Anda di halaman 1dari 177

TUGAS RESUME

Mata Kuliah :

TEORI AKUNTANSI

Dosen :

Dr. YOOSITA AULIA, SE., MM., A

ELFIRA CINDI NIAS AGUSTINE

202011330017

AKUNTANSI / PAGI

UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA

2022/2023

1
BAB 1

TEORI AKUNTANSI

RUANG LINGKUP TEORI AKUNTANSI

Teori Akuntansi terdiri atas dua kata yaitu teori dan akuntansi. Teori merupakan suatu
susunan yang saling berkaitan tentang hipotesis, konsep dan prinsip yang membentuk
kerangka acuan untuk bidang yang dibahas (Webster’s Third New International Dictionary).
Teori didefinisikan sebagai kristalisasi dari fenomena empiris dan dalil normatif yang disusun
serta digambarkan dalam bentuk dalil-dalil yang disimpulkan dari fenomena dan disajikan
dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang dapat berlaku secara umum. Adapun akuntansi
lahir dari lingkungan ekonomi kapitalis. Akuntansi adalah alat untuk mengukur
pertanggungjawaban. Akuntansi dikatakan sebagai sistem informasi. Akuntansi merupakan
tool of management alat untuk mengumpulkan harta dan memeliharanya agar proses
akumulasi kekayaan berjalan lancar dan penguasaannya tetap di tangan kapitalis. Sementara
itu Akuntansi dianilisis dari akronimnya sebagai berikut:

A Angka Akuntansi menyangkut angka

K Keputusan Angka-angka tersebut akan dijadiakn dasar dalam proses pengambilan


keputusan

U Uang Angka tersebut juga menyangkut uang

N Nilai Uang mengandung nilai moneter

T Transaksi Nilai moneter yang menggambarkan catatan dari transaksi perusahaan

A Analisis Angka tersebut dapat dianalisis untuk menggali lebih banyak informasi yang
dikandungnya dan memprediksi masa yang akan datang.

N Netral Angka tersebut bersifat netral kepada semua pemakai laporan keuangan

S Seni Laporan keuangan ada unsur seninya karena berbagai alternatif yang bisa dipilih

I Informasi Informasi yang dihasilkan sangat diperlukan para pemakai dalam


pengambilan keputusan.

Akuntansi juga diartikan sebagai bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan

2
informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan yang tertuang dalam
jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis pada suatu waktu atau periode tertentu. A
Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) mendefinisikan akuntansi sebagai proses
mengidentifikasikan, mengukur, menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi
dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para
pemakainya. Kemudian American Institute of Certified Public Accounting (AICPA)
mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan
cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadiankejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Accounting Principle Board
(APB) statement No. 4 mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa dimana
fungsinya untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai
suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif

Sifat-Sifat Akuntansi

Sifat-sifat akuntansi terdiri atas:

1. Akuntansi sebagai ideologi yaitu menganggap akuntansi sebagai alat legitimasi


keadaan dan struktur sosial, ekonomi dan politik kapitalis. Akuntansi konvensional
merupakan ilmu yang didesain dan dikembangkan dalam masyarakat Barat yang
dilandasi oleh ideologi kepitalis. Akuntansi diarahkan untuk kepentingan pemilik
modal dimana sasarannya adalah agar kekayaan, resources yang dimiliki bisa terus
bertambah, berkembang dengan return yang tinggi. Jadi sasarnnya sejalan dengan
ideologi kapitalisme yaitu ingin memupuk kekayaan dalam dirinya dan menjadikan
pihak lain sebagai peripheral dan tunduk pada kepentingannya.
2. Akuntansi sebagai bahasa yaitu berbicara (berkomunikasi) tentang organisasi yang
dilaporkannya. Sebagai bahasa akuntansi memiliki ciri-ciri diantaranya lexical
(simbol) dimana kata-kata yang digunakannya hanya dimengerti oleh orangorang
yang mengetahui akuntansi, mislanya istilah laba rugi, neraca dana lain-lain. Ciri
selanjutnya adalah gramatical rules (tata aturan) yaitu akuntansi memilki aturan
sehingga orang dapat memahami bahasa akuntansi, misalnya untuk penempatan aset
harus berdasarkan urutan likuiditasnya.

3
3. Akuntansi sebagai catatan historis yaitu akuntansi telah dianggap sebagai wahana
untuk memberikan gambaran sejarah organisasi dan transaksi yang dilakukan dengan
lingkungannya pada masa lalu.
4. Akuntansi sebagi realitas ekonomi saat ini yaitu akuntansi dianggap dapat
memberikan realitas ekonomi perusahaan pada saat ini. Laporan akuntansi dianggap
menggambarkan situasi ekonomi perusahaan pada saat sekarang sehingga mestinya
sistem akuntans harus menggunakan harga saat ini atau current value.
5. Akuntansi sebagai sistem akuntansi yaitu akutansi memiliki siklus yang disebut
accounting cycle yang memproses bukti transaksi menjadi bentuk-bentuk informasi
yang kita kenal dengan laporan keuangan yang dapat dipergunakan masyarakat untuk
proses pengambilan keputusan
6. Akuntansi sebagai sistem komoditas yaitu informasi akuntansi merupakan output
/produk yang dihasilkan sistem informasi/akuntansi. Output ini dibutuhkan
masyarakat karena dapat memberikan manfaat yang besar bagi pemakainya yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
7. Akuntansi sebagai sistem pertanggungjawaban yaitu akuntansi dijadikan sebagai
media untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan suatu perusahaan atau lembaga
kepada majikannya (principal). Tujuan akuntansi keuangan diantarya dalah sisi
pertanggungjawaban selain sisi pengambilan keputusan.
8. Akuntansi sebagai teknologi yaitu akuntansi sebagai bagian dari prkatik karena
teknologi secara langsung dapat merubah sosial. Teknologi dianggap dapat
menjembatani antar teori dan praktek. Akuntansi dianggap sebagai teknologi
perangkat lunak karena merupakan disiplin rekayasa informasi dan pengendalian
keuangan.

Siklus akuntansi

Siklus akuntansi merupakan suatu proses akuntansi sistematis dan bertahap yang
dilakukan dengan tujuan untuk memproses berbagai bukti transaksi keuangan dan
mengolahnya menjadi sebuah laporan atau informasi akuntansi pada sebuah entitas dalam
suatu periode waktu tertentu.

4
Menurut pendapat Dina Fitria (2014:28) yang dimaksud dengan siklus akuntansi adalah
sebuah tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi pencatatan, pengelompokan,
peringkasan data keuangan yang sudah diproses sebelumnya dan pelaporan yang dimulai
saat terjadinya transaksi dalam sebuah entitas. Sementara itu, Rahman Pura (2013:18)
menjelaskan bahwa siklus akuntansi adalah rangkaian kegiatan dan tahapan akuntansi
yang dilakukan secara sistematis mulai dari pencatatan akuntansi hingga penutupan
pembukuan.

Tahapan Siklus Akuntansi

Siklus Akuntansi terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu :

1. Analisa Transaksi Tahap pertama adalah menganalisa setiap transaksi yang terjadi
pada sebuah entitas dalam satu periode yang dapat mempengaruhi posisi keuangan
sebuah entitas.
2. Pencatatan Transaksi Tahap kedua adalah mencatat transaksi yang sudah dianalisa ke
dalam jurnal secara berurutan sesuai dengan tanggal terjadinya transaksi.
3. Pembuatan Buku Besar Tahap ketiga adalah memindahkan transaksi yang sudah
dicatat di dalam jurnal ke dalam buku besar sesuai dengan daftar susunan – susunan
rekening buku besar.
4. Pembuatan Neraca Saldo Tahap keempat adalah membuat neraca saldo dengan
memindahkan saldo – saldo yang terdapat di buku besar sehingga bisa terlihat saldo
yang sama antara debet dan kredit.
5. Pembuatan Jurnal Penyesuaian Tahap kelima adalah membuat jurnal penyesuaian
apabila ada transaksi yang belum dicatat pada akhir periode akuntansi atau ada hal
lain yang perlu disesuaikan.
6. Pembuatan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian Tahap keenam adalah membuat neraca
saldo setelah penyesuaian dengan memasukkan seluruh saldo yang telah disesuaikan.
7. Pembuatan Laporan Keuangan Tahap ketujuh adalah membuat laporan keuangan
seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan neraca sesuai
dengan data pada neraca saldo setelah penyesuaian.
8. Pembuatan Jurnal Pentutup Tahap kedelapan adalah membuat jurnal penutup yang
berfungsi untuk menutup akun nominal seperti pendapatan, beban dan deviden
menjadi nol.

5
Teori Akuntansi

Teori adalah suatu susunan yang salingn berkaitan tentang hipotesis, konsep dan prinsip
yang membentuk kesimpulan acuan untuk bidang akuntansi. Pengertian teori akuntansi
adalah kristalisasi fenomena yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat (preposition)
yang disimpulkan dari fenomena interaksi bisnis entities dan pemakai laporan keuangan.
Teori akuntansi juga didefinisikan sebagai susunan konsep, definisi, dalil yang
menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan
antara variabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat
menjelasakan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul. Hendricksen
mengatakn bahwa teori akuntansi merupakan satu susuan prinsip umum yang
memberikan kerangka acuan yang umum sehingga praktek akuntansi dapat dinilai,
disebutkan juga bahwa teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi, sosial, teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat.
Dalam teori akuntansi ada elemen teori akuntansi yang menunjukkan tujuan Laporan
Keuangan, postulat, konsep akuntansi, standar akuntansi.

6
Elemen dan Struktur Teori Akuntansi

Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi,
rerangka acuan yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang
mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa
elemen-elemen berikut ini:

1. Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan


2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi
lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari
pernyataan tujuan.
3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep
teoritis .
4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.

Tujuan Laporan Keuangan (FASB)

Tujuan Pelaporan Keuangan menurut konsepsi FASB yang disusun atas dasar kondisi
lingkungan ekonomi sosial di Amerika diantaranya:

1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor
dan kreditur untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian keputusan.
2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-
sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal kekayaan tersebut (siapa pihak
yang mempunyai hak atas kekayaan tersebut).
3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba (earning power).
4. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutanghutangnya.
5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber
pembiayaan perusahaan.
6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran
kas masuk ke perusahaan.

7
APB Statement No.4

Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajir dan sesuai prinsip
akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam
posisi keuangan. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomis dan
kewajiban suatu usaha bisnis
2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih
sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning
potensial perusahaan
4. Menyediakan informasi lain yang dihasilkan tentang perubahan sumber daya ekonomi
dan kewajiban.
5. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984

Tujuan Laporan Keuangan:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset dan
kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aset
neto (aset dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha
dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di
dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aset dan
kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan
investasi
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi
mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

8
Trueblood Report

Tujuan Laporan Keuangan sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi sebagai dasar keputusan ekonomi.


2. Melayani pemakai yang memiliki keterbatasan otoritas, kemampuan, atau sumber
daya untuk memperoleh informasi dan pemakai yang bergantung pada laporan
keuangan sebagai sumber informasi utama tentang aktivitas perusahaan.
3. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk memprediksi,
membandingkan, dan mengevaluasi jumlah, waktu, dan ketidakpastian yang terikat
dengan aliran kas potensial.
4. Menyediakan informasi pada pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan
mengevaluasi kemampuan perusahaan memperoleh earnings.
5. Menyediakan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara efektif guna mencapai tujuan utama
perusahaan.

Sifat Postulat Akuntansi

Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma,
berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan dan menggambarkan
lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hukum tempat akuntansi beroperasi.

Postulat AkuntansI

1. Postulat Entitas Postulat entitas menyatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit
akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain.
Implikasinya :
a. Dibedakan antara transaksi bisnis dan individu
b. Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemen pada pemegang saham.
c. Penetuan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan seperti
konsolidasi perusahaan yang saling terkait)
d. Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin mudah
masuk dalam laporan keuangan.

9
2. Postulat Kelangsungan Usaha Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas,
menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan
proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Implikasinya:
a. Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan
akan menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.
b. Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar
untuk akuntansi depresiasi
c. Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat
ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.
3. Postulat Unit Pengukur Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah
pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan dalam satuan
moneter. Implikasinya :
a. Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan
moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan
namun bersifat non moneter
b. Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil
sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan.
4. Postulat Periode Akuntansi Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan
dalam kesejateraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
Implikasinya:
a. Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan yang
mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis
tradisional menggunakan p eriode normal satu tahun.
b. Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan.

Konsep-Konsep Teoritis Akuntansi

Konsep teori akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau
aksioma, juga berdasarkan kesesuainnya dengan tujuan laporan keuangan, yang
menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang
dikarakteritikan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan diantaranya.

1. Teori Propriatery/Kepemilikan.
10
Menurut teori propriatery, entitas sebagai “agen perwakilan atau susunan melalui
wirausahawan individual atas pengoperasian pemegang saham.” Tujuan utama teori
propriteray adalah untuk menetukan dan menganalisa kekayaan bersih pemilik,
dengan persamaan akuntansi: Asset – Utang = Ekuitas Pemilik
Implikasinya:
a. Asset dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam keperntingan
atau kesejahteraan pemilik.
b. Revenue dan expense dianggap meningkat atau menurun secara berturut-turut
dalam kepemilikam yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penatikan
modal jadi pemilik.
c. Bunga, pajak income sebagai expense, laba per lembar saham, dividen perlembar
saham.
d. Hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari kelompok Proprietary
dan pemegang saham preferred tidak termasuk didalamnya (dividen preferen
dikurangkan ketika menghitung earning pemilik.
e. Saham biasa dan saham preferen termasuk dalam ekuitas pemilik (deviden tidak
dikurangkan ketika menghitung earning pemilik)
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menyediakan modal pada entitas. Unit bisnis bukan pemilik, merupakan pusat
kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan
bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan
akuntansinya adalah : Asset = Ekuitas
Asset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham
Asset adalah pertumbuhan hak perusahaan Ekuitas adalah sumber asset dan terdiri
dari utang dan ekuitas pemegang saham.
Implikasinya:
a. Baik kreditor dan pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka
memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, control resiko, dan likuidasi.
b. Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi
dann keuangan perusahaan.
c. Income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim
pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh bunga jangka panjang, dan pajak
penghasilan telah terpenuhi).

11
d. Teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian persediaan LIFO ketimbang
FIFO, karena penilaian LIFO dapat mencapai penentuan income yang lebih baik.
e. Definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan expenses sebagai barang
dan jasa yang dikonsumsi untuk mendapatkan revenue.
3. Teori Dana
Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi
kelompok asset, kewajiban dan restriksi terkait atau disebut dana, yang mengatur
penggunaan asset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya.
Persamaan akuntansinya adalah: Asset = Restriksi Asset
Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian asset dan penggunaan asset yang telah
dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian rertriksi hokum dan ekonomi pada
penggunaan asset. Sehingga teori dana berorientasi asset, terutama pada administrasi
dan penggunaan asset secara memadai. Laporan sumber dan penggunaan dana bukan
neraca atau laporan keuangan merupakan tujuan pelaporan keuangan. Teori dana
terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba, rumah sakit, universitas,
Unit kota, dan pemerintah. Selain itu juga relevan untuk organisasi berorientasi laba,
yang menggunkan dana untuk aktivitas yang bermacam-macam seperti dana
pelunasan (sinking funds).

Prinsip-Prinsip Akuntansi

Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan
konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi. Untuk
lebih memahami, berikut ini dikemukakan perangkat konsep-konsep dasar menurut beberapa
sumber: Prinsip Akuntansi menurut Prinsip Akuntansi 1984, Kesatuan Akuntansi,
Kesinambungan, Periode Akuntansi Pengukuran Dalam Nilai Uang, dan Harga Pertukaran.
Prinsip Akuntansi menurut APB Statement No.4 yaitu Kesatuan usaha sebagai focus
akuntansi (accounting entity), Kontinuitas Usaha (Going Concern), Pengukuran aset dan
Passiva unit Usaha (measurement of economic resources and obligations), Laporan
berdasarkan periode waktu (Time Periode), dan Pengukuran dalam satuan moneter
(measurement in term of money), Asas himpun/akrual (accrual), Harga Pertukaran (jual beli)
(exchange price), Angka/jumlah rupiah pendekatan (Approximation), Kebijaksanaan
(judgement), Informasi Keuangan Umum (General Purpose Finansial Information), Laporan

12
Keuangan Saling Berkaitan (Fundamentally Related Financial Statements), Mementingkan
Substansi Daripada Bentuk luar/Yuridis (Substance Over Form), dan Materialitas
(Materiality). Konsep Dasar Menurut Paul Grady yaitu Pengakuan hak milik pribadi (A
Society and Government structure honoting private property right), Kesatuan Usaha yang
berdiri sendiri (spesifik businee entities), Kontinuitas Usaha (Going Concern), dan Satuan
Uang.

Berikut ini ada beberapa prinsip akuntansi yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip pengakuan pendapatan adalah pendapatan dikatakan telah direalisasi jika


produk telah diperyukarkan dengan kas. Ketika penjualan, pendapatan diakui pada
saat penjualan. Dasar penjualan ini melibatkan transaksi pertukaran antara
penjualan dan pembeli.
2. Prinsip penandingan adalah dalam mengakui beban, pendekatan yang dipakai
yaitu pendapatan. Beban diakui pada saat dibayarkan atau ketika pekerjaan
dilakukan atau pada saat produk diproduksi, tetapi ketika pekerja atau produk
secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Pengakuan beban
berkaitan dengan pengakuan pendapatan
3. Prinsip pengakuan penuh adalah dalam memutuskan informasi apa yang akan
dilaporkan, praktek yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi
untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini sering disebut
prinsip pengungkapan penuh mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang
dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off.
4. Prinsip biaya adalah aset harus dicatat pada biayanya. Biaya digunakan karena
biaya tersebut relevan dan andal. Biaya disebut relevan karena menunjukan harga
yang dibayar, aset yang dikorbankan, dan kesepakatan yang dibuat pada tanggal
perolehan. Biaya disebut andal karena keterukuran yang efektif, berdasarkan
fakta, dan dapat diverifikasi. Biaya juga merupakan hasil dari transaksi
pertukaran. Biaya adalah dasar yang digunakan dalam menyusun laporan
keuangan.

13
Berikut prinsip-prinsip akuntansi menurut Samryn (2014:24), yaitu:

1. Prinsip Biaya Historis Prinsip ini mengandung makna bahwa akuntansi diselenggarakan
dengan menggunakan nilai-nilai yang sesungguhnya terjadi berdasarkan fakta pada saat
terjadinya transaksi di masa lalu. Di Indonesia, penyimpangan dari prinsip ini dapat
dilakukan melalui revaluasi yang disetujui pemerintah.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan diakui pada saat realisasi penyerahan hak atas
barang atau jasa kepada pihak pelanggan atau pembeli.
3. Prinsip Mempertemukan Prinsip ini mengandung makna bahwa pendapatan yang harus
dipertemukan dengan biaya atau pengorbanan dimana pengorbanan tersebut memberikan
manfaat.
4. Prinsip Konsistensi Prinsip ini memberikan engertian bahwa akuntansi harus
diselenggarakan dengan menerapkan metode dan prosedur akuntansi yang sama dengan
periode sebelumnya.
5. Prinsip Pengungkapan Penuh Prinsip ini mengharuskan penyelenggaraan akuntansi
dengan mengungkapkan secara memadai atas semua item yang disajikan dalam laporan
keuangan.

14
BAB 2

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI

SEJARAH AKUNTANSI

Berbagai percobaan dilakukan untuk menyatakan mengenai perkembangan dari lahirnya


sistem pencatatan/ sistem tata buku berpasangan yang sekarang dikenal namanya dengan
double entry. Sejak sekitar 3.000 tahun sebelum masehi yaitu kebudayaan Mesir
menunjukkan bahwa gudang-gudang Mesir pada masa lalu dijadikan sebagai bukti yang
menunjukkan adanya pencatatan atas transaksi-transaksi. Pada masa ini gudang dijadikan
sebagai tempat penyimpanan barang berharga seperti emas, gandum, permata, tekstik dan
hewan ternak. Kemudian kebudayaan Babilonia menunjukkan bahwa pada ribuan tablet tanah
liat Babilonia menunjukkan beberapa catatan umum mengenai sistem akuntansi yaitu berapa
jumlah uang dan barang yang diterima, nama orang yang memberikannya, nama orang yang
menerimanya, dan tanggal kejadiannya. Selain itu, ada juga tablet pengeluaran yang dicatat
atas arus keluar dari entitas yang memuat daftar sejumlah uang dan kekayaan yang
dibelanjakan sebagai hasil dari pengguna internal, pembelian, kerugian dan lain-lain.
Kadang-kadang juga mencatat mengenai biaya, laba dan produksi yang meliputi apa laba
yang diterima, siapa yang menerima, alasan untuk menerima dan juga tanggal penerimaan.
Untuk catatan tentang produksi terdiri dari daftar mengenai apa yang dibuat dan kepada siapa
dijual. Sedangkan catatan tentang obligasi terdiri dari informasi mengenai jumlah dan dasar
dari komoditas yang dipinjamkan, tingkat bunga, nama peminjam dan yang meminjam,
waktu pembayaran, spesifikasi mengenai metode pembayaran, saksi dan tanggal. (Ikhsan et
al. 2016). Periode Yunani dimana Zenon dari wilayah Appolonius memperkenalkan di tahun
256 sebelum masehi sebuah sistem akuntansi pertanggungjawaban yang terperinci dimana
setiap bagian diatur oleh seorang supervisor yang meminjamkan akun sehari-hari dari
aktivitas di bawah yuridiksi. Dokumen-dokumen tertulis menyajikan setiap transaksi
diantaranya mengambil bentuk dari akun untuk meminjam uang dan aktiva lainnya yang
diterima oleh kepala bagian. Pada periode Romawi ada hukum yang mengharuskan para
pembayar pajak membuat pelaporan mengenai posisi keuangan mereka dimana hak-hak sipil
bergantung kepada jumlah harta benda yang dilaporkan oleh para penduduknya. Catatan
pembukuan menunjukkan kegemaran orang Romawi akan organisasi dan administrasi
dimana ada sebuah buku harian yang dicatat atas penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran
(Ikhsan et al. 2016).

15
Kontribusi Luca Pacioli

Pembukuan Italia berkembang seiring dengan perkembangan perdagangan dari Italia dan
penggunaan metode pembukuan pencatatan berpasangan di abad ke 14. Buku pencatatan
berpasangan yang pertama kali dikenal adalah pembukuan Massari dari Genoa yang
bertanggal sejak tahun 1340. Pembukuan pencatatan berpasangan ini lebih dahulu
berkembang sekitar dua ratus tahun dari Pacioli. Raymond de Rover (Riahi and Belkaoui
2006) menggambarkan perkembangan awal dari akuntansi di Italia adalah sebagai berikut
pencapaian terbesar dari para pedagang Italia kira-kira berkisar. antara tahun 1250 dan 1400
adalah penggabungan dari berbagai elemen ke dalam sebuah sistem pengkategorian yang
terintegrasi yang disebut dengan rekening/ perkiraan/ akun (accounts) dan dikembangkan
dengan berdasarkan pada prinsip dari pencatatan ganda untuk seluruh transaksi. Luca Pacioli
merupakan seorang pastur dari ordo Fransiskus yang diidentikkan dengan dengan pengenalan
pembukuan pencatatan berpasangan untuk pertama kalinya. Pada tahun 1494 ia menerbitkan
bukunya, Summa de Arithmetica Geometria, Proportioni et Proportionalita yang di dalamnya
terdapat dua buah bab yaitu deComputis et Scripturis yang menjelaskan pembukuan
pencatatan berpasangan. Beliau menyatakan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk
memberikan informasi yang tidak tertunda kepada para pedagang mengenai keadaan aktiva
dan utang-utangnya. Debit (adebeo) dan kredit (credito) digunakan dalam pencatatan untuk
memastikan sebuah pencatatan berpasangan. IJika ada kredit maka harus ada debit dan ada
tiga buku yang digunakan yaitu sebuah memorandum, sebuah jurnal dan sebuah buku besar.
Pacioli menyarankan agar tidak hanya nama dari pembeli atau penjual saja yang dicatat,
begitu pula deskripsi mengenai barangnya dengan berat, ukuran atau hasil pengukuran dan
harganya tetapi syarat pembayaran juga harus ditampilkan dan kapan saja uang diterima atau
dikeluarkan pencatatan akan menyajikan jenis mata uang yang dipergunakan dan nilai
tukarnya. Pada waktu yang bersamaan mengingat umur yang pendek dari perusahaan bisnis,
Pacioli menyarankan penghitungan dari laba suatu periode dan penutupan buku yaitu
merupakan suatu hal yang baik untuk menutup buku setiap tahun, terutama jika anda
memiliki kerja sama kemitraan dengan pihak lain. Seringnya melakukan pencatatan akuntansi
akan memperpanjang persahabatan.

Perkembangan Pembukuan Pencatatan Berpasangan

16
Oleh karena Pacioli dan metode Italianya yang terkenal hingga menyebar ke seluruh Eropa
pada abad ke 16 dan 17 sehingga kita mengenal dengan model pencatatan berpasangan dan
hingga saat ini masih terus berkembang menjadi model pencatatan yang kita kenal. Cushing
(Riahi and Belkaoui 2006) mencatatkan serangkaian perkembangan yaitu pada abad 16
terjadi perubahan yaitu diperkenalkannya jurnal-jurnal khusus untuk pencatatan berbagai
jenis transaksi yang berbeda yang meliputi penggunaan buku tambahan khusus misalnya
untuk mencatat transaksi kas, penagihan atau jenis pengeluaran tertentu. Tujuannya adalah
untuk menjaga agar detail berada di luar jurnal dan buku besar, dengan maksud untuk tidak
membuatnya cepat penuh. Pada abad ke 16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan
keuangan periodik. Penerapan dari sistem pencatatan berpasangan juga diperluas ke jenis
organisasi yang lain. Menurut Peragallo (Riahi and Belkaoui 2006) sepanjang tahun 1559
hingga 1795 telah muncul suatu unsur baru kritik atas pembukuan dan merupakan periode
dimana pencatatan berpasangan memperluas bidang pengaplikasiannya ke jenis organisasi
yang lain seperti biara dan negara bagian. Selain itu juga mencatat terjadinya penggunaan
akun-akun persediaan yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda. Dimulai dengan East
India Company di abad ke 17 dan selanjutnya diikuti dengan perkembangan dari perusahaan
tadi seiring dengan revolusi industri akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang
ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan
kepada konsep mengenai kelangsungan, periodisitas dan akrual. Metode untuk pencatatan
aktiva tetap mengalami evolusi pada abad ke 18 dimana menurut Yamey (Riahi and Belkaoui
2006) pertama-tama aktiva tersebut dicatat sesuai dengan biaya perolehannya, perbedaan
antara pembayaran pendapatan dan penerimaannya yang umumnya dimasukkan ke dalam
akun aktiva, dipindahkan ke akun laba rugi pada saat tanggal neraca. Kedua akun aktiva yang
berisi pencatatan mengenai pembiayaan awal dan pengeluaran serta penerimaan lain ditutup
pada saat tanggal neraca dan perbedaan antara total debit dan total kredit dibawa sebagai
saldo akun. Tidak ada debit atau kredit yang dicatat ke akun laba rugi. Ketiga aktiva tersebut
direvaluasi naik atau pun turun pada saat tanggal neraca atas nilai yang direvisi dicatat di
dalam akun dan perbedaannya dicatat ke dalam akun laba rugi untuk menyeimbangkannya.
Pada awal abad 19 depresiasi untuk aktiva tetap hanya diperhitungkan pada barang dagangan
yang tidak terjual. Meskipun tidak terlalu banyak dipergunakan tetapi terdapat bukti yang
ditunjukkan oleh Saliero pada tahun 1915 akan adanya metode depresiasi yaitu metode garis
lurus, metode saldo menurun, metode dana pelunasan dan anuitas dan metode unit biaya.
Baru setelah tahun 1930an metode depresiasi menjadi lebih umum dipergunakan. Pada paruh
terakhir dari abad 19 terjadi perkembangan pada teknik akuntansi untuk pembayaran dibayar

17
di muka dan akrual sebagai cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba
periodik. Akhir abad 19 dan 20 terjadi perkembangan pada laporan dana. Pada abad ke 20
terjadi perkembangan pada metode akuntansi untuk isu kompleks mulai dari perhitungan laba
per saham, akuntansi untuk perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang
dan pension (Riahi and Belkaoui 2006).

Perkembangan Akuntansi Di Amerika Serikat

Pada tahap pertama yaitu tahun 1900 sampai dengan tahun 1933 disebut dengan tahap
kontribusi manajemen dan manajemen memiliki kendali penuh atas pemilihan dari informasi
keuangan yang akan diungkapkan di dalam laporan tahunan. Pengaruh manajemen muncul
dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomi dominan yang dimainkan
oleh perusahaan perusahaan industri setelah tahun 1900. Peleburan kepemilikan saham
memberikan kendali penuh kepada manajemen atas format dan isi dari
pengungkapanpengungkapan akuntansi. Situasi ini menimbulkan ketidakpuasan selama tahun
1920-an oleh William Z Ripley dan J.M.B Hoxley yang dengan jelas mendesak untuk
melakukan perbaikan di dalam standar untuk pelaporan keuangan. Adolph A. Berle dan
Gardiner C. Means juga meminta adanya perlindungan terhadap investor. Asosiasi akuntan
professional yaitu American Institute of Accountants (AIA) pada tahun 1917 menetapkan
suatu Dewan Pemeriksa (Board of Examiners) untuk membuat ujian akuntan publik yang
seragam dan Bursa Efek New York (New York Stock Exchange) sejak tahun 1900
mensyaratkan seluruh perusahaan yang masuk ke bursa saham untuk menerbitkan laporan
keuangan tahunan. Pada akhir abad 19 kontroversial yang terjadi adalah mengenai akuntansi
untuk biaya bunga. Posisi AIA atas permintaan dari Komisi Dagang Federal (Federal Trade
Commission) adalah bahwa tidak ada biaya penjualan, beban bunga dan beban administrasi
di dalam biaya overhead pabrik. Penentang menghadapi pernyataan yang menyatakan bahwa
diperhitungkannya bunga di dalam biaya produksi adalah teori yang tidak berdasar dan salah
dan dapat dikatakan mustahil di dalam praktiknya sehingga penentang pun mengalami
kekalahan. Kejadian penting lain adalah meningkatnya dampak dari teori akuntansi terhadap
perpajakan atas laba usaha. Meskipun Undang Undang Pendapatan tahun 1913 telah
memberikan dasar perhitungan laba kena pajak dengan dasar penerimaan dan pengeluaran
kas, akan tetapi Undang Undang tahun 1918 merupakan yang pertama mengakui peranan dari
prosedur akuntansi di dalam penentuan laba kena pajak sehingga menjadi awal dari adanya
suatu harmonisasi di antara akuntansi perpajakan dengan akuntansi keuangan. Pada tahap
kedua yaitu tahun 1933 sampai dengan tahun 1959 disebut dengan tahap kontribusi institusi

18
ditandai dengan aadanya pembuatan dan peningkatann peranan institusi di dalam
pengembangan prinsip akuntansi yang meliputi pendirian Securities and Exchange
Commision (SEC) dan peran baru yang dimainkan oleh Komite Prosedur Akuntansi
(Committee on Accounting Procedures). Pada tahun 1934 Kongres menciptakan SEC dengan
tugas untuk mengelola beragam hukum investasi federal termasuk Undang Undang Sekuritas
yahun 1934 yang mengatur tentang perdagangan sekuritas. Pada tanggal 25 April 1938 SEC
mengirimkan sebuah pesan yang tegas bahwa kecuali jika profesi dapat menetapkan suatu
badan yang menetapkan standar maka SEC akan menggunakan mandate yang dimiliki dan
mengembangkan prinsipprinsip akuntansi. Setelah publikasi yang dilakukan oleh Ripley di
dalam artikel mengenai kritik atas teknik pelaporan, George O. May yang berkebangsaan
Inggris mengusulkan agar Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika (American Institute
of Certified Public Accountant) memulai kerjasama dengan busa efek. Sebagai akibatnya
komite khusus dari AICPA menyarankan solusi umum kepada komite NYSE dan sebagai
tambahan komite juga mengusulkan percobaan resminya yang pertama untuk
mengembangkan teknik akuntansi yang berlaku umum dan dikenal dengan prinsip-prinsip
umum (board principles) dari May. Setelah diterbitkannya ASR no 4 oleh SEC dan
meningkatnya kecaman dari Asosiasi Akuntansi Amerika (American Accounting
Association) dan para anggotanya yang baru saja dibentuk, di tahun 1938 diputuskan
memberikan kuasa kepada Komite Prosedur Akuntansi (Committee Accounting Procedure)
untuk mengumumkan keputusannya. CAP kemudian menerbitkan 12 Accounting Reseacrh
Bulletins (ARB) selama periode 1938-1939 hingga masa perang. Mulai tahun 1946 hingga
tahun 1953 diterbitksn 18 ARB untuk mengeliminasi praktek akuntansi yang dicurigai dan
dipertanyakan serta focus pada masalah pelaporan khusus. Pada tahun 1957 hingga tahun
1959 ditandai dengan kritik intensif yang ditujukan kepada CAP untuk berbagai alasan. Pada
tahap ketiga dinamakan tahap kontribusi profesional yaitu tahun 1959 hingga tahun 1973
ketidakpuasan terhadap CAP dengan jelas diungkapkan oleh presiden AICPA pada waktu itu
yaitu Alvin R. Jennings. Suatu komite khusus atas program riset yang dibuat tahun 1957 dan
1958 mengusulkan untuk melakukan pembubaran CAP dan departemen risetnya. AICPA
menerima rekomendasi dari komite dan pada tahun 1959 mendirikan Dewan Prinsip
Akuntansi (Accounting Principal Board) dan Divisi Riset Akuntansi (Accounting Research
Division) dengan misi untuk memajukan pernyataan tertulis dari apa yang dinyatakan sebagai
prinsip akuntansi yang berlaku umum. APB juga menerbitkan berbagai opini yang menangani
isu isu kontroversial mencapai sejumlah 31 opini antara tahun 1959 sampai dengan tahun
1973. Pada tahap keempat yaitu tahun 1973 hingga sekarang dan disebut dengan tahap

19
politisasi menyatakan bahwa keterbatasan yang dimiliki atas teori akuntansi telah mengarah
kepada pengadopsian suatu pendekatan yang lebih deduktif sekaligus melakukan politisasi
atas proses penetapan standarnya yaitu sebuah situasi yang diciptakan oleh pandangan yang
berlaku umum bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi perilaku berekonomi dan
sebagai konsekuensinya aturan akuntansi hendaknya dibuat dalam politik (Riahi and
Belkaoui 2006).

Perkembangan Akuntansi Di Negara Lainnya

Negara Inggris, Kanada dan Australia serta beberapa negara persemakmuran Inggris
memiliki hal yang disamakan dengan CPA (Certified Public Accountant) yaitu Chartered
Accountant (CA) di Inggris, persemakmuran Inggris dan beberapa negara bekas negara
bagian Inggris lainnya. Sedangkan Chartered Certified Accountant (ACCA) di Inggris,
International Accountant (AIA) di Inggris, Certified Public Accountant (CPA) di Irlandia dan
Hong Kong, dan Certified Practising Accountant (CPA) di Australia. Untuk negara Kanada
terdapat tiga lembaga yang disamakan dengan CPA (Certified Public Accountant) yaitu The
Canadian Institute of Chartered Accountants (CA), the Certified General Accountants
Association of Canada (CGA) dan the Society of Management Accountants of Canada
(CMA), CA dibentuk pada tahun 1902 sedangkan CGA dibentuk pada tahun 1913
berdasarkan Undang Undang Parlemen. CMA dibentuk pada tahun 1920. Perbedaan antara
CA, CGA, dan CMA yaitu jika CA ditujukan untuk menjadi akuntan publik dan harus
memiliki pengalaman auditing dari kantor akuntan public, CGA ditujukan untuk memilih
karir di bidang keuangan, sedangkan CMA ditujukan untuk akuntansi manajemen. Syarat
utama untuk CA, CGA, dan CMA adalah harus punya gelar sarjana dan pengalaman praktek
sebelum memperoleh sertifikasi gelar profesi (Mursyidi 2010).

Perkembangan Akuntansi Di Indonesia

Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945 hanya ada satu orang akuntan pribumi yaitu Prof.
Dr. Abutari. Pada saat itu Prof. Soemardjo belum menyelesaikan pendidikan akuntannya di
Belanda. Beliau baru menyelesaikan pendidikan akuntannya pada tahun 1956. Basuki
Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem adalah akuntan Indonesia
pertama yang merupakan lulusan dalam negeri dan lulus pada tahun 1957. Prof. Dr.
Soemardjo bersama dengan mereka berempat yang memprakarsai berdirinya perkumpulan
akuntan Indonesia. Pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 1957 kelima orang akuntan tersebut
mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia dan sepakat untuk mendirikan

20
perkumpulan akuntan Indonesia. Pada tahap awal dibentuk Panitia Persiapan Pendirian
Perkumpulan Akuntan Indonesia karena pada saat itu pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh
semua akuntan yang ada sehingga tugas dari panitia tersebut adalah menghubungi akuntan
lainnya untuk menanyakan pendapat mereka mengenai usulan pendirian perkumpulan
akuntan Indonesia. Susunan panitianya yaitu sebagai ketua adalah Prof. Dr. Soemardjo, Go
Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta sebagai bendahara, sedangkan Hendra Darmawan
dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1957 Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) terbentuk setelah pada pertemuan ketiga yang diadakan di aula
Universitas Indonesia pada pukul 19.30. Untuk susunan pengurus pertama IAI antara lain:
sebagai ketua adalah Prof. Dr. Soemardjo Tjitrosidojo, sebagai panitera adalah Drs. Mr. Go
Tie Siem, sebagai bendahara adalah Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddaharta), sebagai komisaris
adalah Drs. Tan Tong Djoe dan Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan), dan sebagai pendiri
IAI lainnya adalah Prof. Dr. Abutari, Tio Po Tjiang, Tan Eng Oen, Tang Siu Tjhan, Liem
Kwie Liang, dan The Tik Him. IAI pertama kali menyelesaikan konsep anggaran dasarnya
pada tanggal 15 Mei 1958 dan untuk anggaran dasar yang telah disetujui selesai pada tanggal
19 Oktober 1958 sehingga kemudian Menteri Kehakiman mengesahkan anggaran dasar pada
tanggal 11 Februari 1959. Sedangkan untuk pendirian IAI ditetapkan pada tanggal 23
Desember 1957. Tujuan dari IAI adalah untuk membimbing perkembangan akuntansi serta
mempertinggi mutu pendidikan dan pekerjaan akuntan. Prinsip Akuntansi Indonesia pertama
kali diterbitkan oleh IAI pada tahun 1973. Prinsip Akuntansi Indonesia memiliki tujuan untuk
menghimpun prinsip akuntansi yang lazim dan berlaku di Indonesia dan juga sebagai
prasarana bagi penerbitan laporan keuangan untuk perusahaan yang akan memasuki bursa
pasar modal karena merupakan salah satu prasarana mutlak dimana laporan keuangan dari
perusahaan yang akan menerbitkan surat berharga kepada publik wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi tersebut. Pada tahun 1974, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite
PAI) dibentuk dan memiliki tugas untuk menyusun standar keuangan. Kemudian PAI 1973
disempurnakan dan digantikan dengan PAI 1984 dan untuk perumusan prinsip, prosedur,
metode, dan teknik dibatasi pada hal yang berhubungan dengan akuntansi keuangan yang
diungkapkan secara garis besar atau bersifat umum dan tidak mencakup praktik akuntansi
untuk industri tertentu. Pada tahun 1984 komite PAI menerbitkan serangkaian pernyataan
PAI dan interpretasi PAI untuk mengembangkan, menambah, mengubah dan juga
menjelaskan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

21
IAI melakukan revisi total pada tahun 1994 dan standar keuangan diberi nama Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan pertama kalinya diterbitkan pada tanggal 1 Oktober 1994.
Komite PAI kemudian juga diganti namanya menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(komite SAK) dan memiliki masa bakti empat tahun yaitu dari tahun 1994 sampai dengan
tahun 1998. Pada tanggal 23-24 September 1998 diselenggarakan Kongres IAI VIII di Jakarta
dan nama komite SAK kemudian diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) dan memiliki wewenang untuk menyusun dan mengesahkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Pada
tanggal 18 Oktober 2005 dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Tujuannya adalah untuk mendukung kelancaran
kegiatan penyusunan PSAK oleh DSAK yang memiliki kaitan dengan perlakuan akuntansi
terhadap transaksi Syariah. DKSAK merupakan mitra DSAK yang memiliki tugas untuk
merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia dan para anggotanya terdiri dari
profesi akuntan maupun di luar profesi akuntan. Sejak tahun 1994 IAI memutuskan untuk
melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standar
akuntansinya tetapi akhirnya menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International
Financial Reporting Standards (IFRS). Kini IAI telah mengalami perkembangan yang sangat
luas karena profesi akuntan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dunia usaha. IAI
secara terus menerus menanggapi perkembangan akuntansi baik yang terjadi pada tingkat
nasional maupun internasional sehingga IAI juga secara terus menerus merevisi SAK untuk
mengikuti.

kebutuhan perkembangan bisnis dan juga profesi akuntan. Bisa dilihat bahwa dalam
perkembangannya sejak tahun 1994, SAK terus menerus dilakukan revisi dengan cara
berkesinambungan baik disempurnakan maupun ditambah standar baru (Hery 2009).
Akuntansi di Indonesia pada walnya menganut sistem seperti yang dipakai di Belanda yaitu
sistem kontinental dimana disebut juga dengan nama tata buku tetapi tidak sama dengan
akuntansi. Tata buku menyangkut kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan,
kemudian meringkas dan selanjutnya menggolongkan serta aktivitas lain yang tujuannya
adalah untuk menciptakan informasi akuntansi yang didasarkan pada data. Sedangkan
akuntansi menyangkut kegiatankegiatan yang bersifat konstruksi dan analitikal seperti
kegiatan analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi. Oleh karena tata buku
merupakan bagian dari akuntansi. Selanjutnya di Indonesia mulai menerapkan sistem
akuntansi Anglo Saxon (sistem akuntansi Amerika Serikat), hal ini disebabkan karena adanya

22
penanaman modal asing di Indonesia yang lebih banyak menggunakan sistem akuntansi
tersebut dan tentunya hal ini membawa dampak yang positif terhadap perkembangan
akuntansi. Alasan lainnya adalah karena sebagian besar dari mereka yang memiliki peran di
dalam perkembangan akuntansi adalah merupakan lulusan dari Amerika sehingga
menerapkan sistem akuntansi tersebut di Indonesia.

