggi karena
mengenai aktor-aktor yang terkait dengan berbagai latar belakang diantaranya karena
proses pembebasan lahan agar dapat dilihat pemilik tanah tidak berniat menjual tanahnya.
peran serta masing-masing aktor serta Dengan melihat permasalahan dari
keterkaitannya dalam mempengaruhi proses pengembangan lahan secara konvensional,
pembebasan lahan proyek KRL DDT di maka muncul suatu bentuk pengembangan
Kecamatan Bekasi Timur. Penelitian ini memiliki lahan inkonvensional melalui konsolidasi
manfaat akademis yaitu dapat mengevaluasi lahan/land consolidation dan bank tanah/land
proses dan prosedur pembebasan lahan serta banking. Berdasarkan Peraturan Kepala BPN
peran aktor yang terlibat berdasarkan kondisi No.4 Tahun 1991 tentang konsolidasi tanah,
ideal. Selain itu, penelitian ini memiliki manfaat maka definisi konsolidasi tanah adalah kebijakan
praktis yaitu dapat membantu pemerintah Kota pertanahan mengenai penataan kembali
Bekasi maupun pemerintah pusat dalam penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha
sampling dan pada saat di lapangan maka proses pembebasan lahan proyek KRL DDT
digunakan juga snowball sampling. Maka, untuk koridor Bekasi Cikarang terutama pada wilayah
narasumber yang dipilih adalah narasumber Kecamatan Bekasi Timur dan evaluasi terhadap
yang dianggap mengetahui proses pembebasan aktor yang berperan. Metode ini digunakan pada
lahan proyek KRL DDT, mempunyai pengaruh sasaran satu dan dua.
atau kepentingan dalam proses pembebasan
lahan, berada pada posisi sejalan atau Sedangkan Social Network Analysis
bertentangan dalam realisasi proyek, ataupun (SNA) digunakan untuk melihat keterkaitan
sebagai pihak yang berhak mendapat pemberian antar aktor dalam realisasi pembebasan lahan
ganti rugi. Berdasarkan kriteria tersebut maka proyek KRL DDT koridor Bekasi-Cikarang
narasumber dalam penelitian ini terbagi menjadi terutama di Kecamatan Bekasi Timur. Setelah
dua kelompok yaitu kelompok instansi (Ditjen mengetahui aktor yang terlibat berdasarkan
Perkeretaapian, BPN Kota Bekasi, PT KAI Kantor sasaran kedua, maka yang dilakukan adalah
Pusat Bandung, Kecamatan Bekasi Timur, mengolah data interaksi menjadi matriks biner
Kelurahan Bekasi Jaya, Kelurahan Aren Jaya, (“1” ada hubungan, “0” tidak ada hubungan).
dan Kelurahan Duren Jaya) serta kelompok Pendekatan yang digunakan adalah one mode.
masyarakat (Ketua RT, masyarakat yang Selanjutnya, hubungan jaringan aktor dapat
tanahnya dibebaskan sebagian, dibebaskan divisualisasikan dengan fitur NetDraw yang
seluruhnya, maupun masyarakat yang tanahnya tersedia pada software UCINET6. Untuk
belum dibebaskan). interpretasi, maka digunakan empat pengukuran
sentralitas. Metode ini digunakan pada sasaran
Selanjutnya, data sekunder yang tiga.
diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
dokumen perencanaan pengadaan tanah, Diskusi
dokumentasi kegiatan pembebasan lahan yang
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai
telah dilaksanakan, dokumen pelaksanaan
proses pembebasan lahan, kedudukan dan
pengadaan tanah, zona nilai tanah, RDTR Kota
peran aktor yang, serta ditunjukan visualisasi
Bekasi, RTRW Kota Bekasi, dan profil
keterkaitan antaraktor dalam proses
Kecamatan Bekasi Timur dan profil Kelurahan
pembebasan lahan proyek KRL DDT di
Bekasi Jaya, Duren Jaya, dan Aren Jaya.
