Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI INFLASI DAN PERUBAHAN


HARGA

Oleh :
Kelompok VII
- Ni Kadek Cahya Dwi Utami (1981611015)
- I Gusti Putu Kurunandana (1981611031)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
Terdapat 2 istilah perubahan harga, yaitu perubahan harga umum untuk inflasi dan
perubahan harga khusus untuk jenis barang-barang tertentu yang belum tentu perubahannya
sama dengan inflasi. Inflasi ditandai dengan kenaikan rata-rata harga barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi. Jadi, karena ada dua jenis perubahan harga, akuntansi mencoba meresponnya
dengan dua jenis. Selama ini digunakan sistem akuntansi berbasis historical cost, namun kini
sudah memakai fair value.
Inflasi menimbulkan 2 permasalahan mendasar pada akuntansi keuangan yang
menggunakan historical cost-based system of accounting yaitu:
1. Angka dalam laporan keuangan yang menggunakan kos historis tidak lagi relevan secara
ekonomi karena terjadi perubahan harga. Misalnya membeli gedung seharga 500 juta dan
dalam setahun inflasinya hyper 100%, maka hal tersebut berarti pada akhir tahun gedung
tersebut jika dibeli seharga 1 M. Namun ketika melaporkan di neraca menggunakan historical
cost yaitu 500 juta sehingga laporan keungan tersebut informasinya tidak relevan.
2. Angka dalam laporan keuangan menunjukan perbedaan nilai uang pada suatu waktu sehingga
terjadi perubahan kemampuan daya beli yang sebenarnya tidak bertambah.
Dua permasalahan diatas dapat mengakibatkan kualitas relevansi menjadi tidak baik. Hal
ini sangat mungkin bahwa nilai prediktif berkurang sebagai hasil dari menggunakan dan
menggabungkan daya beli uang yang berbeda.

A. Sejarah Akuntansi Tentang Pengaruh Perubahan Harga di Amerika Serikat Sebelum


SFAS No. 33
1. Tahun 1920, beberapa perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan mereka sebagai
akibat perubahan harga.
2. Pertengahan tahun 1930-an, AAA dan AICPA mendukung digunakannya kos historis.
AAA berpendapat bahwa akuntansi bukanlah suatu proses penilaian, namun merupakan
alokasi dari kos historis dan pendapatan pada periode saat itu dan seterusnya.
3. Awal tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2, tentang
“Perubahan Tingkat Harga dan Laporan Keuangan”. Laporan keuangan seharusnya
dinyatakan dalam satuan daya beli umum sebagai tambahan untuk laporan yang berbasis
kos historis.
4. Tahun 1961, diperkuat lagi oleh ARS No. 6 dan APB Statement No. 3 yang dikeluarkan
AICPA, mendukung laporan penyesuaian tingkat harga umum.
5. Konsep ini kembali diperkuat oleh Komite Trueblood yang menegaskan kembali
pentingnya pengakuan atas perubahan harga dalam laporan keuangan.
1
6. Akan tetapi, SEC memiliki pandangan yang berbeda. Pihaknya melarang penyajian
laporan keuangan selain dengan kos historis. SEC meminta adanya pengungkapan
mengenai informasi kos pengganti yang mencerminkan efek karena penggantian aset
baru yang lebih efisien dan produktif.
7. Selama 40 tahun, perubahan tingkat harga dan laporan keuangan terus menggunakan kos
historis tanpa ada keinginan untuk mengganti sistem pengukuran menjadi kos sekarang.
Alasannya, pengukuran menggunakan kos sekarang lebih sulit karena melibatkan
informasi pasar seperti harga indeks.
8. Namun sekarang, pendekatan mulai bergeser pada kos sekarang seiring dengan
dikeluarkannya ASR 190 oleh SEC.