Untuk mempelajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan antara tiga hal,yaitu :

1. Sejarah lahirnya praktik akuntansi itu dalam kehidupan manusia


2. System pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan transaksi dengan system
pembukuan yang sekarang dikenal dengan double entry accounting system
3. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia merupakan satu bidang
ilmu akuntansi umum kemudian berkembang menjadi berbagai subbidang yang sudah
dikenal saat ini seperti Akuntansi Manajemen, Akuntansi Internasional, Akuntansi
Sumber Daya Manusia,Auditing, dan Akuntansi Perpajakan.

A. Praktik Akuntansi
Pada hakikatnya para ahli akan sepakat apabila dikatakan bahwa fungsi akuntansi atau
praktik pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan
dengan bisnis sudah dimulai lama sejak adanya kejadian transaksi bisnis, bahkan
sejak adanya kehidupan sosial ekonomi manusia. Hal ini terbukti dari berbagai
penemuan-penemuan seperti dikemukakan Ernest Stevelinck daalam artikelnya yang
berjudul Accounting in Ancient Times (The Accounting Historian Juornal volume 12
No.1 (1985) sebagai berikut. Mesir memiliki sejarah akuntansi yang panjang, ribuan
bukti catatan akuntansi dalam kulit kayu (papyn) yang ditemukan lebih lima belas
abad yang lalu danmenjelaskan baahwa akuntansi itu tel ah ada lebih daripada 3000
tahun yang lalu dengan beberapa tingkata kejelasan.

Dalam artikel itu dijelaskan bahwa pada awal kerajaan mesir itu,seorang manajer
yang bernama My mencatat transaksi harinnya dalam calamos reed (sejenis kulit).
Disini My yang memiliki asisten telah bekerja secara efisien dan dengan system yang
dibuatnya ia mampu mengamati kapalnya yang mengakut barang-barang di tokonya
melalui sungai Nil. Pada tahun 3200 sebelum masehi telah dikenal dua macam teknik

23
akuntansi secara simultan. Pertama, koin dengan bentuk tertentu disimpan dan
ditandai kemudian dimasukkan dalam amlop. Jenis lainnya, token disimpan dalam
bentuk yang kebih besar dengan berbagai variasi yang lebih kompleks pemisahan ini
menggambarkan perbedaan transaksi cash (utang,piutang,dll) dengan transaksi non
cash (persedian,peralatan,tanah, dan lain-lain) (Mattessich, 1987:79). Dari kisah
penemuan ini jelas kita lihat bahwa [ada masa itu telah dikenal keberadaan fungsi
akuntansi. Bahkan hal yang sama dalm bentuk lain ditemukan dalam kerajaan
babylonia 2500 tahun yang lalu, pada tahun 1893 ditemukan lagi oleh seorang yang
melakukan ekspedisi ke Amerika di Nippur sejenis batuan dalam bentuk tablet yang
dibuat 455 tahun sebelum masehi (Stevelinck,1985). Bahan arkeologi ini dapat
ditemukan di Museum Archeological Museum of constantinotle, museum university
of Pennsylvania, university of jena. Dan penulis yakin hal yang sama juga ditemukan
dalam kebudayaan lain yang telah pernah maju menguasi dunia seperti kebudayaan
Cina, India, Mesopotania, Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan Persia. Pendapat ini
diperkuat lagi oleh Ricard Mattessich (1987) dalam artikelnya yang berjudul
prebistric accounting and the problem of representation: on recent arcbebiological
evidence of the middle east from 8000 BC to 3000 BC. Abstrak dari artiken ini
mengemukkan sebagai berikut. Penelitian arkeologi akhir-akhhir ini menghasilkan
pandanggan revolusioner tentang penemuan perhitungan, gambaraan, dan ideografi
tulisan. Penemuan ini adalah system pemerosesan data dalam clay tokens (sejenis
koin yang terbuat dari bahan tanah liat) yang sederhana dan kompleks dari berbagai
bentuk telah terkumpul dalam sebuah amlop tanah liat (clay and velops) untuk
mengungkapkaan secaraa simbolis nilai asset dan transaksi ekonomis. Nominal dari
koin telah ditemukan oleh erkeolog sepanjang fertle Crescent dengan berlapis-lapis
yang merupakan benda yang dikeluarkan antara tahun 8000-3100 sebelum masehi.
Setelah itu baru ditemukan tablet dari tanah liat.
Penemuan penting ini menimbulkan dampak filosofi ekonomi yang penting, yaitu
(Martpessich,1987) :
a. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akuntansi mendahuli perhitungan dan
penulisan;
b. Konsep penyajian keungan ternyata berkembang secara perlahan
c. Perhitungan angka muncul setelah melaui beberapa tahapan
d. Dikenalnya eksistensi abstrak input output frinciple 10.000 tahun yang lalu dan
double entry 5000 tahun yang lalu
24
e. Memperkenalkan variditas correspondence theory. Dalam teori ini dibahas
bagaimana bahasa menggambarkan realitas, kombinasi apa yangdigunakan untuk
menggambarkan realitas bagaiman menyusun suatu kalimat untuk
menggambarkan sesuatu dan seterusnya.

2. Sejarah Metode Pencatatan Double Entry

Kalau kita sependapat bahwa praktik pencatatan transksi sudah ada sejak kehidupan
manusia memulai kegiatan ekonomi atau pertukaran atau kerjasama, lain halnya
dengan system pencatatan akuntansi yang double entry. Dimana system ini ditemukan
terlebih dahulu?

Dalam berbagai literatur akuntansi konvesional banyak ditulis akuntansi lahir dari
seorang pendeta Italia,yaitu Lucas Pacioli dengan bukunya sumade
arithematic,geometrica proportionalita yang diterbitkan tahun 1949 dia Vence.
Pencatatan transaksi tidak hanya mencatat pengaruhnya padaa satu perkiraan tetapi
juga dilakukan pencatatan dalm perkiraan lain. Menurut Ijiri (1996) Pacioli
menyelesaikan pencatatan transaksi perdagangan di Italia dalam bab yang berjudil
becomputisetscriwpturis dengan double entry bookkeeping system. Persamaan double
entry bookkeeping system adalah sebagai berikut

Harta= Utang + Modal

Tidak jelas apakah system pencatatan yang dkenal pada masa lalu menggunakan
system single entry atau duble entry yang terakhir ini lebih praktis dan menjadi
system dominan lima abad terakhir ini. Namun, menrut pendapat Mattessich di atas,
system double entry sudah ada 5000 tahun yang lalu. Sementara itu, selama ini bahwa
kita kenal penemu double entry ini adalah Lucas Pacioli, bagaimana kita memahami
persoalan ini? Untuk menjawab ini, dapat dikembangkan sebagai berikut. System
double entry accounting telah disepakti mula-mula “diterbitkan” oleh Lucas Pacioli
dalam bukunya yang berisi 36 bab yang terbit pada tahun 1494 di Florence, Italia
dengan judul summa d’ Arithbmetica,Geometeria, propationalica. Mulanya akuntansi
merupakan catatan-catatan yang disimpan dari sebgaian system feodal pada abad
pertengahan. Tuan-tuan tanah biasanya mengumpulkan pajak dari penduduk dan dana
ini dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan negerinya dan untung kepentingan pribadi.

25
Laporan tentang pengutipan pajak itu disusun olehstaf-staf tuan tanah tadi sebagai
pedoman baginya atau sebagai bahan yang dapat diperiksa oleh penduduk. Catatan
seperti ini juga diperlukan oleh para pedagang yang berniaga ke daerah/negeri lain.
Catatan-catatan ini disimpan untuk satu trip setelah tiba kembali dari perdagangan
maka dihitung laba/rugi dari perdagangan itu. Disamping itu, cikaal bakal akuntaansi
ini jugaa berasal dari lembaga awal perbankan yang mula-mula timbul pada abad ke
11 dan 12 di Italia. Lebaga ini sering juga memberikan pinjaman pada saudagar-
saudagar yang berniaaga ke negeri lain. Kegiatan bisnis ini tentu memerlukan catatan
tentang kegiatan tersebut khususnya catatan tentaang laba/rugi sebagi dasar nantinya
dalam pembagian laba/rugi diantara para patner

Pendapat ini sudah banyak dibantah oleh berbagai hasil penelitian lain yang
menyatakan ternayata bahwa akuntansi maupun double entryaccounting jauh sebelum
itu sudah berkmbang ditempat lain. Lucas Pacioli sendiri dalam bukunya menyatakan
bahwa apa yng ditulisnya tentang double entry bookkeeping adalah berdasarkan pada
metode yang digunakan di Venice, Italia yeng telah berkembang sebelumnya. Bahkan
ia sendiri mengaku melakukan penjiplakan dari bahan manuscript asli dari Venice
(Siswanto,2000). Ia mengakui bahwa dirinya hanya menuliskan sebuah metode
pencatatan pembukuan yang dianggapnya telah digunakan ratusan tahun sebelumnya,
dan sudah digunakan secara umum oleh para pedagang pada masa itu dan bukan
dirinya yang menemukan system pembukuan berganda tersebut (Adnan,1997).
Sejalan dengan pendapat tersebut Kam (1986:19), salah satu ahli sejarah akuntansi
menyebutkan sebagai berikut Dia sendiri (Pacioli-pen) menyatakan bahwa tukisannya
didasarkan pada metode yang digunakan di Venice, yang mungkin saja sudah dimulai
paling tidak seratus tahun sebelumnya. Kita dapat mengansumsikan bahwa
penjelasannya ini menggambarkan apa yang terjadi dalam praktik. Oleh karena itu
keragu-raguan atas pendapat yang menganggap bahwa Lucas Pacioli sebagai penemu
pertama akuntansi modern (double entry accounting system) semakin jelas. Buku
yang beliau terbitkan selisih dua tahun dengan pendaratan Sir Columbus dari Inggris
di Benua Amerika, sebenarnya bukanlah buku yang membahas tentang akuntansi,
tetapi leboh tepat adalah buku matematik, dimana pembahasan pembukuan berpasang
hanya sedikit disinggung pada bab yang berjudul particularis de Computis et
Scripturis (Adnan,1997)

A. Littleton’s Antecedent

26
Menurut Littleton, agar double entry muncul kepermukaan maka persyaratan
tertentu harus dipenuhi. Persyartan itu adalah “materi” dan “bahasa” untuk
kelompok materi, dimasukkan kekayaan pribadi, modal, perdagangan, dan kredit.
Untuk kelompok bahasa, dimasukkannya tulisan, uang dan perhitungan. Menurut
pendapat Littleton, persayartan ini belum dapat dikenal sebe;um Pacioli dan
kalaupun ada belum memiliki intensitas sempurna pada masa perabadan kuno,
namun setelah hal ini dikenal, inilah yang menyebabkan munculnya double entry
bookkeeping. Dia mengakui bahwa munculnya double entry accounting di Italia
pada abad ke 13 disebabkan kondisi tersebut benar-benar ada (Vernon Kam, 1990)
dan Khir (Harahap,1991). Jika kita lihat sejarah ternayata dengan memakai
Littleton’s Anteccdent ini kita dapat berpendapat lain. Apa benar sebelum tahun
1494 belum ada unsur “materi” dan “bahasa”?sepanjang fakta sejarah jauh
sebelum masa renaissance di Eropa, dunia sudah mengenal silvisiasi yang bahkan
lebih maju dari silvisiasi sekarang, misalnya kebudayaan Romawi, Yunani, Cina,
Bibolania, Mesopotamia, Paris, India, dan Islam (arab). Ini membuktikan bahwa
akuntansi sudah ada sebelum Pacioli. Dalam salah satu tulisan Littleton (1961)
disebutkannya “it is espaciallynoteworby that all caharacteristics of double entry
were well develop more than one bundred years before paciolo’s book appaeared”
dan ini sejalan dengan pendapat inoue (Harahap,1993,1995) yang menyatakan
sebelum pacioli Benedetto Corttrugli sudah menulis masalah double entry pada
tahun 1458,36 tahun sebelum terbit buku pacioli (Harahap,1995;220.)
B. Beberapa Temuan Double Entry Pre-Pacioli
Temuan mngenai pencatatan system buku berpasangan yang merupakan bangunan
dasar akuntansi modern tidak terlepas dari perkembangan ilmu aritmatika, yaitu
yang dikembangkan dari persamaan aljabar (sebuah ilmu hasil ijtihad pemikir
muslim ternama, yaitu Al-Jabr), aritmetika dan temuan angka nol oleh Al-
Khawarizmi (logatritma) pada abad ke-9 M. Ia menulis tentang Al-Jabr Wa’l
Mughabala atau yang lebih dikenal dengan aljabar atau algebra, yang telah
menjadi dasar kesamaan akuntansi. Dari sisi budaya, bangsa arab pada saat itu pun
sudah memiliki administarsi yang cukup maju praktik pembukuan telah
menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodik, dan
penutupan buku. Al-Khawarzmilah yang meberi kontribusi besar bagi
pengembangan matematika modern di eropa, akuntansi modern, yang
dikembangkan dari persamaan aljabar dengan konsep-konsep dasar yang

27
digunakan memecahkaan persoalan-persoalan pembagian harta warisan secara
adil sesuai dengan syariah yang ada di Al-Qur’an, perkara hokum (law suit), dan
praktik-praktik bisnis perdagangan. Majunya peradaban sosial budaya masyarakat
waktu itu tidak hanya pada aspek ekonomi atau perdagangan saja, tetapi juga pada
proses transformasi ilmu pengetahuan yang berjalan denga baik. Selain Al-Jabr,
Al-Khawarizmi (Logaritma) juga telah berkembang ilmu kedokteran dari Ibnu
Sina (Ave Cenna), kimia karya besar Ibnu Rasyid (Averos), ilmu ekonomi (Ibnu
Haldun), dan lain-lain. Jadi pada masa itu islam telah menciptakan ilmu murni
atau pure science (aljabar,ilmu ukur, fisika,kimia) dan juga ilmu terapan applied
scince (kedoktoran,astronomi, dan sebagainya). Transoformaasi ilmu pengetahuan
dan teknologi menarik bagi sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa, di antaranya,
Leornardo Fibinacci da Pisa melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur tengah.
Dialah yang mengenalkan angka Arab adan aljabar atau metode perhitungan ke
Benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang berjudul Liber Abacci serta
memasyarakatkan pengguna angka Arab tersebut pada kehidupan sehari-hari
termasuk kedalam kegiatan ekonomi dan perdagangan. Dari peengenalan angka
Arab inilah, teknik tata buku berpsangan ini berkembang. Akan tetapi, pesatnya
perkembangan tata buku berpasangan di Eropa itu sendiri dimulai pada tahu 1135
di Palermo, Sicily,Italia yang menunjukan dominasi pengaaruh pencatatan
pembukuaan Arab (Triyuwono,1997;9,Siswanto,2000). Maka jelas sekali selain
dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang-pedagang muslim pun
tak kalah andilnya didalam menyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Hal ini
tidak terlepas dari ajaran Alquran yang menyeruhkan untuk berdakwa. Mengingat
juga kekuasaan Islam sudah menyebar hampir seluruh daratan Eropa melalui
Spanyol dan Afrika, dari Jaizrah meluas ke Byzantium,Mesir, Suriah,Palestina,
Irak (Mesapotania), Persia, seluruh Afrika Utara berlanjut ke Spanyol dengaan
penyerbuan pasukan yang dikomandani panglima Jabal Thariq (kemudian dikenal
dengan selat Gibraltar), ke Italia dan ke daerah-daerah Asia Timur sampai
perbatasan Cina.

28
BAB 3

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Pengertian Struktur teori akuntansi merupakan keterkaitan antara beberapa elemen yang
dijadikan pedoman untuk penyusunan standar dan pengembangan teori akuntansi (Harahap,
2008:65). Berikut gambaran yang menunjukkan struktur teori akuntansi yang meliputi
beberapa elemen yaitu rumusan tentang:

1. Tujuan laporan keuangan yang berhubungan dengan para penggunanya.


2. Postulat akuntansi yang perumusannya berasal dari tujuan akan adanya laporan
keuangan
3. Konsep teoritis akuntansi
4. Prinsip dasar akuntansi yang memberikan penjelasan tentang sifat serta kualitas
dasar akuntansi keuangan.
5. Standar Akuntansi yang dipakai sebagai pedoman atau dasar penyusunan laporan
keuangan

Tujuan Laporan Keuangan

Pembentukan struktur teori akuntansi diawali karena adanya tujuan pembuatan laporan
keuangan. Ada berbagai macam pendapat dari tujuan dibuatnya laporan keuangan, baik
berupa obyek maupun penekanannya, tetapi tujuan laporan keuangan secara umum menurut
PSAK No 1 (2015:3) ialah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.. Dari uraian tersebut tampak dengan jelas
bahwasannya pembuatan laporan keuangan sangat penting karena tujuannya adalah sebagai
alat atau bentuk komunikasi dalam bisnis yang tersusun dan tersaji untuk para pemakainya
dalam pengambilan keputusan bisnis.

Prinsip Dasar Akuntansi

29
Prinsip akuntansi merupakan pedoman atau ketentuan yang telah diputuskan dan disepakati
umum sebagai dasar untuk penetapan teknik akuntansi yang berlandaskan tujuan serta konsep
teoritis akuntansi. Ada dua asumsi dasar yang diberikan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia yaitu :

1. Dasar akrual artinya pengakuan seluruh kejadian atau transaksi untuk penyusunan
laporan keuangan didasarkan pada setiap peristiwa bukan berdasar transaksi
keluar masuknya uang.
2. Kelangsungan usaha artinya dalam penyusunan laporan keuangan berdasar atas
asumsi usaha yang dilakukan entitas usaha akan terus berlanjut
Prinsip dasar akuntansi yang berlaku di Indoneisa adalah:
a. . Prinsip entitas ekonomi Prinsip ini diartikan sebagai sebuah konsep kesatuan
dalam usaha, artinya perusahaan dianggap oleh akuntansi sebagai sebuah
kesatuan ekonomi, terpisah dari pemilik dan entitas lain, artinya berdiri
sendiri. Pencatatan transaksi perusahaan oleh akuntansi dibedakan dengan
pemilik baik catatan kekayaan maupun kewajibannya.
b. Prinsip periode akuntansi Pada prinsip ini penilaian maupun pelaporan
keuangan dibatasi periode tertentu.
c. Prinsip satuan moneter Pencatatan transaksi prinsip satuan moneter terbatas
hanya atas segala sesuatu yang terukur dan penilaiannya memakai satuan
uang.
d. Prinsip kesinambungan usaha Anggapan pada prinsip ini adalah perusahaan
atau entitas bisnis akan melakukan operasional perusahaan terus menerus tidak
ada penghentian atau pembubaran kecuali ada peristiwa khusus yang dapat
menyanggahnya.
e. Prinsip biaya historis Prinsip ini mengharuskan seluruh pencatatan barang
berdasar harga perolehannya yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang tersebut.
f. Prinsip pengungkapan penuh Informasi yang informatif dalam laporan
keuangan pada prinsip ini harus terungkap secara penuh. Jika ada informasi
dalam laporan keuangan tidak dapat disajikan maka harus diberi penjelasan
atau keterangan dalam bentuk catatan kaki atau disajikan pada lampiran.

30
g. Prinsip pengakuan pendapatan Pendapatan dalam prinsip ini akan diakui
setelah ada kepastian jumlah yang dapat diukur secara tepat berdasar harta
yang perolehannya dari kegiatan usaha.
h. Prinsip mempertemukan Pada prinsip ini penentuan besarnya laba bersih pada
tiap periode adalah dengan mempertemukan biaya usaha dengan pendapatan.
i. Prinsp Konsistensi Adalah prinsip yang tetap dan dipakai secara konsisten
dalam pelaporan keuangan entitas agar laporan dapat dibandingkan dengan
laporan periode sebelumnya sehingga dapat memberikan manfaat lebih kepada
pemakainya.
j. Prinsip materialitas .Adanya kenyataan yang tidak sesuai dengan tujuan
prinsip akuntansi yang bertujuan menyeragamkan semua aturan sehingga
menyebabkan terjadinya informasi bersifat material atau immaterial.

Standar Akuntansi

Manajemen dalam menyusun laporan keuangan harus berpedoman pada aturan yang terdapat
di pernyataan standar akuntansi keuangan agar laporan bersifat transparansi dan tidak
menyesatkan. Menurut FASB standar akuntansi “metode yang seragam untuk menyajikan
informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat
dibandingkan dengan lebih mudah kumpulan konsep, standar, prosedur, metode, konvensi,
kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap berterima umum.” Dari penjelasan tersebut
dapat dikatakan bahwa standar akuntansi merupakan pedoman umum untuk menyusun
laporan keuangan berupa aturan-aturan umum dan bersifat praktis sehingga standar akuntansi
penting sifatnya, ialah :

1. Memberikan informasi akuntansi kepada para pemangku kepentingan atas posisi


keuangan, laporan kinerja dan hal lainnya yang berubungan dengan perusahaan.
2. Sebagai aturan dan pedoman bagi auditor atau akuntan publik dalam menjalankan
kegiatan audit serta menguji validitas terhadap laporan keuangan.
3. Memberikan data dasar kepada pemerintah tentang berbagai variabel penting
untuk dasar pengenaan pajak, pembuatan peraturan atau regulasi, perencanaan
serta peningkatan efisiensi ekonomi dan tujuan makro lainnya.
4. Penghasil primsip dan teori dari para ahli pada bidang disiplin akuntansi

31
Elemen Struktur Teori Akuntansi

Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi pedoman
pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik (standar) akuntansi.

Struktur teori akuntansi berisi elemen-elemen sebagai berikut.

1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para pemakai laporan
keuangan.
2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan.
3. Konsep teoretis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat
akuntansi yang mengarah pada sifat dan jenis informasi yang disusun untuk kelompok atau
pemakai tertentu. Postulat dan konsep teoretis ini dijabarkan dari rumusan tujuan laporan
keuangan.
4. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan konsep teoretis tadi
yang menjelaskan sifat-sifat dan kualitas dasar akuntansi keuangan itu.
5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan sesuai
kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip akuntansi utama.

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori akuntansi. Banyak
pendapat tentang tujuan laporan keuangan ini, baik objek maupun penekanannya, namun
tujuan yang selama ini mendapat dukungan luas adalah bahwa laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi keuangan kepada para pemakainya untuk dipakai dalam proses
pengambilan keputusan. Standar akuntansi Indonesia misalnya merumuskan tujuan laporan
keuangan sebagai berikut!

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

32
Sifat Postulat Akuntansi

Dalam teori akuntansi kita selalu dibingungkan oleh istilah-istilah yang agar mirip, tetapi
mungkin mempunyai arti yang berbeda seperti istilah-istilah: aksioma, postulat, konsep,
convention, generalization, metode, peraturan, postulat, praktik, prosedur, prinsip, standar,
norma, dan lain-lain. Untuk mengurangi kebingungan itu, Belakaoui memberikan sebagian
definisi peristilahan tersebut sebagai berikut.

1. Postulat Akuntansi
Adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga
aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan
mewujudkan) tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan aspek ekonomi, politik,
sosiologis, dan hukum dari suatu lingkungan di mana akuntansi itu beroperasi.

2. Konsep Teoretis Akuntansi


Adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga
aksioma yang juga sudah diterima umum karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang
dan mewujudkan) tujuan laporan keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang
disajikan sesuai kebutuhan dan penekanannya (pemakainya) yang berperan dalam ekonomi
bebas yang ditandai oleh adanya pengakuan pada pemilikan pribadi.

Prinsip (sifat) Dasar Akuntansi


Adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh output-nya, termasuk
laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi, dan
konsep teoretis akuntansi yang merupakan sifat dan kualitas dasar dari akuntansi keuangan
yang menjadi dasar dalam pengembangan standar, teknik atau prosedur akuntansi yang
dipakai dalam menyusun laporan keuangan.

Standar (teknik) Akuntansi


Adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari Prinsip Dasar Akuntansi, yang
meng digambarkan oleh GAAP, APB Statement, FASB Statement, IASC Statement,
PAI, atau PSAK, IFRS.
Berikut ini akan kita elaborasi elemen masing-masing postulat, konsep teoretis dan
prinsip (sifat) dasar akuntansi itu.

33
Postulat Akuntansi
Postulat Akuntansi terdiri dari:
a. Postulat Entity
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga, perusahaan) yang
terpisah dan dibedakan dari pemilik atau entitas lain. Menurut konsep ini kita bisa menyusun
laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka setiap perusahaan dianggap
sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya (entitas lain). Berdasarkan pengertian
ini maka yang menjadi objek dan perhatian dari akuntansi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan adalah kejadian yang dialami suatu lembaga, entity, atau perusahaan bukan
gabungan dengan pribadi pemiliknya. Konsep ini disebut konsep Firm Oriented. Untuk
mengetahui apa yang diinginkan para pemakai laporan, perlu diketahui:

1) Kepentingan para pemakai laporan;


2) Sifat-sifat dari para pemakai laporan;

b. Postulat Going Concern

Going concern disebut juga continuity. Postulat ini menganggap bahwa perusahaan akan
terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian, dan
kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup atau
dilikuidasi di masa yang akan datang. Perusahaan dianggap akan hidup dan beroperasi untuk
jangka waktu yang tidak terbatas .
c. Postulat Unit of Measure

Postulat ini yang disebut juga monetery unit postulate menganggap bahwa setiap transaksi
harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam. Alat ukur yang dipakai
dalam akuntansi adalah alat ukur moneter. Postulat ini menimbulkan dua keterbatasan
akuntansi berikut ini.
1) Akuntansi terbatas pada pemberian informasi yang dijabarkan dalam ukuran moneter
(uang), tidak mencatat informasi relevan lainnya yang sifatnya nonmoneter (misalnya
kilogram, meter, luas, jumlah, space) sehingga akuntansi dianggap hanya informasi yang:
kuantitatif, formal, terstruktur, dapat di audit, angka-angka, dan berorientasi masa lalu.
2) Keterbatasan yang kedua adalah terkandung dalam unit moneter itu sendiri
yang sifatnya atau nilainya berfluktuasi karena tergantung pada kemampuan daya belinya
(purchasing power).

34
d. Postulat Accounting Period

Postulat ini menggambarkan bahwa walaupun akuntasni itu memegang postulat going
concern, namum posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahannya harus dilaporkan secara
periodik atau kurun waktu tertentu, bisa per bulan, per semester atau per tahun. Dapat
menggunakan tahun kalender, tahun fiskal atau tahun yang lain (business year). Postulat ini
menerapkan konsep accrual dan defferal dengan memakai cut of time yang akan
membedakan accrual accounting dan cash accountin.

Konsep Teoritis Akuntansi

Konsep teoritis akuntansi ini sebenarnya menyangkut kepemilikan atau kontrol terhadap
entity akuntansi yang akan dilaporkan sehingga sifat dan jenis informasi yang dibuat
diarahkan untuk kegunaan atau pemakaian pihak yang mengontrol perusahaan/lembaga.
Beberapa penulis memberikan beberapa kemungkinan teori yang dipakai, yaitu sebagai
berikut.

The Proprietory Theory

Menurut konsep ini entity itu dianggap sebagai agen, perwakilan, wakalah, atau penugasan
dari pengusaha atau pemilik. Oleh karena itu, proprietor (pemilik) merupakan pusat
perhatian yang akan dilayani oleh informasi akuntansi, yang digambarkan dalam
pelaksanaan pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan. Tujuan utama dari teori
ini adalah menentukan dan menganalisis net worth atau kekayaan bersih perusahaan yang
merupakan hak si pemili. Dalam teori ini kesamaan akuntansinya adalah:

Asset – Liabillities = Proprietor’s Equity

The Entity Theory

Menurut teori ini, entity itu dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menemukan modal kedalam perusahaan dan unit usaha itulah yang menjadi pusat
perhatian dan menyajikan informasi yang harus dilayani, bukan pemilik. Unit usaha
(entity)itulah yang dianggap memiliki kekayaan dan kewajiban perusahaan baik kepada
kreditor maupun kepada pemilik. Kesamaan akuntansi menurut teori adalah:

35
Assets = Equities

Assets = Liabillities +Stockholder’s Equity

Teori entityini berorientasi pada incomeatau income oriented atau income statement
oriented. Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur prestasi
kegiatan dan prestasi keuangan yang ditunjukkan entity atau perusahaan. Dengan demikian,
income adalah merupakan kenaikan equity pemilik atau kenaikan kewajiban entity kepada
pemilik. Setelah dikurangi hak kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen
dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik entity sampai suatu saat
dibagikan. Dalam teori ini pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai bagian laba untuk
pemerintah dan kreditor.

Beberapa pengaruh teori ini pada metode pencatatan dan penyajian akuntansi adalah:

1) Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi. Metode ini lebih baik
dalam penentuan pendapatan daripada FIFO, pada masa inflasi;
2) Penyajian laporan keuangan konsolidasi;
3) Definisi tentang revenue dan expense yang lazim sesuai dengan konsep ini.

Kalau teori entity menekankan pada penentuan income dari pemilik, teori proprietory
menekankan pada penilaian aset, maka kedua teori ini mengarah pada Current value
Accounting bukan historical cost Accounting. Paton dan Littleton merupakan penganut teori
ini.

The Fund Theory

Menurut teori yang dekemukakan W.Y.Vatter (1959), ini yang menjadi perhatian bukan
pemilik dan bukan pula perusahaan, tetapi sekelompok aset yang ada dan kewajiban yang
harus ditunaikan yang disebut fund yang masing-masing pos memiliki aturan dalam
penggunaannya. Dengan demikian, teori fund menganggap bahwa unit usaha merupakan
sumber ekonomi (funds) dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan
terhadap penggunaan aset atau fund tersebut.

Dengan demikian kesamaan akuntansinya adalah:

Assets = Pembatasan Aset

Dalam persamaan ini unit akuntansi di definisikan dalam istilah aset. Dan penggunaan aset

36
ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan suatu pembatasan ekonomi secara hukum
terhadap penggunaan aset. Teori Fund ini memusatkan perhatian pada harta atau asset
centered dalam arti kata yang menjadi fokus perhatiannya adalah penggunaan aset yang
dibatasi.

The Enterprise Theory

Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggung jawaban publik oleh
perusahaan, maka konsep teoretis akuntansi juga berubah. Hal ini terbukti dengan
munculnya enterprise theoryini. Sekarang ini perusahaan besar biasanya harus
memperhatikan berbagai kepentiagan khususnya kepentingan masyarakat secara umum.
Stakeholders dalam konsep teori ini yang menjadi pusat perhatian adalah pihak atau
kontestan yang terlibat atau yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan atau entity.Misalnya pemilik, manajemen, masyarakat,
pemerintah, kreditor, viskus, regulator, pegawai, langganan, dan pihak yang berkepentingan
lainnya.

Residual Equity Theory

Sebenarnya ini merupakan bagian dari entity theory atau bisa juga disebut sebagai gabungan
antara entity dan proprietory theory. Menurut Andrew Paton (1959) yang menjadi sorotan
itu adalah residual equity bukan semua pemilik, residual equity itu hanya pemegang saham
biasa atau common stockholders. Residual equity dari pemegang saham umum (common
stock) tergambar dari perubahan penilaian aset, laba, laba ditahan dan perubahan dari
pemilik saham lainnya. Diluar common stockholders ini dianggap pihak luar yang
diperlakukan sebagai kreditor. Sehingga rumus kepemilikannya adalah:

Assets – Liabillities – Prefered Equities = Residual Equity

Commander Theory

Menurut Lois Goldberg (1965), bukan teori entity atau proprietory yang perlu dijadikan
sebagai pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan atau lembaga, tetapi cukup melihat
commander-nya atau mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan
kontrol ekonomi atas resorsis yang efektif terhadap suatu lembaga. Penekanan informasi
menurut teori ini adalah pertanggungjawaban atau stewardship. Bagaimana mereka yang

37
dipercayai mengelola kekayaan yang diamanahkan kepadanya.

The Investor Theory

Dalam teori yang dikemukakan George Staubus (1961) ini pusat perhatian kita adalah
investor, yaitu mereka yang tergolong pemilik specific equities (kreditor) dan residual
equities (pemegang saham). Sehingga kesamaan akuntansinya adalah:

Assets = Specific Equities + Residual Equities

Specific equities ini dianggap sama dengan kreditor dan pemegang saham prefered stock
sedangkan sisanya adalah pemegang saham biasa. Teori Investor ini hampir sama dengan
residual equity theory hanya saja perbedaannya kalau residual equity theory fokusnya adalah
para investor. Biasanya kebutuhan investor adalah untuk peramalan tentang kesanggupan
perusahaan untuk mendapatkan kas di masa yang akan datang. Menurut Staubus, kas yang
akan di terima investor di masa yang akan datang tergantung pada:

1. kemampuan perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas


2. keinginan manajemen untuk membayar investor
3. prioritas pembayaran terhadap klaim investor.

Sehingga dalam tepri ini peranan laporan arus kas sangat penting untuk memenuhi
kepentingan informasi investor dalam proses pengambilan keputusan.

Amanah (Accountability) atau Ibadah Theory

Teori ini beranggapan bahwa Akuntansi atau laporan keuangan harus bisa memenuhi
kebutuhan dalam menjelaskan kepada semua pihak bahwa entitas telah memenuhi atau
sejauh mana memenuhi tanggung jawabnya kepada tuhan dan kepada pihak yang
diperintahkan Tuhan sesuai tujuan dan maksud yang ditetapkan syariat. Di sini laporan
keuangan diharapkan dapat menjelaskan informasi tentang pertanggungjawaban manusia
sebagai makhluk yang mendapat amanah dalam mengerti entitas baik kepada manusia
(horizontal) maupun kepada Allah (vertikal).

Prinsip Dasar Akuntansi

Banyak pihak baik komite maupun perseorangan yang memberikan prinsip dasar akuntansi
tersebut. Antara satu dengan yang lain kadang memiliki perbedaan dan juga persamaan.

38
Berikut ini akan kita berikan beberapa pendapat tersebut.

Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua asumsi dasar yaitu:

a. Dasar akrual
Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan pengakuan transaksi didasarkan pada
kejadian atau peristiwa bukan di dasarkan pada transaksi kas.
b. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity yang dimaksud akan terus
melanjutkan usahanya, dalam asumsi dasarnya tidak ada maksud untuk melakukan likuidasi.

APB statement No. 4 memberikan sembilan prinsip dasar akuntansi sebagai berikut:

1) The cost principle

Menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost atau historical cost
adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga
pokok, dan ekuitas. Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan.

APB Statement No. 4 mendefinisikan cost sebagai cost adalah suatu jumlah tertentu yang
diukur dalam bentuk uang dari kas yang di belanjakan atau barang lain yang diserahkan,
modal saham yang dikeluarkan, jasa yang di berikan, atau utang yang dibebankan sebagai
imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima. cost dapat dibagi: expired
dan unexpired. Unexpired cost atau aset adalah semua yang akan dibebankan kepada
produksi dari penghasilan yang akan datang. Expired cost adalah pengurangan dari
penghasilan sekarang atau dibebankan ke laba tahun ini.

Kelemahan dari prinsip ini yang paling utama adalah akibat nilai uang/kemampuan daya
beli yang tidak stabil sehingga bisa terjadi kemungkinan kesalahan pembaca dalam
membaca laporan keuangan yang disajikan secara cost principle karena harga buku biasanya
lebih kecil dari harga pasar.

2) The revenue principle

Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan pengakuan revenue sebagai
salah satu elemen penyusunan laporan laba rugi. Ketiga aspek itu dijelaskan sebagai berikut.

39
Sifat dan komponen dari Revenue

Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai:

1) arus masuk net asset sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa;
2) arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada langganan;
3) produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan selama periode tertentu.

Perbedaan itu timbul akibat perbedaan pandangan terhadap apa yang dianggap termasuk
dalam revenue.

Ada dua pandangan tentang revenue, yaitu sebagai berikut.

1) Secara luas revenue dianggap termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan
investasi. Termasuk revenue ialah seluruh perubahan net asset yang timbul dari kegiatan
produksi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Revenue
berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan jumlah yang
dibebankan kepada langganan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk mereka.
Juga termasuk laba dari penjualan atau pertukaran aset (kecuali surat berharga), hak dividen
dari investasi dan kenaikan lainnya pada ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari modal
dan penyesuaian modal.
2) Secara sempit revenue hanya yang berasal dari kegiatan produksi, tidak termasuk Laba
Rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap. Definisi ini membedakan istilah revenue
dengan laba rugi. AAA pada tahun 1957 mendefinisikan net income sebagai berikut:
Kelebihan revenue dibandingkan dengan biaya yang di bebankan ditambah dengan laba rugi
perusahaan lainnya yang berasal dari penjualan, pertukaran, atau penggantian aset lainnya.
a. Pengukuran Revenue
Revenue diukur menurut produk atau jasa yang ditukar dengan cara transaksi yang objektif
atau istilah akuntansinya arm’s length transaction.