Kecamatan Bekasi Timur
Metode Analisis Data
1. Proses Pembebasan Lahan Proyek KRL DDT
Penelitian ini pada dasarnya meng- di Kecamatan Bekasi Timur
gunakan analisis kualitatif. Metoda analisis yang
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
digunakan dalam metode penelitian kualitatif ini
bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan
adalah content analysis dan social network
pembangunan guna meningkatkan kesejah-
analysis. Content analysis didefinisikan sebagai
teraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan
cara mencari makna materi tertulis atau visual
masyarakat dengan tetap menjamin kepen-
dengan cara alokasi isi sistematis ke kategori
tingan hukum pihak yang berhak. Berdasarkan
terinci yang telah ditentukan sebelum-nya dan
UU No.2 tahun 2012, pengadaan tanah untuk
kemudian menghitung dan menginter-pretasikan
kepentingan umum terdiri dari tahap peren-
hasilnya (Payne&Payne, 2004 dalam Sarosa,
canaan, persiapan, pelaksanaan, dan penye-
2012). Interpretasi dari metode tersebut akan
rahan hasil.
menunjukan sesuai atau tidaknya kegiatan pada
masing-masing tahapan pembebasan lahan Pada tahap perencanaan, instansi yang
yang telah dilakukan serta aktor yang berperan memerlukan tanah wajib membuat dokumen
di dalamnya dengan ketentuan dari kondisi perencanaan pengadaan tanah yang disusun
ideal. Dengan demikian, hasil analisis tersebut berdasarkan studi kelayakan. Dokumen
dapat dikatakan sebagai bentuk evaluasi dari perencanaan pengadaan tanah tersebut
4 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA A
Wisely Yahya
diserahkan ke pemerintah provinsi. Selanjutnya, dokumen perencanaan pengadaan tanah.
tahap persiapan diawali dengan pemberitahuan Dokumen disusun oleh Direktorat Jenderal
rencana pembangunan ke masyarakat. Setelah Perkeretaapian di bawah Kementrian
itu, pendataan awal lokasi rencana Perhubungan dan selanjutnya diberitahukan
pembangunan dilaksanakan dalam 30 hari kerja kepada pemerintah provinsi dan kota/kabupaten
sejak pemberitahuan. Kemudian dilaksanakan yang wilayahnya terkena pembebasan proyek
konsultasi publik untuk mendapatkan KRL DDT Manggarai-Cikarang. Dalam hal ini,
kesepakatan lokasi pembangunan. Sehingga Ditjen Perkeretaapian telah memberitahukan
instansi dapat mengajukan rencana lokasi dokumen tersebut kepada Gubernur DKI
pembangunan kepada Gubernur yang akan Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Walikota Bekasi,
ditetapkan dalam 14 hari kerja. Jika dalam 60 dan Bupati Bekasi.
hari kerja terdapat keberatan, maka terdapat
konsultasi publik ulang yang dilaksanakan Masyarakat Kecamatan Bekasi Timur telah
maksimal 30 hari kerja. Jika masih terdapat mengetahui berita mengenai rencana
keberatan maka instansi melaporkan keberatan pembangunan proyek KRL DDT sejak tahun
kepada Gubernur, sehingga akan dibentuk tim 1997-2002, tetapi berita tersebut belum resmi
kajian keberatan oleh Gubernur. Selanjutnya, dan belum disampaikan langsung oleh pihak
dalam 14 hari kerja maka Gubernur dapat berwenang. Pendataan awal meliputi kegiatan
menetapkan lokasi pembangunan. pengumpulan data pihak yang berhak dan objek
pengadaan tanah dilaksanakan pada tahun
Tahap pelaksanaan diawali dengan kegiatan 2002. Pada tahun yang sama juga dikeluarkan
inventarisasi dan identifikasi objek pengadaan Keputusan Walikota Bekasi No.593/Kep.304-
tanah selama 30 hari kerja, dan hasilnya akan BPN/VII/2002 tentang pemberian penetapan
diumumkan di kantor desa/kelurahan dan lokasi pembangunan Double-Double Track
kecamatan dalam 14 hari kerja. Jika terdapat (DDT) di Wilayah Kota Bekasi. Perlu diketahui
kesalahan terhadap hasil inventarisasi maka bahwa pada tahun 2003-2013 terjadi
akan dilaksanakan verifikasi dan perbaikan hasil kekosongan kegiatan (vacuum) dalam
ukur dalam 14 hari kerja. Jika sudah benar pengadaan tanah pembangunan KRL DDT di
maka dilaksanakan penilaian ganti kerugian wilayah Kota Bekasi. Pertama, vacuum terjadi
sebagai dasar musyawarah. Musyawarah karena terdapat perubahan rancangan proyek
kesepakatan harga dilaksanakan dalam 30 hari KRL DDT yang pada awalnya rancangan dari
kerja, dan jika terdapat keberatan maka dapat pihak konsultan Jepang (VCI) merupakan
menempuh jalur pengadilan. Ketika telah terjadi rancangan ideal yang berimplikasi pada
kesepakatan harga, maka uang ganti rugi akan kebutuhan lahan yang luas (200 meter dari rel
diberikan dan pihak yang berhak harus terluar) sedangkan dana untuk pengadaan
melepaskan tanahnya dalam 60 hari kerja. tanah terbatas sehingga terdapat penyesuaian
Sehingga pada tahap selanjutnya yaitu tahap rancangan. Penyebab kedua yaitu APBN yang
penyerahan hasil, lembaga pertanahan dapat turun bertahap menyebabkan pembebasan
menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada lahan tidak dapat dilaksanakan sekaligus.