B. Pembentukan Indeks Harga


Pembentukan indeks harga diperlukan untuk mengukur tingkat perubahan harga yang
terjadi pada beberapa periode. Indeks harga merupakan rata-rata tertimbang dari harga saat
ini, sebagai nilai dasar dalam suatu periode dan sebagai penentu besarnya perubahan nilai
yang telah terjadi. Ada dua tipe indeks harga yaitu indeks harga khusus dan indeks harga
umum. Kedua tipe indeks membutuhkan sampel statistik dari jumlah barang dan jasa yang
terlibat, karena jumlah transaksi yang terlalu banyak sehingga mudah ditemukan kesalahan
sampel. Berikut cara menghitung indeks dalam penyesuaian tingkat harga umum.
Indeks Laspeyres Indeks Paasche

I n = 100 x
P
i ni xQoi
I n = 100 x
P
i ni xQ ni
P
i oi xQoi P
i oi xQni
Dimana : Dimana :
In : indeks untuk tahun ke-n Qni : kuantitas terjual saat periode n
Pni : harga saat periode n pada barang i
pada barang i
Poi : harga saat periode o (tahun dasar)
pada barang i
Qoi : kuantitas saat periode o pada barang i
Σi : jumlah keseluruhan
Didasarkan pada kuantitas tahun dasar. Didasarkan pada kuantitas tahun sekarang.
Relatif lebih murni Relatif lebih murah
SFAS No. 33 mewajibkan penggunaan Indeks Laspeyres.

C. Gambaran Tentang Akuntansi Inflasi


Hal yang perlu ditekankan mengenai inflasi, yaitu penyesuaian daya beli umum dengan nilai
sekarang.
2
1. Penyesuaian tingkat harga umum terkait dengan kemampuan daya beli suatu unit moneter
dalam satuan waktu atas keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi.
2. Sedangkan penilaian sekarang (kos sekarang) menggambarkan suatu usaha untuk
memperoleh harga dalam suatu periode tertentu atas aktiva, kewajiban, kos, dan
pendapatan.
Penilaian sekarang dapat dibagi menjadi dua ukuran, yaitu :
a) Nilai Beli (Entry value)
Nilai beli menunjukkan jumlah kas atau uang lainnya yang diperlukan untuk
mendapatkan asset yang sama atau ekuivalen dari asset tersebut. Interpretasi nilai beli
sekarang yang telah digunakan adalah sebagai berikut:
1) Kos pengganti (replacement cost) sama dengan jumlah kas atau uang lain yang
dibutuhkan untuk memperoleh asset atau ekuivalen dari asset tersebut pada pasar
tangan kedua (second-hand market) yang memiliki sisa umur atau manfaat sama.
2) Kos produksi (reproduction cost) sama dengan jumlah kas atau utang lain yang
dibutuhkan untuk memperoleh asset yang identik dengan asset yang ada.
Salah satu argumen utama nilai entri penganutnya adalah bahwa dalam
kebanyakan kasus nilai digunakan untuk perusahaan adalah yang terbaik diwakili oleh
biaya penggantian. Untuk memahami arti dari “nilai pakai” untuk aset, tiga valuasi
harus dibandingkan: nilai sekarang dari arus kas masa depan yang timbul dari aset
(PV), nilai entri atau biaya penggantian (EV) dan keluar atau nilai realisasi bersih
(NRV). Wolk dkk (2001) menyatakan bahwa untuk tujuan penilaian alternatif dan
pengambilan keputusan, tiga penilaian yang dapat digunakan untuk menilai assets
suatu entitas dapat dikombinasikan dengan urutan-urutan sebagai berikut:
a. NRV > PV > EV b. NRV > EV > PV
c. PV > EV > NRV d. PV > NRV > EV
e. EV > PV > NRV f. EV > NRV > PV
Masalah Pengukuran
Sulitnya penaksiran pengukuran nilai beli saat ini. Pengukuran langsung lebih
banyak digunakan daripada pengukuran tidak langsung karena lebih menggambarkan
yang sebenarnya, dapat diverifikasi dan biasanya lebih murah. Pengukuran langsung
persediaan barang didapat dari harga barang di pasar saat normal. Sedangkan
depresiasi aset tetap menggunakan pengukuran tidak langsung.