1) Net cash atau Equivalent


2) Nilai discounted dari uang yang diterima atau akan diterima sebagai imbalan pertukaran
barang dan jasa yang diserahkan perusahaan kepada langganannya. Dari nilai ada dua
penafsiran yang muncul:
1) Potongan harga (cash discount) dan pengurangan lain dari harga tetap seperti Rugi
Piutang Ragu. Hal ini perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang sebenarnya atas

40
nilai diskonto uang yang diklaim yang harus dikurangi untuk menghitung revenue. Pendapat
ini bertentangan dengan anggapan bahwa cash discount dan Rugi Piutang Ragu dianggap
sebagai biaya.

2) Untuk transaksi yang bukan melalui kas, nilai tukarnya dianggap sama dengan nilai pasar
wajar dari jumlah yang akan diterima yang paling mudah dan paling jelas dapat dihitung.

b. Bukti Pengakuan Revenue


Secara umum diakui bahwa revenue dan laba diakui sepanjang tahap (siklus) operasi, yaitu
selama masa diterima, diproduksi, dijual, dan ditagih.
Karena sukar melakukan alokasi untuk periode siklus ini, akuntan menggunakan prinsip
realization principle yang merupakan kejadian kritis dalam periode siklus pengakuan
revenue dan income.
Prinsip realisasi ini diartikan sebagai berikut:
“Perubahan dalam aset atau kewajiban yang telah dianggap terjadi dan objektif sebagai
jaminan penyelesaian transaksi tertentu.
Saat penyelesaian terletak pada kejadian transaksi pertukaran yang dilakukan di antara
pihak-pihak yang independen atau dilakukan secara praktik dagang yang sudah diatur, atau
berdasarkan surat perjanjian yang dianggap sudah pasti.”

Permasalahannya adalah masalah penyelesaian perubahan tadi. AAA Commite on Concepts


and Standards-External Reporting memberikan kriteria untuk pengakuan revenue dan
income, untuk jelasnya dikutip sebagai berikut.

1) Diterima sebagai pendapatan dalam satu bentuk atau lainnya (Earned, in some sense or
another).
2) Dalam bentuk yang dapat di distribusikan (in distributable form).
3) Akibat suatu konversi dari transaksi antara perusahaan dengan pihak luar (The result of a
conversion brought about in a transaction between the enterprise and someone external to it).
4) Akibat kegiatan penjualan yang legal atau kegiatan sejenisnya (The result of a legal sale
or similar process).
5) Terpisah dari perkiraan modal (severed from capital).
6) Dalam bentuk aktiva yang lancar (In the form pf liquid assets)
7) Pengaruh transaksi (gross atau net) terhadap ekuitas pemilik harus dapat ditaksir dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi (Both its gross and net effects on shareholders equity must

41
be estimatable with a high degree of realibility).
Secara umum revenue akan diakui secara:

1) Accrual basis

Pengakuan revenue secara accrual basis berarti bahwa revenue harus dilaporkan selama
kegiatan produksi (di mana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian
pekerjaan), pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan
piutang:

a) Revenue umumnya diakui selama kegiatan produksi dalam hal sebagai berikut.
1) sewa, bunga, komisi dianggap diakui sebagai revenue berdasarkan perjanjian yang
dibuat sebelumnya yang menjelaskan tentang kenaikan bertahap dari klaim kepada
pelanggan.
2) perusahaan/lembaga profesional seperto konsultan, akuntan, appraisal,
dokter, notaris, pengacara dan lain-lain. Mungkin lebih tepat menerapkan

accrual basis dalam penerapan pengakuan pendapatan. Jumlah pembebanan tergantung pada
porsi jasa yang disesuaikan.

b) Revenue atas kontrak jasa panjang diakui berdasarkan kemajuan kerja atau presentase
siap. Presentase siap dapat di hitung dengan cara:
1) taksiran para ahli;
2) jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan dengan taksiran biaya seluruh
proyek.

c) Revenue dari costplus fixed fee contract, kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang
tetap ditambah biaya-biaya tertentu.
d) Perubahan aset sebagai akibat pertumbuhan yang menimbulkan kenaikan revenue seperti
pabrik anggur, peternakan, perkayuan hutan taman industri (HTI), dan lain-lain.

2) Critical Event Basis


Dalam metode ini yang diperhatikan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi
perusahaa, kejadian krisis itu dapat berupa:
a) pada saat penjualan;
b) pada saat selesainya proyek;

42
c) pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan.

3) The Matching Principle


Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada periode yang sama
dengan periode yang sama dengan periode pengakuan hasil. Hasil diakui pada periode
menurut prinsip pengakuan hasil dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Akuntansi untuk tahap ini mencakup dua tahap:
a) cost dikapitalisasi sebagai aset yang merupakan harta yang menyimpan sejumlah jasa
dan keuntungan;

b) setiap asset dihapuskan dan dibebankan biaya untuk menilai bagian dari aset itu yang
dibebankan untuk menghasilkan revenue selama periode itu.

Dengan demikian, yang dianut disini adalah accrual basis accounting bukan cash basis
accounting.

Kaitan antara hasil dan biaya tergantung pada empat kemungkinan sebagai berikut.

a) Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada harga pokok penjualan
mengurangin penjualan.
b) Penguragan langsung biaya menurut periodenya, seperti gaji direksi.
c) Alokasi biaya pada periode yang memberikan keuntungan, misalnya biaya penyusutan.
d) Membiayakan seluruh cost pada periode yang dibebankan kecuali dapat ditunjukkan
bahwa pengeluaran akan memberikan keuntungan di masa yang akan dating, bukan pada
periode itu, seperti biaya promosi.
Aset atau unespired cost tidak memenuhi syarat sebagai unsure biaya sehingga
tidakdibebankan seabagai biaya pada perode itu.

Harga Pokok Barang yang Dijual

Hal-hal yang termasuk dalam harga pokok penjualan adalah bahan mentah,upah langsung,
dan biaya overhead. Untuk menghitung harga pokok penjualan ini dilakukan dua tahap ;
a) Penilaian persediaan atau penentuan harga pokok produksi yang dikeluarkan untuk
membuat produk itu;
b) Penentuan pendapatan dengan mengurangin harga pokok produksi dari hasil penjualan.
Dalam menentukan nilai persediaan problem yang harusdiputuskan adalah biaya mana yang

43
termasuk dianggap sebagai productcost dan biaya manayang termasuk dianggap sebagai
period cost. Biaya dianggapp sebagai product cost apabila biaya yang dikeluarkan itu
memberikan keuntungan di masa yang akan datang oleh karena itu harus dimasukkan sebagi
unsur harga pokok persediaan, sedangkan apabila biaya yang dikeluarkan hanya
memberikan manfaat pada periode itu disebut period cost, oleh karena itu harus dibebankan
pada pendapatanperiode itu.
Dalam menghitung biaya produksi ini ada dua konsep, yaitu :
a) Absorbtion costing (full costing)
b) Direct costing (variable costing).

Biaya Operasi

Biaya operasi biasanya dibagi dua,biaya penjualan atau biaya distribusi/biaya pemasaran,
dan biaya umum dan admnistrasi. Biaya penjualan adalah seluruh biaya- biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan penjualan smpai barang itu berada di tangan konsumen, seperti
biaya pengiriman, pajak-pajak yangberkenaan dengan penjualan, promosi, dan gaji tenaga
penjual. Biaya umum dan administrasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-
kegiatan diluar kegiatan penjualan seperti kegiatan administrasi, kegiatan personalia, dan
umum. Misalnya gaji pegawai bagian uum (yangbukan barang produksi, pemasaran), air,
telepon, pajak, iuran,dan biaya kantor.

Biaya Penyusutan

Penyusutan untuk aktiva tetap berwujud disebut depreciation. Penyusutan untuk aktiva
sumber-sumber alam disebut depletion. Penyusutan untuk aktiva tidak berwujud disebut
amortization.

Pengertian ni tidak sama dengan pengertian yang selalu dibicarakn dalam ekonomi
perusahaanyan menganggap bahwa biaya penyusutan diangggap merupakn
penyisihan/pencadangan untuk mengganti aktivatetap tersebut apabila suatu saat nanti tidak
dapat beroperasi lagi.

Metode Penyusutan itu bermacam-macam ada yang didasarkan waktu,Produksi,


output, declining balance, investment dan internet, dan lain lain

4) The Objectivity Principle

44
Kegunaan laporan keuntungan snagat tergantung pada tingkat kepercayaan kepada prosedur
pengukuran yang dgunakan. Untuk meningkatan keyakinan pada laporan ini sangat sulit
sehingga akuntan menggunakan prinsip objectivity untuk membenarkan piliahan atas suara
ukuran atau prosedurnya. Prinsip objectivity ini memiliki penafsiran yng berbeda-beda
sebagai berikut.

a) Objectivity Merupakan realitas yang dikemukakan pihak luar yangindependen (bebas)


dari orang yang merasakannya.
b) Objectivity diaggap sebagai suatu ukurang yang dapat diperiksa angdidasarkan pada
bukti.

c) Ukuran objektif diangap sebagai hsil consensus diantara kelompok terentuyang


mengamatinya atau mengukurkan. Dengan demikian, objectivity aknan tergantung pada
ukuran dari kelompok tertetntu tersebut.
d) Tingkat objectivity dapat diukur melalui penentuan baas atau limit tertentu.

5) The consistency Principle

Menurut prinsip konsistensi kejadianekonomis yang sejenisharus dicatat, dilaporkan secara


konsisten dari satu periode keperiode yang lain. Artinya, prosedur,prinsip akuntansi yang
sama harus diterapkan alam periode itu.

Kegunaan prinsip ini yang utama adalah agar laporan keuangan itu dapat diperbandingkan
Disamping itu, dengan penerapan prinsip ini maka manpulasi laporan laba/rugi dan neraca
melalui penggunaan prinsipyang berbeda-beda akan dapat dihindarkan. Dalam bunyi
pernyataan akuntan maupun dalam rumusan norma (standar) pemeriksaan jelas
mengharuskan agar laporan keuntungan yang wajar harus menerapkan prinsip
akuntnasisecara konsisten.

Menurut APB Opinion No.20 ada tiga jenis prusahaan:

a. Perubahan prinsip akuntansi


b. Perubahan taksiran akuntansi
c. Perubahan laporan entitas
45
Perubahan yang terjadi harus digambarkan laporan keuangan melalui penyesuaian pada
masing-masing perkiraan. Perubahan Prinsip akuntansi dilaporkan secara umum dan pada
tahun itu juga, perubahan taksiran akuntansis dilaporkan secara prospectively, tidak berlaku
mundur dan perubahan entity dilaporkan secara rectroactive (berlaku Mundur).

Menurut PSAK jika terjadi perubahan akuntansi, ditempuh langkah sebagai berikut.
a) Pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansiyang baru dilaporkan dalam
perhitungan laba rugi periode berjaan, dan di sajikan di antara pos luar biasa dan laba
bersih. Perhitugan pengaruh kumulatif ini dapat dikecualikan apabila peubahan prinsip
akuntansi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang
Nomor 7 Pajak Penghasilan tahun 1983.
b) Untuk perubahan penilaian persediaandari atau ke metede LIFO di mana pengaruh
kumulatif umumnya sulit ditenttukan, persediaan awal dalam tahun dianutnya metedo baru
dijadikan sebagai persediaan tahun dasar untuk seluruh perhitungan berikutnya.
c) Laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif (berlaku surut) untuk
perubahan berikut ini.
(1)Perubahan dalam metedo akuntansi untk kontrak pembangaunan jangka panjang.
(2)Perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full cost) dalam industri ekstraktif.
d) Sifat dan alasn dilakukannya perubahan dalam kebijaksanaan akuntansi harus diungkapka
dalam catatn ats laporan keuagan periode terjadinya perubahan.
Taksiran akuntansi dapat berubah dikarenakan adanya peristiwa baru bertambahnya
pengalaman atau di perolehnya informasi tamabahan . Pengaruhperubahan taksiran
akuntansi terhadap laporankeuangan dapat digolongkan sebagai berikut.
(1)Perubahan yang hanya memengaruhi periode di mana prubahan tersebut terjadi, misalnya
perubahan dalam taksiran penyisihan piutang yang diragukan.
(2)Perubahan yang memengaruhi periode berjalan dan Periode mendatang , seperti
perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisaaktiva tetap.
Perubahan ini di pertanggungjawabkan dengan cara menyusun laporan keuangan periode
berjalan dan periodemendatang atas dasar taksiran yang baru.
Bila terjadi perubahan dalam badan usaha yang dialporkan,seperti dalam penggabungan
badan usaha yang dipertanggungjawabkan dengan metode penyatuan kepentingan, maka
laporan keuangan periode yang lalu harus dinyatakan kembali secara retroaktif.

6) The Disclosure principle


46
Laporan keuangan harus disajikan secara full (penuh), fair (wajar),dan adequate (cukup).
Konsep full disclosure mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai
kumpulan potret dari kejadian ekonomi yang memengaruhi perusahaan untuk suatu periode
an berisi cukup informasi sehinga membuat orang baik umum atau investor paham dan tidak
salah tafsir terhadap laporan keuangan tersebut. Singkatnya, tidak boleh ada informasi
penting atau kebutuhaninformasi rata-rata investor yang hilang atau disembunyikan. Prinsip
akuntansi yang dikeluarkan oleh APB Opinion, FASB Statement, atau dari SEC atau
BAPEPAM biasanya mencakup aturan- aturan tertentu dan informasi yang harus
diungkapkan melalui laporan keuangan. Pengertian yang sering digunakan adalah :
Adequate : Informasi minimum yang harus disajikan
Fair : Aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada semua pemakai
laporan.
Full : Menyangkut kelengkapan penyajian informasi.

Menurut Skinner beberapa hal yang harus diperhatikan agar laporan keuangan disebut full
disclosure adalah sebagai berikut.
a) Penjelasan tentang metode dan kebijaksanaan akuntansi.Khususnya untuk penerapan
metode akuntansi yang memerlukan pertimbangan atau apabila metode itu hanya khusus
untuk entitas yang dilaporkan atau apabila ada beberapa alternatif meteode yang dapat
digunakan.
b) Informasi tambahan untuk membanntu melakukan analisis investasiatau menunujukkan
hak dari beberapa pihak yang memiliki klaim kepada perusahaan yang di laporkan.
c) Perubahan kebijaksanaanakuntansi dengan tahun sebelumnya atau metode penerapannya
dan pengaruh perubahan tersebut.
d) Transaksiyang berasal dari pihak yang mempunyai hak mengontrol perusahaan atau
diamana perusahaan mempunyai hubungan istimewa dengan perusahaan yang
dilaporkannya.
e) Aktiva atau kewajiban yang masih bersifat contingency dan yang mengandung komitmen
tertentu.

f) Transaksi keuangan atau transaksi yang bukan operasional yang terjadi setelah tanggal
neraca yang memberikn pengaruh material terhadap posisi keuangan perusahaan
sebagaimana disajikan dalam laporan akhir tahun.

7) The conservation principle

47
Prinsip ini merupakan prinsip pengecualianatau prinsip yang mengubah konsesus umum.
Dikatakan mengubah karena prinsip ini membuat pembatasan pada penyajian data akntansi
yang relavan dan terpercaya. Menurut prinsip ini, apabila kita dihadapkan untuk memilih
diantara dua atau lebih prinsip / teknik akuntansi yang sama-sama diterima, kita harus
mengutamakan pilihan yang memberikan pengaruhkeuntungan paling kecil pada equity
pemilik. Lebih khusus lagi kita harus memiliki nilai yang paling rendah untuk melaporkan
pos aktiva dan hasil, dan nilai yang palingtinggi untuk melaporkan pos kewajibkan dan
biaya yang akan dibayar.

Prinsip ini menggambarkan bahwa akuntansi itu menganut sikap “pesimis” sewaktu memlih
prinsip akuntansi untuk penusunan laporan keuangan. Dimuka disebutkan bahwa prinsip ini
seolah-olah bertentangan dengan prinsip lain. Hal ini dapat dibuktikan seperti penggunaan
prinsip “Locom” (Lower of cost or market) yang bertentangan dengan konsep bistorical
cost.

8) The Materiality Prinsiple

Prinsip ini juga termasuk pengecualian atau prinsip yang mengubah prinsip akuntansi yang
lain. Menurut prinsip ini transaksi dan kejadian yang memiliki pengaruh ekonomi yang
penting dapat dicatat dengan cara yang dipermudahkan tanpa melihat apakah sesuai dengan
prinsip akuntansi dan perlu tidaknya diungkapan. Masyarakat berperan sebagai pedoman
nonformal bagi akuntan menentukan sesuatu apakah perlu atau tidak dilaporkan tinjau
dari segi biaya pembukuan , ketetapan laporan ,keuangan dan relavansinya kepada para
pemakai laporan keuangan.

Menurut APB statement N.4 materiality dianggap :

Laporan keuangan hanya menyangkut informasi yng dianggap cukuppenting


(maerial) dalam memengaruhi penilaian dan keputusan

Frishkof mendefinisikan materiality :


Sebagai angka yang relatif penting bagi pemakai dilihat dari beberapaunsure informasi
keuangan dalam konteks keputusan yang akan diambil.

Accountants Internatinal Study Group memberikan pengertian

48
Materiality sebagai berikut

Materiality adalah pesoalan pertimbangan Profesional yang penting. Pos-pos tertentu harus
dianggap material jika pengetahuan tertentu itu dianggap secara wajar menimbulkan
pengaruh pada pemakai laporan keuangan.

Penulis lain yang berusaha mengindentifikasi kriteria materiak ini antara lain adalah
Bernsein. Dia mengusulkan ditentukan “broder zone” antara 10-15% dari NIAT (Net
Income After Test) sebagai ukuran material. Metode ini menggunakan pendekatan size
approach.

Pendekatan kedua disebut changecriterion approach. Dalam pendekatan ini untuk menilai
materiality dinilai pengaruh dari suatu pos terhadap kecenderungan atau perubahan di antara
dua periode akuntansi. Pendekatan ini diusulkan oleh Rappaport yang menggunakan kriteria
materiality dengan menggunakan rata-rata keuangan, trend dan rasio yang dikemukakan
melalui hubungan analitis dalam informasi akuntansi.

Accountan International Safety Group dalam tulisannya tentang Materiality in Accounting


mengemukakan sebagai berikut.

Suatu jumlah tidak dapat disebut material hanya berdasarkan size (besar) nya. Faktor lain
sebagaimana dibawah ini harus juga diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan
yaitu:

a) Dari segi sifat:

1) Faktor yang menentukan perhitungan net income.


2) Sifatnya tidak biasa atau luar biasa.
3) Kontingensi terhadap suatu kejadian dan keadaan.
4) Dapat ditentukan berdasarkan faktor dan kejadian yang ada.
5) Diharuskan oleh undang-undang dan peraturan.

b) Dari segi jumlah dihubungkan dengan angka tertentu:

1) Laporan keuangan secara keseluruhan.


2) Total perkiraan-perkiraan yang dibentuk dari perkiraan yang terpisah
3) Pos-pos yang berhubungan.

49
4) Jumlah yang diperoleh dari pos yang sejenis tahun yang lalu atau jumlah yang
diperkirakan dimasa yang akan datang.
9) The Uniformity dan Comparability Principle

Prinsip Uniformity berarti menggunakan prosedur yang sama untuk perusahaan yang
berbeda. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh penyusunan prinsip akuntansi adalah agar
laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat diperbandingkan. Hal ini
hanya dapat dicapai dengan caa mengurangi atau meniadakan penggunaan prosedur/prinsip
akuntansi yang berbeda untuk perusahaan yang berbeda.

Dengan adanya keseragaman ini maka diharapakan:

a) Mengurangi perbedaan penggunaan prinsip akuntansi dan ketidaklengkapan praktik


akuntansi;
b) dapat memberikan arti apabilakita membandingkan laporan
keungan perusahaan yang berbeda;
c) cenderung adanya campur tangan pemerintah dalam mengatur penyusunan prinsip
akuntansi.
Namun, di pihak lain ada yang cenderung menolak konsep ini dan menganjurkan agar
sebaiknya diterapkan prinsip flexibility, alasannya adalah sebagai berikut.

a) Menyeragamkan prosedur akuntansi untuk menyajikan kasus-kasus yang terjadi dapat


menimbulkan risiko, yaitu menyembunyikan perbedaan- perbedaan penting dari kasus-
kasus tersebut.

b) “Perbandingan” itu utopis,comparability tidak dapat dicapai dengan hanya mengikuti


peraturan- peraturan perusahaan tanpa meneliti perkiraan- perkiraan yang cukup dari faktor
situasi yang berbeda.

c) “Berbeda dalam hal-hal tertentu” atau ( the circumintantial variable) perusahaan dapat
menimbulkan perbedaan perlakuan sehingga laporan keuangan perusahaan dapat
menampung keadaan tersebut di mana transaksi dan kejadian itu terjadi. The circumitantial
variable adalah kondisi lingkungan yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan
danyangmempengaruhi:

(1)alternatif metode akuntansi;


(2)keobjektifan ukuran yang berasal dari penerapan metode akuntansi.

50
Tujuan anoformity dan flexibility adalah melindungi para pemakai dan penyajian data yang
bermanfaat bagi pemakai laporan. Namun, sayangnya kedua konsep ini gagal karena
posisinya yang ekstrem dalam penyajian laporan keuangan. Konsep uniformity nyatanya
tidak dapat menjadi bahan perbandingan karenanya merupakan tujuan yang utopis.
Flexibility terbukti cenderung menimbulkan kebingungan dan tidak dapat dipercaya. Jalan
keluar yang tepat adalah tawar-menawar diantara keduanya, yaitu sebagai berikut.

Mengusahakan pelaksanaan konsep, uniformitydengan hanya mempersempit kesenjangan


penerapan prinsip akuntansi dan pada saat yang sama memberikan kesempatan pada
perusahaan tertentu untuk menerapkan prinsip akuntansi berdasarkan tuntutan pasar dan
kejadian ekonomi yang khusus yang dialami oleh

perusahaan yang berbeda. Konsep moderat ini disebut dengan istilah differences in
circumitances

Kerangka Dasar Akuntansi Keuangan menurut PSAK

Kerangka dasar Akuntansi Laporan keuangan ini sebenernya diambil sepenuhnya dari
Internasional Accounting Standard Committe dengan judul Framework for the Preparation
and Presentation of Financial Statements (IASC). Kerangka dasar ini mencakup:

1. Tujuan Laporan Keuangan;


2. Asumsi Dasar;
3. Karakteristik kualitas Informasi;
4. Pengakuan dan Pengukuran;
5. Konsep dan Pemeliharaan Modal.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (decision making). Disamping itu,
laporan keuangan juga merupakan alat pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercaya kepada (stewardship).

Asumsi Dasar dari Laporan Keuangan menurut PSAK ini adalah sebagai beriku :

51
1. Dasar Akrual, laporan keuangan menyajikan semua transaksi yang terjad sesuai
peristiwanya hak dan kewajiban yang melekat didalamnya bukan hanya
melihat transaksi yang melibatkan kas.

2. Kelangsungan usaha, laporan keuangan dianggap menggambarkan perusahaan atau


entitasyang memang di masa depan tidak akan melakukan likuidasi seluruhnya atas
sebagian. Hal ini sebenarnya dimaksudkan untuk menjadi dasar penilaian yang dipakai
dalam menyusun laporan keuangan.

Karakteristik Kualitas

Karakteristik kualitas ini dimaksudkan untuk meningkatkan manfaat informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan sehingga lebih berguna bagi para pemakainya. Adapun karakteristik
kualitas laporan keuangan ini adalah:

1. dapat dipahami;
2. relevan;
3. materialitas;
4. keandalan( reliabilitas, faithful respresentation) tidak menyesatkan;
5. penyajian jujur;
6. substansi mengungguli form (dokumen);
7. netralitas;
8. pertimbangan sehat (pradence)
9. kelengkapan;
10 dapat dibandingkan

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan (recognition)berarti proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur
serta kriteria pengakuan yang sesuai dengan standar akuntansi dalam laporan neraca dan laba
rugi, yaitu:

1. ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari
atau ke dalam perusahaan;

2. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

52
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam neraca atau laporan laba rugi. Metode pengukuran yang dikenal
adalah:

1. biaya historis (historical cost);


2. biaya kini (current cost);
3. nilai realisasi (realizable atau settlement value);
4. nilai sekarang ( prevent value).

Akuntansi keuangan yang umum adalah biaya historis terkecuali ada pos-pos tertentu seperti
persediaan dan surat berharga yang menggunakan harga pasar atau harga terendah dari harga
pasar atau harga historis
Konsep dan Pemeliharaan Modal

Konsep modal berarti bahwa uang yang diinvestasikan dalam perusahaan adalah aktiva
dikurangi kewajiban. Konsep modal dimaksudkan bahwa modal itu harus dapat dipelihara yang
dapat dinilai dari kemampuan usaha atau kapasitas produksi misalnya diukur dengan output.

Konsep pemeliharaan modal merupakan konsep perhitungan laba. Dalam konsep ini laba
dianggap harus memperhitungan bahwa modal yang di investasikan harus terpelihara. Ada dua
konsep pemeliharaan modal, yaitu sebagai berikut.

1. Pemeliharaan modal keuangan

Menurut konsep ini baru disebut laba jika jumlah aktiva finansial bersih pada akhir periode
melebihi jumlah finansial aktiva bersih pada awal periode setelah memasukkan kembali setiap
distribusi dari dan kepada pemilik. Pengukuran keuangan aktiva bersih dapat dilakukan melalui
nilai normal atau dalam satuan daya belinya.

2. Pemeliharaan modal fisik.

Beberapa hal yang perlu diketahui dari laporan keuangan menurut PSAK adalah sebagai
berikut.

1. Laporan keuangan bersifat umum bukan tujuan khusus misalnya untuk tujuan perpajakan,
prospektus, dan sebagainya. Dalam konsep ini diakui bahwa informasi laporan keuangan bukan
satu-satunya sumber informasi yang harus dicari investor. Akan tetapi, laporan ke-uanganini
dimaksudkan untuk semua jenis informasi keuangan perusahaan baik sektor publik maupun
53
sektor swasta.

2. Pemakai laporan keuangan adalah: investor, karyawan, pemberi pinjaman,pemasok dan


kreditor usaha lainnya pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.

3. Kendala yang selalu dihadapi dalam menyajikan informasi yang andal dan relevan adalah
masalah ketepatan waktu dan menjaga keseimbangan antara biaya dan manfaat penyajian
informasi. Jika informasi tidak dijadikan tepat waktu maka dapat dipastikan kegunaannya
sangat berkurang.

54
BAB 4

TEORI AKUNTANSI DAN PERUMUSANNYA

Badan Penyusun Standar Akuntansi

1. Di Indonesia adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang berada dibawah
naungan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
2. Lembaga atau Badan yang terlibat dalam penyusunan standar akuntansi:
a. KAP dan Individu
b. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
c. The American Accounting Association (AAA)
d. The Financial Accounting Standards Board (FASB)
e. Securities and Exchange Commission (SEC) 6. Pengguna Laporan Keuangan

KAP dan Individu

1. KAP dan individu bertanggung jawab untuk secara independen menyatakan bahwa
laporan keuangan suatu perusahaan disajikan secara wajar dan akurat atas seluruh
aktivitasnya.
2. Kriteria wajarnya adalah laporan keuangan yang diperiksanya sesuai dengan standar
akuntansi yang berterima umum.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)

1. Dibentuk sejak tahun 1937


2. Merupakan organisasi profesi yang mengoordinasi para akuntan publik bersertifikat
(CPA) yang ada di AS.
3. Lembaga ini memiliki dua komite teknis senior yaitu:
a. Accounting Standards Executive Committee (AcSec)
b. Auditing Standards Committee (AuSec)

55
Komite Teknis Senior dalam AICPA

1. Berwenang menanggapi masalah akuntansi keuangan dan biaya serta masalah


pengauditan
2. Menerbitkan laporan berupa Statement of Position (SOPs) untuk menanggapi setiap isu
akuntansi.
3. Publikasi bulanannya berupa Journal of Accountancy.

Committee on Accounting Procedure (CAP)

1. Berusaha keras membatasi berbagai bidang yang menyebabkan perbedaan dalam laporan
organisasi dengan mengeliminasi praktik yang tidak dikehendaki.
2. Lebih memilih pendekatan pragmatis dan khusus dalam menghadapi setiap masalah.
3. Dalam waktu 20 th (s/d 1958) telah mengeluarkan 51 Accounting Research Bulletins
(ARBs)
4. ARBs didukung oleh SEC dan pasar saham sebagai satu-satunya sumber prinsip
akuntansi berterima umum di AS.

Teori dan Praktik Akuntansi

Berbagai hal telah dilakukan para ahli untuk mendefinisikan akuntansi, sehingga menghasilkan
pengertian yang sederhana tentang akuntansi adalah apa yang dapat diperoleh setelah menjadi
akuntan. American Institute of Certified Public Accountant (1953) menyebutkan bahwa
akuntansi merupakan seni mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas transaksi atau peristiwa
yang dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang atau paling tidak memiliki sifat keuangan
dan dapat menginterprestasikan hasilnya.

Pendekatan lain untuk mendefinisikan akuntansi adalah pendekatan yang melihat bahwa
akuntansi adalah proses komunikasi. American Accounting Association (1966) mendefinisikan
akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan informasi untuk
membantu pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan yang benar.

Kemudian pada tahun 1970, diajukan definisi yang melihat akuntansi sebagai kegiatan jasa.
Accounting Principles Board dalam Statement No.4 (1970) menyatakan bahwa akuntansi adalah
kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat

56
keuangan, tentang entitas ekonomi, yang diharapkan bermanfaat bagi pengambilan keputusan
ekonomi.

Dari tiga definisi tersebut dapat menunjukkan bahwa pada dasarnya akuntansi dirancang untuk
memenuhi kebutuhan praktisnya. Perumusan teori akuntansi timbul karena adanya kebutuhan
untuk memberikan logika penalaran tentang apa yang dilakukan oleh akuntan atau apa yang akan
dilakukan oleh akuntan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap teori memainkan peranan penting
dalam perumusan teori akuntansi. Hendriksen (1982) menawarkan definisi teori yaitu
seperangkat prinsipprinsip yang saling terkait (coherent), yang bersifat hipotesis, konseptual dan
pragmatis, yang membentuk rerangka referensi umum untuk dibidang pengetahuan tertentu (a
field of inquiry).

Atas dasar pengertian tersebut, Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi yaitu: penalaran logis
dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad principles) yang memberikan
rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktik akuntansi dan memberikan pedoman
dalam mengembangkan praktik dan prosedur akuntansi yang baru.

Dari tampilan tersebut dapat dilihat bahwa peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan
peranan teori yang digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori
dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar
pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi faktor lingkungan tempat akuntansi
dipraktikkan. Teori tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan
dalam praktik akuntansi. Dalam akuntansi, praktik dapat saja diubah untuk mengakomodasikan
teori.

Konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal. Konsep akuntansi
mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktikan. Preskripsi akuntansi
dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah khusus, teori yang mendasarinya juga
dikembangkan berdasarkan model-model yang khusus. Secara umum fungsi utama dari teori
akuntansi adalah untuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses
pemilihan akuntansi (Mathew and Perera,1993). Lebih lanjut bahwa teori memiliki karakteristik
sebagai berikut: a) memiliki body of knowledge; b) konsisten secara internal; c) menjelaskan
dan/atau memprediksi fenomena; d) menyajikan hal-hal yang ideal; e) referen yang ideal untuk
mengarahkan praktik; dan e) membahas masalah dan memberikan solusi.

57
Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi

Teori akuntansi dapat dirumuskan berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Secara garis besar
teori akuntansi dapat diklasifikasikan berdasarkan metode penalaran yang digunakan, sistem
bahasa yang digunakan dan tujuan perumusan.

Klasifikasi Teori Akuntansi Menurut Metode Penalaran Atas dasar metode penalaran yang
digunakan, teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai pendekatan yang berbeda, yaitu :

1. Pendekatan Deduktif
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif, dimulai dari
proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai
pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi. Secara umum,
langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah sebagai berikut:
a. menentukan tujuan pelaporan keuangan
b. memilih postulate akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik dan
sosiologi
c. menentukan prinsip akuntans, serta
d. mengembangkan teknik akuntansi (Belkaoui, 1993).

Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting karena tujuan
yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan menghasilkan
prinsip yang berbeda pula. Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa definisi dan asumsi
dapat dibuat. Peneliti kemudian mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai
tujuan tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi yang dibuat.

Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori


yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan berjalan secara logis. Dengan
cara demikian, konsistensi internal (internal consistency) antar preposisi dapat tercapai.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan
dapat digunakan untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam
mengevaluasi berbagai praktik akuntansi (Hermanson dan Salmonson, 1969).

Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan tertentu yang
kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip yang dihasilkan juga salah.
Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti sering menghasilkan prinsip yang
58
terlalu teoritis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktik. Implikasinya, pendekatan
ini kurang teruji dalam praktik.

2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil
observasi dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953) bahwa prinsip akuntansi dapat
dihasilkan secara induktif dengan melakukan pengujian empiris terhadap kegiatan
akuntansi. Hal ini didukung (Moonitz) mengatakan bahwa observasi terhadap data
akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan induktif. Pendapat ini juga didukung
oleh Schrder (1962:645) yang menyatakan bahwa perumusan teori akuntansi dapat
dilakukan secara induktif dengan cara mengobservasi data keuangan yang dihasilkan dari
transaksi bisnis.
Kesimpulan untuk proses tersebut adalah proses induktif melibatkan kegiatan observasi
mengenai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi
tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan prinsipprinsip akuntansi sesuai
hubungan yang ada. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. mencatat semua observasi
b. menganalisis dan mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan
berbagai kesamaan dan ketidaksamaan
c. hasil observasi kemudian digeneralisasi, serta
d. pengujian terhadap generalisasi (Belkaoui, 1993).
Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini didasarkan pada
kebebasan dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang
telah diyakini atau disiapkan sebelumnya. Jadi pihak yang mengobservasi memiliki
kebebasan untuk mengamati variabel tertentu selama hal tersebut relevan dengan
tujuanyang akan dicapai.
Kelemahannya yaitu:
1. observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis hubungan yang
diamati (unsur bias), dan
2. generalisasi data yang digunakan dalam observasi cenderung berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kesimpulan yang dibuat
dari hasil generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena data yang pening justru
tidak diobservasi.

59
3. Pendekatan Etika Pendekatan etika didasarkan pada konsep kebenaran (truth),
keadilan (justice) dan kewajaran/kejujuran (fairness). Pertimbangan etika menjadi
makin penting pada saat sekarang. Scott (1943) mengatakan bahwa prinsip akuntansi
adalah pernyataan umum yang menghubungkan aturan (pedoman) dan prosedur
akuntansi dengan konsep sosial tersebut.
4. Pendekatan Sosiologi Pendekatan ini menekankanpada pengaruh sosial yang timbul
dari teknik-teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan tempat
akuntansi akan dioperasionalkan. Oleh karena itu, nilai-nilai sosial dianggap sebagai
kriteria utama dalam merumuskan akuntansi.
5. Pendekatan Ekonomi Pendekatan ekonomi memusatkan perhatiannya pada
pengendalian terhadap perilaku indikator makro ekonomi sebagai akibat adopsi
berbagai teknik akuntansi. Jadi, teknik akuntansi yang dikembangkan harus dapat
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi.
6. Pendekatan Eklektik Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan akuntansi
dengan cara menggabungkan berbagai pendekatan yang digunakan selama ini.

Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa

Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam filsafat
pengetahuan, studi tentang tanda dikenal dengan istilah semiologi. Semiologi dibagi
menjadi tiga bagian, sintaktik (syntactics), semantik (semantics), dan pragmatik
(pragmatics or behavioral).

1. Teori Sintaktik Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan
memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana
akuntan melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori iini berkaitan dengan
struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.Interpretasi teori akuntansi
atas dasar sintaktis, yaitu input semantic terhadap sistem tersebut adalah transaksi dan
pertukaran yang dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Transaksi tersebut
kemudian dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi
akuntansi biaya historis.
2. Teori Semantik Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena
(objek atau peristiwa) dan istilah atau symbol yang mewakilinya. Jadi teori ini
memberikan penjelasan mengenai operasional dari praktik akuntansi. Struktur

60
akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama sekali
apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak
berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia maya. Oleh karena itulah, teori yang
berkaitan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan arti bagi
proposisi akuntansi.
3. Teori Pragmatik Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi
terhadap perilaku pemgambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk
mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi dan sosiologi pemakai
terhadap altermatif prosedur akuntansi dan media pelaporannya.

Klasifikasi Berdasarkan Tujuan

Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis. Dua jenis
tersebut yaitu:

1. Teori Normatif (Preskriptif) Teori akuntansi normatif disebut juga teori preskriptif,
yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi
dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau
dipraktikkan sekarang atau tidak. Teori normatif berusaha untuk membenarkan
tentang apa yang seharusnya dipraktikkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan
bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva
tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normatif sering
dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif).
Alasannya teori normatif bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan
dari kegiatan semi-research. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang
bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada
awal perkembangannya, teori akuntansi normatif belum menggunakan pendekatan
investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normatif mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan
1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi
kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktikkan.
Pada periode tersebut, teori normatif lebih berkonsentrasi pada:
a. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

61
b. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi
yang relevan atau bermanfaat.

Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba
dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional.
Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena
pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori
pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normatif karena didasarkan pada
anggapan:

A. Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran


B. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
C. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
D. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
E. Ada beberapa pengukur laba yang unik.

2. Teori Akuntansi Positif


Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan
memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori
akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati
berdasarkan pada alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
Dengan kata lain, Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk
menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan
pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak
(contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer
dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal
dan institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1990).
PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskriptif. Tidak seperti teori normatif yang
didasarkan pada premis bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau
kemakmuran untuk kepentingan perusahaan, teori positif didasarkan pada premis
bahwa individu selalu bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan
berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Watts dan Zimmerman berpendapat
62
bahwa premis maksimisasi laba dalam konteks teori normatif tidak terbukti dan jauh
dari bukti empiris.
Kritik utama terhadap teori normatif adalah teori tersebut didasarkan pada
pertimbangan nilai (value judgment). Watts dan Zimmerman (1990) berpendapat
bahwa perumusan teori harus betul bebas dalam mempertimbangan nilai dan
menekankan pada kebutuhan akan penekatan baru. Tujuan dari teori akuntansi positif
adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksikan (to predict) praktik
akuntansi. Penjelasan ini berarti memberikan alasanalasan terhadap praktik yang
diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan
tetap menggunakan akuntansi biaya historis dan mengapa perusahaan tertentu
mengubah taktik akuntansi akuntan. Prediksi terhadap praktik akuntansi berarti teori
berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati. Hal ini juga menjelaskan
bahwa teori, sebagaimana yang dapat digambarkan menghasilkan preskripsi untuk
praktik akuntansi tetapi berkaitan dengan penjelasan terhadap praktik akuntansi.
Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau
menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau faktafakta
dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiris terhadap
asumsiasumsi yag dibuat oleh teori akuntansi normatif. Misalnya dengan
menggunakan kuesioner dan teknik survei lainnya, peneliti akan menguji sikap
manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusus
dapat dilakukan dengan cara mensurvei pendapat analisis keuangan, manajer bank
atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya
prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham, dan lain-lain).
Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti penting output
akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif memiliki focus ekonomi
dan berusaha menjawab pernyataan seperti:
a. Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memilih metode akuntansi sesuai dengan
manfaat yang diperoleh?
b. Apakah biaya regulasi dan proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan
manfaatnya?
c. Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?

