Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI”


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Teori Akuntansi
Dosen Pengampuh :
Gregorius Jeandry, SE, M.Si., Ak

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 4

Sulastri Supardi (02271711015)

Kautsar Wisudawan (02271711025)

Sindi Fatika S. Bahri (02271711070)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2019
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Tradisional Untuk Perumusan Teori Akuntansi

Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori


akuntansi. Beberapa dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”
karena pendekatan tersebut ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas
dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan
riset konversional dan bukannya riset aliran baru yang mengandalkan pemikiran
tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita dapat membedakan
beberapa pendekatan tersebut menjadi :

1. Pendekatan nonteoris
2. Pendekatan deduktif
3. Pendekatan induktif
4. Pendekatan secara etis
5. Pendekatan sosiologi
6. Pendekatan ekonomi

Pada masing-masing pendekatan akan dibahas dari segi kontribusinya terhadap


formulasi suatu teori akuntansi, dan dari segi keunggulanny secara relatif bagi akuntansi,
perbedaan antara penyusunan dan verifikasi teori, hakikat teori akuntansi, dan metodologi
untuk memformulasikan teori akuntansi.

2.1.1 Hakikat Akuntansi: Berbagai Gambaran

Committee on terminology dari American Institute of certified public accountants pada


awalnya mendifinisikan akunansi sebagai berikut:

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengiktisaran, dengan aturan


baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian
darinya, memiliki karakter keuangan, dan selanjutnya interprestasi atas hasilnya.

Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep
informasi:

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 1


Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi
kuantitatif terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang
dimaksutkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, dan
dalam membuat pilihan logis diantara serangkaian tindakan.

Definisi-definisi diatas mengacu kepada akuntansi sebagai “seni” maupun sebagai


suatu “aktivitas pelayanan” dan secara tidak langsung meyatakan bahwa akuntansi
mencakup sekumpulan tekhnik yang dianggap berguna bagi-bagi bidang tertentu. The
Handbook of Accounting menunjuk bidang-bidang berikut dimana akuntansi dapat
memberikan kegunaannya yaitu; pelaporan keuangan, perhitungan dan perencanaan
perpajakan, audit independen, pemrosesan data dan system informasi, akuntansi biaya
dan akuntansi manjemen, akuntansi pendapatan nasional, serta konsultasi manajemen.

Para akuntan menggunakan menggunakan gambaran yang berbeda-beda dari suatu


proses akuntansi dalam menguraikan teori akuntansi yang juga berbeda-beda. Sebelum
memeriksa pendekatan tradisional dalam merumuskan teori akuntansi, akan berguna
jika kita mempelajari pula beberapa gambaran yang telah membentuk perkembangan
akuntansi keuangan, antara lain sebagai berikut :

1. Akuntansi Sebagai Ideologi


Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang parsial dan
mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat dimana kita tinggal dan
kemungkinan untuk mengubahnya. Hal-hal tersebut merupakan pandangan umum
yang berhubungan denga titik pandang dari kelas-kelas.

Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi sebagai suatu sarana untuk
mempertahankan dan melegitemasi aturan-aturan sosial, ekonomi, dan politik yang
berlaku saat ini. Karl Marx tetap menganggap bahwa akuntansi memberikan sauatu
bentuk kesadaran yang salah dan merupakan sarana untuk membingungkan dan
bukannya mengungkapkan hakikat yang sebenarnya dari hubungan sosial yang
membentuk suatu usaha yang produktif. Akuntansi juga telah dianggap sebagai suatu
mitos, sombol, dan ritual yang memungkinkan penciptaan aturan-aturan simbolis yang
mana didalamnya agen-agen social dapat saling berin teraksi. Kedua persepsi tersebut
juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat akuntansi sebagai instrumen dari
rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.
Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 2
Persepsi akuntansi sebagai nstrumen rasionalitas ekonomi dugambarkan denga sangat
baik oleh weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi
sebagai “ tingkat sempai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin
dilakukan secara teknis dan secara nyata dapat diterpkan.” Hal yang sama juga
ditekankan dengan baik oleh Heilbroner ketika ia menyatakan bahwa:

“Praktik kapitalis mengubah satuan uang menjadi suatu alat perhitunhan biaya-laba
yang rasional, yang monument utamanya adalah pembukuan pencatatan berpasangan
(double entry bookkeeping) terutama produk dari evolusi rasionalitas ekonomi, kalkus
biaya-laba, yang selanjutnya bereaksi terhadap rasionalitas itu sendiri, melalui
pengkristalan dan pendefinisian secara numeric, dan dengan kuat mendorong logika
mengenai perusahaan”.

2. Akuntansi Sebagai Bahasa


Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa bisnis, akuntansi dalah satu alat
mengomunikasikan informasi suatu bisnis, persepsi akuntansi sebagai suatu bahasa
ditekankan dalam banyak buku teks akuntansi yang paling terkenal. Sebagai contoh
Ijril, berpendapat bahwa:

Sebagi bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa lain.
Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan dilaporkan dalam laporan akuntansi
menggunakan bahasa akuntansi, seperti halnya berita yang dilaporkan dalam surat
kabar dengan bahasa inggrisdalam menujukkan suatu peristiwa dalam akuntansi,
seseorang tidak hanya berhadapan dengan risiko tidak dimengerti tetapi juga resiko
menerima hukuman untuk kesalahan penyajian, kebohongan,atau sumpah palsu.
Komparabilitas dari laporan menjadi satu hal yang penting dalam menjalankan fungsi
suatu bahasa secara efektif entah bahasa inggris maupun bahasa akuntansi. Pada waktu
yang sama, bahasa juga harus fleksibel untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan
yang berubah.

Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang
menerbitkan bulletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris,
yang mencoba untuk mengukur komunkasi konsep akuntansi. Apa yang terjadi
akuntansi sebagai suatu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari lihat pada

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 3


persamaan potensial antar akuntansi dengan bahasa. Hawes mendefinisikan bahasa
sebagai berikut:

Simbol manusia bukanlah tanda-tanda yang disusun secara acak yang


mengarah kepada konseptualisasi referensi yang terisolasi dan terpisah. Symbol
manusia disusun dalam suatau tatacara sistematis atau terpola dengan aturan khusus
yang mengatur penggunaanya. Susunan simbol ini disebut suaru bahasa, serta aturan
yang memengaruhi pola dan penggunaan simbol membentuk tata bahasa dari bahasa
tersebut.

Definisi ini dan definisi lainnya menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok dari
bahasa, yaitu simbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai bahasa
terletak pada identifikasi dari kedua komponen tersebut sebagai dua tingkat dalam
akuntansi. Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:

a) Simbol atau karakter leksikal


Dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang memiliki arti” dan dapat
diiedentifikasikan dalam bahasa mana pun simbol-simbol ini merupakan objek
linguistic yang digunakan untuk mengidentifikasikan konsep-konsep tertentu.
Penyajian secara simbolik memang ada diakuntansi. Sebagai contoh, McDonald
mengidentifikasi angka dan kata serta debit dan kredit sebagai satu-satuan symbol
yang diterima dan unik dalam disiplin ilmu akuntansi.
b) Aturan tata bahasa
Dari satu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apapun. Dalam
akuntansi, aturan tata bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apapun.
Dalam akuntansi, aturan tata bahasa mengacu pada sekelompok prosedur umum yang
digunakan dan ikuti untuk menciptakan seluruh keuangan bisnis. Jadi membuat
persamaan anatar aturan tata bahasa dengan aturan akuntansi.
CPA (ahli dalam akuntansi) mensertifikasi kebenaran dari penerapan aturan sama
halnya dengan ahli bahasa untuk kebenaran tata bahasa dari kalimat. Aturan-aturan
akuntansi merumuskan struktur inheren dari suatu bahasa baku.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 4


3. Akuntansi sebagai catatan historis
Umumnya akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyedian sejarah/ historis
orginasi dan transaksi –transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik maupun
pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah
kepengurusan manjer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada
dasarnya adalah suatu fitur dari hubungan principal-agen, dimana agen diansumsikan
menjaga sumber daya dari principal. Pengukuran konsep kepengurusan ini telah
berevolusi dari waktu ke waktu. Birnberg membedakannya menjadi empat periode.

1. Periode pemeliharaan murni (pure custodial period)


2. Periode pemeliharaan tradisional (traditional custodial period)
3. Periode utilisasi aktiva (asset-utilization period)
4. Periode terbuka (open-onded period)

Dua periode pertama mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber
daya secara utuh kepada prinsip dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna
memenuhi fungsi pemeliharaan. Dalam dua periode ini, pengungkapan data neraca
dianggap sudah memadai. Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk
memberikan inisiatif dan wawasan dalam menggunkan aktiva untuk melakukan
rencana yang telah disetujui. Sebagai tambahan selain neraca, periode ini membtuhkan
diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan aktiva. Terakhir,
periode terbuka berbeda dari periode utilisasi aktiva dengan memberikan fleksibilitas
yang leibh tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk
memetakan arah dari utilisasi aktiva. Birnberg menguraikan konsep terakhir ini sebagai
berikut:
Hal ini mencakup tidak hanya areah awal, tetap juga menetukan titik waktu kritis
yang menentukan kapan aturan tersebut harus diubah. Seperti pengendalian strategis.
Fungsi kepengurusan membutuhkan adanya satu tingkat tag gung jawab signifikan
yang dijalankan oleh si pelayan. Gugus tugas ini mngkin memiliki cirri-ciri struktur
yang lemah dan sejumlah ketidakpastian ya g signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
kita mungkin menemukan system pelaporan kita terjepit oleh komunikasi. Kebutuhan
akan detail satu sisi dan risiko kompleksitas yang berlebihan di sisi lain.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 5


4. Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas
ekonomi masa kini. Teisi utama dari pandangan ini adalah bahwa bak neraca maupun
laporan laba rugi harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang telah
mencerminkan kenyataan ekonomi daripada biaya historis. Metode yang danggap
paling mencerminkan kenyataan ekonomi berfokus pada harga masa kini dan masa
depan, bukannya pada harga historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah
penetuan laba yang sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan
kesejahteraan perusahaan pada suatu periode waktu. Metode mana yang paling baik
dalam mengatur nilai ekonomis aktiva dan kewajiban serta pengukuran laba yang
terkait adalah pertanyaan teoritas dan empiris yang telah menimbulkan perdebatan
yang paling sering terjadi dalam literatur akuntansi.

5. Akuntansi sebagai Sistem Informasi


Akauntansi selalu dipandang sebagai suatu system informasi. Aukuntansi diasumsikan
menjadi suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau pemancar (biasanya
si akuntan), seluruh komunikasi, dan serangkaian penerima pengguna eksternal). Pada
dasarnya, ketika dianggap sebagai suatu proses komunikasi, akuntansi paling baik
didefinisikan sebagai “proses pengodean observasi dalam bahasa sistem akuntansi,
manipulasi tanda-tanda dan pelaporan system dan penerjemah serta pengiriman
hasilnya.” Pandangan akuntansi ini memiliki konsep penting dan tambahan empiris.
Pertama, mengasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah satu-satunya sistem
pengukuran formal yang ada diorganisir. Kedua, memperbesar kemungkinan
perancangan suatu sistem akuntansi yang optimal dan mampu menyediakan informasi
yang berguna (kepada pengguna). Perilaku pengirim adalah hal yang penting baik dari
segi reaksi terhadap ninformasi maupun kegunaan dari informasi yang dibuat. Kedua
perilaku tersebut merupakan subjek dari riset yang bersifat konseptual dan empiris
dibidang akuntansi perilaku. Keunggulan gambaran akuntansi sebagai suatu sistem
informasi dinyatakan sebagai berikut:
System akuntansi alternatif tidak perlu lagi dijustifikasi dalam hal
kemampuannya untuk menunjukkan “laba yang sebenarnya” maupun ketepatannya

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 6


dalam menyajikan sejarah. Selama para pengguna yang berbeda-beda memperoleh
manfaat dari informasi tersebut, maka kegunaan dari sistem dapat ditentukan.