3
b) Nilai Tukar (Exit value)
Nilai tukar menunjukkan harga jual yang diterima pada saat terjadi penjualan
aset perusahaan melalui proses likuidasi namun dalam situasi perusahaan akan tetap
meneruskan operasinya. Nilai tukar merupakan suatu bentuk opportunity cost. Nilai
tersebut menunjukkan besarnya kerugian atau penurunan nilai aset yang dialami suatu
entitas dari kos historisnya.
Keuntungan Dan Kerugian Kemampuan Daya Beli
Keuntungan dan kerugian ini muncul dikarenakan memiliki aset atau kewajiban
moneter bersih pada saat tingkat harga berubah. Aset moneter dan kewajiban termasuk kas,
aset lainnya dan kewajiban lainnya, seperti piutang dan utang. Keuntungan dan kerugian
kemampuan daya beli ditentukan dengan mengukur daya beli pos moneter dalam suatu
perusahaan dan membandingkannya dengan jumlah sebenarnya pos moneter bersih. Jadi
cara menghitung laba rugi daya beli, kita bandingkan monetary dengan non monetary.
Kalo monetary asset lebih besar daripada monetary liability, dalam keadaan inflasi kita
rugi daya beli. Sebaliknya, kalo monetary asset lebih kecil daripada monetary liability,
dalam keadaan inflasi kita laba daya beli. Deflasi sebaliknya.
Kondisi Kondisi Ekonomi
Perusahaan Inflasi Deflasi
Aset Bersih Kerugian Daya Beli Keuntungan Daya Beli
Kewajiban Bersih Keuntungan Daya Beli Kerugian Daya Beli

Mempertahankan Keuntungan dan Kerugian (holding gains and losses)


Untuk yang non moneter, kita tidak akan melihat daya belinya. Tapi kita akan
menghitung perubahan harga khususnya. Kalo harga khususnya itu naik, kita punya laba.
Kalo harga khususnya itu turun, kita rugi. Laba ruginya disebut holding gain atau holding
loss. Ini timbul sebagai akibat dari mempertahankan aset atau kewajiban keuangan selama
periode ketika terjadi perubahan harga. Mempertahankan keuntungan atau kerugian pada
aset riil dibagi dua bagian yaitu:
1. Mempertahankan keuntungan dan Terjadi karena perubahan dalam tingkat
kerugian moneter harga umum selama satu periode.
2. Mempertahankan keuntungan dan Perbedaan antara jumlah penyesuaian tingkat
kerugian nyata harga umum dan nilai sekarang.
Mempertahankan keuntungan dan kerugian moneter hanya penyesuaian terhadap modal,
bukan bagian dari pendapatan. Penetapan keuntungan dan kerugian yang nyata akan
menjadi sangat penting dalam penentuan pendapatan.
4
Gearing Adjusment
Penyesuaian berputar (gearing adjustment) merupakan hal yang berhubungan
dengan keuntungan atas aset. Penyesuaian tersebut telah digunakan di Inggris sebagai
bagian dari mekanisme akuntansi inflasi di negara tersebut. FASB menyimpulkan bahwa
perusahaan hendaknya melaporkan informasi tambahan dengan kedua pengukuran yang
fundamental, yaitu:
1. Penyesuaian tingkat harga umum (general price level adjustment)
2. Kos pengganti (replacement cost).
Keduanya digunakan dalam mempertahankan keuntungan (holding gains) yang terpisah ke
dalam posisi moneter dan posisi yang nyata.

D. Sistem Pengukuran Pendapatan


Secara relatif laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan menggunakan pendekatan
teori yang berbeda dalam permasalahan inflasi.
Laporan laba rugi Mengajukan banyak isu teoritik yang signifikan.
Laporan posisi keuangan Menggunakan penyesuaian tingkat harga umum (GPLA) dan
penilaian sekarang untuk tujuan pemeliharaan modal.

Penyesuaian Tingkat Harga Umum (General Price-Level Adjustment (GPLA))


Fokus perhatian GPLA terletak pada jenis pemeliharaan modal. Pemeliharaan modal
dengan kos historis tidak bisa disesuaikan dengan dolar. GPLA telah berjalan satu langkah
lebih cepat, dimana pemeliharaan modal diukur dalam hal penyesuaian tingkat harga umum
dolar (GPLA – dollars). Kelebihan dan kekurangan GPLA:
Kelebihan Kekurangan
Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada Inflasi terjadi pada barang dan perusahan
perusahaan. yang berbeda jadi tidak dapat di
samaratakan.
Dapat meningkatkan kegunaan GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
perbandingan laporan antara periode.
Dapat membantu pemakai laporan menilai Angka yang disesuaikan tidak
arus kas dimasa yang akan datang secara menggambarkan arus kas.
lebih baik.
Dapat memperbaiki tingkat kepercayaan Rasio itu adalah indikator Mentah.
rasio laporan keuangan yang dihitung dari
angka-angka laporan keuangan yang sudah
disesuaikan.

