AKUNTANSI
Seni?
Sains?
Teknologi?
Pendekatan Pajak
Pendekatan Legal
Ethical approach
Economic approach
Pendekatan perilaku
Pendekatan strukutural
The nature of accounting:
various images
Accounting as:
language
historical record
current economic reality
information system
commodity
ideology
Accounting Images
Akuntansi sebagai ideologi:
Diartikan sebagai cara menjaga dan melegitimasi kondisi sosial, ekonomi and
politik:
Sebagai instrumen rasionalitas ekonomi dan alat sistem kapitalistik
SEJARAH
PERKEMBANGA
TEORI AKUNTANSI
TEORI AKUNTANSI
STANDAR AKUNTANSI
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
•ELEMEN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ADALAH UNTUK
MENYEDIAKAN INFORMASI YANG MENYANGKUT
POSISI KEUANGAN, KINERJA SERTA PERUBAHAN
POSISI KEUANGAN SUATU PERUSAHAAN YANG
BERMANFAAT BAGI SEJUMLAH BESAR PEMAKAI
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
• KELANGSUNGAN USAHA
LAPORAN KEUANGAN DISUSUN BERDASARKAN ASUMSI BAHWA ENTITY YANG
DIMAKSUD AKAN TERUS MELANJUTKAN USAHANYA(TIDAK ADA LIKUIDASI)
PRINSIP DASAR AKUNTANSI
C. CONSTRAINT
COST BENEFIT RELATIONSHIP
THE MATERIALITY PRINCIPLE
INDUSTRI PRACTICE
KERANGKA CONCEPTUAL
INDONESIA.
PENGURUS PUSAT IAI PADA TANGGAL 7 SEPTEMBER
1994, MENAMAKAN KERANGKA KONSEPTUAL
INDONESIA DENGAN ISTILAH “ KERANGKA DASAR
PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN “
KEGUNAAN :
KOMITE PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UNTUK
MENANGGULANGI MASALAH AKUNTANSI YANG BELUM
DIATUR DALAM STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
AUDITOR, DALAM MEMBERIKAN PENDAPAT MENGENAI
APAKAH LAPORAN KEUANGAN DISUSUN SESUAI
PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM
PARA PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN, DALAM
MENAFSIRKAN INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LK
YANG DISUSUN SESUAI PSAK
TUJUAN :
MENURUT IAI : TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
ADALAH UNTUK MENYEDIAKAN INFORMASI YANG
BERKAITAN DENGAN POSISI KEUANGAN,
PRESTASI HASIL USAHA SERTA PERUBAHAN
POSISI KEUANGAN PERUSAHAAN YANG
BERMANFAAT BAGI PEMAKAI DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI.
Committee on Accounting
Accounting Principles Board
Procedures
1939 to 1959 1959 to 1973
Issued 51 Issued 31 Accounting
Accounting Principle Board
Opinions (APBOs)
Research Bulletins
Wheat Committee
(ARBs)
recommendations
Problem-by-problem adopted in 1973
approach failed
Committee on Accounting
Procedures (CAP)
Committee on Accounting Procedures (CAP)
– Menggunakan pendekatan induktif untuk mengembangkan aturan-
aturan akuntansi, sedangkan AAA (sekarang AICPA) mengacu
pada pendekatan deduktifdipublikasikan via ARBs
– Mencurahkan waktu hanya utk memecahkan masalah dengan
pendekatan satu per satu tanpa mengembangkan prinsip-prinsip
fundamental akuntansi
– Tidak ada teori akuntansi yang mendasari
– Menciptakan “oversupply” atas prinsip akuntansi yang “baik”
– Konflik dengan SECLap. Laba/Rugi & Biaya Depresiasi
Keseragaman meningkat secara signifikan pembuatan
kebijakan akuntansi berdasarkan sektor swasta
Accounting Principles Board (APB) &
Accounting Research Division
Menggunakan dua pendekatan (deduktif
dan induktif)
Bersifat otonom dan konsentrasi pd
pengembangan prinsip akuntansi
Rerangka PABU versi APB
Lingkungan Akuntansi Keuangan
Prinsip Mendasar
(pervasive)
Prinsip
GAAP
Operasi Umum
Prinsip Terinci
Rerangka PABU versi APB (APB
Statement No.4)
PABU versi APB merupakan sarana utk
menjabarkan atau mengoperasionalkan
konsep-konsep diatasnya agar scr langsung
mempengaruhi bentuk, isi, dan jenis
statement keuanganpedoman operasional
praktik akuntansi
Wheat & Trueblood Committee
Wheat Committee:
mempelajari pembentukan prinsip akuntansi
mendorong pembentukan FASB
Trueblood Committee
mempelajari tujuan penyusunan laporan
keuangan
III. Financial Accounting Standards Board
Financial
Accounting
Foundation
Financial Governmental
Accounting Accounting
Standards Board Standards Board
Category C
Category B
FASB Statements,
CAP Accounting
Interpretations, and APB Opinions
Research Bulletins
Staff Positions
121
Laporan Keuangan Relevan dan Dapat Diandalkan
Efektif Efektif
1 Januari 2012 1 Januari 2015
8 Desember 2008
Komitmen mendukung IFRS
sebagai standar akuntansi
keuangan global
123
Empat Pilar Standar Akuntansi Indonesia
IFRS hanya diadopsi PSAK full 2012, pada tahun 2013 dilakukan revisi
beberapa standar dan ditambahkan standar baru 65, 66, 67, 68 yang akan
efektif pada tahun 2015
SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
tidak signifikan.