6. Akuntansi Sebagai Komoditas


Akuntansi juga dipandang sebagai suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatu
aktivitas ekonomi. Akuntansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus
dan akuntan mau dan mampu untuk menghasilkannya. Sebagai suatu komoditas
public, akuntansi menyediakan dasar ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada
kebijakan publik dan mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan
lingkungannya. Pilihan informasi akuntansi dan/atau teknik akuntansi selanjutnya
mungkin memiliki dampak pada kesejahteraan dari berbagai kelompok di masyarakat.
Sebagai hasilnya, terdapat suatu pasar untuk informasi akuntansi ang mendorong
adanya permintaan dan penyedian. Gambaran akuntansi sebagai suatu komoditas ini
telah dan akan terus memberikan dampak secara mendalam dipemikiran dan riset
akuntansi. Sebagai contoh:
Munculnya gambaran akuntansi sebagai suatu komoditas sekali lagi menyediakan
suatu caontoh langsung mengenai cara dimana pemikiran akuntansi mencerminkan isi
sosialnya. Akuntansi telah bangkit dalam suatu era menjamurnya regulasi dan
meningkatnya kepedulian terhadap kepentingan publik dalam situasi sumber daya yang
langka dan banyak permintaan yang saling bersaing. Hal ini telah memberikan
pemikiran bagi kebijakan akuntansi yang mencoba untuk membantu pengalokasian
dari sumber daya dalam melayani kepentingan publik.

7. Akuntansi Sebagai Mitos


Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos atau ritual simbolis. Akuntansi
menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan
menjelaskan fenomena kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi
kompleks diterjemahkan bagi para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat
dimengerti,sehingga menciptakan lebih banyak mitos daripada kenyataan. Sebagai
akibatnya, pengumpulan informasi akuntansi menjadi suatu ritual yang diharapkan dan
dimaksutkan untuk menunjukkan bahwa telah dibuat pilihan-pilihan yang cerdas dan
bahwa terdapat suatu komitmen untuk melakukan pnerspsn secara sistematis dari

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 7


informasi akuntansi terhadap keputusan-keputusan. Suatu penggunaan informasi
akuntansi secara simbolis menjadi sebuah perilaku manajerial yang tepat. Seperti yang
dinyatakan oleh Martha Feldman dan James March.
Pengumpulan informasi menyediakan suatu jaminan yang bersifat ritual bahwa
telah dilakukan sikap yang benar dalam pengambilan keputusan. Dengan skenario
kinerja tersebut, informasi tidak hanya menjadi sekedar dasar untuk tindakan.
Informasi adalah suatu penyajian kompetensi dan pengukuhan dari nilai sosial.
Perintah dari informasi dan sumber informasi meningkatkan kompetensi dan
menginspirasikan keyakinan. Kepercayaan bahwa informasi yang lebih banyak akan
menunjukkan keputusan yang lebih baik menimbulkan suatu keyakinan bahwa
memiliki informasi itu sendiri, adalah baik dan bahwa seseorang atau organisasi
dengan lebih banyak informasi adalah lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang
atau organisasi dengan sedikit informasi. Jadi pengumplan dan penggunaan informasi
dalam organisasi merupakan bagian kenerja dari seorang pengambil keputusan atau
suatu organisasi yang sedang mencoba membuat keputusan yang cerdas dalam suatu
situasi dimana verifikasi dari kecerdasan sangatlah prosedural dan normatif. Seorang
pengambil keputusan yang baik adalah seseorang yang membuat keputusan dengan
cara seperti yang dilakukan oleh seorang pengambil keputusan yang baik, dan para
pengambil keputusan dan organisasi membekukan legitimasi merka dengan denga
penggunaan informasi mereka.
Beberapa penulis telah melihat terlalu jauh dengan mengklai bahwa merka
melihat akuntansi sebagai sarana utama bagi para praktik-praktik sihir. Seperti ilmu
sihir, akuntansi mencakup system nilai yang mengatur tingkah laku manusia dan
menjelaskan kepada manusia ketika terjadi sesuatu yang salah atau benar. Pandangan
ini sama dengan pandangan Graham Cleverly yang menyatakan bahwa seluruh
rutinitas akuntansi dan anggaran adalah sejenis upacar keagamaan seperti tarian
hujanatas pandangan dari kondisi akuntansi yang menyedihkan ini, telah muncul
tuntutan-tuntutan untuk melakukan studi dan pemahaman atas gambaran dari akuntansi
seperti ini. Trevor Gambling menyatakan:
Tidak diragukan bahwa kelompok masyarakat lain mengunakan alat yang lain
untuk mendapatkan hasil akhir yang sama, sehinga suatu studi atas apa yang mungkin
disebut “antropologi dari akuntan” akan memungkinkan kita untuk memahami peran