instansi yang memerlukan tanah sebagai tanda Luasnya area yang terkena pembebasan lahan
bahwa pembangunan dapat mulai dilaksanakan. dan harus dimulai dari wilayah DKI Jakarta juga
Selanjutnya, instansi tersebut wajib menjadi penyebab vacuum. Selama vacuum,
mendaftarkan tanah yang telah diperoleh. kegiatan yang dilakukan adalah pematangan
Setelah pemberian ganti rugi, maka seharusnya lahan dan pemagaran. Dalam rentang waktu
terdapat pemantauan dan evaluasi penye- vacuum, di tahun 2005 dikeluarkan Surat
lenggaraan pengadaan tanah oleh lembaga Keputusan Walikota Bekasi No. 591/Kep-320-
pertanahan. Bipem/XII/2005 sebagai revisi dari SK Walikota
sebelumnya. Kegiatan pada tahap persiapan
Pada proses pembebasan lahan proyek KRL dilanjutkan kembali pada tahun 2014 yang
DDT, studi kelayakan proyek sudah dimulai ditandai dengan diselenggarakannya kegiatan
sejak tahun 1996 sebagai dasar dari pembuatan sosialisasi pada 25 Februari 2014 kepada
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA A | 5
Persoalan Pengadaan Tanah pada Proyek KRL Double-Double Track (DDT) di Kecamatan Bekasi Timur
masyarakat Kelurahan Bekasi Jaya, Duren Jaya, terlalu kecil bagi masyarakat dan harga ganti
dan Aren Jaya yang terkena pembebasan lahan. rugi yang ditawarkan masyarakat juga dianggap
melampaui harga yang seharusnya menurut
Panitia Pengadaan Tanah (P2T) dan satuan
kerja DDT. Pada musyawarah pertemuan ketiga
disepakati ganti rugi untuk tanah sawah sebesar
Rp1.200.000,00/m² dan tanah darat sebesar
Rp1.600.000,00/m². Sedangkan besaran ganti
rugi terhadap objek bangunan antarwarga
berbeda-beda berdasarkan klasifikasi bangunan
permanen atau semi permanen beserta benda
lainnya yang berada di atas tanah. Diketahui
bahwa rata-rata harga bangunan ditetapkan
Gambar 1. Sosialiasi Rencana Pembangunan KRL sebesar Rp1.400.000,00/m².
DDT di Kecamatan Bekasi Timur
(Sumber : Dokumentasi Kelurahan Duren Jaya, 2014)
pembayaran ganti rugi, dan berperan dalam Sehingga perbedaan peran aktor ber-
pelepasan hak atas tanah masyarakat dengan dasarkan kondisi ideal dengan peran aktor
melakukan pemecahan sertifikat tanah dalam pembebasan lahan proyek KRL DDT
masyarakat yang dibebaskan sebagian. Dalam dapat ditunjukan sebagai berikut.
penilaian ganti kerugian tanah dan bangunan,
maka pihak yang terlibat adalah tim appraisal.
Pada kegiatan inventarisasi dan identifikasi Tabel 3. Perbedaan Peran Aktor yang Terlibat dalam
Proses Pembebasan Lahan
objek pengadaan tanah berupa bangunan maka
pihak yang bertanggung jawab adalah
Disperkimtan Kota Bekasi, sedangkan pada
inventarisasi dan identifikasi objek pengadaan
tanah berupa tanaman merupakan tanggung
jawab dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Bekasi. Dinas Sosial diketahui berperan dalam
mengawasi kegiatan inventarisasi dan iden-
tifikasi pada area Taman Makam Pahlawan.