DSAS telah mengeleluarkan 10 PSAK Syariah
124
SAK ETAP
• SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas
publik signifikan
• ETAP adalah entitas yang:
– Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
– Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal.
• Menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises.
• Lebih sederhana antara lain:
– Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan
– Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
– Pajak menggunakan konsep pajak terutang bukan pajak tangguhan
– Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
• Tahun 2011 perusahaan harus memilih menjadi menggunakan PSAK-IFRS
atau PSAK-ETAP
125
PSAK SYARIAH
• Basis transaksi
• Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah
baik entitas lembaga syariah maupun non lembaga syariah
• Pengembangan dengan model PSAK umum namun berbasis
syariah dengan acuan fatwa MUI
• PSAK 100 – PSAK 110
• PSAK 101 Penyajian Laporan • PSAK 106 Akuntansi Musyarakah
Keuangan Syariah • PSAK 107 Akuntansi Ijarah
• PSAK 102 Akuntansi Murabahah) • PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi
Revisi 2013 Syariah
• PSAK 103 Akuntansi Salam • PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infaq dan
• PSAK 104 Akuntansi Istishna Shadaqoh
• PSAK 105 Akuntansi Mudharabah • PSAK 110 Akuntansi Sukuk
126
SAP
• Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan, PP 24 tahun 2005 PP 71 tahun 2010
• Standar disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan
kemudian ditetapkan dengan PP
• Diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun LKPP
dan LKPD:
– instansi pemerintah pusat
– Instansi pemerintah daerah
– BLU dikonsolidasikan dengan LKP – menggunakan PSAP dan PSAK,
– BUMN (sbg investasi pemerintah) menggunakan PSAK
• Entitas sektor publik selain pemerintah menggunakan PSAK 45
untuk pelaporan dan yang lain mengikuti PSAK / SAK ETAP.
127
PSAK – IFRS BASED
• Wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik
seperti: Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan
BUMN.
• Dapat diterapkan oleh entitas lainya.
• Basis transaksi, bukan basis industri.
• Tujuan: memberikan informasi yang relevan bagi user laporan
keuangan
• Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012 – tahap 1
• Proses adopsi tahap kedua efektif 1 Januari 2015
128
IFRS - PSAK
129
Mengapa IFRS
• Indonesia bagian dari IFAC, yang harus tunduk pada SMO (Statement
Membership Obligation), salah satunya menggunakan IFRS sebagai
accounting standard.
• Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota G20 forum.
• Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15
November 2008 :
– “Strengthening Transparency and Accountability”
• Pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan untuk
Strengthening Financial Supervision and Regulation “to call on the
accounting standard setters to work urgently with supervisors and
regulators to improve standards on valuation and provisioning and
achieve a single set of high-quality global accounting standards.”
130
Manfaat IFRS
131
Karakteristik Standar ??
Principle Based :
Dinamis Judgment
132
Karakteristik IFRS
133
“Judgment”
• IFRS = Principles
• Penerapan standard mengacu pada substansi ekonomi bukan
bentuk hukumnya.
• Pemahaman underlying transaksi dan detail kontrak menjadi
penting
• Pengajaran dengan menggunakan kasus
Ilustrasi
PT. A memiliki kontrak dengan PT. B untuk membeli semua produk yang
dihasilkan. Produknya khusus dan hanya dapat dijual kepada PT. A.
Kontrak meliputi jangka waktu 20 tahun. Kontrak tersebut menjamin
bahwa PT. A membeli jumlah minimum produk B setiap tahun dengan
harga yang telah ditentukan. Dari kontrak tersebut PT. B dapat
memperoleh pengembalian modal dari investasi untuk memproduksi
produk tersebut.
134
Dinamis
• IFRS membuka wawasan, bahwa mengajarkan akuntansi
keuangan harus sesuai dengan standar bukan teks book.
• Awareness terhadap standar akuntansi meningkat
• Materi pengajaran harus dinamis mengikuti perkembangan
standar.
• IFRS sering berubah
– Digunakan perusahaan banyak di negara sehingga kesulitan penerapan
akan membuahkan kritik terhadap standar yang ada perubahan
– Perubahan lingkungan usaha
• Contoh Pendapatan awalnya menggunakan konsep risk and
reward, kemudian ditambahkan konsep present obligation.
135
“Fair value”
• IAS 41 Agriculture
– Biological asset dinilai sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya
penjualan (point-of-sale costs), baik pada pengakuan pertama maupun
pada tanggal laporan. Perubahan harga diakui sebagai pendapatan
pada periode berjalan.