63
Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan asumsi
sebagai berikut:

a. Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha
memaksimumkan kepuasan.
b. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang
memaksimumkan kepuasan atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan
pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan.
c. Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.

Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha menguji
tiga hipotesis sebagai berikut:

a. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis) Manajer perusahaan dengan


bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode yang meningkatkan laba periode
berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus
yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak
menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts dan Zimmerman, 1990).
b. Hipotesis utang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis) Hipotesis ini mengartikan
bahwa tinggi rasio utang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan bagi
manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin
tinggi rasio utang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian
atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar
kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer
akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat
mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis (Watts dan
Zimmerman, 1990). Adapun penelitian oleh Agustina (2017) yang menggunakan
pendekatan ini sebagai teori untuk meneliti nilai perusahaan yang menggunakan
kebijakan utang sebagai variabel bebas.
c. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis) Perusahaan besar cenderung
menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodik disbanding
perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan ukuran variabel proksi dan
aspek politik. Yang mendasari hipotesis ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya
nilai informasi bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul

64
menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu untuk
melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam rangka
menegakkan aturan hukum dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan
individu tersebut. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar
biaya informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk
memiliki laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan
Zimmerman, 1990). Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa Teori Akuntansi
Positif mengakui adanya tiga hubungan keagenan:
- Manajemen dengan pemilik
- Manajemen dengan kreditor
- Manajemen dengan pemerintah

Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan


terhadap praktik berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi
terkait dalam kepuaan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak yang
lain yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan ekonomi. Meskipun
demikian, asumsi yang melandasi proyek penelitian positif tersebut banyak
dikritik karena pendukung teori positif menggunakan penolakan alternative alias
pemikiran yang lain. Artinya, teori positif tidak bebas dari pertimbangan nilai atau
implikasi preskriptif. Hal ini disebabkan pertimbangan nilai yang bersifat implisit
seringkali melandasi atau mempengaruhi bentuk dan isi penelitian yang
dilakukan. Peneliti tidak dapat menghindari unsur bias dalam semua penelitian
yang dilakukan. Dengan demikian unsur bias, jelas menunjukkan perwujudan
orientasi dari peneliti tersebut.

65
BAB 5

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

A. Perumusan Tujuan
Akuntansi lahir dengan maksud tertentu, yaitu untuk memberikan jasa kepada
penggunaanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan untuk proses pengambilan
keputusan. Dalam merumuskan teori akuntansi, perumusan tujuan laporan keuangan
merupakan dasar utama karena tujuan inilah yang harus diwujudkan oleh ilmu akuntansi
itu. Profesi akuntansi, khususnya di Amerika, telah banyak melakukan berbagai upaya
untuk membahas dan merumuskan standar prinsip akuntansi, dan tujuan laporan
keuangan ini.

Untuk menyusun konsep yang menjelaskan Tujuan Laporan Keuangan, pada bulan April
1971 Presiden AICPA saat itu Marshall S.Armstrong, telah menunjukkan Tim Perumus
Tujuan Laporan Keuangan yang dikenal dengan Trueblood Committee. Tim ini
sebenarnya bukan yang pertama yang menyusun tujuan laporan keuangan. Dalam
accounting Researches Studies No.1 dan 3 yang dikeluarkan oleh The Accounting
Principle Board yang bernaung dibawah AICPA telah menjelaskan A Tentative Set of
Broad Accounting Principle for Business Enterprice. Di samping AICPA, AAA juga
telah membahas masalah ini dalam A Statement of Basic Accounting Theory.APB
Statement No.4 dengan judul Basic Concepts and Accounting Principle Underlying
Financial Statement of Business Enterprises juga menyangkut tujuan kualitatif dari
laporan keuangan ini. Di negara lain juga sudah ada melakukan pembahasan tentang
tujuan laporan keuangan ini seperti Canada,Australia,dan lain-lain

B. Tujuan Akuntansi dan Laporan Keuangan


1. Menurut PAI
Tujuan akuntansi atau laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat kita lihat
dari penjelasan di bawah ini. Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) menyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva
dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

66
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari
kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di
dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva
dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan
dan investasi.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti
informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

2. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)


Sementara itu, menurut SAK No.1, Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan,kinerja,serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan
atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin
mencakup,misalnya,keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen. Tujuan laporan keuangan ini diadopsi dari IASC
3. Menurut ASOBAT
A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) merumuskan empat tujuan
akuntansi sebagai berikut :
67
a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan
untuk menetapkan tujuan.
b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor
produksi lainnya.
c. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan. d. Membantu
fungsi dan pengawasan sosial.
4. Menurut APB Statement No.4
APB Statement No. Berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying
Financial Statements Business Enterprises. Laporan ini bersifat deskriptif, dan
laporan ini banyak memengaruhi studi-studi berikutnya tentag tujuan laporan
keuangan. Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut :
a. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan
laporan posisi keuangan, hasil usaha,dan perubahan posisi keuangan lainnya
secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan Umum Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai
berikut:
- Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi,dan
kewajiban perusahaan dengan maksud:
a) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
b) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya
c) Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utang-utagnya
d) Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaanya yang ada Untuk
pertumbuhan perusahaan.
- Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang
berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud:
a) Memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham
b) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
kepada kreditor,supplier,pegawai,pajak,mengumpulkan dana untuk
perluasan perusahaan
c) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam
pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan
d) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam
jangka Panjang

68
- Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba.
- Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahanharta dan
kewajiban.
- Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai
laporan.
-
C. Tujuan Kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statement No.4 Adalah sebagai berikut :
1. Relevance Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai
laporan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting
tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
3. Verifability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan
menghasilkan pendapat yang sama.
4. Neutrality Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
5. Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan
apabila diserahkan pada saat yang tepat.
6. Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi
harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan
lain
7. completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan
yang layak dari para pemakai.

Tujuan Laporan Keuangan menurut APB Statement No. 4 dapat diperjelas dari gambar
berikut ini:

69
5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut PSAK
Sedangkan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK (2004) adalah
sebagai berikut.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuagan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
dapat dipahami, relevan,keandalan,dan dapat diperbandingkan.
a. Dapat dipahami
Kualitatif penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat
dipahami oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau
70
dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan ,atau
mengoreksi,hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Peran inormasi dalam peramalan(predictive) dan penegasan (confirmatory)


berkaitan satu sama lain. Misalnya , informasi struktur dan besarnya aktiva yang
dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap
situasi yang merugikan.

Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (comfirmatory


role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan
perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain
yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaeandividen dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan

Perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki


nilai prektiktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit.
Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk mRembuat prediksi dapat
ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa
lalu. Misalnya nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos
penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapak
secara terpisah.

c. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakikat informasi menentukan relevansinya.Misalnya, pelaporan
suatu segmen baru dapat memengaruhi penilaian resiko dan peluang yang
dihadapi perushaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai
segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakikat
maupun materialitas dipandang penting, misalnyaa jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
71
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang
batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus
dimiliki agar informasi dipandang berguna

d. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal(reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakaiya sebagai penyajian yang tulus atau jujur(faithful
representation) dari yang harusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan.

Informasi mungkin relevcan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam
suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin. Tidak tepat bagi
perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca,
meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari
tuntutan tersebut

e. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan,informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan
denganjujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva,
kewajibandanekuitas perusahaan pada tanggal pelaporran yang memenuhi criteria
pengakuan

72
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan
disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan
kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa
lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan
teknik penyajian yang sesuai dengan makna dan transaksi peristiwa tersebut.
Dalam kasus tertentu, pengukiran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak
pasti sehingga perusahaan pada umumnya tidak mengakui dalam laporan
keuangan. Misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan dapat
menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau
mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan suatu pos
tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan resiko kesalahan
sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.

f. Substansi Mengungguli Bentuk


Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan
apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin
menjual suatu aktiva kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga
dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke
pihak tersebut namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan
bahwa Perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang
diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan
tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang
ada transaksi).

g. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung
pada kebutuhan dankeinginan pihak tertentu, tidak boleh ada usaha untuk
menyajikan informasi yang menguntungkan satu atau beberapa pihak, sementara
hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
73
h. Pertimbangan
Sehat Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian
peristiwadan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan,
perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi
yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan
mengungkapkanhakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan
sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraandalam kondisi
ketidakpastian sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi
dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja
menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban
atau beban yang lebih tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dank
arena itu, tidak memiliki kualitas andal.

i. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap.
Kesengajaan untuk tidak mengugkapkan(omission) mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
tidak sempurna didinjau dari segi relevansi.

j. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan atarperiode
untuk mengidentifikasikecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antarperusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif . Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukansecara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan
yang lain.
74
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat dibandingkan adalah bahwa
pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat
mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yag diberlakukan untuk transaksi
serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke
periode lain dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi
keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan, membantu pencapaian daya banding

Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman


semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan
standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan
kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif
relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu
kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal.

Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman


semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan
standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan
kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif
relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu
kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal.
Berhubung pamakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta
peubahan posisi keuangan antar period, maka perusahaan perlu menyajikan
informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.

k. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


a. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan maka
informasiyang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi.
75
Tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi
atau peristiwa lainnya diketahui sehingga mengurangi keandalan informasi.
Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi
yang dihasilkan mungkin sangat andal, tetapi kurang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara
relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan
pertimbangan yang menentukan.

b. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat


Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang
pervasif daripada karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi
seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya
dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut
juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati
manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping
mereka yang menjadi tujuan inormasi; misalnya, penyediaan informasi
lanjutan kepada kreditor mungkin mengurangi biaya pinjaman yang dipikul
perusahaan. Karena alasan inilah, sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-
manfaat pada kasus tertentu. Namun demikian, komite penyusun standar
akuntansi keuangan pada khususnya, seperti juga para penyusun dan pemakai
laporan keuangan, harus menyadari kendala ini.

c. Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif


Dalam praktik, keseimbangan atau trade-off diantara berbagai karakteristik
kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah untuk mencapai
suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk
memenuhi tujuan laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai
karakteristik dalam berbagai kasus yang berbeda merupakan masalah
pertimbangan professional.

6. . Menurut Laporan Trueblood Committee


Trueblood Committee merumuskan tujuan utama laporan keuangan sebagai
berikut:”Memberikan informasi yang berguna dalam pengambilankeputusan.” Tujuan
76
ini dijabarkan lagi dalam berbagai tujuan spesifik (ada dua belas buah) dan perincian
sifat kualitas yang diinginkan dimiliki laporan keuangan. Tujuan ini secara menarik
digambarkan oleh Belkaoui (1985)

Komite yang dipimpin Trueblood ini beranggotakan Sembilan orang yang berasal
dari akademisi dan praktisi. Mereka ditugaskan untuk merumuskan tujuan laporan
keuanga. Dalam laporan komite ini ingin menentukan hal-hal berikut :
a. Siapa yang memerlukan laporan keuangan?
b. Informasi apa yang mereka perlukan ?
c. Berapa banyak informasi yang diperlukan tersebut dapat di supply oleh
Akuntansi?
d. Kerangka apa yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang Diperlukan itu ?

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan akan menggunakannya
untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari
keputusan ekonomi yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang
timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan,dan
membandingkan, dan menilai arus kas seandainya nilai uang tidak stabil, hal ini harus
dijelaskan dalam laporan keuangan . Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila
yangdilaporkan tidak saja aspek kuantitatif saja, tetapi mencakup penjelasan-
penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur
secara objektif. Komite Trueblood merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai
berikut.

77
BAB 6

STANDART AKUNTANSI

A. Pengertian dan Sumber Standart Akuntansi


Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan teknik-
tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik, prinsip) dan praktik
yang sudah diterima oleh umum karena kegunaannya dan kelogisannya. Standar itu
disebut standar akuntansi, di indonesia berlaku Prinsip Akuntansi Indonesia kemudian
diganti menjadi standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia kemudian menjadi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sedangkan di USA berlaku General
Accepted Accounting Principle (GAAP), kemudian Accounting Principle Board
Statement (APBS). Dan terakhir menjadi FASB Statement. SAK merupakan pedoman
bagi siapa saja dalam menyusun laporan keuangan yang akan diterima oleh umum.

Standar Akuntansi mencangkup konvensi, praturan, dan prosedur yang sudah disusun dan
disahkan oleh lembaga resmi (Standard Setting Body) pada saat tertentu. Standar ini
merupkan konsensus pada kala itu tentang pencatatan sumber-sumber ekonomi,
kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perubahannya dalam bentuk laporan keuangan,
Dalam keadaan ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat; bagaimana mencatatnya,
dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang akan disajikan.

Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakaian
laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, mekanisme
penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikn
kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar
akuntansi ini akan terus-menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangan dan
tuntutan masyarakat.

Belkaoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang relevan


sebagai berikut :

78
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, prestasi, dan kegiatan
perusahaan, Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi lazim diharapkan
mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya, dan dapat diperbandingkan.
2. Memberikan pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntsan publik agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan hti-hati. Independen, dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah melalui
pemeriksaan akuntan. Setelah melalui pemeriksaan akuntan.
3. Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahan, perencanaan dan
penganturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan tujuan-tujuan makro
lainnya.
4. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi,
Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin
bergairah untuk berdebat, berpolemik, dan melakukan penelitian.
Dalam penyusunan standar akuntansi ini ada tiga kemungkinan:
a. Diserahkan sepenuhnya kepada kekuatan atau mekanisme pasar
b. Diserahkan kepada swasta/profesi;atau
c. Diserahkan kepada pemerintah.

Standar akuntansi saat ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang diakui
pemerintah, profesi dan umum. Kalau di Indonesia yang berwenang menyusun ini
adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berda dibawah naungan IAI (Ikatan
Akuntansi Indonesia). Dewan Standar Akuntansi menyerahkan hasil kerjanya kepada
Komite Pensahan Standar Akuntansi Indonesia dan akhirnya akan ditetapkan dan
disahkan dalam kongres IAI. Semetara itu, di USA sekarang lembaga yang
berwenang mensahkan standar akuntansi (Standar Setting Body) adalah profesi secara
langsung. Namun, pada mulanya standar akuntansi dilahirkan oleh AICPA. FASB
mengeluarkan Statement of Financial Accounting Standar dan Interpretation bersama
dengan Accounting Research Bulletin yang dikeluarkan oleh AICPA. Selengkapnya,
Stevin Rubin (1984) menjelaskan sumber GAAP dalam bentuk rumah sebagai berikut
:

79
1. Dasar Dasar GAAP disebutkan going concern,subtance over
form,neutrality,accrual basis,conservatism,materiality.
2. Lantai I
a. FASB Statement
b. FASB Interpretations
c. APB Opinions
d. ARS Bulletins yang dikeluarkan AICPA
3. Lantai II
a. AICPA Industry Audit Guides
b. AICPA Industry Accounting Guides
c. AICPA Statement of Position
4. Lantai III
a. ASB Techanical Bulletins
b. AICPA Accounting Interpretation
c. Praktik industri yang lazim
5. Lantai IV
a. APB Statement
b. Makalah yang dikeluarkan AICPA
c. Pendapat-pendapat organisasi profesi
d. FASB Concepts Statement
e. Buku-buku teks
f. Artikel-artikel para ahli tentang akuntansi

B. Hubungan Standart Akuntansi dengan Perangkat Peraturan Lainya


Profesi akuntansi mempunyai kaitan yang erqt denagn FASB atau SFAS ini karena diatur
dalam kode etik maupun GAAP. Dalam kode etik AICPA disbut sebagai berikut :
1. Rule 203 “ Setiap akuntan tidak dibenarkan mengeluarkan pendapat bahwa laporan
keuangan adalah wajar sesuai dengan GAAP jika laporan tersebut tidak sesuai dengan
FASB Statement atau Interpretation, atau APB Opening atau ARS Bulletin, kecuali
jika akuntan yang bersangkutan dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakannya
dapat menimbulkan salah pengertian.”
2. Rule 204 “Akuntan harus menjelaskan alasan untuk tidak menggunakan pedoman
FASB yang berkaitan dengan penggungkapan informasi di luar laporan keuangan
80
yang dipublisir seperti data tambahan untuk menyesuaikan pengaruh inflasi dalam
laporan keuangan.” Hubungan standar Akuntansi Keuangan Indonesia dengan Norma
Pemeriksaan Akuntansi (Penyertaan Standar Auditing) disebutkan dalam norma
pelaporan yang pertama dengan bunyi sebagai berikut: Laporan akuntan harus
menyertakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Prinsip
Akuntansi Keuangan Indonesia.

Dalam nada yang sama GAAP yang berlaku di USA menjelaskan hubungan yang erat itu
sebagai berikut:

a. The report shall state whether the financial statement are presented in accordance
with general accpted principle of accounting.
b. Hubungan FASBdenagn Securty Exchange Commission (SEC) juga sangat erat. Hal
ini terbukti dari SEC Accounting Relese No.150 yang dikelurkan tahun 1973 yang
menyatakan sebagai berikut.
c. Prinsip, standar, dan praktik yang dikeluarkan oleh FASB dianggap oleh SEC sebagai
prinsip yang didukung dan hal yang bertentangan dengan FASB dianggap tidak
didukung
d. SEC juga menambah bahwa SEC akan terus-menerus mencari dan merumuskan
informasi yang ada yang diperluka oleh investor dan juga metode pengungkapannya
untuk memenuhi keinginan tadi.

Standar akuntansi (GAAP) diperlukan untuk lembaga sebagai berikut :

1. GAAP untuk lembaga pemerintahan


2. GAAP untuk organisasi sosial yang tidak bertujuan mencari laba (nirlaba)
3. GAAP untuk perusahaan komersial

Penyusunan standar akuntansi (GAAP) ini adalah wewenang Financial Accounting


Foundation (FAF) yang mempunyai dua buah dewan sebagi berikut :

1. Govermental Accounting Standar Board (GASB) yang didirikan tahun 1984 sebagai
lanjutan dari National Council on Govermental Accounting. Dewan ini menyusun
standar akuntansi untuk lembaga pemerintah.

81
2. Financial Accounting Standard Board (FABS) yang didirakan tahun 1973 yang
merupakan kelanjutan dari Accounting Principle Board. Dewan inilah yang
menyusun dan mengeluarkan standar akuntansi dalam bentuk FASB Statement dan
Interpretstion.

C. Penyusun Standart Akuntansi di USA


Adapun pihak yang ikut serta menyusun standar akuntansi di Amerika adalah:
1. Kantor Akuntan Besar yang dikenal dengan “Big 8”
2. American Institute of Centified Publik Accounting (AICPA) - Akuntan Publik.
3. Financial Accounting Standard Board (FASB) - Lembaga Penyusun standar
akuntansi.
4. Govermental Accounting Standar Board (GASB) - Lembaga penyusunan standar
akuntansi untuk Pemerintah.
5. Securities and Exhange Commision (SEC) – Badan Pengawas Pasar Modal.
6. American Accounting Association (AAA) - Organisasi Akademik.
7. Financial Executives Institute (FEI) - Para eksekutif keuangan.
8. The Institute of Management Accounting dahulu namanya National Association of
accountan (NAA) – Organisasi Akuntan Manajemen.
9. Dan lain-lain.

D. Perumusan Standart Akuntansi Di Amerika Serikat


Di AS tidak ada persyaratan hukum yang mewajibkan publikasi laporan keuangan
periodik yang telah diaudit kecuali ketentuan lembaga legulator misalnya SEC. AS
menyukai regulasi akuntansi yang mendetai. Praktik akuntansi keuangan di AS
menekankan pada segmentasi dan spesialisasi. Dalam penyususnan standar akuntansi
keuangan AS sangat berpegang pada kerangka teoritis konseptual yang diterapkan FASB
swbagai berikut:
1. Tujuan Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan yang bertujuan mencari laba yang
diterbitkan November 1978.
2. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi yang diterbitkan Mei 1980 kemudian
direvisi denagn Statement Nomor 6, Desember 1980.
3. Tujuan Pelaporan Keuangan Organisasi Nonprofit diterbitkan Desember 1980.

82
4. Pengakuan dan Pengukuran Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis diterbitkan
Desember 1984.
5. Elemen-elemen Laporan keuangan yang diterbitkn pada Desember 1985.

FASB mempunyai tujuan anggita full time, yaitu tiga orang berasal dari praktisi
akuntansi profesional (CPA), dua orang anggota dari industri dan masingmasing satu dari
akademik dan pemerintah. Anggota-anggota dewan harus memutuskan semua ikatan
ekonomi dan organisasi dengan tempat kerja atau kepemilikan sebelumnya. Fungsi FSBA
dijelaskan secar jelas dalam mission statementnya, yaitu untuk membentuk dan
mengembangkan standar-standar akuntansi dan pelaporan keuangan sebagi pedoman dan
pendidikan bagi publik, termasuk penerbit laporan keuangan, auditor, dan pemakai
laporan keuangan. FASB juga membentuk konsep-konsep akuntansi yang luas serta
standar-standar bagi pelaporan keuangan selain itu juga menyediakan pedoman mengenai
implementasi standar-standar tersebut. Umumnya karena harus melewati begitu banyak
prosedur, perlu dua tahun atau lebih untuk membentuk standar akuntansi dan akhirnya
menerbitkan standar akuntansi keuangn yang baru. Standar akuntansi yang diterima
umum (GAAP) adalah jumlah total dari semua standar, aturan dan regulasi akuntansi
keuangann yang harus diperhatikan dalam menyiapkan laporan keuangan yang dapat
diterima oleh SEC. Statements of financial Accounting Standards (SFAS) merupakan
komponen utama dari GAAP.

E. Pengukuran Standart Akuntansi di Amerika Serikat


Konsep pengukuran yang dianut oleh kabanyakan perusahan-perusahaan di amerika
adalah menggunakan penggukuran biaya historis. Seiring dengan perluasan konsep
akrual, batas-batas pengukuran biaya transaksi diterobos dengan teknik-teknik present
value yang digunakan untuk mengukur piutang dan utang jangka panjang, ketika
kewajiban kontijensi tertentu diakui atau ketika manfaat-manfaat pasca dari karyawan
dicatat. Keciali jika terbukti menunjukkan kondisi sebaliknya, di mana pengukuran
akuntansi di Amerika mengasumsikan bahwa entitas bisnis akan melangsungkan
usahanya (going concern), terus beroprasi sampai kapan pun. Pengukuran berbasis akrual
dan dan aturan pengakuan transaksi sangat tergantung pada konsep pencocokan
(matching concept). Terdapat juga aturan konsistensi yang mengharuskan keseragaman

83
perlakuan akuntansi atas item-item yang sama dalam tiap periode akuntansi dan dari satu
periode ke periode berikutnya. Jika terjadi perubahan dalam praktik atau prosedur,
diwajibkan untuk menyajikan pengungkapan atas perubahan dan efeknya atas laporan
keuangan.

Salah satu yang unik bagi USA adalah jika metode LIFO digunakan bagi tujuan pajak
federal, juga harus digunakan tujuan laporan keuangan. Jika “cadangan” LIFO material,
harus diberi catatan atas laporan keuangan. Upward valuation dari aset-aset jangka
panjang tidak boleh diestimasi untuk kegunaan-ekonomis denagn menentukan lamanya
periode depresiasi dan amortisasi. Biaya R&D tidak dikapitalisasi (menurut SFAS No. 2),
diterapkan dalam pengakuan biaya pengembangan sofware. Goodwill dicatat sebagai aset
dan diamortisasikan selama periode tidak melebihi 40 tahun. Aturan-aturan pengukuran
dengan asumsi-asumsi aktuarial harus dibuat dan metode-metode biaya yang digunakan
harus ditentukan, kontijensi dicatat jika dapat diidentifikasikan dan dapat diukur.
Deffered credit method diwajibkan dalam mengakui alokasi pajak konperhensif sampai
tahun 1991 dan setelah itu diganti dengan sebutan liability method dari SFAS No. 96.

Ekuitas pemilik berdasarkan kontribusi modal dan laba ditambah (yaitu semua laba/rugi
sejak perusahaan didirikan, dikurangi distribusi deviden atau penarikan oleh pemilik dan
prior period adjusments). Kontrak kontruksi dapat diukur dengan completed-contracts
method atau percentage-of-completion method. Metode poolingof-interest menjadi
batasan ketaatan (compliance), karean sebagian penggabungan bisnis dicatat dengan
purchase method. Distribusi saham kepemilikan diukur pada nilai pasar saham pada saat
distribusi yang merupakan aturan mengikat bagi perusahaan. Mengenai efek perubahan
harga, APB merekomendasikan penyajian sesuai tingkat harga umum(tahun 1969), SEC
mewajibkan perusahan-perusahaan melampirkan data current-cost tertentu sebagai
pelengkap (tahun 1976), kemudian FASB mengeluarkan SFAS No. 33: mewajibkan
sekitar 1000 perusahan besar USA melaporkan efek perubahan harga, yang kemudian
peraturan ini dibekukan, Menyebabkan pengukuran efek perubahan tingkat harga tidak
lagi dilaporkan ke publik sejak tahun 1985. Krisis industri simpan-pinjam selama dekade
1980-an terdapat berbagai usulan terutama SEC yang mendesak pemakaian pengukuran
mark to market bagi aset yang disimpan dalam fortofolio bank, karean selama masa resesi
atau depresi akan mengurangi nilai aset jangka panjang tertentu.

84
F. Penyusunan Metode Standart Akuntansi di Inggris
United Kingdom (UK), Britania Raya, dan Irlandia Utara terdiri dari empat negara
bagian, yaitu: Inggris,Skotlandia,Wales,dan Irlandia Utara. Walaupun UK memiliki
sistem hukum dan kebijakan moneter dan fiscal yang terpadu,beberapa perbedaan tetap
diantara keempat negara tersebut masih selalu saja ada. Situasi perkembangan akuntansi
di UK sama uniknya dengan situasi aturan hukum nasional lainnya. Ketentuan hukum
dilaksanakan secara fleksibel dan diterapkan kasus per kasus. Dalam lingkungan
akuntansi sebagai tambahan aturan umum maka dikeluarkan rekomendasi akuntansi
tambahan yang dibuat melaluiorganisasi atau lembaga atau jalur professional.
Rekomendasi professional hanya mengikat anggota badan profesi yang mengikuti
rekomendasi tersebut jadi tidak berlaku wajib secara keseluruhan. Perusahaan yang
didirikan di UK diatur oleh undang-undang yang bernama Companies Acts. Companies
Acts 1948 selanjutnya diamandemen secara mendasar pada tahun 1967,1976,1980 dan
1981,1985 dan 1989.

Badan-badan akuntansi utama di UK adalah:


1. The Institute of chartered accountans in England and wales
2. The institute of chartered accountants of Ireland
3. The institute of chartered accountants of scotlands;
4. The association of certified chartered accountants (ACCA)
5. The institute of cost and management accountant
6. The chartered institute of public finance and accountancy.

Selama bertahun-tahun banyak proposal yang dibuat masing-masing organisasi,tetapi


tidak terkoordinasi sehingga harmonisasi tidak terjadi,oleh karena itu, profesi akuntan di
UK menjadi terpecah dan dibentuklah Consulative Committee yang didirikan pada tahun
1970. Keenam organisasi ini dihubungkan secara individual maupun bersama-sama oleh
Consulative Committee of Accountancy Bodies ini. Sampai tahun 1990, komite ini
mengarahkan aktivitas penyusunan standar akuntansi dan memiliki hak veto atas standar
keuangan yang diusulkan. Sekarang komite ini bertugas membantu profesi akuntansi
memberikan pengarahan kepada berbagai lembaga pemerintah mengenai isu-isu yang
berhubungan dengan perpajakan, undang-undang perusahaan dan membahas berbagai
usulan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Di UK perusahaan bentuk PT yang dimiliki
85
oleh pribadi atau swasta dan public diakui. Semua perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas harus diaudit oleh akuntan independen setiap tahun dan anggota dari empat
badan akuntansi sector swasta pertama di atas diberi wewenang untuk melakukan audit.

Konsep dan praktik akuntansi Inggris ini telah memengaruhi akuntansi secara global
terutama terhadap negara-negara bekas jajahan Inggris, misalnya akuntansi di Australia,
Kanada, serta negara persemakmuran lainnya seperti Kenya,India,Hong Kong,Selandia
Baru,Singapura,dan Afrika Selatan. Memang tidak persis sama, tetapi banyak
pengaruhnya terhadap sistem akuntansi di negara yang bersangkutan. Hal ini bahkan
menimbulkan munculnya model akuntansi Inggris.

Hanya ada dua sumber standar akuntansi di UK, yaitu company act dan standar profesi
akuntansi. Lima prinsip akuntansi dasar yang tercantum langsung dalam peruandang-
undangan adalah sebagai berikut:

1. Matching concept dan beban berdasarkan accrual basis.


2. Penilaian akun aktiva dan kewajiban individual secara terpisah dalam masingmasing
asset dan kewajiban.
3. Penerapan prinsip-prinsip konservatisme, terutama dalam pengakuan realisasi laba
dan semua kewajiban dan kerugian yang diketahui.
4. Kewajiban penerapan kebijakan-kebijakan akuntansi secara konsisten dari tahun ke
tahun.
5. Anggapan bahwa prinsip kelangsungan usaha dapat diterapkan pada entitas yang
bersangkutan

Undang-undang perusahaan di UK sampai dengan tahun 1989 telah mengimplikasikan


semua directive (peraturan) EC yang berhubungan dengan akuntansi. Agak mirip dengan
perkembangan yang terjadi di Amerika, di UK juga berkembang mulai dari status
rekomendasi awal prinsip akuntansi sampai ke pembentukan Accounting Standard
Steering Committee (ASSC) pada tahun 1970. Atas usul Steering Committee, maka
komite ini kemudian diberi nama baru Accounting Standard Board (ASB) tahun 1990.
Selama masa itu badan ini telah banyak mengeluarkan Statmentt os Standard Accounting
Practise (SSAPs) dan Statement of Recommended Practise (SORPs) SORPs dikeluarkan
dalam dua kategori, yaitu kategori umum,keputusan tahun 1986 berjudul Pension Scheme
Account. Dan kategori khusus,keputusan yang dikeluarkan pada tahun 1986, yaitu
86
Disclosure about Oil dan Gas Exploration and Production Activies. Sampai pada tahun
1990, penerbitan standar akuntansi sulit dilakukan di UK karena ASSC dan ASB berada
di bawah Consulative Committee of Accountancy Bodies tadi.

Dalam pembentukan ASB masing-masing organisasi tersebut menominasikan anggota-


anggota ASC ditambah wakil dari konsumen laporan keuangan. Setiap produk ASC harus
mendapat persetujuan dari Consultative Committee, sebelum ASB mengeluarkan SSAP.
Dengan kata lain, masing-masing dadan akuntansi diatas memiliki hak veto penuh
terhadap penyusunan standar akuntansi keuangan. Dewan ini memiliki seorang
ketua,seorang direktur teknis yang bekerja full time, dan tujuh anggota part-time. ASB
diberi wewenang untuk mengeluarkan standar akuntansi. ASB beroperasi mirip dengan
pendahulunya, AASC dan FASB di Amerika. Beberapa perbedaan standar akuntansi
yang umum di Amerika dengan di UK dapat dijelaskan sebagai berikut. Pengukuran
akuntansi di UK hampir sama dengan pengukuran akuntansi di Amerika, namun ada juga
beberapa perbedaan. Perbedaan paling penting adalah bahwa di UK dimungkinkan untuk
menilai semua asset berdasarkan biaya historis, cureent cost maupun campuran dari
kedua sistem pengukuran tersebut. Revaluasi tanah dan bangunan berdasarkan harga
pasar juga diperbolehkan. Beban depresiasi dan amortisasi harus sesuai dengan basis

pengukuran yang digunakan untuk asset yang bersangkutan. Dalam pengukuran


persediaan, metode the lower of cost or net realizable value digunakan secara luas.
Penilaian LIFO tidak diperbolehkan oleh SSAP No. 9 atau untuk tujuan pajak. Merger
dan oposisi diperlakukan secara unik di UK. Misalnya, jika perusahaan pembeli
mendapatkan 90% atau lebih saham perusahaan lain, perusahaan tersebut boleh mencatat
kepemilikan tersebut pada nilai nominal saham yang dikeluarkan untuk tujuan akuisisi.
Metode pooling of interest jarang dipergunakan dan goodwill hasil pembelian biasanya
langsung dihapuskan. SSAP yang telah dikeluarkan di Inggris dapat dilihat dalam
lampiran di bab ini.

G. Perubahan Akuntansi Yang Memengaruhi Konsistensi


Perubahan dalam prinsip akuntansi

87
Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi karena adanya pemakaian suatu prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam suatu periode berbeda dengan yang
digunakan dalam periode sebelumnya. Istilah prinsip akuntansi meliputi, misalnya suatu
perubahan dari metode depresiasi garis lurus (straight line method) menjadi metode
double declining. Standar konsistensi harus dapat diterapkan untuk jenis perubahan ini
dan perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. Bagi auditor keadaan ini harus
dilaporkan melalui penambahan paragraph penjelasan yang dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Perubahan ini dapat berupa: perubahan entitas,taksiran atau prinsip.

Perubahan dalam entitas


Karena perubahan dalam entitas yang membuat laporan merupakan bentuk khusus
perubahan dalam prinsip akuntansi, standar konsistensi juga berlaku. Dalam standar
pengungkapan,perubahan dalam entitas dari penyaji laporan harus dinyatakan dalam
laporan keuangan yang meliputi:
a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai pengganti laporan
keuangan masing-masing perusahaan
b. Perubahan anak perusahaan tertentu yang merupakan anggota grup perusahaan yang
termasuk dalam laporan keuangan konsolidasian
c. Perubahan perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan gabungan
d. Perubahan diantara metode-metode akuntansi: metode kos (cost method),metode
ekuitas (equity method), dan metode konsolidasian untuk anak perusahaan atau
investasi lainnya dalam bentuk saham biasa.

Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan (pooling of interests)

Jika perusahaan telah melakukan penggabungan yang dipertanggungjawabkan dengan


metode penggabungan kepentingan (pooling of interest), dampak penyatuan kepentingan
harus ditunjukkan dalam penyajian posisi keuangan, hasil usaha, arus kas, serta data
keuangan historis lain bisnis yang melanjutkan usaha untuk tahun terlaksananya
penggabungan tersebut, dan dalam laporan keuangan komparatif untuk tahun-tahun
sebelum terlaksanannya penggabungan kepentingan tersebut. Jika laporan keuangan
tahun-tahun sebelum penggabungan tidak dinyatakan kembali untuk mengakui adanya
penggabungan kepentingan tersebut,laporan keuangan komparatif tidak disajikan secara

88
konsisten, dalam hal ini, ketidakkonsistenan timbul sebagai akibat suatu perubahan
prinisp akuntansi dalam tahun sekarang, namun bukan karena ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam tahun-tahun sebelumnya. Ketidakkonsistenan ini
harus diungkapkan oleh auditor harus menambah paragraph penjelasan dalam
laporannya. Sebagai tambahan, dengan tidak diakuinya penyatuan kepentingan dalam
laporan keuangan komparatif, berarti terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.

Jika laporan keuangan satu tahun saja disajikan dalam tahun selesainya
penggabungan,catatan atas laporan keuangan harus mengungkapkan dengan lengkap
transaksi penggabungan kepentingan yang terjadi dan menyatakan pendapat
(revenues),unsur-unsur luar biasa, dan laba bersih masing-masing perusahaan yang
digabungkan untuk tahun sebelumnya dalam bentuk gabungan. Tidak diungkapkannya
transaksi penggabungan kepentingan dan dampaknya atas tahun sebelumnya
mengharuskan auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian karena
kurangnya pengungkapan dan dapat menyebabkan auditor menambah paragraph
penjelasan dalam laporannya karena ketidakkonsistenan. Untuk tujuan penerapan standar
konsistensi, suatu perubahan dalam entitas yang membuat laporan dipandang tidak terjadi
pada pembentukan,penghentian,pembeian, atau pelepasan suatu anak perusahaan atau
unit usaha lainnya.

Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip

Perubahan suatu prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum ke suatu prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, termasuk koreksi kesalahan dalam pennerapan suatu
prinsip keadaan ini merupakan suatu koreksi kesalahan. Walaupun bentuk perubahan
prinsip akuntansi ini harus dipertanggungjawabkan sebagai koreksi kesalahan, namun
perubahan ini harus dikemukakandalam laporan keuangan. Oleh auditor harus dijelaskan
melalui penambahan paragraph penjelasan.

Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip

89
Perubahan suatu prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum ke suatu prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, termasuk koreksi kesalahan dalam pennerapan suatu
prinsip keadaan ini merupakan suatu koreksi kesalahan. Walaupun bentuk perubahan
prinsip akuntansi ini harus dipertanggungjawabkan sebagai koreksi kesalahan, namun
perubahan ini harus dikemukakandalam laporan keuangan. Oleh auditor harus dijelaskan
melalui penambahan paragraph penjelasan.

Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam
estimasi akuntansi

Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi mungkin tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
perubahan dalam estimasi akuntansi. Walaupun perlukan akuntansi untuk perubahan
semacam itu sama dengan perlakuan akuntansi untuk perubahan yang hanya menyangkut
estimasi akuntansi, di dalamnya tersangkut pula perubahan dalam prinsip akuntansi. Oleh
karena itu, perubahan semacam ini harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui
penambahan paragraph penjelasan.

Perubahan dalam penyajian arus kas

Untuk kepentingan penyajian arus kas,prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
menyatakan berikut ini: “Suatu perusahaan harus mengungkapkan kebijakannya dalam
menentukan unsur-unsur yang diperlakukan setara kas (cash equivalents).” Suatu
perubahan dalam kebijakan ini merupakan perubahan dalam prinsip akuntansi yang harus
diperhitungkan dampaknya, dengan menyatakan kembali laporan arus kas tahun
sebelumnya, yang disajikan dalam bentuk laporan arus kas komparatif. Oleh karena itu,
perubahan semacam ini harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan
paragraph penjelasan.

90
BAB 7

KONSEP LABA

A. Pengantar
Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi,
hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu
adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan, tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba,
penentuan kebijakan investasi, pembayaran pajak, zakat, bonus, dan pembagian hasil.
Karena pentingnya masalah ini, dalam dunia bisnis kita juga mengenal pengukuran laba
yang dilakukan oleh profesi lain, misalnya fiskus atau perpajakan, pemegang saham,
analis keuangan, pengusaha, ekonom, bahkan siapa pun yang bergerak dalam dunia bisnis
termasuk ibu-ibu yang melakukan bisnis di pasar, di kampung pasti memiliki ide ataua
pendapat tentang perhitungan laba. Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti
memiliki alasan ekonomis mengapa ia terus melakukan bisnis. Biasanya alasan
tradisional itu adalah untuk mendapatkan laba. Oleh karena itu, si pelaku bisnis itu sendiri
pasti memiliki pandangan tentang apa yang dimaksudkannya sebagai laba dan bagaimana
menentukan laba tersebut. Seorang ibu yang menjual sayur di pasaran mungkin
menganggap bahwa ia telah mendapatkan laba jika uang yang ada di tangannya lebih
besar daripada uang yang dibawanya tadi pagi sewaktu memulai kegiatan pembelian
barang yang dijual. Kemungkinan besar ia tidak memperhitungkan saldo persediaan,
biaya pribadinya, dan upah tenaga kerjanya. Seorang pengusaha lainnya bisa saja
menganggap bahwa laba perusahaannya adalah penjualan dikurangi seluruh biaya
dikunvestasi baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Dan tentu banyak
lagi pandangan dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba ini, namun yang
sampai menjadi pembahasan adalah:
91
1. laba menurut ilmu ekonomi
2. laba menurut fiskus (petugas pajak); gaano
3. laba menurut akuntansi
4. laba menurut perhitungan zakat.