Terdapat pula peran dari pihak kecamatan,
kelurahan, RT dan RW terkait dalam meng-
umumkan hasil inventarisasi serta menyam-
paikan segala informasi mengenai pembebasan
lahan sebagai perpanjangan tangan dari
pemerintah kota kepada masyarakat serta
menjembatani masyarakat dengan Ditjen
Perkeretaapian. Diketahui pula terdapat peran
dari babinsa/bimaspol yang ditugaskan dari
polsek Kecamatan Bekasi Timur untuk menjaga
keamanan dan ketertiban selama kegiatan
musyawarah berlangsung. Selama kegiatan
pada tahap pelaksanaan berlangsung, maka
Ditjen Perkeretaapian selalu melakukan
pendampingan dan pengawasan kepada panitia
P2T. Begitu pun masyarakat sebagai pihak yang
berhak menerima ganti rugi, maka turut
dilibatkan dalam keseluruhan kegiatan pada
tahap pelaksanaan.
Aktor dalam
Aktor dalam Pembebasan
Peran
Kondisi Ideal Lahan Proyek
KRL DDT
Pembuatan dokumen Instansi yang Ditjen
perencanaan memerlukan Perkeretaapian
pengadaan tanah tanah
Ditjen
Instansi yang
Perkeretaapian,
Penyerahan dokumen memerlukan
Gubernur Jawa
ke pemerintah provinsi tanah,
Barat, Walikota
Gubernur
Bekasi
P2T (BPN,
kecamatan,
kelurahan
Pemberitahuan
beserta RT dan
rencana kepada
Tim persiapan, RW), Ditjen
masyarakat
masyarakat, Perkeretaapian,
kecamatan, PT KAI,
kelurahan masyarakat
P2T (BPN,
Pendataan awal lokasi kecamatan,
rencana pembangunan kelurahan),
masyarakat
Penetapan lokasi Gubernur Walikota Bekasi
Satuan tugas P2T (BPN, Dinas
(pihak yang Pertanian,
Inventarisasi dan ditunjuk untuk Disperkimtan,
identifikasi objek menginventari- pengawasan
pengadaan tanah sasi objek dari Dinas
pengadaan Sosial)
tanah)
P2T (BPN, Dinas
Satuan tugas, Pertanian,
Pengumuman hasil kecamatan/ Disperkimtan,
inventarisasi kelurahan, kelurahan,
masyarakat kecamatan) dan
masyarakat
Jasa Jasa penilai/tim
Penetapan besaran
penilai/tim appraisal
ganti rugi
appraisal
Musyawarah P2T, instansi P2T (BPN,
penetapan ganti yang kecamatan,
kerugian memerlukan polsek,
tanah, kelurahan,
masyarakat beserta RT dan
RW), Ditjen
Perkeretaapian,
masyarakat
Penyerahan hasil BPN, instansi BPN, Ditjen
pengadaan tanah yang Perkereta-
Pendaftaran tanah memerlukan apian
yang diperoleh tanah
Pemantauan dan
evaluasi Tidak ada pihak
BPN
penyelenggaraan yang memantau
pengadaan tanah
*Kotak berwarna merah adalah perbedaan aktor yang terlibat
KRL DDT yang memiliki keterkaitan dengan tahap pelaksanaan. Berbeda dengan PT KAI
semua aktor yang ada pada setiap tahap yang hanya terlibat dengan beberapa aktor
pembebasan lahan. Selanjutnya, BPN Kota seperti Ditjen Perkeretaapian, BPN, kecamatan,
Bekasi juga memiliki keterkaitan dengan hampir kelurahan, RT dan RW, serta masyarakat dalam
semua aktor kecuali Gubernur karena BPN mendampingi Ditjen Perkeretaapian saat
merupakan ketua pelaksanaan pengadaan tanah memberitahukan rencana pembangunan kepada
untuk proyek KRL DDT sehingga memiliki masyarakat yang terkena pembebasan lahan.