– Agriculture product dinilai nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan
(point-of-sale costs), pada pengakuan pertama sebagai persediaan.
• Fair value adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Nilai wajar dapat menggunakan:
Tingkat 1 harga kuotasi pasar
Tingkat 2 Input selain harga kuotasian (dapat diobservasi)
Tingkat 3 Input yang bukan berdasar harga pasar
Perhitungan fair value : menentukan arus kas, tingkat suku bunga, Model opsi
136
Pengungkapan Lebih Banyak
• Ilustrasi laporan keuangan.
• Membaca dan membuat pengungkapan
• pengungkapan yang diinginkan oleh standar
• Judgment : apa yang perlu diungkapkan
138
PSAK 2013 & 2014
NO IFRS STATUS
1 IAS 1: Presentation of Financial PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan [1 Jan 2015]
Statements
2 IAS 19: Employee Benefits PSAK 24: Imbalan Kerja [1 Jan 2015]
3 IAS 27: Separate Financial Statements PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri [1 jan 2015]
4 IAS 28: Investments in Associates and PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Joint Ventures Ventura Bersama [1 Jan 2015]
5 IAS 32: Financial Instruments: PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
Presentation [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015]
6 IAS 36: Impairment of Assets PSAK 48: Penurunan Nilai Aset [Disahkan pada 29
April 2014, berlaku 1 Jan 2015]
7 IAS 39: Financial Instruments: PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Recognition and Measurement (IFRS 9 Pengukuran [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku
eff 2018 belum diadopsi) 1 Jan 2015]
8 IFRS 7: Financial Instruments: PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Disclosures [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015]
9 IAS 12: Income Tax PSAK 46: Pajak Penghasilan [Disahkan pada 29
April 2014, berlaku 1 Jan 2015]
139
PSAK non IFRS
140
Perkembangan Setelah 1 Januari 2015
141
PSAK
No IFRS PSAK
1 IFRS 1 First-time Adoption of International
Financial Reporting Standards
2 IFRS 2 Share-Based Payment PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham (R2011)
3 IFRS 3 Business Combinations PSAK 22 Kombinasi Bisnis (revisi 2010)
4 IFRS 4 Insurance Contracts PSAK 62 Kontrak Asuransi (revisi 2011)
5 IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and PSAK 58 Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual dan
Discontinued Operations Operasi yang Dihentikan (revisi 2009)
6 IFRS 6 Exploration for and Evaluation of PSAK 64 Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
Mineral Resources (R2011)
7 IFRS 7 Financial Instruments : Disclosure PSAK 60 Instrumen Keuangan Pengungkapan (R2013)
8 IFRS 8 Operating Segments PSAK 5 Segmen Operasi (revisi 2009)
9 IFRS 9 Financial Instrument – Juli 2014 Belum diadopsi
10 IFRS 10 Consolidated Financial Statement PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian
11 IFRS 11 Joint Arrangement PSAK 66 Pengaturan Bersama
12 IFRS 12 Disclosure of Interest Entity PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain
13 IFRS 13 Fair Value PSAK 68 Pengurkuran Nilai Wajar
142
PSAK & ISAK
No IFRS PSAK
1 IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, Restoration
and similar liabilities
2 IFRIC 2 Members’ Share in Co-operative Entities and
Similar Instruments
3 IFRIC 4 Determining whether an arrangement contains a ISAK 24 Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang
Lease mengandung Bentuk Legal Sewa
4 IFRIC 5 Rights to Interests arising from Decommissioning,
Restoration and Environmental rehabilitation
Funds
5 IFRIC 6 Liabilities arising from Participating in a Specific
Market – Water electrical and Electronic
Equipment
6 IFRIC 7 Applying the Restatement Approach under IAS 29 ISAK 19 Penerapan Penyajian Kembali dalam PSAK 63
Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi
Hiperinflasi
7 IFRIC 10 Interim Financial Reporting and Impairment ISAK 17 Laporan Keuangan Interim dan Penurunan
Nilai
IFRIC 19 Extinguishing Financial Liabilities with Equity ISAK 28 Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan
Instruments Instrumen Ekuitas
IFRIC 20 Stripping Costs in the ISAK 29 Biaya Pengupasan Lapisan Tanah tahap
Production Phase of a Surface Mining Produksi pada Pertambangan Terbuka,
8 IFRIC 12 Service Concession Arrangements ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa
9 IFRIC 13 Consumer Loyalty Programmes PSAK 10 Program Loyalitas Pelanggan
143
PSAK & ISAK
No IFRS PSAK
1 IAS 1 Presentation of Financial Statements PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (revisi 2009)
Revisi 2013
2 IAS 2 Inventories PSAK 14 Persediaan (revisi 2008)
3 IAS 7 Statement of Cash Flows PSAK 2 Laporan Arus Kas (revisi 2009)
4 IAS 8 Accounting Policies, Changes in PSAK 25 Kebijakan Akuntansi Perubahan estimasi Akuntansi,
Accounting Estimates and Errors dan Kesalahan (revisi 2009)
5 IAS 10 Event after the reporting Period PSAK 8 Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan(revisi
2010)
6 IAS 11 Construction Contracts PSAK 36 Kontrak Konstruksi (revisi 2011)
7 IAS 12 Income Taxes PSAK 46 Pajak Penghasilan - (revisi 2013)
