Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA BISNIS

PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS PADA ABAD 21


Dosen Pengampuh: Tri Maryati SE, MM

Soni Septianto Wibowo


20170410357

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. Pengertian Etika

Etika biasa disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan.
pendeknya etika adalah ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral
bukan dari fisik, etnis dan sebagainya. Definisi etika sangat beraneka ragam tetapi memiliki
satu pengertian yang sama yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal
baik secara ekonomi / sosial. Selain itu etika juga merupakan salah satu disiplin pokok dalam
filsafat, ia merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai
manusia. (Franz Magnis-Suseno :1999)

B. Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen
dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh


karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.

3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Etika bisnis yang harus dipahami dan dilakukan para profesional, antara lain:

1. Sebutkan nama lengkap


Dalam situasi berbisnis, mitra sebaiknya menyebutkan nama lengkap saat berkenalan.
Namun jika namanya terlalu panjang atau sulit diucapkan, akan lebih baik jika sedikit
menyingkat.

2. Berdirilah saat memperkenalkan diri


Berdiri saat mengenalkan diri akan menegaskan kehadiran mitra. Jika kondisinya
tidak memungkinkan untuk berdiri, setidaknya mundurkan kursi, dan sedikit
membungkuk agar orang lain menilai positif kesopanan motra.
3. Ucapkan terima kasih secukupnya
Dalam percakapan bisnis dengan siapapun, bos atau mitra perusahaan, hanya perlu
mengucapkan terima kasih satu atau dua kali. Jika mengatakannya berlebihan, orang
lain akan memandang kalau mitranya sangat memerlukannya dan sangat perlu
bantuan.

4. Kirim ucapan terima kasih lewat email setelah pertemuan bisnis


Setelah mitra menyelesaikan pertemuan bisnis, kirimkan ucapan terima kasih secara
terpisah ke email pribadi rekan bisnis Anda. Pengiriman lewat email sangat
disarankan, mengingat waktu tibanya akan lebih cepat.

5. Jangan duduk sambil menyilang kaki


Tak hanya wanita, pria pun senang menyilangkan kakinya saat duduk. Namun dalam
kondisi kerja, posisi duduk seperti ini cenderung tidak sopan. Selain itu, posisi duduk
seperti ini dapat berdampak negatif pada kesehatan.

6. Tuan rumah yang harus membayar


Jika mengundang rekan bisnis untuk makan di luar, maka sang mitralah yang harus
membayar tagihan. Jika sang mitra seorang perempuan, sementara rekan bisnis atau
klien, laki-laki, ia tetap harus menolaknya. Dengan mengatakan bahwa perusahaan
yang membayarnya, bukan uang pribadi.

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu:

1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang
muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya
dimana bisnis beroperasi.

2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan
yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup
pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur
organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.

3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul
seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan
tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

C. Aspek-aspek Etika Bisnis

1. Transaksi bisnis
Hal inilah yang membuat komunitas pebisnis terus tumbuh dan interaksi bisnis tetap
berjalan. Namun sayangnya pelanggaran etika dalam berbisnis juga banyak disumbang
oleh aspek yang satu ini. Penipuan dam transaksi bisnis ditambah transaksi bisnis yang
tak transparan membuat etika yang seharusnya dihormati menjadi tercoreng. Hal ini tentu
akan membuat hubungan bisnis menjadi kurang sehat dan bahkan ada pihak yang
dirugikan. Jika hal tersebut sampai terjadi maka bisnis tersebut sudah mengarah ke
kriminalitas yang bisa merugikan.
D. Pelanggaran Etika Bisnis

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Salah


satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa
memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya. Faktor lain yang membuat pebisnis
melakukan pelanggaran antara lain :
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2. Ingin menambah pangsa pasar
3. Ingin menguasai pasar.

E. Perkembangan Etika bisnis

Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):

1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas
bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.

2. Masa Peralihan
Tahun 1960-an ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat
(AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment
(kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen,
yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business
and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.