tanggung jawab dalam kegiatan pembebasan Selain itu, Gubernur juga memiliki keterlibatan
lahan dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga terendah karena hanya terlibat dengan Ditjen
penyerahan hasil. Diketahui pula bahwa Perkeretaapian dan Walikota terkait kegiatan
masyarakat yang terkena pembebasan lahan pemberitahuan rencana pembangunan proyek
juga berkaitan dengan hampir seluruh aktor KRL DDT Manggarai-Cikarang.
kecuali Gubernur dan Dinas Sosial karena
masyarakat merupakan subjek yang terkena Sehingga diketahui bahwa aktor yang
dampak dari pembebasan lahan sehingga perlu memiliki derajat sentralitas tertinggi bernilai 15
dilibatkan dalam tahap persiapan, pelaksanaan, adalah Ditjen Perkeretaapian dan aktor yang
hingga penyerahan hasil. memiliki derajat sentralitas tertinggi kedua
bernilai 14 adalah BPN, Kecamatan Bekasi
Walikota Bekasi juga hampir terkait dengan Timur, dan Kelurahan Bekasi Jaya, Duren Jaya,
semua aktor kecuali tim appraisal dan PT KAI Aren Jaya. Sedangkan Gubernur merupakan
karena dalam hal ini Walikota berkoordinasi aktor yang memiliki derajat sentralitas terendah
dengan SKPD yang berkaitan dengan bernilai 2 dan selanjutnya PT KAI juga memiliki
pembebasan lahan. Melalui kedudukan dan derajat sentralitas terendah kedua yang memiliki
wewenangnya sebagai pemimpin daerah maka nilai 6. Selanjutnya, aktor yang memiliki nilai
secara tidak langsung Walikota Bekasi farness terendah bernilai 15 yang berarti
berhubungan dengan pihak kecamatan, memiliki derajat kedekatan tertinggi adalah
kelurahan, RT dan RW, serta masyarakat yang Ditjen Perkeretaapian. BPN, kecamatan, dan
terkena pembebasan lahan sebagai masyarakat kelurahan memiliki nilai farness 16. Sedangkan
yang wilayahnya termasuk dalam administratif Gubernur memiliki nilai farness tertinggi bernilai
Kota Bekasi. Sekretaris Daerah Kota Bekasi dan 28 dan PT KAI juga memiliki nilai farness
Asisten Pemerintahan yang pernah menjabat tergolong tinggi yaitu 24. Pada betweenness
sebagai ketua dan wakil ketua pelaksanaan centrality, aktor yang memiliki nilai tertinggi
pembebasan lahan, Disperkimtan dan Dinas sebesar 10,38 adalah Ditjen Perkeretaapian dan
Pertanian yang berperan dalam inventarisasi Walikota memiliki nilai tertinggi kedua sebesar
dan identifikasi bangunan dan tanaman, serta 6,47 karena dianggap sebagai simpul informasi
Dinas Sosial yang mengawasi inventarisasi dan terutama pada tahap persiapan. Sedangkan PT
bertanggung jawab pada renovasi Taman KAI, Gubernur, dan Polsek memiliki
Makam Pahlawan memiliki keterkaitan dari segi betweenness centrality terendah yang memiliki
jalur koordinasi saja sebagai bagian dari SKPD nilai 0. Kemudian susunan aktor yang memiliki
Kota Bekasi. eigenvector centrality sama dengan susunan
aktor pada derajat sentralitas. Hubungan
Selanjutnya untuk polsek, pihak kecamatan, jaringan antar aktor dalam pembebasan lahan
pihak kelurahan, RT dan RW berkaitan dalam proyek KRL DDT koridor Bekasi-Cikarang,
hal melakukan pendampingan kepada masya- Kecamatan Bekasi Timur dapat digambarkan
rakat yang terkena pembebasan lahan selama sebagai berikut.