8 IAS 16 Property, Plant and Equipment PSAK 16 Aset Tetap(revisi 2007)
9 IAS 17 Leases PSAK 30 Sewa (revisi 2007)
10 IAS 18 Revenue PSAK 23 Pendapatan (revisi 2010)
11 IAS 19 Employee Benefits PSAK 24 Imbalan Kerja (revisi 2010) Revisi 2013
12 IAS 20 Accounting for Governance Grants PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
and Disclosure of Government Bantuan Pemerintah(revisi 2011)
Assistance
144
PSAK & ISAK
145
PSAK & ISAK
No IFRS PSAK
25 IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi (revisi
Contingent Assets 2009)
26 IAS 38 Intangible Assets PSAK 19 Aset Tidak Berwujud (revisi 2010)
27 IAS 39 Financial Instruments: Recognition and PSAK 55 Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (revisi
Measurement 2013)
28 IAS 40 Investment Property PSAK 13 Properti Investasi (revisi 2007)
146
Perkembangan Setelah 1 Januari 2015
147
BAB VII
AKTIVA DAN PENGUKURAN
148
AKTIVA
• Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh perusahaan
• Ciri aktiva :
– Memiliki manfaat di masa yang akan datang
– Memiliki hak untuk memanfaatkan
– Terjadi dari transaksi masa lalu
149
Aktiva
• Aktiva Lancar
– Kas
– Surat berharga
– Piutang
– Persediaan
• Investasi
• Aktiva Tetap
• Aktiva tidak Berwujud
• Aktiva Lain-lain
150
Standar Akuntansi Aktiva
• PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
• PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi
• PSAK 14 Persediaan
• PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi
• PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain
• PSAK 17 Akuntansi Penyusutan
• PSAK 19 Aktiva Tak Berwujud
• PSAK 26 Kapitalisasi Biaya Pinjaman
• PSAK 48 Penurunan Nilai Aktiva
• PSAK 43 Akuntansi Anjak Piutang
• PSAK 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu
151
Penyajian Neraca
• Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah
dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka
pendek terpisah dari kewajiban jangka
panjang kecuali untuk industri tertentu yang
diatur dalam SAK khusus.
• Aktiva lancar disajikan menurut ukuran
likuiditas sedangkan kewajiban menurut
urutan jatuh tempo.
152
Aktiva Lancar
• Diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika :
– Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan atau
– Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka
pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka
waktu 12 bulan dari tanggal neraca atau
– Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi
• Siklus operasi jangka waktu antara perolehan
bahan baku sampai dengan realisasinya menjadi kas
153
Format Neraca
• Paragrap 49 menyajikan daftar pos-pos neraca
– Aktiva berwujud
– Aktiva tidak berwujud
– Aktiva keuangan
– Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
– Persediaan
– Piutang usaha dan piutang lainnya
– Kas dan setara kas
• Hanya daftar bukan urutan.
• Penyesuaian diperlukan untuk :
– Penambahan pos dilakukan jika PSAK mewajibkan penyajian secara
terpisah atau pos tersebut material
– Istilah yang digunakan dapat diubah sesuai dengan sifat perusahaan
dan transaksinya.
154
Persediaan
• Persediaan adalah aktiva :
– Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
– Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
– Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
• Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana yang
lebih rendah (the lower of the cost and net realizable value)
• Biaya persediaan meliputi :
– Biaya pembelian
– Biaya konversi
– Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yagn siap untuk dijual atau dipakai (present location and
condition)
155
Persediaan
• Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.
• Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis.
• Biaya yang dikeluarkan dari persediaan :
– Jumlah pemborosan yang tidak normal
– Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum tahap produksi berikutnya
– Biaya administrasi dan umum
– Biaya penjualan
• Teknik pengukuran biaya persediaan Metode biaya standar, Metode
eceran (retail) dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis
• Persediaan yang dibeli dengan pembayaran ditunda tidak boleh
memasukkan unsur bunga.
156
Rumus Biaya
• Untuk barang yang tidak dapat diganti dengan barang
lain (not interchangeable) serta jasa yang dihasilkan
dan dipisahkan untuk proyek khusus identifikasi
khusus terhadap biaya masing-masing.
• Untuk barang lain dihitung dengan menggunakan
rumus biaya :
– Masuk pertama keluar pertama / FIFO
– Rata-rata / Weighted Average
– Masuk terakhir keluar pertama / LIFO
157
Nilai Realisasi Bersih
• Konsisten dengan pendapat: aktiva seharusnya tidak
dinyatakan melebihi jumlah yang mungkin dapat
direalisasi
• Estimasi nilai bersih :
– berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia
– Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang
langsung terkait
– Mempertimbangkan tujuan persediaan
• Nilai realisasi bersih :
– Biaya ganti / replacement cost
– Harga jual dikurangi dengan biaya untuk melakukan
penjualan
158
Penurunan ke Nilai Realisasi Bersih
159
Pengungkapan
160
Anjak Piutang
• Anjak Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.
