1. BARISAN
Barisan bilangan adalah susunan bilangan atau urutan bilangan yang dibentuk
menurut pola atau aturan tertentu. Aturan tertentu dapat berupa rumus, bentuk
aljabar atau bentuk persamaan lainnya. Masing-masing bilangan disebut suku
barisan dan dilambangkan dengan huruf “U”. Suku umum suatu barisan bilangan
dilambangkan dengan “ U n ” dimana n menunjukkan nomor urut suku (n € bilangan
asli).
Jika bilangan pertama U 1 , bilangan kedua U 2 , bilangan U 3 ,... dan bilangan
1
Tim VIVA PAKARINDO, MATEMATIKA SMA/MA dan SMK/MAK Kelas X Semester 1, (Klaten:
VIVA PAKARINDO), hlm. 59.
2
Ibid., hlm. 60.
3
Ibid., hlm. 61.
4
Ibid., hlm. 62.
Contoh soal:
Suku pertama suatu barisan geometri sama dengan 5, sedangkan suku
keempatnya dengan 40.
a. Tentukan rasio dari barisan geometri tersebut!
b. Tentukaan rumus suku umum ke-n!
= 2n . 2
c. Un = 2n . 2
2.560 = 2n . 2
2n = 1.024
n = 10
5
Ibid., hlm. 65.
4
S4 = Si = U1 + U2 + U3 + U4
i 1
5
S5 = Si = U1 + U2 + U3 + U4 + U5
i 1
6
S6 = Si = U1 + U2 + U3 + U4 + U5 + U6
i 1
7
Ibid., hlm. 44.
8
Ibid., hlm. 45.
n
Sn = {2a + (n - 1)b}
2
n
Sn = (a +Un)
2
Sn = na + (n - 1)b
2
Untuk kasus deret hitung dalam Contoh (1) diatas tadi, jumlahnya
sampai suku ke - 10 adalah:
Sn = (a + Un)
2
1
S10 = (7+U10)
2
= 5 (7 + 52)
= 295
Sedangkan untuk kasus deret hitung dalam contoh (2), jumlahnya
sampai dengan suku ke - 10 adalah:
Sn = na + (n - 1)b
2
1
S10 = 10 . 93 + (10 - 1) -10
2
= 930 + 5 . 9 . -10
= 930 – 450
= 480
=1
2.2.2 Jumlah n suku
Seperti halnya dalam deret hitung, jumlah sebuah deret ukur
sampai dangan suku tertentu adalah nilai suku-sukunya sejak suku
pertama sampai dengan suku ke-n yang bersangkutan.
Sn = ∑ 1 1 = U1 + U2 + U3 + U4 +.........+Un
Berdasarkan Un = arn-1 , maka masing-masing Si dapat dijabarkan
sehingga:
Un = a +ar + ar2 +ar3+.......+arn-2+arn-1 (1)
Jika persamaan (1) ini kita kalikan dengan bilangan pembagi r,
maka:
rUn = ar + ar2 + ar3 +ar4+.......+arn-1+arn (2)
9
Ibid., hlm. 46.
= 5 . 1.023
= 5.115
Sedangkan untuk kasus contoh 2) dalam hal ini a = 512 dan r =
0,5 , jumlah dari sepuluh suku pertamanya adalah:
1−
Sn = 1−
12 1−
S10 = 1−
12
=
= 1.023
Sebagaimana akan dapat dijumpai dalam bagian atau bab-bab
selanjutnya dalam buku, prinsip-prinsip deret banyak diterapkan untuk
menelaah perilaku bisnis dan ekonomi, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Prinsip deret hitungan banyak diterapkan dalam
menganalisis perilaku perkembangan. Sedangkan prinsip deret ukur,
10
Ibid., hlm. 47.
11
Ibid., hlm. 48.
12
Ibid., hlm. 49.
13
Ibid., hlm. 50.
= (3.000 + 5.000)
2
= 20.000
Jadi, jumlah produksi pada bulan kelima adalah 5.000 buah,
sedangkan jumlah seluruh genteng yang dihasilkan sampai dengan
bulan tersebut adalah 20.000 buah.
Contoh Penerapan 2:
Besar penerimaan PT “Cemerlang” dari hasil penjualan barang
Rp 720 juta pada tahun kelima dan Rp 980 juta pada tahun ketujuh.
Apabila perkembangan penerimaan penjualan tersebut berpola
seperti deret hitung berapa perkembangan penerimaannya per tahun?
Berapa besar penerimaan pada tahun pertama dan pada tahun
keberapa penerimaannya sebesar Rp 460 juta?
Diketahui:
U7 = 980 (juta)
U5 = 720 (juta)
Ditanyakan:
1. b … ?
2. a … ?
3. n … ? jika Un = 460 (juta)
Jawab:
1. U7 = 980 → a + 6b = 980
U5 = 720 → a + 4b = 720
2b = 260
.
.
Setelah n tahun :
1 1
P= .F atau P= .F
1+i 1+i m m
14
Ibid., hlm. 51.
15
Ibid., hlm. 52.
= 400.000
Jadi, besarnya tabungan sekarang adalah Rp 400.000.
2.3.3 MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK
Penerapan deret ukur yang paling konvensional di bidang
ekonomi adalah dalam hal penaksiran jumlah penduduk. Sebagaimana
pernah dinyatakan oleh Malthus, penduduk dunia tumbuh mengikuti
pola deret ukur. Secara matematik, hal ini dapat dirumuskan sebagai:
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = P1 . (1+r)t-1
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = persentase pertumbuhan per tahun
t = indeks waktu (tahun)16
Contoh Penerapan 1:
Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa pada tahun 1991,
tingkat pertumbuhannya 4% per tahun. Hitunglah jumlah penduduk
kota tersebut pada tahun 2006. Jika mulai tahun 2006
16
Ibid., hlm. 53.