Gambar 5. Social Network Graph dalam Pembebasan Lahan Proyek KRL DDT Koridor Bekasi-Cikarang, Kecamatan
Bekasi Timur
(Sumber : Hasil Analisis, 2017)
P2T. Diketahui pula bahwa walikota tidak yang terlibat dalam pemberitahuan ke
terlibat langsung dengan masyarakat, melainkan masyarakat, penetapan lokasi, kegiatan
melalui perpanjangan tangan dengan pihak inventarisasi dan identifikasi, dan pengumuman
kecamatan, kelurahan, serta RT dan RW hasil inventarisasi dan identifikasi, serta terdapat
setempat. Untuk Sekda, Asda, Disperkimtan, perubahan mengenai ketentuan ketua dan
Dinas Pertanian, dan Dinas Sosial Kota Bekasi keanggotaan dari panitia pengadaan tanah
berkaitan dari segi jalur koordinasi sebagai selama proses pembebasan lahan. Setiap aktor
bagian dari SKPD Kota Bekasi. yang terlibat diketahui telah melaksanakan
perannya masing-masing. Namun dalam
melaksanakan perannya, Ditjen Perkeretaapian
Kesimpulan sebagai instansi yang memerlukan tanah
membutuhkan waktu yang lama untuk
Kegiatan pada tahap perencanaan dan melaksanakan proses pembebasan lahan dari
tahap persiapan tidak dapat dikatakan tidak tahap persiapan ke tahap pelaksanaan.
sesuai dengan UU No.2 tahun 2012 maupun Kemudian aktor yang terlibat dalam
Perpres No.71 tahun 2012. Pada tahap itu, keberjalanan musyawarah seperti Ditjen
aturan yang berlaku adalah Keppres No.55 Perkeretaapian dan BPN diketahui melaksanakan
tahun 1993 yang tidak menjelaskan rinci perannya tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
mengenai prosedur pada tahap perencanaan yang berlaku. Masyarakat yang dilibatkan dalam
dan persiapan yang harus dilakukan oleh tahap persiapan dan pelaksanaan juga dinilai
instansi yang memerlukan tanah. Meskipun memperlambat proses pembebasan lahan
belum terdpat aturan yang jelas mengenai terutama dalam kegiatan musyawarah.
tahap perencanaan dan persiapan, kegiatan
pada tahap tersebut telah dilaksanakan Ditjen Perkeretaapian merupakan aktor
meskipun terdapat perbedaan urutan kegiatan yang menonjol dan berpengaruh dalam suatu
dalam tahap persiapan. Untuk kegiatan pada jaringan, aktor yang independen dan dapat
tahap pelaksanaan telah mengacu pada UU No.2 dengan mudah menjangkau aktor lain tanpa
tahun 2012 dan Perpres No.71 tahun 2012 dan membutuhkan perantara, dan aktor yang paling
kegiatan tersebut telah dilaksanakan namun sering menjadi simpul-simpul informasi. BPN,
terdapat beberapa kegiatan seperti musyawarah Kecamatan Bekasi Timur, serta Kelurahan Bekasi
dan pemberian ganti rugi yang tidak sesuai Jaya, Duren Jaya, dan Aren Jaya merupakan
dengan ketentuan. Kendala pendanaan menjadi aktor-aktor yang memiliki peran signifikan dalam
faktor utama yang mempengaruhi kemunduran proses pembebasan lahan terutama pada tahap
target pembebasan lahan dan pengoperasian pelaksanaan. Walikota Bekasi yang menandakan
KRL DDT. Penyebab lainnya adalah terdapat bahwa pihak tersebut juga sering berada pada
perubahan rancangan pembangunan proyek simpul-simpul informasi mengenai proyek KRL
KRL DDT, luasnya area yang perlu dibebaskan DDT di wilayah Kota Bekasi terutama pada
meliputi wilayah Jakarta hingga Kabupaten tahap persiapan. Pihak lain yang dianggap
Bekasi, terdapat pula faktor kendala dari memiliki keterlibatan signifikan dalam proses
masyarakat yang pada umumnya ingin pembebasan lahan adalah masyarakat. Aktor-
mempertahankan rumahnya dengan meminta aktor yang telah disebutkan merupakan aktor
harga ganti rugi yang tinggi, serta terdapat yang secara signifikan mempengaruhi
masalah sengketa tanah yang menyebabkan pembebasan lahan dan berkontribusi terhadap
dokumen kepemilikan tanah tidak lengkap kemunduran target realisasi pembebasan lahan
sehingga dibutuhkan waktu cukup lama untuk proyek KRL DDT.
memproses pemberian ganti rugi dan pelepasan
hak. Rekomendasi
Terdapat perbedaan pada aktor yang Perlu diterapkan konsep general land
dilibatkan dalam kegiatan pemberitahuan banking sehingga dalam penyediaan
rencana pengadaan tanah ke pemerintah, aktor
14 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA A
Wisely Yahya
infrastruktur tidak terhambat masalah proyek sehingga dapat mempersiapkan
pengadaan tanah dokumen kepemilikan tanah terlebih dahulu.