– Anjak piutang tanpa recourse merupakan penjualan piutang atas dasar
notifikasi. Klien menjual piutangnya kepada factor dan factor
menanggung secara penuh risiko penagihan tanpa hak menerima
pembayaran dari klien apabila terjadi kerugian atas piutang alihan
yang tidak tertagih. Nasabah melakukan pembayaran atas piutang
alihan langsung kepada factor.
– anjak piutang dengan recourse, klien mempunyai kewajiban
membayar seluruh (full recourse) atau sebagian (limited recourse)
dana yang diperoleh dari piutang alihan, atau membeli kembali
piutang alihan, dalam hal nasabah tidak membayar piutang alihan
tersebut kepada factor pada saat jatuh tempo.
161
Anjak Piutang
• Anjak piutang dengan recourse diperlakukan
sebagai penjualan piutang apabila memenuhi
semua kriteria berikut:
– a) Klien tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan
dan tidak menanggung risiko kolektibilitas yang
terkandung dalam piutang;
– b) Kewajiban klien dalam perjanjian recourse dapat
diestimasi secara andal; dan
– c) Klien tidak memiliki kewajiban atau opsi untuk
membeli kembali piutang tersebut.
162
Anjak Piutang - Factor
• Anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai tagihan anjak
piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh.
• Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah
pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai
pendapatan anjak piutang pada saat transaksi anjak piutang.
• Tagihan anjak piutang tanpa recourse dinyatakan sebesar
nilai bersih yang dapat direalisasi.
• Sedangkan retensi diakui sebagai hutang retensi anjak
piutang dan disajikan dalam neraca sebagai kewajiban.
163
Anjak Piutang - Factor
• Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai
tagihan njak piutang sebesar nilai piutang yang
diperoleh.
• Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah
pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui
sebagai pendapatan tangguhan selama periode
anjak piutang.
• Tagihan anjak piutang dengan recourse dinyatakan
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi dan
retensi disajikan sebagai pengurang tagihan anjak
piutang.
164
Anjak Piutang - Klien
• Anjak piutang tanpa recourse diperlakukan sebagai
penjualan piutang.
• Selisih antara nilai piutang alihan dengan jumlah dana yang
diterima ditambah retensi diakui sebagai kerugian atas
transaksi anjak piutang.
• Kerugian atas transaksi anjak piutang tanpa recourse diakui
sebagai beban pada saat transaksi disajikan dalam laporan
laba rugi sebagai beban usaha.
• Dana yang ditahan (retensi) oleh factor dalam rangka anjak
piutang tanpa recourse diakui sebagai piutang retensi anjak
piutang dan disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
165
Anjak Piutang - Klien
• Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai
kewajiban anjak piutang sebesar nilai piutang yang
dialihkan.
• Selisih antara nilai piutang yang dialihkan dengan
dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai
beban bunga selama periode anjak piutang.
• Kewajiban anjak piutang disajikan dalam neraca
sebesar nilai piutang yang dialihkan dikurangi
retensi dan beban bunga yang belum diamortisasi.
166
Anjak Piutang – Pengungkapan Factor
167
Anjak Piutang – Pengungkapan Klien
168
Aktiva tetap
169
Pengeluaran setelah Perolehan
170
Aktiva tetap
171
Pengungkapan Aktiva Tetap
172
Pengungkapan Revaluasi
174
Kapitalisasi Biaya Pinjaman
(PSAK 26)
• Apabila bulan pinjaman dapat diatribusikan secara
langsung dengan Aktiva Tertentu, maka biaya
pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap
Aktiva Tertentu tersebut.
• Untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang
dikapitalisasi dalam periode tertentu, jumlah biaya
pinjaman harus dikurangi terlebih dahulu dengan
hasil investasi atas dana yang belum terpakai
tersebut.
175
Kapitalisasi Biaya Pinjaman
(PSAK 26)
• Apabila biaya pinjaman tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung dengan Aktiva
Tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman
ditentukan dengan:
– mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang
terjadi untuk memperoleh Aktiva Tertentu. Tingkat
kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari
biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman dari suatu
periode, (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara
khusus digunakan untuk perolehan Aktiva Tertentu)
– jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode
tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang
terjadi selama periode tersebut.
176
Kapitalisasi Biaya Pinjaman
(PSAK 26)
• Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya
perolehan suatu aktiva dimulai apabila:
– Pengeluaran untuk aktiva tersebut telah mulai dilakukan.
– Biaya pinjaman sedang terjadi.
– Aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
pembangunan atau memproduksi Aktiva Tertentu sedang
berlangsung.
• Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila
dalam sautu periode yang cukup lama perusahaan
menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan,
pembangunan ataupun produksi.