Perbedaan itu disebabkan berbagai alasan antara lain karena:

1. benda atau produk dan jasa yang akan dinilai (biaya historis, biaya ganti, biaya
realisasi, present value
2. unit ukur (bisa unit ukur uang atau ukuran kemampuan tenaga beli).

Berdasarkan perbedaan pandangan dan alasan di atas muncullah berbagai polemik atau
perbedaan persepsi tentang laba ini.

Sebelum kita masuk dalam pembahasan konsep laba, berikut ini penulis akan
mengemukakan sebuah polemik yang dimuat dalam surat pembaca Tempo 9 Desember
1989 antara penulis dengan Kwik Kian Gie yang menyangkut perbedaan persepsi tentang
konsep laba. Berikut ini adalah polemik tersebut. Semula menurut hasil wawancara
Tempo dengan Kwik Kian Gie yang dimuat Tempo edisi 25 November 1989 di rubrik
Ekonomi & Bisnis dengan judul "Tidak Cukup dengan Iktikad Baik," memuat tanggapan
beliau tentang posisi AGIO SAHAM. Beliau berpendapat bahwa agio saham adalah laba
karena empat alasan pokok. Alasan Kwik dan jawaban saya dikemukakan seperti di
bawah ini :

1. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungan di


kemudian hari. Jawaban penulis: Alasan ini tidak mudah untuk menopang pendapat
agio sebagai lap Penulis berpendapat agio bukan diminta. Agio muncul dari per daan
harga jual saham dengan harga nominal yang telah di investor. Tentu setelah
mempertimbangkan secara rasional ia mau membeli saham tersebut. Alasan
membagikan keuntungan di kemudian hari juga tidak dapat menguatkan bahwa agio
adalah laba. Pembagian keuntungan sebenarnya bukan didasarkan pada agio atau pos
lain di luar laba, baik laba ditahan maupun laba tahun berjalan. “Membagikan
keuntungan” mempunyai arti bahwa yang dibagi adalah untung (laba) bukan yang
lain. Dan bagian tersebut diberikan berupa kas, saham, atau aktiva jenis lainnya.
2. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara terpisah
karena agio bukan modal saham. Jawaban Penulis: Pencantuman agio saham secara
terpisah dari perkiraan modal saham berarti setiap pos yang dipisahkan dari modal
92
otomatis dianggap sebagai laba. Pemisahan itu ditujukan untuk melaksanakan prinsip
full disclosure. Agio saham merupakan unsur modal setor (paid in capital) yang
terdiri dari modal saham nominal ditambah dengan agio saham tadi. Informasi
tentang nilai nominal itu sangat perlu bagi investor dan analis. Hal yang benar adalah
standar akuntansi secaraketat haqqul yakin menganggap agio bukan laba.
3. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari agio saham.
Jawaban Penulis: Dividen adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik perusahaan.
Pembagian dividen ini didasarkan pada laba, baik laba ditahan maupun laba tahun
berjalan. Secara teoretis tanpa laba tidak akan ada dividen. Namun, di Indonesia
sering terjadi dividen sudah terjamin, kendatipun perhitungan laba rugi perusahaan
belum final. Atau mungkin didasarkan pada laporan interim. Ini terjadi karena praktik
pasar modal kita masih belum sepenuhnya diatur pasar.
4. Agio boleh langsung dikantongi emiten. Jawaban Penulis: Agio bisa langsung
dikantongi emiten adalah benar, namun jika karena dikantongi lalu dianggap sebagai
laba, ini alasan yang sangat absurd. Laba tidak sama dengan “penerimaan kas." Kalau
Kwik menganggap setiap yang dikantongi perusahaan adalah laba, yang paling
senang adalah fiskus karena pemasukan pajak akan sangat deras. Pengertian laba
yang paling diterima umum menurut penulis adalah laba menurut akuntansi. Konsep
laba itu macam-macam. Laba menurut pajak, menurut teori ekonomi, menurut petani,
menurut manajemen, menurut pemilik, dan sebagainya. Bahkan dalam akuntansi
sendiri konsep laba itu bervariasi. Ada konsep laba menurut Historical Cost
Accounting, seperti yang berlaku sekarang ini. Ada yang menurut Current Value
Accounting, Net Realizable Accounting, Fair Value Accounting, dan lain-lain.
Menurut akuntansi, laba berasal dari kelebihan antara penghasilan dan biaya.
Penghasilan adalah kenaikan aktiva atau penurunan aktiva atau penurunan kewajiban
akibat penjualan barang atau jasa perusahaan. Sementara itu, biaya adalah penurunan
aktiva atau kenaikan kewajiban akibat aktivitas produksi (pembelian, penjualan
barang atau jasa perusahaan). Laba rugi adalah penghasilan dikurangi biaya, di mana
definisi penghasilan dan biaya diatur oleh standar akuntansi.

Dari definisi ini, akuntansi menganggap bahwa agio sebagai unsur harga saham
bukan laba. Itu hanya penerimaan kas, tidak setiap penerimaan kas menjadi laba,
kendati untuk mengakui laba harus ada penerimaan kas. Untuk menghitung laba
masing-masing, orang dapat menentukan rumus perhitungan laba tersendiri. Petani
93
misalnya, jika ditanya berapa laba (hasil/pendapatannya) tahun ini mungkin ia jawab
sejumlah panen yang diterimanya tanpa menghitung biaya-biaya yang sudah
dikeluarkannya, baik melalui pengeluaran kas maupun tenaga kerja yang
digunakannya sendiri. Demikian juga “pedagang” yang berjualan di pasar tradisional,
jika ditanya berapa labanya hari ini, mungkin ia akan menjawab sebesar uang yang
diterimanya hari ini dikurangi uang yang ia bawa tadi pagi. Dan banyak lagi contoh
yang cara perhitungan labanya berbeda.

Kenapa perlu diketahui jumlah laba ini? Laba ini merupakan informasi penting dalam
suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk :
1. perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima
negara
2. menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan
dalam perusahaan
3. menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan
keputusan
4. menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan dating
5. menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi
6. menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan/divisi
7. perhitungan zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada Tuhannya
melalui pembayaran zakat kepada masyarakat.

B. Laba Ekonomi
Para ahli ekonomilah sebenarnya yang memulai membahas masalah konsep laba ini,
kemudian profesi akuntan mengikutinya. Adam Smith menjelaskan bahwa income adalah
kenaikan dalam kekayaan. Pengertian ini diikuti oleh Marshall dan kawan-kawan dan
dihubungkannya dalam konsep praktik bisnis. Mereka membedakan modal tetap dengan
modal kerja, modal fisik, dan laba, dan menekankan pada realisasi sebagai pengakuan
laba. Von Bohm Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan pendapat bahwa
laba bukan saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba nonmoneter. Kemudian pada
awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup
tiga tahap, yaitu sebagai berikut :
94
1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya
memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat
diukur.
2. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah “biaya
hidup” (cost of living). Dengan perkataan lain, kepuasan timbul karena kesenangan
fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang
dilakukanuntuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksud kan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, money income lebih
dekat pada pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba
sebagai interest, yaitu merupakan penghargaan yang terus-menerus terhadap barang
modal sepanjang waktu. Perbedaan antara interest dengan konsumsi yang diharapkan
pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai
konsumsi ditambah saving. Hick mengembangkan teori Fischer dan Lindahl tentang
economic income. Ia mendefinisikan personal income sebagai: Jumlah yang paling
tinggi yang dapat dikonsumsikan seseorang selama seminggu dan dia masih
mengharapkan seperti itu pada akhir minggu sebagaimana keadaannya pada awalnya.
Definisi dapat disederhanakan menjadi: Jumlah maksimum yang dapat
dikonsumsikan pada periode tertentu dan dia masih tetap mempertahankan modalnya
tidak berkurang sebagaimana saldo di awal.

Konsep Capital Maintenance


Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih
ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang telah tertutupi (cost
recovery) atau pengembalian modal return of capital. Konsep ini dapat dinyatakan
baik dalam ukuran uang (units of money) yang disebut financial capital atau dalam
ukuran tenaga beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
Berdasarkan kedua konsep ini, konsep capital maintenance menghasilkan empat
konsep sebagai berikut (Belkaoui, 1985).

Financial Capital
1. Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang.
Menurut konsep ini modal yang ditanamkan oleh pemilik tetap terpelihara. Laba
95
menurut konsep ini adalah perubahan net asset dengan menyesuaikan transaksi
modal yang dijabarkan dalam ukuran uang. Konsep ini sama dengan konsep yang
dianut dalam akuntansi kon vensional.
2. General Purchasing Power Money Maintenance, yaitu financial capital yang
diukur menurut tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini, tenaga beli dari
modal yang diinvestasikan pemilik tetap dipertahankan sehingga menurut konsep
ini laba adalah perubahan net asset setelah disesuaikan transaksi modal yang
diukur dengan tenaga beli yang sama. Konsep ini sama dengan GPLA (General
Price Level Adjusted)

Historical Cost Accounting.

1. Physical Capacity
a. Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang diukurmenurut
konsep uang.
Menurut konsep ini, kapasitas produksi perusahaan dipertahankan, kapasitas
produksi dapat diartikan sebagai kapasitas fisik, kapasitas untuk berproduksi,
(volume) barang dan jasa yang sama dan kapasitas/memproduksi nilai barang
dan jasa yang sama. Konsep ini sama dengan Current Value Accounting.

Current Value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan lima metode :


1. Capitalization atau Present Value Method, yaitu jumlah bersih dari arus
kas (kas masuk - kas keluar) yang diharapkan diterima selama umur
ekonominya yang didiskontokan pada saat sekarang. Untuk menghitung
ini perlu diketahui :
a. arus kas yang diharapkan dari penggunaan/penjualan aset tersebut
b. jangka waktu arus kas tersebut
c. jumlah sisa umur aktiva tersebut, and
d. discount rate (tingkat diskonto).
2. Current Entry Price, yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan
untuk mendapatkan aktiva yang sejenis atau yang sama. Istilah yang sering
ada adalah sebagai berikut :

96
a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk
mendapatkan aset yang serupa yang memiliki umur pemakaian yang
sama di pasaran barang bekas.
b. Reproduction Cost adalah jumlah kas atau aktiva yang diperlukan
untuk mendapatkan aset yang persis sama dengan aktiva yang ada
sekarang (aset yang baru).
c. Current Exit Price (net realizable value)
Current Exit Price adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang
dianggap lunas apabila aset tersebut dijual. Umumnya nilai ini
bermakna: 2, harga penjualan yang ada dalam keadaan pasar bebas
bukan harga yang timbul karena terpaksa
d. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance, yaitu
physical capital yang diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur
dalam unit tenaga beli yang sama dipertahankan. Konsep yang serupa
dengan ini adalah GPLA Current Value Accounting.

C. Laba Akuntansi dan Money Income


Money income berbeda dengan Accounting Income. Accounting Income adalah
perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi. perusahaan pada
periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan iru. Vernon Kam (1986) menggunakan istilah business income yang berarti
kelebihan dari harga akhir yang dibayar individu dan lembaga lain atas output perusahaan
di atas biaya yang dikeluarkannya. Penghitungan income atau profit ini sangat sederhana
jika transaksi itu completed atau sempurna, tidak ada saldo piutang, sisa persediaan atau
aktiva tetap. Semua terjual dan menjadi kas. Untuk kasus seperti ini, laba adalah jumlah
kas yang ada setelah semua dikonversikan ke kas pada akhir periode dikurangi dengan
jumlah kas (modal awal) pada awal periode. Kalau hasil penjualan barang dan sebagainya
Rp15.000,00 sedangkan modal awal adalah Rp10.000,00, laba bisnis adalah Rp5.000,00.

97
Namun, dalam kenyataannya tidak demikian, apalagi bisnisnya besar dan luas. Di
samping ada transaksi perusahaan yang sudah sempurna dilaksanakan, masih banyak lagi
transaksi yang masih belum sempurna pelaksanaannya, yang masih memerlukan kas
tambahan atau pengorbanan lainnya. Mungkin ada piutang, ada persediaan barang, dan
ada aktiva tetap yang terus-menerus dipakai dalam proses bisnis. Dalam konteks ini
Vernom Kam (1986) memberi dua kemungkinan, yaitu:
1. kondisi pasti (certainty), di mana jumlah harga atau kas yang akan di terima atau
dibayarkan di masa yang akan datang dapat ditentukan
2. kondisi penuh ketidakpastian (uncertainty) di mana jumlah harga atau kas yang akan
diterima atau dibayarkan di masa yang akan datang belum dapat ditentukan secara
pasti.

Untuk kasus yang pertama (1), hampir sama dengan kasus sederhana di atas,
perbedaannya hanya terletak pada taksiran kas terhadap kondisi dari transaksi yang akan
datang yang sudah dapat ditentukan itu. Sementara itu, yang selalu terjadi adalah kasus
kedua (2) di mana transaksi kas kebanyakan masih belum menentu baik kejadiannya,
waktunya, dan harganya. Untuk itu, kita menghadapi beberapa masalah tentang: nilai
ekonomi, harga, modal, skala, pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi
seseorang terhadap suatu komoditas berdasarkan kegunaan baginya di masa yang akan
datang dibanding dengan komoditas lain. Jika terjadi pertukaran, muncullah harga atau
harga pertukaran (exchange price). Harga ini ditetapkan berdasarkan nilai uang, Maka, di
sini muncul beberapa bentuk harga, yaitu:

1. harga historis (historical cost)


2. harga sekarang (current price) atau harga ganti (replacement cost) atau exit price
3. harga nanti bisa harga ganti nanti, atau harga exit price nanti
4. harga diskonto atau computed amount.

Akuntansi konvensional masih lebih banyak menggunakan harga historis. Harga ini
sangat menentukan dalam perhitungan laba, income atau profit. Tetapi dengan FASB 157
mulai digunakan Fair Value.

1. Modal (Capital)
Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih. Laba adalah
arus kekayaan, sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Oleh karena itu,
penentuan laba, yaitu penentuan kenaikan modal juga menyangkut masalah harga

98
juga. Modal bisa berarti financial capital di mana tekanannya adalah nilai uang dari
aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik
kepada perusahaan. Physical capital, yaitu di sini difokuskan pada kemampuan fisik
dari modal itu untuk memproduksikan barang dan jasa bukan pada nilai uangnya.
Ukurannya adalah kapasitas produksi dari aktiva yang dimiliki
2. Replacement Cost Income
Dalam konsep Replacement Cost Income dikenal dua komponen income, yaitu:
a. current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya peng ganti
(replacement cost) dari penghasilan
b. realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara replacement
cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba
rugi ini dapat dibagi dua, yaitu :
- yang direalisasi dan accrued selama periode itu
- yang direalisasi pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya.

Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan


sebagai berikut:

Pa = X + Y + Z

Pa = Accounting Income

X = Current operating profit

Y = Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu

Z = Realisasi holding gain pada periode itu, tetapi accrued pada periode
sebelumnya

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal:

a. money income dihitung berdasarkan nilai replacement cost, sedangkan


Accounting Income berdasarkan historical cost
b. money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai
berikut

99
Pm = Pa - Z + W

Pm = Money income

Pa = Accounting income

Z = Realisasi holding gain and loss pada periode itu accrued pada periode
sebelumnya

W = Holding gain and loss yang belum direalisasi

Atau bisa juga dihitung sebagai penjumlahan dari:

a. current operating profit atau X


b. realisasi dan accrued holding gain pada periode itu atau Y
c. holding gain dan loss yang belum direalisasi yang accrued pada periode itu.

D. Ilustrasi Perhitungan Laba


Untuk membedakan keempat konsep laba di atas, di bawah ini kita berikan contoh
sebagai berikut.
PT Sipangko Jaya memiliki kekayaan bersih sebesar Rp10.000.000,00 pada tanggal 1
Januari 2000 dan pada 31 Desember 2000 menjadi Rp 15.000.000,00. Untuk
mempertahankan kapasitas produksi fisik perusahaan yang sebenarnya, diperlukan biaya
Rp12.500.000,00, sedangkan tingkat harga umum naik 10% selama periode itu.
Pertanyaan: Hitunglah laba menurut keempat konsep itu
Jawab :
1. Money Maintenance: ano
Net Asset 31 Desember 2000 gram Rp 15.000.000
Net Asset 1 Desember 2000 Rp 10.000.000
Laba Rp 5.000.000

2. GPP - Money Maintenance:


Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 10.000.000
Penyesuaian GPL = 10% x Rp. 10.000.000,- Rp 1.000.000
Rp 11.000.000
100
Laba Rp 4.000.000

3. Productive Capacity Maintenance:


Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000
Bagian yang diperlukan untuk mempertahankan
kapasitas produksi perusahaan Rp 12.500.000
Laba Rp 2.500.000

4. GPP Productive Capacity Maintenance:


Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,
Bagian untuk mempertahankan kapasitas
produksi yang diperlukan
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 12.500.000
Penyesuaian GPL = 10% x Rp. 12.500.000,- Rp 1.250.000
Rp 13.750.000

Laba Rp 1.250.000

Demikianlah perbedaan tingkat laba menurut empat konsep yang dijelaskan di muka.

E. Laba Menurut Konsep Akuntansi (Accounting Income)


Dalam Akuntansi yang memiliki konsep perhitungan laba juga dikenal perbedaan
pandangan dalam menghitung laba (Income). Di sini kita perkenalkan empat pendapat,
yaitu:
1. pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan Prinsip
Historical Cost yang sering disebut Historical Cost Accounting atau Conventional
Accounting sebagaimana yang kita anut saat ini, yang dinamakan konsep laba
Accounting Income
2. pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan menerapkan
perhitungan perubahan tingkat harga umum (General Price Level) dan tetap
mempertahankan prinsip Historical Cost, yang ini dikenal dengan istilah General
Price Level Adjusted Historical Cost Accounting (GPLA Historical Accounting), dan
perhitungan labanya disebut GPLA Accounting Income

101
3. pemikiran radikal: yang memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar
penilaian bukan Historical Cost lagi, di mana konsep ini dikenal dengan Current
Value Accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut Curren
4. pemikiran neo radikal yang menggunakan Current Value, tetapi disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga umum, yang disebut GPLA Current Value Accounting,
sedangkan perhitungan labanya disebut Adjusted Current Income.

Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan antara
revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Menurut Belkaoui, definisi
tentang laba itu mengandung lima sifat berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya
hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan
prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri
tentang apa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip macthing artinya hasil dikurangi biaya yang
diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Most menambahkan ciri-ciri laba akuntansi sebagai berikut :

1. Laba akuntansi menggunakan konsep periodik.


2. Laba akuntansi diperluas bukan hanya transaksi dan termasuk seluruh nilai fenomena
dan periode yang dapat diukur
3. Laba akuntansi mengizinkan agregasi ke dalam kategori berupa input dan output.
4. Oleh karena itu, perbandingan input dengan output akan mengha silkan sisa.
5. Dengan demikian, mayoritas mereka yang berkepentingan terhadap angka itu dapat
menggunakannya untuk berbagai tujuan.

102
Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagaiberikut :

1. Dapat terus-menerus ditelusuri dan diuji.


2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan dilaporkan
secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability).
3. Memenuhi prinsip conservatisme, karena yang diakui hanyalah laba yang direalisasi
dan tidak memerhatikan perubahan nilai
4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen Para pendukung ini antara lain Ijiri, Kohler, Littleton, dan Maut

Namun, di samping adanya keistimewaannya ini, kelemahan yang terkandung di


dalamnya adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan
nilai. Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi hasil dan
biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, Historical Cost, dan Conservatisme dapat menimbulkan
salah pengertian terhadap data yang disajikan

103
BAB 8

AKUNTANSI INFLASI, MODEL, PENILAIAN DAN PENENTUAN LABA

A. Pengantar
1. Tujuan dan Prinsip Akuntansi
akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku
pengelola bisnis untuk kepentingan public khususnya investor dan kreditor. Informasi
akuntansi terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang memberikan gambaran
mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil
ushaanya pada periode tertentu (laba rugi). Informasi ini selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan (trueblood committee,1973,APB
statement no.4 AICPA, 1970. Laporan keuangan ini telah menjadi sumber informasi
penting bagi manajemen, pemilik, analis, banker, kreditor, regulator, dan pihak
umum. Penelitian di USA, inggris dan NZ (harahap,1996) menunjukkan bahwa
laporan keuangan merupakan sumber informasi pertamaa dalam keputusan investasi,
memprediksi potensi arus kas yang akan diterima dan dikaitkan dengan
ketidakpastian, menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, menilai
kemampuan manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan dan yang terakhir
memberikan informasi yang actual dan interpretative tentang transaksi dan kejadian
lainnya.

Informasi laporan kuangan itu disusun sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi
yang sudah baku yang telah dirumuskan sejak dahulu oleh para ahli akuntan serta
standard setter. Prinsip ini harus dikuasai untuk bisa menyajikan informasi tentang
perusahaan. Tujuan laporan keuangan menurut APB statement No.4 (AICPA,1973)
misalnya membaginya menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
104
umum laporan keuangan menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisikeuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
Sementara itu, tujuan khusus memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi
lainnya yang relevan. Laporan keuangan haru; mengandung sifat relevan dan
materialitas,substance overform, reliability, bebas dari bias, companibiiity, konsisten
serta dapat dipahami (Haralu: 1996). Memang dalam rumusan tujuan akuntansi dan
tujuan laporan keuangan terdapat beberapa pendapat yang tampaknya saling berbeda,
tetapi sebenarnya semuanya saling berhubungan dan mengisi. Untuk mencapai tujuan
akuntansi dan laporan keuangan tersebut,.perlu diketahui perbedaan antara postulat,
konsep, prinsip, standar (teknik) akuntansi.

Postulat merupakan asumsi dasar yang terkait dengan lingkungan bisnis tempat
akuntansi beroperasi, sedangkan prinsip merupakan pendekatan umum yang
digunakan dalam pengakuan dan pengukuran kejadian akuntansi. Konsep akuntansi,
yaitu pernyataan yang dapat membuktikan kebenaran atau aksioma yang sudah
diterima umum karena sesuai dengan tujuan laporan keuangan, dan standar (teknik)
akuntansi merupakan peraturan khusus yang berisikan tentang bagaimana standar
perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi yang dialami suatu
entitas (contohnya: GAAP, APB Statemcnt, FASB Statcinait, IASC Statcmcnt , PAI
(Harahap, 2001))

Penelitian dan diskusi baik oleh akademisi seita organisasi profesi, Standar settar
body dan regulator telah berusaha secara terus-menerus melakukanpenyempurnaan
untuk meningkatkan nilai, kualitas dan relevansi dari laporankeuangan itu. Tujuan
tersebut sering sukar dicapai. Kendala untuk mencapai tujuan ini muncul dari: (1)
konflik yang terdapat dalam tujuan kualitas itu sendiri; (2)pengaruh lingkungan; dan
(3) kurangnya pemahaman yang lengkap mengenai tujuan itu (Harahap, 1996).
Pengukuran atau measurement menurut Ijiri (1967) adalah suatu bahasa khusus yang
menyajikan fenomena dunia nyata dengan alat angka dan hubungan antar angka yang
ditemukan melalui sistem angka. Akuntansi merupakan sistem informasi yang
menggunakan angka sebagai medianya. Pengukuran yang selama ini dipakai dalam
akuntansi keuangan adalah metode histcrical cost, yang menjadi dasar penilaian
adalah monetary unit, dan nilainya dianggap stabil. Kemudian, menggunakan konsep
105
conser vatisme artinya akuntansi mengutamakan nilai yang mencatat- kerugian lebih
dahulu daripada keuntungan. Historical cost atau harga yang terjadi dari pertukaran
perusahaan pada masa yang lalu, yang merupakan dasar utama dalam melakukan
pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur
persediaan, aktiva tetap, dan aset lainnya.

Dalam penelitian ini kita tidak akanmembahas semua prinsip itu. Fokus tesis ini
hanya prinsip mengenai "pengukuran."Beberapa, prinsip yang berkaitan dengan
pengukuran ini adalah: Historical cost, unit of measure, stable monetary unit, dan
conservatism. Historicalcost adalah harga pertukaran pembelian yang lalu yang
dikaitkan dengan kekayaan, yaitu harga pokok, diukurdengan uang atau kekayaan lain
yang ditukarkan perusahaan untuk mendapatkannya(Harahap, 1996). Unit of measure
adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai ataudisajikan dalam unit uang dalam bentuk
moneter atau nilai uang. Historical cost merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi.
Menurut pendapat inicost principle atau disebut juga acquisition cost atau historical
cost merupakan dasaruntuk melakukan penilaian yang tepat untuk menca tat
perolehan barang, jasa,biaya, harga pokok, dan equity. Sistem ini telah digunakan
selama beberapa abad (Ijiri.1971). Dalam sistem historical cost setiap perkiraan
dinilai berdasarkan hargapertukarannya pada tanggal perolehan. Berdasarkan
historical cost labadirealisasikan dengan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasikan dengan biaya yang direalisasikan, dimana biaya tersebut merupakan
pengorbanan (sacrifies)yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa
mendatang

Memang banyak kritik diajukan ke arah sistem historical cost ini. Namunsampai saat
ini standar akuntansi masih tetap mempertahankannya. Keunggulansistem ini menurut
Ijiri (1967) adalah sebagai berikut :
a. Penilaian historical cost merupakan satu-satunya metode penilaian yang
hasilpencatatannya dapat ditelusuri, diidentifikasi bila perlu.
b. Metode penilaian historical costmemberikan data yang kurang
diperselisihkandibanding dengan metode penilaian lain yang diajukan.
c. Metode penilaian historical cost ini tidak menyajikan holding gain dan loss. Hal
ini sesuai dengan jiwa memelihara status quo dan hanya perubahan yang

106
jelasterbukti dicatat. Hal ini penting untuk memecahkan pertentangan kepentingan
dan menjaga stabilitas dalam masyarakat.
d. Metode penilaian historical cost ini memberikan data yang berguna
bagipengambilan keputusan bagi manajerdan investor karena selama ini datayang
lazim digunakan umuk memprediksi masa depan hanya data historis.
e. Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu di antara
berbagaimetode penilaian yang dianjurkan. Metode ini paling murah
bagimasyarakat dilihat dari biaya pencatatan, biaya pelaporan, auditing, dan
penyelesaian perselisihan.

2. Keterangan dan Kritik terhadap Prinsip Akuntansi


Keterbatasan laporan keuangan menurut PAI (1991) di dalam Harahap (2002)adalah
sebagai berikut :
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yangtelah lewat. Oleh karena.itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagaisatu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhikebutuhan pihak tertentu.
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
danberbagai pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapanprinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidakdilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap kelayakan laporan keuangan.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian;
bilaterdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti
mengenaipenilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
bersihatau nilai aktiva yang paling kecil.
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis
suatuperistiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas) ( substance. ovcr
jorm).

107
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis danpemakai
laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifatdari informasi
yang dilaporkan.
h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkanvariasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antarperusahaan.
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikanumumnya diabaikan.

3. Valuation Method Book Value vs Markel Value


Dalam menilai perusahaan atau saham suatu perusahaan selama ini kita kenal book
value dan market value. Untuk book value ada yang disesuaikan dengan berbagai
caramisalnya dengan berbagai tingkat harga umum dan menggunakan cara
lainnya.Dalam akuntansi konvensional laporan keuangan menghasilkan nilai buku
yang menggunakan historical cost.
A) Book Value Dalam- pengambilan keputusan, diperlukan informasi. Informasi ini
biasanyadisuplai oleh data dari transaksi yang terjadi di masa lalu.data ini diolah
disusun dandapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang mungkin
terjadi, di masa yangakan datang Dalam konteks ini biasanya laporan keuangan
yang disusun berdasarkan historical cost dapat dijadiakan bahan dasar white et.al
(2003) dan Penman (2001).menurut ijiri (1982), untuk pengambilan keputusan
menentukan informasi dari masa lalu dan apakah kita sudah mencapai target yang
kita inginkan. Pendapat lain, seperti godfrey (1992), menyatakan dengan
historical cost informasi yang dihasilkannya dapat dijadikan dasar untuk
mengetahui akibat transaksi yang sudah pasti atau kejadiaan yang sebenarnya dan
bukan pada kejadian yang akan datang, metode historical ini lebih dapat
dipertanggung jawakan karena lebih mudah ditelusuri dan auditable.
B) Market Value
Dalam pembahasan akademik, sebenarnya sudah banyak yang
menyorotdanmengkritik nilai histori dinilai tidak relevan dan Kurang; berguna
bagi pengambilan keput us an manajemen sehingga muncul . pengukuran
yangbaru, yaitu menggunakan Market Value misalnya Current Cost, Replacement
Cost, Net Realizable Value, dan lain-lain. Menurut lev dan Zarowin (1999),
108
merekamenemukan fenomena penurunan nilai dari informasi laporan keuangan
yangditunjukkan oleh hubungan yang semakin lemah antara nilai pasar modal
(stock market value)dan informasi akuntansi (book value, earnings, dan
cashflow).

Di negara maju yang pasar sahamnya sudah .efisien dan persentase sahampublik
sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagaisalah satu tolok ukurmenilai
kinerja direksi atau perusahaan publik, termasuk bank. Kian baik kinerjasuatu
bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula
nilaikapitalisasi pasarnya. Artinya mengukur kinerja bank bukan melihat dari
besarnyatotal asset, tetapi dilinat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar
(Adityaswara,2003).

Ross (1977) mengungkapkan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalisasi


nilai, bukan memaksimalisasi profit. Nilai perusahaan dalampenelitiannya diukur
dengan tingkat harga pasar saham perusahaan di bursa. Menurut Ross (1995),
pihak manajemen perusahaan harus bekerja keras untukmeningkatkan
kesejahteraan pemegang saham melalui, peningkatan harga pasar saham mereka
di bursa. Dengan demikian, teori nilai dari Ross (1995) mengungkapkan bahwa
nilai suata perusahaan tercerai pada harga pasar sahamperusahaan di bursa.

B. Perubahan Dari Konsep Stable Monetary Unit


Salah satu prinsip dasar akuntansi adalah kesatuan moneter itu diang gap stabil(stable
monetary unit). Padahal di mana saja di dunia ini kita tidak pernah mendengar ada valuta
yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi di mananilai tukarnya
atau daya belinya justru naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar ataudaya belinya
justru menurun (inflasi). Di negara maju tingkat inflasinya berkisaran antara 1-3%,
sedangkan di negara sedang berkembang di atas 5 % ba hkan ada yangsampai ratusan
atau ribuan persen. Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi, sampai650%, pada tahun
1999 saja tingkat inflasi di Indonesia mencapai 9,35% Inimenunjukkan bahwa prinsip
stable monetary unithanya dalam asumsi tidak pernahditemukan dalam kenyataan.
Prinsip im adalah untuk memudahkan perumusan teoridan asumsi akuntansi keuangan.

109
Karena permasalahan inilah, muncul kritik pedas pihak tertentu kepadakegunaan laporan
keuangan khususnya pada masa inflasi. Mereka menyatakaninformasi yang disajikan
laporan keuar gan pad a masa mft» justru sia-sia karenanilai-nilai yang terdapat di
dalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengankenyataan di lapangan. Oleh karena ini,
muncul ide menggunakan model akuntansinon convensionallainnya seperticurrcent value
accounting, replacement value accounting,net realizable value accounting yang berbeda
dari histoncal accountingyang selama dipakai. Namun, di samping itu, ada usulan yang
moderat. Artinya, kita masih bisa menggunakanhistorical cost accounting, tetapi harus
dibuat informasi atau laporan suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan
keuangan. Antara lainusulan itu adalah menggunakan akuntansi inflasi. Akuntansi inflasi
ini berupayauntuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak Jari inflasi
ataupenurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan
keuanganmenunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan
lagiharga historis.

C. Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuanlaba.
Penekanan penentuan laba adalah pada nila, laba yang lebih relevan yangdigambarkan
oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yangterdapat dalam laporan
keuangan. Untuk menyusun laporan keuangan pada masainflasi agar lebih relevandapat
digunakan beberapa metoode. Sebelum kita sampai kesana, Kita bahas dahulu beberapa
metode pengukuran. Metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi (Johnson,
1977) sebagai berikut :
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari:
a. historical cost
b. general price level
c. replacement cost
d. reproduction cost.
2. The exit value system harga pasar atau current market value yangterdiri dari:
a. net realizable value
b. selling price dan
c. expected value

110
Dari sudut akuntansi inflasi, di luar histoncal cost adalah metode menyusunlaporan
keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi, Mari kita bahas satu per satu.

1. General Price Level


Dalam metode General Price Level misalnya metode Histotical Cw- J
disesuaikandengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflas. GPL ini
lebih besar daripada nilai histoncal cost.
Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah:
a. Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
b. Meningkatkah kegunaan perbandingan laporan antarperiode
c. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara
lebih baik.
d. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang di hitung dari
angkaangka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.

Kelemahannya adalah sebagai berikut :

a. Inflasi itu terjadi pada barang yang berbedadan perusahaan yang berbeda jadi
tidak bisa disama rata kan
b. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
c. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas.
d. asio itu adalah indikator mentah
2. Current Cost Accounting
Edgar Edwards dan Phillip Beli (1961) merupakan tokoh yang paling
gencarmempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh
manajeradalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang
adauntuk memaksimalkan laba. Untuk itu, diperlukan jawaban terhadap
tigapertanyaan berikut :
A) Berapa jumlah aktiva yang harus dimiliki pada s uatu tanggal teitema?
B) Bagaimana seharusnya bentuk aktiva ini?
C) Bagaimana aktiva itu didanai?

Untuk membuat keputusan tentang ketiga pertanyaan ini maka, manajer


perlumerumuskan pengharapan tentang kejadian masa yang akar clatan" Agar
suatuinformasi itu berguna maka kejadian sekarang itu harus dinilai pada saat ini

111
jangan dinilai dengan data masa lalu Jika ukurannyadigabung ada nilai masa lalu
dan ada nilai masa depan maka akan bisa membingungkan.

Manajer biasanya menghadapi masalah apakah ingin mempertahankan


suatuaktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana
menggunakan ataumendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini, maka
Edward dan Bellmengusulkan perhitungan business profit. Business Profit ini
memiliki dua komponen:

A) Currcnt Operating Profit


B) Realizable Cost Saving (Holding G ain).

Laba dari current operatingadalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa
yang di jual dengan harga pokoknya. Sedangkan Realizable cost
savingadalahkenaikanharga pokok dari suatu-aktiva yang masih dimiliki sekarang
(dengan harga sekarang). Ini merupakan laba(atau bisa saja rugi) yang belum
direalisasidari suatu aktiva yang harganya naik (atau turun) karena perubahan
harga, namunbarangnya belum direalisasi atau belum dijual, maka ini disebut
saving yang nantiakan direalisasi. Sebenarnya hal ini merupakan opportunity gain
atau loss. Apakah inidapat dianggap sebagai meome atau tidak ini yang menjadi
masalah berat antaraHistoncal Cost Accounting dengan CCA.

Revsine menganggap itu dapat dianggap sebagai laba karena kenaikan hargaitu
akan mengakibatkan kas yang akan digunakan untuk mendapat kannya
memangharus seharga itu jika kita ingin membelinya sekarang. Menurut beliau
cash savingini dapat digolongkan sebagai laba.

Beberapa bentuk Current Cost dapat dilihat sebagai berikut ini :

a. Replacement Cost
Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost)
untukmendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas
produksinya yangsama. Dalam praktik nilai ganti mi hanya diterapkan pada
aktiva nonmoneterseperti persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajikan
menurut nilai gantinya, nilaibersih setelah digambarkan nilai yang sudah
dipakai. Penyusutan dihitungberdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa
inflasi sering terjadi backlog depreciationatau penyusutan yang bersaldo

112
negatit. Pos kewajiban biasnnva tidak dinilai sebab,seperti pos moneter
lainnya jumlahnya disajikan dalam nilai uang. Kemungkinanyang berbeda
hanya untuk utang jangka panjang yang memiliki tingkat bunga yangberbeda
harga pasar dan bunga yang ditetapkan. Dalam penyajiannya utangini harus
disajikan menurut nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai danreplacement
value ini lebih besar dari generalprice level. Metode ini dikritik dalam hal:
1) subjektivitas penilaian atau taksiranharganya sehingga angka-angka yang
timbul tidak didasarkan pada transaksiyang sebenarnya
2) dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu
akanmenimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan
hargapokok produksi) lebih rendah dari beban pada historicai cost
Akhirnyaincome akan lebih tinggi dari historical cost
3) perubahan harga umumtidak tergambar dalam metode replacement cost
ini, karena hanya untukaktiva tertentu. Oleh karenanya, metode
replacurrent cost ini dianggapbukan merupakan metode akuntansiinflasi,
4) sukar melakukan perbandingan antarperusahaan yang saling berbeda,
Walaupun ada kritik mi, sebagian pihak menganggap bahwa metode
inimerupakan metode yang paling mudah diterapkan dalam akuntansi
inflasi.
b. Reproduction Cost
Reproduction cost. adalah istilah lain yang hampir sama dengan
replacementcost ini. Di sini harga itu di ukur berdasarkan harga sekarang jika
aktiva itu dibuatatau diduplikasi seperti barang yang dimilik, itu tanpa melihat
perubahanteknologi yang mungkin memengaruhi aktiva yang dibuat itu. Jika
suatu aktivabaru direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya
nilainya samadengan replacement cost. Dengan demikian, secara umum apa
yang berlaku padametode reproduction cost ini berlaku juga pada metode
reproduction cost ini.
c. Net Realizable Value
Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang diperoleh jika suatu aktiva
dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan
prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu
metode current market value ini adalah net realizable value.

113
NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjualan. Pada masa
inflasi nilai dari net realizable value ini lebih besar cost karena manajemen
tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general
pric-e level. Penyusutan dalam metode ini dihitungberdasarkan perbedaan
antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkandengan pada akhir periode.

d. Selling Price
Di sini nilai yang dipakaj adalah harga jual tanpa dikurangi biaya
penjualanhingga laporan keuangan yang disusun menurut sellingpnce ini akan
lebih besardaripada net realizable value dan metode lain yang disebut
sebelumnya.

e. Expected Value Metode ini sangat tergantung pada pengharapan, seseorang,


jadi bisa lebih besaratau lebih kecil dibanding;dengan metode lain karena
expected value ini merupakangambaran dari present value kas di masa yang
akan datang.

D. Monetery Non – Monetery Items


Dalam menyesuaikan laporan keuangan historical cost menjadi historical costataupun
dalam penerapan currcnt value accounting diperlukan penggolongan akun manayang
termasuk pos keuangan (moneter) dan mananos yang tergolong nonmoneter.

Monetery Item adalah aktiva atau kewajiban yang, dinilai atau disajikan dalam unituang
yang tetap misalnya kas, piutang atau utang atau kewajiban lainnva vangangka dan
jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih,'dibayar dimasa yang akan
datang tanpa ada P eruk;ban. ini adalah nilai historis dan nantinilai net realizable value -
nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu jugamenggambarkan nilai sekarang.
(current value), untuk aktiva jenis ini tidak perludisesuaikan kecuali barang kali untuk
mengetahui present value dari nilai yangdiharapkan ditagih (expected value) di masa
yang akan datang. Contoh lainnya:deposito valuta asing, atau klaim valuta asing, surat
berharga, aktiva yang akandijual tahun depan, utang pajak, utang jangka panjang, saham
preferen yang tidakkonvertible dan tidak berpartisipasi, wesel, akumulasi penyisihan
piutang,piutang pegawai, piutang jangka panjang, uang muka, dan utang gaji.
114
Non-MonetaryItems adalah nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut
kontrakperjanjian. Dalam metode historicai cost in, diumbarkan sebagai old cost bukan
nilaisekarang. Misalnya aktiva tetap,lahan, bangunan, peralatan, persediaan yang akan
dipakai nanti dalam operi,perusahaan dan akan diganti terus jika perusahaan terus
beroperasi, Dalam metodecurrentvalue harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan
harga sekarang.Contoh lainnya adalah biaya dibayar di muka, investasi dalan: saham,
utang pajaktertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten, aktiva tak berwujud
lain, dankontrak penjualan.