3. Etika Bisnis Lahir


Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan
masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan
tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.

4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa


Tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira
10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta
sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).

5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global


Tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di
seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics
(ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.

Pada saat etika bisnis menjadi fenomena global inilah etika bisnis tidak terbatas lagi pada
dunia barat. Pembenaran tentang konsep etika bisnis yang dikemukakan oleh Richard de
George yang menyebutkan bahwa etika bisnis bersifat nasional, internasional dan global
seperti bisnis itu sendiri kemudian menjadi kenyataan. Etika bisnis pada saat itu juga
memasuki wilayah asia, terutama pada negara yang ekonomi paling kuat di luar negara barat
yaitu Jepang. Menyusul etika bisnis di India, prakteknya dilakukan oleh management center
for human values di Kalkuta tahun 1992.

Perkembangan etika tersebut sudah melewati beberapa fase meliputi:

1. Etika Teologis
Pada perkembangan generasi pengertian pertama, semua sistem etika berasal dari
sistem ajaran agama.Semua agama mempunyai ajaran-ajarannya sendiri-sendiri
tentang nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang baik dan buruk sebagai pegangan hidup
bagi para penganutnya.Karena itu, ajaran etika menyangkut pesan-pesan utama misi
keagamaan semua agama, dan semua tokoh agama atau ulama, pendeta, rahib, monk,
dan semua pemimpin agama akrab dengan ajaran etika itu.Semua rumah ibadah diisi
dengan khutbah-khutbah tentang ajaran moral dan etika keagamaan masing-masing.

Bagi agama-agama yang mempunyai kitab suci, maka materi utama kitab-kitab suci
itu juga adalah soal-soal yang berkaitan dengan etika.Karena itu, perbincangan
mengenai etika seringkali memang tidak dapat dilepas dari ajaran-ajaran agama.
Bahkan dalam Islam dikatakan oleh nabi Muhammad saw bahwa “Tidaklah aku
diutus menjadi Rasul kecuali untuk tujuan memperbaiki akhlaq manusia”. Inilah misi
utama kenabian Muhammad saw.

2. Etika Ontologis
Dalam perkembangan kedua, sistem etika itu lama kelamaan juga dijadikan oleh para
filosof dan agamawan sebagai objek kajian ilmiah. Karena filsafat manusia sangat
berkembang pembahasannya mengenai soal-soal etika dan perilaku manusia
ini.Karena itu, pada tingkat perkembangan pengertian yang kedua, etika itu dapat
dikatakan dilihat sebagai objek kajian ilmiah, objek kajian filsafat.Inilah yang saya
namakan sebagai tahap perkembangan yang bersifat ontologis. Etika yang semula
hanya dilihat sebagai doktrin-doktrin ajaran agama, dikembangkan menjadi ‘ethics’
dalam pengertian sebagai ilmu yang mempelajari sistem ajaran moral.

3. Etika Positivist
Dalam perkembangan selanjutnya, setidaknya dimulai pada permulaan abad ke 20,
orang mulai berpikir bahwa sistem etika itu tidak cukup hanya dikaji dan
dikhutbahkan secara abstrak dan bersifat umum, tetapi diidealkan agar ditulis secara
konkrit dan bersifat operasional. Kesadaran mengenai pentingnya penulisan dalam
suatu bentuk kodifikasi ini dapat dibandingkan dengan perkembangan sejarah yang
pernah dialami oleh sistem hukum pada abad ke-10 di zaman khalifah Harun Al-
Rasyid atau dengan muncul pandangan filsafat Posivisme Auguste Comte pada abad
ke 18 yang turut mempengaruhi pengertian modern tentang hukum positif.

