Anda di halaman 1dari 17

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA “PT TIRTA FRESINDO

JAYA”

TUGAS MID
ETIKA BISNIS DAN PROFESI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

DISTA SILALONG C301 18 182

ANDI ARDIANSYAH C301 18 183

RAFSANJANI MALEWA C301 18 203

NURFARIZHA FAZHIRAWATI C301 18 222


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya
yang telah dilimpahkan bagi kita, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Pelanggaran PT Tirta Fresindo Jaya ” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini berisi tentang pelanggaran pelanggaran PT Tirta Fresindo Jaya yang
merupakan anak perusahaan Mayora Grup, yang memproduksi air minum kemasan Le
Minerale. Dalam menjalankan roda bisnisnya PT Tirta Fresindo Jaya diduga menggunakan
cara-cara yang menurut masyarakat sekitar pabrik tidaklah etis dan sangat merugikan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Menurut dugaan pabrik PT Tirta Fresindo Jaya yang
berlokasi di Kecamatan Baros melakukan tindakan privatisasi air dengan menutup delapan
mata air sumber pertanian warga sekitar untuk kepentingan perusahaan. Hal ini menyebabkan
lahan sawah warga tidak terairi sejak perusahaan ini berdiri.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang disusun ini masih
belum atau jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun kami
sangat butuhkan untuk memperbaiki kesalahan kami dilain kesempatan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat, dan tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih atas segala bentuk dukungan data dari berbagai pihak dan sumber informasi di
internet demi kelangsungan penyeselesaian dalam penulisan makalah yang kami buat ini.

Palu,19 Mar. 2020

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Etika
2.2 Pengertian Bisnis
2.3 Pengertian Etika Bisnis

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan


3.2 Permasalahan
3.3 Pembahasan Masalah
3.4 Pelanggaran Etika Bisnis PT. Tirta Fresindo Jaya
3.5 Solusi dari Pelanggaran Etika Bisnis yang dilakukan PT. Tirta Fresindo Jaya

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses mencapai tujuannya perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab

terhadap para pemegang sahamnya saja namun perusahaan juga dituntut untuk bertanggung

jawab terhadap karyawan, pemerintah, masyarakat sekitar dan stakeholder lainnya. Hal ini

dikarenakan perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya akan secara langsung

ataupun tidak langsung bersinggungan dengan para stakeholder tersebut. Oleh karena itu

penerapan etika bisnis dalam proses operasional perusahaan mempunyai peranan yang sangat

krusial.

Pada intinya yang dimaksud dengan etika bisnis ialah metode yang digunakan

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Proses tersebut yang mencakup seluruh

aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Seluruh

proses ini mencakup bagaimana perusahaan menjalankan bisnis secara adil, mematuhi hukum

yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di

masyarakat.

Namun terkadang kita tidak bisa memungkiri bahwa terkadang masih banyak

perusahaan-perusahaan baik skala besar atau kecil masih enggan untuk menerapkan etika

bisnis dalam menjalankan usahanya. Tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh

perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen ataupun masyarakat dan akan

sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan

beroperasi dan lain sebagainya. Dan tentu saja hal-hal semacam ini akan menurunkan nilai

dan citra perusahaan dimata para stakehoders nya

Persaingan antar bisnis dewasa ini membuat perusahaan terutama perusahaan-perusahaan

besar dalam memperoleh keuntungan sering kali melakukan pelanggaran etika dalam

berbisnis, bahkan terkadang melanggar undang-undang ataupun norma-norma yang berlaku.


Seperti kasus yang sedang menimpa PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan anak

perusahaan Mayora Grup, yang memproduksi air minum kemasan Le Minerale. Dalam

menjalankan roda bisnisnya PT Tirta Fresindo Jaya diduga menggunakan cara-cara yang

menurut masyarakat sekitar pabrik tidaklah etis dan sangat merugikan masyarakat dan

lingkungan sekitar. Menurut dugaan pabrik PT Tirta Fresindo Jaya yang berlokasi di

Kecamatan Baros melakukan tindakan privatisasi air dengan menutup delapan mata air

sumber pertanian warga sekitar untuk kepentingan perusahaan. Hal ini menyebabkan lahan

sawah warga tidak terairi sejak perusahaan ini berdiri. Dari peristiwa tersebut terang saja

memicu demo besar di lokasi pabrik oleh aliansi masyarakat dan mahasiswa yang menuntut

penutupan pabrik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut, yaitu:

1. Apakah PT Tirta Fresindo Jaya menerapkan etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya?

2. Jika PT Tirta Fresindo Jaya tidak menerapkan etika bisnis, apakah bentuk pelanggarannya

dan bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Business Ethics

and Good Governance dalam membuat jurnal atau tulisan tentang Etika Bisnis. dalam

penulisan makalah ini, penulis menemukan beberapa masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan etika bisnis pada PT Tirta Fresindo Jaya

2. Untuk mengetahui pelanggaran-pelangaran etika bisnis dan cara antisipasi apabila PT Tirta

Fresindo Jaya tidak menggunakan etika bisnis.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Etika
Menurut kajian ilmu etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethikos”

yang mempunyai arti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi

tingkah laku manusia yang baik. Dalam perkembangannya etika sangat erat mempengaruhi

kehidupan manusia. Dengan menerapkan etika yang benar maka manusia mempunyai

orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Bisa

dikatakan bahwa etika sangat berperan bagi manusia untuk mengambil sikap dan tindakan

secara tepat dalam menjalani hidup.

Berikut ini penulis mencoba untuk menjabarkan definisi etika menurut para ahli:
Definisi etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah sebuah ilmu tentang apa

yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Menurut Keraf

(1998: 13), Etika adalah sesuatu yang berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada

diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika

berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala

kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain, kebiasaan ini lalu

terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa Etika adalah pedoman-pedoman yang

mengatur perilaku manusia secara normatif dalam artian dapat memberi norma bagi perilaku

seseorang dan dengan demikian dapat menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan.

2.2 Pengertian Bisnis

Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu busy yang berarti sibuk. Sedangkan kata

busy berasal dari kata bahasa inggris lama yakni bisignis yang mempunyai arti keadaan

dimana seseorang sibuk “state of being busy“. Sedangkan secara etimologi, bisnis yaitu
keadaan dimana individu atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang dapat

menghasilkan laba atau keuntungan. Menurut Steinford (1979) bisnis adalah segala aktifitas

yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen.

2.3 Pengertian Etika Bisnis

Pengertian etika bisnis menurut Velasquez (2005) Etika bisnis merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar

moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

Pada hakikatnya penerapan etika bisnis yang baik dan benar dalam suatu perusahaan

dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun

hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis

dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-

kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Prinsip-prinsip yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Otonomi

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak

berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang

bisnis yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi

kewajibannya dalam dunia bisnis.

b. Prinsip Kejujuran

Prinsip ini merupakan prinsip yang paling problematik karena banyak pelaku bisnis yang

mendasarkan kegiatan bisnisnya dengan melakukan penipuan atau bertindak curang, entah

karena situasi eksternal tertentu atau memang dengan sengaja dilakukan. Kejujuran terkait

erat dengan kepercayaan. Kepercayaan adalah aset yang sangat berharga bagi kegiatan bisnis.
Sekali pihak tertentu tidak jujur, dia tidak bisa lagi dipercaya dan berarti sulit bertahan dalam

bisnis.

c. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan

yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Prinsip ini menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam realisasi eksternal

perusahaan maupun realisasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya

masing-masing.

d. Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua

pihak. Prinsip ini menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan

kepentingannya, prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu

agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain, sehingga melahirkan

suatu win-win situation.

e. Integritas Moral

Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau

perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama

baik perusahaannya. Dengan kata lain, prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari

dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan, dan ini

tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik ke luar maupun ke dalam

perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi

seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk

melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan

sikap yang profesional.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama

berlokasi di Tangerang. Kemudian menjadi perusahaan publik pada tahun 1990. Sesuai

dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha PT. Mayora Indah Tbk. diantaranya adalah

dalam bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memproduksi dan memiliki 6 (enam)

divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi dan salah satu

divisinya adalah PT Tirta Fresindo Jaya dengan lokasinya di Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur

dan beberapa lokasi pabrik yang tersebar di Pulau Jawa.