E. Model Akuntansi
Ada tiga model akuntansi yang berbed a yang akan kita bahas dalam hal ini, yaitu:
1. Historical Cost Accounting
2. Replacement Cost Accounting
3. NetRealizable Value Accounting.

Namun, sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penifeun aktiva dan penentuan
laba itu, yaitu sebagai berikut :

1. Pengukuran menurut Unit Uang:


a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting d. Present Value Accounting
2. Pengukuran menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = G P L ) :
a. GPL Historical Cost Accounting
b. GPL Replacement Cost Accounting
c. GPL Net Realizable Value Accounting
d. GPL Present Value Accounting

Perbedaan ini timbul dari perbedaanberikut :

1. Atribut yang Akan Dinilai


Atribut yang dinilai untuk masing -masing model akuntansi tersebut dapatdijelaskan
sebagai berikut :
a. Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai adalah jumlah
uang/kasatau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar

115
sejumlahutang yang dibebankan dalam umt uang yang timbul dari perolehan
aktiva itu.
b. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang
kasatau sejenisnya.yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama
dansejenis saat sekarang atau jumlah utang yang akan dibebankan
untukmemperoleh aktiva tersebut.
c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejenisnya yang akan diperoleh dengan menual aktiva sekarang atau jumlah uang
yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
d. Dalam model Present atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus
kasmasuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau
aruskas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali utang.

Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :

a. Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical Cost), masa kini
(ReplacementCost dan Net Realizable Value), dan masa yang akan datang
(Present Value).
b. Jenis transaksi: Historical Cost dan Replacement Cost merupakan
transaksiperolehan atau pembebanan utang, Net Realizable Value dan Present
Valuemenyangkut penjualan aset dan pembayaran utang.
c. Sifat kejadian awalnya: Historical Cost didasarkan pada kejadian yangsebenarnya,
Present Value berdasarkan kejadian yang diharapkan, danReplacement Cost dan
Net Realizable Value didasarkan pada kejadian yang sifatnyahipotetis (anggapan).

2. Unit of measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
a. Unit Moneter (uang) Dalam model ini yang menjadi unit pengukur adalah unit
uang
b. Unit Daya Beli (Purchasing Power) Dalam model ini yang menjadi alat ukur
adalah daya beli uangnya yang tentuberbeda apabila waktunya berbeda.

116
F. Penilaian dan Perbansingan terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut,model Present
Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut :
1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.
2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi.
3. Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam menilai aset.
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing -masing aktiya secara individual.

Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadidasar penilaian
adalah:
1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)
Timming error timbul akibat perubahan-nilai yang terjadi dalam suatu
periodetertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yanglain.
Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dandilaporkan
pada periode itu Namun. yang lebih ideal lagi adalah bahwaperhitungan laba
dilakukan dalam keseluruhan proses kegiatan perusahaan.
2. Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors). Kesalahan akibat alat ukur ini
terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikandengan menggunakan dan
mempertimbangkan tenaga beli dari mata uangtersebut. Idealnya tenaga beli uang
harus ikut menjadi bahan pertimbangandalam menyusun laporan keuangan.
3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability). laporan keuangan harus dapat dipahami
tanpa salah pengertian Dalammenafsirkan laporan keuangan kita harus memahami
masalah pengertian danpenggunaannya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansi
dapat dipahamimaka kita harus menggunakan rumus : “jika............. , maka ............. "
atau (if ........ them)” dengan rumus ini maka para pembaca laporan keuangan akan
rnemahami artinya serta kegunaannya. Akuntansi memiliki alat ukur yang
menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit
uangsebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa dinyatakan dalam jumlahrupiah (
Number of Dollars= NOD). Demikian juga jika kita gunakan konsep historical cost
dengan ukuran “tenaga beli umum", akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (number
of dollars). Sementara itu, apabila konsep current value yang diukur dengantenaga
beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command ofCoods (COG).

117
4. Relevansi Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi para
pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan.Namun, karena model akuntansi yang ada masih memi iki makna yang
masihkabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sukar bagi pembaca
menjadikaninformasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi
lebihmendalam

BAB 9

AKUNTANSI ISLAM

A. Pengantar
Belakangan ini semakin semarak resistensi kepada sistem ekonomi kapitalis yang dinilai
akan terus menghasilkan kemakmuran yang tidak merata, yang kaya (baik negara,
peusahaan, dan individu) akan semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Bahkan
dalam konteks keyakinan agama yang mempercayai akhirat, sistem itu dapat dipastikan
tidak memiliki dimensi ukhrawi, dimensi ilahiah sehingga bagi mereka yang menganut
agama apa pun sebenarnya sistem itu tidak sesuai dengan keyakinannya. Dalam
perkembangannya sistem ekonomi serta sistem yang menompangnya (antara lain
akuntansi) baru kajian Ekonomi Islam dan Akuntansi Islam yang lebih terdepan dalam
kajian ilmiahnya. Akuntansi berkembang karena penerapan sistem ekonomi Islam
khususnya dalam dunia bisnis, misalnya keuangan, perbankan, asuransi, dan perusahaan
lainnya. Lebih 500 lembaga bisnis di tingkat internasional dengan aset atas U$$ 1 triliun
telah menerapkan sistem syariah ini dalam mengoperasionalkan bisnisnya. Mueller dan
Belkaoui menyebut Akuntansi Islam ini sebagai emerging model dengan basis religious
relativism yang didasarkan pada hukum syariah. Akuntansi Islam bukan mengenai agama
(fikih), ia sejajar dengan ilmu akuntansi kapitalis. Kalau akuntansi kapitalis dibangun atas
dasar filsafat materialisme/sekularisme hasil pemikiran manusia tanpa campur tangan
Allah, Akuntansi Islam di bangun atas dasar pemikiran manusia yang mengindahkan

118
hukum-hukum Allah. Bab ini akan mencoba memberikan gambaran sepintas tentang apa
akuntansi Islam itu sebagai bagian dari disiplin Teori Akuntansi.

B. Akuntansi dalam Islam


Salah seorang penulis Barat mengungkapkan bahwa dengan runtuhnya Uni Soviet
bersama ideologi Lininisme Komunisme, ideologi yang tinggal hanya kapitalisme dan
Islam. Kemudian, penulis ini melanjutkan bahwa ternyata Islam memiliki tingkat
compatibility yang sangat dekat dengan Islam. Di dalam buku Akuntansi Pengawasan
dan Manajemen Dalam Perspektif Islam (Harahap, 1992), disimpulkan bahwa
berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan di Barat, ternyata konsepsi Islam yang
diturunkan kepada manusia oleh Allah Swt. melalui Rasulullah Saw. ternyata merupakan
suatu sitem way of life yang utuh dan lengkap, sesuai dan tidak bertentangan dengan ilmu
pengetahuan serta fenomena alam yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari berbagai
sudut dan disiplin ilmu seperti ilmu alam, astrologi, sosiologi, medical, psikologi,
ekonomi, dan juga akuntansi. Dalam bab ini kita mencoba bagaimana konsep Islam pada
Akuntansi.

Penelitian dan penulisan yang mengkaji akuntansi dalam Islam sudah mulai merbak, bak
di Barat maupun di tanah air sendiri. Literatur yang membahas topik ini di tanah air dapat
dilihat dalam buku Akuntansi Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam
(Harahap, 1992), Akuntansi Islam (Harahap. 1999), Organisasi dan Akuntansi Syariah
(Triwiyono, 2000) dan sebagainya. Pembahasan akuntansi dalam Islam
dipertanggungjawabkan sesuai dengan sumber referensinya yang sah. Akuntansi dalam
Islam dapat kita lihat melalui pedoman suci umat Islam, Al-Qur’an sebagai berikut.

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282 merupakan ayat terpanjang dalam Al-
Qur’an adalah sebagai beikut :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kalian menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis,
dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun
dari utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)
119
atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antara kalian). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kalian jemu menulis utang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi
Allah dan lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguan kalian. (Tulislah muamalah kalian itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan
tunai yang kalian jalankan di antara kalian; maka tak ada dosa bagi kalian, (jika) kalian
tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kalian berjual-beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling menyulitkan. Jika kalian lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
mengajar kalian, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Lihat Al-Qur’an dan Terjemahannya, YPPA, PT Bumi Restu)

Kemudian, dalam catatan kakinya, “muamalah” diartikan seperti kegiatan berjual-beli,


berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya. Berutang-piutang tentu mempunyai
pengertian yang luas dalam bisnis. Pendirian perusahaan oleh pemilik modal menyangkut
utangpiutang antara dia dan manajemennya. Pengelolaan harta pemilik modal oleh
manajemen merupakan hubungan kerja sama, utang piutang (atau agency relationship).
Hubungan transaksi dagang maupun bentuk bisnis lainnya selalu mempunyai konteks
utang piutang, pinjaman kepada lembaga keuangan mempunyai hubungan utang-piutang.
Oleh karena itu, setiap lembaga perusahaaan sarat dengan kegiatan muamalah
sebagaimana dimaksudkan ayat 282 tadi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
pemeliharaan akuntansi wajib hukumnya dalam suatu perusahaan bahkan juga pribadi.
Dalam Islam selalu ditekankan jangan melakukan kecrangan dan menimbulkan kerugian
kepada pihak lain. Ketentuan ini harus ditegakkan dengan cara apa pun harus ada sistem
yang dapat menjaga agar semua hak-hak stakeholders termasuk hak sosial, dan
lingkungan dan pemerintah dijaga dan jangan sampai ada yang dirugikan dalam kontrak
kerja sama apakah dalam bidang jual beli, mudharabah, atau musyarakah.

Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz 3 tentang surat Al-Baqarah ayat 282 ini
mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan akuntansi sebagai berikut :
120
Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah
supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karena Allah,
karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu, tidaklah layak berbaik hati kepada kedua
belah pihak lalu berkata tidak perlu memercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-
sama ditangan Allah. Si Anu mati dalam berutang, tempat berutang menangih pada
warisnya yang ringgal. Si waris bisa mengingkari utang itu karena tidak ada surat
perjanjian.

Beliau mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara tulisan. Dan perintah
inilah yang selalu diabaikan umat Islam sekarang ini. Bahkan yang lebih parah sudah
sampai pada suatu situasi seolah-olah menuliskan transaksi seperti ini menunjukkan
kekurangpercayaan satu sama lain, padahal ini merupakan perintah Allah Swt. kepada
umatnya yang tentunya harus dipatuhi.

Buya Hamka melanjutkan lagi:

...dan apabila di belakang hari perlu dipersaksikan lagi sudah ada hitam di atas putih
tempat berpegang dan keragu-raguan hilang, sebab sampai sekecil-kecilnya pun
dituliskan.

Mengomentari tentang transaksi kontan Buya Hamka menulis sebagai berikut:

...di zaman kemajuan sebagai sekarang, orang berniaga sudah lebih teratur sehingga
membeli kontan pun dituliskan orang juga, sehingga si pembeli dapat mencatat berapa
uangnya keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung penjualan berapa barang
yang laku dapat pula menjumlahkan dengan sempurna. Tetapi yang semacam ini terpuji
pada kata syara. ‘Kalau dikatakan tidak mengapa (dalam Al-Qur’an. pen) tandanya ditulis
lebih baik

Pendapat Buya Hamka ini menunjukkan bahwa sebenarnya syara’ pun menganjurkan
pencatatan baik yang tunai maupun yang masih accrual sebagaimana yang sekarang
diterapkan dalam akuntansi.

121
Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam, sejak munculnya peradapan Islam sejak
Nabi Muhammad Saw. telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang
tekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua
pihak yang mempunyai hubungan muamalaj tadi. Dengan perkataan lain, dapat kita
sebutkan bahwa Islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan kebenaran.
Sementara itu, pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan
tidak diharuskan. Akan tetapi, menurut Buya Hamka justru karena sesuai syara’, mungkin
ketidakwajiban ini disebabkan hal ini sudah merupakan urusan yang sifatnya tidak perlu
diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini Rasulullah mengatakan, “Kamu lebih
tahu urusan duniamu.” Urusan dunia (dalam tanda kutip) yang diserahkan bulat-bulat
kepada manusia merupakan bukti kebebasan berpikir sekaligus membuktikan
“kedinamisan” Islam, dan menjaga agar Al-Qur’an tetap up to date dan tidak pernah
ketinggalan karena perubahan dan kemajuan cara berpikir manusia. Tekanan Islam dalam
kewajiban melakukan pencatatan sebagai berikut :
1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya
dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.
2. Menjaga agar tidak menjadi manipulasi atau penipuam , baik dalam transaksi maupun
hasil dari transaksi itu (laba). Bagaimana menurut akuntansi? Dalam akuntansi tujuan
pencatatan adalah:
a. Pertanggungjawaban (accountability) atau sebagai bukti transaks
b. b. Penentuan pendapatan (income determination)
c. c. Informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, dan lain-lain.

Akuntansi juga merupakan upaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat
dan dalam entitas atau organisasi dengan semua stakeholdersnya, karena akuntansi
memelihara catatan sebagai accountability dan menjamin akurasninya. Pentingnya
keadilan ini dapat dilihat dari Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 24 sebagai berikut :

Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti


yang nyata dantelah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Syuraa’ ayat 182-183 berbunyi sebagai berikut :

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang


merugikan.Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu

122
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan.

Penggunaan sistem akuntansi jelas merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintab itu
karena sistem akuntansi dapat menjaga agar aset yang dikelola terjaga accountibility-nya
sehingga tidak ada pihak terafiliasi yang dirugikan, jujur, adil, dan kepada yang berhak
akan diberikan sesuai haknya. Upaya untuk mencapai keadilan, baik dalam pelaksanaan
utang-piutang maupun dalam hubungan kerja sama berbagai pihak seperti dalam
persekutuan, musyarakah, mudharabah memerlukan sarana pencatatan yang menjaga agar
satu sama lain saling yakin dan tidak dirugikan sebagimana spirit ayat di atas. Dari usul
fiqih disebutkan untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan, sarana untuk mencapainya pun
menjadi wajib. “Mala yummitul wajibu ila bihi fahua wajibun.” Jika untuk melaksanakan
sesuatu yang hukumnya wajib harus dengan dia, dia itu pun menjadi wajib. Oleh karena
itu, dapat disebutkan memelihara pencatatan baik sebagai informasi, untuk penyaksian,
untuk pertanggungjawaban, untu pemeliharaan hak, atau untuk keadilan, hukumnya
termasuk menjadi wajib.

C. Benar dan Wajar


Diatas sering penulis menggunakan perkataan wajar dan juga perkataan benar, dalam
tulisan ini penulis ingin mengingatkan kita tentang pemakaian kata ini. Dalam permulaan
sejarahnya sampai sekitar abad XX, laporan keuangan masih dikatakan benar atau true.
Namun, akhirnya, laporan keuangan tidak dikatakan benar lagi, tetapi dipakai istilah
wajar, layak atau fairly stated. Keadaan ini menunjukkan bahwa akuntansi konvensional
dengan berbagai instrumen dan sifatsifatnya merasa tidk bisa menjamin “kebenaran”
output akuntansi itu. Akuntansi Islam harus bisa menjamin bahwa informasi yang disusun
dan disajikan harus benar dan bebas dari unsur penipuan dan ketidakadilan, bebas dari
pemihakan kepada kepentingan tertentu. Informasi yang diberikan harus transparan,
teruji, dan dapat dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Setelah skandal Enron ada
kecenderungan akan kembali ke konsep benar.

D. Akuntansi Islam : State of the Art


1. Islam dan Persepsi Mastyarakat

123
Islam dapat dijelaskan dalam berbagai sudut pandnag. Ia sebagai agama, sistem nilai,
ilmu, tata cara ritual, dan sistem kehidupan (way of life). Dalam konteks ini kita kan
menggunakan istilah Islam sebagai tata cara kehidupan. Dalam pengertian kami,
Islam bukan hanya tata cara ritual ibadah khusus, bukan hanya persiapan mati, tetapi
ia menyatu dalam kehidupan yang terintegrasi dan holistik tanpa ada garis demarkasi
antara persoalan dunia dan akhirat dan tanpa ada dikotomi antara keduanya. Artinya,
masalah ekonomi, manajemen, dan akuntansi pun ada dalam Islam. Pengertian ini
sejalan dengan pendapat Syed Muhammad Naquib Al-Attas (1989) tentang Islam
sebagai beikut:

Pengertian agama dalam Islam sama dengan istilah “din” yang berarti bukan saja
semata suatu konsep, tetapi suatu yang harus dijabarkan ke dalam realitas kehidupan
secara mendalam dan kental dalam pengalaman hidup manusia.

Dari sisi lain, Islam disifati juga sebagai Rahmatan lil ‘Alamin, rahmat untuk sekalian
alam. Kalau sebelumnya agama, kitab atau kepercayaan yang dibawa para nabi dan
tokoh agama lainnya bersifat lokal, bangsa atau primordial. Misalnya Nabi Daud as.,
Luth as., Ibrahim as., Musa as., Isa (Yesus) as. Semuanya hanya untuk kaumnya.
Islam mengayomi semua makhluk itu. Kalau kapitalisme memiliki kaum pemilik
modal dan komunis memayungi kaum buruh, Islam memayungi keduanya bahkan
semuanya termasuk segala makhluk yang ada di bumi ini dan non-Muslim.
Kenyataan di lapangan persepsi masyarakat terhadap Islam menurut pengamatan
penulis masih banyak yang keliru, masih melihat Islam sebagai satu unit dari budaya
atau merupakan subsistem sosial. Kami memahami kesalahan persepsi ini karena
banyaknya pemikiran yang terpatri dalam literatur yang menilai Islam sama dengan
cara menilai agama samawi sebelumnya. Persepsi ini bermula dari sejarah mulanya
sivilisasi di Eropa (abad ke14 Masehi) di mana gereja yang dinilai dogmatis bergumul
dengan beberapa paham sekular, seperti, feodalisme, kapitalisme, liberalisme, dan
sekularisme. Dalam pergumulannya akhirnya kapitalisme semakin menguat posisinya
dalam masyarakat sehingga gereja yang dianggap dogmatis, mengganggu kebebasan
manusia akhirnya masyarakat membuat gars pemisah antara urusan ag ama (gereja)
dan urusan dunia. Sikap sekularisme inilah yang terbawa sampai saat ini.

124
Dalam sejarah dunia (Al-Dhaffa, 1977, 1988), kehancuran imperium Baghdad atau
Dinasti Abbasiyah (1258 H) adalah karena konflik intern dan haus kekuasaan. Dinasti
ini dihancurkan secara mengenaskan oleh bangsa Mongolia, yaitu Khulagu Khan dan
Gengis Khan. Kehancuran ini digambarkan oleh Al-Dhaffa (1977, 1988) sebagai
berikut:

...harta kekayaan Baghdad telah dirompak, perpustakaan yang amat bernilai dan hasil
kesusasteraan dimusnahkan....

Pada akhirnya kekalahan ini menyebabkan Eropa mampu mengalahkan dan


mengambil alih peranan itu, dan akhirnya sivilisasi berlih secara pelan-pelan dan
membawa khazanah kemajuan imperium Baghdad atau Otthoman ke Eropa tanpa
mengungkapkan keberadaan sivilisasi Islam itu. Khazanah ini ditiru dan
dikembangkan di Eropa tanpa mengungkapkan kekerasan sivilisasi Islam itu.
Perkembangan ilmu pengetahun yang sangat spektakuler di Eropa khususnya Spanyol
menyebabkan perkembangan masyarakat yang demikian cepat. Kecepatan itu bahkan
sempat dinilai sementara pihak terhambat oleh pendapat dan sikap agamawan (gereja)
waktu itu sehingga akhirnya dalam pergumulannya sampai dicap agama sebagai
penghambat kemajuan dunia modern (Ingat kasus Co pernicus, Galileo yang dipaksa
minum racun/diadili hanya karena pendapatnya tidak sejalan dengan gereja). Dan ada
juga anggapan bahwa agma sudah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan
kelompok tertentu. Keadaan ini menurunkan martabat agama di mata masyarakat
waktu itu. Akhirnya, dalam pergumulan itu agama dan kemajuan masyarakat feodalis
berjalan dan berkembang sendiri-sendiri dan agama dianggap menghambat atau anti
modernisme. Wilayah agama ditempatkan sebagai satu unit kecil dalam sistem
kehidupan, ia hanya bergerak dalam bidang ritualitas keagamaan seperti
permasalahan kelahiran, perkawinan, peribadatan khusu, dan kematian.

Persepsi masyarakat terhadap agama seperti itulah yang terbawa dalam pemikiran
intelektual Barat terhadap agama Islam sampai sekarang. Islam dianggap memili
wilayah sendiri yang sangat kecil seperti peran agama waktu dulu. Sehingga
bagaimana mereka memperlakukan dan memahami fungsi agama waktu itu begitulah
mereka menganggap fungsi dan peran agama Islam ini. Bahkan dalam hal-hal tertentu
mereka menganggap lebih jelek lagi karena mengapa membikin agama yang baru
125
lagi? Mengapa kita menerima agama mereka yang terjajah atau dari negara miskin?
Dan hal ini ditambah lagi oleh perlawanan yang dilakukan oleh sebagian oknum
Muslim yang juga ada yang bersifat destruktif, teror, kekerasan, pembunuhan, dan
sikap lainnya yang mengurangi ketenangan hidup bangsa Eropa yang sudah mapan.
Islam dianggap mengganggu sifat konsumerisme, hedonisme, demokrasi, liberalisme,
dan sifat bebas lainnya termasuk free sex, hippies, dan lain sebagainya. (Montgomery
Watt, 19985).

2. Akuntansi
Apa kaitan ini dengan akuntansi? Jawabannya adalah besar sekali. Pengetahuan
terhadap Islam mutlak perlu untuk melihat akuntansi dalam perspektif Islam. Perlu
diketahui bahwa akuntansi yang kita kenal sekarang ini diklaim berkembang dari
peradabab Barat (sejak Pacioli).

Perkembangan akuntansi sebagai domainnya Arithmatic quality sangat ditopang oleh


ilmu lain khususnya Arithmatic, Algebra, Mathematics, Algoritma. Ilmu ini lebih
dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa. Ilmu yang penting ini ternyata
dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq Al-Kindi
ia lahir tahun 801 M. Juga Al-Karki (1020) dan Alkharizm yang merupakan asal kata
dari Algorithm, Algebra juga berasal dari kata Arab: Al-Jabr. Demikian juga sistem
nomor, desimal, dan angka “0” (zero, sifr, kosong, nol) yang kita pakai sekarang yang
disebut angka Arab sudah dikenal sejak 874 M, yang sudah diakui oleh Hendriksen
merupakan sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi (dan juga bagi ilmu komputer).
Sistem ini baru dipakai Eropa 3 abad sesudahnya. Saya tidak dapat membayangkan
jika misalnya neraca disajikan dengan angka Romawi, misalnya angka 1843 akan
ditulis MDCCCXLIII

3. Akuntansi Sekarang dan Sejarahnya


Akuntansi yang dikenal sekarang secara historis literatur yang ada menyatakan bahwa
akuntansi itu lahir dari tangan seorang pendeta Italia yang bernama Lucas Pacioli. Ia,
di samping sebagai pendeta, adalah ahli matematika. Dalam buku yang ditulisnya
yang terbit pada tahun 1494 dengan judul: Summa de Arithmatic geometris et
126
proporsionalitas, memuat suatu bab mengenai double entry accounting system.
Menurut penulis Barat asal mula akuntansi yang sekarang adalah dari buku Pacioli
ini.

Namun, belakangan setelah dilakukan berbagai penelitian sejarah dan arkeologi


ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah
dikenal akuntansi. Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah dikenal
Islam sejak abad ke-9 M. Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Pacioli pada
tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun
sebelumnya. Gambar di atas menyembunyikan beberapa kemajuan peradaban yang
telah maju sebelumnya seperti peradaban Islam (600- 1250), kebudayaan India, Cina,
dan Parsi.

Akuntansi pada masa kelahiran feodalisme di Eropa mulai berkembang dan saling
menopang dengan perkembangan ekonomi kapitalis. Akuntansi melakukan kegiatan
pencatatan dan pemberian informasi bagi investor atau kapitalistik sehingga ia dapat
memilih alternatif yang paling menguntungkan baginya. Dengan akuntansi investor
dapat mengawasi aset perusahaannya dan dapat mengembangkan modalnya sehingga
semakin besar dan meluas. Perkembangan ekonomi di Eropa menyebabkan para
investor sampai menjelajah ke USA dan akhirnya belahan bumi ini menjadi daerah
tumbuh suburnya ilmu akuntansi sampai sekarang.

4. Kapitalisme
Kapitalisme lahir dari paham yang menganggap kemakmuran masyarakat hanya
timbul jika kegiatan produksi diserahkan pada individu. Tokoh dibalik ini adalah
Adam Smith, John Maynard Keynes, Alfred Marshal, Milton Fridman, dan sampai
pada Gunnar Myrdal, dan lain sebagainya. Ide konsep ini terus berkembang dan
mencari bentuk sampai pada saat sekarang ini. Menurut ideologi ini untuk
mendapatkan kemakmuran masyarakat bebaskan individu memiliki faktor produksi,
mengolahnya, dan memanfaatkannya untuk kepentingannya yang dilaksanakannya
secara rasional dan pertimbangan ekonomis. Dengan demikian, pendapatan
masyarakat akan dapat menikmati kemajuan si kapitalis tadi melalui kegiatan
produksi yang dihasilkannya, konsumsinya, serta kesempatan kerja yang
ditimbulkannya. Dengan demikian, pendapatan masyarakat meningkat, tabungan
127
bertambah, dan akhirnya investasi bertambah. Kondisi ini akan menimbulkan
multiplier effect yang akhirnya memakmurkan masyarakat. Apakah demikian
kenyataannya kita dapat menilai masing-masing. Namun, yang jelas perkembangan
ekonomi kapitalis sangat dipengaruhi oleh perkembangan akuntansi. Bahkan sampai
saat ini model-model akuntansi sangat banyak digunakan dalam membantu
manajemen/kapitalis/investor mengelola perusahaannya sehingga tercapai perusahaan
konglomerasi, multinasional yang sangat kompleks.

5. Tanggapan Ideologi Lain


Bagi Karl Marx akuntansi ini adalah bagian dari ideologi kapitalisml. Menurut beliau
akuntansi adalah:

....alat untuk melegitimasi keadaan, struktur sosial ekonomi, dan politik kapitalis.
Akuntansi merupakan bentuk kesadaran yang palsu dan merupakan alat untuk
memistikkan bukan memberikan informasi yang benar tentang hubungan sosial yang
membentuk lembaga produksi. (Harahap, 1995)

6. Akuntasi Islam dalam Sejarah


Dalam buku-buku teori akuntansi masalah sejarah ini telah banyak dibahas. Vernon
Kam (1990) dalam buku Accounting Theory-nya menyatakan sebagai berikut :

Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul
di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai
sistem akuntansi double entry sejak akhir abad ke-13 itu, namun adalah mungkin
sistem double entry sudah ada sebelumnya.

Kita menggarisbawahi kalimat terakhir ini. Artinya, ada kemungkinan akuntansi


khususnya akuntansi Islam sudah ada sebelum Pacioli. Pendapat ini banyak didukung
oleh berbagai penemuan sebagai berikut :
1) Muhammad Lahir (Harahap, 1991)
Dalam menanggapi pendapat di atas menyatakan sepenuhnya setuju sikap itu.
Namun, ia menyatakan sebagai berikut :

128
Saya ingin membahas lebih lanjut pemahaman terhadap pertumbuhan double
entry ini dari zaman sekarang ini. Sebagian besar para akuntansi dan para
ekonomi setuju bahwa faktor utama sebagai penyebab perkembangan teknologi
akuntansi adalah akibat pembentukan pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan
pasar yang demikian kompleks.

Pertanyaan lainnya adalah apa kekuatan yang menimbulkan dan mendorong


pembentukan dan pertumbuhan perusahaan, jawabnya adalah:
a. Jiwa kapitalis
b. Aspek sosial
c. Tujuan akhir bukan laba, tetapi kepuasan masyarakat.

Pendapat ini juga dapat menjadi dasar untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah
ada sebelum Pacioli.

2) DR. Ali Shawki Ismail Shehata


Menanggapi soal ini, Shehata (Lahir dalam Harahap, 1991) menyatakan:

“Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatakan bahwa akuntansi


dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru,” sebenarnya bisa
dilihat dari peradaban Islam yang pertama yang sudah memiliki Baitul Mal yang
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara” serta
menjamin kesejahteraan sosial. Muslim sejak itu telah memiliki jenis akuntansi
yang disebutkan dalam beberapa karya tulis umat Islam. Tulisan ini muncul lama
sebelum double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli di Italia tahun 1494.”

3) Hendriksen
Seorang guru besar akuntansi berkebangsaan Amerika menulis sebagai berikut:
“....the introducion of Arabic numerical greatly facilitated the growth of
accounting” (Harahap, 1995 dan lihat Hendriksen dalam bukunya Accounting
Theory terbitan RD Irwin Inc. Illinois). (Penemuan angka Arab sangat membantu
perkembangan akuntansi) kutipan ini menandai bahwa anggapan tadi dapat kita

129
catat bahwa penggunaan angka Arab (1,2,3 dan seterusnya) mempunyai andil
besar dalam perkembangan ilmu akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa
dalam peradapan Arab sudah ada metode pencatatan akuntansi.

4) Kitab Suci Al-Qur’an


Pendapat di atas ternyata didukung oleh kitab suci umat Islam. dalam Al-Qur’an
surat AlBaqarah ayat 282 dapat kita baca sebagai berikut. Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan hendaklah seorang penuis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. Dan janganlah penuis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis,...... dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi..... (lihat Al-Qur’an dan terjemahannya, YPPA, PT Bumi Restu).
Kemudian, dalam catatan kakinya muamalah diartikan seperti kegiatan jual-beli,
berutang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya.

Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam sejak munculnya peradaban
Islam sejak Nabi Muhammad Saw. Telah ada perintah untuk kebenaran, keadilan
antara dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi (tren sekarang
disebut accountability). Sementara itu pencatatan untuk tujuan lain seperti data
untuk pengambilan keputusan tidak diharuskan karena sudah dianggap merupakan
urusan yang sifatnya tidak perlu diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini
Rasulullah mengatakan “Kamu lebih tahu urusan duniamu”. Kesimpulan lain
akuntansi bagi Islam adalah kewajiban dan mustahil Rasulullah, sahabatnya, serta
para fisolof Islam terkenal 700 tahun kemudian tidak mengenal akuntansi.

5) Robert Arnold Russel


Russel (Harahap: 1995) sewaktu menjelaskan perkembangan seorang pengusaha
sukses di Italia yang bernama Alberto pada zaman medival (pertengahna) pada
saat Pacioli menerbitkan bukunya mengatakan bahwa kemajuan ekonomi pada
masa itu terletak pada penerapan sistem akuntansi double entry Arab yang lebih
canggih. Ia menyatakan (Harahap, 1993), sebagai berikut :

“Success of the new multiagent, long distance traiding and banking business
depended on the adoption of the new accounting system. By changing over from
130
the old paragraph style of entry of the small business age to the Arab’s more
sophisticated double entry system, merchant were able to keep an accurate picture
sophisticated double entry system, of the various dealings, keep track of a score of
agents, and use their capital to the best advantage. It took the Albert nearly a
generation to get on top off the new system, but once it was mastered, it made
sure every florish was working for the firm.” (Keberhasilan bisnis multiagen,
perdagangan dan perbankan jarak jauh tergantung pada penerapan sistem
akuntansi yang baru. Dengan mengubah dari metode lama yang diterapkan pada
era bisnis skala kecil ke metode (sistem) akuntansi double entry Arab yang lebih
canggih, pedagang telah mampu menyusun gambaran yang tepat tentang berbagai
transaksi dagang, mampu mencatat posisi masing-masin agen, dan mampu
menggunakan modalnya untuk investasi (kegiatan) yang lebih menguntungkan.
Hampir satu generasi keluarga Albert baru dapat menguasai sistem baru ini,
teteapi sesekali sistem itu telah dikuasai maka dapat menjamin semua sistem yang
ada akan bekerja untuk kepentingan perusahaan).

6) W. Montgomery Watt
Watt dalam bukunya The Influence of Islam on Medieval Europe (1972, 1995)
tampaknya sependapat dengan Russel. Pengakuannya adalah sebagai berikut :

Ketika kita menyadari segala keluasan eksprimen, pikiran dan tulisan orang Arab
kita akan berpendapat bahwa tanpa orang Arab, ilmu pengetahuan dan filsafat
orang Eropa tidak akan bisa berkembang seperti dulu mereka pertama kali
menggmbangkannya. Orang-orang Arab bukanlah sebagai penyalur pikiran-
pikiran Yunani, tetapi penciptapencipta sejati yang mempertahankan disiplin-
disisplin yang telah mereka ajarkan dan meluaskannya.

Penemuan yang di Barat termasuk akuntansi tidak terlepas dari perkembangan


ilmu pengetahuan di dunia Arab.

7. Zakat dan Baitul Maal


Kewajiban zakat bagi Muslim merupakan bukti nyata betapa pentinya peranan
akuntansi bagi masyarakat, perusahaan lemabaga atau perseorangan. Dalam konteks
ini akuntansi akan dapat memberikan sumbangan dalam proses perhitungan zakat
131
yang tepat baik zakat maal, penghasilan, profesi, perdagangan, laba, dan lain
sebagainya. Nilai aset yang mana yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan zakat.
Bagaimana mungkin kita megetahui beban zakat tanpa bantuan dari akuntansi? Justru
dalam Islam dituntut lagi bidang-bidang khusus akuntansi seperti Akuntansi
Pertanian, Akuntansi Peternakan, Akuntansi Sosial, Akuntansi Jaminan Sosial,
Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan lainlain untuk dapat menyelesaikan kewajiban
kita sebagai Muslim. Demikian juga masalah pengukuran efisiensi dan pemborosan
(yang dilarang keras dalam Islam) tidak akan dapat diketahui tanpa pencatatan atau
peran akuntansi.

Pengola kekayaan negara melalui lembaga terkenal seperti Baitul Maal juga
memerlukan akuntansi yang lebih teliti karena menyangkut harta masyarakat yang
harus dipertanggungjawabkan baik kepada rakyat maupun kepada Tuhan. Pembagian
hak seperti dalam pembagian dividen, hasil likuidasi memerlukan catatan yang adil
yang dapat membagi hak-hak mereka yang berkongsi atau berserikat secara adil.
Semua ini mendukung hipotesis yang menyatakan akuntansi sangat mutlak dalam
Islam. Mustahil Islam tidak memiliknya. Allah sendiri menjelaskan bagaimana Dia
memelihara catatan tentang manusia dengan dua orang “akuntan” Malaikat Raqib dan
Atid yang selalu bertugas mencatat setiap kegiatan manusia baik yang baik maupun
yang jahat, sampai pada yang sekecilkecilnya, bahkan sebesar zarrah pun tidak luput
dari pencatatannya. Dan di akhirat catatan ini akan menjadi bahan laporan serta
pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah dan akan menentukan apakah ia akan
merasakan kebahagiaan (sorga) atau penderitaan (neraka). Dari bukti-bukti ini jelas
bahwa akuntansi sebenarnya wajib diterapkan oleh Islam baik di lembaganya, di
keluarga, di perusahaan, di negara bahkan dalam perseorangan pun. Semua ini
mendukung hipotesis yang menyatakan akuntansi sengat mutlak dalam Islam.

Kesimpulan berbagai fakta sejarah ini sudah cukup kuat untuk menyatakan bahwa
akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam artinya peradaban Islam tidak
mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang
dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidakmampuan umat Muslim untuk
menggali khazanah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan dua hal:


132
1. Akuntansi sudah ada sebelum Pacioli, bahkan mungkin sebelum peradaban Islam
2. Mustahil sistem akuntansi Islam tidak ada semasa kejayaannya dari 610-1250 M.

8. Konsep Akuntansi Islam


Dalam menganalisis ini kita kesulitan dalam mendapatkan bahan literatur yang
tersedia dalam materi pustaka. Kemungkinan besar telah termasuk dalam literatur
yang dibakar oleh tentara Gengis Khan. Saat ini hanya diperoleh dari hasil penelitian
arkeologi dan untuk ini juga kita belum banyak menghasilkan hasil konkret.
Pendekatan yang akan kita pakai adalah rationing atau pendekatan logika. Akuntansi
sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam. artinya diserahkan
pada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun, karena
pentingnya permasalahan ini maka Allah Swt. bahkan memberikannya tempat dalam
kitab suci Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282. Penempatan ayat ini juga unik dan
relevan dengan sifat akuntansi itu. Ia ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai
lambang komoditi ekonomi. Ia ditempatkan dalam surat ke-2 yang dapat dianalogikan
dengan double entry, ditempatkan pada ayat 282 yang menggambarkan angka
keseimbangan (angka di tenggarai angka 2) atau Neraca. Bahkan juga bisa dikaji
relevansi ayat berikut dalam konteks double entry atau sifat berpasangannya:

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan sepaya kamu mengingat


kebesaran Allah (Al-Dzariyat: 49)

Dan juga ada surat Yasin ayat 36:


Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.

Inilah beberapa kemungkinan yang kebenarannya hanya Allah yang mengetahui,


Wallahu ‘alam bishawab.

Bahkan jika dikaji sistem jagad dan manajemen alam ini ternyata peran atau fungsi
akuntansi sangat besar. Allah memiliki akuntan malaikat yang sangat canggih, yaitu
Raqib dan Atid, malaikat yang menuliskan/menjurnal transaksi yang dilakukan
133
manusia, yang menghasilkan buku/neraca yang nanti akan dilaporkan kepada kita
(owner) di akhirat. Coba kita baca surat Al-Infithar (82) ayat 10-12 sebagai berikut :

Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanmu (10).
Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu itu (11). Mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan (12).

Laporan ini didukung bukti (evidence) di mana satu pun tidak akan ada transaksi yang
dilupakan kendatipun sebesar zarrah seperti dilihat dari surat Al-Zalzalah ayat 7-8 :

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun niscaya dia akan
melihatnya (7). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun dia akan
melihatnya(8).

Karena akuntansi ini sifatnya urusan muamalah maka pengembangannya diserahkan


pada kebijaksanaan manusia. Al-Qur’an dan Sunnah hanya membekalinya dengan
beberapa sistem nilai seperti landasan etika, moral, kebenaran, keadilan, kejujuran,
terpercaya, bertanggungjawab, dan sebagainya.

9. Pengakuan Barat Terhadap Akuntansi Islam


Seorang guru besar Akuntansi berkebangsaan Amerika menulis sebagai berikut:
“...the introduction of Arabic numerical greatly facilitated the growth of accounting”
(lihat Hendrickson, 1992) dalam bukunya Accounting Theory. Penulis sengaja
mengutip ucapan seorang penulis Barat dalam membahas topik bab ini. Hal ini
dilakukan karena mengingat suatu anggapan bahwa penulis Timur khususnya yang
beragama Islam hanya mencocokcocokkan kemajuan teknologi yang dicapai sekarang
dengan konsep Islam itu sendiri. Kutipan ini menandai bahwa anggapan tadi dapat
kita catat bahwa penggunaan angka Arab (1,2,3 dan seterusnya) mempunyai andil
besar dalam perkembangan ilmu akuntansi. Dalam bab ini terdapat dua kata
“akuntansi” dan “Islam.” Yang kita maksudkan dengan akuntansi dalam tulisan ini
adalah comprehensive accounting yang hakikatnya adalah sistem informasi,
penentuan laba, pencatatan transaksi yang sekaligus pertanggungjawaban
(accountability). Sementara itu, Islam dalam konteks ini dihubungkan dengan sifat-
sifat keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan yang dibawanya yang sesuai dengan
134
ketentuan Ilahi. Antara akuntansi dan nilai Islam terdapat hubungan dan kaitan yang
erat dan mempunyai tujuan dan arah yang saling mendukung atau komplementer.