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 8


yang dimainkan aleh akuntansi dalam masyarakat kita dan bahkan mungkin
memberikan wawasan kepada cara-cara yang lebih tdak merugikan untuk meraih hasil
yang sama. Sebagaiman adanya, akuntansi bukanlah masalah supernatural, tetapi
terlihat seperti mempunyai aktivitas politik, walaupun ditulis dengam p dalam huruf
kecil! Hal ini mungkin terlihat sebgai suatu kesimpulan yang aneh, terutama bagi para
pembaca yang bukan akuntan professional. Ada yang mungkin bernggapan bahwa
akuntansi hanyalah maslah ketelitian analisis dan menyeimbangkan buku hingga ke
sen terkahir. Memang benar, tetapi dipandang dari situasi seorang akuntan yang lebih
senior, akuntansi adalah juga maslah tentang menilai sejauh mana data dapat ditekan
untuk mengakomodasi kompromi “politik” anatar para kalaborator perusahaan dan
masih tetap dalam kondisi “benar dan wajar” pendeknya akuntan adalah seorang yang
memungkin suatu masyarakat industry modern dengan demoralisasi nyata dapat
berjalan, dengan memastikan bahwa model dan datanya dianggap sebagai suatu
“kebenaran.” Aura kekaguman dan sedikit kebencian yang dirasakan oleh nonakuntan
terhadap profesi yang menarik ini sangat dapat dimengerti.
Demikian pula, G.J Haines, Jr., memandang informasi sebagai suatu penyajian
kenyataan simbolis yang digunakan oleh setiap individu pengambil keputusan untuk
sampai pada suatu keputusan ekonomi. Pada dasarnya, akuntansi mengubah data
menjadi informasi melalui pengolahan dan permintaan data dengan symbol-simbol
yang relevan bagi para pengambil keputusan. Akan tetapi, penyajian simbolis mungkin
dapat menjadi sauatu penyajian yang lengkap ataupun tidak lengkap dari selera dari
keyakinan pengambil keputusan dengan konsekuensi berikut ini:
Jika penyajiannya lengkap, maka pengambil keputusan telah dengan baik
menuangkan seluruh persepsinya dan akan bersedia mendelegasikan masalah
pilihannya ke model. Jika tidak lengkap, pengambil keputusan tidak akan mau
mendelegasikan pilihannya ke model, tetapi model tersebut mungkin masih berguna
baginya untuk memprediksi perubahannya dalam kegunaannya yang terjadi akibat
berbagai alternative yang ada. Suatu model yang tidak lengkap adalah tetap informasi
berdasarkan definisi yang telah digunakan untuk esai ini, walaupun informasi tersebut
bukanlah informasi yang sempurna, karena ia adalah
Suatu penyajian simbolis yang dapat digunakan oleh seorang individu sebagai bantuan
bagi keputusan ekonomi.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 9


8. Akuntansi Sebagai Alasan Logis
Akauntansi mungkin dapat dipandang sebagai alas an logis. Akuntansi mungkin
digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya menyediakan
suatu justifikasi bagai kejadian merka dimasa mendatang. Dengan adanya
ketidaktepatan dan ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angak akuntansi,
akuntansi mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk melegitemasi pemunculannya.
Oleh sebab itu, akuntansi menjadi suatu perisai jaminan atau sertifikasi otoritas
terhadap angak tersebut dan menyediakan suatu alasan pemikiran atas tindakan yang
berdasar pada angka tersebut. Pada dasarnya, angka tersebut bukanlah angka imajiner,
angka tersebut adalah produk sah dari akuntansi digunakan untuk menjastifikasi
pengambilan keputusan tertentu. Rasionalisasi tindakan menjadi penggunaan utama dari
pengguna laporan-laporan akuntansi. Karena keputusan organisasi, sekali dilakukan,
perlu untuk dijustifikasi, dilegitimasi, dan dirasionalisasikan, akuntansi menjadi suatu
sarana tindakan yang berguna. Pengembangan dari keahlian akuntansi mengikuti
kebutuhan untuk menguatkan tindakan organisasi. Perkembangan dan ni ditandai oleh
dua kecenderungan: meningkatnya pelembangan keahlian serta tumbuhnya penentuan
tujuan dan abstraksi dari ilmu akuntansi, yang menyediakan dasar bagi seseorang untuk
mencoba secara formal mengimplementasikan peran yang dijalankan oleh akuntansi
bergantung pada lokasi dari ketidakpastian organisasi, berdasarkan atas kerangka
berfikir yang dikenalkan oleh J.D.Thompson A.A.tuden, S. Burchell dan rekan-
rekannya memperkenalkan suatu kerangka pemikiran yang mengarisbawahi berbagai
bentuk rasionalisasi yang diambil oleh akuntansi dalam menghadapi ketidakpastian.
Peran praktik akuntansi mungkin menjadi mesin penjawab yang menyediakan solusi
terstruktur untuk masalah terstruktur, mesin pembelajaran yang memberikanbantuan
dan bukannya jawaban, mesin amunisasi yang memberikan argumentasi untuk posisi-
posisi yang ada, mesin rasionalisasi yang memberikan legitemasi dan justifikasi
terhadap tindakan-tindakan yang telah diputuskan.

9. Akuntansi Sebagai Perumpamaan


Akauntansi mungkin dipandang sebagai perumpamaan. Akuntansi meberikan kontribusi
terhadap penciptaan suatru gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi bertindak

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 10


sebagai suatu gambaran organisasi melalui suatu peristiwa yang telah dileseksi dan
transaksi yang terjadi yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya kedua bahwa
gambaran yang diciptakan suatau lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar
dari pengambilan keputusan. Argumentasinya adalah sebagai berikut:
Interprestasi terseleksi dan penyajian peristiwa-peristiwa tersebut memaksakan
adanya pembatasan dan karenaya tingkat kepastian yang diyakini dalam dunia dimana
organisasi berada yang pada dasarnya terbuka dan tidak pasti. Pembatasan dan
kepastian relatif memungkinkan beberapa pekerjaan dapat dilakukan, keputusan-
keputusan dapat dibuat, Interaksi dapat terjadi dan hasil-hasil dapat dievaluasi. Hal-hal
tersebut meningkatkan jenis pembelajaran dan menyediakan suatu landasan yang stabil
untuk menginterprestasikan peristiwa-peristiwa “eksternal.” Akuntansi juga telah
dipandang sebagai pembuat pet keuangan. Fenomena kompleks dipetakan kedalam
laporan keuangan. Semakin baik penyajian fakta-faktanya, maka petanya pu menjadi
semakin baik. Namun, pemilihan mengenai apa yang hendak disajikan dapat merampas
netralitas dari peta tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh David Solomons.
Para kartografer menyajikan fakta yang berbeda dan mencocokkan skala peta
mereka denga tujuannya. Setiap peta menyajikan pemilihan dari satu porsi kecil data
yang ada, karena tidak ada peta yang dapat menunjukkan berbagai jenis data yang
bersifat fisik, politik, demografi, klimatologi, geologis, vegetasional, dan tetap dapat
dimengerti. Perlunya selektif dalam mengambil data seorang penyaji, bukan berate
mengambil peta dari sifat netralnya, walaupun halnya bisa dilakukan.