Beberapa divisi bisnis PT. Mayora Indah Tbk. Adalah sebagai berikut:

a. Divisi Biscuit

Merek dagangnya antara lain Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O’Lai,

Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.

b. Divisi Wafer

Merek dagangnya antara lain Beng Beng, Beng Beng Maxx, Astor, Astor Skinny Roll, Roma

Wafer Coklat, Roma Zuperrr Keju.

c. Divisi Kembang gula

Merek dagangnya antara lain Kopiko, Kopiko Milko, Kopiko Cappuccino, Kis, Tamarin,

Juizy Milk.

d. Divisi Kopi

Merek dagangnya antara lain Torabika Duo, Torabika Duo Susu, Torabika Jahe Susu,

Torabika Moka, Torabika 3 in One, Torabika Cappuccino, Kopiko Brown Coffee, Kopiko

White Coffee, Kopiko White Mocca.

e. Divisi Coklat

Merek dagangnya adalah Choki-choki.


f. Divisi Makanan kesehatan

Merek dagangnya antara lain Energen Cereal, Energen Oatmilk, Energen Go Fruit.

g. Divisi Beverage

Merek dagangnya antara lain Teh Pucuk Harum, Kopiko 78, Q Guava, Kopikap dan Le

Minerale.

Di Indonesia PT. Mayora Indah Tbk. tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang

memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal sebagai market leader yang

sukses menghasilkan produk produk yang menjadi pelopor pada kategorinya masing masing.

3.2 Permasalahan

Permasalahan antara warga dengan PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan salah satu

anak perusahaan Mayora Group ini bermula pada tahun 2012. Waktu itu pihak PT Tirta

Fresindo Jaya datang ke dua wilayah yakni di Kecamatan Baros, Serang dan Kecamatan

Cadas Sari, Pandeglang dan berencana akan membangun gudang diwilayah tersebut,

sehingga warga kehilangan 17 hektare areal persawahan dari rencana 32 hektar yang akan

dibangun perusahaan diperuntukkan sebagai gudang.

Namun dengan seketika, izin areal tersebut berubah menjadi pabrik pengelolaan air

minum kemasan setelah mendapat izin dari Dinas Tata Ruang dan Tata Wilayah melalui SK

No. 600/548.b/SK-DTKP/XII/2013 yang imbasnya adalah sumber mata air yang biasa

digunakan warga untuk kegiatan sehari-hari menjadi turun drastis. Hal ini jelas melanggar

Perda Kabupaten Pandeglang No.3/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Pandeglang yang menyatakan bahwa kawasan Cadasari merupakan kawasan

lindung geologi, yang memiliki beberapa titik mata air. Disisi lain secara demografi dan

monografi wilayah ini juga diisi dengan kearifan lokal, dimana banyak pendidikan pondok

pesantren yang melahirkan para ulama-ulama, santri-santri. Bahkan, wilayah ini merupakan
sentral kawasan lahan pangan yang berkelanjutan, profesi masyarakat lebih didominasi oleh

petani.

Sejak saat itu, gelombang penolakan terus berdatangan baik dari masyarakat Cadas Sari

dan Baros maupun dari elemen organisasi masyarakat lainya. Dengan berbagai penolakan dan

protes yang dilakukan masyarakat tersebut akhirnya Bupati Pandeglang yang waktu itu masih

dijabat oleh Erwan Kurtubi mengeluarkan pembatalan ijin Perusahaan melalui SK

0454/1669-BPPT/2014. Pembatalan ini diperkuat dengan himbauan oleh Ketua DPRD

Pandeglang agar pembangunan pabrik tersebut dihentikan.

3.3 Pembahasan Masalah

Karena tidak ada tindakan tegas dari pemerintahan Provinsi Banten dan Kabupaten

Pandeglang. PT Tirta Fresindo Jaya pun terus melakukan aktivitasnya dengan melakukan

eksploitasi air di wilayah Cadas Sari dan Baros dan tidak mengindahkan SK pencabutan izin

yang dikeluarkan Bupati serta himbauan dari DPRD Pandeglang tersebut.

Tanggal 11 November 2016, ratusan kiai dan santri yang tergabung dalam Jam’iyatul

Muslimin Provinsi Banten melakukan istighosah di area Kawasan Pusat Pemerintahan

Provinsi Banten (KP3B), tepatnya di samping Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Provinsi Banten. Istighosah ini merupakan buntut dari kekecewaan warga atas

kelakuan perusahaan yang tidak kunjung menghentikan kegiatannya.

Menyikapi tuntutan warga tersebut, pihak DPRD Banten akhirnya mengeluarkan pokok-

pokok pikiran yang beberapa diantaranya;

1. PT Tirta Fresindo Jaya agar menghormati surat Bupati Pandeglang atas nama Erwan Kurtubi

No. 0454/1669-BPPT/ 2014 tertanggal 21 November 2014 perihal penghentian kegiatan

investasi PT. Tirta Fresindo Jaya.

