1. Pendekatan nonteoris
2. Pendekatan deduktif
3. Pendekatan induktif
4. Pendekatan secara etis
5. Pendekatan sosiologi
6. Pendekatan ekonomi
Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep
informasi:
Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi sebagai suatu sarana untuk
mempertahankan dan melegitemasi aturan-aturan sosial, ekonomi, dan politik yang
berlaku saat ini. Karl Marx tetap menganggap bahwa akuntansi memberikan sauatu
bentuk kesadaran yang salah dan merupakan sarana untuk membingungkan dan
bukannya mengungkapkan hakikat yang sebenarnya dari hubungan sosial yang
membentuk suatu usaha yang produktif. Akuntansi juga telah dianggap sebagai suatu
mitos, sombol, dan ritual yang memungkinkan penciptaan aturan-aturan simbolis yang
mana didalamnya agen-agen social dapat saling berin teraksi. Kedua persepsi tersebut
juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat akuntansi sebagai instrumen dari
rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.
Kelompok 4/Materi 5/Akuntansi IVA |Teori Akuntansi 2
Persepsi akuntansi sebagai nstrumen rasionalitas ekonomi dugambarkan denga sangat
baik oleh weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi
sebagai “ tingkat sempai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin
dilakukan secara teknis dan secara nyata dapat diterpkan.” Hal yang sama juga
ditekankan dengan baik oleh Heilbroner ketika ia menyatakan bahwa:
“Praktik kapitalis mengubah satuan uang menjadi suatu alat perhitunhan biaya-laba
yang rasional, yang monument utamanya adalah pembukuan pencatatan berpasangan
(double entry bookkeeping) terutama produk dari evolusi rasionalitas ekonomi, kalkus
biaya-laba, yang selanjutnya bereaksi terhadap rasionalitas itu sendiri, melalui
pengkristalan dan pendefinisian secara numeric, dan dengan kuat mendorong logika
mengenai perusahaan”.
Sebagi bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa lain.
Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan dilaporkan dalam laporan akuntansi
menggunakan bahasa akuntansi, seperti halnya berita yang dilaporkan dalam surat
kabar dengan bahasa inggrisdalam menujukkan suatu peristiwa dalam akuntansi,
seseorang tidak hanya berhadapan dengan risiko tidak dimengerti tetapi juga resiko
menerima hukuman untuk kesalahan penyajian, kebohongan,atau sumpah palsu.
Komparabilitas dari laporan menjadi satu hal yang penting dalam menjalankan fungsi
suatu bahasa secara efektif entah bahasa inggris maupun bahasa akuntansi. Pada waktu
yang sama, bahasa juga harus fleksibel untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan
yang berubah.
Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang
menerbitkan bulletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris,
yang mencoba untuk mengukur komunkasi konsep akuntansi. Apa yang terjadi
akuntansi sebagai suatu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari lihat pada
Definisi ini dan definisi lainnya menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok dari
bahasa, yaitu simbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai bahasa
terletak pada identifikasi dari kedua komponen tersebut sebagai dua tingkat dalam
akuntansi. Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:
Dua periode pertama mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber
daya secara utuh kepada prinsip dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna
memenuhi fungsi pemeliharaan. Dalam dua periode ini, pengungkapan data neraca
dianggap sudah memadai. Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk
memberikan inisiatif dan wawasan dalam menggunkan aktiva untuk melakukan
rencana yang telah disetujui. Sebagai tambahan selain neraca, periode ini membtuhkan
diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan aktiva. Terakhir,
periode terbuka berbeda dari periode utilisasi aktiva dengan memberikan fleksibilitas
yang leibh tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk
memetakan arah dari utilisasi aktiva. Birnberg menguraikan konsep terakhir ini sebagai
berikut:
Hal ini mencakup tidak hanya areah awal, tetap juga menetukan titik waktu kritis
yang menentukan kapan aturan tersebut harus diubah. Seperti pengendalian strategis.