Dalam perkembangan generasi ketiga ini, mulai diidealkan terbentuknya sistem kode
etika di pelbagai bidang organisasi profesi dan organisasi-organisasi publik. Bahkan
sejak lama sudah banyak di antara organisasi-organisasi kemasyarakatan ataupun
organisasi-organisasi profesi di Indonesia sendiri, seperti Ikatan Dokter Indonesia,
dan lain-lain yang sudah sejak dulu mempunyai naskah Kode Etik Profesi. Dewasa
ini, semua partai politik juga mempunyai kode etik kepengurusan dan
keanggotaan.Pegawai Negeri Sipil juga memiliki kode etika PNS.Inilah taraf
perkembangan positivist tentang sistem etika dalam kehidupan publik.Namun, hampir
semua kode etik yang dikenal dewasa ini, hanya bersifat proforma.Adanya dan
tiadanya tidak ada bedanya.Karena itu, sekarang tiba saatnya berkembang kesadaran
baru bahwa kode etika-kode etika yang sudah ada itu harus dijalankan dan ditegakkan
sebagaimana mestinya.

4. Etika Fungsional Tertutup


Tahap perkembangan generasi pengertian etika yang terakhir itulah yang saya
namakan sebagai tahap fungsional, yaitu bahwa infra-struktur kode etika itu disadari
harus difungsikan dan ditegakkan dengan sebaik-baiknya dalam praktik kehidupan
bersama. Untuk itu, diperlukan infra-struktur yang mencakup instrumen aturan kode
etik dan perangkat kelembagaan penegaknya, sehingga sistem etika itu dapat
diharapkan benar-benar bersifat fungsional. Dimana-mana di seluruh dunia, mulai
muncul kesadaran yang luas untuk membangun infra struktur etik ini di lingkungan
jabatan-jabatan publik. Bahkan pada tahun 1996, Sidang Umum PBB
merekomendasikan agar semua negara anggota membangun apa yang dinamakan
“ethics infra-structure in public offices” yang mencakup pengertian kode etik dan
lembaga penegak kode etik.

Itu juga sebabnya maka di Eropa, di Amerika, dan negara-negara lain di seluruh
penjuru dunia mengembangkan sistem kode etik dan komisi penegak kode etik itu.
Tidak terkecuali kita di Indonesia juga mengadopsi ide itu dengan membentuk
Komisi Yudisial yang dirumuskan dalam Pasal 24B UUD 1945 dalam rangka
Perubahan Ketiga UUD 1945 pada tahun 2001. Bersamaan dengan itu, kita juga
membentuk Badan Kehormatan DPR, dan Badan Kehormatan DPD, dan lain-lain
untuk maksud membangun sistem etika bernegara. Pada tahun 2001, MPR-RI juga
mengesahkan Ketetapan MPR No. VI Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa.

5. Etika Fungsional Terbuka


Namun demikian, menurut Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu 2012-
2017 ini, semua infra-struktur kode etik dan sistem kelembagaan penegakan etika
tersebut di atas dapat dikatakan sama sekali belum dikonstruksikan sebagai suatu
sistem peradilan etika yang bersifat independen dan terbuka sebagaimana layaknya
sistem peradilan modern. Persoalan etika untuk sebagian masih dipandang sebagai
masalah private yang tidak semestinya diperiksa secara terbuka. Karena itu, semua
lembaga atau majelis penegak kode etika selalu bekerja secara tertutup dan dianggap
sebagai mekanisme kerja yang bersifat internal di tiap-tiap organisasi atau lingkungan
jabatan-jabatan publik yang terkait. Keseluruhan proses penegakan etika itu selama
ini memang tidak dan belum didesain sebagai suatu proses peradilan yang bersifat
independen dan terbuka.

Etika dalam dunia bisnis diperlukan untuk menjaga hubungan baik dan fairness dalam
dunia bisnis. Etika bisnis mencapai status ilmiah dan akademis dengan identitas
sendiri, pertama kali timbul di amerika srikat pada tahun 1970-an. Untuk memahami
perkembangan etika bisnis De George membedakannya kepada lima periode.

Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk
menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty
business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen
bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang
mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau
citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat.
Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta
tanggungjawab etis bagi pelakunya.

Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk
mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks. (Weis) .
Etika Bisnis merupakan studi mengenai bagaimana norma moral personal
diaplikasikan ke dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (Laura Nash).

F. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis

Setelah melihat penting dan relevansi etika bisnis ada baiknya jika kita tinjau lebih lanjut apa
saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika
bisnis di sini, yaitu:

1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis
pertama-tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnis secara baik dan etis.

2. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan


masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga.
Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak
menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan
kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak masyarakat luas, entah
sebagai kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum lainnya yan gberkaitan dengan
kegiatan bisnis, untuk sadar dan berjuang menuntut haknya atau paling kurang agar
hak dan kepentingannya tidak dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.

3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro, yang
karena itu barang kali lebih tepat disebut etika ekonomi. Dalam lingkup makro
semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan
praktek-praktek semacamnya yang akan sangatmempengaruhi tidak saja sehat
tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah
negara.

G. Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis

Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa


masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:

1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara
pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan keuangan.

2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini


muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara
nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian
besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.

3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.

4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di


pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.

5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat sebuah badan independen yang
berfungsi sebagai badan register akreditasi perusahaan, yaitu American Society for
Quality Control (ASQC)

H. Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Usaha Terhadap Etika Bisnis

1. Krisis publik tentang kepercayaan


2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus
5. Peran media dan publisitas
6. Perubahan format organisasi dan etika perusahaan
7. Perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan
adanya kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari
kebijakan bisnis.

Perkembangan Etika Bisnis di Indonesia yang dapat kita sebut Etika Bisnis Pancasila
mengacu
pada setiap sila. Menurut Bung Karno, pada pidato kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, Pancasila
dapat diperas menjadi Sila Tunggal, yaitu Gotong Royong, atau Tri Sila sebagai berikut:
1. Socio-nasionalisme(Kebangsaan dan Peri Kemanusiaan)
2. Socio-demokrasi (Demokrasi/ Kerakyatan, dan Kesejahteraan Sosial); dan
3. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Syarat mutlak dapat diwujudkannya Etika Bisnis Pancasila adalah mengakui terlebih dahulu
Pancasila sebagai ideologi bangsa, sehingga asas-asasnya dapat menjadi pedoman perilaku
setiap individu dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sehari-hari. Baru sesudah asas-asas
Pancasila benar-benar dijadikan pedoman etika bisnis, maka praktek-praktek bisnis dapat
dinilai sejalan atau tidak dengan pedoman moral sistem Ekonomi Pancasila.

Etika bisnis dalam tinjauan di indonesia bisa kita refleksikan pada kondisi krisis ekonomi
sekarang ini. Semakin berlarutnya penanganan krisis membuktikan bahwa etika bisnis di
indonesia masih buruk baik itu di kalangan swasta dalam hal ini pengusaha, pemerintah baik
dari pusat maupun daerah di segala tingkatan. Adanya krisis ekonomi diindonesia disebabkan
oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak transparan, akuntabel, tidak memperdulikan
kepentingan rakyat dan yang lebih utama adalah maraknya praktek KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme). Kinerja pemerintah bisa kita lihat pada gambaran menyeluruh dari kondisi bangsa
kita sekarang ini. Kebijakan ekonomi pada waktu itu bila ditinjau dalam prespektif etika
bisnis banyak yang tidak objektif (masuk akal). Hal itu bisa dilihat pada angka-angka sebagai
indikator ekonominya.

Dengan demikian, etika dan moral cenderung dipandang sebagai variabel bebas yang sama
sekali tidak tergantung pada kondisi kualitas sistem kemasyarakat secara menyeluruh.
Kecenderungan seperti itu antara lain tampak pada kecenderungan untuk menyamakan
keberadaan etika dan moral seseorang atau sekelompok orang dengan keberadaan mutiara.

Sumber:
https://www.google.co.id/amp/s/reniashellyana.wordpress.com/2015/12/23/perkembangan-
etika-bisnis-profesi-pada-abad-21/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/robiatuladawiyah995.wordpress.com/2015/12/28/perkemban
gan-etika-bisnis-pada-abad-21/amp/

Anda mungkin juga menyukai