2. PT. Tirta Fresindo Jaya agar segera menghentikan aktivitas kegiatannya.


3. Kepada Bupati Pandeglang yang saat ini dijabat oleh Irna Narulita dan Jajaran SKPD terkait

Pemda Pandeglang untuk segera dapat mengambil langkah-langkah guna menghentikan

kegiatan PT. Tirta Fresindo Jaya.

4. Kepada aparat kepolisian agar dapat membantu untuk menghentikan kegiatan PT. Tirta

Fresindo Jaya (Mayora Group) dilokasi sebagai mana maksud.

Menurut perwakilan warga yang tergabung Cadas Sari – Baros pihak PT. Tirta Fresindo

Jaya tetap tidak mengindahkan pokok-pokok pikiran DPRD Banten tersebut dan tetap

melakukan aktivitasnya di lapangan seperti biasa. Akhirnya pada tanggal 6 Pebruari 2017,

warga kembali bergerak menuju pendopo Bupati Pandeglang. Sekitar 300 warga ini ingin

berdiskusi dengan Bupati Pandeglang, yakni IIrna Narulita.

Namun kedatangan warga saat itu tak digubris sehingga warga merasa kecewa dengan

melampiaskan kemarahan mereka ke pabrik air minum PT. Tirta Fresindo Jaya. Aksi ini

akhirnya berujung dengan penangkapan 6 (enam) orang warga Cadas Sari – Baros dengan

tiga orang ditetapkan sebagai tersangka tanpa ada proses surat panggilan dan BAP

sebelumnya. Hingga saat ini, aparat kepolisian masih melakukan penyisiran ke kampung-

kampung dan meneror warga di dua desa ini. Situasi tersebut melahirkan keresahan di antara

warga.

Masyarakat sipil yang tergabung dalam Komite Nasional Pembaruan Agraria (KNPA)

dan Aliansi Tolak Privatisasi Air menilai bahwa tindakan sepihak yang telah dilakukan oleh

aparat kepolisian ini merupakan tindakan penyimpangan dari kewenangan yang mereka

miliki. Warga Cadas Sari – Baros bukanlah kriminal, namun mereka merupakan korban dari

kebijakan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Pandeglang sehingga

kehilangan hak-hak agraria mereka berupa tanah dan air. Menurut mereka hal ini terkait

dengan perbuatan tersistematis untuk menggusur warga tempat dan ruang hidup mereka.
3.4 Pelanggaran Etika Bisnis PT. Tirta Fresindo Jaya

Undang-undang Sumberdaya Air merupakan salah satu Undang-undang yang disusun

melalui pinjaman program Bank Dunia (Water Resources Sector Adjustment Loan) sebesar

US$ 300 juta. Undang-undang ini juga didasari atas cara pandang baru terhadap air, yaitu air

sebagai barang ekonomi yang mendorong terjadinya komersialisasi, komodifikasi dan

privatisasi air. Sebagai turunan, tentu saja air sebagai barang ekonomi menjadi landasan

utama dalam menyusun Undang-undang Sumberdaya Air.

Dari pemaparan tentang latar belakang masalah diatas maka penulis menganalisa

bahwa terjadi indikasi pelanggaran Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo Jaya

diantara bukti-buktinya adalah sebagai berikut:

A). Mengacu konstitusi agraria di Indonesia, bahwa bumi, termasuk tanah, air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya, merupakan sumber kekayaan agraria yang harus

dilindungi oleh Negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya untuk keadilan dan

kesejahteraan rakyat sesuai Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-undang Pokok Agraria

(UUPA) No. 5/1960 oleh karena itu seharusnya PT. Tirta Fresindo Jaya tidak melakukan

eksploitasi dan privatisasi sumber mata air uang merupakan sumber kekayaan yang

menyangkut hajat hidup orang banyak.

B). Warga Cadas Sari dan Baros yang sebagian besar merupakan petani telah dijamin oleh

UU No. 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (UU Perlintan) dalam

bentuk kepastian hak atas tanah dan lahan pertaniannya namun hak telah oleh PT. Tirta

Fresindo Jaya .

C). Hak agraria petani Cadas Sari – Baros yang dilindungi UU No.41/2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah direnggut oleh PT. Tirta
Fresindo Jaya dimana seharusnya aktivitas pembangunan lainnya harus menjamin

perlindungan fungsi lahan pertanian yang ada.