177
Aktiva Lain-lain
178
Akuntansi Penyusutan
179
Depreciation Methods: Overview
Depreciation
Methods
• Berdasarkan waktu
– Metode garis lurus (straight light)
– Metode pembebanan yang menurun
• Metode jumlahh angka tahun (sum of the year digits)
• Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (double declining)
• Berdasarkan penggunaan
– Metode jam-jasa (service hours method)
– Metode jumlah unit produksi (productive output method)
• Berdasarkan kriteria lain
– Metode berdasarkan jenis dan kelompom (group and composite
method)
– Metode anuitas (annuity method)
– Sistem persediaan (inventory system)
181
Penyusutan
182
Pengungkapan
183
Aktiva Tak Berwujud
184
Keteridentifikasian
185
Pengendalian
186
Manfaat ekonomis masa depan
187
Aktiva Tak Berwujud
188
Aktiva Tak Berwujud
189
Amortisasi
190
Pengendalian Hak Hukum
191
Pengungkapan
192
Ilustrasi
193
Impairment-aktiva
• Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus
mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai
aktiva.
• Jika terjadi indikasi penurunan nilai perusahaan
harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali
dari aktiva tersebut.
• Pertimbangan dalam menentukan penurunan nilai :
– Informasi dari luar perusahaan
– Informasi dari dalam perusahaan
194
Impairment-aktiva
• Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai
tertinggi antara harga jual dengan nilai pakai.
• Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran kas
yang diharapkan diterima atas penggunaaan dan
penghentian aktiva.
• Pengukuran nilai diperoleh kembali :
– Harga jual disesuaikan dengan tambahan biaya yang akan
dikeluarkan aktiva diperdagangkan
– Jumlah yang dapat diperoleh perusahaan tidak
diperdagangkan.
– Aliran kas bersih dari pemakaian dan penghentian setelah
didiskontokan
195
Impairment-aktiva
• Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suati
aktiva lebih kecil dari nilai tercatatnya maka nilai
tercatat harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang
dapat diperoleh kembali.
• Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai
aktiva dan harus segera diakui sebagai beban pada
laporan laba rugi.
• Beban depresiasi aktiva untuk periode yagn akan
datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi
nilai tercatat yang direvisi setelah dikurangi nilai sisa.
196
Impairment-unit penghasil kas
197
Impairments: The Recoverability
Test
Impairment?
Sum of expected
Sum of expected
future net cash flows
future net cash flows
from use and disposal
from use and disposal
of asset is
of asset is less than
equal to or more than
the carrying amount
the carrying amount
198
Impairments: Measuring Loss
201
Investasi
202
Leasing
• "Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
suatu jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau me mperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama".
203
Jenis Leasing
• Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) perusahaan sewa guna
usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal.
• Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa) perusahaan sewa guna usaha
membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada
penyewa guna usaha.
• Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Sewa guna usaha jenis
ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung
(direct finance lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan
perusahaan sewa guna usaha.
• Leveraged Lease Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan
setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha, perusahaan sewa guna
usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari
transaksi sewa guna usaha.
204
Transaksi Leasing
• Sewa Guna Usaha Langsung (Direct Lease) penyewa guna
usaha belum pernah memiliki barang modal yang menjadi
obyek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya
perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal
tersebut.
• Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Leaseback)
penyewa guna usaha terlebih dahulu menjual barang modal
yang sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna usaha
dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan
kontrak sewa guna usaha antara penyewa guna usaha (pemilik
semula) dengan perusahaan sewa guna usaha.
205
Finance leasing
• Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva
yang disewagunausaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan
harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya
perjanjian sewa guna usaha.
• Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna
usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga
perolehan barang modal yang disewagunausaha serta bunganya,
sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout
lease).
• Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.
206
Finance Lease - Lessor
• Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan
dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumiah penanaman
neto tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa
(harga opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang
belum diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan (security
deposit).
• Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan
harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income).
• Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat
pengembalian berkala (periodic rate of retum) atas penanaman neto
perusahaan sewa guna usaha.
• Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan
antara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat
penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian periode berjalan.
207
Operating Lease - Lessor
• Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan
dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga
perolehan.
• Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun
berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan
dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui
dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa
guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin
dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
• Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan
dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
• Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan
antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian tahun berjalan.
208
Capital Lease - Lessee
• Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal
masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah
nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna
usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan
dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat
bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha.
• Tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
• Aktiva yang disewagunausaha harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran
masa manfaatnya.
• Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka
perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan pada tahun
berjalan.
• Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai
dengan praktek yang lazim.
• Dalam hal dilakukan sales and leaseback maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua
transaksi yang terpisah
• yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nila i buku
aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan.
Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional
dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usaha apabila leaseback merupakan capital lease
atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease .
209
Operating Lease - Lessee
• Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan
merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat
berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha
dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
210
Investasi Efek Tertentu
• Investasi diklasifikasikan atas :
– Diperdagangkan
– Tersedia untuk dijual
– Held to maturity (khusus untuk obligasi)
• Investasi diperdagangkan dan tersedia untuk dijual :
– disajikan sebesar harga wajar investasi tersebut pada tanggal neraca.
– Penyajian diperdagangkan sebagai investasi jangka pendek sedangkan
tersedia untuk dijual tergantung kondisinya.