10. Akuntansi Sebagai Percobaan


Akuntansi dapat dipandang sebagai percobaan. Akuntansi cukup fleksibel untuk
mengakomodasi berbagai situasi, mengadadptasi solusi-solusi baru untuk masalah baru,
dan berdaptasi terhadap kasus-kasus yang paling komples. Perusahan-perusahaan dapat
melakukan percobaan melalui pemakaian data , teknik, laporan, atau pengungkapan
akuntansi yang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan
untuk beradaptasi terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat atau terpaku
kpeda pendekakatan konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan
terutama ketika ia bersifat sukarela, inovatif, dan tentatif. Akyntansi memungkinkan
seorang untuk menginvestigasi respons-respons yang diberikan terhadap berbagai opsi-

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 11


opsi akuntansi dilihat dari kegunaan terhadap berbagai unsure penyusuan dan untuk
memastikan dampak dari respons sebelumnya yang belum dipelajari dan menentukan
sebagian tindakan yang berbeda-beda sebagi percobaan, akuntansi membairkan dirinya
melalui tahap percobaan dan kesalahn menuju pencarian solusi yang paling kontinjen
untuk situasi yang ada seta berbagai respons dan perilaku yang diharapkan.
Kesuksesan akuntansi sebagai percobaan terletak kepada berbagai respons yang
mungkin diberikan oleh para invidu terhadap data. L.A. Boland dan G.A. Newman
mengidentifikasi tanggapan yang mugkin dari tiga jenis indivisu terhadap dara.,
tergantung pada teor-teori yang dianut oleh individu mempertimbangkan pengetahuan
yang ada dan bagaimana merka seharusnya merespons dat ersebut. Tiga jebis individu
tadi adalah seorang apriori, seorang skeptic, dan seorang pesimistis. Respons untuk
setiap orang menentukan kesukseakan akuntansi sebagai percibaan. Respons-respons ini
telah dideskripsikan dengan baik sebagai berikut:
Seorang yang bersikap apriori akan membentuk sekara dan keyakinannya secara
independen terhadap data yang tersedia dan tidak akan memodifikasinya ketika data
yang baru diungkapkan. Seorang yang bersifat skeptic akan memiliki informasi yang
berubah-berubah secara ekstrim dan tidak stabil kecuali data yang ia terima secara
konstan memastikan keyakinan sebelumnya. Sedangkan orang yang bersifat positif
akan memandang data dengan objektif dan bersedia untuk memodifikasi selera dan
keyakinannya ketika ada fakta-fakta baru yang muncul kepermukaan.

11. Akuntansi Sebagai Distoris


Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau mempeengaruhi tindakan-
tindakan baim dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran
ideal bagi pihak-pihak yang mencoba untuk memanipulasi arti dari Pesan yang akan
dilihat oleh pengguna. Terdapat empat kelompok yang mungkin memengaruhi atau
dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek yang perilakunya memberikan data
bagi pesan-pesan akuntansi, akuntansi yang menyiapkan data, akuntansi yang
memeriksa data, dan penerima data. Masing-masing kelompok tersebut mungkin
selanjutnya tergoda untuk melakukan perilaku fungsional dan bukannya tindakan
normal ketika terlibat dengan sebuah pesan akuntansi. Perilaku fungsional mencakup
pengiriman sauatu pesan yang tidak jujur atau terdistorsi, yaitu “suatu hal yang

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 12


diharapkan oleh manjemen untuk diinterprestasikan dengan cara-cara yang tidak
konsisten dengan keyakinan actual merka mengenain atribur-atribut yang belum diteliti
dari keputusan merka.” Insentif untuk manipulasi pesan yang hendak diterima oleh
pengguna internal atau eksternal berasal dari adanya kebutuhan untuk memastikan atau
meyakinkan bahwa pesan tertentu akan menciptakan perilaku tertentu dari pengguna
internal atau eksternal. Tindakan disfungsional berupa manipulasi data ini disebut
sebagi gangguna suara. Metode yang digunakan untuk mendistorsi system informasi
dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar berikut ini:
a) Peratan atau penghalusan(smoting); mencakup proses pengubahan arus data alami
atau terencana tanpa mengubah aktivitas actual dari organisasi.
b) Pembiasan (biasing); mencakup proses pemilihan tanda –tanda yang memiliki
kemungkina paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.
c) Pemfokusan; mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek
tertentu dari sekumpulan informasi.
d) Permainan (gaming); mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh
pengirim sehingga menyebabkan terkirimnya pesan.
e) Penyaringan (filtering); mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang
menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari
komunikasi melalui pengunpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau
penndaan.
f) Tindakan illegal (illegal act); mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya
melanggar hukum privat atau public.