Fungsi kepengurusan membutuhkan adanya satu tingkat tag gung jawab signifikan
yang dijalankan oleh si pelayan. Gugus tugas ini mngkin memiliki cirri-ciri struktur
yang lemah dan sejumlah ketidakpastian ya g signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
kita mungkin menemukan system pelaporan kita terjepit oleh komunikasi. Kebutuhan
akan detail satu sisi dan risiko kompleksitas yang berlebihan di sisi lain.
Seluruh metode dan perilaku manipulasi informasi ini disebakan oleh adanya keyakinan
yang rendahyang dipegang oleh pengirim baik atas kemampuan analisi dari situasi atau
kemampuan mengukur dan verifikasi dari data.
Seluruh metode manipulasi informasi ini menggambarkan keyakinan yang dimiliki
oleh pengirim bahwa system informasi mun gkin memberikan kekuatan kepadanya
mengingat kemampuan yang dimilikinya untuk memengaruhi hasil akhir dan pada
mengubah proses alokasi sumber daya. M.L.Bariff dan J.R Galbraith telah mencatat
bahwa “desain dan operasi dari system informasi organisasi akan memengaruhi
distribusi kekeutan dari dalam organisasi. Hal ini sama dengan pepatah lama bahwa
Terlepas dari kehadiran teori akuntansi tingkat menengah, hanya sedikit penulis dari
teori-teori ini yang telah berusaha untuk mebuktikan bahwa suatu teori akuntansi adalah
hal yang mungkin terjadi. Ada dua pengecualian yang patut mejadi perhatian kita.
Mc Donald berpendapat bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen yaitu:
1) Pengodean fenomena kedalam sauatu penyajian simbolis
2) Manipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan tertentu, dan
3) Penerjemahan kembali kefenomena dunia nyata.
Dalam dunia akuntansi professional, ada kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah
suatu seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan
dalam formula suatu teori akuntasi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi
apa yang terjadi dengan megodifikasikan praktik-praktik akuntansi. Teori seperti ini
dinamakan “akuntansi deskriptif” atau “teori deskriptif akuntansi.”
Buku Ijiri berbeda dengan usaha lain dalam perumusan suatu teori, dimana ia tidak hanya
bersifat deskriptif tetapi juga merupakan pemeriksaan analitis atas akuntansi melalui:
b. Pendekatan Induktif
Penyusunan induktif dalam penyusunan dari suatu teori diawali dengan observasi
dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpualan umum. Penerapannya dalam
akuntansi, pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi
keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan dengan penyusunan generalisasi
dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi tersebut berdasarkan kepada
hubungan yang berulang kembali. Pendekatan induktif untuk suatu teori
mencakup empat tahap yaitu:
Memcatat seluruh observasi,
Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi
adanya hubungan yang berulang kembali,
Penurunan induktif dari generalisasi dann prinsip akuntansi dari observasi
yang menggambarkan hubungan berulang,
Menguji generalisasi.
d. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh social
dari tekhnik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada
sauatu konsep dari kewajaran yang lebih luas , kesehteraan social. Berdasar pada
pendekatan sosiologi, prinsip atau tekhnik akuntansi yang ada dievaluasi untuk
penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam
komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspektasi bahwa
data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan social.
e. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada
pengendalian perilaku dari indicator-indikator makro ekonomi yang dihasilkan
oleh adopsi dari berbagai tekhnik akuntansi. Criteria umu dipakai dalam
pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan tekhnik
akuntansi seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yang kedua,
bahwa pilihan tekhnik akuntansi seharusya bergantung pada “konsekuensi
ekonomi.” Dan “kenyataan ekonomi.”
Pendekatan ekonomi dan konsep dari “konsekuensi ekonomi” dan
“kenyataan ekonomi” telah dihidupkan kembali sejak Financial Accounting
Standar Board.