5
Pendekatan Nilai Sekarang
Terdapat tiga pendekatan nilai sekarang yang berorentasikan pada metode nilai
perolehan. Ketiga pendekatan tersebut menunjukkan pendapatan operasional saat ini. Oleh
karena itu, pendapatan operasional harus memiliki relevansi yang berlaku bagi pengguna dari
sudut pandang akuntabilitas dan kemampuan untuk memprediksi.
Pendapatan Didistribusikan Pendapatan Realisasi Pendapatan Daya Produktif
Keuntungan modal tergantung Komponen realisasi dari Komponen EPI meliputi pendapatan
dari penyesuaian modal yang mempertahankan keuntungan dari mempertahankan keuntungan
Komponennya adalah ekuitas (holding gains) berdasarkan dan kerugian nyata yang muncul
pemilik. pendapatan. selama tahun yang bersangkutan.

Kemampuan daya beli Hasil pengukuran pemeliharaan Indikator kepada pengguna mengenai
keuntungan dihitung dengan modalnya hampir sama dengan laba dimasa akan datang yang
memakai indeks tipe Paasche penyesuaian tingkat harga umum diharapkan akan meningkat.
untuk mengukur perubahan (GPLA), meskipun secara total
biaya pengganti operasi aset pernyataannya berbeda.
yang dipakai oleh perusahaan.

Isu terkait Pemeliharaan Modal


Berdasarkan bukti pemeliharaan modal keuangan GPLA dan RI mengukur
pemeliharaan modal keuangan dalam dolar yang disesuaikan dengan perubahan daya beli
umum, sedangkan DI menyediakan sebuah pemeliharaan modal fisik.
Pengukuran dalam dolar merupakan mata uang yang dipakai daya beli umum,
terutama jika indeks harga konsumen digunakan, akan lebih banyak diterapkan bagi investor
(pemilik) daripada perusahaan itu sendiri. Sehingga pemeliharaan modal keuangan lebih ke
arah teori kepemilikan. Pemeliharaan modal fisik lebih ambigu dibandingkan dengan
pemeliharaan modal keuangan, karena pengukuran dalam dolar dimaksudkan untuk melihat
produktivitas modal di perusahaan tidak mudah dilakukan. Menurut Carsberg, modal fisik
dapat diartikan:
• Memelihara jumlah fisik dari aset operasi nonmoneter,
• Memelihara aset nonmoneter untuk keperluan produksi jumlah tetap barang dan jasa, dan
• Memelihara aset operasi nonmoneter dan moneter untuk keperluan produksi jumlah tetap
barang dan jasa.
Masalah lainnya terkait pemeliharaan modal fisik adalah perusahaan yang memasuki
usaha baru membutuhkan jumlah total investasi berbeda dalam bentuk tanah dan
perlengkapan dibandingkan dengan yang ada saat ini.