Seluruh metode dan perilaku manipulasi informasi ini disebakan oleh adanya keyakinan
yang rendahyang dipegang oleh pengirim baik atas kemampuan analisi dari situasi atau
kemampuan mengukur dan verifikasi dari data.
Seluruh metode manipulasi informasi ini menggambarkan keyakinan yang dimiliki
oleh pengirim bahwa system informasi mun gkin memberikan kekuatan kepadanya
mengingat kemampuan yang dimilikinya untuk memengaruhi hasil akhir dan pada
mengubah proses alokasi sumber daya. M.L.Bariff dan J.R Galbraith telah mencatat
bahwa “desain dan operasi dari system informasi organisasi akan memengaruhi
distribusi kekeutan dari dalam organisasi. Hal ini sama dengan pepatah lama bahwa

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 13


informasi adalh kekuatan. Merupakan hal penting bagi anggota organisasi untuk
mengendalikan sifat dari informasi yang dikumpulkan dan disampaikan serta pilihan
dari pengukuran-pengukuran yang didesain ke dalam system akuntansi dan system
pengendalian.
Mengingat adanya perlawanan diatas terhadap system informasi pada umunya dan
system akuntansi dan pengendalian pada khususnya, pertanyaannya menjadi, hal apakah
yang dapat menjamin inplementasi yang mudah dan kinerja efektif dari mereka.
M.Lynne Markus dan Jeffery Pfeffer mengemukan tiga hipotesis untuk menjelaskan
perlawan dan kesulitan system:
a) Konsisten dengan sumber-sumber kekuatan lain dalam imlikasinya dalam
pendistribusian kekuatan.
b) Konsistem dengan pardigma dan budaya organisasi dominan dalam
implikasinya untuk nilai-nilai dan keyakinan-kayakinan;
c) Konsisten dengan pertimbangan bersama yang berkaitan dengan kepastian
teknis dan kecocokan sasaran dalam asumsi-asumsinya mengenai tingkat
kepastian dari tujuan dan teknologi organisasi.

2.2 PENYUSUNAN DAN VERIFIKASI TEORI


Walaupun akuntansi adalah kumpulan teknik-teknik yang dapat digunkan diarea-area
khusus, akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka teoritas implicit yang terdiri atas
prinsip dan praktik yang telah diterima oleh profesi karena dugaan kegunaan dan
logikanya. Akuntansi “prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum” ini memandu
profesi akuntansi dalm memilih tekhnik akuntansi dan pembuatan laporan keungan
dengan cara yang dianggap sebagai praktik akuntansi yang baik. Sebagai respons
terhadap lingkungan, nilai, dan kebutuhan informasi yang berubah, prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum menjadi subjek dari pemeriksaan ulang dan analisis kritis
yang konstan. Hal ini terjermin dalam APB Statement No 4, yang menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum saat ini adalah hasil dari suatu proses
evolusi yang dapat diharapkan akan terus berlanjut dimasa mendatang, perubahan-
perubahan dapat terjadi pada tingkat mana pun dari prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umu, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum berubah sebagai respons

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 14


terhadap perubahan kondisi ekonomi dan social, terhadap pengetahuan dan teknologi
baru, dan terhadap permintaan dari para pengguna akan informasi keuangan yang lebih
dapat melayani. Hakikat dinamis dari akuntansi keuangan-kemampuannya untuk
merubah sebagai responsdari kondisi yang merubah-memungkinkannya untuk
memelihara dan meningkatkan kegunaan dari informasi yang diberikan.
Perubahan-perubahan pada prinsip terjadi terutama sebagai akibat dari berbagai
usaha yang dilakukan untuk memberikan solusi kepada masalah-masalah akuntansi yang
muncul dan merumuskan suatu kerangka teoritas bagi disiplin ilmu tersebut. Jadi, suatu
hubungan yang jelas terjadi diantara usaha percobaan penyusuan teori akuntansi baik
untuk menjustifikasi ataupun untuk menyangkal praktik yang ada. Penyusunan teori
akuntansi timbul dari adanya kebutuhan untuk memberikan pemkiran mengenai apa
yang dilakukan atau diharapkan dilakukan oleh para akuntan. Proses dari penyusunan
teori akuntansi harus diselasaikan oleh verifikasi teori atau validasi teori. Machlup
mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
Verifikasi dalam riset dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal, termasuk
kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan
persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dari
artifak atau relic, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan paraphrase, keakuratan
dari akun-akun historis dan statistic, buki-bukti dari kejadian yang dilaporkan,
kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret, kemapuan
percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau predektif dari
generalisasinya.
Peryataan ini memiliki arti bahwa teori seharusnya menjadi subjek dari suatu ujian logis
atau empiris untuk memverifikasi keakuratannya. Jika teori itu didasarkan pada
matematika, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan kekonsistenan logika. Jika
teori itu didasarkan ats fenomena fisik atau social. Verifikasi seharusnya diprediksi
berdasarkan hubungan antara peristiwa-peristiwa yang didedukasikan dan observasi
didunia nyata.
Teori akuntansi, karenanya, harus menjadi hasil dari suatu proses penyusunan
terori dan verifikasi teori. Teori akuntansi yang sudah ada seharusnya menjelaskan dan
memprediksi fenomena akuntansi.mkapan fenomena seperti itu terjadi, mereka
seharusnya dianggap sebagi verifikasi dari teori. Jika suatu teori tidak dapat memberikan

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 15


hasil yang yang diharapkan, teori tersebut akan akan diganti oleh suatu teori “ yang lebih
baik.” Pemikran yang diterima dengan baik dalam filosofi keilmuan ini juga berlaku, dan
diterima dalm akuntansi, seperti ditunjukkan oleh pernyatan berikut ini dari komite teori
akuntansi dan verifikasi.
Teori-teori ilmiah memberikan “ekspektasi” dan “prediksi” tertentu mengenai
suatu fenomena dan, ketika ekspektasi ini terjadi, ekspektasi tersebut dinyatakan
“mengonfirmasika” teori. Ketika hasil yang tidak diharpkan terjadi, hal tersebut
dianggap sebagai anomaly diman pada akhirnya membutuhkan suatu modifikasi dari
teori atau penusunan suatu teori baru. Tujuan dari teori baru atau teori yang dimodifikasi
adalh untuk menbuat hal yang tidak diharapkan menjadi diharapkan, untuk mengonversi
kejadian anomaly tersebut kedalam suatu kejadian yang diharpkan dan dijelaskan.
Saat ini cara berfikir seperti diatas belum diakui secara sungguh-sungguh dalam
akuntansi. Sebagai gantinya, ada pendekatan yang telah digunakan. Dalam pedekatan
tradisioanal terhadap penyusuan teori akuntansi, praktik dan verifikasi akuntansi
dianggap sinonim, dalam pendekatan yang baru terhadap penyusunan teori akuntansi,
telah dilakukan usaha-usaha untuk secara logis atau empiris memverifikasi teori. Dalam
bab ini, kita akan menguraikan hakikat dan kontribusi dari pendekatan tradisional
terhadap penyusuan teori akuntansi. Namun, sebelum kita diperkenalkan dengan
pendekatan tradisional, kita akn mempelajari hakikat teori akuntansi dan metodologi
yang dipilih untuk formulasi dari suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional yang kita
pelajari adalah pendekatan nonteoritas, pragmatis dan kekuasaan, pendekatan deduktif,
pendekatan induktif pendekata secara etis, pendekatan sosiologi, pendekatan ekonomi,
dan pendekatan selektif.