Akuntansi kapitalis adalah alat ideologi kapitalis untuk mencapai tujuannya


khususnya mencapai kesejahteraan material yang diinginkannya. Akuntansi kapitalis
lahir dari masyarakat kapitalis dengan sistem ekonomi kapitalis dan ideologi sekuler
rasional yang dianutnya. Jika awalnya sistem ekonomi kapitalisme merupakan sistem
ekonomi saja, namun pada saat ini sistem ini sudah merambah ruang politik,
kenegaraan dan bahkan ideologi atau tata cara kehidupan. Akuntansi kapitalis sejalan
dengan ide kapitalisme untuk mengakumulasi kekayaan dan memaksimalkan
kekayaan untuk kepentingan permodal. Dengan pandangan hidup ini, kapitalis pasti
memiliki perbedaan yang mencolok dengan sistem ideoogi lainnya misalnya yang
berbasis agama sehingga dapat dipastikan bahwa kapitalisme tidak sesuai dengan
sistem ekonomi agama mana pun.

10. Spirit Islam dalam Akuntansi


Kalau kita katakan Islam dalam Akuntansi maksudnya adalah apakah comprehensive
accounting itu kelengkapan yang sama sesuai dengan tujuan dan hakikat Islam. di
muka telah dibatasi bahwa Islam dalam konteks ini dimaksudkan sebagai yang
mendorong menciptakan keadilan dan kebenaran dalam pencatatan dan menjaga
keadilan dalam berbisnis dan bekerja sama atau berutang piutang. Jadi pernyataan
kita adalah apakah dalam akuntansi itu kita temukan keadilan dan kebenaran? Untuk
menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu membahas lebih dalam sifat dan ciri
Akuntansi. Namun, dalam bab ini penulis hanya memberikan poinpoinnya saja yang
merupakan dasar bagi kita untuk menjawab pertanyaan tadi.
1) Transaksi yang dicatat oleh akuntansi adalah transaksi (muamalah). Transaksi
adalah the accurrence of an event or of a condition that must be recorded atau
segala sesuatu yang mengakibatkan perubahan dalam aktiva dan passiva
perorangan atau perusahaan.
2) Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) atau disebut juga business
paper seperti faktur, surat utang, cheque, dan kuitansi. Yang dianggap sebagai
bukti adalah bukti yang didukung oleh sifat-sifat kebenaran tanpa ada penipuan.
Ini menurut Islam. dalam akuntansi ada jenis dan tingkatan bukti yang
menandakan kuat-tidaknya suatu bukti, yaitu sebagai berikut :
135
- Real evidence, yaitu bukti fisik
- Testimonial evidence, yaitu bukti yang berasal dari kesaksian pihak luar.
- Indirect evidence, yaitu bukti yang diperoleh secara tidak langsung.

Bukti yang diperoleh dari luar perusahaan lebih kuat dibandingkan bukti yang
diperoleh dari dalam sendiri. Bukti yang diperoleh dari sistem internal control
perusahaan yang baik lebih kuat dari yang diperoleh dengan internal control yang
lemah dan bukti yang diperoleh secara langsung oleh akuntan lebih kuat dari bukti
dari bukti yang diperoleh secara tidak langsung. Islam menginginkan bukti yang
benar sejajar dengan keinginan akuntansi yang hanya mencatat bukti yang sah
(valid).

3. Bukti yang menjadi dasar pencatatan akan diklasifikasikan secara teratur melalui
“Aturan Umum” atau General Accepted Accounting Principle (GAAP), yang di
Indonesia disebut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Standar akuntansi
dilahirkan melalui suatu panitia ahli melalui berbagai tahap pengujian sampai
menjadi prinsip yang diterima umum. Proses kelahiran prinsip ini teruji dan tetap
didasari oleh keadilab dan objektivitas. Proses pencatatan, sampai kepada
klasifikasi akan menghasilkan Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi) yang
merupakan output dari manajemen. Hanya masalahnya, dalam akuntansi kadang
ada tuduhan bahwa standar akuntansi selalu memerhatikan kelompok perusahaan
besar.

4. Akuntansi berprinsip pada substance over form. Artinya akuntansi lebih


menekankan pada kenyataan atau subsistensinya bukan formulirnya. Artinya
kendatipun bukti menurut form misalkan Rp1.000,00 namun nilai yang
sebenarnya form Rp800,00 maka yang harus dicatat adalah Rp800,00 bukan
Rp1.000,00 berdasarkan form.

5. Tahap kelahiran laporan keuangan di atas masih belum sampai pada titik
“dipercaya”. Untuk sampai kepada titik dipercayai, laporan itu masih perlu diuji
atau disaksikan lagi oleh pihak tertentu yang dianggap independent (tidak
memihak) melalui pemeriksaan Laporan Keuangan yang disebut audit atau
general audit. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Akuntan Publik Terdaftar. Akuntan
pemeriksa akan memberikan laporan pemeriksaannya apakah laporan yang
136
disajikan manajemen tadi wajar atau tidak, atau ada sesuatu pos yang tidak wajar
atau sama sekali tidak wajar. Opininya ini ada empat, yaitu:

1) Opini wajar (unqualified)


2) Opini wajar dengan syarat (qualified)
3) Opini tidak wajar (adversed opiniom)
4) Tidak ada opini (disclaimer of opinion).

Dasar pemberian opini ini adalah sampai di mana laporan keuangan menaati
standar akuntansi, pengungkapan, konsistensi, dan syarat-syarat lainnya.

137
BAB 10

AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI

A. Pengantar
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat. Ia bisa memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang
yang dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, ia membayar pajak, memberi
sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapatkan legitimasi bergerak
leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun, lama kelamaan karena memang
perusahaanini dikenal juga sebagai “ binatang ekonomi” yang mencari keuntungan
sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang dilakukannya terhadap
masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar yang sukar dikendalikan seperti
polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan,
produksi makanan haram, bahkan mengatur kebijakan publik untuk menguntungkan
perusahaan, merusak moral birokrat,pejabat, sogok-menyogok, dan sebagainya. Bahkan
gempa bumi, banjir, tsunami dinilai disebabkan oleh kegiatan manusia khususnya
korporasi yang mengekspolitasi bumi secara besar-besaran yang hanya untuk mengejar
target ROI,ROA dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dampak luar ini disebut
externalites ( socialcost )

Karena besarnya dampak externalites terhadap kehidupan masyarakat, masyarakat pun


menginginkan agar dampak ini dikontrol sehingga dampak negati, externaldiseconomy
atau socialcost yang ditimbulannya tidak semakin besar. Dari sini berkembanglah ilmu
akuntansi yang selam ini dikenal hanya memberi informasi tentang kegiatan perusahaan

138
dengan pihak kedua. Dengan adanya tuntunan ini, akuntansi bukan hanya merangkum
informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak kedua ( partner bisnis ), tetapi juga
dengan lingkungannya pihak ketiga. Hubungan perusahaan dengan lingkungannya
bersifat non-reciprocal artinya transaksi itu tidak menimbulkan prestasi timbal balik dari
pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang mencatat, mengukur, melaporkan
externalites ini disebut dengan socioeconomicaccounting (SEA). Istilah lain bisa juga
dipakai misalnya environmentalaccounting, socialresponsibilityaccounting, dan
sebagainya. Dalam akuntansi konvensional yang menjadi faktor perhatiannya adalah
pencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan atau dampak yang timbul akibat hubungan
antara perusahaan dengan pelanggan atau lembaga lainya (reciprocaltransaction) .
sedangkan socialeconomicaccounting menyoroti aspek sosial atau dampak
( externalities ) dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Bidang ini terasa penting saat
ini khususnya bagi kita di indonesia karena banyaknya kegiatan pemerintah maupun
perusahaan yang justru ada yang menimbulkan penyakit sosial seperti kerusakan
ekosistem, polusi, kriminal, monopoli, keterbelakangan desa, meningkatnya utang,
diskriminasi, kemiskinan, dan lain-lain. Dan hal ini sangat disadari dan diperhatikan
sekarang khususnya oleh gerakan LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) seperti
Greenpeace di Eropa dan Amerika. Ilmu socioeconomicaccounting ( SEA) ini merupakan
bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasian, mengukur,
menilai, melaporkan aspek-aspek scialbenefit dan socialcost yang ditimbulkan oleh
lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran
lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas dan lingkungan
secara keseluruhan.

B. Timbulnya SEA
kemajuan industri setelah perang II dan munculnya negara sebagai aktor dlam
peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga
merusak kualitas hidup. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial
ini adlah ketiadaan media pengukur arithmeticofquality. Hal ini tergambar dari
pernyataan A.W. Clausen, bekas direktur Word Bank sebagai berikut:

139
“ saya samapikan bahwa salah satu alasan yang paling kuat atas ketida respon, kita
terhadap isu penyakit sosial itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesainya
adalah ketiadaan ukuran kualitas ( Belkaouni, SEA,hlm. 3)”

Ukuran itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan mengetahui
berapa jauh efek kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup manusia, apakah
berdampak posiif atau negatif. Berapa kontribusi perusahaan untuk meningkatkan
pendidikan pegawainya ataupun masyarakat? Berapa jauh pengaruh polusi, pengrusakan
lingkungan yang ditimbulkannya? Hal-hal inilah mestinya yang diukur oleh SEA sebagai
salah satu ukuran kualitas.

C. Definisi SEA
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama
dengan SocialAccounting yang dihubungkan dengan National IncomeAccounting. Para
ahli juga telah banyak memberikan defenisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi
dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang SocioEconomicAccounting. Beliau
menyatakan sebagai berikut :
- SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut
pengaturan, pengukuran analisis, pengungkapan pengaruh ekonomi dan spsial
dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang
bersifat mikro dan makro. Pada tingkatan makro bertujuan untuk mengukuar
dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakap sosial
accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi.
Pada tingkatan ,ikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup: financial dan
managerial social accounting, social auditing.

Ada juga yang menyebutkan socioeconomicaccounting sebagai


socialresponsibilityaccounting .SEA ini tidak sama dengan socialaccounting yang
pengertiannya adalahpengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu sistem ekonomi
berfungsi dan memberikan data periodik yang menyangkut indikasi posisi suatu negara
menyangkut ukuran externalities itu. Sicialacciunting ini sering juga disebut
nationalincomeaccounting atau macrosocioeconomicaccounting.

140
Dalam kaitanya dengan sistem ekonomi, SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem
ekonomi yang bercirikan sintese, dari sistem ekonomi antara socialeconomy dan
institutionaleconomy. Socialeconomy mempunyai komitmen yang dalam terhadap
kesejahteran manusia dan keadilan, sedangkan intitutionalis mempunyai komitmen yang
besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis sosial ekonomi masyarakat. Negara kita
adlah negara yang memperjuangkan kesejahtraan rakyatnya, karena itu SEA ini penting
diterapkan bahkan diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di
negara kita.

D. Pendorong Munculnya SEA


Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatan-kegiatan sosial
merupakan saksi dan penyebab yang mendorong tibulnya SEA. Seperti perubahan sikap
para ahli dan pengambilan keputusan terhadap peranan bisnis dan unit pemerintah dalam
kaitannya dengan efek sosial yang ditimbulkannya. Adayakecederungan beralihnya
perhatian pada kesejahteraan individu ke sejahteraan sosial. Kecenderungan yang
bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek
sampingnya ke arah mencai laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnya kementrian
atau dapartemen ( unit ) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan
dengan kemunculan SEA. Kecenderungan ini semua dapat kita lihat dari beberapa
paradigma berikut ini :
1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial
Sejarah menunjukan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat
yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antarunitunit masyarakat itu
sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga
tidak akan maju tanpa dukungan langgananya maupun lingkungan sosialnya.
Kenyataan ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabanya.
Untuk mengetahui antara negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan
masyarakatnya, SEA ini sangta berperan.
2. Kecenderungan terhadap kesadaran lingkungan
Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the humen exceptionalism paradigm
menuju the new environmm=ent. Paradigma yang pertama mengganggap bahwa
manusia adalah makhluk unik dibumi ini yang memiliki kebudayaan sendiri yang
tidak dapat dibatasi oleh kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang
141
terakhir menggap bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam-macam
makhluk yang mendiami bumi ynag saling memunyai keterkaitan dan sebab akibat,
dan dibatasi olehketerbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi,atau politik.
Sekarang manusia semakin menyadari bahwa paradigma yang belakanganlah yang
benar dan menjadi pedoman sehingga perhatian kepada lingkungna semakin besar.
Namun sayangnya, ada juga kita lihat gejala baru yang justru akan menggangu
kesejahteraan sosial, yaitu perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan binatang
peliharaan dan kesayang, di negara-negaramaju dan mengabaikan kesejahteraan
makhluk manusia sendiri. Kesadaran akan kebenaran environment paradigm
merupakan salah satu pendorong munculnya SEA.
3. Perspektif Ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit
maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli
sehingga muncul kelompok-kelompok yang menamakan dirinya penyelamat
lingkungan seperti greenpeace, lembaga konsumen, dan lain-lain. Salah satu
kelompok tingkat dunia yang menaruh perhatian terhadap ekosistem ini adalah club
of rome yang terkenal dengan pemdapatnya limits to growth, salah satu putra terbaik
kita, almarhum Dr. Soedjatmoko, mantan rektor universitas PBB di jepang, termasuk
salah satu anggotanya, walaupun pendapat club of rome ini dikeluarkan tahun 1975,
namun hal ini masih segar dan relevan buat kita masa kini. Beberapa saranya yang
paling penting adalah stabilitas antara kelahiran dan kematian, stabilisasi inestasi
dengan penyusunan barang modal, pengurangan konsumsi sumber-sumber alam,
pengutamaan pendidikan dan konsumerisme, penurunan poplasi industri, dan lain-
lain. Tanpa pembatasan terhadap tingka laku manusia tampaknya yang timbul hanya
kehancuran dan kekacauan termasuk gempa bumi dan tsunami. Perspektif terhadap
ekosistem ini mendorong SEA. Pertemuan-pertemuan internasional untuk
menyelamatkan bumi dari global warning semain intensif termaksud proyek MDG
( Millennium Development Goals)
4. Ekonomisasi vs sosialisasi
Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai suatu
unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan
kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi memfokuskan perhatiannya lterhdap
kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh
kegiatannya. Walaupun sosialisasi ini belum tanpak nyata, namun pengaruh
142
pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepentingan sosial.
Akhirnya, perlu alat ukur sampai seberapa jauh pengaruh perusahaan terhadap
masyarakat.

Sikap Mengatasi Penyakit Sosial

Penyakit sosial yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan negara dan business perlu
ditanggulangi scarh tepat dan terarah, salah satu upaya kearah itu adalah perlunya standar
atau ukuran tentang kualitas pengaruh kegiatan ini. Di sampiang itu, tentunya sikap baru
yang muncul belakangan ini yang cenderung kearah memperhatikan kesejahteraan sosial
perlu didukung dan dimantapkan,bahkan perlu diratifikasikan dandiinstitusionalisasikan,
hubungan perusahaan masyarakat perlu diserasikan dengan jalan keterlibatan perusahaan
untuk memperbaiki ketimpangan sosial masyarakat. Hal ini sudah banyak dimulai oleh
banyak perusahan di indonedia, antar lain keterlibatan perusahaan dalam pembersian air
limbah akibat industrinya, keterlibatanya dalam kegiatan olahraga, dakwah, pendidikan,
bantuan terhadap bencana alam, memberikan beasiswa, dan sebagainya. Dan hal ini telah
diatur oleh undang-undang lingkungan hidup yang sudah iberlakukan itu dan juga UU
Perseroan terbatas.

Memang masih banyak lagi hal yang belum terlibat bahkan masih melahirkan kerusakan
lingkungan. Sayangnya ukuran untuk menilai mana yang paling banyak memberikan
kontribusi positif atau dampak negatif terhadap sosial atas kegiatan ini belum ada. Di
sinilah peranan SEA dan socialresponsibility perusahaan diharapkan untuk baik
melakukan kegiatan sosial yang mempunyai pengaruh socialeconomy maupun
melaporkan, mengukur dan menilai kontribusi perusahaannya terhadap sosial yang
bersifat diseconomy. Berapa socialcost yang ditimbulkan industrinya, dan beberapa pula
keuntungan yang telah ditimbulkannya. Dengan adanya ukuran senacan ini perusahaan
dan pemerintah akan dapat mengambilkebijaksanaan, keputusan terhadap dampak
externalities ini. Penilaian terhadap variabel ini semua merupakan bidang dari
socialauditing.

E. Konsep SEA
143
Konsep pegukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli.
Dan FSAB sendiri pun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun
SEA, khususnya tentang polusi telah mewajibkan perusahaan untuk menyajikan
pengungkapan. Di phak lain AAA,AICPA telah membentuk komite dan telah
mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst
& Ernst telah melakukan penelitian sejak 1971 tentang keterlibatan soaial perusahaan
yang diungkapkan dalam pelaporan tahuanan perusahaan.

Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut:


a. Lingkungan
b. Polusi
c. Pencegahan kerusakan lingkingan, konvervasi sumber-sumber alam, dan lain-lain
Energi
d. Konservasi energi
e. Penghematan, dan lain-lain Praktik usaha yang fair
f. Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya
g. Penggunaan tenaga wanita sebagai karyawan
h. Pembukuan unit usaha diluar negeri, dan lain-lain Sumber tenaga manusia
i. Kesehatan dan keamanan pegawai - Training, dan lain-lain Keterlibatan terhadap
masyarakat
j. Kegiatan masyarakat sekitar
k. Bantuan kesehatan
l. Pendidikan
m. Seni, dan lain-lain Produksi
n. Keamanan produksi - Mengurangi polusi
o. Keracunan, dan lain-lain

Disamping variabel diatas, penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain:
Keterlibatan dengan kegiatan pemrintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan
informasi mengenai perusahaan dan produksi, peningkatan pendidikan masyarakat,
menghargai hak asasi, pembangunan prasarana kota/desa, pembangunan tempat rekreasi,
peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan seni dan lain-lain.

144
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan masyarakat dan tentu ditambah lagi sesuai keadaaan kita di indonesia, seperti
peingkatan prestasi olahraga, kegiatan keagamaan dan dakwah, pendirian lembaga sosial
dan pendidkan dan sebagainya

Etika dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pernyataan yang selalu muncul dalam debet ilmiah tentang peran bisnis adlah apakah
perusahaan sebagai suatu lembaga unik yang tujuannya mencari laba dan kadang disebut
sebagai “ binatang ekonomi” wajib memiliki etika dan tanggung jawab sosial sebagaiman
manusia yang beragama; bagaimana menurut paham kapitalis; dan bagaimanbagaiman
pula paham kita sebagai negara pancasila? Jawaban atas pertanyyan ini merupakan suatu
hal yang yang akan menentukan kemungkinan eksistensi SEA dalam lingkungan sosial
masyarakat. Dengan kata lain, dalam masyarakat yang berperan bahwa perusahaan tidak
perlu memiliki etika dan tanggung jawab sosial, maka SEA relatif tidak perlu.
Sebaliknya, paham yang mengagap perusahaan memiliki etika dan tanggung jawabsosial
berpendapat bahwa SEA mempunyai peranan yang cukup penting. SEA sebagaiman
dijelaskan dimuka merupakan penerapan akuntansi dalam ilmu sosial yang menyangkut
pengaturan, pengukuran, analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari
kegiatan pemerintah dan perusahaan. Apabila perusahaan tidak mau tahu dengan sosial
dan dari akibat tindakannya serta tidak ada kemaunya untuk mengobati penyakit sosial,
maka SEA relatif tidak perlu. Walaupun secara konsepsional paham yang demikian
masih ada, kecenderungan menunjukan sekalipun dinegara kapitaslis, perusahaanmasih
dianggap punya etika dan tanggung jawab.

F. Perusahaan dan Ketertiban Perusahaan


Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
sosial. Sepanjang penelitian kepuasan, ada tiga pandangan atau model yang
menggambarkan tentang keterlibatan perushaan dlam kegiatan sosial. Ketiga model itu
adalh sebagai berikut:
1. Model klasik
Pendapat ini, yang berkembang pada abad ke-19, bertitik-tolak pada konsep
persaingan sempurna, dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk
145
dan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang
sebesarbesarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna dan
pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata
hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan
dipersembahkan kepada pemilik modal. Seorang fundamentalis di bidang ini, Milton
Friedman menyatakan:

Ada satu dan hanya satu tanggung jawab perusahaan, yaitu menggunakan kekayaan
yang dimilikinya untuk meningkatkan laba sepanjang sesuai dengan aturan main yang
berlaku dalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan ( Milton
Friedman, Capitalism and Freedom 1962).

Jelasnya perusahaan,menurut pendapat ini, tidak perlu memikirkan efek sosial yang
ditimbulkan perusahaan dan tidak perlu memikirka usaha untuk memperbaiki
penyakit sosial. Itu bukan urusan bisnis, tetapi urusan pemerintah.

2. Model manajemen
Pendapat ini imbul sekitar tahun 1930, setelah muncul tantangan baru daru dari
perusahaan yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan keadaan sebelumnya
yang diwarnai oleh pemikiran model klasik. Menurut pendapat ini perusahaan
dianggap sebagai lembaga permanen yang hidupdan punya tujuan tersendiri. Manajer
sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal, tetapi juga mereka yang terlibat
langsung dengan hidup matinya perusahaan seperti karyawan, langganan,supplier,
dan pihak lain yang ada kaitannya dengan perusahaan yang tidak semata-mata
didasarkan atas adanya hubungan kontrak perjanjian ( Frank X. Suttin et.al.1956)

Dengan demikian, manajer sebagai tim yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan
tanggung jawab sosial perusahaan mengingat ketergantungan dengan pihak lain
( masyarakat ) yang juga punya andil dalam pencapain tujuan perusahaan yang tidak
hanya memikirkan setoran baut pemilik modal.

3. Model Lingkungan Sosial

146
Model ini menekankan bahwa perusahaan menyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan
politik yang dmilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan ( bersumber ) dari
lingkunagan sosial dan bukan hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model
klasik. Konsekuensinya perusahaan harus berpartisifasi aktif dalam menyelesaikan
penyakit sosial yang berada di lingkungan seperti sistem pendidikan yang tidak
bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak teratur,
keamanan, dan lain-lain.kalau modelmklasik punya tujuan untuk menyejahterakan
pemilik modal dan modelmanajemen menyejahterakan manajemen, dalam model ini
perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang menyangkut
kesejahteraan sosial secara umum ( Ahmad Belkaoui, 1980). Dengan demikian, dalam
memiliki proyek yang akan dibangun, di sampai memperhatikan persentasi laba, juga
harus memperhatikan keuntungan dan kerugian yang mungkin akan diderita oleh
masyarakat. Berdasarkan pengamatan sepintas, baik karena pengaruh tuntunan
masyarakat melalui tangan pemerintah maupun perubahan sikap manusia dalam
perusahaan saat ini. Hal ini berlaku, baik di negara kapitalisme, sosialisasi, apalagi
dinegara kita.

4. Kearah eksistens etika dan tanggung jawab sosial perusahaan


Dalam literatur telah banyak dibahas tentang sikap perusahaan terhadap etika dan
tanggung jawab sosial. Mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai
kepada keterlibatan total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkaoui dengan
cara sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima kategori yang seirama
dengan ketiga model yang disajikan di atas ( Ahmed Belkaoui,SEA,1984). Berikut ini
kita sajikan berturut-turut :
1) tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang
maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba yang sebesar-besarnya
tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi
panggilan tugasnya sebagai badan usaha. Menurut kategori ini, apabila
perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya,
maka akan merusak sendi-sendi ekonomi persaingan bebas keadaan ini sama
dengan model klasik diatas

2) disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhaatikan


pihakpihak tertentu dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan
147
dengan perbaikan kesejahteraan karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik
dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-lain.

3) perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas
tanggung jawab manajemen. Mc Guire menggambarkan potret perusahaan
sebagai berikut: Ide tanggung jawab sosial disini dimaksudkan bahwa perusahaan
tidak hanya punya tanggung jawab ekonomi dan hukum, tetapi juga tanggung
jawab tertentu terhadap sosial diluar kewajiban utamanya. Perusahaan harus
punya perhatian terhadap politik, dalam mensejahterakanmasyarakatnya,dalam
memperbaiki pendidikan, dalam mensejahterakan karyawan, dan hal lain yang
bersangkut-paut dengan itu. Rasanya hal ini berarti bahwa perusahaan harus
berperilaku sebagaiman seorang penduduk yang baik. ( josephW.McGuire,
Business andSociet, 1963). Sebagai penduduk yang baik maka perusahaan
mestinya juga bertindak seperti penduduk yang memperhatikan etika sosial.

4) dalam kelompok ini, tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal yang
besifat ekonomi dan nonekonomi dalam kategori ini dikenal tiga pusatlingkaran;
Lingkaran dalam, mencakup tanggung jawab dasar melaksanakan fungsinya
dengan efisien, seperti fungsi produksi, penyediaan job, dan pertumbuhan
ekonomi.

Lingkaran tengah, mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi


ekonominya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang
berlaku dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas
hidup, hubungan dengan karyawan dan lingkungan perusahaan.

Lingkungan luar, mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih
berkembang, di mana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk
memperbaiki lingkungan sosial ( Jacobi, CorporatepowerandSocialResponsibility,
1973)

148
5) tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakup
keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakashsethi merumuskan bentuk ini
dalam tiga dimens

Socialobligation, merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaan


pasar sesuai dengan ketentuan hukum.

Sosial responsibilitymenggerakan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai


dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat yang berlaku.

Sosial responsiveness merupakan respons perusahaan untuk menjawab isu yang


akan timbul di masa datang ( S.P rakashSethi, AcademyOfManagementReview,
1979).

6) kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliputi oleh
literatur tentang bentuk dan batas tanggung jawab sosial perusahaan diatas. Kita
di indonesia tentu belum punya batasan yang jelas tentang tanggung jawab sosial
ini yang mestinya perlu dipikirkan. Namun yang jelas, tampaknya terlepas apa
motifnya, di indonesia sudah banyak perusahaan yang ounya perhatian dan
keterlibatan dengan lingkungan lingkungan sosialnya. Hal ini tentu perlu dipupuk,
dimoderator, dan bila perlu ditunjang dengan insentif dan penghargaan yang
berarti. Ketentuan perpajan baru yang terutang dalam UU Perpajan yang tidak
mengakui sumbangan sosial sebagai sesuatu yang dapat mengurangi pajak
sebenarnya, bertentangan dengan sikap kita sebagai negara yang memperhatiakan
aspek sosial yang sebenarnya tidak hanya monopoli pemerintah. Anehnya di
negara kapitalis umumnya seperti USA, sumbangan kepada kepentingan sosial,
agama,seni, dan lain-lain diakui sebagai yang dapat mengurangi ( taxdeductible)
pendapatan kena pajak.

Bradshaw mengemukakan ada tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan


yaitu sebagai berikut :
a. Corporate philanthropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas
ketermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk
tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan
149
alain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
b. Corporate responsibility, disini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah
merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU
atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan
c. corporate policy, disini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah
merupakan bagian dari kebijakannya. Di indonesia menurut beberapa UU
perusahaan ikut bertanggung jawab mensejahterakan masyarakat, apalagi
menurur UUD 45 Pasal 33.

BAB 11

AkUNTANSI SDM

A. Pengantar
Dari berbagai pernyataan manajer, eksekutif kita selalu mendengar bahwa aset yang
paling berharga dalam perusahaan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya
intellectual capital-nya. Dan memang kalau kita jujur, dalam perusahaan itu perkiraan
kas, aktiva tetap, aktiva berwujud dan tidak berwujud nonmanusia lainnya itu sebenarnya
dikendalikan oleh manusia. Tanpa manusia, sumber daya perusahaan itu tidak akan bisa
menghasilkan laba atau menambah nilai sendiri. Manusialah yang mengelola suatu
perusahaan dan manusialah yang menciptakan nilai tambah itu. Diluar manusia adalah
aktiva pasif yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa intervensi kebijakan manusia.

Manusia yang berbeda mengelola suatu aset atau sekumpulan aset yang sama bisa
menghasilkan nilai tambah yang berbeda. Atau dengan kata lain manusia itu khususnya
kemampuannya, kebijaksanaannya atau daya intelektual memiliki arti penting dan
memiliki peranan yang sangat besar dalam mengelola suatu perusahaan. Akan tetapi,
sayangnya dalam laporan keuangan suatu perusahaan kita jarang melihat ada nilai dari
SDM itu dalam laporan keuangan baik dineraca maupun dilaporan laba rugi. Kalaupun
150
ada dalam laporan keuangan hanya dalam pos biaya gaji atau biaya pelatihan, pendidikan.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk SDM itu dianggap sebagai biaya operasional
(revenue expenditure, expence approach) bukan pengeluaran modal atau (capital
expenditure).

Karena semakin derasnya desakan pentingnya diukur nilai SDM dan semakin banyak
perusahaan yang mengandalkan Intellectual Capital (komputer, sepakbola) ini, beberapa
upaya untuk mengukur, melaporkan nilai SDM ini dalam laporan keuangan semakin
banyak. Dalam bab ini kita akan mencoba membahas pengertian dan perkembangan
akuntansi SDM ini. Bidang lain yang juga relevan dengan Human Resource Accounting
ini adalah employee Reporting dan Value Added Reporting.

B. Definisi
The Committe on Human Resources Accounting dan AAA (Belkaoui, 1985)
mendefinisikan ASDM sebagai berikut :
Proses mengidentifikasikan dan mengukur data tentang sumber daya manusia dan
menyampaikan informasi ini kepada mereka yang berkepentingan.

Ada tiga fungsinya, yaitu:


1. sebagai kerangka kerja untuk membantu pengambilan keputusan di dalam SDM
2. memberikan informasi kuantitatif tentang biaya dan nilai SDM sebagai unsur
organisasi; dan
3. memotivasi manajer mengadopsi informasi SDM dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut orang.

Belkaoui (1995) mengidentifikasikan akuntansi SDM sebagai suatu proses


mengidentifikasi, mengukur data tentang SDM dan mengomunikasikan informasi ini
kepada pihak yang berkepentingan. Dari definisi ini terdapat tiga tujuan akuntansi sumber
daya manusia, yaitu:

1. Mengidentifikasikan nilai sumber daya manusia


2. Mengukur biaya dan nilai manusia yang berkontribusikan kepada perusahaan
3. Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia.

151
Akuntansi SDM mencoba mencatat pengeluaran untuk sumber daya manusia sebagai
investasi atau aktiva bukan sebagai biaya (terkecuali pengeluaran minor tertentu yang
dikelompokkan langsung sebagai biaya). Pengeluaran yang dicatat sebagai investasi
pengeluaran rekrutmen, biring, formal dan informal training, orientasi, pengembangan,
dan lain sebagainya. Jumlah investasi ini dikapitalisasi dan akan diamortisasi secara
periodik menurut taksiran tenure dari staf yang bersangkutan. Dalam hal ada
pengunduran dari staf dicatat sebagai kerugian.

Kemudian, dari berbagai isu yang menyangkut akuntansi sumber daya ini beliau
berpendapat:

1. Mengapitalisasi biaya sumber daya manusia lebih valid daripada membiayakannya


2. Informasi mengenai sumber daya manusia ini tampaknya sangat relevan bagi proses
pengambilan keputusan, baik untuk pihak eksternal maupun internal.
3. Akuntansi sumber daya manusia ini menunjukkan pengakuan secara eksplisit bahwa
manusia adalah sumber daya organisasi dan merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari sumber daya lainnya.

Tujuan akuntansi sumber daya manusia (ASDM) ini adalah memberikan informasi
tentang sumber daya manusia dalam suatu perusahaan yang berguna bagi pengambilan
keputusan. Secara umum fungsi ASDM ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melengkapi informasi tentang nilai SDM untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan tentang perolehan, alokasi, pengembangan, pemeliharaan
SDM agar tercapai efektivitas tujuan organisasi.
2. Untuk memberikan informasi kepada manajer personalia agar dia dapat secara efektif
memonitor dan menggunakan SDM.
3. Memberikan indikator dalam pengawasan aktiva. Misalnya apakah aktiva ini
dipertahankan; dijual atau dinaikkan; berapakah nilainya, apakah nilai sumber daya
ini berkurang atau naik selama satu periode tertentu ?
4. Membantu pengembangan prinsip manajemen dengan menjelaskan akibat keuangan
dari berbagai praktik ASDM.

152
Dipihak lain, Belkaouni (1995) mengemukakan beberapa argumen yang mendukung
keberadaan ASDM ini sebagai berikut :

1. Untuk bisa memenangkan strategi persaingan yang semakin tajam karena dengan
adanya ASDM ini manajemen memiliki informasi yang lengkap, akurat dan relevan
tentang SDM sehingga manajemen SDM lebih baik.

2. Dalam gelombang ketiga sebagaimana yang dikemukakan oleh Alvin Toffler


akuntansi SDM ini sangat berperan. Alvin Toffler mengemukakan ada tiga
gelombang perkembangan dunia, gelombang pertama ekonomi didominasi dan
digerakkan sektor pertanian dan pertambangan; gelombang kedua ekonomi
digerakkan oleh sektor industri dengan upah buruh yang murah; sedangkan
gelombang ketiga ditandai dengan knowledge work atau knowledge badan ekonomi
dimana ekonomi digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada era ini
dibutuhkan manajemen yang sangat tepat untuk SDM itu, jika tidak bisa merugikan
perusahaan. Oleh karenanya maka ASDM sangat dibutuhkan.

3. Konflik antar pemilik modal dan buruh. Dalam situasi dimana konflik antara pemilik
modal dan buruh maka sering yang terjadi adalah akuntansi partisan yang disebut
juga Pertisan Accounting atau Adversary Accounting. Adversary Accounting ini
adalah metode pencatatan akuntansi yang mementingkan pihak sendiri umumnya
pemilik modal sehingga pihak lain merasa dirugikan sehingga muncul lagi konflik.
Situasi inilah yang memunculkan employee reporting, human recourcess accounting
dan value added reporting. Dengan adanya ASDM ini maka diharapkan dapat
diharmonisasikan.

4. Mendukung empowerment process. ASDM ini dapat mendukung empowerment


process yaitu suatu proses meningkatkan perasaan percaya diri di antara anggota
organisasi melalui identifikasi keadaan yang menimbulkan ketidakberdayaan dan
dengan menghilangkan ketidakberdayaan ini oleh praktik organisasi formal dan
teknik informasi yang efektif. ASDM akan sangat membantu melaksanakan
memberikan informasi dalam empowerment process ini.

153
Manajemen akuntansi Sumber Daya Manusia menurut Flamholtz (1974:11) terdiri dari :

1. Akuisisi Sumber Daya Manusia


2. Pengembangan Sumber Daya Manusia
3. Kebijaksanaan Akuisisi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
4. Alokasi Sumber Daya Manusia
5. Konservasi Sumber Daya Manusia
6. Penggunaan Sumber Daya Manusia
7. Penilaian dan Pemberian Penghargaan kepada Sumber Daya Manusia
8. Keseluruhan Fungsi Sumber Daya Manusia itu.

C. Manajemen Akuntansi Sumber Daya Manusia


Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia untuk membantu para manajer perusahaan
dalam mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi sumber daya manusia. Hal ini semakin
penting terutama dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif sehingga diperlukan
management strategy yang tepat dalam mengelola SDM ini. Untuk mengelola SDM
secara baik, diperlukan informasi tentang SDM yang akurat dan relevan. Akuntansi SDM
memberikan informasi kuantitatif maupun kualitatif kepada manajemen mengenai
pemenuhan, pengembangan, pengalokasian, kapitalisasi, evaluasi dan penghargaan atas
sumber daya manusia. Dalam kaitan inilah diperlukan pengukuran mengenai biaya dan
nilai sumber daya manusia.

Akuntansi konvensional yang selama ini menilai semua pengeluaran yang berkaitan
dengan investasi sumber daya manusia diakui sebagai biaya dan bukan aset. Penilaian ini
mengakibatkan informasi keuangan yang berguna bagi pemakaian laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan menjadi terdistorsi. Khususnya pengukuran pada Return on
Investment (ROI) perusahaan (Flamholtz, 197:21). Adanya under estimate pada nilai
aktiva karena sumber daya manusia diakui sebagai beban perusahaan yang artinya bahwa
beban merupakan semua pengeluaran perusahaan untuk aktiva manusia dibiayakan dalam
periode terjadi atau berjalan. Banyak pengeluaran yang tidak diperhitungkan dalam
investasi walaupun pengeluaran tersebut memberikan kontribusi laba dimasa yang akan
datang. Kondisisi ini diperparah dengan menitik beratkan pada laba jangka pendek

154
sehingga mengabaikan pengembangan kualitas karyawan, interpersonal relationship
dimana manusia dianggap sebagai benda mekanis yang harus memenuhi target
perusahaan jangka pendek. Dengan demikian, berdampak pada nilai perusahaan itu
sendiri dan sangat memengaruhi keputusan manajemen maupun investor.

Ada dua alasan utama untuk memperlakukan investasi sumber daya manusia sebagai
aktiva dalam laporan keuangan perusahaan, yaitu:
1. Investor sekarang dan investor yang akan datang (potential investor) memerlukan
informasi untuk menentukan nilai dari suatu perusahaan
2. Investasi sumber daya manusia memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai aktiva.
Sumberdaya manusia memberikan jasa sekarang dan masa yang akan datang yang
tidak dimiliki oleh mesin dan aktiva yang lain.