3.5 Solusi dari Pelanggaran Etika Bisnis yang dilakukan PT. Tirta Fresindo Jaya

Adapun solusi dalam pelanggaran akan etika bisnis yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo

Jaya terhadap masyarakat agar masalah ini bisa segera terselesaikan adalah:

A). Jajaran kepolisian yakni Polda Banten dan Polres Pandeglang agar segera

Membebaskan tiga orang warga Cadas Sari – Baros yang telah ditetapkan sebagai

tersangka tanpa proses hukum yang jelas.

B). Pihak Kepolisian Polda Banten dan Polda Pandeglang untuk segera menghentikan

tindakan penyisiran yang dilakukan ke rumah-rumah warga sehingga meninggalkan

teror dan ketakutan di kalangan warga.

C). Pihak Kepolisian Polda Banten dan Polres Pandeglang untuk segera memproses

tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo Jaya (Mayora

Group) yang telah merampas hak-hak agraria warga Cadas Sari – Baros.

D). PT Tirta Fresindo Jaya agar menghormati surat Bupati Pandeglang ( Erwan Kurtubi)

No. 0454/1669-BPPT/ 2014 tertanggal 21 November 2014 perihal penghentian

kegiatan investasi PT. Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group).


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya hendaknya perusahaan menerapkan dengan

benar prinsip-prinsip etika bisnis tujuannya agar meminimalisir pelanggaran-pelanggaran

yang tentu saja akan merugikan masyarakat. Secara umum etika dalam berbisnis merupakan

acuan cara yang harus ditempuh oleh sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan. Untuk itu etika bisnis memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan fondasi

untuk melaksanakan kegiatan agar tujuan bisnis dapat tercapai.

4.2 Saran-saran

Ada beberapa saran yang penulis usulkan agar masalah privatisasi air oleh PT. Tirta

Fresindo Jaya segera terselesaikan.

a. Pemda Pandeglang dan Serang beserta jajaran yang terkait harus segera mengambil langkah -

langkah tegas guna menghentikan kegiatan privastisasi sumber mata air yang dilakukan oleh

PT. Tirta Fresindo Jaya.

b. Kementrian Perumahan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) agar Menghentikan praktek

penyusunan Kebijakan yang tertutup dan mengabaikan masukan masyarakat serta perintah

Konstitusi yang telah ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi dengan menghindari terjadinya

kembali praktek “Swastanisasi Terselubung” yang dilegalisir lewat produk perundangan

melalui RUU Sumber Daya Air.

c. Presiden, Gubernur dan Bupati harus menjamin prioritas pemenuhan dan penghormatan hak-

hak dasar warga Cadas Sari – Baros atas kekayaan agraria (bumi; tanah, air, udara dan

seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya), sebagai sumber keberlangsungan dan

keberlanjutan hidupnya, baik sebagai petani di sekitar wilayah kawasan Cadasari

sebagaimana telah diatur oleh konstitusi.


Oleh karena itu segenap elemen bangsa, publik secara luas khususnya masyarakat

Banteng untuk bersama-sama mengawal dan menjadi bagian dari perjuangan warga Cadas

Sari dan Baros, memastikan keadilan agraria di wilayah Cadas Sari dan Baros dapat dipenuhi.

Harapannya agar semua pihak terkait untuk segera ditindaklanjuti dalam menjaga hak-hak

agraria dan keberlangsungan hidup warga Cadas Sari – Baros dengan bersama-sama terus

mengawal perjuangan warga Cadas Sari – Baros untuk menyelamatkan tanah, air dan ruang

hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Vicky. 2015. Etika Bisnis Pada PT Indofood.
http://vickyanggraini18.blogspot.co.id/2014/10/etika-bisnis-pada-pt-indofood.html (Di akses
tanggal 09 April 2017)

Anonim. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/etika (Di akses tanggal 09
April 2017)

Anonim. 2017. Profil Perusahaan. http://www.mayoraindah.co.id/profil/mayora-selayang-


pandang/ (Di akses tanggal 11 April 2017)

Bina Desa. 2016. Akibat Tolak Privatisasi Air oleh Mayora Group Warga Cadas Sari dan
Baros Banten di Tangkap. http://binadesa.org/akibat-tolak-privatisasi-air-oleh-mayora-group-
warga-cadas-sari-dan-baros-banten-di-tangkap/ (Di akses tanggal 11 April 2017)

Gustina. 2008. “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai Dan Moral Dalam Bisnis”. Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis, Volume 3 Nomor 2.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. Edisi Baru. Penerbit Kanisius.
Jakarta.

R.S Soemarso. 2018. Etika dalam bisnis dan profesi dan tata kelola perusahaan. Jakarta.
Salemba

Anda mungkin juga menyukai