2.3 HAKIKAT TEORI AKUNTANSI


Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan basis bagi peramalan dan
penjelasan perilaku dan peristiwa akuntansi. Kita asumsikan, sebagai salah satu pasal
dari kepercayaan, bahwa teori akauntansi adalah suatu hal yang mungkin, teori
didefinisikan sebagai “suatu rangkaian gagasan (konsep), definisi, dan usulan yang
saling berhubungan yang ada diantara variable-variabel dengan tujuan untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 16


Harus diakui sejak awal bahwa tidak ada teori akuntansi komprehensif yang
berlaku pada saat ini. Sebaliknya, teori-teori yang berbeda telah ada dan terus diusulkan
dalam literatur. Banyak dari teori-teori ini muncul dari penggunaan pendekatan yang
berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari usaha untuk mengembangkan teori
akuntansi ditingkat menengah bersalah dari perbedaan cara peneliti melihat antara
“pengguna” data akuntansi dan “lingkungan” dimana para pengguna dan pembuat dari
data akuntansi seharusnya berperilaku. Perbedaan opini ini memancing komite konsep
dan standar atau laporan keuangan eksternal (External Financial Report) dari American
Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa:
1) Tidak ada satu pun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup
kaya untuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkunagan pengguna
dengan efektif; sehingga,
2) Dicantumkan dalam literatur akuntansi keuangan bukan sebagai teori akuntansi
keuangan melainkan kumpulan teori-teori yang dapat mengatasi perbedaan-
perbedaan yang terjadi dalam spesifikasi lingkungan pengguna.

Terlepas dari kehadiran teori akuntansi tingkat menengah, hanya sedikit penulis dari
teori-teori ini yang telah berusaha untuk mebuktikan bahwa suatu teori akuntansi adalah
hal yang mungkin terjadi. Ada dua pengecualian yang patut mejadi perhatian kita.
Mc Donald berpendapat bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen yaitu:
1) Pengodean fenomena kedalam sauatu penyajian simbolis
2) Manipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan tertentu, dan
3) Penerjemahan kembali kefenomena dunia nyata.

2.4 METODOLOGI DALAM PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Dalam dunia akuntansi professional, ada kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah
suatu seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan
dalam formula suatu teori akuntasi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi
apa yang terjadi dengan megodifikasikan praktik-praktik akuntansi. Teori seperti ini
dinamakan “akuntansi deskriptif” atau “teori deskriptif akuntansi.”

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 17


Dengan resiko terlalu menyederhanakan, kita dapat berasumsi bahwa, mengingat
sifat dari fenomena dan isu akuntansi yang kompleks, kedua metodologi diatas
dibutuhkan untuk merumuskan teori akuntansi. Metodologi deskriptif berusaha untuk
menjustifikasi beberapa praktik akuntansi yang dianggap berguna, dan metodologi
normatif berusaha untuk menjustifikasi beberapa praktik akuntansi yang seharusnya
dipergunakan. Salah satu dari teori akuntansi deskriptif adalah inventory of Generally
Accepted Accounting Principles for Business Enterprisess.

Buku Ijiri berbeda dengan usaha lain dalam perumusan suatu teori, dimana ia tidak hanya
bersifat deskriptif tetapi juga merupakan pemeriksaan analitis atas akuntansi melalui:

1) Suatu pemeriksaan matematis untuk memeriksa struktur secara logis.


2) Suatu pemeriksaan ekonomi untuk memeriksa apa yang dikur.
3) Suatu pemeriksaan perilaku untuk memeriksa bagaimana akuntansi dipraktikan
dan digunakan.

2.5 PENDEKATAN AKUNTANSI PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI


Walaupun tidak terdapat teori akuntansi komprehensif tunggal, berbagai teori akuntansi
tingkat menengah telah dihasilkan dari penggunaan berbagai pendekatan yang berbeda.
Untuk kepentingan kejelasan, kita akan membatasi pembahasan bab ini kepda
pendekatan tradisional bagi perumusan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional
tersebut adalah:
1) Nonteoretis, praktis atau pragmatis (informal)
2) Teoritas
a) Deduktif,
b) Induktif,
c) Etis,
d) Sosiologi
e) Ekonomi
f) Selektif.
1. Pendekatan nonteoretis
Pendekatan pragmatif tediri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh
kesamaannya dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian pemberian solusi