– Selisih nilai tercatat dan nilai pada tanggal neraca:
• Diperdagangkan dimasukkan dalam laba rugi
• Tersedia untuk dijual dimasukkan dalam ekuitas
211
Investasi jangka panjang
• Investasi dipegang hingga jatuh tempo
diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang dan
disajikan sebesar amortized cost.
• Kepemilikan saham dalam jumlah yang significant >
20% akan dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas
• Walaupun kurang dari 20% jika perusahaan dapat
menunjukkan unsur pengendaliannya maka
perusahaan dapat mencatat dengan menggunakan
metode ekuitas
212
BAB VIII
EKUITAS
Dr. Priyastiwi, Msi, Ak, CA
Pengertian Ekuitas
ekuitas sering disebut modal. Ekuitas mengandung
unsur pemilik, untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut
aset bersih.
IAI mendifinisikan ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban
FASB dalam SFAC No. 6 equity or net asset is the residual interest
in the assets of an entity that remains after deducting its
liabilities.
Godfey, Hodgson dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan
kewajiban atas dasar kriteria:
a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim
b. Hak penggunaan aset dalam operasi
c. Substansi ekonomik perjanjian
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas Pemegang
Saham
Modal setoran
Modal Yuridis
tambahan
Laba ditahan terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba
rugi.
Perbedaan kedua dari segi administrasi keuangan, laba ditahan adalah indikator daya
melaba sehingga laba ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhir di total
membentuk ekuitas pemegang saham.
Modal setoran adalah dana dasar yang harus tetap di pertahankan untuk menunjukan
perlindungan pada pihak lain.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang dipertahankan perlindungan kepada pihak lain.
Besarnya modal yuridis: sama dengan jumlah yang dikenal dengan modal
saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara cacah saham
beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini jumlah yang secara yuridis
menjadi hak pemegang saham.
Pemesanan saham
Pada saat perseroan didirikan atau melakukan penawaran publik perdana,
perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal dasar. Secara konseptual, ekuitas
pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Jumlah pesanan diakui sebagai modal setoran
hanya apabila syarat berikut dipenuhi:
a.Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis bagi perusahaan
terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan
b.Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam periode yang cukup pasti dan tidak
terlalu lama
Obligasi Terkonversi
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi
dapat ditukar dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam
periode konversi tertentu. Ada 2 nilai yang dapat digunakan basis kapitalisasi yaitu:
1. Nilai buku atau nilai bawaan obligasi pada saat penukaran
2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham
3.Modal setoran
1. Kapitalisasi 2.Kapitalisasi
atas dasar nilai atas dasar harga persaham
nominal
saham sebelum dividen
saham
Kapitalisasi atas dasar nilai nominal
Kapitalisasi dividen saham haruslah hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya.
Jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis
Dividen saham dapat dipandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen saham
mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut karena
dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur
atas dasar harga saham. Dengan demikian, harga pasar merupakan dasar yang tepat
untuk menentukan kapitalisasi. Berrbagai dasar pikiran mendukung hal ini
a.Laba ditahan
b.Transaksi dividen saham
c.Dari kacamata prusahaan, jumlah rupiah dividen saham.
d.Penggunaan harga saham
Saham treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi saham adalah penarikan kembali
saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Alasan perusahaan
melakukan penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah:
a.Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam
program opsi saham.
b.Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam
transaksi penggabungan usaha (business combination).
Konsep Satu-Transaksi
Disebut satu transaksi karena pebelian saham treasuri dan
penjualannya kembali dianggap sebagai satu transaksi. Artinya, pembelian
dan penjualan dianggap sebagai kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.
Konsep Dua-Transaksi
Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham
treasuri dianggap likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan
kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan saham baru. Konsep ini
disebut dengan pendekatan nilai nominal karena harga penarikan atau
penjualan kembali ditandingkan dengan nilai normal. Selisihnya, baik dalam
penarikan atau penjualan, dikompensasi ke modal setoran lain atau sebatas
porsi modal setoran lain mula-mulanya dikompensasi ke laba ditahan.
Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu kesalahan tidak bisa
diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau
bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan
disusun dan diterbitkan. Jadi untuk dapat disebut
kesalahan, suatu jumlah rupuiah harus berasal dari
kesalahan hitung, kesalahan aplikasi atau penerapan
prinsip akuntansi, atau kehilafan atau kekeliruan
menggunakan fakta yang tersedia pada saat
penyusunan laporan keuangan.
Kohersi Sebagai Koreksi Sebagai Penyesuai
Penyesuaian Laba Ditahan Modal Setoran Lain
Perubahan Akuntansi
Karena alasan tertentu suatu perusahaan mungkin melakukan kebijakan yang
mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada 3 macam perubahan akuntansi
yaitu:
•Perubahan prinsip atau metode akuntansi (change in accounting principle or method)
•Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
•Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)
3 Alternatif atau Metode
Penyesuaian Retroaktif
Metode ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam
laba perioda yang lalu sebagai penyesuaian perioda-lalu.