D. Perkembangan Akuntansi Sumber Daya Manusia


Menurut Flamholtz, ada lima tahap perkembangan akuntansi sumber daya manusia, yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap Pertama (1960-1966)
Awal perkembangan akuntansi sumber daya manusia bermula dari semakin
berkembangnya teori akuntansi itu sendiri, selain itu juga dipengaruhi oleh
perkembangan model organisasi, model dan gaya manajerial didalam organisasi,
keperluan atas informasi sumber daya manusia dan perkembangan teori ekonomi
mengenai modal, manusia, perhatian ahli jiwa organisasional terhadap efektivitas
kepemimpinan, perspektif sumber daya manusia serta perhatian terhadap sumber daya
manusia sebagai komponen dan goodwill bagi perusahaan.
2. Tahap Kedua (1966-1971)
Periode ini merupakan waktu dimana telah banyak dilakukan riset akademik dari
beberapa model dan teori mengenai akuntansi sumber daya manusia untuk menilai
validitas model dan teori serta pengukuran terhadap biaya sumber daya manusia.
Salah satu teori yang dikembangkan adalah teori biaya sumber daya manusia
penggunaan sekarang dan potensial. Tujuan yang diharapkan dari biaya sumber daya
manusia sebagai alat didalam mengatur kinerja perusahaan dan berguna bagi pemakai
eksternal dari laporan perusahaan. Roger Harmanson merupakan salah satu peneliti
dalam studi akuntansi sumber daya manusia pada tahap kedua ini. Study yang
155
dikembangkannya adalah bagaimana mengukur nilai aktiva manusia sebagai salah
satu unsur goodwill perusahaan pada masa produktif atau manusia dipekerjakan.
Serangkaian proyek yang didesain untuk mengembangkan konsep-konsep dan metode
akuntansi sumber daya manusia dilakukan oleh Rensis Likert,R.Lee Brummet,
William C.Pyle, dan Erik G.Flamholtz di awal 1967.
3. Tahap Ketiga (1971-1976)
Tahap ini mengalami kemajuan dalam riset akuntansi sumber daya manusia, tidak
hanya ada dilakukan oleh belahan dunia barat dan Australia tetapi juga oleh kawasan
Timur yang diawali oleh Jepang. Ciri yang menonjol dalam fase perkembangan
akuntansi sumber daya manusia ini lebih teraplikasikan dan dilakukan oleh organisasi
wirausaha yang relatif masih kecil. Dalam dunia akademik hasil riset yang telah
dilakukan dipublikasikan dan dapat dipertimbangkan, aktivitas seminar dan
dibentuknya Komite Akuntansi Sumber Daya oleh American Accounting Association
pada tahun 1971-1972 dan 1972- 1973.
4. Tahap keempat (1976-1980)
Banyak kalangan yang menilai bahwa akuntansi sumber daya manusia merupakan
suatu hal yang utopis atau suatu stori yang sulit untuk diaplikasikan pada dunia usaha.
Gambling dalam bukunya Accounting for Human Factor menyebutkan bahwa adlah
tidak mungkin untuk memasukkan sumber daya manusia kedalam neraca seperti aset
yang lain. Ia juga berpendapat bahwa kapitalisasi atas biaya rekrut dan pelatihan
termasuk dalam masalah pengalokasian overhead. Dari pesimistis beberapa pemikir
ini, pengembangan riset akuntansi sumber daya manusia mengalami titik
kemunduran. Beberapa alasan yang mengakibatkan stagnasi riset adalah kebanyakan
riset pendahuluan yang relatif mudah telah diselesaikan, riset sisa yang diperlukan
untuk mengembangkan akuntansi sumber daya manusia relatif rumit, kurangnya
lahan atau organisasi yang memberikan pelayanan sebagai tempat riset untuk studi
riset lapangan, biaya riset yang relatif besar sedangkan hasil dan manfaat dari
penelitian kurang pasti
5. Tahap Kelima (1980-sekarang)
Walaupun pada tahap sebelumnya perkembangan akuntansi sumber daya manusia
mengalami kemunduran, tidak berarti bahwa penelitian yang dilakukan berhenti
begitu saja. Sejak tahun 1980 terjadi peningkatan peneliian pada studi akuntansi
sumber daya manusia. Hal ini disebabkan oleh bergesernya paradigma ekonomi
Amerika dari ekonomi industrial menjadi jasa yang berteknologi tinggi, yaitu tidak
156
lain dan tidak bukan adalah kualitas kritis dan adaptif sumber daya manusia yang
tinggi. Peningkatan ini tidak terlepas pula dari unsur politis persaingan terbuka antara
dunia akademik dan usaha Amerika dan Jepang. Dimana Jepang di dalam
pengelolaan sumber daya manusia sebagai aset dan membangun loyalitas karyawan
terhadap perusahaan sehingga berpengaruh pada meningkatnya produktivitas
karyawan perusahaan. Dalam Masyarakat Jepang seorang insinyur akan lebih bangga
dengan status insinyur PT X, daripada kebanggaan status sosial pendidikannya.

Sackman, Flamholtz, dan Lombardi (1989) mengemukakan tiga fase berikut ini :

1. Fase 1 Pengembangan dan Validasi (1963-1976)


Dalam fase ini muncul beberapa model pengukuran ASDM mulai dari Original Cost,
Replacement Cost dan Opportunity Cost. Selengkapnya beberapa model yang muncul
dalam literatur adalah sebagai berikut :
a. Sosial Psychology Indicator
b. Human Organization Effectiveness
c. Stochastic Reward Valuation Method
d. Certainty Equivalent Net Benefit
e. Behavioral Economic Outcomes
f. Unpurchased Goodwill Method
g. Adjusted Present Value Method
h. Discounted Earning
i. Discounted wages Flows
j. Markov Process
k. Economic Value

2. Fase II Penerapan Organisasi (1966-sekarang)


Fase ini dibagi tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Fase generasi ASDM Pertama (1966-1976) Dalam fase ini ada dua sistem :
1) Human Resources Cost System terdiri dari Original Cost, Replacement Cost,
Opportunity Cost Positional Replacement Cost
2) Human Recources Value System terdiri dari Positional Value, Present Value
dari Gaji Masa Depan, Monetary Value Benefit Potential

157
b. Fase kedua (1977-1985) terdiri dari:
1) HR Cost System yang terdiri dari Replacement Cost dan Opportunity Cost
2) HR Value System yang terdiri dari Stochatic Rewards Valuation Model dan
Monetary Value Benefit Potential.

c. Fase III Pengkajian melalui Riset Empiris (1972-sekarang)


Dalam tahap ini riset difokuskan pada dampak ASDM ini terdapat pengambilan
keputusan. Dalam tahap ini beberapa jenis informasi yang diungkapkan dalam
informasi ASDM adalah:
1) Informasi moneter
2) Informasi nonmoneter
3) Kombinasi antara moneter dan nonmoneter

Dalam konteks ini, ada tiga kemungkinan, yaitu intra organization, extra
organization, dan evaluee’s behavior and attitudes.

E. Pengukuran Nilai SDM


Memang faktor yang paling sulit dari isu ini adalah masalah bagaimana menilai sumber
daya manusia itu secara kuantitatif jika diakui bahwa sumber daya manusia itu
merupakan aset perusahaan. Dan sampai saat ini profesi akuntan atau General Accepted
Accounting Standart belum sepakat untuk memasukkan sumber daya ini sebagai pos On
Balence Sheet. Namun sebenarnya konsep menilai SDM ini dapat diambil dari General
Economic Value Theory. Sebagaimana aktiva fisik, individu atau grub dapat memberikan
nilai yaitu kemampuan mereka untuk memberikan jasa ekonomi dimasa yang akan
datang. Namun, kalau dipakai definisi aset yang berlaku saat ini dalam akuntansi, aset
seperti ini dinilai tidak dapat digolongkan sebagai aset karena perusahaan tidak dapat
mengontrol pada pemiliknya. Untuk ini dikenal human resources value theory. Dalam hal
ini dikenal dua teori, yaitu :
1. Flamholtz’s Theory
2. Likert and Bowers Theory

Teori flamholtz
158
Dalam model Flamholtz disebutkan bahwa untuk mengukur nilai individu maka dapat
dilihat dari interaksi dua variable :
1. the individual’s conditional value dan
2. the probability that the individual will maintain membership in the organization.

Conditional value adalah jumlah yang secara potensial dapat direalisasikan dari jasa
seorang yang diukur dari productivity, transferability, dan promotability. Pengertian
masing-masing adalah sebagai berikut.

Productivity disebut juga prestasi (performance) menyangkut suatu set jasa dari seorang
individu yang diharapkan diberikannya sewaktu dia menjabat posisinya yang sekarang.
Transferability adalah satu set jasa seorang individu yang diharapkan diberikannya jika
dia dipindahkan keposisi lain yang diharapkannya jika dia dipindahkan keposisi lain yang
ditawarkan pada posisi yang sama, tetapi jalur promosi yang berbeda. Sedangkan
promotability merupakan suatu aset jasa seorang individu yang diharapkan diberikannya
jika dan ketika dia menduduki posisi yang lebih tinggi dalam jalur promosi yang sama
atau berbeda.

Teori Likert dan Bower

Kalau Flamholtz mencoba menilai individu, Likert dan Bower menilai kelompok atau
kemampuan produktif dari orang yang ada dalam organisasi dari suatu perusahaan atau
unit yang ada didalamnya. Menurut Likert dan Bower ada tiga variabel yang saling
berhubungan yang memengaruhi efektivitas SDM dalam suatu organisasi, yaitu:

1. Causal
2. Intervening
3. End result

Variabel causal adalah variabel independen yang dapat secara langsung atau sengaja
diubah oleh organisasi dan manajemennya yang seterusnya menentukan perkembangan
dalam organisasi, tetapi hanya faktor-faktor yang dapat dikontrol olh organisasi dan
manajemen. Faktor yang tidak dapat dikontrol seperti misalnya keadaan bisnis
kendatipun merupakan variabel independen tetapi karena tidak dapat dikontrol tidak

159
dianggap sebagai variabel causal. Termasuk disini struktur organisasi, kebijakan
manajemen, divisi, strategi bisnis dan kepemimpinan, keahlian dan perilaku.

Variable interving menggambarkan keadaan internal, kesehatan dan kemampuan


berprestasi dari organisasi seperti loyalitas, sikap, motivasi, prestasi, tujuan, dan persepsi
seluruh anggotanya, dan kemampuan kelompok untuk melakukan tindakan bersama yang
efektif.

Variable end result adalah variabel dependen yang menggambarkan hasil yang dicapai
oleh organisasi seperti produktivitas, biaya, kerugian karena rusak, pertumbuhan, harga
saham dan laba.

Biaya SDM

Untuk menentukan biaya SDM maka telah dikemukakan berbagai teori dan model
pengukuran biaya SDM ini. Kalau dikelompokkan, ada dua bagian besar, yaitu:

1. Human Resource Cost Model


2. Human Resource Value Model

Jenis Biaya

Flamholtz mengidentifikasi dua nilai berikut ini :

1. Acquisition Cost, yaitu semua pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk


mendapatkan pejabat baru. Biaya langsung seperti biaya rekrutmen, biaya seleksi,
hiring, dan penempatan. Biaya tidak langsung biaya promosi dari dalami perusahaan.

2. Learning Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melatih pegawai sampai memiliki
kualitas yang diharapkan untuk menduduki jabatan tersebut. Biaya langsung seperti
biaya training, orientasi, on the job training. Sementara itu, biaya tidak langsung
adalah kerugian yang ditimbulkan berkurangnya produktivitas selama pelatihan

160
Flamholtz menggambarkan model pengukuran biaya SDM awal sebagai berikut :

1. The Historical Cost (Acquisition Cost)


Model Dalam metode ini nilai sumber daya manusia dihitung berdasarkan akumulasi
biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan rekrut men, seleksi, biring, pelatihan,
penempatan, dan pembinaan personalia yang bersangkutan. Akumulasi ini merupakan
harga cost yang akan diamortisasikan selama masa kerja yang bersangkutan. Dengan
demikian, perlakuannya sama seperti aktiva tetap lainnya. Menurut Flamholtz, biaya
awal SDM itu terdiri dari acquisition cost, di mana termasuk di dalamnya biaya
rekrutmen, seleksi, biaya wawancara dan penempatan. Sementara itu, learning cost,
termasuk di dalamnya biaya training dan orientasi, on-the-job training, trainer's time,
kerugian produktivitas selama masa training.
2. The Replacement Cost Model
Dalam metode ini nilai sumber daya manusia diukur dengan menaksir berapa biaya
yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan pegawai yang sama. Atau dapat juga
dihitung dengan menaksir berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk merekrut,
menyeleksi, hiring, melatih, menempatkan, dan mengembangkan pegawai yang sama
kualitasnya dengan yang ada sekarang.
3. The Opportunity Cost Model
Dalam model yang dianjurkan oleh Hekimian dan Jones (Belkaoui, 1985) ini nilai
sumber daya manusia diukur melalui proses penawaran yang bersifat kompetitif yang
dilakukan secara intern dengan didasarkan pada konsep opportunity cost. Di sini
investment center manager menawarkan pegawai yang dinilai langka sehingga hanya
mereka yang menjadi dasar pengukuran. Dan di sinilah letak kelemahan model ini
karena pemilihan atau kriteria langka ini dinilai bersifat subjektif dan diskriminatif.

161
BAB 12

RISET – RISET AKUNTANSI

A. Pengertian

Penelitian akuntansi merupakan suatu proses yang panjang, dimana setiap


penelitian akuntansi bertujuan untuk menemukan sesuatu pengetahuan baru atau untuk
menjawab suatu pertanyaan dalam mencari pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Manusia tidak pernah bebas dari generalisasi, karena tujuan pokok penelitian tentang
akuntansi atau suatu pemikiran yang sistematik adalah menemukan generalisasi baru
yang lebih berguna. Ada generalisasi, teori dan konsep yang lebih baik daripada yang
dipakai sekarang, dan tugas pelaku penelitian akuntansi adalah mengukuhkan dan
mensyahkannya. Penelitian akuntansi perlu ditinjau kembali sepanjang waktu dalam
bentuk mengdadakan penelitian akuntnasi pada masalah yang sama tetapi dikembangkan
secara terus menerus sepanjang proses penelitian akuntnasi. Hal ini berarti setiap pelaku
penelitian akuntansi harus mampu mengambil pelajaran dari setiap pengalaman penelitian
akuntansi sebelumnya untuk lebih memperbaiki pelaksanaan penelitian akuntansi
selanjutnya. Proses penelitian akuntnasi harus diadakan revies atau peninjauan kembali
secara terus menerus terhadap situasi dan perkembangan penelitian akuntansi.

162
Riset Pemasaran (Marketing Research) adalah sebuah proses yang perlu Anda
lakukan sebelum memulai bisnis maupun usaha. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
data yang objektif dan akurat untuk selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam membuat
keputusan. Proses yang ada meliputi pengumpulan data, observasi, serta pengolahan data
yang ada pada objek penelitian di dunia pemasaran. Baik itu bisnis skala kecil maupun
besar, siapa saja bisa menggunakan riset pemasaran.

A. Definisi Riset Pemasaran Menurut Para Ahli

Robby Susatyo
Menurut Robby Susatyo, yang dimaksud dengan Riset Pemasaran adalah upaya
mengidentifikasikan secara objektif dan sistematis.
Maholtra
Maholtra sendiri mengartikan riset pemasaran sebagai bentuk kegiatan berupa
pengumpulan, analisis, dan perangkaian informasi yang bertujuan untuk mengambil
keputusan atas masalah yang dihadapi.

American Marketing Association (AMA)


Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA), yang dimaksud dengan
riset pemasaran adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menghubungkan beberapa
pihak melalui sarana informasi. Baik itu masyarakat umum, konsumen maupun pelanggan.
C. Tujuan Riset Pemasaran
1. Evaluating
Bertujuan untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang telah diterapkan sebelumnya.
Selain itu Evaluating juga berfungsi untuk mengevaluasi atau me-review brand
positioning dengan cara membandingkan produk kita dengan kompetitor.
Singkatnya, Evaluating bertujuan untuk mengetahui apa yang perlu dievaluasi dari
strategi pemasaran Anda.
2. Understanding
Tujuan yang kedua yaitu understanding. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman bahwa feedback atau masukan dari konsumen adalah yang paling penting.
Karena sejatinya, perusahaan perlu mengetahui apa kebutuhan konsumen demi
meciptakan produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Pada tahap ini, riset yang

163
dilakukan biasanya berupa kebiasaan konsumen, perilaku, harapan, serta keluhan yang
ada terkait produk.
3. Predicting
Ketiga yaitu Predicting, bertujuan untuk memprediksi pasar. Tentunya tahapan
yang satu ini tidak bisa dianggap mudah karena dunia ini penuh dengan ketidakpastian.
Hal ini menjadikan predicting sangat beresiko karena hasil yang ada cenderung relatif.
Predicting dilakukan ketika perusahaan atau brand ingin menyasar target pasar dan
menyusun strategi pemasaran yang baru.
4. Controlling
Terakhir yaitu controlling yang bertujuan untuk menjaga setiap proses bisnis yang
tengah berjalan dan dilakukan secara reguler untuk mengatasi zero defect. Beberapa hal
yang menjadi acuan dalam tahapan ini antara lain: posisi produk di hadapan konsumen,
tren, serta efektifitas marketing tools yang digunakan, dan lain sebagainya. 
D. Peran Riset Pemasaran Dalam Rencana dan Strategi Pemasaran  
1. Menciptakan Ide
Adanya riset pasar dapat membantu Anda dalam menciptakan ide usaha bisnis. Terutama
bagi Anda yang baru akan memulai bisnis sendiri, hal ini akan memberikan Anda
gambaran terkait pasar yang akan dibidik serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil langkah ke depannya.

2. Variasi Pilihan Ide


Tidak hanya satu ide bisnis, dari melakukan riset pasar Anda akan memperoleh
beragam variasi ide yang dapat dipilih. Selanjutnya Anda bisa mencatat beberapa variasi
ide yang ada sesuai minat Anda untuk selanjutnya dapat menjadi pilihan alternatif.

3. Mempermudah Pengembangan Konsep


Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam mengembangkan bisnis yaitu
kesulitan mengembangkan konsep. Dengan adanya riset pemasaran Anda dapat
memperoleh beragam informasi dan data yang dapat dijadikan sebuah opsi untuk
membuat business plan.
4. Pengembangan dan Strategi Pemasaran
Melalui riset pemasaran Anda akan disuguhkan dengan beragam tren terkini. Hal
ini cukup penting mengingat pergerakan kondisi pasar dari waktu ke waktu cukup cepat.

164
Dengan megikuti tren yang ada, Anda akan memperoleh beragam informasi yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam menerapkan strategi pemasaran berikutnya.
5. Mengembangkan Produk
Pernakah Anda berpikir mengapa sebuah usaha dapat menjual lebih banyak
produk hanya dengan mengubah kemasan atau menambah variasi dari pilihan produk
yang ada? Hal itu dikarenakan adanya perubahan strategi yang telah dipertimbangkan
melalui riset pemasaran terhadap konsumen atau segmentasi pasar tertentu.

6. Test Pasar (Bertujuan untuk komersialisasi)


Adanya riset pasar dapat dijadikan sebuah percobaan untuk melihat apakah hasil
dari riset yang ada selaras dengan harapan yang kita inginkan. Pastinya, hal ini mengarah
pada komersialisasi atau tercipatnya penjualan.

E. Metode Riset Pemasaran


1. Kuesioner
Menggunakan formulir dengan sejumlah daftar pertanyaan yang dibutuhkan. Formulir ini
nantinya akan disebar sesuai dengan sampel riset yang Anda tuju. Misalnya Anda
membuka bisnis komputer gaming, kuesioner tersebut bisa disebar ke komunitas
penyuka game dengan range umur tertentu. 
2. Riset Group
Berupa diskusi kelompok yang memiliki ketertarikan yang sama. Pada diskusi ini Anda
dapat menanyai seputar keluhan, kebutuhan, serta harapan mereka terkait suatu produk.

3. Survei
Umumnya bersifat acak, tidak terpaku pada satu komunitas atau kelompok tertentu. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dari masyarakat terkait produk Anda.

4. Observasi
Bersifat deskriptif, mengamati suatu kejadian atas dasar sebab-akibat. Anda akan langsung
mengamati situasi pasar terkini yang berkaitan dengan bisnis Anda. Sebagai contoh melalui
sosial media atau mendatangi suatu tempat. 

F.Langkah Dasar Melakukan Riset Pemasaran

Berikut ini adalah beberapa langkah sistematis dalam melakukan riset pemasaran:

165
1. Rumusan Masalah
Poin ini sangat krusial agar kita mengetahui tujuan apa yang hendak dicari maupun digapai
setelah riset pemasaran selesai. Rumusan masalah ini juga nantinya dapat menjadi patokan
kita untuk terfokus pada masalah yang ada dan tidak terkecoh pada hal lain yang mungkin
kita temui saat melakukan riset.

2. Desain Riset Pemasaran


Adanya desain riset bertujuan untuk mengetahui prosedur apa saja yang akan dilakukan
nantinya sekaligus menjadi parameter saat menarik kesimpulan. Prosedur yang ada antara
lain meliputi pengumpulan data, pengujian hipotesis, melakukan kuesioner atau
pengumpulan data, dan masih banyak lagi.

3. Merancang Metode Pengumpulan Data


Terdapat 2 jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan.Sedangkan untuk
data sekunder sumbernya diambil dari buku, blog, serta referensi lainnya yang relevan.
Setelah data diperoleh, selanjutnya Anda akan mengolah data yang ada menjadi database 

4. Mengambil Sampel dan Mengumpulkan Data


Ada 2 metode pengambilan sampel yang dapat digunakan. Diantaranya yaitu probability
dan non-probability sampling.

5. Melakukan Analisis dan Interpretasi Data


Bertujuan untuk mengolah data-data yang sudah berhasil didapat untuk selanjutnya bias
dijadikan kesimpulan.

6. Menyusun Laporan Riset


Laporan riset yang ada biasanya berupa hasil penelitian yang berbentuk rekomendasi untuk
evaluasi strategi berikutnya.

166
G. Jenis-Jenis Riset
Beberapa jenis riset atau penelitian yang biasa dilakukan antara lain:
1. Riset Eksperimental
Eksperimen adalah sebuah prosedur yang diatur sedemikian rupa
dengan ada satu atau lebih faktor yang dianggap memiliki pengaruh
terhadap perilaku objek penelitian sementara faktor lainnya akan
dianggap konstan. Faktor yang dianggap memiliki pengaruh akan
dimanipulasi selama eksperimen dilakukan. Jika selama proses
tersebut objek penelitian benar berubah perilakunya, maka bisa
disimpulkan bahwa faktor yang dimanipulasi tersebut memang yang
menyebabkan objek penelitian berubah perilakunya. Riset
eksperimental ini merupakan metode yang sangat handal untuk
menentukan hubungan sebab dan akibat.
2. Studi Korelasional
Studi korelasional adalah sebuah studi yang dilakukan dengan cara
mengubah salah satu variabel penelitian untuk kemudian akan dilihat
pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam studi ini, peneliti akan
melihat perubahan-perubahan apa adanya untuk mempelajari
keterkaitan antara variabel-variabel tersebut.
3. Riset Deskriptif
Riset deskriptif ini cukup umum kita lihat dalam sebuah penelitian,
yaitu berupa survey atau wawancara terhadap kelompok yang diteliti.
Tidak hanya terbatas pada survey dan wawancara, riset deskriptif juga
bisa dilakukan dengan etnografi, yaitu pengamatan terhadap
lingkungan sosial dalam jangka waktu yang lama. Biasanya, riset
deskriptif ini tidak seobjektif riset eksperimental dan studi
korelasional, namun riset ini akan sangat rinci menguraikan topik
yang diteliti dan menafsirkannya.
4. Observasi
Cara ini mungkin merupakan riset yang paling dasar dan paling lama
ada dalam dunia penelitian. Hal ini dikarenakan kita hampir selalu
melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi itu
sendiri memiliki arti melihat dan memperhatikan. Observasi tidak
hanya ada dalam penelitian kuantitaif, melainkan juga sering

167
dilakukan dalam penelitian kualitatif.
5. Observasi Alamiah
Observasi alamiah termasuk bentuk khusus dari observasi biasa.
Observasi ini dilakukan di kehidupan riil, alih-alih tempat lain yang
dibuat sengaja untuk penelitian. Peneliti bisa melakukan observasi
alamiah ini di museum, lapangan, tempat bermain, dan lain-lain,
dimana objek penelitian biasanya berada.
6. Observasi Laboratorium
Berbeda dengan observasi alamiah yang dilakukan di tempat yang
riil, observasi laboratorium ini dilakukan di sebuah laboratorium yang
sudah dikontrol memuat faktor-faktor yang ada di dunia riil. Dengan
cara ini, peneliti bisa lebih mengontrol kondisi tempat penelitian dan
segala faktor yang mempengaruhinya. Namun, riset semacam ini
menuai banyak kritik karena dianggap artificial.
7. Observasi Partisipan
Macam riset dalam psikologi pendidikan selanjutnya adalah observasi
partisipan. Dalam observasi ini, para peneliti akan terlibat secara
langsung sebagai peserta dalam aktivitas atau tempat tertentu.
Pengamat partisipan kemudian akan mengamati dan mencatat apa
yang dilihatnya.
8. Wawancara
Mungkin jenis riset satu ini merupakan salah satu yang paling umum
dan sering dilakukan. Dengan wawancara, peneliti akan melakukan
tanya jawab secara sistematis dan melandaskannya pada tujuan
penyelidikan. Melalui wawancara, peneliti akan bisa lebih memahami
objek penelitian dan bisa memahaminya secara khusus dalam hal
tertentu. Hasil dari wawancara bersifat subjektif tentang sikap
seseorang terhadap lingkungannya dan terhadap dirinya sendiri. Tidak
hanya memahami objek penelitian secara umum, namun wawancara
akan menggali informasi lebih dalam daripada perbincangan biasa.
9. Tes Standar
Macam riset yang selanjutnya adalah tes standar. Dengan tes ini akan
dilakukan prosedur dan cara penilaian yang sama terhadap semua
objek penelitian. Misalnya, kita akan menilai sikap dan keahlian

168
siswa dengan domain yang berbeda-beda. Lalu, menggunakan
beberapa tes standar kita akan membandingkan kinerja antar siswa
yang memiliki usia atau level yang sama. Contoh untuk tes standar
yang sering kita temui adalah tes IQ, tes kepribadian, tes minat dan
lain sebagainya

H.Definisi Akuntansi Keprilakuan


Akuntansi keperilakukan ialah ilmu akuntansi yang dikomninasikan dengan ilmu
sosial. Akuntansi keperilakukan ialah ilmu yang mempelajari efek dari perilaku manusia
sehingga bisa mempengaruhi data-data akuntansi serta pengambilan keputusan
usaha/bisnis. juga sebaliknya bagaimana akuntansi bisa mempengaruhi perilaku manusia
serta pengambilan keputusan bisnis.

Riset keperilakuan merupakan salah satu area penelitian yang penting dalam
akuntansi. Fokus utamanya adalah bagaimana para pengguna informasi akuntansi
mengambil keputusan dan informasi apa yang dibutuhkan. Mclntyre (1973), misalnya,
berupaya untuk menemukan apakah informasi replacement cost lebih bermanfaat
dibandingkan informasi historical cost dalam mengevaluasi actual annual rate of return.
Dengan kata lain, riset ini berupaya untuk memahami informasi apa yang dipilih dan
bagaimana informasi tersebut diproses.Akuntansi keperilakuan berkaitan dengan perilaku
manusia dan hubungannya dengan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem informasi
akuntansi secara efisien.

I.Cakupan Akuntansi Keprilakuan

Secara umum, cakupan akuntansi keperilakuan dapat dibagi ke dalam tiga area:
Pengaruh perilaku manusia pada desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi
Akuntansi keperilakuan dalam area ini berhubungan dengan bagaimana sikap dan filosofi
manajemen memengaruhi sifat kontrol akuntansi dan fungsi organisasi. Manajer yang risk
averse (tidak suka risiko) akan meminta desain sistem kontrol yang berbeda dengan
manajer yang risk lover (suka risiko).

169
J.Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia

Akuntansi keperilakuan pada area ini berhubungan dengan bagaimana sistem akuntansi
memengaruhi motivasi, produktifitas, pembuatan keputusan, kepuasan kerja, dan kerja
sama. Anggaran yang terlalu ketat akan menurunkan karyawan atau anggaran yang terlalu
longgar akan menyebabkan ketidakefisienan.

K.Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan

Riset Akuntansi keperilakuan didefinisikan sebagai riset yang mempelajari perilaku


akuntan atau nonakuntan yang dipengaruhi oleh fungsi dan laporan akuntansi. Cakupan
Riset Akuntansi keperilakuan meliputi tiga hal, yaitu:
• pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh akuntan dan auditor;
• pengaruh fungsi akuntansi dan fungsi auditing terhadap perilaku;
• pengaruh output fungsi akuntansi, yaitu informasi akuntansi, terhadap pertimbangan dan
pengambilan keputusan pemakai

Riset akuntansi keperilakuan banyak dimuat di jurnal-jurnal internasional antara lain


The Accounting Review, Contemporary Accounting Research, Journal of Accounting
Research, Accounting, organizations, and Society, Behavioral Research in Accounting,
Auditing: A Journal of Practice & Theory, Journal of the American Taxation Association,
The Journal of Information System, dan Journal of Management Accounting Research.

L.Klasifikasi topik-topik artikel-artikel Riset Akuntansi keperilakuan terdapat tiga


area:
• Riset akuntansi keperilakuan bidang manajerial berfokus pada pengaruh fungsi akuntansi
terhadap perilaku;
• Riset akuntansi keperilakuan bidang keuangan berfokus pada pengaruh informasi
akuntansi terhadap keputusan pemakai
• riset akuntansi keperilakuan bidang pengauditan berfokus pada pertimbangan dan
pengambilan keputusan akuntan.

M.Riset Akuntansi Keprilakuan

Berdasarkan isu atau pertanyaan risetnya atau masalah penelitiannya, riset akuntansi
keperilakuan dikelompokkan ke dalam empat kelompok bidang yaitu:

170
 Pengendalian Manajerial
Riset awal akuntansi keperilakuan dalam bidang pengendalian manajemen
dilakukan oleh Argyris (1952) tentang pengaruh proses penyusunan anggaran
terhadap tingkat kinerja manajerial serta sikap dan perilaku seseorang. Arah riset
dihidang ini mencakup topik-topik tentang partisipasi, gaya Kepemimpinan, dan
peranan umpan balik. Metode riset yang digunakan antara lain riset laboratorium
klasik dengan menggunakan subjek mahasiswa atau metode survei.
 Pemrosesan Informasi Akuntansi
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang pemrosesan informasi, akuntansi
berkaitan dengan bagaimana pemakai memproses informasi akuntansi. Topik-topik
riset dalam bidang ini mencakup pengaruh metode akuntansi alternatif terhadap
pengambilan keputusan pemakai, dampak/implikasi keperilakuan dari pengukuran
akuntansi, pemrosesan informasi manusia (human information Processing), dan
fiksasi fungsional.
 Desain Sistem Informasi Akuntansi
Fokus riset dalam bidang ini adalah isu-isu keperilakuan dalam keseluruhan desain
sistem informasi perusahaan. Terdapat 2 pertanyaan riset utama dalam bidang ini,
yaitu:
• pengaruh struktur dan desain pelaporan akuntansi terhadap kemampuan pemakai
untuk mengekstrak informasi yang tepat;
• pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap pengem bangan struktur dan
adaptivitas organisasi.
 Riset Proses Pengauditan
Penerapan teknik riset akuntansi keperilakuan dalam masalah masalah auditing
merupakan fenomena yang relatif baru. Tiga isu riset penting dalam riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang auditing, meliputi:
• perilaku auditor dalam usaha untuk memastikan keahliannya;
• keterbatasan auditor sebagai pengambil keputusan;
• proses kognitif dalam pengambilan keputusan auditor.

N. Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan


Dalam salah satu cabang ilmu akuntansi ini, pengambilan keputusan harus
melibatkan bagaimana perilaku seseorang sebagai sebuah pertimbangan. Dengan
mempertimbangkan perilaku manusia tersebut, membuat munculnya aspek sosial

171
dalam bidang ilmu akuntansi.Ruang lingkup akuntansi yang berkaitan dengan
perilaku manusia ini antara lain: Mengkaji tentang tingkah dan perilaku manusia
terhadap konstruksi, bangunan, dan pemakan sistem informasi akuntansi yang
diterapkan dalam sebuah perusahaan atau organisasi.

Maksudnya, ruang lingkup akuntansi dapat melihat bagaimana gaya


kepemimpinan dapat mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain dalam
perusahaan atau organisasinya tersebut.Mengkaji pengaruh dari adanya sistem
informasi akuntansi terhadap segala tindakan manusia yang berarti melihat pengaruh
sistem akuntansi terhadap kinerja, produktivitas, kerja sama, hingga pengambilan
keputusan.Sebuah metode yang menjelaskan dan memprediksi tindakan dan perilaku
manusia dan membuat sebuah strategi untuk mengubah tindakan tersebut.Maksudnya
adalah memanfaatkan Akuntansi untuk mempengaruhi perilaku manusia dan
mengatasi resistensi perilaku manusia tersebut.

O. Apek Akuntansi Keperilakuan

Salah satu cabang ilmu akuntansi ini juga memiliki berbagai aspek penting seperti
cabang-cabang ilmu lainnya. Oleh Schiff dan Lewin (1974) mengatakan, ada lima aspek
penting yang ada pada salah satu bidang ilmu akuntansi ini. Kelima aspek tersebut
adalah :

1. Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajemen

Pembahasan tentang perilaku komponen entitas perusahaan dibahas dengan cukup


dalam dalam teori organisasi modern ini. Perhatian teori organisasi modern ini
menjelaskan tentang perilaku mereka sebagai dasar untuk melihat motif atas
berbagai tindakan yang mereka lakukan.Dalam teori organisasi modern melihat
bahwa ada pengaruh dari interaksi antar masing-masing elemen dalam upaya untuk
mendukung tujuan sebuah organisasi atau perusahaan.

172
Lebih spesifik lagi, teori organisasi modern sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Schiff dan Lewin menitikberatkan pada perilaku masing-masing
komponen dalam mengarahkan tujuan organisasi, memberikan motivasi, hingga
menampilkan karakteristik dalam penyelesaian masalahnya.Karena dalam kondisi
tertentu, motivasi memegang peranan penting terhadap komitmen yang
berpengaruh pada kepuasan kerja.
Tujuan dari sebuah organisasi atau perusahaan ini dilihat dari kacamata teori
organisasi modern, merupakan hasil proses mempengaruhi setiap elemen.Pengaruh
pada masing-masing elemen ini menghasilkan motivasi dan komitmen organisasi.
Sehingga bila dilihat lebih jauh, terdapat hubungan yang bersifat resiprokal antara
komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.
2. Penganggaran dan Perencanaan
Selain itu, tujuan organisasi atau perusahaan juga harus diformulasikan dan
menjadikannya sebagai fokus dari penganggaran dan perencanaan.Selain tujuan,
penganggaran dan perencanaan juga harus difokuskan untuk melihat adanya
interaksi perilaku dari masing-masing individu.Penganggaran, level kesulitan
dalam mencapai tujuan, hingga konflik antar tujuan merupakan bagian dari
dimensi yang dimaksud dalam area ini.

Semua dimensi tersebut harus diperhatikan sehingga bisa menciptakan


keselarasan antara tujuan organisasi atau perusahaan dengan tujuan masing-masing
individu.Keselarasan antara dua bagian penting ini nantinya bisa menjadi pondasi
pengembangan organisasi atau perusahaan oleh tim manajemen.
3. Pengambilan Keputusan
Aspek lainnya yang termasuk adalah tentang pengambilan keputusan yang
menjadi fokus dari teori organisasi modern.Dalam teori tersebut, ada tiga model
yang dikenalkan sebagai metode pengambilan keputusan yakni: model normatif,
paradoks, dan model deskriptif.Model Normatif merupakan sebuah keadaan
pengambilan keputusan oleh seseorang sesuai keadaan seharusnya.Sementara
model normatif membahas tentang hal yang berkebalikan dengan model normatif.

173
Model Deskriptif pada teori pengambilan keputusan melihat kondisi
seseorang saat melakukan pengambilan keputusan dengan melihat fakta yang
ada.Informasi yang digunakan ketika pengambilan keputusan ini merupakan
informasi akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek lainnya yang tidak kalah penting dalam sebuah organisasi atau
perusahaan adalah aspek pengendalian. Besarnya tingkat pengendalian berbanding
lurus dengan besarnya sebuah organisasi atau perusahaan.Sehingga tingkat
pengendalian akan semakin insentif seiring dengan semakin berkembangnya suatu
organisasi atau perusahaan.
Aspek ini banyak menghubungkan kinerja dan kemampuan adaptasi individu
terhadap lingkungan sekitarnya.Bagian yang penting dalam aspek pengendalian
adalah adanya struktur organisasi yang jelas, hierarki administrasi, hingga
pengendalian internal.Dalam perkembangan terbaru dalam aspek pengendalian,
lingkungan menjadi kunci yang berperan dalam pengendalian operasional
organisasi atau perusahaan. Sebelumnya, lingkungan tidak tergolong dalam aspek
pengendalian ini.

5. Pelaporan Keuangan
Aspek perilaku dalam bidang akuntansi ini juga meliputi bagaimana
pelaporan keuangan yang mencakup perataan laba, keandalan informasi akuntansi,
hingga kaitannya informasi akuntansi kepada investor.Dalam hal ini, perataan laba
disebabkan adanya informasi khusus yang dimiliki oleh pihak manajemen untuk
mewujudkan kepentingannya dalam bagian untuk melakukan manajemen laba.

Cakupan Akuntansi Keprilakuan


Secara umum, cakupan akuntansi keperilakuan dapat dibagi ke dalam tiga area:

174
1. Pengaruh perilaku manusia pada desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi

Akuntansi keperilakuan dalam area ini berhubungan dengan bagaimana sikap


dan filosofi manajemen memengaruhi sifat kontrol akuntansi dan fungsi organisasi.
Manajer yang risk averse (tidak suka risiko) akan meminta desain sistem kontrol
yang berbeda dengan manajer yang risk lover (suka risiko).

2. Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusi

Akuntansi keperilakuan pada area ini berhubungan dengan bagaimana sistem


akuntansi memengaruhi motivasi, produktifitas, pembuatan keputusan, kepuasan
kerja, dan kerja sama.Anggaran yang terlalu ketat akan menurunkan karyawan atau
anggaran yang terlalu longgar akan menyebabkan ketidakefisienan.

3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusi

Area Ini berkaitan dengan bagaimana sistem akuntansi dapat digunakan untuk
memengaruhi perilaku. Misalnya, sistem kompensasi dapat didesain untuk
meningkatkan kinerja.

Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan


Riset Akuntansi keperilakuan didefinisikan sebagai riset yang mempelajari perilaku
akuntan atau nonakuntan yang dipengaruhi oleh fungsi dan laporan akuntansi. Cakupan
Riset Akuntansi keperilakuan meliputi tiga hal, yaitu:

 pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh akuntan dan auditor;


 pengaruh fungsi akuntansi dan fungsi auditing terhadap perilaku;
 pengaruh output fungsi akuntansi, yaitu informasi akuntansi, terhadap pertimbangan
dan pengambilan keputusan pemakai

Manfaat Akuntansi Keperilakuan


Bidang ilmu akuntansi keperilakuan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi
para manajer atau pihak manajemen suatu organisasi atau perusahaan dalam mengambil
keputusan.Dalam bidang ilmu ini dapat melihat bagaimana proses pengambilan keputusan
yang dilihat dari sistem akuntansi yang ada.Bidang ilmu ini memiliki kaitan yang sangat erat

175
terhadap sektor ekonomi. Bidang ilmu ini menjadi ilmu yang paling dibutuhkan ketika
terjadi proses pengambilan keputusan.

Manfaat paling besar memang bisa dirasakan oleh para manajer saat mengambil
keputusan.Karena kondisi emosi sang manajer melihat data akuntansi akan memberikan
dampak terhadap keputusan yang akan diambil oleh mereka.

Contoh Masalah dan Aplikasi dalam Akuntansi Keperilakuan


Masalah tersebut adalah tentang pengambilan keputusan oleh akuntan dan auditor,
pengaruhnya terhadap fungsi sistem akuntansi, hingga bagaimana hasilnya memberikan
pengaruh.Ketiga masalah tersebut berkaitan erat dengan aplikasi bidang ilmu akuntansi ini.
Akuntansi keperilakuan memegang peranan yang sangat penting pada sebuah organisasi atau
perusahaan

Khususnya, bagaimana data-data akuntansi dapat memberikan pengaruh terhadap


pengambilan keputusan pada level manajemen.Dan sebaliknya, salah satu cabang ilmu
akuntansi ini juga melihat bagaimana pengambilan keputusan pada level manajemen dapat
memberikan pengaruh pada sistem atau informasi akuntansi yang didapatkan. Intinya,
cabang ilmu akuntansi ini menjadi cabang ilmu yang paling dibutuhkan saat ini.

Untuk memperdalam ilmu akuntansi Anda harus mengetahui software akuntansi


online yang terbaik di indonesia.Agar dapat menambah wawasan ilmu dan juga akan
berguna saat Anda memulai bisnis.Software akuntansi banyak digunakan oleh beberapa
perusahaan untuk membantu mereka dalam masalah laporan keuangan dan laba rugi
perusahaan. Salah satu software akuntansi terbaik dan banyak digunakan oleh beberapa
perusahaan yaitu Mekari Jurnal.

176
177

Anda mungkin juga menyukai