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 18


yang sifatnya praktis. Berdasarkan pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi
seharusnya dipilih atas dasar kegunaan mereka bagi para pengguna informasi
akuntansi seharusnya dipilih atas dasar kegunaan mereka bagi para pengguna
informasi akuntansi dan relevansi mereka terhadap proses pengambilan keputusan.
Pendekatan kekuasaan untuk perumusan suatu teori akuntansi, yang terutama
dipergunakan oleh organisasi professional, tediri atsa pnerbitan pernyataan sebagai
regulasi dari praktik-praktik akuntansi. Karena pendekatan kekuasaan juga berusaha
untuk memberikan solusi praktis, pendekatan ini dengan mudah disamakan dengan
pendekatan pragmatis. Kedua pendekatan berasumsi bahwa teori akuntansi dan hasil
teknik akuntansi harus disebutkan dalam dasar penggunaan akhir laporan keuangan,
jika akuntansi harus memiliki suatu fungsi yang berguna. Dengan kata lain, suatu teori
tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk.
Penggunaan utiltas sebagai criteria pemilihan prinsip akuntansi menghubungkan
penyusunan teori akuntansi kepada praktik akuntansi, yang mungkin menjelaskan
kurangnya antusiasme yang ditimbulan kan oleh pendekatan pragmatis. Sebenarnya
pendekatan pragmatis dan kekuasan tidak terlalu berhasil mencapai kesimpulan yang
memuaskan dalam usaha mereka untuk menyusun suatu teori akuntansi. Sebagai
contoh, skinner mengklaim bahwa:
Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prisnsip akuntansi telah
diikuti oleh otoritas akuntansi dimasa lampau, dan usaha untuk menurunkan konflik-
konflik dari praktis yang ada hingga saat ini masih bersifat sangat hati-hati dan
sementara. Hal ini terlihat berdasarkan pengalaman bahwa pendekatan ini tidak akan,
dengan usahanya sendiri, mampu mendekati penyelesaian masalah konflik dalam
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.

Pendekatan teori akuntansi merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi


yang berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca
dan persamaan lab akuntansi.

Persamaan neraca hanya dinyatakan sebagai:


Akitiva = kewajiban + Ekuitas Pemili
Persamaan laba akuntansi dinyatakan sebagai:

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 19


Laba akuntansi = Pendapatan – Biaya
Dua persamaan dalam pendekatan teori akun ini mengarah kepada perkembangannya
dua posisi yang terdapat dalam badan penyusunan standar, yaitu, posisi yang
beroreantasi pada laba.
2. Pendekatan teoritis
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif dalam penyusunan teori mana pun diawali dengan dalil dasar
dan diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang
dipertimbangkan. Pendekatan ini bergerak dari umum ke khusus . jika kita
mengasumsikan pada titik ini bahwa dalil dasar menngenai lingkungan akuntansi
terdiri atas baik tujuan maupun rumus, langkah yang digunakan untuk
memperoleh pemndekatan deduktif akan meliputi:
 Menentukan tujuan dari laporan keangan,
 Memilih “postulat” dari akuntansi
 Menghasilkan “prinsip” dari akuntansi
 Mengembangkan “teknik” dari akuntansi

b. Pendekatan Induktif
Penyusunan induktif dalam penyusunan dari suatu teori diawali dengan observasi
dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpualan umum. Penerapannya dalam
akuntansi, pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi
keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan dengan penyusunan generalisasi
dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi tersebut berdasarkan kepada
hubungan yang berulang kembali. Pendekatan induktif untuk suatu teori
mencakup empat tahap yaitu:
 Memcatat seluruh observasi,
 Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi
adanya hubungan yang berulang kembali,
 Penurunan induktif dari generalisasi dann prinsip akuntansi dari observasi
yang menggambarkan hubungan berulang,
 Menguji generalisasi.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 20


c. Pendekataan Etis
Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran, dan kenyataan.
Konsep tersebut merupakan kriteria utama dari D.R Scott untuk perumusan teori
akuntansi. Apapun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar
akuntansi, Commite on Auditing Prosedures mengacu pada criteria dari
“kewajaran dari penyajian” seperti:
 Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum;
 Pengungkapan;
 Konsistensi;
 Dapat diperbandingkan.

d. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh social
dari tekhnik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada
sauatu konsep dari kewajaran yang lebih luas , kesehteraan social. Berdasar pada
pendekatan sosiologi, prinsip atau tekhnik akuntansi yang ada dievaluasi untuk
penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam
komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspektasi bahwa
data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan social.

e. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada
pengendalian perilaku dari indicator-indikator makro ekonomi yang dihasilkan
oleh adopsi dari berbagai tekhnik akuntansi. Criteria umu dipakai dalam
pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan tekhnik
akuntansi seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yang kedua,
bahwa pilihan tekhnik akuntansi seharusya bergantung pada “konsekuensi
ekonomi.” Dan “kenyataan ekonomi.”
Pendekatan ekonomi dan konsep dari “konsekuensi ekonomi” dan
“kenyataan ekonomi” telah dihidupkan kembali sejak Financial Accounting
Standar Board.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 21


Walaupun kpercayaan telah ada dalam pertimbangan akuntansi teknis dimasa lalu,
arah dari waktu menyarankan bahwa penyusuan standar mencakup juga
kepentingan social dan ekonomi. Konsekuensi ekonomi dari laporan keuangan
termasuk antara lain:
 Distribusi kesehteraan;
 Tingkat resiko agregat dan alokasi resiko diantara invidu;
 Konsumsi dan produksi agregat;
 Alokasi sumber daya antar perusahaan;
 Pengguanaan sumber daya untuk produksi, sertifikat, penyebaran,
pemrosesan, analisis dan interprestasi dari informasi keuangan;
 Penggunaan sumber daya dalam pengembangan, penyesuaian, penekanan,
dan litigasi dari regulasi,
 Penggunaan dari sumber daya dalam sector privat mencari informasi.

2.6 PENDEKATAN SELEKTIF UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI


Secara umum perumusan suatu teori akuntans dan pengembangan prinsip-prinsip
akuntansi telah mengikuti pendekatan selektif, dan kombinasi dari berbagai pendekatan,
dan bukannya hanya satu dari pendekatan yang disajikan disini. Pendekatan seletif
adalah terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional
serta organisasi pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan
prinsip dalam akuntansi. Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada
pendekatan baru yang sedang diperdebatkan dalam literature yaitu: pendekatan
peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan kejadian, prediksi dan positif.

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 22


DAFTAR PUSTAKA
Belkauoi, R.A. 2000. Accounting Theory, 5th Ed, Marwata, et.al. (penerjemah) buku
1&2, Salemba Empat. Jakarta. (BRA).

Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 23

Anda mungkin juga menyukai