Penyesuaian Sekarang
Metode ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam
laba perioda yang lalu sebagai komponen dalam
menghitung laba perioda sekarang (periode terjadinya
perubahan).
Statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari pemanfaatan
aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba menjadi
normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung mengalihkan pusat
perhatian pemakaian secara tidak semistinya ke laba normal dan dengan demikian
secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifitaan manajemen
secara keseluruhan. Ada berbagai cara untuk untuk memanfaatkan aset.
•Penggunaan aset yang utama adalah untuk menghasilkan barang atau jasa untuk
mendatangkan laba
•Penggunaan aet yang kedua adalah untuk dijadikan jaminan kontrak utang atau
pendanaan dan untuk alat pelunasan kontrak tersebut.
Konsep Aset Kapital
• Investasi dilaporkan hanya terkait dengan arus kas yang terjadi antara
investor dan investee
• Arus kas yang berasal dari perolehan dan kehilangan pengendalian atas
entitas anak dan bisnis lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan
sebagai aktivitas investasi.
• Pengungkapan atas perolehan dan kehilangan pengendalian entitas anak
dan bisnis:
– Jumlah imbalan
– Porsi imbalan yang merupakan kas atau setara kas
– Jumlah kas dan setara kas pada entitas anak di mana pengendalian hilang
– Jumlah aset dan liabilitas selain kas /setara kas di mana pengendalian hilang.
Klasifikasi arus
kas berdasarkan
product life
cycle
Sumber: Kieso et al. (2011);
“Intermediate Accounting:IFRS
Edition, Vol.2”; John Wiley &
Sons, Inc. p.1245
Sumber: Kieso et al. (2011); “Intermediate Accounting:IFRS Edition, Vol.2”; John Wiley & Sons, Inc. p.1260
Sumber: Kieso et al. (2011); “Intermediate Accounting:IFRS Edition, Vol.2”; John Wiley & Sons, Inc. p.1261 & 1262
Sumber: Kieso et al. (2011); “Intermediate Accounting:IFRS Edition, Vol.2”; John Wiley & Sons, Inc. p. 1258
2012 2011
Kas 297.000 153.000
Piutang dagang 159.000 117.000
Persediaan 150.000 180.000
Perlengkapan 18.000 27.000
Aset tetap 1.260.000 1.050.000
Akumulasi penyusutan (450.000) (375.000)
Hak paten 153.000 174.000
Total 1.587.000 1.326.000
2012 2011
Utang dagang 153.000 168.000
Accured liabilities 60.000 42.000
Wesel bayar jk panjang - 450.000
Modal saham - preferen 525.000 -
Modal saham - biasa 600.000 600.000
Premium – saham preferen 120.000 -
Saldo laba 129.000 66.000
Total 1.587.000 1.326.000
Informasi ringkas laba rugi tahun 2012 sebagai berikut (dalam ribuan Rp):
Penjualan 1.980.000
Beban harga pokok penjualan 1.089.000
Laba kotor 891.000
Beban operasi 690.000
Laba bersih 201.000
Catatan:
1 Penjualan – kenaikan piutang dagang = 1.980.000 – 42.000
2 HPP – penurunan persediaan + penurunan utang = 1.089.000 – 30.000 + 15.000
3 Beban operasi – beban penyusutan – beban amortisasi – penurunan perlengkapan
- kenaikan accured liabilities = 690.000 – 75.000 – 21.000 – 9.000 – 18.000
4.
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan (dalam ribuan Rp):
Kas yang diperoleh:
Penerbitan saham preferen 645.000
Kas yang dikeluarkan untuk:
Pelunasan wesel bayar 450.000
Pembayaran dividen 138.000 588.000
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan 57.000
Metode ekuitas
Kenaikan/penurunan akun investasi karena mengakui bagian laba/rugi
bersih entitas asosiasi atau anak, tidak mempengaruhi arus kas. Sehingga
harus mengurangi (menambah) atas kenaikan (penurunan) akun
investasi tersebut dengan laba/rugi bersih tahun berjalan.
Tidak ada piutang dagang yang telah dihapus kemudian dapat ditagih kembali selama tahun
2012. Sementara informasi ringkas laba rugi perusahaan tahun 2012 sebagai berikut (dalam
ribuan Rp):
Penjualan 100.000
Beban:
Beban penyisihan piutang 6.000
Beban operasi lainnya 54.000 60.000
Laba bersih 40.000
Metode langsung
Arus kas bersih dari aktivitas operasi (dalam ribuan Rp):
Kas diterima dari:
Pelanggan 85.000
Perhitungan:
Arus kas bersih dari aktivitas operasi – metode tidak langsung(dalam ribuan Rp):
Laba bersih 40.000
+/+ Beban penyisihan piutang 6.000
-/- Kenaikan piutang dagang (gross) 15.000
Arus kas bersih dari aktivitas operasi – metode tidak langsung(dalam ribuan Rp):
Laba bersih (100.000)
+/+ Beban penyusutan 10.000
-/- Kenaikan piutang dagang (net) 30.000
Arus kas bersih untuk aktivitas operasi (120.000)