Perlu diperkirakan ketersediaan anggaran Pemberitahuan awal tersebut dapat melibat-
(APBN) dengan kemungkinan realisasi di kan pemerintah kota terlebih dahulu untuk
lapangan. Dapat pula dilakukan bentuk kerja selanjutnya diteruskan kepada pihak keca-
sama dengan pihak lain terutama dalam matan dan kelurahan yang wilayahnya ter-
pendanaan pengadaan tanah kena pembebasan lahan.
Pemerintah perlu menentukan proyek
prioritas yang akan dikerjakan terutama Kelemahan Studi
untuk pengadaan tanah skala besar
sehingga proyek-proyek yang dikerjakan Terdapat kendala birokrasi perizinan yang
tidak banyak yang mangkrak akibat ter- rumit di Kota Bekasi sehingga Disperkimtan,
kendala anggaran Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi,
Jika terdapat aturan baru, sebaiknya hanya Dinas Sosial Kota Bekasi, dan Sekretaris
bersifat melengkapi peraturan pengadaan Daerah atau Asisten Pemerintahan (Asda I)
tanah tahun 2012 karena ketika terjadi tidak dapat diwawancara. Terdapat pula
perubahan aturan yang cukup signifikan data sekunder mengenai NJOP Kota Bekasi
akan terjadi ketidakjelasan kembali menge- di Badan Pendapatan Daerah yang tidak
nai prosedur pengadaan tanah didapatkan
Perlu adanya komunikasi dan koordinasi Hanya sedikit warga yang dapat
antara kepala daerah yang wilayahnya diwawancara karena mayoritas telah pindah
terkena pembebasan lahan dengan instansi ke tempat lain
yang memerlukan tanah dalam hal Beberapa pertanyaan dari wawancara tidak
merencanakan proyek agar sesuai dengan dapat dijawab oleh narasumber secara detail
rencana tata ruang wilayah kota dan kondisi mengenai waktu dilaksanakannya kegiatan
di lapangan. Jika akan terdapat rencana karena sifatnya kejadian yang telah terjadi
proyek infrastruktur yang melewati wilayah (historis)
tersebut, maka untuk rencana pembangunan Keterkaitan antar aktor tidak dapat
lainnya di sekitar wilayah tersebut dapat disebutkan seberapa jauh keterlibatannya
dipertimbangkan terlebih dahulu penerbitan
Saran Studi Lanjutan
izinnya.
Perlu dibuat alternatif timeline kegiatan yang Untuk penelitian selanjutnya yang
memungkinkan untuk dikerjakan (feasible) serupa dengan topik evaluasi pembebasan lahan
selain dari timeline ideal agar dapat untuk kepentingan umum maka saran
diperkirakan kemunduran target pemba- selanjutnya adalah perlu konfirmasi terkait
ngunan yang tidak terlampau jauh dari peran serta aktor dengan seluruh aktor yang
kondisi ideal. Dalam pembuatan alternatif terlibat dalam proses pembebasan lahan proyek
timeline, sebaiknya instansi yang memer- KRL DDT di Kecamatan Bekasi Timur, cross
lukan tanah berkoordinasi dengan pelaksana check pernyataan terkait proses pembebasan
teknis pembebasan lahan yaitu BPN pada lahan dan peran aktor yang terlibat dalam
wilayah yang terkena pembebasan lahan. proses pembebasan lahan proyek KRL DDT di
Perlu disampaikan pemberitahuan awal dari Kecamatan Bekasi Timur dengan data sekunder,
instansi yang memerlukan tanah kepada dan perlu adanya perumusan tingkat keterkaitan
masyarakat yang terkena pembebasan lahan aktor yang terlibat dalam proses pembebasan
mengenai rencana proyek baik secara lahan proyek KRL DDT di Kecamatan Bekasi
langsung maupun tidak langsung (melalui Timur.
media) sebelum diadakan sosialisasi rencana
pembangunan pada waktu yang dianggap
feasible dengan timeline rencana pengadaan
tanah agar masyarakat diberikan kepastian Daftar Pustaka
serta memiliki pemahaman terkait rencana
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA A | 15
Persoalan Pengadaan Tanah pada Proyek KRL Double-Double Track (DDT) di Kecamatan Bekasi Timur