6
E. Ketepatan SFAS No. 33 Dan Penolakan Dalam SFAS No. 82 Dan 89
FASB memutuskan untuk tetap menggunakan kos historis nominal sebagai basis
utama penyajian laporan keuangan. SFAS No. 33 ini menyatakan bahwa efek perubahan
harga hanya menjadi bagian dari informasi pelengkap dalam laporan tahunan. Didukung
dengan pendekatan dolar yang stabil akan sama baiknya dengan pendekatan nilai sekarang.
FASB menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan informasi tambahan selain
informasi utama dengan pendekatan pengukuran yang berbeda.
Menurut SFAS No. 33 perusahaan publik diartikan sebagai berikut:
1. Pemilik kewajiban atau sekuritas ekuitas yang diperdagangkan dalam sebuah pasar umum
di bursa saham domestik atau dalam pasar di luar domestik.
2. Diwajibkan untuk mengajukan laporan keuangan kepada sekuritas dan SEC.
Selama pelaporan dolar konstan, SFAS mensyaratkan pengungkapan atas:
1. Informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar berbasis kos
historis atau dolar konstan.
2. Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.
Mengenai nilai sekarang, hal yang perlu diungkapkan selanjutnya adalah:
1. Informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk peredaran pajak tahunan
berdasarkan basis kos sekarang.
2. Jumlah dari kos sekarang dari persediaan properti, tanah dan perlengkapan di akhir
peredaran pajak tahunan.
3. Peningkatan atau penurunan untuk peredaran pajak tahunan dalam harga sekarang
sejumlah nilai persediaan properti, tanah dan kepemilikan pada saat inflasi.
SFAS No. 33 akhirnya gagal karena beberapa alasan, yaitu adanya kemunduran
dramatis dari inflasi selama awal tahun 1980-an serta masalah pengukuran yang digunakan,
pertanyaan tentang pengertian dan penggunaan untuk tujuan prediktif.
SFAS No. 82
FASB menerbitkan SFAS No.82 di akhir tahun 1984, menghapus pengungkapan
pendapatan dolar konstan yang sebelumnya diharuskan dalam SFAS No. 33. Informasi yang
disajikan membuat pengguna bingung dan merupakan penyebab dari overload informasi,
karena kesamaan pengungkapan pendapatan kos.
SFAS No. 89
Hal yang menarik dari SFAS No. 89 adalah terbit hanya dengan tiga sampai empat
dukungan. Dengan komentar yang cukup mencerahkan. Dimana David Mosso mempercayai

7
bahwa isu terkait perubahan harga umum dan harga spesifik adalah masalah utama yang akan
dihadapi oleh FASB. Hal tersebut melawan pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Raymond Lauver. Robert Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan
Lauver yang juga melihat adanya kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya
terkait kos tetap dari pemasangan dan penetapan data kos sekarang.

F. Masalah Khusus Dalam Pengukuran dan Penilaian


Ilmu pengetahuan saat ini masih terlalu primitif untuk menghadapi perubahan harga
dan inflasi. Sehingga perlu diteliti dua permasalahan yaitu:
1. Penilaian saat ini dari aset tetap yang setengah usang.
2. Termasuk hutang jangka panjang dalam pengukuran kerugian dan keuntungan daya beli.
Penyusutan dan Keusangan Teknologi Secara Parsial
Pengukuran langsung dari penggunaan nilai aset tetap tidak dapat dipakai untuk
kebanyakan aset tetap. Penilaian sekarang dari aset tetap dan penyusutannya menjadi sulit
ketika adanya keusangan teknologi. Keusangan teknologi dikarenakan adanya pengembangan
terhadap mesin baru, perlengkapan dan perangkat keras yang menyediakan jasa produksi yang
serupa dengan aset yang lama namun dengan kos lebih rendah. Kasus yang terjadi belakangan
ini adalah keusangan aset secara parsial.
Keuntungan Daya Beli Dalam Hutang Jangka Panjang
Pada umumnya perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam utang jangka panjang
selama inflasi karena surat perjanjian utang akan dijual kembali dengan penawaran dolar lebih
murah. Pemegang obligasi memahami jika inflasi terus terjadi, maka pembayaran kembali
oleh pihak perusahaan akan memberikan daya beli yang lebih kecil dibandingkan dengan
dolar yang sesungguhnya dipinjamkan pada perusahaan. Terdapat dua komponen suku bunga
yaitu:
1. Pengembalian kembali dengan rate bebas resiko ditambah resiko pemegang obligasi.
2. Penyesuaian elemen tambahan terhadap tingkat inflasi yang diharapkan selama periode
utang. Sehingga akan menghasilkan laba, jika tingkat inflasi yang tejadi lebih tinggi dari
pada tingkat bunga antisipasi. Pada kenyataannya, hampir tidak mungkin membedakan
tingkat bunga antisipasi dan nonantisipasi saat terjadi inflasi.

8
REFERENSI

Wolk, Harry. I., Michael G, Tearney., James. L. Dodd, 2001. Accounting Theory : A Conceptual
and Institutional Approach, Fifth Edition.South Western Collage Publishing, Cincinnati,
Ohio.

Anda mungkin juga menyukai